You are on page 1of 21

PENDUDUK DAN PENGANGGURAN YANG ADA DI NUSA TENGGARA

BARAT (NTB)

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di `negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara
berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena
sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Berdasarkan
pengamatan penulis yang didapatkan dari segala sumber. Sempitnya lapangan
pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi.
Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara
berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah
pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan dari pada di
negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya
business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan
penduduk,ataupun masalah sosial politik di negara tersebut. Melalui artikel inilah
penulis mencoba untuk mengangkat masalah pengangguran dengan segala
dampaknya di Indonesia yang menurut pengamatan saya sudah semakin
memprihatinkan terutama ketika negara kita terkena imbas dari krisis ekonomi
sejak tahun 1997 hingga tahun 2008. Penulis mengambil data pada tahun 2008
untuk dijadikan artikel berdasarkan data dari sumber-sumber yang ada.

Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi


pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita
menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara
kita. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab
rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya
penyerapan sumber daya, termasuk Sumber Daya Manusia. Jika dibandingkan
dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh
negara-negara berkembang relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di negara-
negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber
daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

1
Tingginya angka penganggur berpotensi menimbulkan kerawanan
berbagai kriminal dan gejolak sosial,politik dan kemiskinan.Selain itu,
pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar biasa.Setiap orang harus
mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, energi listrik, sepatu, jasa dan
sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan. Bisa kita
bayangkan berapa ton beras dan kebutuhan lainnya harus disubsidi setiap harinya.
Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara
kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal
sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka kelabakan
dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal.
Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi
menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung
kalau hujan. Juga para pedagang kaki lima dan tukang becak, bahkan orang demo
saja dibayar. Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak para penganggur
yang mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari
mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual narkoba,
dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit mereka yang dibayar untuk berbuat rusuh
atau anarkis demi kepentingan politik salah satu kelompok tertentu. Hal inilah
yang harus diperhatikan oleh pemerintah jika krisis sosial tidak ingin berlanjut
terus.

Negara yang sedang berkembang sangat banyak masyarakat yang


seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya
lapangan pekerjaan beserta besarnya jumlah penduduk terhadap daerah
.Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor- faktor kelangkaan
modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di
negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju.Namun
masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan
daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang
surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi,
masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik maupun budaya yang
ada di negara tersebut.Melalui artikel inilah saya mencoba untuk mengangkat
masalah pengangguran dengan segala dampaknya di Indonesia yang menurut

2
pengamatan saya sudah semakin memprihatinkan terutama ketika negara kita
terkena imbas dari krisis ekonomi sejak tahun 1997.

Pengangguran merupakan suatu hal wajar kita lihat kondisi di mana orang
tidak dapat bekerja,karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan maupun sumber
daya . Ada berbagai macam tipe pengangguran, misalnya pengangguran
terselubung, teknologis, pengangguran friksional, pengangguran struktural dan
sebagainnya .Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk,
distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di
negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk
di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab
rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya
penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia Jika dibandingkan
dengan negara- negara maju, yang ada di duniapemanfaatan sumber daya yang
dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif lebih rendah daripada yang
dilakukan di negara- negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari
penggunaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya mianusia.

B. Teori- teori

Teori-teori penduduk dibagi menjadi beberapa teori yaitu:


a. Teori Pertumbuhan Penduduk
Teori Natural
- Teori ini mengemukakan bahwa hewan dan tumbuhan dipengaruhi oleh
temperatur, curah hujan, kesuburan tanah(Ruslan H. Prawiro, 1983: 27) William
Gadwin
- Mengemukakan bahwa kemelaratan adalah orang atau strukturmasyarakat yang
salah dan dapat diperbaiki dengan prinsip sama rata sama ras (Ruslan
H.Prawiro,1983: 27) Thomas Robert Malthus
- Mengemukakan bahwa kemelaratan adalah tidak imbangnya pertambahan
penduduk dengan pertambahan bahan makanan (Ruslan H. Prawiro, 1983: 25)
b. Teori Fisiologi
Teori Pearl

3
- Teori ini mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh
keadaan Prawiro, 1983: 28) Teori Cassado Gini
- Teori ini mengemukakan tentang statistik biologi ( Ruslan H.Prawiro, 1983: 28)
Teori Sosial Ekonomi Teori Carr Saunders
- Mengatakan bahwa negara dalam keadaan optimum bila jumlah penduduk dan
bahan pangan seimbang (Riningsih, 1990: 31) Teori Dumont
- Mengemukakan tentang teori kapilaritas sosial. Kapilaritas social mudah berlaku
di dalam perpindahan dengan mudah dari kelas ke kelas yang lebih tinggi
(Ruslan H. Prawiro,1983: 32)
Pengangguran intelektual akan tetap menjadi keniscayaan jika kebijakan
politik pendidikan tuli terhadap kritikan dan buta terhadap realitas kehidupan.
Sudah banyak teori yang membahas masalah pengangguran yang dihasilkan
oleh lulusan perguruan tinggi. Istilah sarjana yang menganggur sangat banyak
sebutannya, mulai dari pengangguran intelektual, pengangguran terdidik,
pengangguran bergelar dan lain sebagainya. Istilah apapun yang digunakan,
tetapi itu adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan. Solusi sudah banyak
dalam bentuk teori dan implementasi, secara signifikan belum menunjukkan
angka bahwa pengangguran terdidik akan segera berakhir, cenderung lagi
bertambah. Pengangguran di negara kita sebenarnya sudah sangat parah.
Memang secara teori, ilmu ekonomi pengangguran adalah kata yang tidak akan
pernah selesai dibahas. Penganggguran Mengapa tidak berdaya, karena tidak
cukup hanya tinjauan teoritis yang menjawabnya, harus adalah strategi khusus
dan jitu. Memang ‘PR’ ini tidak cukup hanya menjadi beban pemerintah, hanya
saja pemerintah harus tampil sebagai pihak pertama yang terbeban. Bagaimana
mengatasinya menjadi ‘PR’ khusus Kabinet yang khusus dalam tim ekonomi
SBY dan perlu berkolaborasi dengan institusi pendidikan. Pengangguran
intelektual akan tetap menjadi keniscayaan jika kebijakan politik pendidikan tuli
terhadap kritikan dan buta terhadap realitas kehidupan. Mengangkat kembali
wacana kewirausahaan dan menggemakan lagi wacana link and match hanya
akan merupakan kebijakan tambal sulam jika pemerintah tidak segera
menyadari bahwa kebijakan pendidikan di tingkat dasar dan menengah, yang
menjadi fondasi kualitas pendidikan tinggi, lebih banyak mematikan kreativitas

4
dan memandulkan daya cipta guru maupun siswa. Kita hidup dalam sebuah
ekonomi pengetahuan (knowledge economy) dan sebuah masyarakat
berpengetahuan (knowledge society). Ekonomi pengetahuan bertumbuh karena
adanya kreativitas dan kemampuan mencipta yang memungkinkan pemecahan
masalah secara cerdas (ingenuity). Sekolah dalam masyarakat berpengetahuan
harus menciptakan kualitas ini; kalau tidak, masyarakat dan bangsa akan
ditinggalkan.” (Andy Hargreaves, 2003). Hargreaves tepat membidik dua hal
yang sering dilupakan dalam pembaruan pendidikan

1. PEMBAHASAN

A. Penduduk
Salah satu tantangan pembangunan ekonomi di negara-negara yang
sedang berkembang dan yang sekaligus merupakan ciri negara-negara tersebut
ialah adanya ledakan penduduk. Telah kita ketahui bahwa tujuan pembangunan
ekonomi adalah kenaikan penghasilan riil perkapita. Penghasilan riil per kapita
adalah sama dengan pendapatan nasional riil atau ou tput secara keseluruhan yang
dihasilkan selama satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya. Jadi
standar hidup tidak dapat dinaikkan kecuali jika output meningkat dengan lebih
cepat dari pada pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi
perkembangan output total diperlukan penambahan investasi yang cukup besar
agar supaya dapat menyerappertambahan penduduk; yang berarti naiknya
penghasilan riil perkapita. Ada teori-teori yang memperbincangkan mengenai
berapa jumlahpenduduk yang seharusnya atau yang cocok bagi suatu negara.
Untuk itu adateori penduduk yang dikenal dengan “teori penduduk optimum”
(optimumpopulation theory). Adapun yang dimaksud dengan penduduk optimum
ialah jumlah penduduk yang dapat memberikan/ menghasilkan tingkat upah riil
atau tingkat penghasilan riil per kapita yang maksimum.
a. Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi
Kapasitas yang rendah dari negara sedang berkembang untuk
meningkatkan output totalnya harus diimbangi dengan penurunan tingkat
perkembangan penduduk, sehingga penghasilan riil per kapita akan dapat
meningkat. Dengan kapasitas yang rendah untuk menaikkan output totalnya dan

5
tanpa diimbangi dengan turunnya tingkat perkembangan penduduk, maka akan
terjadi penundaan pembangunan ekonomi. Ada 4 aspek penduduk yang perlu
diperhatikan di negara-negara sedang berkembang, yaitu:
• Adanya tingkat berkembangan penduduk yang relatif tinggi.
• Adanya struktur umum yang tidak favorabel.
• Tidak adanya distribusi penduduk yang seimbang.
• Tidak adanya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih.
1. Tingkat Perkembangan Penduduk yang Tinggi
Tidak ada keragu-raguan terhadap sejarah di negara-negara yang sudah
maju bahwa pertambahan penduduk yang pesat justru menyumbang terhadap
kenaikkan penghasilan riil per kapital. Ini disebabkan karena negara-negara yang
sudah maju tersebut telah siap dengan tabungan yang akan melayani kebutuhan
investasi. Tambahan penduduk justru akan menambah potensi masyarakat untuk
menghasilkan dan juga sebagai sumber permintaan yang baru. A. Hansen
mengenai stagnasi secular, yang mengatakan bahwa bertambahnya jumlah
penduduk justru akan menciptakan/ memperbesar permintaan agregatif, terutama
investasi. Para pengikut Keynes tidak melihat tambahan penduduk sekedar
sebagai tambahan penduduk saja, tetapi juga melihat adanya suatu kenaikkan
dalam daya beli (purchasing power).
Di samping itu para pengikut Keynes juga menganggap adanya kemajuan,
meningkatnya produktivitas tenagakerja dan permintaan tenaga kerja ini akan
selalu mengiringi kenaikkan jumlah penduduk. Produktivitas penduduk di negara-
negara sedang berkembang adalah rendah sehingga mengakibatkan rendahnya
produksi pula. Karena sebagian besar penduduk tinggal di desa dan hidupnya
sebagian besar berasal dari sektor pertanian, maka hampir semua penghasilan
yang didapatnya akan dikonsumir seluruhnya. Seandainya ada sisa, hanya
relatifkecil jumlahnya. Akibatnya tingkat investasi juga akan rendah. Jadi negara-
negara sedang berkembang, dimana sudah terdapat perbandingan yang tinggi
antara jumlah manusia dan jumlah faktor- faktor produksi yang lain,
perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan diseconomies of scale. Di
negara- negara sedang berkembang di negara kepadatan penduduk yang cepat

6
akan dapat pula mendorong perkembangan ekonomi, apabila kapital dan
tantangan penduduk tersebut.
2. Struktur Umur yang tidak Favorable
Negara sedang berkembang memiliki tingkat kelahiran yang tinggi dan
tingkat kematian yang rendah. Hal ini mengakibatkan adanya segolongan besar
penduduk usia muda lebih besar proporsinya dari pada golongan penduduk usia
dewasa. Keadaan penduduk yang seperti ini disebut sebagai penduduk yang
berciri “expensive”.Ini merupakan kebalikan dari keadaan di negara-nagara yang
telahmaju. Pada tahun 1950, negara-negara yang sedang berkembang (Asia,Afrika
dan Amerika Latin), 40% atau lebih dari total penduduknya berumur di bawah 15
tahun. Dengan adanya tingkat kelahiran yang tinggidan tingakt perkembangan
penduduk yang cepat di negara-negara sedang berkembang, maka negara-negara
itu akan selalu memiliki struktur penduduk yang sebagian besar adalah usia muda.
Sehubungan dengan struktur umur penduduk kita kenal konsep “angka beban
tanggungan”(dependency ratio) yang menyatakan perbandingan antara
banyaknyaorang tidak produktif (penduduk umur di bawah 15 tahun dan di atas
65tahun) dan orang yang produktif (penduduk umur 15 – 65). Umumnya negara
sedang berkembang memiliki angka beban tanggungan yang tinggi karena
besarnya jumlah penduduk usia muda.
Proporsi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak menguntungkan
bagi pembangunan ekonomi, karena:
a. Penduduk golongan usia muda, cenderung untuk memperkecil angka
penghasilan per kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukan
sebagai produsen dalam perekonomian tersebut.
b. Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu negara
akan mengakibatkan alokasi faktor-faktor produksi ke arah
“investasi-investasi sosial” dan bukan ke “investasi-investasi kapital”.
Oleh karena itu paling tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.
3. Distribusi Penduduk yang Tidak Seimbang
Tingkat urbanisasi yang tinggi pada umumnya telah dihubungkan dengan
daerah-daerah yang secara ekonomis telah maju dan berrsifat industri. Tingkat
urbanisasi ini mempunyai pengaruh dan akibat-akibat yang berbeda di negara-

7
negara yang sudah maju bila dibandingkan dengan dinegara-negara yang seadng
berkembang. Di negara-negara yang sudah maju hanya sebagian kecil penduduk
yang bekerja di sektor pertanian. Urbanisasi biasanya terjadi karena adanya
tingkat upah yang lebih menarikdi sektor industri (di kota) daripada tingkat upah
di desa (sektor pertanian).Untuk negara sedang berkembang, hal ini dapat
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan perkembangan ekonomi anar sektor
pertanian dan sektor industri, yaitu bila urbanisasi terus terjadi sampai kekurangan
tenaga kerja muncul sebagai masalah di sektor pertanian.
Dengan ataupun jasa-jasa yang dibutuhkan oleh sektor industri. Akibatnya
perkembangan akan tergantung dari sektor perdagangan internasional.Keinginan
untuk mencapai perkembangan yang seimbang antara dua sektor itu juga
merupakan masalah yang tidak mudah diatasi, karena adanya keharusan dalam
membagi jumlah tabungan yang terbatas, diantara investasi sosial dan investasi
kapital yang produktif.
4. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan penghalang pembangunan
ekonomi suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan
tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi,
terutama industri, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang
mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis. Dengan kata lain
pendidikan merupakan faktor penting bagi berhasilnya pembangunan ekonomi.
Bahkan menurut chumaker pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar
manfaatnya disbanding faktor-faktor produksi lain.
b. Ledakan Penduduk
Dari banyak penelitian kita mengetahui bahwa faktor utama yang
menentukan perkembangan penduduk adalah tingkat kematian, tingkat kelahiran
dan tingkat perpindahan penduduk (migrasi).
Dua faktor pertamayang sangat besar peranannya dalam mempengaruhi
laju pertumbuhan penduduk.
1. Tingkat Kematian (Death Rate)
Ada empat faktor yang menyumbang terhadap penurunan angka kematian pada
umumnya:

8
a). Adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknologi dan
meningkatnya produktivitas tenaga kerja serta tercapainya perdamaian dunia
yang cukup lama.
b). Adanya perbaikkan pemeliharaan kesehatan umum (kesehatan masyarakat),
maupun kesehatan individu.
c). Adanya kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran serta diperkenalkannya
lembaga- lembaga kesehatan umum yang modern, sehingga dapat mengurangi
jumlah orang yang terserang penyakit.
d). Meningkatnya penghasilan riil per kapita, sehingga orang mampu membiayai
hidupnya dan bebas dari kelaparan dan penyakit, dan selanjutnya dapat hidup
dengan sehat.
2. Tingkat Kelahiran (Birth Rate)
Di negara-negara industri pertumbuhan penduduk berlangsung terus
disamping adanya penurunan tingkat kelahiran; misalnya di perancis,
AmerikaSerikat dan inggris, tingkat kelahiran terus menurun sejak abad
kesembilan belas sampai awal abad ini. Hanya setelah perang dunia ke-II, tingkat
kelahiran meningkat dan mempercepat tingkat pertambahan penduduk.Tingkat
kelahiran lebih dihubungkan dengan perkembangan ekonom imelalui pola-pola
kebudayaan seperti: umur perkawinan, status wanitanya,kedudukan antara rural
dan urban serta sifat-sifat dari sistemfamili yang ada. Di negara-negara yang
sudah maju, terutama di negara-negara barat, penurunan tingkat kematian
sungguh-sungguh telah diikuti oleh suatu penurunan tingkat kelahiran pula.
3. Migrasi
Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat pertumbuhan
penduduk. Oleh karena itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat
diperhitungkan hanya dari tingkat kelahiran dan tingkat kematian saja. Bagi
negara-negara sedang berkembang migarasi tidaklah berarti dalam peningkatan
jumlah penduduk ataupun dalam pengurangan jumlah penduduk. Pemindahan
penduduk ke luar negeri dari negara- negara yang sedang berkembang tidaklah
mungkin dapat terlaksana lagi guna mengurangi kepadatan penduduknya.
Hal ini disebabkan banyak negara seperti Australia, Rhodesia dan
Suriname tidak bersedia menerima poerpindahan dari negara-negara sedang

9
berkembang yang padat penduduknya, dengan alasan kesulitan-kesulitan integrasi
sosial dan rendahnya tingkat skill di negara-negara yang mengalami tekanan
penduduk tersebut. Akibatnya dengan penurunan tingakt kematian yang cepat dan
tetap tingginya tingkat kelahiran dan kurang efektifitas migrasi, maka
pertumbuhan penduduk akan nampak sangat cepat dan mengakibatkan terjadinya
ledakan penduduk di negara-negara sedang berkembang.
c. Pemecahan Masalah Kependudukan
Dari pembicaraan mengenai ledakan penduduk yang terjadi di negara
negara sedang berkembang, dapatlah kita menyimpulkan bahwa masalah
penduduk merupakan masalah yang sangat sukar untuk diatasi. Sebenarnya kita
dapat menerapkan suatu kebijaksanaan dari sudut tingkat kematian untuk
mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk, yaitu dengan mencegah penurunan
tingkat kematian; atau dengan kata lain meningkatkan adanya kematian. Tetapi
tindakan ini jelas bertentangan dengan hati nurani manusia yang pada umumnya
ingin hidup lama di dunia. Cara lain yaitu dengan mengurangi kepadatan
penduduk di negara-negara sedang berkembang, tetapi karena rendahnya tingakat
skill dan adanya politik restriksi, maka hal ini sulit sekali dilaksanakan.
Oleh karena itu policy/ kebijaksanaan terakhir yang nampaknya akan dapat
ditempuh dengan mempegaruhi tingkat kelahiran yang mana cara ini sudah
kelihatan diterima sebagai cara yang layak di negara-negara sedang berkembang.
Program keluarga berencana sudah banyak dilaksanakan oleh sebagian besar
negara-negara sedang berkembang.Walaupun program keluaraga berencana telah
diterima oleh hampir semua negara yang sedang berkembang, tetapi belum semua
penduduk atau semua orang yang tinggal di negara-negara itu bersedia
melaksanakan program tersebut.
Keadaan ini di sebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Adanya kemelaratan dan buta huruf di negara-negara sedang
berkembang,bersama-sama dengan organisasi sosia yang masih bersifat
tradisional, bertindak sebagai penghambat pelaksanaan keluarga berencana
tersebut sekali mengenai pencegahan kehamilan.
2. Perkembangan ilmu obat-obatan dan ilmu kesehatan masih melupakan faktor-
faktor psychology dari orang-oarng yang akan menjadi akseptor.Ilmu-ilmu

10
tersebut belum dapat menciptakan alat pengontrol kehamilan yang sungguh-
sungguh dapat diterima dan dapat dipakai dengan baik sehingga dapat
mengurangi masalah pengangguran yang ada di negara-negara sedang
berkembang.Kemajuan ilmu pengetahuan telah dapat menyediakan metode
kontrasetip yang baru dan pemerintah nasional mendorong penduduk untuk
memakainya
B. Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat
modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya terbuang percuma dan
tingkat pendapatan masyarakat merosot. Dalam situasi seperti ini kelesuan
ekonomi akan berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan kehidupan keluarga
sehari-hari.
Di negara-negara sedang berkembang pengangguran dapat digolongkan
ke dalam 3 jenis yaitu:
a. Pengangguran yang kelihatan (visible underemployment)
Visible underemployment akan timbul apabila jumlah waktu kerja yang
sungguh-sungguh digunakan lebih sedikit daripada waktu kerja yang
sanggup/disediakan untuk bekerja. Tegasnya, ini merupakan suatu pengangguran.
Meskipun beberapa dari pengangguran itu terdapat di sektor-sektor kerajinan dan
industri-industri sedang besar, namun cukup penting bagi negara-negara sedang
berkembang karena adanya sifat-sifat khas kegiatan sektor pertanian.
b. Pengangguran tak kentara (invisible underemployment)
Pengangguran tak kentara terjadi apabila para pekerja telah
menggunakanwaktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik
(setelah ada perubahan-perubahan sederhana dalam organisasi atau metode
produksi tetapi tanpa suatu tambahan yang besar) ke sektor-sektor/pekerjaan lain
tanpa mengurangi output.
c. Pengangguran potensial (potensial underemployment)
Pengangguran potensial merupakan suatu perluasan daripada
disguisedunemployment, dalam arti bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat
ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output; hanya harus dibarengi

11
dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode-metode produksi yang
memerlukan pembentukan kapital yang berarti.
1. Memanfaatkan Tenaga-Tenaga yang Menganggur
Tenaga-tenaga yang menganggur merupakaan persediaan faktor produksi
yang dapat dikombinasikan dengan faktor-faktor produksi lain untuk
meningkatkan output di negara-negara sedang berkembang. Persediaan
tenagakerja ini jelas lebih banyak terdapat di daerah-daerah yang padat
penduduknya.Masalah pemanfaatan tenaga menganggur ini menyangkut baik segi
penawaran maupun segi permintaan. Untuk memperluas permintaan akan tenaga
kerja diperlukan adanya pengorganisasian tenaga kerja seperti halnya dengan
capital
Pembangunan masyarakat desa mungkin merupakan jalan yang baik,
karena hanya diperlukan kapital yang relatif tidak besar. Suatu keuntungan
penggunaan tenaga-tenaga yang menganggur secara musiman yakni tidak
mengurangi tenaga-tenaga yang diperluka untuk mengadakan panenan maupun
penanaman. Industri-industri kecil juga mungkin sekali akan menyerap tenaga
tenaga yang menganggur karena musim atau memang secara kronis.Masalah
perluasan penawaran tenaga kerja menimbulkan akibat-akibat yang lebih luas lagi.
Seperti dinyatakan oleh Profesor Leibenstein, kemampuan untuk menghasilkan
lebih banyak tergantung pada kalori yang dimiliki oleh tenaga kerja itu.
Sehingga tidak begitu mudah nampaknya untuk menarik tenaga kerja dari
sektor pertanian yang kemudian ini akan diikuti oleh penarikan bahan makanan
dari sektor pertanian pula seperti dikemukakan oleh Profesor Ragnar Nurkse.
Ketidak sempurnaan pasar dapat menghambat alokasi sumber-sumber/faktor-
faktor produksi secara lebih efisien, jika dalam masyarakat itu terdapat suatu
susunan sosial yang kaku, kurang adanya spesialisasi, adanya ketidak stabilan
faktor-faktor produksi. Masalah-masalah ini dapat diatasi dengan suatu
perancangan dan pengelolaan yang baik, serta diadakan survey yang mendalam
mengenai kemungkinan-kemungkinan investasi baru yang nantinya akan dapat
mengubah sifat-sifat sosial dan kebudayaan.
2. Dampak Ekonomis

12
Masyarakat sangatlah mendambakan tersedianya banyak lapangan
pekerjaan karena keadaan seperti ini berarti dapat dihasilkannya output yang inggi
dan diperolehnya pendapatan yang tinggi pula. Di samping itu, banyak kelompok
masyarakat yang menganggap bekerja itu mempunyai nilai tersensiri. Jika angka
penganggguran tinggi, maka akan banyak output yang hilang, pendapatan
menurun, dan mmasyarakat menderita batin karena hilangnya rasa harga diri.
Pentingya masalah pengangguran tenaga kerja(kesempatan kerja) dari segi
ekonomi dan kerugian besar yang diakibatkan oleh pengangguran merupakan
segi-segi masalah yang ditinjau dalam analisis siklus ekonomi
3. Pengukuran Tingkat Pengangguran
Data mengenai jumlah orang yang bekerja dan orang yang menganggur
merupakan salah satu jenis data yang dirancang secara cermat dan data ekonomi
yang sangat kmprehensif. Data tersebut dikumpulkan setiap bulan dengan
menggunakan prosedur yang disebut sample acak (random samplingi)dari seluruh
populasi. Setiap bulan dilakukan Tanya jawab terhadap sekitar
60.000 rumah tangga terutama mengenai jenis pekerjaan yang mereka miliki.
Survey tersebut membagi penduduk yang berumur 16 atau lebih ke dalam
tiga kelompok, yaitu:
• Bekerja (employed). Dalam kelompok ini adalah orang-orang yangmelakukan
jenis pekerjaan apa saja yang menghasilkan uang, termasuk didalamnya orang-
orang yang mempunyai pekerjaan akan tetapi sedang tidak bekerja karena sakit,
melakukan pemogokan, atau sedang berlibur.
• Menganggur (unemployed). Dalam kelompok ini termasuk orang-orang yang
tidak bekerja akan tetapi secara aktif sedang mencari pekerjaan atau orang-orang
yang sedang menunggu untuk kembali bekerja.
Hasil perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 2003 dan
2009 menempatkan NTB sebagai daerah dengan nilai pembangunan manusia yang
berada pada level menengah bawah, dengan peringkat ke-32 dari 33 Provinsi yang
ada di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah prestasi yang bisa dibanggakan.
Untuk megetahui tingkat penganguran yang ada di Nusa Tenggara Barat
(NTB) dari Tahun ke Tahun sesuai dengan data-data di bawah ini adalah :
No Tahun Jumlah Pengangguran Presentase

13
Pengangguran(%)
1 2003- 2004 4,37 Juta Jiwa 67,69 %
2 2004- 2005 2,99 Juta Jiwa 61,13 %
3 2006- 2007 1,12 Juta JIwa 24,99 %
4 2008- 2009 260 Juta jiwa 48,96 %
Sumber: Indeks pembangunan Manusia (IPM) pada Tahun 2003- 2009
Lebih tepat lagi, seseorang disebut menganggur antara lain:
(a) Telah melakukan upaya-upaya tertentu untuk mendapatkan pekerjaan selama 4
minggu
(b) Diberhentikan untuk sementara dan sedang menunggu dipanggil kembali
bekerja, atau
(c) Sedang menunggu untuk melaporkan diri siap bekerja bulan depan. atau
menganggur dikelompokkan ke dalam angkatan kerja (labor force).
• Tidak termasuk angkatan kerja. Di dalamnya termasuk 34 persen dari penduduk
dewasa yang sedang sekolah, ibu rumah tangga, pensiunan, tidak mampu
bekerja, atau semata-mata tidak bermaksud untuk mencari kerja.Orang-orang
yang punya pekerjaan adalah tergolong bekerja; orang-orang yang tidak
mempunyai pekerjaan akan tetapi sedang dalam usaha mencari pekerjaan
tergolong pengangguran; orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi
tidak bermaksud untuk mecari pekerjaan tidak dimasukkan dalam kelompok
angkatan kerja. Tingkat pengangguran dihitung dari jumlah orang yang
menganggur dibagi dengan seluruh angkatan kerja.
4. Penangangguran Ditinjau dari Interpretasi Ekonomi
Sekarang kita beralih dari cara pemerintah menghitung banyaknya
pengangguran ke analisis ekonominya. Untuk menganalisis dan mengenal lebih
jauh struktur pasar tenaga kerja jaman sekarang ini, para ahli ekonomi telah
membagi tiga jenis pengangguran, yaitu: friksional, struktural, dan siklis.
Pengangguran friksional terjadi karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah
ke daerah lain, dan dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain atau melalui
berbagai tingkat siklus kehidupan yang berbeda.
Selama setahun terakhir jumlah penduduk pengangguran di Nusa
Tenggara Barat (NTB) yang kehilangan pekerjaan sesuai dengan jenis kelaminnya
beserta dengan total angkatan kerja di tampilkan dengan data- data sebagai
berikut:

14
Jumlah laki- Jumlah Jumlah Total
Bulan/
No laki yang wanita yang Penduduk ½ Angkatan
Tahun
Bekerja bekerja Pengangguran Kerja
Feburwari/ 1.965.602 850.085 769.873/ 6,12 2.040.174
1
2008 Orang Orang % Orang
Feburwari/ 1.915. 234 846.410
2 - -
2009 Orang Orang
Sumber: Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat (NTB)
Bahkan jika suatu perekonomian berada pada tingkat di mana tidak ada
pengangguran pun (fullemployment), akan selalu terjadi perputaran (turnover)
karena adanya orang-orang yang baru saja menyelesaikan sekolahnya dan mencari
pekerjaan, atau karena perpindahan dari satu kota ke kota lain. Para wanita
kemungkinan akan masuk kembali ke barisan pencari kerja setelah mereka
melahirkan anak-anak. Karean mereka yang tergolong ke dalam pengangguran
friksional ini sering berpindah dari satu tempat pekerjaan ke pekerjaan lain, atau
mencari tempat kerja yang lebih baik, maka mereka ini sering dianggap sebagai
penganggu “sukarela”.
Penganguran struktural menunjukkan terjadinya ketidak sesuai antara
penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidak sesuaian ini terjadi karena
permintaan atas satu jenis pekerjaan bertambah sementara pemintaan atas jenis
pekerjaan lain menurun, dan penawaran tidak dapat melakukan penyesuaian
dengan cepat atas situasi tersebut. Kita sering melihat ketidakseimbangan
struktural antara berbagai jenis pekerjaan ataupun daerah, di mana
sektorsektortertentu bertumbuh sementara yang lain mengalami penurunan.
Pengangguran siklis terjadi apabila permintaan tenaga kerja secara
keseluruhan rendah. Apabila total pembelanjaan dan output menurun, maka
pengangguran akan meningkat dengan segera di segala bidang. Dalam masa resesi
tahun 1982, tingkat pengangguran meningkat di 48 dari 50 negara bagian.
Kenaikan tingkat pengangguran ini telah memberikan pertanda bahwa
pengangguran ini sebagian besar bersifat siklis.Perbedaan antara penganguran
siklis dengan jenis pengangguran lainnya membantu para ahli ekonomi untuk
melakukan diagnosa terhadap tingkat kesehatan pasar tenaga kerja. Tingkat
penganguran friksional dan struktural dapat terjadi meskipun pasar tenaga kerja

15
secara keseluruhan berada dalam tingkat keseimbangan, misalnya ketiak tingkat
pertuakaran (turnover) sangattinggi, atau ketika ketidak seimbangan geografis
sangat besar. Pengangguransiklis terjadi apabila jumlah kesempatan kerja
menurun sebagai akibat darierjadinya ketidak seimbangan antara penawaran
agregat dan permintaan agregat.
5. Pengangguran Ditinjau dari Sudut Teori Ekonomi Mikro
Tidak ada topik yang menimbulkan kontroversi tajam di kalangan paraahli
ekonomi selain pembahasan mengenai sebaba-sebab terjadinya pengangguran
dalam perekonomian pasar. Ilmu ekonomi mengajarkan bahwa harga selalu naik
atau turun untuk menyeimbangkan pasar kompetitif. Padat ingkat harga yang telah
ditetapkan oleh pasar, para pembeli akan mau membeli apa yang mau dijual oleh
para penjual. memahami eksistensi pengangguran ini. Meskipun sampai saat ini
belum ditemukan satu teori yang diterima secara umum, akan tetapi banyak
analisis seolah-olah bermuara ke satu pendapat bahwa pengangguran itu terjadi
karena
tingkat upah tidak cukup fleksibel untuk menyeimbangkan pasar. Berikut inikita
akn menelaah secara mendalam mengapa tingakat upah bersifat tidak fleksibe
(bersifat kaku) dan mengapa terjadi pengangguran yang tidak dikehendaki. Kita
mengawali analisis terhadap dasar-dasar mikro ekonomi dariteori pengangguran
itu dengan melihat satu jenis pasar tenaga kerja tertentu.
Pengangguran sukarela. Adanya pengangguran sukarela ini menguakkan
satu konsep yang sangat penting mengenai pengangguran. Satu perekonomian
mungkin saja berada pada efisiensi puncak meskipunia menciptakan sejumlah
penganggura tertentu. Para pencari kerja yang menganggur secara sukarela
kemungkinan memang memilih untuk menikmati hidup denagn bersenang
senang,atau melakukan kegiatan lain dari pada bekerja dengan tingkat upah yang
berlaku dipasar. Atau mereka mungkin juga tergolong para pekerja yang tingkat
produktivitasnya rendah, yang lebih memilih untuk bersenang-senang dan
bermalas-malasan dari pada bekerja dengan tingkat upah yang berlaku.
Ada sejumlah alasan yang tidak terhitung banyaknya mengapa orang-
orang memilih secara sukarela untuk tidak bekerja pada tingkat upah yang
berlaku, akan tetapi sebagian dari orang-orang seperti ini akan secara resmi

16
dihitung sebagai orang yang sedang menganggur. Perlu kiranya dicatat di sini
bahwa pengangguran sukarela ini kemungkinan akan efisien secara ekonomis,
meskipun secara filsuf atau politisi kemungkianan menyayangkan kenyataan
dimana orang-orang tidak dapat memperoleh pekerjaan yang mempunyai bayaran
tinggi. Sama halnya sepertii sebuah pabrik membutuhkan suku cadang apabila
satu bagian penting dari mesin mereka rusak, kemungkinan suatu perekonomian
pun membutuhkan juga suku cadang, yaitu para pekerja yang menganggur, yang
mau langsung bekerja apabila terdapat kebutuhan akan tenaga kerja secara
mendadak.Keadaan ini melukiskan mengapa perekonomian modern yang
kompleks, yang bekerja pada tingkat produktifitas puncak, dapat menimbulkan
pengangguran.
Pengangguran terpaksa. Untuk memahami pengangguran siklis kita
perlumembangun suatu teri pengangguran terpaksa. Hasil pemikiran Keynes yang
amat cemerlang dibidang ini adalah berupa pendapat yang membiarkan fakta\-
fakta mencorong satu teori yang indah tetapi tidak relevan. Ia menjelaskan
mengapa kita kadang-kadang melihat pengangguran terpaksa, yaitu periode
dimana para pekerja yang memenuhi kualifikasi tidak mampu untuk mendapatkan
pekerjaan dengan tarif gaji yang berlaku. Sumber-sumber kekakuan. Teori
pengangguran terpaksa mengandaikan bahwa upah sama sekali tidak fleksibel
(kaku). Satu hal yang sangat tur (administered market). Pasar lelang itu
merupakan satu pasar yang sangat terorganisir dan kompetitif dimana harga-harga
naik atau turun untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Untuk pasar tenaga kerja yang berada dibawah pengaruh serikat buruh
pola gaji dan upah jauh lebih kaku lagi,. Tingkat upah biasanya untuk masa
kontrak tiga tahun; di mana selama periode tersebut tingkat upah tidak akan
disesuaikan, walaupun terjadi kelebihan penawaran maupun permintaan dalam
jenis pekerjaan tertentu. Teori kekakuan upah serta pengangguran terpaksa
menyatakan bahwa penyesuaian upah yang amat lamban menimbulkan terjadinya
kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing pasar tenaga kerja.
Akan tetapi, secara perlahan-lahan pasar tenaga kerja akan memberikan
reaksi terhadap kondisi pasar; gaji untuk jenis pekerjaan yang permintaannya
sangat tinggi secara elatif meningkat lebih cepat dibandingkan dengan jenis

17
pekerjaan yang amat sedikit peminatnya. Oleh karena itu, dalam jangaka pendek,
pasar tenaga kerja amat mirip dengan pasar tenaga kerja yang tidak seimbang
(non-clearing).
6. Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Pasar Tenaga Kerja
Orang-orang yang berumur belasan tahun pada umunya mempunyai
tingkat pengangguran yang paling tinggi dari seluruh kelompok demografis yang
ada. Orang-orang kulit hitam yang berumur belasan tahun dalam tahun-tahun
terakhir ini mempunyai tingkat pengangguran antara 30 sampai 50 persen. Bukti-
bukti yang menunjukkan bahwa, terutama untuk golongan kulitputih, komponen
terbesar dari pengangguran yang berumur belasan tahun merupakan pengangguran
friksional. Mereka masuk dan keluar dari angkatan kerja dan frekwensi yang amat
tinggi
Mereka cepat memperoleh pekerjaan dan seringkali berpindah kerja.
Rata-rata lamanya mereka menganggur hanya setengah dari golonagn dewasa;
sebaliknya, rata-rata lamanya satu jenis pekerjaan adalah 12 kali lebih besar untuk
orang-oarang dewasa dibandingkan dengan mereka yang masih berumur belasan
tahun. Dalam tahun-tahun terakhir, setengah dari orang yang berumur belasan
tahun yang menganggur merupakan “pendatang baru” yang belum pernah bekerja
sebelumnya. Semua faktor ini mengungkapkan bahwa penganggur yang berumur
belasan tahun ini sebagian besar bersifat friksional; Hal ini berarti bahwa
pencarian kerja.

18
KESIMPULAN

A. Penduduk
Salah satu perintang pembangnan ekonomi dinegara-negara yang sedang
berkembang dan sekaligus merupakan cirri negara-negara tersebut adalah adanya
edakan penduduk. Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan di negara-
negara sedang berkembang, yaitu :
1. Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi.
2. Adanya struktur umur yang tidak favorable.
3. Tidak adanya distribusi penduduk yang seimbang.
4. Tidak adanya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih.
Produktifitas dinegara-negara sedang berkembang adalah rendah sehingga
mengakibatkan rendahnya produksi juga. Karena sebagian besar penduduk tinggal
di desa dan hidupnya sebagian besar berasal dari sector pertanian yang didapatnya
akan dikonsumir seluruhnya. Negara-negara berkembang mempunyai tingkat
kelahiran yang tinggi dan tingkat kematian yang rendah, hal inimengakibatkan
adanya segolongan besar usia muda lebih besar proporsinya daripada golongan
penduduk usia muda.
B. Pengangguran
Para ahli ekonomi menggolongkan pengangguran ke dalam tiga
kelompok,yaitu:
(a) Pengangguran friksional, yaitu para pekerja yang berada di antara satu
pekerjaan
(b)Pengangguran struktural, yaitu para pekerja yang berada di kawasan-kawasan
atau industri industri yang sedang berada dalam keadaan payah karena harga
produk-produknya anjlok, dan

19
(c)Siklis, yaitu para pekerja yang di PHK apabila perekonomian secara
keseluruhan mengalami aktivitas yang menurun.
Tinjauan yang mendalam atas angka-angka statistik pengangguran
mengungkapkan beberapa keteraturan, seperti:
(a) Resesi selalu menimpa semua golongan dalam bentunya yang proporsional,
yaitu semua kelompok menaglami tingkat pengangguran naik dan turun dalam
proporsi yang sama dengan tingkat pengangguran dengan secara keseluruhan.
(b) Bagian yang paling besar dari pengangguran adalah bersifat jangak
pendek.Pada tahun-tahun dimana tingkat pengangguran sangat rendah (seperti
tahun1973) lebih dari 90 persen pekerja yang menganggur hanya mengalami
pengangguran selama kurang dari 26 minggu. Lamanya menganggur rata-rata
meningkat sangat tajam dalam resesi yang berat dan berkepanjangan.
(c) Hampir disemua situasi, jumlah yang paling besar dari pengangguran
dikarenakan oleh terjadinya perputaran (turnover), atas kasus-kasus friksional
mdi mana orang-orang memasuki angkatan kerja untuk pertama kali atau
masukkembali ke angkatan kerja. Hanya selama masa resesi saja sebagian
besar dari penganggur tersebut orang-orang yang kehilangan pekerjaan.

20
DAFTAR PUSTAKA

– Irawan, MBA & Suparmoko, M. MA. Ekonomika Pembangunan.


Yogyakarta: BPFE Universitas Gajahmada. 1992
– Nordhaus, D. William & Samuelson, A. Paul. Makro Ekonomi. Jakarta:
Airlangga. 1996
– (http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/07/21/0018.html)
– (http://www.suarapembaruan.com/News/2004/09/07/Editor/edit02.htm)
– (http://obycrownz.wordpress.com/pengangguran-dan-krisis-sosial/)
– (http://www.penulisindonesia.com/yuan85/blog/4879

21

You might also like