Professional Documents
Culture Documents
1
Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta 2004. halaman 51
3
A B
Gambar 2.1. Dua kamar sebagai lingkungan hidup dengan jenis dan jumlah
masing-masing jenis unsur yang sama, tetapi dengan hubungan letak yang
berbeda. Ruang A mempunyai sifat yang berbeda dari ruang B.
4
dengan lingkungan yang sejuk, cahaya yang cukup, tetapi tidak
silau dan tenang.
5
produksi pertanian. Oksigen yang kita hirup dari udara dalam
pernafasan kita, sebagian besar berasal dari tumbuhan dalam
proses fotosintesis dan sebaliknya gas karbondioksida yang kita
hasilkan dalam pernafasan digunakan oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis. Jelaslah manusia adalah bagian integral lingkungan
hidupnya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah suatu
abstraksi belaka.
2
Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta 2004. halaman 58
6
Akan tetapi sumberdaya mempunyai daya regenerasi dan
asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau permintaan
pelayanan berada di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi,
sumberdaya terperbaharui itu dapat digunakan secara lestari. Akan
tetapi apabila batas itu dilampaui, sumberdaya itu akan mengalami
kerusakan dan fungsi sumberdaya itu sebagai faktor produksi dan
konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan.
7
Dasar 1945, pasal 33, ayat 3 yang mewajibkan agar bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pemanfaatan dan pemeliharaan sumberdaya agar dapat
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat harus
didorong. Untuk itu, perlu dikembangkan sistem pajak dan pungutan
lain, serta sistem insentif dan disinsentif. Misalnya suatu
perusahaan yang mengolah limbahnya menjadi industri sampingan
mendapat keringanan pajak. Dengan demikian industri itu akan
mendapat insentif untuk melakukan penelitian untuk mengolah
limbahnya menjadi produk lain yang dapat dijual dengan
keuntungan sehingga perusahaan tersebut mendapat keuntungan
ganda, yakni dari hasil sampingannya itu dan dari keringanan pajak.
8
II. SEMPADAN PANTAI
9
III. PERMASALAHAN SEMPADAN PANTAI
III.1. Semarang4
Di Semarang, kawasan-kawasan yang memiliki lebar
sempadan 100 meter meliputi Kelurahan Mangkang Kulon,
Mangunharjo, Mangkang Wetan, Randugarut, Karanganyar, Tugu
Rejo, Jrakah (ketujuhnya masuk Kecamatan Tugu), Tambakharjo dan
Tawangsari (masuk Kecamatan Semarang Barat), serta Terboyo
Kulon, Terboyo Wetan, dan Trimulyo (masuk Kecamatan Genuk).
4
Suara Merdeka, 17 Mei 2003
10
permadani pasir yang membentang luas sambil menikmati buih-
buih ombak?
Itu saja bagi warga luar kota akan sedikit kesulitan. Lokasinya
terpinggirkan karena berada di balik semak yang tidak terurus.
Akses jalan menuju laut alami itu sangat berbeda dengan Pantai
Marina yang ''swasta'' itu. Jalan yang membentang itu berupa
urukan padas. Mendekati bibir pantai ada cekungan berlumpur. Jika
tidak hati-hati, pengunjung bisa terjebak. Setiba di ''sisa'' pantai itu,
jangan berharap bisa bermain lepas. Pantai alami terkesan kotor.
Panjangnya tidak lebih 500 meter.
Rob Meluas
Sebenarnya, lokasi wisata pantai telah tergarap dengan
dibangunnya Maerokoco yang dikenal dengan tiruan Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) milik Jawa Tengah. Di lokasi itu dibangun
anjungan 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
11
Seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta jurusan pariwisata
di Semarang, Supriyanto, pernah melakukan penelitian di lokasi itu.
Menurutnya, fasilitas di obyek wisata itu sangat minim. Informasi
yang menawarkan Maerokoco susah diperoleh, sehingga banyak
masyarakat yang tidak tahu apa yang bisa dinikmati di anjungan-
anjungan itu.
12
Namun, pendapat tersebut dianggap sebagai pengamatan
semu dari atas kapal. Bahkan, menurut Kasubid Pengembangan
Kawasan Bappeda Ir M Farchan, penguasaan lahan di pesisir pantai
oleh pihak swasta sebenarnya tidak masalah, asalkan dikendalikan
dengan peraturan daerah (Perda) tentang Tata Ruang secara
konsisten. Dan, upaya pengendalian tersebut sebenarnya sudah
tertuang dalam Perda tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTRK) pada masing-masing bagian wilayah kota (BWK).
III.2. Bali5
Banyak vila di wilayah Kecamatan Banjar melanggar sempadan
pantai. Selain itu, ada indikasi sejumlah vila tidak memiliki izin
mendirikan bangunan (IMB). Eksekutif diminta segera menindak
para pelanggar tersebut.
5
Bali Post, 31 Agustus 2006
13
pantai itu dipaving dan seolah dimiliki pemilik vila. Selain itu, para
nelayan juga kesulitan menambatkan perahunya karena
dilanggarnya sempadan pantai.
III.3. Aceh6
Telah terjadi abrasi (erosi) yang sangat kuat, pada garis pantai
Ujong Blang Lhokseumawe. Hal ini ditandai dengan pemunduran
garis pantai ke arah darat rata-rata sekitar 145 meter. Pemunduran
garis pantai karena proses abrasi ini akan terus berlangsung hingga
waktu mendatang. Ini akan mengakibatkan air laut masuk atau naik
ke darat melalui rongga tanah (intrusi). Selain itu, juga bisa
mengakibatkan terjadinya pengurangan luas daratan Kecamatan
Banda Sakti.
6
Serambi, 30 Juni 2001
14
pengaman hantaman badai dan gelombang laut. Tanggul ini akan
mencegah terjadinya intrusi dan abrasi pantai.
III.4. Manado7
Manado memiliki kawasan sempadan pantai yang memanjang
dari pesisir pantai Malalayang sampai di ujung pantai Maasing dan
di pulau Bunaken, pulau Manado Tua dan pulau Siladen, dimana
saat ini sepanjang kawasan lindung ini telah total berubah menjadi
kawasan budidaya dengan beberapa kegiatan misalnya: kawasan
sempadan pantai kecamatan Malalayang sampai kecamatan
Wenang selain kawasan yang memang sudah ada juga ditambah
dengan lahan baru hasil reklamasi saat ini dimanfaatkan sebagai
lahan komersil yang terdiri dari pertokoan/mall, hotel dan
perumahan mewah. Kawasan sempadan pantai di kecamatan Molas
(Sindulang II, Bitung Karang Ria, Maasing, Tumumpa, Meras,
Tongkaina, Manado Tua dan Bunaken) telah dimanfaatkan sebagai
lahan permukiman penduduk, lahan perkebunan, perikanan, jasa
pariwisata dan sebagian sebagai hutan lindung. Dapat dibayangkan
banyaknya limbah-limbah cair maupun padat yang telah dibuang
oleh pengguna lahan-lahan ini di perairan Teluk Manado. Belum lagi
bakal penghasil limbah yang menempati lahan baru hasil reklamasi
pantai Teluk Manado akan memberikan kontribusi pengrusakan
sumber daya alam laut Manado jika tidak dilakukan proses
minimalisasi limbah.
7
Kumurur, Veronica. Pola Pemanfaatan Ruang Kota Manado: Tekanan Terhadap Sumberdaya
Alamnya. Manado 2006. halaman 4
15
Secara nyata, telah terjadi pengrusakan zona lindung bagi
ekosistem perairan laut Teluk Manado akibat dari usaha dan
kegiatan manusia yang terjadi di darat. Sobeknya filter antara dua
ekosistem ini akan memberikan jalan bagi pencemaran lingkungan
laut akibat kegiatan alam yang tidak bisa kita duga, misalnya:
meningkatnya laju aliran permukaan di daratan (run-off) yang
mengakibatkan meningkatnya jumlah sedimen secara cepat dan
tidak alami lagi. Sedimentasi ini tentunya akan sangat
mempengaruhi zona produktif yang menjadi habitat makhluk hidup
di perairan Teluk Manado.
Wujud pola pemanfaatan ruang kota Manado saat ini, jika tidak
segera diperbaiki akan menjadi kontributor utama rusaknya sumber
16
daya udara kota ini. Contohnya: pemanfaatan lahan sebagai daerah
komersil dan lahan service kota yang tersebar di sepanjang jalan
Sam Ratulangi dan di setiap jalan protokol di kota Manado saat ini
cenderung tidak terkendali. Kondisi ini telah menimbulkan
kemacetan lalulintas pada jam-jam sibuk pada ruas-ruas jalan
tertentu. Ada kecenderungan ruas-ruas macet ini akan bersambung
satu dengan yang lain jika pertokoan (mall) yang dibangun di
beberapa lokasi jalan Sam Ratulangi selesai dibangun nanti.
Kemacetan lalulintas tersebut selain menambah stress para
penghuni kota, juga akan memberikan kontribusi gas-gas dari
kendaraan bermotor sebagai perusak sumber daya udara kota
Manado.
17
kerusakan sumber daya alam kota ini, dan jika kita melihat dan
mencermati pola pemanfaatan ruang kota Manado yang terjadi
pada 10-15 tahun yang lalu dengan kondisi pertambahan penduduk
yang stabil tanpa pengelolaan dan penataan maka sebenarnya
sudah sangat memberikan peluang kerusakan sumber alam sungai
dan pantai di saat ini. Kondisi demikian sebenarnya jangan sampai
terjadi di saat 10-15 tahun ke depan, akibat penataan ruang
kembali dengan melakukan pengrusakan-pengrusakan barier yang
berupa zona-zona lindung di sepanjang pantai dan di sepanjang
sungai-sungai di Manado ditambah dengan tidak adanya usaha
untuk memanage lingkungan kota Manado. Pola pemanfaatan ruang
yang terjadi saat ini cenderung ditata demikian, dimana tidak lagi
membiarkan kegiatan alam terjadi, yang ada semata-mata hanya
kegiatan manusia, sehingga dapatlah kita bayangkan apa yang
akan terjadi dengan lingkungan alam kita yang cenderung
mempengaruhi lingkungan sosial kota ini jika kondisi ini tidak cepat
dan segera disadari. Kerusakan sudah terjadi akibat dari suatu
keputusan yang tidak seimbang antara kepentingan ekonomi dan
kepentingan keberadaan sumberdaya alam yang lestari. Konsep
kota yang berlanjutan barangkali tidak dapat kita nikmati jika masih
mempertahankan pola lama dan meningkatkan kerusakan dengan
mewujudkan pola pemanfaatan ruang yang baru yang cenderung
sama dengan pola lama.
18
penting yaitu : MANADO KOTA YANG MANUSIAWI DAN
BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE CITY)
19
IV. PEMECAHAN PERMASALAHAN
20
Dari masalah-masalah tersebut tentunya diharapkan adanya
pemecahan agar masalah yang terjadi tidak semakin menjadi-jadi.
Sebenarnya, masalah sempadan pantai sudah jelas diatur dalam
Keppres No 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
yakni kawasan perlindungan pantai meliputi daratan sepanjang
tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai. Lebar garis sempadan ini adalah 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat, untuk pantai alam. Adapun untuk pantai
buatan, misalnya Marina di Kelurahan Tawang Mas, sempadannya
hanya selebar 50 meter. Namun, sayangnya masyarakat masih
kurang mengetahui tentang sempadan ini. Untuk itu, sangat
diharapkan bantuan dari Pemerintah Kota untuk masing-masing
daerah agar dapat mensosialisasikannya baik di dalam Rancangan
Tata Kota maupun kepada masyarakat serta mengawasi dan
kembali memperhatikan soal pembangunan di wilayah sempadan
pantai.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
23