Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Anatomi Testis
Testis merupakan organ yang berperan dalam proses reproduksi dan hormonal. Fungsi
utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormon androgen terutama testosteron.
Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus yang memiliki 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan sel
spermatogenik. Diantara tubulus seminiferus inilah terdapat jaringan stroma tempat dimana sel
leydig berada.
Testis normal berukuran rata-rata 4x3x2,5 cm. Organ ini diliputi oleh suatu lapisan yang
disebut dengan tunika albuginea, oleh suatu septa-septa jaringan ikat testis dibagi menjadi 250
lobus. Pada bagian anterior dan lateral testis dibungkus oleh suatu lapisan serosa yang disebut
dengan tunika vaginalis yang meneruskan diri menjadi lapisan parietal, lapisan ini langsung
berhubungan dengan kulit skrotum. Di sebelah posterolateral testis berhubungan dengan
epididimis, terutama pada pool atas dan bawahnya. Testis terdapat di dalam skrotum yang
merupakan lapisan kulit yang tidak rata dimana dibawahnya terdapat suatu lapisan yang disebut
tunika dartos yang terdiri dari serabut-serabut otot.
Peredarahan darah testis memiliki keterkaitan dengan peredarahan darah di ginjal karena
asal embriologi kedua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke testis berasal dari aorta yang
beranastomosis di funikulus spermatikus dengan arteri dari vasa deferensia yang merupakan
cabang dari arteri iliaka interna. Aliran darah dari testis kembai ke pleksus pampiniformis di
funikulus spermatikus. Pleksus ini di anulus inguinalis interna akan membentuk vena spermatika.
Vena spermatika kanan akan masuk ke da-lam vena cava inferior sedangkan vena spermatika kiri
akan masuk ke dalam vena renalis kiri.
Saluran limfe yang berasal dari testis kanan mengalir ke kelenjar getah bening di daerah
interaaortacaval, paracaval kanan dan iliaka komunis kanan, sedangkan saluran limfe testis kiri
mengalirkan isinya ke kelanjar getah bening paraaorta kiri dan daerah hilus ginjal kiri, paracaval
kiri dan iliaka kiri.
BAB II
THEORITICAL BACKGROUND
2.1. DEFINISI
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung
zakar).
Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam kematian akibat kanker
diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah kanker yang paling umum pada
pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan merupakan malignansi yang paling umum kedua
pada kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun.
Kanker yang demikian diklasifikasikan sebagai germinal atau nongerminal. Tumor
germinal timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma, terakokarsinoma, dan karsinoma
embrional); tumor germinal timbul dari epithelium.
Klasifikasi patologik tumor testis menurut WHO:
I. Tumor sel bening:
2.2. INSIDENSI
Kanker testis adalah salah satu dari sedikit neoplasma yang dapat didiagnosis secara
akurat melalui pemeriksaan penanda tumor ( tumor marker ) pada serum tersangka penderita
yaitu pemeriksaan human chorionic gonadotropin (bhCG) dan α-fetoprotein (AFP).
Insiden kanker testis memperlihatkan angka yang berbeda-beda di tiap negara, begitu
pula pada setiap ras dan tingkat sosioekonomi. Di negara skandinavia dilaporkan 6,7 kasus baru
dari 100.000 laki-laki tiap tahunnya sedangkan di Jepang didapatkan 0,8 dari 100.000 penduduk
laki-laki. Di Amerika Serikat ditemuan 6900 kasus baru kanker testis setiap tahunnya. ( greenlee
et all,2000 ).
Kemungkinan seorang laki-laki kulit putih untuk terkena kanker testis sepanjang
hidupnya di Amerika Serikat adalah 0,2%. Saat ini angka survival pasien dengan tumor testis
meningkat, hal ini memperlihatkan perkembangan dan perbaikan dalam pengobatan dengan
kombinasi kemoterapi yang efektif. Secara keseluruhan 5-years survival rate mengalami
peningkatan dari 78% pada 1974-1976 menjadi 91% pada 1980 – 1985. Puncak insiden kasus
tumor testis terjadi pada usia-usia akhir remaja sampai usia awal dewasa ( 20-40 tahun ), pada
akhir usia dewasa ( Lebih dari 60 tahun ) dan pada anak ( 0-10 tahun ). Secara keseluruhan
insiden tertinggi kasus tumor testis terjadi pada pria dewasa muda, hal ini membuat tumor ini
menjadi noeplasma tersering mengenai pria usia 20-34 tahun dan tumor tersring kedua pada pria
usia 35-40 tahun di Amerika Serikat dan Inggris Raya.
Kanker testis sedikt lebih sering terjadi pada testis kanan dibanding testis kiri, ini berhu-
bungan dengan lebih tingginya insidensi kriptoidosme pada testis kanan dibanding testis kiri. Pa-
da tumor primer testis 2-3 % adalah tumor testis bilateral dan kira-kira 50% terjadi pada pria de-
ngan riwayat kriptokidsme unilateral ataupun bilateral. Jika tumor testis sekunder dising-kirkan
maka insiden tumor testis primer bilateral 1 – 2,8 % dari seluruh kasus tumor sel germinal testis.
Tumor primer testis bilateral dapat terjadi secara berbarengan ataupun tidak, tetapi cende-rung
memiliki kesamaan jenis histilogisnya. Dari penelitian oleh Bach dkk ( 1983 ) di dapatkan semi-
noma merupakan tumor primer testis bilateral tersering ( 48 % ) sedangkan limfoma malig-nan
adalah tumor testis sekunder bilateral tersering.
2.3. ETIOLOGI
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang pasti
tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker testis:
1. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)
3. Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan rendahnya
kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia) dan testis yang
kecil).
4. Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi masih
dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi oleh HIV. Jika
di dalam keluarga ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan meningkat. 1% dari
semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker yang
paling sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun. Kanker testis dikelompokkan
menjadi:
1. Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis. Biasanya ditemukan pada pria
berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis.
2. Non-seminoma: merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi menjadi
subkategori:
a. Karsinoma embrional: sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30
tahun dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru
dan hati.Tumor yolk sac: sekitar 60% dari semua jenis kanker testis pada anak
laki-laki.
b. Teratoma: sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40% pada anak laki-
laki. - Koriokarsinoma.
c. Tumor sel stroma: tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel granu-
losa. Tumor ini merupakan 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor bisa me-
nghasilkan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu gejala kanker tes-
tis, yaitu ginekomastia.
2.4. PATOFISIOLOGI
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh
parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete testis, epididimis, funikulus
spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang sangat kuat
bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia oleh
invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis.
Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke kele-
njar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju ke kelenjar me-
diastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma menyebar secara hematogen ke paru, he-
par, dan otak.
Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan sangat
bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa
sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit pinggang (akibat perluasan nodus
retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan, dan kelemahan umum dapat
diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis tanpa nyeri adalah temuan diagnostik yang
signifikan.
Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis mandiri. Suatu
bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan mandiri.
Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting untuk deteksi dini penyakit
ini.
2. Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human chorionic
gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase). Hampir 85% kanker non-seminoma
menunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta HCG.
3. Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
5. Biopsi jaringan
Human chorionic gonadotropin dan α-fetoprotein adalah penanda tumor yang mungkin
meningkat pada pasien kanker testis. (Penanda tumor adalah substansi yang disintesis oleh sel-
sel tumor dan dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam jumlah yang abnormal).
Tehnik imunositokimia yang terbaru dapat membantu mengidentifikasi sel-sel yang
tampaknya menghasilkan penanda ini. Kadar penanda tumor dalam darah digunakan untuk
mendiagnosis, menggolongkan, dan memantau respon terhadap pengobatan. Uji diagnostic
lainnya mencakup urografi intravena untuk mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang
disebabkan oleh massa tumor; limfangiografi untuk mengkaji keluasan penyebaran tumor ke
sistem limfatik; dan pemindai CT dada dan abdomen untuk menentukan keluasan penyakit dalam
paru-paru dan retroperineum.
BAB III
3.1. PENATALAKSANAAN
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker
ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya
ditentukan stadiumnya:
1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis
2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati atau
paru-paru.
Tumor seminoma
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan kemoterapi
dengan sisplastin
3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi perut.
DAFTAR PUSTAKA
(Nining Bai, http://as-kep.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-tumor-testis.html)