Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
Kelompok 4
1. Yupika Aprianti (342007033)
2. Wiwik Septiani (342007055)
3. Elmiyati (342007031)
4. Muslim (342007071)
5. Desi Winarti (342007020)
6. Yunika Septini (342007005)
7. Liki Antoni (342007124)
0
NITROGEN, FOSFOR, DAN NUTRIEN LAIN
1. Bibliografi
Hudiyanti, Dewi. 2009. Pengaruh Faktor Nutrien. (online). (http//www. Hum. Usm.
Mt/w3svc2/geo/course/hgm 340/pgtuhfktr. Html, diakses 18 Maret 2010).
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit: Kanisius halaman 157-
161.
2. Tujuan Penulis
Menyampaikan informasi :
a. Pencemaran adalah masuk atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi dan
komponen lain kedalam air berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau
proses alam sehingga kualias turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
air kurang atau air tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
b. Penyumbang kontaminan yang menimbulkan ancaman besar pada lingkungan
akuatik adalah air kotor, nutrient berlebih, senyawa organik sintesis, sampah,
plastik, logam, hidrokarbon/minyak, dan hidrokarbon polisiklik aromatik.
c. Selain nitrogen dan sulfur, organik yang terdapat dalam air buangan terdiri dari
unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
d. Beberapa badan Negara telah mengembangkan panduan untuk melindungi
kehidupan akuatik. Contoh, The Canada Water Quality Guidelines, berisi
rekombinasi tentang konsentrasi zat kimia dalam air untuk melindungi kehidupan
akuatik lingkungan air tawar. Sedangkan di Indonesia, pada tahun 1986 dibentuk
suatu lembaga khusus dengan nama Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslit)
1
Limnologi-LIPI adalah Bidang Dinamika Perairan Darat, Bidang Produktivitas
Perairan Darat, dan Bidang Sistem Komputasi Perairan Darat.
e. Nitrogen organik merupakan bentuk nitrogen yang terikat senyawa organik,
terutama nitrogen bervalensi tiga yang biasanya berupa pertkulat yang tidak larut
dalam air. Nitrogen organik biasa disebut amino atau albuminoid nitrogen.
f. Berdasarkan kadar ortofosfat, perairan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
Perairan oligotrofik, yang memiliki kadar ortofosfat 0,003-0,01 mg/liter.
Perairan mesotrofik, yang memiliki kadar ortofosfat 0,011-0,03 mg/liter.
Perairan eutrofik, yang memiliki kadar ortofosfat 0,031-0,1 mg/liter.
g. Di alam, Fosfor terdapat dalam 2 bentuk yaitu senyawa Fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa Fosfat anorganik (pada air dan tanah).
h. Nutrien adalah dirujukkan kepada elemen-elemen, atom-atom, dan ion-ion yang
terdapat dalam tanah diserap oleh tumbuh-tumbuhan.
a. Sumber nitrogen organik di perairan berasal dari proses pembusukan makhluk hidup
yang telah mati, karena protein dan polipeptida terdapat pada semua organisme
hidup.
b. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar
(misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang.
c. Diantara beberapa siklus biogeokimia lainnya, seperti siklus fosfor dan sulfur, siklus
nitrogen adalah siklus biokimia yang sangat kompleks.
d. Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat)
dan senyawa organik yang berupa partikulat.
e. Konsentrasi fosfat yang tinggi dapat mendorong terjadinya Bloming algae dan
tumbuhan air.
f. Nutrient berlebih dalam badan-badan air terutama nitrogen dan sulfur, dapat
menyebabkan eurofikasi danau dan reservoir air karena memicu pertumbuhan
tanaman yang berlebih, seperti perkembangan alga.
g. Lemak sukar di uraikan oleh bakteri tetapi dapat dihidrolisis Alkali sehingga
membentuk sabun yang mudah larut.
2
4. Konsep
a. Air
b. Nitrogen
c. Fosfor
d. Nutrien
e. Eutrofikasi
f. Pencemaran
g. Oligotrofik, Mesotrofik dan Eutrofik.
5. Pertanyaan
a. Apa fungsi Nitrogen, Fosfor, dan dan Nutrien lain dalam ekosistem air tawar?.
b. Apa dampak dari dekomposisi limbah organik?.
c. Apa penyebab adanya Bloming algae pada perairan?
6. Refleksi Kelompok
Setelah kami membaca dan membuat Analisis Kritis tentang “Nitrogen, Fosfor dan
Nutrien Lain”. Kami mendapatkan informasi tentang keberadaan unsur organik dan anorganik
dalam perairan dan pengaruhnya terhadap ekosistem akuatik, diantaranya: di perairan, unsur
fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa
anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat.
Kandungan Nitrogen dan Fosfor yang berlebihan pada badan-badan air mengakibatkan
eutrofikasi. Konsentrasi Fosfat yang berlebihan akan mendorong pertumbuhan alga atau
Bloming alga. Perkembangan alga tersebut kemudian akan mengurangi kandungan oksigen
dalam air dan akan terjadi dekomposisi/pembusukan.
Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah organik di badan air aerobik adalah
terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air. Fenomena ini akan mengganggu
pernafasan fauna air seperti ikan dan udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung pada
tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. Limbah organik adalah
sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia seperti rumah tangga, industri, pemukiman,
peternakan, pertanian dan perikanan yang berupa bahan organik; yang biasanya tersusun oleh
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya (Polprasert, 1989).
3
Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid,
tersuspensi dan terlarut.
Demikianlah analisis yang kami buat, semoga apa yang kami sampaikan dapat
bermanfaat bagi kita, dan menjadikan kita semua manusia yang sadar lingkungan.
4
Jaga Ekosistem Akuatik Kita
Beberapa wilayah di Amerika Utara dan Eropa memiliki danau yang pH-
nya begitu rendah sehingga tidak dapat lagi menopang kehidupan ikan dan kehidupan
akuatik lainnya. Penyumbang kontaminan yang menimbulkan ancaman besar pada
lingkungan akuatik adalah air kotor, nutrient berlebih, senyawa organik sintesis,
sampah, plastik, logam, hidrokarbon/minyak, dan hidrokarbon polisiklik aromatik. Air
kotor yang tidak diolah, limbah toksik pabrik kimia atau pembuangan sampah dapat
merusak ekosistem akuatik dan mengancam sumber air tawar. Nutrisi yang penting
untuk mempertahankan ekosistem laut. Namun, ketika gizi yang hadir pada tingkat
berlebihan ("eutrofikasi") akibat aktivitas manusia, mereka dapat merusak sebuah
muara. Ketika gizi, terutama nitrogen, yang diperkenalkan pada muara yang lebih tinggi
daripada harga normal, mereka merangsang pertumbuhan tanaman air, termasuk
5
ganggang dan "rumput laut". Dalam kondisi tertentu, ganggang mekar dapat membunuh
atau melukai ikan dan hewan air lainnya dengan menggunakan atas oksigen yang larut
dalam air yang mereka butuhkan untuk bernapas.
Walaupun kadar zat gizi yang tinggi dapat menyebabkan kondisi oksigen
terlarut rendah, dampak dari zat gizi lain yang juga menjadi perhatian. Berlebihan juga
ganggang awan air, secara efektif menghalangi sinar matahari dari terendam air vegetasi
(SAV). SAV terutama eelgrass, menyediakan kamar bayi dan pemijahan utama habitat
untuk remaja finfish dan kerang. Hilangnya SAV dapat mempengaruhi seluruh jaringan
makanan muara. jangka panjang dampak dari tingkat gizi yang tinggi sulit untuk diukur,
tetapi mungkin termasuk perubahan pada jumlah dan jenis kehidupan air yang ada di
muara.
6
Beberapa badan Negara telah mengembangkan panduan untuk melindungi
kehidupan akuatik. Contoh, the Canadia Water Quality Guidelines, berisi rekomendasi
tentang konsentrasi zat kimia dalam air untuk melindungi kehidupan akuatik lingkungan
air tawar. Dalam banyak hal, kehidupan lingkungan akuatik air tawar ternyata lebih
rentan terhadap efek buruk yang di timbulkan zat kimia dibandingkan pada manusia.
Sama halnya di Indonesia, pada tahun 1986 dibentuk suatu lembaga khusus dengan
nama Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslit) Limnologi-LIPI yang menangani
masalah Limnologi. Bidang-bidang yang dimiliki Puslit Limnologi LIPI adalah Bidang
Dinamika Perairan Darat, Bidang Produktivitas Perairan Darat, dan Bidang Sistem
Komputasi Perairan Darat.
7
mengembangkan sistem informasi limnologi untuk mendukung penelitian dan
pengembangan di bidang perairan darat serta pemanfaatannya.
NITROGEN
Nitrogen organik merupakan bentuk nitrogen yang terikat senyawa organik,
terutama nitrogen bervalensi tiga yang biasanya berupa pertkulat yang tidak larut dalam
air. Nitrogen organik biasa disebut aminoatau albuminoid nitrogen. Senyawa ini mencakup
protein, polipeptida, asam amino, urea (H2NCONH2), dan senyawa lainnya. Kadar nitrogen
organik pada perairan alami dan air tanah biasanya rendah, yakni sekitar 0,01 mg/liter.
Sumber nitrogen organik di perairan berasal dari proses pembusukan makhluk
hidup yang telah mati, karena protein dan polipeptida terdapat pada semua organisme
hidup. Sumber antropogenik nitrogen organik adalah limbah industri dan limpasan dari
daerah pertanian, terutama urea. Urea juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
plastik dan obat-obatan, serta sebagai pelarut selulosa pada industri kertas. Rumah
pemotongan hewan memberikan kontribusi yang besar terhadap keberadaan nitrogen
organik di perairan.
Siklus Nitrogen
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas
dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis
polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan
hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Tumbuhan memperoleh nitrogen dari
dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ). Gas nitrogen
tidak dapat digunakan secara langsung oleh sebagian besar organisme sebelum
ditransformasi yang melibatkan menjadi senyawa NH 3, NH4, dan NO3 sebelum
digunakan dalam siklus. Pada tumbuhan dan hewan, senyawa nitrogen ditemukan
sebagai penyusun protein dan klorofil. Dalam ekosistem terdapat suatu daur antara
organisme dan lingkungan fisiknya. Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen
terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain
itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni
Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc
sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Di dalam setiap
daur, terdapat gudang cadangan utama unsur yang secara terus menerus bergerak masuk
dan keluar melewati organisme. Selain itu, terdapat pula tempat pembuangan sejumlah
8
unsur kimia tertentu yang tidak dapat didaur ulang melalui proses biasa. Dalam waktu
yang lama, kehilangan bahan kimia tersebut menjadi faktor pembatas, kecuali apabila
tempat pembuangan itu dimanfaatkan kembali. Pada akhirnya, daur bolak balik ini
cenderung mempunyai mekanisme umpan balik yang dapat mengatur dirinya sendiri
(self regulating) yang menjaga siklus tersebut agar tetap seimbang.
Diantara beberapa siklus biogeokimia lainnya, seperti siklus fosfor dan sulfur,
siklus nitrogen adalah siklus biokimia yang sangat kompleks. Gambar berikut
memperlihatkan tiga diagram siklus nitrogen yang sangat kompleks tersebut. Nitrogen
di perairan sebagai molekul N2 terlarut, amonium (NH4),
Nitrit (NO2-), Nitrat (NO3) dan sebagai bentuk organik seperti urea, asam amino, serta
range berbeda. Gambar 2. Siklus Nitrogen di Alam
1. Amonia (NH3)
Amonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Sumber
amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen
anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan
organic oleh mikroba dan jamur (amonifikasi). Sumber amonia adalah reduksi gas
nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri dan domestik.
Amonia yang terdapat dalam mineral masuk ke badan air melalui erosi tanah. Selain
terdapat dalam bentuk gas, amonia membentuk senyawa kompleks dengan beberapa ion
9
logam. Amonia juga dapat terserap kedalam bahan-bahan tersuspensi dan koloid
sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia di perairan dapat menghilang melalui
proses volatilisasi karena tekanan parsial amonia dalam larutan meningkat dengan
semakin meningkatnya pH. Ikan tidak bisa bertoleransi terhadap kadar amonia bebas
yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan
pada akhirnya dapat meningkatkan sifokasi. Pada budidaya intensif, yang padat
penebaran tinggi dan pemberian pakan sangat intensif, penimbunan limbah kotoran
terjadi sangat cepat.
2. Nitrit (NO2-)
Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada
perairan relatif karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami mengandung
nitrit sekitar 0,001 mg/liter. Di perairan, nitrit ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan
oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan
antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi) yang terbentuk dalam kondisi anaerob.
3. Nitrat (NO3)
Nitrat adalah sumber utama nitrogen di perairan, namun amonium lebih disukai
oleh tumbuhan. Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi
daripada kadar amonium. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/liter menggambarkan terjadinya
pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar
nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/liter menggambarkan terjadinya eutrofikasi perairan.
Nitrat adalah bentuk nitrogen sebagai nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan
alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna di perairan. Secara umum siklus nitrogen
dilaut dapat dilihat pada Gambar 2.
10
FOSFOR
Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan
senyawa organik yang berupa partikulat. Senyawa fosfor anorganik yang biasa terdapat
di perairan ditunjukkan tabel. Fosfor membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium
pada kondisi aerob, bersifat tidak larut, dan mengendap pada sedimen sehingga tidak
dapat dimanfaatkan oleh algae akuatik (Jeffries dan Mills, 1996).
11
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik
(pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan
terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu
karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik
terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar
tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus.
NUTRIEN LAIN
12
Nutrient berlebih dalam badan-badan air terutama nitrogen dan sulfur, dapat
menyebabkan eurofikasi danau dan reservoir air karena memicu pertumbuhan tanaman
yang berlebih, seperti perkembangan alga. Perkembangan alga tersebut kemudian
mengurangi kandungan oksigen dalam air karena akan terjadi
dekomposisi/pembusukan. Selain nitrogen dan sulfur, zat organik yang terdapat dalam
air buangan terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Dimana unsur-unsur
tersebut cenderung menyerap oksigen. Oksigen itu dibutuhkan bagi mikroba untuk
kehidupannya dan untuk menguraikan senyawaan organik tersebut sehingga kadar
oksigen akan menurun yang menyebabkan air menjadi keruh dan berbau. Selanjutnya
lemak dan minyak yang tidak jarang ditemukan mengapung diatas permukaan air
meskipun sebagian terdapat dibawah permukaan air. Lemak dan minyak merupakan
senyawa ester dari turunan alkohol yang tersusun dari atom karbon, hidrogen dan
oksigen. Lemak sukar diuraikan oleh bakteri tetapi dapat dihidrolisa oleh alkali
sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah larut. Adanya minyak dan lemak
dipermukaan air akan menghambat proses biologis dalam air sehingga tidak terjadi
proses fotosintesa oleh tumbuhan air. Hal ini berefek buruk yang bukan hanya saja pada
biota akuatik, tetapi juga pada lingkungan tempat habitat dimana biota itu hidup serta
kelangsungan kehidupan biota-biota yang lain.
Siklus Karbon
13
keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan
jumlah C02 di air.
Gambar 1. Siklus Karbon di alam, angka dengan warna hitam menyatakan berapa
banyak karbon tersimpan dalam berbagai reservoir, dalam milyar ton ("GtC" berarti
Giga Ton Karbon). Angka dengan warna biru menyatakan berapa banyak karbon
berpindah antar reservoir setiap tahun. Sedimen, sebagaimana yang diberikan dalam
diagram, tidak termasuk ~70 juta GtC batuan karbonat dan kerogen.
(Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/siklus_karbon)
Diagram dari siklus karbon. Angka dengan warna hitam menyatakan berapa
banyak karbon tersimpan dalam berbagai reservoir, dalam milyar ton ("GtC" berarti
Giga Ton Karbon). Angka dengan warna biru menyatakan berapa banyak karbon
berpindah antar reservoir setiap tahun. Sedimen, sebagaimana yang diberikan dalam
diagram, tidak termasuk ~70 juta GtC batuan karbonat dan kerogen.
Di Indonesia sendiri, informasi-informasi mengenai diamika fisik pantai
berlumpur, siklus karbon dan rantai makanan masih sangat kurang. Walaupun demikian
makalah ini mencoba melengkapi kekurangan informasi tersebut, akan tetapi bukan
bertujuan dijadikan sebagai bahan referensi ilmiah. Makalah ini di harapkan bisa
menambah wawasan sesama peneliti untuk didiskusikan lebih lanjut dengan melakukan
14
berbagai kajian dan pendekatan untuk menjawab semua pernyataan-pernyataan di atas
yang adalah merupakan hasil penelusuran waktu yang terbatas. Gas nitrogen tidak dapat
digunakan secara langsung oleh sebagian besar organisme sebelum ditransformasi yang
melibatkan menjadi senyawa NH3, NH4, dan NO3 sebelum digunakan dalam siklus.
Pada tumbuhan dan hewan, senyawa nitrogen ditemukan sebagai penyusun protein dan
klorofil. Dalam ekosistem terdapat suatu daur antara organisme dan lingkungan
fisiknya.
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang
atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak
lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan
menggunakan oksigen terlarut.
Limbah organik adalah sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia seperti
rumah tangga, industri, pemukiman, peternakan, pertanian dan perikanan yang berupa
bahan organik; yang biasanya tersusun oleh karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor,
sulfur dan mineral lainnya (Polprasert, 1989). Limbah organik yang masuk ke dalam
perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada
umumnya, yang dalam bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar
perairan; sedangkan bentuk lainnya berada di badan air, baik di bagian yang aerob
maupun anaerob. Dimanapun limbah organik berada, jika tidak dimanfaatkan oleh fauna
perairan lain, seperti ikan, kepiting, bentos dan lainnya; maka akan segera dimanfaatkan
oleh mikroba; baik mikroba aerobik (mikroba yang hidupnya memerlukan oksigen);
mikroba anaerobik (mikroba yang hudupnya tidak memerlukan oksigen) dan mikroba
.fakultatif (mikroba yang dapat hidup pada perairan aerobik dan anaerobik).
Limbah organik yang ada di badan air aerob akan dimanfaatkan dan diurai
(dekomposisi) oleh mikroba aerobik (BAR); dengan proses seperti pada reaksi (1) dan
(2):
15
COHNS + O2 + BAR + enerji è C5H7O2N (sel MO baru)…(2)
Kedua reaksi tersebut diatas dengan jelas mengisaratkan bahwa makin banyak
limbah organik yang masuk dan tinggal pada lapisan aerobik akan makin besar pula
kebutuhan oksigen bagi mikroba yang mendekomposisi, bahkan jika keperluan oksigen
bagi mikroba yang ada melebihi konsentrasi oksigen terlarut maka oksigen terlarut bisa
menjadi nol dan mikroba aerobpun akan musnah digantikan oleh mikroba anaerob dan
fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak memerlukan oksigen.
Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan
diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif (BAN); dengan proses
seperti pada reaksi (3) dan (4):
COHNS + BAN è CO2 + H2S + NH3 + CH4+ produk lain + energi ……….(3)
MATAHARI
NH3 +7.62 CO2 + 2.53 H2O è C7.62 H8.06 O 2.53 N + 7.62 O2 …..(5)
16
Dampak Dekomposisi Limbah Organik
Dampak Langsung.
17
udara bebas yang selalu mensuplainya, namun demikian kalau sebagian badan air
anaerob sangatlan sering; misal di teluk-teluk waduk dan pantai yang relatip
menggenang sering muncul gelembung-gelembung gas yang mengisaratkan bahwa
bagian air yang anaerob dekat dengan permukaan air.
Telah diuraikan bahwa pada badan air yang anaerob dekomposisi bahan organik
menghasilkan gas-gas, seperti H2S, metan dan amoniak yang bersifat racun bagi fauna
seperti ikan dan udang-udangan. Seperti penurunan oksigen terlarut; senyawa-senyawa
beracun inipun dalam konsentrasi tertentu akan dapat membunuh fauna air yang ada.
18
Sangat disayangkan bahwa jika peningkatan nutrien terus berlanjut maka
dampak positif seperti itu hanya bersifat sementara bahkan akan terjadi proses yang
berdampak negatif bagi kualitas badan air (Anonim, 2001). Peningkatan konsentrasi
nutrien yang berkelanjutan dalam badan air, apalagi dalam jumlah yang cukup besar
akan menyebabkan badan air menjadi sangat subur atau eutrofik (Henderson, 1987).
Proses peningkatan kesuburan air yang berlebihan yang disebabkan oleh masuknya
nutrien dalam badan air, terutama fosfat inilah yang disebut eutrofikasi (Anonim, 2001).
Publikasi yang ada menyatakan bahwa kandungan fosfor > 0,010 mgP·l-1 dan
nitrogen > 0,300 mgN·l-1 dalam badan air akan merangsang fitoplankton untuk tumbuh
dan berkembang-biak dengan pesat (Henderson dan Markland, 1987), sehingga terjadi
blooming sebagai hasil fotosintesa yang maksimal dan menyebabkan peningkatan
biomasa perairan tersebut (Garno, 1992). Sehubungan dengan peningkatan konsentrasi
nutrien dalam badan air, setiap jenis fitoplankton mempunyai kemampuan yang berbeda
dalam memanfaatkannya sehingga kecepatan tumbuh setiap jenis fitoplankton berbeda
(Henderson dan Markland 1987; Margalef, 1958;. Selain itu setiap jenis fitoplankton
juga mempunyai respon yang berbeda terhadap perbandingan jenis nutrien yang terlarut
dalam badan air (Kilham dan Kilham, 1978). Fenomena ini menyebabkan komunitas
fitoplankton dalam suatu badan air mempunyai struktur dan dominasi jenis yang
berbeda dengan badan air lainnya (Hutchinson, 1944; Margalef., 1958 Reynolds, 1989).
19
Perbedaan struktur dan dominasi jenis fitoplankton tersebut diatas juga
dipengaruhi oleh karakteristik fitoplankton dan zooplankton yang ada. Diketahui
beberapa jenis fitoplankton tidak dapat dimakan oleh zooplankton karena bentuk
morpologi, fisiologi (Horn, 1981; Garno, 1993; Geller, 1975, Downing dan Petter,
1980) komposisi fitoplankton; dan mekanisme makan zooplankton (DeMott, 1982;
Frost, 1980; James &. Forsynth 1990) serta faktor abiotik lainnya. Selanjutnya dalam
kondisi persediaan makanan (fitoplankton) banyak dan beragam; zooplankton
melakukan pemilihan terhadap jenis, bentuk dan ukuran fitoplankton yang hendak
dimakan atau selective feeding (Garno, 1993).
Selain badan air didominasi oleh fitoplankton yang tidak ramah lingkungan
seperti tersebut diatas, eutrofikasi juga merangsang pertumbuhan tanaman air lainnya,
baik yang hidup di tepian (eceng gondok) maupun dalam badan air (hydrilla). Oleh
karena itulah maka di rawa-rawa dan danau-danau yang telah mengalami eutrofikasi
20
tepiannya ditumbuhi dengan subur oleh tanaman air seperti eceng gondok (Eichhornia
crassipes), Hydrilla dan rumput air lainnya.
Akhirnya, yang harus dimengerti dan disadari adalah bahwa karena Indonesia
merupakan negara tropis yang mendapatkan cahaya Matahari sepanjang tahun; maka
blooming (dalam arti biomasa alga tinggi) dapat terjadi sepanjang tahun. Artinya kapan
saja (asal tidak mendung/hujan) dan dari manapun asalnya kalau konsentrasi nutrien
dalam badan air meningkat maka akan meningkat pula aktifitas fotosintesa fitoplankton
yang ada; dan jika peningkatan nutrien cukup besar alau lama akan terjadi blooming.
Fenomena itulah yang menyebabkan badan-badan air (waduk, danau dan pantai) di
Indonesia yang telah menjadi hijau warnanya tidak pernah atau jarang sekali menjadi
jernih kembali; tidak seperti di negeri 4 musim seperti Kanada dan Jepang yang
blooming hanya terjadi di akhir musim semi dan panas.
Menurut Soemarwoto dkk. (1984) yang dimaksud dengan suksesi adalah suatu
proses perubahan komunitas yang terjadi sedikit demi sedikit dalam suatu jangka waktu
tertentu sampai terbentuk komunitas yang berbeda dari sebelumnya. Salah satu bentuk
khusus dari suksesi adalah yang terjadi pada perairan danau dan disebut juga sebagai
eutropikasi (Goldman dan Alexander, 1983). Eutrofikasi adalah suatu proses
pengakumulasian perubahan komunitas pada suatu badan perairan tergenang seperti
halnya danau. Suksesi danau pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekologi
bernama Einar Naumann (Hutchinson, 1969 dan Goldman dan Alexander, 1983).
Berdasarkan kandungan autriennya, Naumman mengklasifikasikan danau menjadi :
danau Oligotrofik, danau Mesotrofik dan danau Eutrofik danau dengan dasar yang sama
menjadi : danau oligotrofik, danau eutropik dan danau distropik (Goldman dan
Alexander, 1983).
Danau Oligotrofik
21
Oligotrofik, menurut etimologinya berasal dari bahasa Yunani yaitu 'oligo' yang berarti
sedikit atau buruk, dan trofik yang berarti makanan, jadi danau oligotrofik merupakan
danau yang memiliki kandungan makanan (nutrien) sedikit (Goldman dan Alexander,
1983).
Menurut Odum (1971_ secara geologis danau oligotrofik termasuk golongan danau
yang masih muda, sebab danau yang berada pada tahap awal suksesinya ini adalah
danau danau yang baru terbentuk baik secara tektonis, glasier, vulkanis dan lain-lain.
Secara fisik dan biologis, karakteristik danau oligotrofik menurut Thienemann (1925
dalam Brinkhust, 1974) dan Odum (1971) antara lain : kondisi perairannya dalam
dengan zona hipolimnion yang lebih besar daripada zona epilimnion. Hal ini menurut
Soeriatatmaja (1981) disebabkan karena kondisi perairan pada danau oligotrofik ini
yang sangat jernih dengan kandungan oksigen yang terlarut dalam air tinggi akibat dai
sedikitnya materi organik yang terlarut. Karena jernihnya perairan danau ini maka sinar
matahari dapat menembus ke dalam air dan dipantulkan kembali sehingga airnya
menjadi dingin.
Menurut Soeriaatmaja (1981) rendahnya kandungan nutrien pada suatu peairan danau
akan dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas danau tersebut, seperti sangat
jarangnya keberhasilan tanaman literal, dan rendahnya densitas plankton meskipin
jumlah jenis yang ditemukannya besar.
Burgis dan Morris (1987) menyatakan bahwa rendahnya kandungan autrien seperti
nitrogen, fosfor, fosfat dan kalsium pada danau oligotrofik disebabkan karena masih
mudanya danau tersebut sehingga jumlah nutrien yang terakumulasi dari masukan air
sungai san lingkungannya masih sangat sedikit, dan umumnya organisme-organisme
yang toleran terhadap kandungan nutrien yang rendah dan oksigen yang tinggi.
Menurut Thienemann (1925 dalam Brinkhust, 1974) organisme akuatik yang paling
khas ditemukan pada danau oligotrofik adalah organisme bentos dari marga Tanytarsus
yang ditemukan dalam jumlah (kelimpahan) yang sangat besar yaitu berkisar antara 300
' 1000 individu/m2. Namun menurutnya bila organisme ini dihitung berat keringnya
hanya didapatkan nilai sebesar 2-4 gram/m2. Melimpahnya marga Tarnytarsus pada
perairan danau ini menurut Thenemann (1925, dalam Brinkhurst, 1971) maka dapat
dikatakan bahwa danau ini sebagai danau Tanytarsus, sebab meskipun pada danau ini
22
dapat pula ditemukan organisme bentos lainnya seperti Coregonus sp & Bathohylus sp
tetapi hewan ini hanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit dan bahkan tidak
ditemukan organisme bentos dari jenis Chironomus sp dan Chooborus sp.
Danau Mesotrofik
Beberapa ahli Limnologi seperti Valif (1927 dalam Brinkhust, 1974) dan
Soeriaatmaja (1981) menyatakan bahwa suatu danau oligotrofik sebelum memasuki
tahapan eutrofik. Pada fase ini menurut Soeriaatmaja (1981) danau baru mengalami
tahap awal pengkayaan nutrien. Dengan meningkatnya kandungan nutrisi seperti
nitrogen, fosfor dan kalsium dalam perairan danau tersebut, maka akan terjadi juga
peningkatan aktifitas biologi. Organisme seperti ganggang, fitoplankton, zooplankton
dan sampah organik makin tertimbun di permukaan air sehingga kecerahan air semakin
menurun dan semakin keruh. Laju penumpukan bahan organik ini kemudian relatif
semakin cepat. Semakin keruhnya air danau ini mengakibatkan sinar matahari tidak
dapat menembus ke dalam air seperti sebelumnya, sehingga proses fotosintesis dalam
danau itu makin lama semakin terbatas pada permukaan air. Dengan meningkatnya total
kegiatan biologi dalam danau maka jumlah sampah organik meningkat. Pada awalnya
sampah ini mengapung di danau tetapi kemudian tenggelam ke dasar danau sehingga
danau tersebut akan semakin dangkal oleh pengendapan. Proses pendangkalan ini
biasanya terjadi pada bagian tepi danau sehingga danau oligotrofik berubah menjadi
danau mesotrofik (Soeriatmaja, 1981).
Danau Eutropik
Danau eutropik merupakan tipe danau oligotrofik yang telah mengalami proses
pengkayaan bahan organik (nutrien). Eu dalam bahasa Yunani berarti lebar, luas atau
banyak, sehingga danau eutropik berarti danau yang kandungan makanannya banyak
(Odum, 1971 : Brinkhurst, 1974, Soeriatmaja, 1981). Proses pengkayaan (Eutrofikasi)
danau sampai terbentuknya danau eutropik menurut Goldman dan Alexander (1983),
23
Burgis dan Morris (1987) disebabkan oleh 2 faktor penyebab utama yaitu : fungsi
kandungan nutrien, fosfor, dan nutrien lain dalam limnologi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Warman. 2009. Jaga Ekosistem Akuatik kita. (Online)
(http://warmanboy.wordpress.com/2009/12/14/jaga-ekosistem-akuatik-kita/,
diakses kamis 18 maret 2010).
SMK3. 2008. Apa Akibat Kekurangan Kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Nutrien Lain
di Danau. (Online) (http://smk3ae.wordpress.com/2008/11/12/, diakses kamis 18
maret 2010).
Heryanto, Deni. 2010. SUKSESI DANAU dan STRUKTUR KOMUNITAS
PENYUSUNNYA (Judul pencarian nitrogen, fosfor dan nutrien lain dalam
lingkup limnologi). (Online) (http://thebloghub.com/pages/denclik/SUKSESI-
DANAU-DAN-STRUKTUR-KOMUNITAS-
PENYUSUNNYAhttp://smk3ae.wordpress.com/2008/11/12/, diakses kamis 18
maret 2010).
25