Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2010
I. PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan
pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas (Ramona dkk, 2007). Pada
umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang
tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2004). Tujuan dari pewarnaan adalah untuk
mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati
struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang
diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Ramona dkk, 2007).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna
dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat
warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan
positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan
menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung
warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion
yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna
negatif (Ramona dkk, 2007).
Beberapa jenis pewarnaan antara lain adalah pewarnaan langsung dengan
pewarnaan basa, pewarnaan tidak langsung atau pewarnaan negatif dengan pewarnaan
asam, pewarnaan gram, dan pewarnaan endospora. Pewarna basa akan mewarnai dinding
sel bakeri yang relatif negatif, contohnya metiline blue dan kristal violet. Sedanglan pada
pewarnaan tidak langsung, yang terwarnai adalah lingkungan sekitar sel, tetapi tidak
mewarnai sel karena daya mewarnai pada zat ini berada pada ion negatif dan tidak
bereaksi dengan ion negatif lainnya dari sel bakteri (Ramona dkk, 2007).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan pewarnaan sel bakteri.
2. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam pewarnaan sel bakteri.
3. Untuk mengetahui bentuk sel bakteri hasil isolasi setelah dilakukan pewarnaan.
4. Untuk mengetahui perbedaan warna antara bakteri gram positif dan gram negatif.
3.2 Pembahasan
Pada praktikum pewarnaan bakteri kali ini, sampel yang digunakan adalah isolat
Streptococcus pyogenes, E.coli, dan dari jenis Bacillus. Untuk pewarnaan bakteri secara
langsung, digunakan satu larutan pewarna yaitu larutan metiline blue. Adapun hasil yang
didapatkan adalah bakteri Streptococcus pyogenes dengan pembesaran 100x10 berbentuk
bulat (coccus) yang membentuk untaian rantai (streptococcus) dengan warna ungu violet,
bakteri E.coli dengan pembesaran 40x10 berbentuk batang dengan warna ungu violet,
dan bakteri jenis Bacillus dengan pembesaran 40x10 dan 100x10 berbentuk batang
(basil) dengan warna ungu violet. Akan tetapi pada pengamatan Streptococcus pyogenes
terlihat juga bakteri dengan bentuk berbeda yang merupakan kontaminan. Adanya
kontaminan ini kemungkinan disebabkan pada saat pemindahan isolat ke kaca objek
terjadi kontaminasi karena kurangnya pemanasan jarum ose pada saatpengambilan
biakan sehingga masih ada bakteri lain dari udara yang ikut dalam apusan atau telah
terkontaminasinya isolat bakteri yang digunakan. Adapun hasil dari pengamatan ini telah
sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa bentuk bakteri Streptococcus pyogenes
adalah berbentuk bulat (coccus) yang membentuk untaian rantai, bakteri E.coli berbentuk
batang, dan bakteri dari jenis Bacillus berbentuk batang (basil) (Ramona dkk, 2007).
Terwarnainya bakteri oleh pewarna basa disebabkan karena bakteri kaya akan asam
amino dan mengandung muatan negatif seperti kelompok fosfat. Sifat ini bereaksi
dengan zat warna yang bermuatan positif (Jawetz et al, 2005). Sitoplasma bakteri bakteri
umumnya bermuatan negatif sementara pewarna memiliki muatan positif sehingga
pewarna akan terikat oleh sitoplasma dan akhirnya sel menjadi terwarnai (Alcamo,
1996). Dalam pewarnaan bakteri ini dilakukan fiksasi yang bertujuan untuk memperkuat
perlekatan warna dan bakteri pada kaca preparat (Pelczar, 2005). Fiksasi tidak boleh
dilakukan terlalu lama sebab dapat mengakibatkan perubahan bentuk struktur bakteri
yang diamati dari bentuk normalnya. Hal ini disebabkan karena semakin lamanya fiksasi,
maka suhu yang dihasilkan dari fiksasi tersebut akan semakin tinggi sehingga bentuk
bakteri akan mengalami lisisnya cairan dan menyebabkan bentuk yang diamati nantinya
akan berbeda dari bentuk aslinya (Entjang, 2003).
Pada pewarnaan tidak langsung digunakan suatu larutan pewarna yaitu nigrosin atau
tinta cina. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil pada bakteri Streptococcus pyogenes
dengan pembesaran 40x10 dan 100x10 terlihat berbentuk bulat (coccus) yang
membentuk untaian rantai berwarna kuning coklat dengan warna lingkungan hitam atau
gelap. Hal ini terjadi karena adanya minyak emersi yang ditambahkan, akan tetapi warna
aslinya adalah bening. Pada bakteri E.coli dan Bacillus dengan pembesaran 40x10 dan
100x10 terlihat bernbentuk batang (basil) berwarna bening dengan warna lingkungan
hitam atau gelap. Lingkungan yang berwarna hitam disebabkan oleh pewarna yang
digunakan adalah nigrosin atau tinta cina yang memiliki warna dasar hitam. Hal ini telah
sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa zat pewarna asam membawa suatu
muatan negatif, maka pada sel yang permukaannya juga negatif akan ditolak oleh
sitoplasma sel sehingga zat warna ini akan berkaitan dengan lingkungan yang
mengelilingi sel dan bagian dalam sel akan tetap berwarna bening (Alcamo, 1996).
Selain itu disebutkan juga pada pustaka bahwa bakteri merupakan organisme
mikroselular yang pada dinding selnya mengandung ion negatif, zat warna (nigrosin)
yang bermuatan negatif tidak akan mewarnai sel tetapi yang terwarnai adalah lingkungan
luarnya saja (Entjang, 2003).
Pada pewarnaan gram didapatkan hasil bahwa bakteri Streptococcus pyogenes
dengan pembesaran 40x10 dan 100x10 berbentuk bulat (coccus) yang membentuk
untaian rantai dengan warna ungu. Warna ini menunjukkan bakteri Streptococcus
pyogenes termasuk golongan bakteri gram positif. Hal ini disebabkan karena bakteri
menyerap zat warna dasar yaitu kristal violet dan warnanya tidak terhapuskan oleh
pencucian alkohol, sehingga sel bakteri ini tidak menyerap warna sfranin yang
merupakan warna kontras (Ramona dkk, 2007). Warna violet (ungu) ini timbul karena
bakteri gram positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal dan kandungan
lipidnya rendah sehingga akan mengikat lebih banyak kompleks zat warna sehingga
warnanya menjadi violet (ungu) (Alcamo, 1996). Pada pengamatan bakteri E.coli
dengan pembesaran 40x10 dan 100x10 didapatkan hasil bahwa bakteri ini berbentuk
batang (basil) dengan warna merah muda. Warna ini menunjukkan bakteri E.coli
termasuk golongan bakteri gram negatif. Hal ini disebabkan karena bakteri ini setelah
diwarnai oleh pewarna dasar yaitu kristal violet menyerap warna dasar, setelah dicuci
dengan alkohol maka warna dasarnya akan terhapus dan menyerap pewarna safranin atau
karbol fushin yang digunakan sebagai pewarna kontras sehingga akan berwarna merah
(Ramona dkk, 2007). Warna merah ini timbul karena bakteri gram negatif memiliki
lapisan peptidoglikan yang tipis sehingga ikatan antara kristal violet-iodine dengan
lapisan peptidoglikan lebih sedikit terjadi dan bakteri lebih dominan terwarnai oleh
pewarna safranin yang berwarna merah (Alcamo, 1996). Pada pengamatan bakteri jenis
Bacillus dengan pembesaran 40x10 dan 100x10 didapatkan hasil yang berbeda dimana
terdapat Bacillus yang berbentuk batang dengan warna ungu dan Bacillus yang
berbentuk batang dengan warna merah. Perbedaan hasil ini disebabkan karena
kemungkinan pada saat pewarnaan dengan safranin terlalu banyak dilakukan
penambahan safranin sehingga warnanya ikut terserap. Berdasarkan warna yang
diperoleh menunjukkan bahwa dua bakteri jenis bacillus yang diamati merupakan
golongan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bacillus yang termasuk golongan
gram positif karena bakteri ini setelah diwarnai dengan pewarna dasar kristal violet dan
dicuci alkohol tetap berwarna ungu dan tidak menyerap pewarna kontras (Ramona dkk,
2007). Hal ini disebabkan karena bakteri gram positif memiliki lapisan peptidoglikan
yang tebal dan kandungan lipidnya rendah sehingga akan mengikat kompleks yang lebih
banyak dan warnanya akan menjadi violet (Alcamo, 1996). Untuk hasil bacillus bakteri
gram negatif terjadi karena penambahan safranin yang berlebihan sehingga warna
safranin ikut terserap, karena menurut pustaka disebutkan bahwa bacillus merupakan
golongan bakteri gram positif (Waluyo, 2004).
Dalam pewarnaan gram dilakukan juga penambahan iodine yang merupakan proses
fiksasi warna untuk mempertahankan struktur dalam dan luar sel tetap pada posisinya.
Fiksasi juga berperan untuk menginaktivasi enzim yang mungkin dapat mengganggu
bentuk sel dan menguatkan struktur mikroba. Mikroba umumnya dibunuh dan dilekatkan
kuat pada kaca objek selama fiksasi (Prescott et al, 1993).
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alcamo, I.E. 1996. Fundamental of Microbiology, 5th Edition. Addison Wesly Longman, Inc:
New York
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan. Citra Aditya
Bakti. Bandung.
Jawetz, E., J.L. Melnick, dan E.A. Adelberg. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Pelczar, M.J, E.C.S. Chan. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Prescott, Lansing M., John P. Harley, Donald A. Klein. 1993. Microbiology 2nd Edition USA:
WMC Brown Publisher.
Ramona, Y., R. Kawuri, I.B.G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum
Untuk Program Studi Farmasi FMIPA UNUD. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan
Biologi Fakultas MIPA Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Waluyo. L.2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang