You are on page 1of 15

Bab I: PENDAHULUAN

Latar Belakang
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), model ini adalah suatu sistem
instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi,
yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara itu, fungsi model ini adalah untuk mengefektifkan
perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematik dan sistematis, untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dari pelaksanaan model ini adalah:
 Merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran khusus yang berupa
rumusan yang jelas dan operasional mengenai kemampuan atau kompetemsi yang
diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
 Mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes yang dilakukan yang fungsinya untuk menilai
sejauh mana kemampuan siswa, pada model PPSI evaluasi dilakukan saat tujuan
pembelajaran khusus telah ditetapkan.
 Menentukan kegiatan belajar mengajar, yaitu kegiatan yang akan dilakukan agar tujuan
yang diinginkan tercapai, setelah kegiatan ditetapkan perlu dirumuskan pokok-pokok
mteri yang akan diberikan, sesuai dengan kegiatan yang telah ditetapkan.
 Merencanakan program kegiatan belajar mengajar, titik tolaknya adalah suatu pelajaran
yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah jam/SKS-nya dan diberikan
pada kelas dalam semester tertentu. Pendekatan dan metode harus sesuai tujuan dan
materi yang telah ditetapkan, termasuk pelaksanaan evaluasi.
 Pelaksanaan, langkah-langkah dalam pelaksanaan program ini adalah mengadakan Pre-
Test (tes awal), menyampaikan materi pelajaran, mengadakan Pos-Test (test akhir).

Tujuan
• Membahas bagaimana prosedur pengembangan system instruksional (PPSI)
• Menyusun contoh PPSI
• Mempelajari salah satu model Dick dan Carrey untuk perancangan system instruksional
Manfaat
• Dapat menjelaskan bagaimana prosedur pengembangan system instruksional (PPSI)
• Dapat menyusun PPSI
• Dapat menyusun perancangan system instruksional menurut model Dick dan Carrey

Bab II: PEMBAHASAN


Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)
A. Definisi
PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas
yang progresif bagi individu dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007). Oemar Hamalik (2006)
mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun
satuan pelajaran.

1
B. Komponen
Komponen-komponen yang terdapat dalam PSSI adalah sebagai berikut.
1. Pedoman perumusan tujuan
Pedoman perumusan tujuan memberikan petunjuk bagi guru dalam merumuskan tujuan-tujuan
khusus. Perumusan tujuan khusus itu berdasarkan pada pendalaman dan analisis terhadap pokok-
pokok bahasan/ subpokok bahasan yang telah digariskan untuk mencapai tujuan instruksional
dan tujuan kurikuler dalam GBPP.
Seluruh usaha pendidikan masyarakat Indonesia berkaitan dengan jenis dan jenjang pendidikan
formal, apa yang akan dicapai lewat bidang studi tertentu, apa yang akan dicapai dalam
pembahasan tertentu, apa yang akan dicapai dalam pembahasan topik pelajaran atau satuan
bahasan tertentu.
2. Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian
Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian memberikan petunjuk tentang prosedur
penilaian yang akan ditempuh, tentang tes awal (pre test) dan tes akhir (post test), tentang jenis
tes yang akan digunakan dan tentang rumusan soal-soal tes sebagai bagian dari satuan pelajaran.
Tes yang digunakan dalam PPSI disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk
mengukur efektifitas program/pelaksanaan pengajaran.
3. Pedoman proses kegiatan belajar siswa
Pedoman proses kegiatan belajar siswa merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan
langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan
tujuan khusus instruksional yang harus dicapai oleh para siswa.
Dalam menentukan metode atau alat bantu pengajaran yang akan dipakai untuk mencapai tujuan
(TIK), para guru dan calon guru dituntut:
a. Menyadari bahwa TIK dan sifat bahan adalah dasar untuk menentukan metode dan alat
bantu pengajaran.
b. Guru menguasai berbagai metode secara fungsional misalnya metode ceramah, diskusi,
dll.
c. Mempertimbangkan fasilitas yang ada.
d. Setiap pelaksanaan metode pengajaran harus mempertimbangkan kondisi situasi murid
dan berusaha untuk aktivitas belajarnya.
e. Apakah guru tersebut benar-benar mampu melaksanakan metode beserta alat bantu
pengajaran yang dipilihnya.
4. Pedoman program kegiatan guru
Pedoman program kegiatan guru merupakan petunjuk-petunjuk bagi guru untuk merencanakan
program kegiatan bimbingan sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan
TIK. Dalam hubungan ini guru perlu:
a. Merumuskan materi pelajaran secara terperinci
Hal ini dimaksudkan agar guru mampu menjabarkan materi pelajaran secara:
1. jelas kegunaannya untuk mencapai TIK;
2. sesuai dengan pengalaman murid;
3. terjamin kebenaran ilmiahnya;
4. mampu mengikuti perkembangan ilmu tersebut;
5. representatif;

2
6. dan berguna bagi kehidupan murid sehari-hari.

a. Memilih metode-metode yang tepat


Guru menentukan lamanya waktu pelajaran berdasarkan keberagaman isi TIK dan tingkat
kesukaran materi pelajaran. Guru juga dituntut untuk mempertimbangkan jenis metode serta alat
bantu pengajaran yang dipilih.
b. Menyusun jadwal secara terperinci.
Sebelum melangkah ke pelaksanaan, satuan pelajaran sebagai persiapan tulis lengkap harus telah
selesai disusun.

5. Pedoman pelaksanaan program


Pedoman pelaksanaan program merupakan petunjuk-petunjuk dari program yang telah disusun.
Petunjuk-petunjuk itu berkenaan dengan dimulainya pelaksanaan tes awal dilanjutkan dengan
penyampaian materi pelajaran sampai pada dilaksanakannya penilaian hasil belajar.
Langkah ini terdiri dari 3 macam kegiatan, ialah:
a.Mengadakan pre-test
Tes yang kita berikan pada siswa adalah tes yang disusun pada langkah kedua. Fungsi dari pre-
test ini untuk menilai sampai di mana siswa telah menguasai keterampilan yang tercantum dalam
TIK.

b. Penyampaian materi pelajaran


Guru menyampaikan materi pelajaran kepada murid/guru membimbing murid untuk mendalami
dan mengusai materi pelajaran.
c. Mengadakan evaluasi
Post-test yang telah disusun pada langkah kedua diberikan pada murid-murid setelah mereka
mengikuti program pelajaran.
· Pre-test
Bertujuan untuk menilai kemampuan murid yang tercantum dalam TIK. Sebelum mereka
mengikuti program pengajaran (secara praktis pre-test untuk menilai kemampuan murid
mengenai penguasaan materi palajaran sebelum mereka dibimbing guru menguasai materi
pelajaran yang telah diprogramkan).
· Post-test
Berfungsi untuk menilai kemampuan-kemampuan murid setelah pengajaran diberikan. Post-
test digunakan untuk menilai efektifitas pengajaran.
6.Pedoman Perbaikan atau Revisi
Pedoman perbaikan atau revisi yang merupakan pengembangan program setelah selesai
dilaksanakan. Perbaikan dilakukan berdasarkan umpan balik yang diperoleh berdasarkan hasil
penilaian akhir.

3
C. Kriteria Pembuatan Model Satuan Pelajaran
Kriteria ini dimaksudkan sebagai pedoman pembuatan dan penilaian Model Satuan Pelajaran
(MSP), yang perlu dilakukan oleh setiap calon guru/ guru dalam rangka melaksanakan PPSI.
Beberapa kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut.
1. Apakah pokok bahasan dan subpokok bahasan telah diidentifikasi dan dijadikan dasar
dalam menentukan “Satuan Bahasan” yang akan diajarkan?
2. Kelas berapa dan berapa lama pengajaran itu akan diberikan?
3. Apakah telah dirumuskan tujuan instruksional umum (TIU) yang bersumber dari TIU
dalam GBHN?
4. Apakah tujuan instruksional khusus (TIK) telah dirumuskan secara spesifik, operasional,
jelas, relevan, dan berdasarkan TIU?
5. Apakah materi pelajaran telah diperinci sedemikian rupa berdasarkan bahan pengajaran
dalam GBPP dan tujuan khusus yang hendak dicapai?
D. Contoh PPSI
Topik :
TIK :
Pengembangan alat evaluasi
1. ……..
2. ……..
3. …….
4. dll.
Bahan Satuan Bahasan
1. ……
2. ……
3. ……
Pengembangan Satuan Bahasan
1.
2.
3.
Pelaksanaan Program
1. Menggunakan Pre-test
2. Menggunakan Post-test
3. Remidial
Bentuk Satuan Pelajaran
Bidang studi : …………………………………………………………………………..
Subbidang studi : …………………………………………………………………………..
Satuan Bahasan : …………………………………………………………………………..

4
Semester : …………………………………………………………………………..
Waktu : …………………………………………………………………………..
I. Tujuan Intruksional Umum
………………………………………..
………………………………………..
II. Tujuan Intruksional Khusus
…………………………………………
………………………………………..
dst.
III. Materi Pelajaran
1. ……………………………………
1.1. ………………………..
1.2. ………………………..
2. …………………………………..
2.1. ………………………..
2.2. ………………………..
dst.
IV. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Metode
2. Pokok-pokok kegiatan
Siswa Guru
1. ……………………………… 1. ………………………………..
2. …………………………….. 2. …………………………………
V. Alat-alat Pelajaran dan Sumber
1. Alat pelajaran
1.1. …………………………..
1.2. ……………………………
2. Sumber bahan
2.1. ………………………….
2.2. ………………………….
2.3. ………………………….
VI. Evaluasi
1. Prosedur
1.1. …………………………
1.2. ………………………..
1.3. ………………………..

5
2. Alat evaluasi (jenis tes)
2.1. ….…………………….
2.2. ………………………..
3. Soal-soal tes.

Penerapan Pendekatan Sistem Untuk Perancangan Sistem Instruksional Model Dick &
Carrey
Model perencanaan pengajaran Dick & Carrey, berorientasi pada dua hal yaitu, pengetahuan dan
hasil. Pengetahuan dipakai sebagai sumber informasi tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip
rancangan instruksional dan langkah-langkahnya, sedangkan untuk memperoleh hasil yang
memuaskan perlu dilakukan evaluasai berulang kali.
Sama seperti model-model pengembangan lainnya, model Dick & Carrey juga menerapkan
model pendekatan sistem untuk perancangan instruksionalnya. pendekatan ini merupakan cara
untuk memandang sesuatu secara menyeluruh dan sistematik. dalam menentukan tujuan
instruksionalnya, model Dick & Carrey menyebutkan ada empat sumber, yaitu kurikulum
lembaga pendidikan yang bersangkutan, pendapat ahli bidang, hasil analisis tugas, dan hasil
observasi (Soekamto, Toeti. 1993:45)
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Sistem Untuk Perancangan Sistem Instruksional Model
Dick & Carrey
Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisisr pengajaran. Satu diantara model itu
adalah model Dick And Carrey (1985 via Uno, 2008:23).Model Dick And Carrey digolongkan
sebagai model yang berorentasi pada dua hal, yaitu:
a. Pengetahuan, model tersebut dipakai sebagai sumber informasi tentang konsep-konsep,
prinsip-prinsip perangcangan intruksional dan langkah-langkahnya.
b. Hasil, menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip perancangan yang menghasilkan suatu
bahan intruksional yang dapat dipakai belajar secara mandiri tanpa bantuan guru. Disini pun
evaluasi dilaksanakan berulang kali sampai dapat memperoleh hasil yang memuaskan
Dick And Carrey menerapkan pendekatan sistem untuk perancangan sistem intruksional
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran( Tujuan utama atau terminal)


Tujuan utama atau terminal menyatakan apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah
mengikuti program-program intruksional tersebut. Sumber penentuan tujuan dapat
bersumber dari penilaian kebutuhan, tujuan-tujuan yang ada, pengalaman praktis dengan
siswa yang mengalami kesulitan belajar, analisis suatu tugas dan sebagainnya.Di sisni
tujuan terminal perlu dinyatakan dalam bentuk yang dapat dilihat dan diukur seperti yang
dinyatakan oleh Mager. Hal ini untuk mempermudah pengukuran keberhasilan siswa
mencapai tujuan intruksional tersebut.
2. Melakukan Analisis Pembelajaran
Menentukan macam atau jenis belajar apa yang akan dipelajari siswa berdasarkan
kalsifikasi Gagne ( lima macam belajar). Tujuan terminal di analisis dan dipecah-pecah

6
menjadi kettrampilan-ketrampilan yang perlu dipelajari siswa dalam usaha mencapai
tujuan akhir.
3. Mengidentifikasi kemampaun awal dan karakteristik Siswa (mengenali tingkah laku
masukan dan ciri-ciri siswa)
Menentukan ketrampilan-ketrampilan apa yang harus sudah dilakukan oleh siswa agar
dapat mengikuti program intruksional dengan baik. Perlu diketahui adanya beberapa
karakterristik siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilannya misal, tingkat pendidikan,
motivasi, tingkat intelektual status sosial ekonomi, dan sebagainnya.
4. Merumuskan Tujuan Intruksional Khusus (TIK) atau merumuskan tujuan performansi
Atas dasar analisis pembelajaran dan keterangan tentang tingkah laku masukan,
selanjutnya menyusun pernyataan spesifik tentang apa yang akan mampu dilakukan siswa
ketika menyelesaikan pembelajaran. Pernyataan yang dijabarkan dari keterampilan-
keterampilan yang dikenali dengan jalan melakukan analisis pembelajaran ini perlu
menyebutkan keterampilan-keterampilan yang harus dipelajari (dikuasai) siswa, kondisi
perbuatan yang menunjukan keterampilan itu, dan kreteria bagi unjuk perbuatan
(performansi) yang berhasil.
Menurut Dick and Carrey ( 1985 dalam Uno, Hamzah, 2007: 27) menyatakan bahwa
tujuan performansi terdiri dari:
1. Tujuan harus menguraikan apa yang akan dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik.
2. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir
pada waktu anak didik berbuat.
3. Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang
dimaksudkan pada tujuan.
Menurut Gagne, Briggs, dan Mager menjelaskan bahwa fungsi performansi objektif
adalah:
a. menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran untuk mencapai
tujuan;
b. menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang sesuai;
c. memberikan arah dalam mengembangakan dalam pengukuran atau penilaian;
d. membantu anak didik dalam usaha belajarnya.

1. Pengembangan Butir-Butir tes Berdasarkan Acuan Patokan.


Pengembangan butir-butir tes berdasarkan acuan patokan yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana siswa telah mencapai tujuan instruksional. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara membandingkan penampilan siswa dalam pengujian dengan patokan yang telah
ditentukan sebelumnya. Tes acuan patokan disebut juga tes acuan tujuan.
Bagi seorang perancang pembelajaran harus mengembangkan butir tes acuan patokan,
karena hasil tes pengukuran tersebut berguna untuk:
a) mendiagnosis dan menempatkan dalam kurikulum;
b) menceking hasil belajar dan kesalahan pengertian sehingga dapat diberikan
pembelajaran remedial sebelum pembelajaran dilanjutkan;
c) menjadi dokumen kemajuan belajar.
Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan Dick and Carrey ( 1985)
merekomendasikan empat macam tes acuan patokan, yaitu:

7
(1). test antry behaviors atau tes untuk mengukur kemampuan awal, yang merupakan
prasyarat bagi program instruksional tersebut. Kadang-kadang tes ini tidak perlu,
khususnya bila diyakini bahwa prograrn tersebut merupakan sesuatu yang baru bagi siswa
yang akan mengikuti. Atau apabila program tersebut memeng tidak memerlukan suatu
prasyarat tertentu.
(2). pretest atau tes awal merupakan tes acuan patokan yang berguna untuk mengukur
sejauh mana siswa telah menguasai materi yang akan diajarkan. Bila program tersebut
merupakan sesuatu yang baru, maka tes inipun dapat ditiadakan. Maksud dari pretes ini
bukanlah untuk menentukan nilai akhir tetapi lebih mengenal profil anak didik berkenaan
analisis pembelajaran.
(3). tes selama siswa sedang dalam proses belajar (Uno, 2007: 28, tes tersebut tes sisipan).
tes ini berfungsi untuk melihat apakah siswa memang telah dapat menangkap apa yang
sedang dibicarakan. Tes ini diadakan setelah materi selesai diberikan.
(4). Tes akhir atau pasca tes. Merupakan tes acuan patokan yang mencakup pengukuran
semua tujuan intruksional khusus yang ada terutama tujuan intruksional yang bersifat
terminal. Dengan tes ini dapat diketahui bagian-bagian mana diantara pembelajaran yang
belum dicapai.
1. Pengembangan Srategi Intruksional ( siasat pembelajaran).
Dalam strategi pembelajaran, menjelaskan komponen umum suatu perangkat meterial suatu
pembelajaran dan mengembangkan materi secara prosedural haruslah berdasarkan
karakteristik siswa, karena material pembelajaran yang dikembangkan, pada akhirnya
dimaksudkan untuk membantu siswa untuk memperoleh kemudahan dalam belajar. Dick and
Carrey (1985) dalam (Uno, 2007: 29), mengemukakan bahwa dalam merencanakan satu unit
pembelajaran ada tiga tahap, yaitu:
(a). mengurutkan dan merumpunkan tujuan ke dalam pembelajaran,
(b). merencanakan pembelajaran, pengetesan dan kegiatan tindak lanjut,
(c). menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
Dengan mengurutkan tujuan kedalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran menjadi
lebih bermakana bagi si pembelajar. Ada lima komponen strategi pembelajaran, yaitu:

(1). kegiatan pra pembelajaran.


Kegiatan ini dianggap penting karena dapat memotifasi anak didik. Pemberitahuan tentang
tujuan intruksional apa yang harus dicapai siswa setelah mengikuti program tersebut juga
tentang keterampilan atau kemampuan yang merupakan prasyarat untuk mempelajari
program.
(2). penyajian informasi.
Dengan penyajian informasi, anak didik menjadi tahu sejauh mana materi pembelajaran yang
harus mereka pelajari, disajikan sesuai urutannya, keterlibatan mereka dalam setiap kegiatan
pembelajaran.

(3). Partisipasi atau peran serta siswa.

8
Dalam hal ini anak didik harus diberi kesempatan berlatih atau terlibat dalam setiap langkah
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Semakin banyak keterlibatan anak didik
dalam pembelajaran maka akan semakin baik perolehan belajar anak didik tersebut.
(4). Pengetesan.
Pengetesan dilakukan untuk memberikan umpan balik kepada pengajar untuk memperbaiki,
merevisi baik materi pembelajaran, strategi, maupun strategi pengetesan.
(5). Kegiatan tindak lanjut.
Aktivitas ini menyangkut pertanyaan-pertanyaan apakah perlu ada bahan remidial? Strategi
apakah yang diperlukan? Apakah perlu bahan pengayaan? Aktvitas ini dirancang setelah
diperoleh umpan balik dari hasil uji coba di lapangan.
2. Perancangan Intrusional ( Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran).
Dick and Carrey menyarankan ada tiga pola yang dapat digunakan pengajar untuk
merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu:
(a). pengajar merancang bahan pebelajaran individual, semua tahap pembelajaran
dimasukkan, kecuali pretes dan postes.
(b). pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi
pembelajaran.
(c). pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut stategi
pembelajaran yang telah disusunnya.
Kebaikan stategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbaharui
pembelajaran bila terjadi perubahan isi adapun kelemahannya adalah sebagaian waktu tersita
untuk menyampaikan informasi, sehingga sedikit sekali waktu membantu anak didik.
3. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Formatif
Hal ini dilakukan karena evalasi ini merupakan salah satu langkah dalam mengembangkan
desain pembelajaran yang bertugas untuk mengumpulkan data dan untuk perbaikan
pembelajaran. Ada tiga fase penilaian formatif, yaitu:
a. Fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara
perseorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan pembelajaran.
b. Fase kelompok kecil, terdiri atas delapan sampai sepuluh orang yang merupakan wakil
cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri, dan kemudian diuji untuk
memperoleh data yang diperlukan.
c. Fase uji lapangan.
4. Merevisi Bahan Pembelajaran
Hal ini dilakukan untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik,
efektif bila digunakan dalam keperluan pembelajaran, sehingga memudahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dick and Carrey (1985) mengemukan ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Revisi terhadap isi atau subtansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar.
b. Revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran.
Untuk keperluan bahan pembelajaran ada empat macam keterangan pokok yang menjadi
sumber dalam melakukan revisi, yaitu:

9
a) Ciri anak didik dan tingkah laku masukan
b) Tanggapan langsung terhadap pembelajaran termasuk tes sisipan.
c) Hasil pembelajaran paska tes.
d) Jawaban terhadap kuesioner.
5. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif
Melalui evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberikan nilai, apakah suatu desain
pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada keafektifan dan efisiensi
dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, evaluasi sumatif diarahan pada
keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, yang diperlihatkan oleh unjuk kerja
siswa (Uno, Hamzah. 2007:32-33).
IV. Kelebihan model Dick and Carrey
Model Dick and Carrey mempunyai beberapa kelebihan, yaitu;
a. Model ini cocok bagi pemula, karena setiap langkah mempunyai maksud dan tujuan yang
sangat jelas,
b. Antara langkah yang satu dengan yang lainsaling berkesinambungan,
c. pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbaharui pembelajaran bila terjadi
perubahan isi.
Model Dick and Carrey merupakan salah satu model perencanaan pengajaran yang dipakai untuk
penyusunan silabus yang sistematis demi tercapainya kegiatan belajar dan mengajar yang efektif.
Model ini lebih memperhatikan karakteristik siswa, berorentasi pada hasil pembelajaran. Proses
merupakan hal terpenting dalam model ini. Revisi dan uji coba yang dilakukan berulang kali
akan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Model Dick and Carrey terdiri atas sepuluh langkah dimana setiap langkah sangat jelas maksud
dan tujuannya, sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari
model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carrey menunjukkan
hubungan yang sangat jelas dan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
.
Aplikasi Model Dick and Carrey
I. Menentukan TIU
Mata pelajaran :
Kelas/ semester :
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
II. Melakukan Analisis Pembelajaran.
III. Mengidentifikasi tingkah laku, masukan, dan karakteristik siswa.
IV. TIK
Indikator Pembelajaran :
V. Mengembangkan Butir-Butir Tes Acuan Patokan.
1. Pretest :

10
2. Behavior :
3. Tes sisipan:
4. Postes:
VI. Strategi Pembelajaran
1. Metode …………
2. Metode ………….
3. Metode ………...
KBM
1. Kegiatan Pendahuluan
2. Kegiatan Inti
3. Kegiatan Penutup
VII. Pengembangan Materi Pembelajaran
1. Materi pembelajaran:
VIII. Mendesain dan Melaksanakan Uji Formatif
1. Fase perorangan atau fase klinis :
2. Fase kelompok kecil :
3. Uji lapangan :
IX. Merevisi Bahan Pembelajaran
Melakukan revisi sistem pembelajaran yang telah dilakukan.
X. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif
1. ……………
2. …………….
Bab III: PENUTUP
Kesimpulan
PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas
yang progresif bagi individu dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007). Oemar Hamalik (2006)
mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun
satuan pelajaran.
· Pre-test
Bertujuan untuk menilai kemampuan murid yang tercantum dalam TIK. Sebelum mereka
mengikuti program pengajaran (secara praktis pre-test untuk menilai kemampuan murid
mengenai penguasaan materi palajaran sebelum mereka dibimbing guru menguasai materi
pelajaran yang telah diprogramkan).
· Post-test
Berfungsi untuk menilai kemampuan-kemampuan murid setelah pengajaran diberikan. Post-test
digunakan untuk menilai efektifitas pengajaran.
Model perencanaan pengajaran Dick & Carrey, berorientasi pada dua hal yaitu, pengetahuan dan
hasil. Pengetahuan dipakai sebagai sumber informasi tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip

11
rancangan instruksional dan langkah-langkahnya, sedangkan untuk memperoleh hasil yang
memuaskan perlu dilakukan evaluasai berulang kali.

Saran
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional dapat dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar
PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran
sehingga bias menunjang kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik.

Daftar Pustaka

Hamalik, Prof. Dr. Oemar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta : Bumi Aksara.
Soekamto, Toeti. 1993. Perencangan dan Pengembangan Sistem Intruksional. Jakarta:
Intermedia.
Uno, Hamzah. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Angkasa.
Samana, 1982. Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma.
Uno, Dr. Hamzah B. M.Pd., 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

12
MAKALAH

Sistem Instruksional

Disusun oleh:

Kelompok 8
Treisya E. F Turangan

13
UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENDIDIKAN FISIKA

2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kasih dan penyertaan-
Nya sehingga pembuatan makalah ini dapat diselesaikan.
Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai bahan presentasi kelompok 8 pada mata
kuliah Profesi Keguruan. Selain itu makalah ini disusun untuk mempelajari tentang Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional.
Sadar akan kekurangan kami kelompok 8 sekaligus sebagai penyusun makalah ini dikarenakan
masih kurangnya informasi tentang Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional yang bisa
kami cantumkan dalam makalah ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan untuk kelengkapan makalah ini.

Tondano, Mei 2010

Kelompok 8

DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………… (i)
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. (ii)

14
Pendahuluan ……………………………………………………………………………… (1)
○ Latar Belakang …………………………………………………………………… (1)
○ Tujuan ……………………………………………………………………………. (1)

○ Manfaat ………………………………………………………………………...... (1)

Pembahasan ………………………………………………………………………………. (2)


Penutup …………………………………………………………………………………… (15)
○ Kesimpulan ……………………………………………………………………….. (15)
○ Saran ……………………………………………………………………………… (15)
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….. (16)

15

You might also like