Professional Documents
Culture Documents
1. DESAIN PENELITIAN
• Yaitu suatu model penelitian yang akan kita lakukan sesuai dengan rumusan
masalahnya.
2. SAMPLING
besar
kesa-
lahan
kecil
kecil besarnya sampel besar
Ukuran sampel
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang
penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang
menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis
kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan
alah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan
informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi
beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat
keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia .
(Singarimbun dan Effendy, 1989). Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap
elemen populasi, makin banyak sampel yang harus diambil. Jika rencana
analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak.
Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan
perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan
tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri
atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya.. Makin sedikit
waktu, biaya , dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang
bisa diperoleh. Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat
dikelola dengan baik (manageable).
Misalnya, jumlah bank yang dijadikan populasi penelitian ada 400 buah.
Pertanyaannya adalah, berapa bank yang harus diambil menjadi sampel agar
hasilnya mewakili populasi?. 30?, 50? 100? 250?. Jawabnya tidak mudah. Ada
yang mengatakan, jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel sekitar 10 %
sudah cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit
30%, dan kalau ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100%.
Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari
populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian
perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian eksperimen
15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992).
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992) memberikan pedoman
penentuan jumlah sampel sebagai berikut :
Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD?SLTP/SMU,
dsb), jumlah minimum subsampel harus 30
Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran
sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan
dianalisis.
Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat,
ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa
dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut (Lihat Tabel)
Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel
(n)
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384
Probability/Random Sampling.
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak
adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama
“sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang
berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen
populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang
tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa
perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa
yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP,
jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya..
Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N).
Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus
mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah
wilayah Jawa Barat, maka penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara
lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut
diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang
bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka
Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan
melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika
sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu
sendiri.
Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap
bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi
penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota
sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling
baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data
tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan,
maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan
informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang
menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang
dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau
karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka
jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik. (Cooper dan
Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional,
namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% .
Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis
kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18
orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan
ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan
saja.
3. INSTRUMEN PENELITIAN
4. ANALISIS DATA
• Adalah proses pengolahan data yang telah terkumpul dan selanjutnya dilakukan
analisa terhadap data untuk diambil kesimpulannya ( sebagai hasil penelitian )
• Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data
tersebut banyak sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah
berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,
proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam satuan-satuan.
Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya.
Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis
data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.. setelah selesai tahap ini,
mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementaramenjadi teori
substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
• Sehubungan dengan uraian tentang proses analisia dan penafsiran data di atas,
maka dapat dijelaskan pokok-pokok persoalan sebagai berikut: Konsep dasar
analisis data, Pemerosotan satuan, kategorisasi termasuk pemeriksahan keabsahan
data, kemudian diakhiri dengan penafsiran data.
• Keabsahan data
Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul,perlu
dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan
pada kriteria deraja kepercayaan (crebility) dengan teknik trianggulasi,ketekunan
pengamatan, pengecekan teman sejawat (Moleong, 2004).
5. LAPORAN PENELITIAN
• Sebagai langkah akhir dari proses penelitian , agar penelitian itu dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan refrensi bagi penelitian lain, maka
hasil penelitian dibuat dalam bentuk laporan .
VALIDITAS
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur. Contoh: Uji validitas menunjukkan bahwa dari 20 instrumen yang digunakan
untuk mengukur perstasi diperoleh 16 instrumen yang valid. Sedangkan dari 20
instrumen yang digunakan untuk mengukur minat baca hanya diperoleh 7 instrumen yang
valid. Hal ini terlihat dari nilai corrected item total correlation pada output SPSS dimana
nilai korelasi untuk instrumen-instrumen tersebut lebih besar dan nilai r (korelasi) tabel,
yaitu lebih besar dari 0,217 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut valid
dan dapat digunakan.
RELIABILITAS
Instrumen yang tepat bukan hanya instrumen yang mampu mengukur apa yang ingin
diukur, akan tetapi juga harus konsisten apabila digunakan untuk mengukur hal yang
sama untuk waktu yang berbeda. Dengan kata lain, suatu instrumen penelitian selain
harus valid juga harus reliabel. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur
dalam mengukur gejala yang sama. Berdasarkan uji reliabiitas yang telah dilakukan
dengan menggunakan teknik Cronbanch ‘s Alpha, diperoleh hasil nilai alpha-nya sebesar
0,806 untuk instrumen yang mengukur prestasi dan 0,654 untuk instrument yang
mengukur minat baca. Angka tersebut sangat besar, hal ini menunjukkan koefisien
reliabiitasnya yang tinggi yang berarti instrumen yang digunakan selain telah valid juga
reliabel.
KUESIONER
Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: fakta,
pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya
kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Perlu kita pahami bahwa yang dapat
dikenai tes bukan hanya manusia. Mesin mobil jika akan diketahui masih baik atau tidak,
data kemampuannya seberapa, juga dites dengan alat tertentu. Untuk manusia, instrumen
yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian
atau prestasi.
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih
untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan
sebagai instrumen pengumpul data. Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya
mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian. Sebelum kuesioner
disusun, maka harus dilalui prosedur.
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik
analisisnya.
Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian pula. Apabila
salah menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barangkali tidak kita peroleh
secara maksimal. Kita ambil contoh, kita ingin mengetahui daya tarik orang terhadap
kuesioner. Maka kita mengirimkan ribuan kuesioner kepada responden secara acak
melalui buku telepon dan meminta mereka untuk mengembalikan lewat pos
berlangganan, jadi responden tidak perlu membeli perangko. Hasilnya dapat ditebak,
yaitu bahwa semua responden akan suka dengan kuesioner. Mengapa? Tentu saja,
responden yang tidak suka dengan kuesioner akan membuang kuesioner ke tempat
sampah atau dijadikan bungkus kacang.
Angket anonim memang ada kebaikannya karena responden bebas mengemukakan
pendapat. Akan tetapi penggunaan angket anonim mempunyai beberapa kelemahan pula.
1. Sukar ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan karena responden
kurang memahami maksud item.
2. Tidak mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin memecah
kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan.
Berbagai penelitian memberikan gambaran hasil bahwa tidak ada perbedaan ketelitian
jawaban yang diberikan oleh orang dewasa, baik yang anonim maupun yang bernama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlu tidaknya angket diberi nama adalah:
1. Tingkat kematangan responden.
2. Tingkat subjektivitas item yang menyebabkan responden enggan memberikan jawaban
(misalnya gaji untuk pria dan umur untuk wanita).
3. Kemungkinan tentang banyaknya angket.
4. Prosedur (teknik) yang akan diambil pada waktu menganalisis data.
Salah satu kelemahan metode angket adalah bahwa angketnya sukar kembali. Apabila
demikian keadaannya maka peneliti sebaiknya mengirim surat kepada responden yang
isinya seolah-olah yakin bahwa sebenarnya angketnya akan diisi tetapi belum mempunyai
waktu. Surat yang dikirim itu hanya sekadar mengingatkan.
WAWANCARA
Di samping memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan
metode interview peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaannya. Memberikan
angket kepada responden dan menghendaki jawaban tertulis, lebih mudah jika
dibandingkan dengan mengorek jawaban responden dengan bertatap muka.
Sikap pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan,
kesabaran serta keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh terhadap isi jawaban
responden yang diterima oleh peneliti. Oleh sebab itu, maka perlu adanya latihan yang
intensif bagi calon interviewer (penginterviu).
1. Agar tidak ada pokok-pokok yang tertinggi.
2. Agar pencatatannya lebih cepat.
Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi structured”. Dalam hal
ini maka mula-mula interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah
terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.
Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan
keterangan yang lengkap dan mendalam.
Sebagai contoh misalnya kita akan menyelidiki pengetahuan dan pendapat mahasiswa
tentang perguruan tinggi di mana mereka kuliah. Pertama-tama mereka kita tanya tentang
tahun berapa masuk, sekarang di tingkat berapa, mengambil mata kuliah apa saja, ekstra
kurikuler apa yang diikuti dan sebagainya, kemudian diikuti dengan pertanyaan, antara
lain sebagai berikut :
- Pada tahun Saudara masuk, jurusan apa saja yang ada?
- Apakah Saudara lancar menaiki jenjang dari tahun ke tahun?
- Bagaimana sistem penentuan tingkat/sistem kenaikan tingkat?
- Apakah program studi yang diberikan cocok dengan keperluan Saudara jika sudah
lulus?
OBSERVASI
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi
item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari peneliti
berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah
sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton
televisi itu, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi
juga menilai, reaksi tersebut sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita
kehendaki.
Sebagai contoh dapat dikemukakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui proses belajar-mengajar di kelas. Variabel yang akan diungkap didaftar,
kemudian di tally kemunculannya, dan jika perlu kualitas kejadian itu dijabarkan lebih
lanjut.
DOKUMENTASI
Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan
metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan
sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati
bukan benda hidup tetapi benda mati.
Populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu
orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai
karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain-lain.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada populasi, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena
itu sampel yang akan diambil dari populasi harus betul-betul representatif (dapat
mewakili).
Menentukan ukuran sampel merupakan bagian dari teknik sampling, dimana jumlah
anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang 100%
mewakili populasi adalah sama dengan populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati
populasi, maka peluang keselahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil
jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi
(diberlakukan umum).
Terdapat dua rumus yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya sampel yang
diperlukan dalam penelitian. Selain itu juga diberikan cara menentukan ukuran sampel
yang sangat praktis yaitu dengan menggunakan tabel dan nomogram. Tabel yang
digunakan adalah tabel Krejcie dan Nomogram Harry King. Dengan kedua cara tersebut
tidak perlu dilakukan perhitungan yang rumit.
Untuk pengertian dan penjelasan lebih lanjut mengenai probability sampling, non
probability sampling serta cara menentukan ukuran sampel akan dibahas pada tulisan
khusus mengenai Teknik