Professional Documents
Culture Documents
MUHAMMAD YAUMI
No. Reg. 7117080361
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cukup baik dalam beberapa tahun terakhir ini, baik dilihat dari sisi normatif
1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal Bab XI Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pasal 40 ayat 1 a.
2
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bagian Kelima
Pembinaan dan Pengemabngan Pasal 69 Ayat 1 dan 2.
3
kinerja tenaga pendidik khususnya guru dan dosen dalam menjalankan tugas
akademik berupa buku, artikel, jurnal, blog, dan kajian-kajian keilmuan lain
guru berbanding terbalik dengan hasil yang dicapai saat ini. Survei yang
propinsi menemukan bahwa kinerja guru yang sudah lulus sertifikasi atau
lulus uji kompetensi masih rendah.3 Motivasi kerja yang tinggi justru
3
Kompas, Kinerja Guru Rendah: Produktivitas Tinggi Saat mengikuti Sertifikasi, hal 1, 2010
(http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/07/02424962/kinerja.guru.rendah).
4
dievaluasi karena baru berjalan sejak tahun 2007 dan pada akhir 2009
terdapat sebanyak 600.450 guru saja yang berhasil disertifikasi dari total 2,7
juta guru yang tersebar di seluruh Indonesia.4 Tetapi paling tidak implikasinya
Namun, rata-rata nilai UN SMP/MTs sebesar 7,02 pada tahun 2007 turun
menjadi 6,87 pada tahun 2008, walaupun tingkat kelulusan sebesar 92,76%.
Rata-rata nilai ujian SMP/MTs tersebut masih di bawah target nasional pada
tahun 2008 yaitu 7 dan tingkat kelulusan masih di bawah standar 95% seperti
yang ditargetkan pada tahun 2008.5 Hal ini berarti program sertifikasi guru
yang dilakukan pada tahun 2007 belum membawa implikasi positif terhadap
cenderung menurun.
49.5% pada tahun 2009 telah melebihi target nasional sebesar 37,5%.
sebesar 58% masih di bawah target nasional sebesar 65%. Berkaitan dengan
4
Direktorat Profesi Pendidikan, Monitoring dan Evaluasi Sertifikasi Guru Tahun
2009, hal.1, 2010 (http://sertifikasiguru.org/berita_detail.php?id=14).
5
Departemen Pendidikan Nasional, Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-
2014, hal, 28, 2010 (http://www.diknas.go.id/downloadx/1257481696.pdf).
5
Di satu sisi angka kualifikasi guru pada tahun 2009 tersebut memang sudah
memenuhi target, tetapi di sisi lain jumlah 1.400.982 dari 2.603.650 guru
minimum nasional paling tidak disebabkan oleh tiga hal, yakni pertama,
program sertifikasi guru yang hanya bersandar pada sistem portofolio dan
yang memiliki tingkat dedikasi dan kesungguhan yang berarti, tetapi belum
sesuai target yang diberikan. Sebaliknya, tidak sedikit guru yang tidak
6
Ibid. hal. 29.
7
Sempoerna foundation, Indonesian teachers currently do not meet the National Minimum of
Teaching Requirements, hal. 1, 2009
(http://www.sampoernafoundation.org/content/view/1446/1/lang,en/).
6
(a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki
akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
8
Baedhowi, Kualitas Guru di Indonesia Masih Minim, hal. 1, 2009
(http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/21/18185296/kualitas.guru.di.indonesia.masih.m
inim).
7
dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
guru.9
guru profesional. Hal ini sesuai dengan hasil temuan yang mengatakan
atas kemampuan diri, self esteem, keyakinan diri tentang peluang untuk
berhasil melakukan pekerjaan tertentu, self efficacy, kinerja, self esteem and
self efficacy, self esteem and job performance.10 Di sini, kinerja memiliki
kerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan, maka semakin tinggi juga
9
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal
7 Bab III, hal. 3—4, 2009
(http://wrks.itb.ac.id/app/images/files_produk_hukum/uu_14_2005.pdf).
10
Cecilia Engko, Pengaruh Kepuasan kerja terhadap Kinerja Individu dengan Self Esteem
dan Self Efficacy sebagai Variabel Intervening, hal. 2, 2010
(https://info.perbanasinstitute.ac.id/makalah/K-AMEN06.pdf).
8
terhadap suatu bidang pekerjaan, maka semakin rendah juga kinerja yang
dicapai.
kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka
kinerja adalah hasil kerja dalam mencapai suatu tujuan atau persyaratan
merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang
diberikan kepadanya.11
11
Vedca dan Widyaiswara Pertanian, Penilaian dan Laporan Kinerja kepala Sekolah (Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian:
Cianjur, 2009), hal. 5.
9
individu yang berbeda jenis pekerjaannya; (c) faktor fisik, merupakan faktor
yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik
individu, yang meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu
harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam setiap pandangan, sikap, dan
prilaku guru.
12
Parwanto Wahyuddin, Pengaruh Factor-faktor Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Pusat Pendidikan Komputer Akuntansi IMKA di Surakarta, hal. 3, 2009,
(http://eprints.ums.ac.id/144/1/PARWANTO.pdf).
10
belajar untuk hidup bersama satu sama lain secara kolaboratif, rukun, dan
damai (learning to live together), dan belajar juga dapat memberi kontribusi
13
Ki Hajar Dewantoro, Pendidikan, Cetakan Kedua. (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa
Yogyakarta, 1977), hal. 14— 15.
14
UNESCO, The Four Pillars of Education, hal. 1—12, 2009
(http://www.unesco.org/delors/fourpil.htm).
11
memiliki kecerdasan yang tinggi tidak dapat hanya dilakukan dengan suatu
secara sistematis dan berkelanjutan melalui identifikasi bakat dan minat sejak
dini kemudian secara bertahap dikembangkan dalam pola dan sistem kerja
yang kolaboratif.
kemampuan siswa untuk belajar secara efektif. Kinerja guru yang dimaksud
adalah hasil yang telah dicapai dari kemampuan untuk mendidik, membina,
15
Arthur E. Vallicelli, The Role of Teacher Professionalism in Education, hal. 1, 2009
(http://students.ed.uiuc.edu/vallicel/Teacher_Professionalism.html).
12
B. Identifikasi Masalah
kecerdasan majemuk.
13
dilakukan secara parsial dalam lingkungan pendidikan anak usia dini dan
boleh jadi sudah menjadi ilmu yang ‘kadaluarsa’ tanpa berpikir perlunya
cara perpikir sebagian besar guru. Belum lagi adanya guru yang lebih
telah disebutkan di atas, maka terasa sulit kiranya untuk dijadikan fokus
prima. Oleh karena itu, penelitian ini hanya dibatasi pada peningkatan kinerja
15
modal dasar bagi guru untuk mengidentifikasi dan mengamati prilaku dan
D. Perumusan Masalah
sebagai berikut:
mengevaluasi siswa?
kinerja guru?
yang menyenangkan,
research.
19
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Kecerdasan Majemuk
dalam tindakan atas dasar pemahaman yang mendalam, sedangkan trial and
error adalah salah satu bentuk dari training (latihan). Memang, tidak dapat
dipungkiri bahwa kecerdasan itu muncul dari hasil bentukan kebiasaan yang
paling sederhana ketika beradaptasi dengan keadaan yang baru. Juga, harus
embrio adanya keinginan untuk melakukan trial and error serta karakteristik
20
Oleh karena itu, definisi kecerdasan harus dilihat dari kedua sisi, yaitu
khusus sebagai kriteria. Sekalipun terjadi pro dan kontra seputar pengertian
keterampilan itu sesuai untuk menciptakan produk yang efektif, harus juga
direct thought and action). Kedua, kemampuan untuk mengubah arah pikiran
atau tindakan (the ability to change the direction of thought and action).
16
Piaget, Jean, The Psychology of Intelligence, Translated by Piercy M., and Berlyne D.E.
(New York: Routledge, 2002), p.11.
17
Gardner, Frames of Mind (New York: Basic Books Inc., 1983) p. 61—62.
18
Binet, Human Intelligences, 2009, p. 1 (http://www.indiana.edu/%7Eintell/binet.shtml).
21
perubahan, dan mengoreksi pikiran dan tindakan, tetapi harus dilihat dari dari
(kemampuan sosial).19
manusia dalam ruang lingkup yang terbatas inilah yang memicu upaya keras
ahli dari berbagai disiplin ilmu yang pada akhirnya melahirkan teori multiple
(6) interpersonal, (7) Intrapersonal,20 tetapi dia tetap membuka diri untuk
19
Thorndike dalam Musfiroh, Pengembangan kecerdasan majemuk (Jakarta: Universitas terbuka,
2008) hal. 4.
20
Gardner, op.cit., p. 73—299.
22
kecerdasan jamak lain yang perlu diteliti lebih jauh, yakni; naturalist
21
Gardner, Intelligence Reframed (New York: Basic Books, 1999), p. 47.
22
Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom (Alexandria, VA: ASCD, 2009) p. 126—
128.
23
Joseph Yosi Amram, The Contribution of Emotional and Spiritual Intelligences to Effective
Business Leadership, A dissertation submitted in partial fulfillment of the requirements for
the degree of Doctor of Philosophy in Clinical Psychology Institute of Transpersonal
Psychology Palo Alto, California January 15, 2009.
24
Walter McKenzie, Multiple Intelligences and Instructional technology. Washington DC:
International Society for Technology in Education.2005.
25
Terry Bowles, Self-rated Estimates of Multiple Intelligences Based on Approaches to Learning.
Australian Journal of Educational & Developmental Psychology. Vol 8, 2008, pp 15-26.
26
Tony Buzan, The Power of Spiritual Intelligence: 10 Ways to Tap into Your Spirit Genius. New York:
Perfectbound, 2002.
23
enam jalan menuju kecerdasan spiritual yang lebih tinggi” dan tujuh langkah
tujuh langkah menuju kecerdasan spiritual lebih tinggi adalah (1) menyadari
di mana saya sekarang, (2) merasakan dengan kuat bahwa saya ingin
berubah, (3) merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi
saya pada sebuah jalan, (7) tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.27
27
Zohar and Marshall, Spiritual Quetient, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Versi Indonesia (Bandung:
Mizan, 2001) hal. 197.
24
1. Kecerdasan Linguistik
mencakup kualitas proses otak kiri dan kanan baik bahasa dalam pengertian
28
Sonawat and Gogri, Multiple Intelligences for Preschool Children (Mumbai: Multi-Tech
Publishing co., 2008) p.20.
25
demikian seorang anak yang memiliki kecerdasan bahasa yang tinggi akan
mampu menceritakan cerita dan adegan lelucon, menulis lebih baik dari rata-
rata anak yang lain yang memiliki usia yang sama, mempunyai memori
tentang nama, tempat, tanggal, dan informasi lain lebih baik dari anak pada
kata-kata lisan.29
Di samping itu, anak yang memiliki kecerdasan bahasa yang lebih dari
pada anak lainnya suka meniru bunyi-bunyi, bahasa, membaca dan menulis,
menjelaskan, dan mengingat apa yang telah dibaca, selalu berusaha untuk
29
Carla Lane, Implementing Multiple Intelligences and Learning Styles in Distributed
Learning/IMS Projects, 2009, p.3 (http://www.tecweb.org/styles/imslsindl.pdf).
30
Kwok-Cheung Cheung, Reforming Teaching and Learning Using Theory of Multiple
Intelligences: The Macao Experiences (Springer Science: Business Media B.V., 2009) p.
10.
26
banyak kosa kata, suka membaca dan menulis, memahami fungsi bahasa,
bentuk kombinasi morfem dan kata, (3) sintaksis, yakni kemampuan peserta
menyusun kalimat baik kalimat sederhana yang hanya terdiri atas satu subjek
dan satu predikat, maupun dalam menyusun kalimat majemuk dan kalimat
2. Kecerdasan Logika-Matematika
percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur.31 Orang yang memiliki
mendasari sistem kausal, cara seorang ilmuan atau pengguna logika berbuat
yang logis, sangat teratur dalam tulis tangan, mempunyai kemampuan untuk
lebih nyaman ketika sesuatu telah diukur, dibuat kategori, dianalisis, atau
dihitung dan dijumlahkan, berpikir dengan konsep yang jelas, abstrak, tanpa
31
Kezar, Theory of Multiple Intelligences: Implications for Higher Education (Innovative
Higher Education, Vol. 26, No. 2, Winter 2001), hal. 144.
28
3. Kecerdasan Musikal
saja mengingat musik dengan mudah, mereka tidak dapat keluar dari
dan membedakan dan membandingkan ciri musikal bunyi, suara dan alat
kecerdasan.
32
Snyder, Developing Musical Intelligence: Why and How (Early Childhood Education
Journal, Vol. 24, No. 3, 1997) p. 165—171.
29
memiliki perasaan yang baik terhadap tangga nada, bergerak sesuai dengan
musik dengan berbagai variasi, dapat dengan mudah mengingat melodi dan
yang tinggi untuk mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan yang tinggi
gerakan.
seperti ini dapat diamati pada anak yang pandai berolah raga dan menari
33
Monica W. Tracey AE Rita C. Richey, ID Model Construction and Validation: a Multiple
Intelligences Case (Education Tech Research Dev, 2007) pp: 369–390.
31
5. Kecerdasan Visual-Spasial
dengan bakat seni, khususnya seni lukis dan seni arsitektur. Kecerdasan
dimensi.
bentukkan hal yang ditangkap mata kedalam bentuk wujud lain, misalnya
sket, kolase atau lukisan perca.34 Komponen inti dari Kecerdasan Visual-
34
Rettig, M., Using the Multiple Intelligences to Enhance Instruction for Young Children and
Young Children with Disabilities (Early Childhood Education Journal, Vol. 32, No. 4,
February 2005) pp. 255—259.
32
visual dan spasial, dan mengorientasikan secara tepat. Komponen inti dari
6. Kecerdasan Interpersonal
apa yang dirasakan orang lain, menangkap maksud dan motivasi orang lain
motivasi, perasaan dan keinginan orang lain. Komponen inti yang lain adalah
35
Sonawat and Gogri, op.cit. p. 69.
33
maksud, motivasi, suasana hati, perasaan dan gagasan orang lain. Mereka
lain, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap ekspresi wajah, suara dan gerak
kata-kata, gerik-gerik, gaya bahasa, dan sikap orang lain. Mereka akan
keadaan jiwa, keinginan, dan perasaan yang dialami orang lain ketika
34
hubungan baik dengan pihak lain akan dapat dilakukan dengan mudah
kendala yang berarti walau hidup di lingkungan yang memiliki agama, suku,
7. Kecerdasan Intrapersonal
menghargai diri juga berarti mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat dan
dihadapi.
36
Saban A., Content Analysis of Turkish Studies about the Multiple Intelligences Theory
(Kuram ve Uygulamada Eğitim Bilimleri / Educational Sciences: Teory & Practice 9 (2),
Spring 2009) pp. 859—876.
35
kegagalan, hambatan dengan tabah, (4) memiliki hobi atau minat dan
kesenangan yang disimpan untuk diri sendiri (5) Memiliki tujuan-tujuan yang
penting untuk hidup, yang dipikirkan secara kontinu, (6) memiliki pandangan
yang realistis mengenai kekuatan dan kelemahan diri ysng diproleh dari
menganggap dirinya orang yang berkeinginan kuat dan berpikiran mandiri (9)
sendiri, berwiraswasta.37
samping memiliki ciri positif seperti telah disebutkan di atas, anak yang
37
Sonawat and Gogri, op.cit. p. 78.
36
anak itu malu atau minder dan cenderung menghindarkan dari pergaulan
bersama orang lain. Mereka selaras dengan perasaan batin mereka, mereka
8. Kecerdasan Naturalis
Salah satu satu ciri yang ada pada anak-anak yang kuat dalam
serta melestarikannya.
informal. Memelihara alam dan bahkan menjadi bagian dari alam itu sendiri
dengan mudah.38
unsur alam yang lain. Anak-anak yang suka menyelidiki berbagai kehidupan
makluk kecil, seperti cacing, semut, dan ulat daun. Anak-anak suka
penelitian dan hasil karya lain yang menfokuskan diri pada masing-masing
Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya Spiritual Quentent yang
38
Bowles T., Self-rated Estimates of Multiple Intelligences Based on Approaches to Learning
(Australian Journal of Educational & Developmental Psychology. Vol 8, 2008) pp 15—26.
38
salah satu bagian dari kecerdasan jamak. Kecerdasan spiritual itu bersandar
spiritual, maka segala sesuatu yang dilakukan akan berakhir dengan sesuatu
Kata spiritual memiliki akar kata spirit. Kata ini berasal dari bahasa
Latin, spiritus, yang berarti napas. Sedangkan, kata spirit diartikan sebagai
bergerak.40 Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik, termasuk pikiran,
39
Zohar dan Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik
dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, versi terjemahan (Bandung: Mizan, 2001), hal. 3.
40
Mitrafm, Kecerdasan Spiritual Menentukan jati Diri, 2009, hal. 1
(http://mitrafm.com/blog/2008/12/15/kecerdasan-spiritual-menentukan-jati-diri/).
41
Ki Hajar Dewantoro, Pendidikan, Cetakan Kedua. (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa
Yogyakarta, 1977), hal. 14.
39
konteks makna yang lebih luas yakni kemampuan untuk mengakses suatu
Melihat diri sendiri dan orang lain saling terkait, menyadari tanpa diajari
seperti cita-cita suci dari hal-hal yang biasa. Kedua, toleran yang merujuk
seseorang untuk secara tekun mencari dan mengejar hal-hal yang selektif
dapat bermakna kalau dapat memberi nilai tambah dan memiliki gagasan-
gagasan yang segar dan aneh, rasa humor yang dewasa. Kelima,
seluruh alam dan isinya. Keenam, kedamaian, suatu kondisi jiwa yang
jamak telah diterima oleh seluruh kalangan, bahkan banyak ahli dan praktisi
perlu berhati-hati dan mengkaji ulang setiap kecerdasan yang telah diajukan.
1. Teori MI hanya mengklain diri sebagai teori yang lebih luas dan
saat ini. 43
43
Andrew D. Carson. Why Has Gardner's Theory of Multiple Intelligences Had So Little
Impact on Vocational Psychology? p.1 2010
(http://vocationalpsychology.com/essay_10_gardner.htm).
41
psikology44
taksonomi Aristoteles.47
44
Ibid. p.3
45
Jeffrey A. Schaler. Howard Gardner Under Fire, The Rebel Psychologist Faces His Critics.
p.2. 2010 (http://www.opencourtbooks.com/books_n/howard_gardner.htm).
46
Lynn Gilman, The Theory of Multiple Intelligences. P.1, 2010
(http://www.indiana.edu/~intell/mitheory.shtml#criticism.
47
Julian Against Gardner,p.3, 2010 (http://www.literaryescorts.com/?act=non-
fiction&item=556).
42
perbaikan kinerja atau unjuk kerja dalam bahasa Indonesia. Sebelum lebih
48
Stolovith, Harold D. The Development and Evolution of Human Performance Improvement.
Dalam Dempsey, John V. and Reiser, Robert A. Trends and Issues in Instructional Design
43
dicapai oleh setiap individu atau organisasi.49 Hal ini mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang melekat pada individu atau organisasi yang
dipahami melalui definisi dan terminologi yang diberikan oleh Association for
dan praktek etis dalam menfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja dengan
and Technology, Second Edition (New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall, 2007) hh.
134—146.
49
Watkins, Ryan. Performance by Design: The Systematic Selection, Design, and
Development of Performance Technologies that Produce Useful Results (Massachusetts:
HRD Press, Inc., 2007) hal. 2.
50
Dick, Walter., Carey, Lou., and Carey, James O., The Systematic Design of Instruction,
Sixth Edition (New York: Pearson, 2005) hal. 125.
51
Januszewski, Alan & Molenda, Michael, Educational Technology: A Definition with
Commentary (New York:Taylor & Prancis Group, 2008) hal.7.
52
Stolovith, Harold D., loc.cit.
53
Januszewski, Alan & Molenda, Michael, Educational Technology: A Definition with
Commentary (New York:Taylor & Prancis Group, 2008) hal.1.
44
aspek yang lebih luas. Perbaikan kinerja dalam teknologi pendidikan hanya
dan organisasi, tetapi jalan yang ditempuh dari cita-cita menuju pencapaian
hasil yang berguna menjadi suatu hal yang sulit untuk diwujudkan. Dengan
demikian, secara umum yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil yang
berguna yang dicapai oleh setiap individu atau organisasi. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih khusus, kinerja adalah hasil, prestasi, atau kontribusi
yang berguna dari setiap individu, regu, atau organisasi, tanpa memandang
lebih fokus pada hasil yang harus dicapai dari pada intervensi yang dapat
54
Molenda, Michael and Pershing, James A. Improving Performance. Dalam Januszewski, Alan &
Molenda, Michael, Educational Technology: A Definition with Commentary (New
York:Taylor & Prancis Group, 2008) hh. 49—80.
55
Watkins, Ryan. Performance by Design: The Systematic Selection, Design, and
Development of Performance Technologies that Produce Useful Results (Massachusetts:
HRD Press, Inc., 2007) h. 2.
45
suatu bidang keahlian tertentu. Namun, di sisi lain, pembatasan itu telah
kajian yang sempit dan parsial. Akibatnya, penguasaan disiplin ilmu pun
hanya terbatas pada bidang kajian saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan
terjadi kesenjangan dalam upaya menerobos terapi yang paling handal dalam
bidang kajian apabila hanya didasarkan pada satu disiplin saja.56 Kinerja
56
Semiawan, Conny., Setiawan, dan Yufiarti, Panorama Filsafat Ilmu: Landasan
Perkembangan Ilmu Sepanjang Zaman (Bandung: Mizan Media Utama, 2005), hal. 126.
46
keseleo lidah (slips of the tongue) atau mungkin juga disebabkan oleh faktor
57
Chomsky, Noam, Aspects of the Theory of Syntax. (Massachusetts: MIT Press, 1965),
hal. 201.
58
Scha, Remko. Language Theory and Language technology: Competence and
Performance (Diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dari artikel asli dalam bahasa
Belanda "Taaltheorie en taaltechnologie; competence en performance",in: R. de Kort and
G.L.J. Leerdam (eds.): Computertoepassingen in de Neerlandistiek. Almere: LVVN, 1990,
pp. 7-22).
47
sejumlah tanda tanya yang berunjung pada suatu kesimpulan keliru bahwa
kedua istilah ini memiliki hakekat yang sama. Jika performance dimaknai
sikap yang melekat pada individu atau organisasi yang diperoleh selama
keduanya? Jika kedua konsep ini berbeda, yang mana yang lebih penting
untuk dijadikan acuan dalam pembelajaran? Apakah yang satu lebih penting
dari yang lain, atau keduanya merupakan indikator keberhasilan yang harus
pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada
antara lain: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau
antara satu sekolah dengan sekolah yang lain tergantung dari konteks,
lingkungan, dan karakteristik guru dan siswa yang diukur. Keberagaman ini
59
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hal. 90.
60
Direktorat Tenaga Kependidikan. Penilaian Kinerja Guru (Jakarta: Direktoral Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional,
2008), Hal. 22.
61
Catawba Country Schools, Teacher Performance Appraisal- Instrument, 2010, p.. 22
(http://www.catawbaschools.net/departments/hr/New_Teachers/New%20Teacher%20Form
s/Teacher%20Performance%20Appraisal%20Instrument%20%28TPAI%29%20Handbook.
pdf).
49
standar yang dapat dijadikan referensi utama. Indikator lain dalam penilaian
umpan balik yang sesuai tentang kinerja siswa kepada orang tua atau wali
62
IPSK12, Teacher Performance Indicators and Descriptors, 2010, p. 1-5
(http://ips39.ips.k12.in.us/IPSForms/TEACHER%20PERFORMANCE%20INDICATORS%2
0AND%20DESCRIPTORS.doc).
50
tentang perkembangan dan perbaikan siswa kepada orang tua dengan cara
yang tepat dan waktu yang sesuai. Ketiga, manajemen kelas, yang terdiri
dan prosedur yang menjadi kesepakatan sekolah dan aturan yang di atasnya,
ikut serta dan campur tangan secara tepat pada segala sesuatu yang
sikap saling percaya, menghargai dan saling peduli kepada semua, bekerja
kolaborasi dengan yang lain demi untuk kemajuan sekolah dan perbaikan
yang telah disepakati, disiplin dalam bekerja sesuai waktu yang ditetapkan,
orang tua siswa baik dalam aktivitas di dalam kelas maupun dalam kegiatan
keluarganya, mengikuti segala aturan yang yang ditetapkan oleh sekolah dan
berikut ini agar dapat dibedakan antara istilah yang satu dengan yang
lainnya. Profesional berasal dari kata profesi yang artinya satu bidang
profesional, pemikiran orang tertuju pada dua hal. Pertama, orang yang
63
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
Pasal 1
52
profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
tugas, (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas,
tercermin dalam setiap cara berpikir, bertindak dan berprilaku baik dalam
64
Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru (Jakarta: Gaung Persada,
2009 ) p. 96.
65
Ibid, p. 5.
66
Undang-undang, op.cit. pasal 7
53
keahlian yang melekat pada diri seseorang dalam melakukan segala bentuk
67
Princeton, Professionalism, p. 1, 2009
(http://wordnetweb.princeton.edu/perl/webwn?s=professionalism).
68
OUP, Principles of organizational Behavior 4e: Glossary, hal. 1, 2009
(http://www.oup.com/uk/orc/bin/9780199253975/01student/glossary/glossary.htm)
69
Saudagar dan Ali Idrus, op.cit. 97.
54
merefleksikan persepsi dari tujuan profesi, status dan hakekat khusus, jarak
dan tingkat layanan yang disediakan, keahlian yang lazim, profesi, dan kode
70
Evans L, Reflective Practice in Educational Research (New York: Continuum, 2002) p.
71
Keller, J. A Systems perspectiveof Professional Development in A K-12 School District
(Indiana: Indiana University, 2003) p. 23.
55
dan pengembangan guru yang merujuk pada segala upaya yang dilakukan
komitmen guru sebagai tenaga pendidik yang memiliki keahlian dalam ilmu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran. Secara rinci, tujuan
dan kinerja baik secara langsung mapun secara tidak langsung dan
bulan Januari 2010 sampai dengan Juni 2010 dengan pertimbangan bahwa
C. Metode Penelitian
72
Kamber D., Action Learning Research Improving the Quality of Teaching and Learning
(London: Page Limited, 2000), p. 24.
59
untuk memeriksa dan menilai pekerjaan yang dihasilkan dan kemudian saling
tanpa pengetahuan adalah buta dan teori tanpa tindakan tidak berarti. 75
perubahan status pola pikir, pandang, kerja dan sikap baru yang disadari dan
73
Semiawan, Catatan kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal. 177.
74
Coghlan and brannick, Doing Action research in Your Own Organization, Second Edition
(London: Sage Publication Ltd., 2005), p.3.
75
Koshy V., Action Research for Improving Practice: A practical Guide (London: Sage
Publication Ltd., 2005), p.8.
60
diakui bersama sebagai relatif lebih baik serta bersifat dinamis terhadap
tindakan sebagai berikut: (a) berfokus pada praktek sosial, (b) bertujuan
untuk peningkatkan keadaan, (c) merupakan proses siklus, (d) diikuti dengan
temuan sistematik, (e) merupakan proses reflektif, (f) bersifat partisipatif, dan
research (PAR) memiliki orientasi pada masyarakat dan sosial serta memberi
76
Mills G., Action research: A Guide for the Teacher Researcher, Second Edition, (Upper
Saddle River, New Jersey: Pearson Education, 2003:), p.5.
77
Ernest T. Stringer, Action Research Third Edition, Los Angeles: Sage Publication Inc. 2007, p. 8.
78
Elliot, Jhon., Action Research for Educational Change (Philadelphia: Open University
Press, 1991), p. 49.
79
Kamber D, op.cit., 25.
80
Cresswell, John, Educational research: Planning, Conducting, and Evaluation,
Quantitative, and Qualitative Research, Third Edition (Upper Saddle River, New Jersey:
Pearson Education, 2008:), p.602—603.
61
dalam siklus untuk mencari berbagai hal, klaim, atau isu yang
didik.
81
Koch, Tina, Kralik Debbie, Participatory Action Research in health Care (USA: Blackwell
Publishing, 2006), p. 27.
62
D. Disain Penelitian
penelitian tindakan. Dalam bagian ini hanya akan menjelaskan empat model,
antara lain pertama, model MacIsaac yang digambarkan dalam dua siklus;
siklus pertama terdiri atas kegiatan perencanaan dan tindakan yang diikuti
perencanaan dan tindakan yang juga diikuti dengan pengamatan dan refleksi.
Kedua, model Susman yang terdiri atas (1) diagnosa yang bertujuan untuk
mengambil tindakan dengan maksud untuk memilih tindakan yang cocok, (4)
evaluasi bertujuan untuk mempelajari akibat dari tindakan, dan (5) spesifikasi
ditandai dengan tiga kata, look (melihat atau memandang), think (berpikir),
82
Cole, Robert, et.al., Being Proactive: Where Action Research meets Design Research, p.3,
2009 (http://conversation.cgu.edu/is362r/files/-1/1319/ICIS-Cole-Purao-Rossi-Sein-
2005_by_Matti.pdf).
63
dan act (bertindak) yang memberi dasar kepada setiap orang untuk
(pengumpulan data)
mendeskripsikan.
berteori.
- mengimplementasikan
- mengevaluasi.83
atau lebih siklus. Pada siklus pertama terdiri atas mencari fakta dan analisis
dan dampaknya, dan evaluasi. Jika tidak berhasil dengan dengan langkah-
langkah pada siklus pertama, maka dilanjutkan dengan siklus kedua yang
83
Ernest T. Stringer, op.cit. p. 8.
64
tahapan pada siklus kedua juga belum berhasil, maka dilakukan siklus ketiga
dikembangkan oleh John Elliot. Model ini dipilih atas dasar pertimbangan
lebih jelas dan rinci, dalam setiap siklus memungkinkan terdiri atas beberapa
tindakan dan setiap tindakan terdiri atas beberapa langkah yang terrealisasi
84
Elliot, Jhon, op.cit. 50.
65
Untuk lebih jelasnya tentang model kempat ini, dapat dijelaskan melalui
Gambar 3
Desain Penelitian
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 3
Langkah 3
D. Partisipan Penelitian
selatan yang terdri atas tujuh sekolah, tujuh komite sekolah, satu dewan
pendidikan, satu kepala dinas pendidikan, dan seratus dua puluh tujuh orang
guru yang mengajar pada ketujuh sekolah dasar tersebut. Partisipan itu akan
pertemuan yang dihadiri oleh seluruh kepala sekolah dan guru-guru yang
lingkungan yang lebih kecil lagi dalam ruangan kelas. Pada tahapan
guru yang berada di kelas rendah seperti kelas I, Kelas II, dan Kelas III
67
berbagai unsur yang terkait, pemerintah setempat, guru dan kepala sekolah,
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Selatan yang yang terdiri atas tujuh sekolah khususnya untuk kelas satu dan
itu, akan lebih baik jika diidentifikasi sejak dini guna untuk dikembangkan
dalam kelas-kelas selanjutnay. Di samping itu juga didukung peran serta dan
sikap positif pemerintah daerah dalam hal ini dinas pendidikan, masyarakat
tersebut.
yang akan diteliti terhadap kecerdasan majemuk. Dalam hal ini akan diambil
masing-masing guru kelas satu dan dua pada masing-masing sekolah dari
pertimbangan bahwa anak kelas satu dan kelas dua masih diajarkan secara
dan kinerja
tujuan telah tercapai setelah diberi perlakuan maka siklus dihentikan dan
kinerja.
yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap implementasi tindakan, (3) tahap
dan analisis fakta. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan pada masing-
b. Tahap Perencanaan
berikut:
proses pelaksanaannya.
kelas.
pertemuan.
implementasi kecerdasan jamak dalam ruang kelas. Di sini para guru dapat
di lapangan.
73
ditimbulkan oleh tindakan tersebut, baik bagi guru, kepala sekolah, maupun
guru yang akan menjadi observer. Namun jika pelaksana tindakan pguru
Pada tahap ini merupakan tahap evaluasi dan refleksi terhadap hasil
hasil yang dicapai akan dilakukan. Maksudnya adalah untuk mengkaji apakah
penelitian ini dianggap telah selesai. Tetapi, bila terjadi sebaliknya maka
interpretasi.
belajar secara efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik. Hal ini dapat
dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jadi
yang didukung oleh dokumen yang berupa dokumen, naskah, tulisan, dan
dokumen dan lain-lain tentang arah kebijakan dan strategi yang berkaitan
a. Wawancara
yang terbuka yang direkam dengan audio tape dan camcoder atau handy
bersifat sekunder ini dapat diperoleh dari hasil dialog bersama kolaborator,
DAFTAR PUSTAKA
Cole, Robert, et.al., Being Proactive: Where Action Research meets Design
Research, 2009 (http://conversation.cgu.edu/is362r/files/-1/1319/ICIS-
Cole-Purao-Rossi-Sein-2005_by_Matti.pdf.
Cresswell, John, Educational research: Planning, Conducting, and
Evaluation, Quantitative, and Qualitative Research, Third Edition,
Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, 2008.
Kamber D., Action Learning Research Improving the Quality of Teaching and
Learning, London: Page Limited, 2000.
Koch, Tina, Kralik Debbie, Participatory Action Research in health Care, USA:
Blackwell Publishing, 2006..
79
Koshy V., Action Research for Improving Practice: A practical Guide, London:
Sage Publication Ltd., 2005.