Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Munculnya fenomena aliran sesat tidak terlepas dari problem psikologis baik
Aliran sesat bukan fenomena baru, selain dia mengambarkan anomali, juga
kemungkinan adanya deviasi sosial yaitu selalu ada komunitas yang abnormal. Baik
sistemik. Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat diukur hanya dengan satu
kriteria, karena bisa jadi seseorang berkategori normal dalam pengertian kepribadian
tetapi abnormal dalam pengertian sosial dan moral. Demikian halnya dengan para
penganut aliran sesat, akan diperoleh kriterium kategori yang tidak tegas. Salah satu
yang paling mungkin untuk menyatakan kesesatan adalah defenisi atau batasan
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”
(Al-Maidah 5:3).
dewasa ini, tentu melahirkan problematika yang serius, yang patut untuk
1
didiskusikan, Mengingat tidak ada perubahan aturan ibadah yang telah ditetapkan
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Dari penjelasan makalah ini kami sebagai penulis bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Agama Islam di samping itu untuk memperdalam pemahaman
mahasiswa agar mempunyai wawasan yang luas tentang pemikiran aliran-aliran sesat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata sesat dapat diartikan sebagai keyakinan yang dianut seseorang yang
menjadi keyakinan publik, atau menjadi keyakinan para pengikutnya, sehingga orang
“sesat menyesatkan” (dallun mudillun) adalah paham atau pemikiran yang dianut dan
diamalkan oleh sebuah kelompok yang bertentangan dengan aqidah dan syariat Islam
serta dinyatakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyimpang berdasarkan dalil
Syar’i1.
dari mainstream masyarakat, namun batasan ini menjadi rancu karena kriteria
kesesatan bersifat multikriteria. Oleh karena itu silang pendapat apakah suatu aliran
sesat atau tidak merupakan masalah tersendiri yang tidak mudah. Aliran hanya dapat
dinyatakan sebagai sesat apabila mengacu pada satu kumpulan kriteria yang
dinyatakan secara apriori sebagai “tidak sesat”. Oleh karena itu ukuran sosiologis,
1
(Rakermas MUI, 6/11/07, Jakarta)
3
B. FENOMENA ALIRAN SESAT
Pertanyaan kita apakah aliran sesat itu semakna dengan gerakan sempalan.
antara mana gerakan sempalan, mana gerakan yang dinilai menyimpang atau sesat
dan mana gerakan keagamaan yang dilarang karena kepentingan politik. Dalam
ortodoks atau mainstream dianggap Islam yang paling ”tepat” dan (dalam batas-batas
tertentu) dinilai paling benar, disamping dianut oleh banyak orang. Dalam konteks
Indonesia, menurut Martin gerakan ini diwakili oleh organisasi seperti MUI,
lazim dipakai secara normatif untuk aliran agama yang dinilai sesat dan
secara kontekstual, dalam artian status ortodoksi dan sempalan atau sesat itu tidak
berlaku tetap, akan tetapi dinamis. Kemudian, Martin juga menyadari bahwa, prinsip-
prinsip seperti ini memang beresiko, karena dalam sejarah perkembangan pemikiran
dalam Islam terlihat bagaimana antara kalangan tradisionalis dan modernis saling
menilai ”sesat” satu sama lain, meskipun penilaian ini ada yang dinyatakan secara
Batasan terhadap pengertian atau istilah yang kita gunakan menjadi sangat
Terus terang saja, khusus untuk kata aliran atau kelompok sempalan, dalam kosa kata
4
Indonesia bermakna peyoratif2, baik dalam konteks sosial maupun politik. Istilah ini
oleh pemerintah Orde Lama dan Orde Baru di jadikan instrumen untuk munculnya
istilah “sesat” ini juga tetap bermakna peyoratif dan tetap efektif untuk mengeliminasi
keberadaan kelompok lain yang dinilai ”berseberangan” dengan sikap dan pendirian
”Kita”. Hanya dengan satu kata, ”sesat”, ”menghina”, orang tanpa pikir panjang bisa
serta merta kehilangan kendali rasionalitas dan rasa kerahiman antara sesama
secara persis dan mendalam. Terlebih lagi, jika institusi atau tokoh-tokoh kharismatik
membawa SK pembenaran untuk merusak, memukul dan membunuh satu sama lain.
dalam menjustifikasi keberadaan pluralitas paham, kita perlu membuat batasan yang
lebih rasional dan jernih, bukan semata-mata atas dasar ketidaksenangan atau
sesat sebuah paham jika semata berdasarkan karena orang berbeda paham dengan
kita. Kemudian, jika kita ingin mengatakan bahwa, ini atau itu adalah ajaran yang
sesat, setidaknya kita dapat menjelaskan, atas dasar apa kita menilai sebuah ajaran itu
2
Peyoratif ialah unsur bahasa yang memberikan makna menghina, merendahkan, dan sebagainya’ –
http://kamusbahasaindonesia.org
5
sesat. Di karenakan di Indonesia aliran sesat terus saja berkembang. Tidak hanya
aliran sesat yang beranggotakan banyak orang, aliran sesat yang beranggotakan
beberapa orang pun tumbuh subur. Bak jamur di musim hujan, aliran-aliran sesat
menyimpang dari ajaran Islam. Setidaknya, untuk sampai kepada penilaian tentang
sesat tidaknya sebuah ajaran agama adalah; (1) harus dibedakan antara sengaja
merusak dan menghina ajaran agama dengan sekedar perbedaan persfektif dalam
melakukan penafsiran; (2) wilayah mana yang dinilai telah ”dirusak” oleh mereka
yang dinilai sesat, seperti wilayah peribadatan yang telah berlaku qath’i, atau wilayah
aqidah atau mu’amalah yang terbuka peluang terjadinya dialog dengan menghadirkan
beragam persfektif, seperti filosofis, mistik (tashawuf), logika dan ilmu pengetahuan;
(3) dilihat dari aspek teologis, yaitu apakah ajaran tersebut cenderung membawa
kemashalatan umum. Inipun membutuhkan satu kajian yang lebih mendalam, agar
tidak terjadi tirani atas nama kebenaran dan menghindarkan kemudharatan bagi
ummat; (4) hal yang paling penting, dan ini jarang terjadi dalam kehidupan nyata,
perlu ada ruang dialog terbuka secara santun dan rasional, tidak untuk memeriksa
kepercayaan (tahkim), akan tetapi untuk memahami konstruksi atau persfektif mereka
yang memiliki pandangan keagamaan yang berbeda. Jika keempat hal ini kita
penafsiran.
6
Ditambah lagi, dalam sejarah perkembangan Islam, seringkali intrik politik
konflik senantiasa mewarnai proses peralihan kekuasaan politik dalam Islam. Kalau
kita mengkaji secara lebih mendalam, juga akan terlihat dalam konstelasi politik
tersebut, juga inklud proses justifikasi normatif keagamaan, sebagai sarana untuk
pendukung Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Syofyan, kemudian berbuntut
bagaimana konflik ini tidak hanya memecah ummat Islam ke dalam afiliasi politik
praktis, akan tetapi juga membuat ummat Islam terjebak pada posisi diametral untuk
saling mengkafirkan (atau saling mengklaim sesat) antara satu dengan lainnya.
7
Sumber : R. Hrair Dekmejian, “Islamic Revival, Catalysts, Categories, and
Consequences,” dalam Shireen T. Hunter (ed.), The Politics of Islamic
Revivalism, Diversity and Unity, 1988. (dalam Moeflich Hasbullah,
2007)
sebuah gejala keagamaan murni. Secara sosiologis, bermunculan banyak aliran sesat
dan fenomena masyarakat mudah ”percaya” dengan segala janji-janji yang instan, ini
dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah; ketika masyarakat sedang
politik dan ekonomi (atau ketika masyarakat terlalu lama berada dalam kondisi
yang serba sulit. Disorientasi hidup adalah kondisi dimana manusia tidak lagi
memiliki arah atau pedoman hidup yang jelas. Segala jalan yang mereka tempuh tidak
memberikan arti dan bermakna lagi bagi mereka. Akibatnya mereka terus menerus
mencari pemuasan diri, namun rasa dahaga juga bergerak (berbanding terbalik) dari
hanya kesenangan yang bersifat semu dan palsu (pseudo) belaka. Kondisi seperti ini
yang disebut dengan disorientasi hidup, akibatnya mereka akan sangat mudah
kepuasan yang mereka cari, meskipun kadang akal sehat mereka tidak lagi berfungsi
sepenuhnya.
politik dan ekonomi. Akibat terlalu lama menderita secara ekonomi dan sosial, orang
8
akan merasa kehilangan harapan (hopeless), kehilangan masa depan (futureless) dan
kepercayaan secara politik (kepada otoritas politik). Pekerjaan sulit, cari makan sulit,
sehari-hari kita hidup dalam ”dunia yang terancam” dan lingkaran kekerasan,
kebengisan melihat tabiat para pemimpin (atau mereka yang mengklaim suara rakyat)
ataupun kemarahan terhadap sepak terjang para penegak hukum, kondisi-kondisi ini
akan mendorong timbulnya kemarahan yang menggumpal, yang akan berbuntut rasa
frustasi secara sosial, ekonomi maupun secara politik. Kondisi mental seperti akan
membuat kita tidak stabil, baik secara intelektual, mental dan sosial. Orang yang
”rapuh” situasi intelektual, mental dan sosial tersebut akan sangat gampang terjebak
kepada lingkaran kemarahan (kekerasan) atau mengambil jalan pintas ”escafe from
reality” (lari dari kenyataan). Pilihan untuk menjadi penganut ajaran-ajaran sesat
yang menjanjikan dengan cepat solusi atas persoalan tersebut. Atau malah
mengambil bagian dari gerakan perlawanan sosial – sebagai bentuk reaksi – terhadap
keadaan yang dinilai korup (despotism, meskipun dalam tafsiran kesemestaan dirinya
sendiri), dimana kekerasan adalah salah satu manifestasi dari semangat pembebasan
tersebut.
kenyataan hidup yang serba sulit. Menurut Hrair Dekmejian (Profesor Ilmu Politik
Universitas Souther California Los Angeles) dalam bukunya Islam and Revolution:
bahwa, ada relevansi antara krisis sosial dengan kebangkitan agama. Dengan
9
bahwa, Islam telah menunjukkan kapasitasnya yang unik untuk memperbarui dan
satu sama lain. Mekanisme tersebut berfungsi “secara otomatis” pada saat integritas
tesisnya bahwa, siklus dinamika krisis dan kebangkitan ini terimplementasikan pada
hampir sepanjang sejarah Islam. Reaksi kebangkitan dalam sejarah dunia Islam
(liberalis). Jika analisa Dekmejian ini kita pakai, ketika krisis yang terjadi (baik
dalam konteks sosial, ekonomi dan politik) terus menerus terjadi tanpa ada
penyelesaian, lambat laun ia akan membentuk siklus dinamika krisis, dalam kondisi
seperti ini maka akan muncul beragam reaksi (kebangkitan), mulai dari gerakan yang
”diam” (seperti ajaran-ajaran agama yang menyimpang), tapi ada juga yang memilih
gerakan yang sifatnya ”ramai” (dengan cara kekerasan). Krisis sosial (kemiskinan,
kesulitan mencari lapangan kerja dan rasa hopeless), krisis politik (runtuhnya
Sebagaimana yang telah diuraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aliran sesat
internal
10
2. Adanya pihak eksternal yang memicu, sebagaimana tercantum dalam
rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka
‘Sesungguh nya petunjuk Allah itu petunjuk (yang sebenarnya)’. Dan jika
kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah” (QS.
Al Baqarah:120).
diprediksi akan kembali berjaya seperti dimasa Dinasti Abbasiyah (750 – 1258
M). Oleh karena itu , mereka menghancurkan akidah umat Islam agar umat
11
4. Rasa frustasi umat akibat kondisi keterpurukan ekonomi yang lemah sehingga
luar biasa. Paham atau aliran menyimpang (sesat) merebak dimana-mana. PBNU
mencatat, sejak tahun 2001 hingga 2008 sedikitnya ada sekitar 250 paham atau aliran
yang menyimpang berkembang di Indonesia. Mulai dari aliran kerajaan Lia Eden,
“Ahmadiyah” yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Isa- al-Masih, “Darul
shalat dengan dua bahasa dan beberapa aliran lainnya. Ciri-ciri dari kesesatan atau
Indonesia (MUI) yang mengeluarkan maklumat tentang 10 ciri aliran sesat, yaitu:
Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam
dan Haji);
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`I (Al-
12
5. Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah
tafsir;
telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardlu
tidak 5 waktu;
Kesepuluh maklumat yang dikeluarkan oleh MUI bukan tanpa dasar, bahkan
dilandasi oleh banyak dalil dari Al Qur’an dan Al Hadist serta bersesuaian dengan
prinsip-prinsip Ahlussunah Wal Jama’ah. Selain itu kami mencoba untuk membahas
ciri-ciri lain dari aliran-aliran sesat yang berkembang di Indonesia, antara lain:
pemimpinnya, atau aliran yang membolehkan shalat tanpa berwudhu, atau aliran
tertentu. Dikatakan nyeleneh karena tidak ada dasarnya dari Al Qur’an, hadits
atau contoh dari para sahabat. Padahal Rasulullah SAW melarang keras berbuat
sesuatu dalam agama kecuali ada landasannya dari dalil. Beliau shallallahu
13
’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan
ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Semua dosa terhapus dengan menyumbang infaq sebesar sekian juta kepada
imam, atau semua dosa hangus jika ikut ‘hijrah’, atau semua dosa sirna jika
sebagian aliran sesat. Padahal tentunya kita semua sepakat masalah pengampunan
dosa adalah kuasa Allah Ta’ala. Jadi, perkara yang dapat menghapus dosa
tentunya harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala melalui Al
Qur’an atau melalui lisan Nabi-Nya shallallahu ’alaihi wa sallam. Semisal puasa
akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 2804). Juga amal-
amal keburukan” (Q.S. Huud: 114). Namun kepastian diampuni dan besarnya
mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (Q.S. An Nisa: 48)
Sungguh sayang sebagian ummat Islam di masa ini gemar mengajak orang untuk
dijadikan tolak ukur loyal dan benci (wala wal baro’). Lebih parah lagi jika
14
berpegang teguh pada aturan-aturan kelompok, serta membela tokoh-tokoh
demikian, mereka telah menyimpang dari jalan yang benar. Karena Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Berpegang teguhlah kalian pada tali Allah, dan
Imam Ahmad bin Hambal atau dikenal dengan Imam Hambali berkata, “(Pokok
keyakinan Ahlus Sunnah menurut kami, salah satunya adalah) tidak halalnya
memerangi penguasa muslim yang sah. Dan tidak halal bagi seorang pun untuk
adalah ahli bid’ah yang telah keluar dari jalan kebenaran.” (Lihat Ushul As
raja, perdana menteri atau sejenisnya dan tidak memberontak, meskipun ia adalah
penguasa yang zhalim. Selama ia seorang muslim yang mengerjakan shalat. Jika
ia seorang yang zhalim, maka kewajiban rakyat adalah memberi nasehat dengan
cara yang baik, bukan memberontak dan tetap taat kepadanya pada hal-hal yang
Suatu ketika seorang sahabat, yaitu Salamah bin Yazid Al Ju’fiy bertanya kepada
kami menuntut haknya namun tidak menunaikan hak kami, apa yang engkau
Salamah bertanya lagi kedua kali atau ketiga kalinya. Lalu Al Asy’ats bin Qais
15
menariknya dan Rasulullah SAW berkata: Patuhi dan taatilah ia, karena mereka
kalian.” (HR. Muslim). Dalam hadits lainnya, dari Hudzaifah, Rasulullah SAW
16
BAB III
PENUTUP
Aliran sesat bukan semata masalah kesesatan berpikir, tetapi juga masalah
berat, kekacauan sistem sosial dan ketidakpastian nilai-nilai yang ditawarkan oleh
Meskipun kasus-kasus demikian jarang menjadi ranah para psikolog dan psikiater
tetapi fakta menunjukkan bahwa problem psikologis dengan gejala psikiatrik delusi3,
halusinasi dan mimpi aneh menjadi bagian yang perlu dicermati secara ilmiah
terutama pada para pemimpin aliaran dan gerakan. Hal ini penting agar dapat
sosulis dan menyehatkan jiwa akan semakin mudah terbentuknya komunitas atau
Lebih parah lagi apabila kesesatan dibiarkan sejak awal dan menunggu menguat
kebenaran.
Sudah saatnya dakwah dikelola dengan lebih membumi dan menjadi solusi
bagi persoalan hidup serta ketersediaan sistem sosial yang mampu mencegah
17
Sementara bagi mereka yang baru terlibat/terkena/terjebak/tertipu oleh aliran
memperoleh informasi yang memadai, mendalam dan intensif agar mereka menyadari
menghakimi, bersifat argumentatif dan penuh kasih sayang dalam kerangka dakwah.
Sedangkan bagi kesesatan yang bersifat masif, telah menjadi gerakan, dipimpin
dengan terencana dan tersetruktur maka segera dihentikan agar tidak menyebabkan
tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada
keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah (Hadits).” (HR. Al Hakim.
Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dari hadits ini jelaslah bahwa cara agar terhindar dari kesesatan adalah berpegang
teguh terhadap Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Yaitu
shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut
jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
yaitu Al Qur’an dan Hadits. Karena pada hakekatnya, orang yang terjerumus dalam
kesesatan adalah orang yang tidak paham dan tidak mengerti ilmu agama dengan baik
dan benar. Sebagaimana Allah Ta’ala mensifati orang-orang musyrikin yang sesat
18
sebagai orang-orang yang tidak paham: (yang artinya) “Atau apakah kamu mengira
bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami? Mereka itu tidak lain
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya dari binatang ternak
Karena ilmu agama akan menjaga seseorang dari kemaksiatan dan kesesatan.
ilmu dan harta: “Ilmu akan menjaga pemiliknya di dunia dan di akhirat. Sementara
dalam kotak dan lemari”. (Dinukil dari Kayfa Tatahammas fi Thalabil ‘Ilmi Asy
Secara ringkas, ada beberapa tips yang dapat dilakukan agar seseorang
tidak sesuai dengan Islam namun disamarkan seolah merupakan ajaran Islam.
3. Sering bergaul dengan ahlul ‘ilmi, yaitu orang-orang yang memiliki kapasitas
ilmu agama yang baik, atau orang-orang yang semangat menuntut ilmu agama
4. Jadilah insan yang ilmiah, yang senantiasa melakukan sesuatu atas dasar yang
kokoh
19
5. Taruhlah rasa curiga bila menemukan sekelompok orang yang berdakwah
banyak
6. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ulama atau ustadz yang terpercaya
quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik . Artinya: “Ya Allah, Dzat Yang Membolak-
Terakhir, penulis menasehati diri sendiri dan kaum muslimin sekalian agar
Muslim). Maka tulisan ini adalah bentuk nasehat di balik sebuah harapan besar agar
kaum muslimin sekalian terhindar dari jalan-jalan kesesatan dan bersatu di jalan
dalam jalan kesesatan belum tentu kafir. Dan juga kami mengharap melalui masukan
DAFTAR PUSTAKA
20
Majelis Ulama Indonesia (MUI), ”10 (Sepuluh) Kriteria Aliran Sesat”, 9 November
2007. Diakses dari http://www.media-islam.or.id/2007/11/09/mui-sepuluh-
kriteria-aliran-sesat.
Martin van Bruinessen, "Gerakan sempalan di kalangan umat Islam Indonesia: latar
belakang sosial-budaya" ("Sectarian movements in Indonesian Islam: Social
and cultural background"), dalam Ulumul Qur'an vol. III no. 1, 1992, 16-27.
Diakses dari http://igitur-archive.library.uu.nl/let/2007-0313-
203322/bruinessen_92_gerakan_sempalan.pdf
Yahdillah, “Aliran Sesat Dalam Perspektif Psiklogi”, 20 Juli 2008. Diakses dari
http://www.ilmupsikologi.com/?p=51
Yulian Purnama, “Aliran Sesat, Kenali dan Hindari”, 12 Maret 2009 (“Buletin At-
Tauhid). Diakses dari http://buletin.muslim.or.id/manhaj/aliran-sesat-
jauhi-dan-hindari
21