You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya setiap manusia dapat melakukan aktivitas, bernafas, mencerna, bergerak, melihat,
mendenggar suara, menanggapi suatu rangsangan dan lainnya. Semua gerakan dan juga respon yang
dtimbulkan ini bergantung dari penggolahan di otak. Tanpa adanya system penggolahan di otak baik
sinaps maupun impuls yang disalurkan ke otak, manusia tidak akan mampu bereaksi atau menanggapi
suatu rangsangan, baik yang berasal dari dalam tubuh maupun yang berasal dari luar tubuh.

Mekanisme kerja otak di penggaruhi oleh system saraf pusat ( SSP ) dan juga bagian organ otak
lainnya yang saling bekerja sama untuk memerintahkan anggota tubuh agar dapat memberi respon
untuk suatu rangsangan. Semua ini terkoordinasi dengan baik dan juga sangat kompleks, sehingga
apabila bagian kepala kita ada yang terkena benturan atau pun trauma baik ringan ataupun berat dapat
menyebabkan terganggunya system koordinasi otak kita sehingga dapat menggangu fungsi fisiologis
dari tubuh kita baik secara sensorik maupun motorik. Sebagian perbedaan SSP ditentukan secara
genetis. Namun sisanya disebabkan oleh pengalaman atupun pengaruh lingkungan.

1.2 Tujuan

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai struktur system saraf otonom secara makroskopis,
mikroskopis, fungsinya secara motorik dan sensorik, mekanisme kerja.

BAB II
1
PEMBAHASAN
2.1 SISTEM SARAF OTONOM

Serat saraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan salah satu dari kedua bahan
transmiter sinap yaitu asetilkolin dan norepinefrin. Serat-serat yang mensekresi asetilkolin
disebut serat kolinergik, serat-serat yang mensekresi norepinefrin disebut serat adrenergik.
Didalam sistem saraf simpatis dan parasimpatis semua neuron preganglionik bersifat
kolinergik. Oleh karena itu, bila bahan asetelkolin atau bahan seperti asetilkolin diberikan
pada ganglia, maka akan merangsang neuron postganglionik simpatis dan parasimpatis.
Semua atau hampir semua neuron postganglionik parasimpatis bersifat kolinergik, sebaliknya
sebagian besar neuron postganglionik simpaits bersifat adrenergik, walaupun tidak
seluruhnya demikian sebab serat-serat saraf postganglionik simpatis yang kekelenjar keringat,
otot-oto piloerektor dan beberapa pembuluh darah yang bersifat koligernik
Sebelum transmiter asetilkolin, norefinefrin atau epinefrin disekresi pada ujung saraf otonom
untuk dapat merangsang organ efektor,transmiter ini mula-mula harus berikatan dulu dengan
reseptor yang sangat spesifik pada sel-sel efektor. Asetilkolin mengaktifkan dua macam
reseptor yakni reseptor muskarinik dan reseptor nikotinik. Reseptor muskarinik (M) dijumpai
disemua sel efektor yang dirangsang oleh neuron postganglionik dari sistem saraf
parasimpatis. Reseptor nikotinik dijumpai disinap antara neuron preganglionik dan
postganglionik dari sistem simpatis dan parasimpatis, reseptor ini juga terdapat pada ujung
saraf otonom di dalam membran otot skeletal. Norepinefrin mengaktifkan reseptor alfa dan
reseptor beta. Selanjutnya reseptor beta dibagi menjadi reseptor beta1 dan reseptor beta2.
Norepinefrin dan epinefrin, keduanya disekresikan kedalam darah oleh medulla adrenal,
mempunyai pengaruh perangsangan yang berbeda pada reseptor alfa dan beta. Norepinefrin
terutama merangsang reseptor alfa dan kurang kuat merangsang reseptor beta. Epinefrin
merangsang kedua reseptor ini hampir sama kuatnya.1
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk di deteksi dan direspon oleh tubuh. System saraf
memungkinkan mahkluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf di bagi menjadi :

1. Sistem Saraf Pusat (SSP)


2
terdiri cerebrum dan medulla spinalis.

a.cerebrum
Merupakan daerah integrasi utama sistem saraf, yaitu sebagai tempat penyimpanan
memori, terjadinya pemikiran, pengaturan emosi, dan fungsi lain yang dikaitkan
dengan kejiwaan dan ngendalian tubuh.

b. Medula spinalis
Berfungsi sebagai tempat transfer ke dan dari otak, daerah integrasi untuk
koordinasi banyak kegiatan saraf di bawah sadar, seperti refleks menarik bagian tubuh
menjauhi perangsangan yang menyakitkan, dan lain-lain.

2. Sistem Saraf Tepi (SST)


terdiri nervi cranialis & nervi spinalis.
Fungsinya sebagai serat aferen untuk mengantarkan informasi sensorik ke sistem saraf
pusat dan serat eferen untuk menghantarkan sinyal motorik yang berasal dari sistem
saraf pusat.

3. Sistem Saraf Otonom (SSO)


terdiri nervi simpatis & nervi parasimpatis

 SISTEM SARAF OTONOM


• Saraf Simpatis: terdiri T1 s/d T12 ditambah L1 dan L2
• Saraf Parasimpatis: terdiri Saraf cranialis: 3, 7, 9, 10/11 ditambah Saraf spinalis: S 2,
3, 4
 SARAF SIMPATIS
• SSO yg berasal dari saraf spinal T1 – L2
• Saraf simpatis memulai reaksi “melawan/kabur”
• S.simpatis bersinap di trunkus simpatis
• Serabut preganglionik
• Serabut postganglionik

 SARAF PARASIMPATIS
3
• SSO yg berasal dari s.cranial 3,7,9,10/11 dan s.spinal S 2,3,4
• Saraf parasimpatis mengendalikan tubuh dlm keadaan yg lebih santai
• S.parasimpatis bersinap di viscera (ganglion mikroskopis)
• N.3 mengurus m. konstriktor pupil dan m.siliaris, sinap ganglion siliaris
• N.7 mengurus glandula.submandibularis dan glandula.sublingualis, sinap
ganglion.submandibularis
• N.7 mengurus glandula. lakrimalis, sinap ganglion.sfenopalatina
• N.9 mengurus glandula.parotis, sinap di ganglion.otikum
• N.10/11 mengurus viscera thorax, abdomen dan colon
(kecuali: colon.descenden, sigmoid, rectum, dan anus).2

2.2 SISTEM DAN FUNGSINYA

Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai 2 neuron, dengan neurotransmitter terakhir
yang berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis.

Sistem saraf otonom terdiri dari system saraf simpatis dan parasimpatis.Serat-serat
saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis.Sebagian serat
praganglion simpatis berukuran sangat pendek,bersinaps dengan badan sel neuron
pascaganglion didalam ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di
kedua sisi korda spinalis.Serat pascgangliion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu
berakhir pada organ-organ efektor.Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion
tanpa membentuk sinaps dan kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang
terletak sekitar separuh jalan antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi,dengan saraf
pascaganglion menjalani jarak sisanya.

Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral (sebagian
saraf kranialis mengandung seratparasimpatis). Serat-serat ini nerukuran lebih panjang
dibandingkan dengan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak terputus
sampai mencapai ganglion terminal yang terletak didalam atau dekat organ efektor.Serat-
serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu
sendiri.

4
Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter
yang sama,yaitu asetilkolin,tetapi ujung-ujung pascaganglion kedua system ini
mengeluarkan neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi
organ efektor).Serat-serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan
demikian, serat-serat itu bersama dengan semua serat praganglion otonom disebut sebagai
kolinergik. Sebaliknya, sebagian serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergic
karena mengeluarkan noreadrenalin (norepinefrin).Baik asetilkolin maupun norepinefrin
juga berfungsi sebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh lainnaya.

Serat-serat otonom pascaganglion tidak berakhir pada sebuah tonjolan seperti


kepala sinaps (synaptic knob),namun cabang-cabang terminal dari serat otonom
mengandung banyak tonjolan (varicosities) yang secara simultan mengeluarkan
neurotransmitter ke daerah luas pada organ yang dipersarafi dan bukan ke sebuah sel.
Pelepasan neurotransmitter yang bersifat difus ini,disertai kenyataan bahwa di otot polos
atau jantung setiap perubahan aktivitas listrik akan disebarkan melalui gap
junction,memiliki arti bahwa keseluruhan organ biasanya dipengaruhi aktivitas otonom
bukan sel satu per satu.3

a) Sistem saraf otonom mengontrol aktivitas organ visceral involunter

Sistem saraf otonom mengatur aktivitas alat-alat dalam (visceral) yang dalam keadaan
normal di luar kesadaran dan control volunteer misalnya sirkulasi, pencernaan,
berkeringat dan ukuran pupil. Dengan demikian, sistem ini dianggap sebagai cabang
involunter divisi eferen, berbeda dengan cabang volunteer somatic, yang mempersarafi
otot rangka dan dapat dikontrol secara volunteer. Namun,tidak seluruhnya benar bahwa
individu tidak memiliki kontrol terhadap aktivitas yang diatur oleh system
otonom.Informasi aferen visceral biasanya tidakmencapai tingkat kesadaran,sehingga
individu tidak mungkin secara sadar mengontrol keluaran eferen yang
timbul.Namun,dengan teknik-teknik biofeedback individu dapat diberi suatu sinyal sadar
mengenai informasi aferen visceral misalnya dalam bentuk suara, cahaya, atau tampilan
grafik pada latar computer.

b) Sistem saraf simpatis dan parasimpatis bersama-sama mempersarafi sebagian besar


organ visceral

5
Sebagian besar organ visceral dipersarafi oleh serat saraf simpatis dan
parasimpatis.Sistem saraf simpatis dan parasimpatis menimbulkan efek yang
bertentangan pada organ tertentu.Stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan denyut
jantung, sementara stimulasi parasimpatis menurunkannya. Stimulasi simpatis
memperlambat gerakan saluran pencernaan, sedangkan stimulasi parasimpatis
meningkatkan motilitas saluran pencernaan.Perhatikan bahwa satu sistem tidak selalu
bersifat eksitatorik dan yang lain inhibitorik.Kedua sistem meningkatkan aktivitas
beberapa organ dan menurunkan aktivitas organ-organ yang lain.

Sistem saraf simpatis meningkatkan respons-respons yang mempersiapkan tubuh untuk


melakukan aktivitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh stress atau
darurat,misalnya ancaman fisik dari lingkungan luar. Respons semacam ini biasanya
disebut sebagai fight or flight response, karena system simpatis mempersiapkan tubuh
untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman. Pikirkan tentang sumber-sumber pada
tubuh yang diperlukan pada keadaan seperti ini. Jantung berdenyut lebih cepat dan lebiuh
kuat, tekanan darah meningkat karena konstriksi umum pembuluh darah saluran
pernafasan terbuka lebar untuk memungkinkan aliran udara maksimal, glikogen dan
simpanan lemak dipecahkan untuk menghasilkan bahan baker tambahan dalam darah, dan
pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi otot-otot rangka berdilatasi.Semua respons
ini ditujukan untuk meningkatkan aliran darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke otot-otot
rangka sebagai antisipasi terhadap aktivitas fisik yang berat.Selanjutnya pu[il berdilatasi
dan mata menyesuaikan diri untuk melihat jauh,yang menungkinkan individu membuat
penilaian visual yang cepat mengenai situasi keseluruhan yang mengancam.Terjadi
peningkatan berkeringat sebagai antisipasi terhadap peningkatan produksi panas yang
berlebihan akibat aktivitas fisik. Karena aktivitas pencernaan dan berkemih kurang
penting dalam menghadapi ancaman,system simpatis menghambat aktivitas-aktivitas ini.

Sistem parasimpatis,di pihak lain mendominasi pada situasi yang tenang dan
rileks.Pada keadaan-keadaan yang tidak mengancam,tubuh dapat memusatkan diri pada
aktivitas “rumah tangga umumnya sendiri,misalnya pencernaan dan pengosongan
kandung kemih.Sistem parasimpatis mendorong fungsi-fungsi tubuh seperti ini,sementara
memperlambat aktivitas-aktivitas yang ditingkatkan oleh system simpatis. Sebagai
contoh, tatkala seseorang sedang dalam keadaan tenang,jantung tidak perlu berdenyut
dengan cepat dan kuat.

6
Inhibisi sistem saraf parasimpatis oleh kokain mungkin merupakan factor utama dalam
kematian mendadak yang disebabkan oleh kelebihan dosis kokain. Apabila kokain
menghambat rem parasimpatis yang bersifat protektif, sistem simpatis dapat
meningkatkan kecepatan denyut jantung tanpa kendali.Kematian mendadak timbul jika
denyut jantung menjadi terlalu cepat dan tidak teratur,sehingga daya pompa jantung tidak
adekuat.

Terdapat beberapa pengecualian terhadap sifat umum persarafan timbale balik ganda
oleh kedua cabang system saraf otonom tersebut,yang paling menonjol adalah sebagai
berikut:

Pembuluh darah yang dipersarafi (sebagian besar arteriol dan vena dipersarafi,arteri dan
kapiler tidak) hanya menerima serat saraf simpatis.Pengaturan dilakukan dengan
meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembentukan potensial aksi diatas atau
dibawah tingkat tonik serat simpatis tersebut.Satu-satunga pembulh darah yang mendapat
persarafan parasimpatis adalah pembuliuh darah yang mendarahi klitoris dan
penis.Kontrol vaskuler yang akurat di kedua organ ini oleh persarafan ganda penting untuk
menimbulkan ereksi.

 Kelenjar keringat hanya dipersarafi oleh saraf simpatis

 Kelenjar liur dipersarafi oleh kedua divisi otonom,tetapi tidak seperti di tempat
lain,aktivitas simpatis dan parasimpatis tidak antagonistik.Keduanya merangsang sekresi
air liur,tetapi komposisi dan volume air liur yang terbentuk berbeda,bergantung dari
cabang otonom mana yang dominan.

Efek system saraf otonom pada berbagai organ

Organ Efek stimulasi simpatis Efek stimilasi parasimpatis


Jantung Peningkatan denyut jantung Penurunan denyut jantung

Peningkatan kekuatanPenurunan kekuatan kontraksi


kontraksi
Dilatasi pembuluh darah yang
Konstriksi (sebagian besar) mendarahi klitoris dan penis
Pembuluh darah saja
Dilatasi (pembuluh jantung
dan otot rangka)
7
Dilatasi bronkiolus Konstriksi bronkiolus

Inhibisi sekresi mucus Stimulasi sekresi mucus

Paru Penurunan motilitas Peningkatan motilitas

Penurunan motilitas Peningkatan motilitas

Kontraksi sfingter (mencegahRelaksasi sfingter


gerakan maju isi saluran)
Saluran pencernaan
Inhibisi sekresi pencernaan

Stimulasi sekresi pencernaan


Relaksasi
Kontraksi (pengosongan)
Relaksasi
Kontraksi (pengosongan)
Dilatasi pupil
Penyesuaian mata untuk
melihat jauh
Kandung empedu
Konstriksi pupil Pentesuaian mata
Kandung kemih untukmelihat dekat

Mata Tidak ada


Glikogenolisis
Tidak ada
Lipolisis

Stimulasi
Inhibisi sekresi
Hati Tidak ada
Stimulasi
Sel adipose Stimulasi
Stimulasi
Kelenjar eksokrin

- Pancreas eksokrin Tidak ada


Stimulasi sekresi epinefrin
- Kelenjar keringat dan norepinefrin

Inhibisi sekresiStimulasi sekresi insulin dan


8
- Kelenjar liur insulin,stimulasi sekresiglukagon
glukagon
Kelenjar endokrin
Ejakulasi dan kontraksi
- medulla adrenal orgasme Ereksi

Peningkatan kewaspadaan

- pancreas endokrin Tidak ada

Genital

Aktivitas otak

Atau dapat dilihat seperti pada


gambar disamping

Gambar1

Sumber : www.google.com

2.3 JARINGAN SARAF

Elemen seluler dasar dari sistem saraf


adalah sel saraf (neuron) dengan struktur yang sangat bervariasi. Fungsi jaringan saraf adalah

9
menghantar impuls saraf. Selain itu terdapat pula beberapa jenis sel glia (neuroglia) yang
berfungsi menyokong dan melindungi neuron dan juga memberi nutrisi. 4
sebagaimana terlihat pada Gambar 2

Sumber : www.google.com

Tiga tipe neuron: neuron sensoris, neuron motoris, neuron asosiasi

c) Sel saraf
Sel saraf merupakan saluran anatomis dan fungsional yang terdiri dari badan sel
(perikaryon) dan juluran-juluran sel yang disebut akson dan dendrit. Akson biasanya
tunggal, sedang dendrit banyak jumlahnya. Dendrit berfungsi menerima impuls dan
menghantarkannya ke badan sel, sedang akson berfungsi menghantar impuls dari badan sel
ke sel lain (sel saraf, otot, dan kelenjar).Bagian distal akson biasanya bercabang-cabang
membentuk pohon akhir (terminal arboration).

d) Badan neuron.
Badan neuron mengandung nukleus dan sitoplasma. Pada badan neuron juga terdapat RE
kasar, ribosom bebas, mitokondria yang sangat banyak jumlahnya, alat golgi,
10
neurofilamen, dan mikrotubul. RE kasar dan ribosom bebas dapat membentuk kelompok-
kelompok yang terwarna kuat oleh pewarna basa, yang dengan perantaraan mikroskop
cahaya disebut badan Nissl. Dendrit tidak mengandung alat golgi, mengandung RE kasar,
ribosom, badan Nissl, mitokondria, neurofilamen, dan mikrotubul yang lebih banyak
ditemukan daripada di akson.

e) Akson

Akson diawali oleh suatu bagian berbentuk piramid yang disebut axon hillock. RE kasar
dan ribosom yang ditemukan di badan sel dan dendrit, tidak terdapat dalam akson Hillock.
Mikrotubul terdapat dalam berkas-berkas. Aksoplasma (sitoplasma akson) terutama
mengandung mitokondria, neurofilamen, dan mikrotubul. Akson diselaputi oleh mielin. Di
dalam sistem saraf pusat, mielin dihasilkan oleh oligodendrosit, sedang di sistem saraf
periferi dihasilkan oleh sel Schwann.
Gambar 2.

Sumber :
www.Pustekkodepdiknas@yahoo.com

11
2.4 PENGHANTAR IMPULS MELALUI SARAF

Penghantaran impuls berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat
terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu
sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam
sel saraf. Rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial
listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Pada
tahap depolarisasi membran menjadi permeabel terhadap ion natrium (Na+) sehingga sejumlah besar
ion natrium berdifusi ke dalam akson sehingga cairan di dalam menjadi lebih positif dan potensial
meningkat. Na masuk terus ke dalam sel sampai +30Mv. Tahap repolarisasi kanal natrium tertutup
dan kanal kalium terbuka, selanjutnyan difusi ion kalium berlangsung cepat ke bagian luar untuk
membentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang normal. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara, tergantung pada diameter akson dan ada atau
tidaknya selubung mielin. Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat
dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat).
Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan
berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan
impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka
impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan
jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.

b. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis


Pertemuan satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson
membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat
struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter yang disebut vesikula sinapsis.
Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung
dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls
sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-
sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron
pra-sinapsis ke post-sinapsis. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan
menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin
pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah

12
melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan
oleh membran post-sinapsis.

2.5 FUNGSI OTAK DALAM SISTEM PERILAKU

Tingkah laku merupakan fungsi seluruh sistem saraf. Tingkah laku khusus yang
berhubungan dengan emosi, dorongan motorik dan sensoris bawah sadar, dan perasaan
intrinsik mengenai rasa nyeri dan kesenangan diatur oleh fungsi sistem saraf yang dilakukan
oleh struktur subkortikal yang terletak di daerah basal otak yang disebut dengan sistem
limbik.

Struktur sentral serebrum basal dikelilingi korteks serebri yang disebut korteks limbik.
Korteks limbik diduga berfungsi sebagai daerah asosiasi untuk pengendalian fungsi tingkah
laku tubuh dan sebagai gudang informasi yang menyimpan informasi mengenai pengalaman
yang lalu seperti rasa nyeri, senang, nafsu makan, bau, dan sebagainya. Gudang informasi
selanjutnya disalurkan ke daerah limbik. Asosiasi informasi ini diduga merupakan
perangsangan untuk mencetuskan jawaban tingkah laku yang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi seperti marah dan lain-lain.

Posisi sistem limbik merupakan batas antara diensefalon dan serebrum. Bagian sistem
limbik adalah hipokampus, amigdala, dan talamus yang menghantarkan bagian terbesar
sinyalnya ke hipokampus dan menyebabkan efek seperti perasaan senang, perasaan yang
dihubungkan dengan makan, marah, dan sebagainya. Amigdala bekerja sama dengan
hipotalamus juga berperan penting dalam mengendalikan pola tingkah laku. Amigdala
memainkan peranan utama dalam mengendalikan pola tingkah laku tubuh secara menyeluruh.

Beberapa fungsi otak dalam mengatur perilaku antara lain dalam menjalankan fungsi
intelektual, fungsi bahasa, fungsi komunikasi, dan lain-lain.

Berikut ini fungsi otak dan gangguan pada bagian otak yang berpengaruh terhadap
tingkah laku dan proses berpikir.

13
1. Fungsi Intelektual

Yang berperan dalam kemampuan intelektual adalah prefrontal korteks serebri yang
merupakan bagian anterior otak. Jika bagian tersebut rusak, kemampuan intelektual akan
menghilang, terutama kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Kerusakan daerah Wernicke
pada orang dewasa dapat merusak fungsi intelektualnya, sebab daerah Wernicke sangat
penting untuk fungsi intelektual otak. Jika hubungan neuronal rusak, bagian lain otak tidak
dapat berfungsi secara optimal.

Area Wernicke juga disebut daerah integrasi umum, daerah gnostik yang berarti
“daerah tahu” (knowing area). Semua pemikiran dan informasi dari daerah sensorik yang
berbeda-beda dihubungkan dan dipertimbangkan dalam area Wernicke, untuk mengambil
keputusan lebih matang. Pada umumnya, semua informasi yang sampai di otak akhirnya
disalurkan melalui area Wernicke. Oleh karena itu, kerusakan di daerah ini dapat membuat
seseorang bermental aneh dan menjadi sangat bingung.

Berpikir secara kompleks menjadi sangat kacau jika daerah Wernicke rusak. Selain berfungsi
dalam proses intelektual dan berpikir, area Wernicke juga berperan penting dalam proses
berbicara dan berkomunikasi.

2. Fungsi Bahasa dan Pusat Bicara

Sumber : www.google.com

14
Keterampilan berbicara terletak di bagian otak sebelah kiri. Bagian otak kiri yang mengatur
keterampilan berbicara berkaitan dengan 3 area pada bagian korteks, yaitu :

1. AreaBroca
Terletak pada bagian motor korteks yang mengontrol bibir, lidah, dan vokal serta
mengontrol keluarnya kata-kata dari otak ke mulut. Gangguan pada area Broca
menimbulkan aphasia, yaitu kehilangan kemampuan menggunakan atau memahami kata-
kata. Kerusakan yang lebih parah pada area Broca parah, dapat mengakibatkan seseorang
mengalami gangguan bicara (bisu) atau setidaknya bisa berbicara tetapi terpatah-patah, di
samping penguasaan kosa kata yang amat minim/terbatas dan sering mengulangi kata-
kata tertentu.
2. AreaWernicke
Area Wernicke memungkinkan seseorang dapat memahami pembicaraan. Ketika kata-kata
terdengar, suara akan melintasi area auditori pada korteks yang selanjutnya diteruskan
menjadi impuls ke area Wernicke untuk diuraikan dan dipahami. Selanjutnya,
ditransmisikan ke area Broca jika ingin berbicara. Area Wernicke yang terletak di atas
temporal bagian belakang merupakan tempat yang mengubah pikiran menjadi bahasa.
Bagi mayoritas orang yang biasa menggunakan tangan kanan, area Wernicke terletak di
otak kiri, sedangkan pada orang kidal, area wernicke terletak di temporal kiri.
3. AngularGyrus
Angular gyrus terletak di antara area Wernicke dan korteks visual pada bagian belakang
lobus occipital. Bagian ini menghubungkan antara pembicaraan yang terdengar dengan
bahasa yang dibaca atau ditulis. Bagian ini juga berperan penting dalam
menginterpretasikan informasi visual.

Proses Berbahasa dan Berbicara :

1. Dorongan bahasa bermula dari area Wernicke dan ditransmisi ke area Broca di
frontal. Di daerah Broca, program yang sudah familiar menyusun bahasa, distimulasi
menjadi aktif lalu daerah Broca mentransmisi ke serebrum.

2. Bahasa yang sempurna memerlukan gerakan otot yang mahir. Aktivitas bahasa
diselesaikan oleh area motorik serebrum yang berkaitan dengan motorik kortek depan.
Kortek memberikan pengaruh pada pusat pernapasan dan mengambil alih kontrol

15
terhadap diafragma dan otot interkostal. Dengan demikian, udara yang digunakan
untuk pernapasan dipaksa untuk mengeluarkan suara melalui pita suara.

3. Area motorik serebrum otak mengatur pita suara hingga menimbulkan getaran suara.
Akhirnya, kortek motorik mengendalikan otot bibir, lidah, dan tenggorokan untuk
menciptakan suara bicara.

4. Ketika berbicara, dorongan perasaan yang multikompleks mempengaruhi informasi


ke otak. Mereka membawa perasaan sentuh dan posisi bibir, lidah, dan tenggorokan
agar otak memahami bagaimana kemajuan daya, ruang, dan sudut (ketika mulut
penuh dengan makanan dan masih berbicara merupakan koordinasi sistem saraf).

5. Saat mendengar suara dari sendiri, dorongan pendengaran akan feedback ke daerah
pendengaran pertama yang terletak di temporal. Daerah pendengaran yang
bersebelahan dengan area Wernicke dapat membantu area wernicke untuk mengetahui
bagaimana setiap intonasi, dan jika perlu membantu melakukan koreksi yang
diperlukan.
6. Otak kecil dan basal neuroglia membantu korteks motorik untuk mengkoordinir
gerakan otot untuk berbicara.

3. Fungsi Komunikasi

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain juga diatur oleh otak. Oleh
karena itu, dibutuhkan kemampuan untuk menginterpretasi bahasa dan kemampuan
menerjemahkannya ke dalam bentuk bicara. Fungsi komunikatif diatur dan terintegrasi
di semua bagian serebrum.

Berikut ini urutan dalam proses komunikasi:

1. Interpretasi gagasan

Gagasan biasanya dikomunikasikan dari seseorang ke orang lain melalui suara atau
kata-kata tertulis

16
2. Fungsi motorik berbicara

Area Wernicke juga mengembangkan pikiran-pikiran yang ingin disampaikan kepada


orang lain. Area Wernicke bekerjasama dengan area Broca dan bagian otak lain dalam
memformulasikan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa (Lihat proses berbicara dan
berbahasa yang telah diuraikan di atas).

3. Kemampuan untuk memperhatikan

Dalam sebuah komunikasi juga diperlukan kemampuan untuk memperhatikan lawan


bicara sehingga terjadi komunikasi timbal balik yang berjalan lancar. Hipokampus
yang merupakan bagian sistem limbik, memegang peranan dalam menentukan
perhatian.

 Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti halnya yang terjadi pada anak autisme dapat terjadi
karena adanya gangguan dan kerusakan pada area Wernicke, area Broca, dan yang
berhubungan dengan bagian otak yang mengatur komunikasi.

Gangguan pada hipokampus juga dapat berpengaruh terhadap komunikasi. Salah


satu dari efek perangsangan hipokampus adalah segera hilangnya hubungan dengan
orang lain dengan siapa ia sedang berbicara. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan
komunikasi.

3. Fungsi Konsentrasi

Dalam kondisi sadar, seseorang mempunyai kemampuan untuk mengarahkan perhatian


atau konsentrasinya pada aspek-aspek spesifik dari lingkungan mentalnya. Ada beberapa
macam tingkat konsentrasi/perhatian, yaitu :

• Tidak ada perhatian/konsentrasi


• Perhatian yang luas terhadap segala sesuatu
• Perhatian yang sangat besar terhadap sesuatu yang kecil sekalipun.

17
Tingkat perhatian terhadap sesuatu diatur oleh otak sebagai berikut, yaitu :

Pengaturan sistem pengaktivasi retikularis terhadap seluruh tingkat perhatian.

1. Pengaturan sistem pengaktivasi retikularis terhadap seluruh tingkat perhatian.


Pengaturan tingkat umum perhatian diduga dilakukan oleh pusat pengaturan yang
terletak di bagian mesensefalon dan bagian atas pons.

2. Fungsi talamus dalam perhatian.


Kemampuan daerah talamus untuk merangsang daerah spesifik korteks diduga
merupakan salah satu mekanisme dalam mengarahkan perhatian pada aspek spesifik
lingkungan mentalnya.

Bagian lain yang juga mengatur “perhatian/konsentrasi” adalah daerah prefrontal


yang merupakan bagian lobus frontalis yang terletak anterior terhadap daerah motorik.
Salah satu sifat yang paling menonjol dari orang yang kehilangan daerah prefrontalnya
adalah pikiran dan konsentrasinya sangat mudah dialihkan serta tidak mampu berpikir
mengenai sesuatu yang rumit dan dalam jangka panjang.

5. Fungsi Memori/Daya Ingat

Setiap pikiran dan daya ingat melibatkan isyarat secara serentak di dalam bagian-
bagian korteks serebri, sistem limbik (terutama hipokampus), talamus dan bagian atas
formasio retikularis batang otak. Daya ingat terdapat dalam berbagai tingkatan, beberapa
ingatan hanya bertahan beberapa detik dan lainnya bertahan beberapa menit, berjam-jam,
berhari-hari, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun.

Suatu ingatan harus ‘terkonsolidasikan’ di dalam sirkuit neuron agar dapat bertahan di
dalam otak sehingga dapat diingat kembali berhari-hari kemudian. Salah satu tahap dalam
proses konsolidasi adalah ingatan harus disusun ke dalam berbagai golongan informasi.
Proses konsolidasi tersebut dapat diperkuat dengan fenomena pengulangan. Adanya
kelainan pada bagian otak yang berperan dalam proses ingatan seperti korteks serebri,
talamus, sistem limbik, atau formasio retiularis batang otak dapat mengakibatkan adanya
gangguan atau kelemahan dalam daya ingat. Kerusakan pada area talamus dan
hipokampus dapat menimbulkan gangguan pada penyusunan, penyimpanan dan
pengingatan kembali ingatan/memori.

18
6. Fungsi Pengendalian Gerakan

Otak akan menentukan koordinasi dan pengendalian gerakan yang tepat terhadap
rangsangan. Bagian otak yang mengendalikan kegiatan motorik tubuh adalah korteks
serebri, ganglia basalis, dan serebelum.

Serebelum mempunyai peranan penting dalam fungsi motorik, mengatur pergerakan


otot secara terkoordinasi dan seimbang. Kerusakan pada daerah serebelum dapat
menyebabkan gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan.

Bagian lain yang mengendalikan gerakan motorik adalah ganglia basalis yang terdiri
atas massa besar neuron yang terletak jauh di dalam substansi serebrum dan di bagian atas
mesensefalon. Kerusakan pada bagian ganglia basalis dapat menyebabkan suatu pola
gerakan berulang-ulang, misalnya tangan atau lengan melakukan gerakan memutar,
mengulang pola yang sama berulang-ulang. Selain itu, kerusakan pada bagian ini juga
dapat menimbulkan gerakan kuat berurutan dan tak terkendali. Kondisi ini sama dengan
pola perilaku stereotip anak autisme.

Bagian korteks serebri yang mengatur fungsi motorik adalah korteks premotorik, yaitu
area 1-3 cm di depan korteks motorik. Korteks premotorik berfungsi mengatur gerakan-
gerakan terkoordinasi yang meliputi banyak otot secara serentak. Kerusakan pada daerah
korteks premotorik menyebabkan kehilangan kemampuan untuk mengkoordinasikan
gerakan.

Bagian korteks premotorik juga mengatur keterampilan tangan dan jari. Kerusakan
daerah ini menyebabkan gerakan-gerakan tangan menjadi tidak terkoordinasi dan tidak
bertujuan (apraksia motorik).

7. Tantrum/Agresif/Hiperaktif

Tantrum merupakan kondisi anak autisme yang mengamuk karena keinginannya


tidak dipenuhi. Menurut sebuah teori, jika daerah prefrontal korteks serebri (bagian paling
anterior otak yang terletak 5-7 cm di depan lobus frontalis) rusak karena suatu penyakit,
trauma, atau penyebab lain, akan muncul reaksi-reaksi ekstrem seperti suka mengamuk,
respons yang sangat cepat dan mungkin cenderung berbahaya, atau emosi tinggi yang
19
sulit dipadamkan seketika, tetapi akan mereda kemudian. Kondisi ini merupakan kondisi
yang terjadi pada anak autisme saat mengalami tantrum

8. Gangguan Emosi

Emosi umumnya mengacu ke suasana hati yang disertai ekspresi aktif. Dalam
konteks ini emosi menggabungkan perasaan subjektif (seperti rasa kosong, defresi,
gelisah, senang, ketidaksenangan, kemarahan, kesiagaan dan gembira) dengan tanda-
tanda objektif. Tingkah laku yang berhubungan dengan emosi diatur oleh sistem limbik.
Bagian sistem limbik antara lain meliputi hipotalamus, hipokampus dan amigdala..5

2.6 MEKANISME TIMBULNYA EMOSI

Tahap-tahap proses terjadinya emosi yang melatari pengalaman dan perilaku emosional.6
1. Stimulus : stimulus diterima dan dikodekan.
2.Komparator: terjadi penilaian relevansi stimulus, yang dinamakan penilaian primer dan
merupakan hasil perbandingan antara peristiwa sebagaimana dipersepsi oleh individu
dengan kepedulian individu.
3.Pendiagnosis: melakukan evaluasi selanjutnya dari stimulus sebagai keseluruhan dalam
kaitannya dengan apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan individu, yang disebut
evaluasi konteks atau penilaian sekunder.
4.Evaluator: melakukan evaluasi atas semua masukan dibandingkan dengan informasi
yang telah ada sebelumnya. Perbandingan tersebut menjadi isyarat untuk terjadinya
interupsi perilaku yang sedang berlangsung atau terpecahnyaperhatian individu dari
perilaku tersebut, yang disebut juga control precedence.
5.Perubahan Kesiapan Aksi: merupakan ciri utama dari control precedence, yang dapat
terjadi suatu rencana tindakan atau terjadi modus aktivasi tertentu.
6.Timbulnya Perubahan Faali: masukan dari tahap perubahan kesiapan aksi menimbulkan
perubahan faal dan seleksi aksi yang dapat dilakukan, yang ditentukan oleh modus
aktivasi dan regulasi.

Regulasi terjadi karena ada norma-norma yang sudah diinternalisasi individu, dan norma-
norma lain yang ada pada saat itu.

20
Emosi dapat disadari melalui dua cara.

1. Reflektif (Penilaian Sekunder)


Pengalaman reflektif adalah hasil intropeksi dari suatu yang telah berlangsung, dimana
yang menjadi pusat perhatian aedalah kesadaran itu sendiri dan obyek pengalaman
direduksi menjadi penginderaan.
2. Irreflektif (Penilaian Primer)
Dalam pengalaman irreflektif yang menjadi fokus adalah kegiatan kesadaran yang
terarah pada obyek. Misalnya pada situasi yang menimbulkan emosi takut, subyek
memandang situasi secara langsung atau intuitif sebagai sesuatu yang mengancam
kesejahteraan dirinya tanpa melakukan penalaran sistematik.
Dapat dikatakan bahwa pengalaman reflektif lebih disadari oleh subyek dibandingkan
dengan pengalaman irreflektif.

Terdapat tiga jenis komponen penilaian situasi yang berkaitan dengan jenis-jenis pengalaman
emosi.6
1. Komponen Inti
Merupakan komponen yang dapat menjelaskan apakah situasi merupakan situasi
emosional atau tidak, yang menyangkut relevansi emosional dan menjadi bagian
pengalaman emosi itu sendiri.
2. Komponen Konteks
Komponen ini memberi ciri pada struktur arti situasi yang menentukan sifat emosi, yaitu
emosi apa yang akan muncul dan seberapa kuat intensitasnya. Selain itu, komponen ini
juga menyangkut apa yang menurut subyek dapat ia lakukan atau tidak dapat dilakukan
terhadap situasi.
3. Komponen Obyek
Komponen ini berkaitan dengan sifat obyek yang menimbulkan emosi. Contoh komponen
antara lain.
a. ego sebagai obyek
Misalnya dalam emosi malu, yaitu subyek menilai dirinya sendiri dan bagaimana orang
lain memandang dirinya.
b. obyek fate vs subject fate

21
Yang dinilai adalah apakah emosi tersebut mempengaruhi kesejahteraan diri sendiri atau
kesejahteraan orang lain

BAB III

22
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

System saraf adalah satu dari dua system control pada tubuh, yang lain adalah endokrin.
Secara umum, system saraf mengkordinasi respon-respon cepat, sementara system endokrin
mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan. System saraf otonom
terdiri dari 2 subdivisi system saraf simpatis dan parasimpatis. Serat praganglion berasal
dari SSP dan bersinaps dengan badan sel serat pascaganglion disuatu ganglion diluar SSP.
Serat ascaganglion berakhir di organ efektor. Semua serat praganglion dan pascaganglion
parasimpatis mengeluarkan Asetilkolin. Serat pascaganglion simpatis mengeluarkan
norefinefrin. Neurotransmitter yang sama menimbulkan respon yang berbeda-beda
dijaringan yang berbeda. Dengan demikian, repson tergantung pada spesialisasi sel
jaringan, bukan pada sifat zat perantara. Sistem simpatis mendominasi pada keadaan
darurat atau penuh stress dan mendorong respon-respon yang mempersiapkan tubuh untuk
aktivitas fisik. System parasimpatis mendominasi pada situasi-situasi yang tenang dna
santai, dan mendorong aktivitas untuk memelihara tubuh, misalnya pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA

23
1. Guyton. Tex Book of Medical Physiology Philadelphia.edisi ke-11. Penerbit :
elesevier saunders.bab 6. Hal 755.
2. Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta
3. Sherwood lauralee.fisiologi manusia,dari sel ke system,ed 2.2001.EGC:Jakarta.bab
7.hal 197-201.
4. Staff Universitas Indonesia. Neurotransmiter. Di unduh dari
http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-
a&hs=Kyc&rls=org.mozilla%3Aen-US
%3Aofficial&q=neutransmiter+pada+sistem+saraf+otonom&meta=&cts
=1272342319010&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai
5. Hembing Kusuma Wijaya. Fungsi otak dalam system perilaku. Di unduh dari
http://autishembingcenter.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=66:tinjauan-
neurofisiologis&catid=35:artikelautis&Itemid=29
6. Harif Muanim. Mekanisme timbulnya emosi. Di unduh dari
http://www.warmasif.co.id/kesehatanonline/mod.php?mod=download&op=visit&lid=371. 2

24

You might also like