Professional Documents
Culture Documents
Pencemaran udara' adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sumber Polusi Udara
2 Jenis-jenis pencemar
o 2.1 Dampak kesehatan
o 2.2 Dampak terhadap tanaman
o 2.3 Hujan asam
o 2.4 Efek rumah kaca
o 2.5 Kerusakan lapisan ozon
Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam
konteks global dan hubungannya dengan [pemanasan global yg mempengaruhi;
Kegiatan manusia
Transportasi
Industri
Pembangkit listrik
Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan
bakar
Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
Sumber alami
Gunung berapi
Rawa-rawa
Kebakaran hutan
[Nitrifikasi] dan [denitrifikasi]biologi
Sumber-sumber lain
Transportasi[amonia]
Kebocoran tangki][klor]
Timbulan gas [metana]dari [lahan uruk]/[tempat pembuangan akhir] [sampah]
Uap pelarut organik
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis
pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas,
sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru,
zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan
akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.
Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik
hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses
fotosintesis.
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti
SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan.
Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di
lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global.
Pencairan es di kutub
Perubahan iklim regional dan global
Perubahan siklus hidup flora dan fauna
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung
alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan
dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC
yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian
molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-
lubang pada lapisan ozon. Dampak ==
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan
akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.
Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda
konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah
ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan
partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang
berasal dari aktivitas alam dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-
menerus masuk ke dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer
khususnya lapisan troposfer. Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran
dengan parameter yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya
melewati ambang batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan
dalam keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau
lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2, SO2,
SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangat tinggi bagi
ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-
partikulat dengan konsentrasi melewati ambang batas, maka udara di daerah tersebut
dinyatakan sudah tercemar. Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar
dan waktu lamanya kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan
(udara), WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut:
Indonesia merupakan negara di dunia yang paling banyak memiliki gunung berapi
(sekitar 137 buah dan 30% masih dinyatakan aktif). Oleh sebab itu Indonesia mudah
mengalami pencemaran secara alami. Selain itu adanya kebakaran hutan akibat musim
kemarau panjang ataupun pembakaran hutan yang disengaja untuk memenuhi kebutuhan
seperti terjadi di Kalimantan dan di Sumatera dalam tahun 1997 dan tahun 1998
menyebabkan terjadinya pencemaran yang cukup menghawatirkan, karena asap tebal
hasil kebakaran tersebut menyeberang ke negara tetangga seperti Singapura dan
Malaysia. Asap tebal dari hasil kebakaran hutan ini sangat merugikan, baik dalam segi
ekonomi, transportasi (udara, darat dan laut) dan kesehatan. Akibat asap tebal tersebut
menyebabkan terhentinya alat-alat transportasi karena dikhawatirkan akan terjadi
tabrakan. Selain itu asap itu merugikan kesehatan yaitu menyebabkan sakit mata, radang
tenggorokan, radang paru-paru dan sakit kulit. Pencemaran udara lainnya berasal dari
limbah berupa asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor dan
limbah asap dari industri.
Gambar 4 Asap kendaraan
bermotor alah satu sumber pencemaran udara
Cara penanggulangannya
Di atas telah Anda pelajari bahwa pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif
bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan
gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat
berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang
(SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya
hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga
mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila
terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan
terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh
pencemaran udara.
Pencemaran udara selain memberikan dampak negatif, juga dapat memberikan dampak
positif antara lain, lahar dan partikulat-partikulat yang disemburkan gunung berapi yang
meletus, bila sudah dingin menyebabkan tanah menjadi subur, pasir dan batuan yang
dikeluarkan gunung berapi yang meletus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Gas karbon monoksida bila bereaksi dengan oksigen di udara menghasilkan gas karbon
dioksida bisa dimanfaatkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis
untuk menghasilkan karbohidrat yang sangat berguna bagi makhluk hidup.
Adanya gas-gas dan partikulat-partikulat tersebut, baik yang diperoleh secara alami dari
gunung berapi, pelapukan tumbuh-tumbuhan, ledakan gunung berapi dan kebakaran
hutan, maupun yang diperoleh dari kegiatan manusia ini akan mengganggu siklus yang
ada di udara dan dengan sendirinya akan mengganggu sistem keseimbangan dinamik di
udara, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
Gas-gas CO, SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair yang dapat mencemari udara
secara alami ini disebut bahan pencemar udara alami, sedangkan yang dihasilkan karena
kegiatan manusia disebut bahan pencemar buatan.
Untuk kepentingan kesejahteraan makhluk hidup di alam semesta ini telah terjadi sistem
keseimbangan dinamik melalui berbagai macam siklus yang telah diatur oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Salah satu contoh adalah siklus nitrogen dan siklus karbon.
Bahan pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan manusia ini konsentrasinya relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan yang sudah ada di udara, terjadi secara alami, sehingga dapat
mengganggu sistem kesetimbangan dinamik di udara dan dengan demikian dapat
mengganggu kesejahteraan manusia dan lingkungannya.
Sumber bahan pencemar udara ada lima macam yang merupakan penyebab utama
(sekitar 90%) terjadinya pencemaran udara global di seluruh dunia yaitu:
Gas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di udara,
sedangkan bahan pencemar berupa partikulat (padat maupun cair) merupakan bahan
pencemar yang sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat racunnya gas
karbon monoksida).
Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa karbon
lainnya:
2 C + O 2 ? 2 CO
Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri yang
terjadi dalam tanur:
CO2 + C ? 2 CO
2 CO2 ? 2 CO + O 2
Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke atmosfer
lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan manusia.
Gas-gas Nitrogen oksida yang ada di udara adalah Nitrogen monoksida NO, dan Nitrogen
dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas Nitrogen monoksida tidak berwarna,
tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam
dan menyebabkan orang menjadi lemas. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas NO dan
NO2 antara lain:
(1210 – 1765)ºC
2 N + O2 ? 2 NO
2 NO + O2 ? 2 NO
c. Hidrokarbon CH
Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuhtumbuhan. Gas metana CH4 adalah
senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh
bakteri anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam sedimen yang masuk ke
dalam lapisan atmosfer:
S + O2 ? SO2
2 SO2 + O 2 ? 2 SO3
e. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat dan tetes-
tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan
bahan pencemar udara yang sangat berbahaya.
Di Indonesia sendiri, sebagaimana data yang dipaparkan oleh Pengkajian Ozon dan
Polusi Udara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jawa Barat
menduduki peringkat polusi udara tertinggi di Indonesia.
Dari semua penyebab polusi udara yang ada, emisi transportasi terbukti sebagai
penyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85 persen. Hal ini
diakibatkan oleh laju pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi.
Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik
akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan
kualitas kurang baik (misalnya kadar timbal yang tinggi). Kebakaran hutan dan industri
juga turut berperan.
Dari segi kesehatan, pencemaran udara dapat berakibat pada terganggunya kesehatan dan
pertumbuhan anak-anak. Misalnya anemia. Memang, di masa pertumbuhan sel-sel darah
merah terus diproduksi. Namun, karena masuknya timbal akan merusak sel darah merah,
maka jumlahnya makin lama makin berkurang dan akhirnya anak menderita anemia.
Timbal yang masuk ke dalam tubuh juga akan merusak sel-sel darah merah yang
mestinya dikirim ke otak. Akibatnya, terjadilah gangguan pada otak. Hal yang paling
dikhawatirkan, anak bisa mengalami gangguan kemampuan berpikir, daya tangkap
lambat, dan tingkat IQ rendah. Dalam hal pertumbuhan fisik, keberadaan timbal ini akan
berdampak pada beberapa gangguan, seperti keterlambatan pertumbuhan dan gangguan
pendengaran pada frekuensi-frekuensi tertentu.
Pada orang dewasa, timbal dapat mempengaruhi sistem reproduksi atau kesuburan. Zat
ini dapat mengurangi jumlah dan fungsi sperma sehingga menyebabkan kemandulan.
Timbal juga mengganggu fungsi jantung, ginjal, dan menyebabkan penyakit stroke serta
kanker. Ibu hamil akan menghadapi risiko yang tinggi jika kadar timbal dalam darahnya
di ambang batas normal. Timbal ini akan menuju janin dan menghambat tumbuh-
kembang otaknya. Risiko lain adalah ibu mengalami keguguran.
Yang perlu diketahui, timbal layaknya musuh dalam selimut. Awalnya, kadar timbal yang
tinggi dalam darah tidak akan menunjukkan gejala penyakit. Dampak baru muncul dalam
jangka panjang.
Sudah banyak studi yang dilakukan berkaitan dengan pencemaran timbal. Pada tahun
2001 anak-anak pernah dijadikan sampel riset dampak timbal. Dari sampel darah
sebanyak 400 yang diambil dari siswa SD kelas II dan III di Jakarta, hasilnya sekitar 35
persen sampel ternyata memiliki kadar timbal dalam darah di atas normal. Angka ini
berarti melebihi ambang batas kadar timbal pada tubuh anak-anak yang ditetapkan CDC
(Center for Deseases Control and Prevention) yang hanya 10 mikrogram per desiliter.
Menyebabkan hujan asam. pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di
atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk
asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan, Merusak tanaman, Melarutkan logam-logam
berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air
permukaan, serta Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan.
Meningkatkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2,
CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari
yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan
troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Pemanasan global sendiri akan
berakibat pada; Pencairan es di kutub, Perubahan iklim regional dan global, Perubahan
siklus hidup flora dan fauna.
Mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak
menghasilkan gas karbon monoksida.
Pengolahan atau daur ulang limbah asap industri
Penghijauan dan reboisasi atau penanaman kembali pohon-pohon pengganti
Menghentikan pembakaran hutan.
Referensi:
1. Umum
Untuk itulah tulisan singkat ini dipersembahkan sebagai bahan awal untuk melangkah
menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Pencemaran udara adalah masuknya,
atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta
menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya
di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam
ruangan (indoor pollution). Sementara itu pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution)
berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh
makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan
sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga.
Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor dan
tranportasi laut. Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi terutama di kota-kota
besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan
kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari
50%. Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir
menunjukkan kita bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi
ini. Baik melalui penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian
bagi penerapan teknologi pengurangan emisi.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan tercatat
bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan di
kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida yang ada di udara
yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi
dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat
menembus bagian terdalam paru-paru.
Di Indonesia sekarang ini kurang lebih 70% pencemaran udara di sebabkan emisi
kendaraan bermotor kendaraan bermotor mengeluarkan. zat-zat berbahaya yang dapat
menimbulkan dampak. negative, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap
lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb) Kendaraan bermotor menyumbang hampir
100% timbal.
Selain itu pencemaran udara dapat menimbulkan hujan asam, pengikisan lapisan ozon,
kerusakan pada tanaman, pelapukan bangunan atau patung-patung yang terbuat dari batu
serta dapat mempercepat empat kali lebih cepat proses pengaratan pada benda-benda
yang terbuat dari besi. Yang lebih mengerikan lagi adalah bahwa pencemaran udara ini
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan lebih jauh yaitu menimbulkan efek rumah
kaca yang akan menaikkan suhu permukaan bumi atau dikenal dengan global warming.
Hal ini akan menyebakan kenaikan permukaan air laut karena es di kutub akan mencair.
Global warming juga berdampak pada perubahan iklim di bumi yang akan menimbulkan
kekeringan dan banjir di seluruh dunia. Hal tersebut akan menyebabkan penyediaan
pangan akan terganggu.
Global warming
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan
terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan
kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga
daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas
kewajaran.
Rusaknya ata semakin sempitnya lahan hijau atau pepohonan di suatu daerah juga dapat
memperburuk kualitas udara di tempat tersebut. Semakin banyak kendaraan bermotor dan
alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin
parah pula pencemaran udara yang terjadi. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah,
pengusaha dan masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara
yang terjadi.
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami
perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera
ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan
hewan serta tumbuhan
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.
Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di
udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila
Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau
dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan
manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang
Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan global, karena
udara telah tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya zat pencemar
ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung
berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut ; juga sebagian besar disebabkan oleh
baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga
a. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam
konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah
seperti karbon dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar :
1. Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan
antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
aspal. Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap
dan gas-gas.
c. Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan pencemar
d. Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan, daging,
ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap, debu, dan
bau.
bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
f. Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses
h. Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah gas-gas
Ada beberapa bahan pencemar udara yang sering ditemukan di kota-kota. Dilihat dari ciri
b. Gas (karbon monoksida / CO, sulfur oksida / SOx, hidrokarbon, nitrogen oksida / NOx,
Tulisan Terkait:
Pertama, dalam skala global, Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di
dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand). Kedua, masih dalam skala global, kadar partikel
debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9
(yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia pada
tahun 2004. Sebagai perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per meter
kubik sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara. Ketiga, jumlah hari
dengan kualitas tidak sehat di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, sedangkan pada tahun 2003, Jakarta
dinyatakan sehat hanya selama 7 hari. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Kelompok Kerja
Udara Kaukus Lingkungan Hidup, pada tahun 2004 dan 2005, jumlah hari dengan kualitas
udara terburuk di Jakarta jauh di bawah 50 hari. Namun pada tahun 2006, jumlahnya justru
naik di atas 51 hari. Dengan kondisi seperti itu, tidak berlebihan jika Jakarta dijuluki "kota
polusi" karena begitu keluar dari rumah, penduduk Jakarta akan langsung berhadapan dengan
polusi.
Penyebab paling signifikan dari polusi udara di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang
menyumbang andil sebesar ±70 persen. Hal ini berkorelasi langsung dengan perbandingan
antara jumlah kendaraan bermotor, jumlah penduduk dan luas wilayah DKI Jakarta.
Berdasarkan data Komisi Kepolisian Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di
DKI Jakarta (tidak termasuk kendaraan milik TNI dan Polri) pada bulan Juni 2009 adalah
9.993.867 kendaraan, sedangkan jumlah penduduk DKI Jakarta pada bulan Maret 2009 adalah
8.513.385 jiwa. Perbandingan data tersebut menunjukkan bahwa kendaraan bermotor di DKI
Jakarta lebih banyak daripada penduduknya. Pertumbuhan jumlah kendaraan di DKI Jakarta
juga sangat tinggi, yaitu mencapai 10,9 persen per tahun. Angka-angka tersebut menjadi sangat
signifikan karena ketersediaan prasarana jalan di DKI Jakarta ternyata belum memenuhi
ketentuan ideal. Panjang jalan di DKI Jakarta hanya sekitar 7.650 kilometer dengan luas 40,1
kilometer persegi atau hanya 6,26 persen dari luas wilayahnya. Padahal, perbandingan ideal
antara prasarana jalan dan luas wilayah adalah 14 persen. Dengan kondisi yang tidak ideal
tersebut, dapat dengan mudah dipahami apabila kemacetan makin sulit diatasi dan pencemaran
udara semakin meningkat.
Penyebab lain dari meningkatnya laju polusi di Jakarta adalah kurangnya ruang terbuka hijau
(RTH) kota. RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna
mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota
tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. RTH
kota memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara
(paru-paru kota), pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan,
penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin.
Kurangnya RTH kota akan mengakibatkan kurangnya kemampuan ekosistem kota untuk
menyerap polusi.
Berdasarkan perhitungan para ahli, luas RTH kota idealnya adalah minimal 30 persen dari luas
seluruh wilayah kota. Perhitungan ini telah diadopsi dalam Pasal 29 UU Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Sayangnya, dengan segala permasalahannya, Jakarta tampaknya
belum dapat memenuhi luas ideal RTH kota dalam waktu dekat. Hingga tahun 2009, RTH
Jakarta hanya 9 persen, sedangkan rencana RTH Jakarta pada tahun 2000-2010 hanya
ditetapkan sebesar 13,94 persen. Ketidakmampuan Jakarta untuk memenuhi luas ideal RTH
kota tentu akan berimbas pada memburuknya kadar polusi.
Buruknya kadar polusi udara di Jakarta menimbulkan banyak masalah sosial bagi
penduduknya. Masalah utamanya tentu saja adalah masalah kesehatan. Menurut data Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, 46 persen penyakit di Jakarta disebabkan oleh pencemaran udara,
di mana penyakit-penyakit umumnya adalah infeksi saluran pernapasan, asma, dan kanker
paru-paru. Selain penyakit-penyakit itu, polusi juga berpotensi mengakibatkan perubahan
fisiologis pada manusia seperti: melemahkan fungsi paru-paru dan memengaruhi tekanan darah.
Dampak lanjutan dari menurunnya kualitas kesehatan masyarakat adalah meningkatnya biaya
untuk pengobatan. Jika masyarakat sakit-sakitan, tentu saja akan ada beban sosial pada
masyarakat yang akan memengaruhi GDP (Gross Domestic Product). Sebagai ilustrasi, biaya
untuk mengatasi masalah kesehatan yang diakibatkan oleh polusi udara pada tahun 1998
mencapai Rp 1,8 triliun. Apabila peningkatan kadar polusi tidak juga dicegah, biaya tersebut
akan terus meningkat dan bisa mencapai Rp 4,3 triliun pada tahun 2015.
Selain masalah kesehatan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat, polusi buruk juga
memengaruhi estetika kota. Tentu tidak nyaman melihat suasana kota yang udaranya hampir
terus-menerus dicemari kabut asap polusi dari kendaraan bermotor dan industri.
Untuk menghilangkan citra negatif Jakarta sebagai kota polusi, sudah semestinya apabila
masyarakat dan Pemerintah DKI Jakarta perlu menetapkan dan melaksanakan langkah-langkah
perbaikan yang tepat. Langkah-langkah yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan aspirasi
masyarakat perlu diidentifikasi dan kemudian dihindari untuk mencegah resistansi (perlawanan)
dari masyarakat agar upaya perbaikan yang ditempuh tidak menjadi kontraproduktif. Sebagai
contoh, rencana pembatasan jumlah kendaraan bermotor untuk membantu mengurangi polusi
dan kemacetan menuai protes dari para pelaku industri otomotif karena pembatasan tersebut
dapat mengurangi produktivitas mereka dan berimbas pada kehidupan dan pekerjaan para
tenaga kerja sektor otomotif. Sebagai alternatif solusi, Pemerintah perlu memperbaiki sektor
transportasi dan fasilitas angkutan umum sehingga para pengguna kendaraan pribadi tidak
akan segan-segan untuk beralih ke kendaraan umum. Dalam beberapa kasus (seperti
pengoperasian busway), cara ini sudah menampakkan hasil yang lumayan. Pemerintah perlu
menyadari bahwa membludaknya penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta disebabkan
terutama oleh buruknya fasilitas angkutan umum yang mengakibatkan penumpang merasa
tidak aman dan nyaman menggunakannya.
Pelaksanaan dan penegakan hukum memegang peran yang sangat krusial dalam mencegah laju
polusi, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di seluruh Indonesia. Fakta membuktikan bahwa
ketidaktegasan dalam pelaksanaan hukum menyumbang andil signifikan dalam peningkatan
polusi di Indonesia. Sebagai contoh, UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan telah memberlakukan kewajiban uji emisi kendaraan bermotor. Pasal 50 ayat (1)
dan ayat (2) UU tersebut menyatakan, "Untuk mencegah pencemaran udara dan kebisingan
suara kendaraan bermotor yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan hidup, setiap
kendaraan bermotor wajib memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat
kebisingan. Setiap pemilik, pengusaha angkutan umum dan/atau pengemudi kendaraan
bermotor wajib mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan yang diakibatkan oleh
pengoperasian kendaraannya."
Orang yang melanggar ketentuan tersebut akan terkena sanksi pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 67 UU tersebut: "Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak
memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang, atau tingkat kebisingan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2
(dua) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)." Dalam kenyataan,
kita bisa melihat sendiri dengan sejelas-jelasnya banyak kendaraan bermotor di negara kita yang
bebas berlalu lalang di jalan umum dengan mengeluarkan asap hitam pekat dan suara yang
memekakkan telinga. Itulah salah satu contoh pahit penegakan hukum di Indonesia.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penanganan polusi membutuhkan keterlibatan
seluruh masyarakat. Pelaksanaan kebijakan apapun tentu tidak akan mendatangkan hasil
maksimal apabila hanya mengandalkan peran Pemerintah. Sebagai contoh, aturan yang
ditetapkan oleh Pemerintah untuk mencegah polusi tidak akan banyak berarti tanpa kesadaran
masyarakat. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dan sinergi antara Pemerintah dan
masyarakat dalam perbaikan lingkungan juga perlu digalakkan. Pada dasarnya, banyak warga
Jakarta yang telah memahami persoalan kota mereka dan telah berinisiatif untuk ikut
memperbaikinya. Gerakan "bike to work" (bersepeda ke tempat kerja) adalah salah satu contoh
bentuk kepedulian warga Jakarta untuk mengurangi emisi kendaraan bermotor. Kepedulian dan
partisipasi warga perlu terus dijaga sebagai aset penting dalam pemeliharaan kesehatan
lingkungan. (*)
Penulis: Peserta Pelatihan Menulis Online HOKI (PMOH) Angkatan II, 2010
PENDAHULUAN
Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen
esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara
merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 %
Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari
Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan
"Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya
seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain
yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka
dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi.
Akibat aktifitas perubahan manusia udara seringkali menurun kualitasnya.
Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat
kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan
salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal
sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan
tergantung dari lingkungannya. Kemungkinan disuatu tempat dijumpai debu yang
bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu
kota yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan.
Penulisan ini kami susun sebagai berikut :
Pencemaran udara
Dampak pencemaran udara
Penanggulangan pencemaran udara
PENCEMARAN UDARA
Pencemaran Udara adalah kondisi udara yang tercemar de-ngan adanya bahan,
zat-zat asing atau komponen lain di udara yang menyebabkan berubahnya
tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Pencemaran udara mempengaruhi sistem kehidupan makhluk
hidup seperti gangguan kesehatan, ekosistem yang berkaitan dengan manusia
Jenis-jenis pencemaran udara
Menurut bentuk : Gas, Pertikel
Menurut tempat : Ruangan (indoor), udara bebas (outdoor)
Gangguan kesehatan : Iritansia, asfiksia, anetesia, toksis
Menurut asal : Primer, sekunder
Bahan atau Zat pencemaran udara dapat berbentuk gas dan partikel :
Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibedakan menjadi :
Golongan belerang terdiri dari Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida
(H2S) dan Sulfat Aerosol.
Golongan Nitrogen terdiri dari Nitrogen Oksida (N2O), Nitrogen Monoksida
(NO), Amoniak (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2).
Golongan Karbon terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida
(CO), Hidrokarbon .
Golongan gas yang berbahaya terdiri dari Benzen, Vinyl Klorida, air raksa
uap.
Pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi :
Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.
Bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, Benzen.
Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.
Pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua
:
Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pen-cemaran udara
bebas :
Alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dll.
Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga,
asap kendaraan, dll.
Pencemaran udara ruangan (In door air pollution), berupa pencemaran udara
didalam ru-a-ngan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung
tinggi.
Pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan
kesehatan dibedakan menjadi 3 jenis :
Irintasia. Biasanya polutan ini bersifat korosif. Merangsang proses peradangan
hanya pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu saluran pernapasan mulai
dari hidung hingga tenggorokkan. Misalnya Sulfur Dioksida, Sulfur Trioksida,
Amoniak, debu. Iritasi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan juga
dapat mengenai paru-paru sendiri.
Asfiksia. Disebabkan oleh ber-kurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap
oksigen atau mengakibatkan kadar O2 menjadi berkurang. Keracunan gas
Karbon Monoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin sehingga
kemampuan hemoglobin mengikat O2 berkurang terjadilah Asfiksia. Yang
termasuk golongan ini adalah gas Nitrogen, Oksida, Metan, Gas Hidrogen dan
Helium.
Anestesia. Bersifat menekan susunan syaraf pusat sehingga kehilangan
kesadaran, misalnya aeter, aetilene, propane dan alkohol alifatis.
Toksis. Titik tangkap terjadinya berbagai jenis, yaitu :
Menimbulkan gangguan pada sistem pembuatan darah, mi-salnya
benzene, fenol, toluen dan xylene.
Keracunan terhadap susunan syaraf, misalnya karbon disulfid, metil
alkohol.
Pencemaran udara dapat pula dikelompokkan kedalam :
Pencemar primer. Polutan yang bentuk dan komposisinya sama dengan ketika
dipancarkan, lazim disebut sebagai pencemar primer, antara lain CO, CO 2,
hidrokarbon, SO, Nitrogen Oksida, Ozon serta berbagai partikel.
Pencemar Sekunder. Berbagai bahan pencemar kadangkala bereaksi satu
sama lain menghasilkan jenis pencemar baru, yang justru lebih membahayakan
kehidupan. Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis ataupun dengan cara
bantuan katalisator, seperti sinar matahari. Pencemar hasil reaksi disebut
sebagai pencemar sekunder. Contoh pencemar sekunder adalah Ozon, formal
dehida, dan Peroxy Acyl Nitrate (PAN).
DAMPAK/PENGARUH PEN-CEMARAN UDARA
Dampak/pengaruh pencemaran udara bisa mempengaruhi terhadap makhluk
hidup baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat di ihat Tabel 1 dan Tabel 2
Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan secara tidak langsung.
Pencemaran udara disamping berdampak langsung bagi kesehatan
manusia/individu, juga berdampak tidak langsung bagi kesehatan. Efek SO 2
terhadap vegetasi dikenal dapat menimbulkan pemucatan pada bagian antara
tulang atau tepi daun. Emisi oleh Fluor (F), Sulfur Dioksida (SO2) dan Ozon (O3)
mengakibatkan gangguan proses asimilasi pada tumbuhan. Pada tanaman
sayuran yang terkena/mengandung pencemar Pb yang pada akhirnya me-miliki
potensi bahaya kesehatan masyarakat apabila tanaman sa-yuran tersebut di
konsumsi oleh manusia.
PENANGGULANGAN PEN-CEMARAN UDARA
Penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara mengurangi
polutan dengan alat-alat, mengubah polutan, melarutkan polutan dan
mendispersikan polutan, Penang-gulangan pencemaran udara berbentuk gas di
lihat pada tabel 3
Penanggulangan Polusi udara dari ruangan
Sumber dari pencemaran udara ruangan berasal dari asap rokok, pembakaran
asap dapur, bahan baku ruangan, kendaraan bermotor dan lain-lain yang
dibatasi oleh ruangan. Pencegahan pen-cemaran udara yang berasal dari
ruangan bisa dipergunakan :
Ventilasi yang sesuai, yaitu :
Usahakan polutan yang masuk ruangan seminimum mungkin.
Tempatkan alat pengeluaran udara dekat dengan sumber pencemaran.
Usahakan menggantikan udara yang keluar dari ruangan sehingga udara
yang masuk ke-ruangan sesuai dengan kebutuhan.
Filtrasi. Memasang filter dipergunakan dalam ruangan dimaksudkan untuk
menangkap polutan dari sumbernya dan polutan dari udara luar ruangan.
Pembersihan udara secara elektronik. Udara yang mengan-dung polutan
dilewatkan melalui alat ini sehingga udara dalam ruangan sudah berkurang
polutan-nya atau disebut bebas polutan.
PENUTUP
Upaya penanggulangan terhadap pencemaran udara diberitahukan tentang
berbagai cara untuk penanggulangan dan pencegahan Pencemaraan udara
yang tergantung pada sifat dan sumber polutan udara, seperti mengurangi
polutan, mengubah polutan, melarutkan polutan dan mendisfersikan polutan.
Diharapkan agar keadaan lingkungan tetap sehat dan bersih dari pencemaran
udara.
DAFTAR PUSTAKA
Fuad Amsyari.
Prinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan.
Fardiaz, S. 1992.
Polusi Air & Udara. Yogyakarta : Kanisius.
Ryadi, A.S.1982.
Pencemaran Udara. Penerbit Usaha Nasional Surabaya Indonesia.
Dengan filtrasi
dimaksudkan
menangkap
polutan partikel
pada
permukaan flter.
Filter yang
digunakan
berukuran
sekecil mungkin.
Dengan
menggunakan
tenaga gravitasi
dan tenaga
kinetis atau
kombinasi untuk
mengendapkan
polutan partikel.
Sebagai
kolektor
dipergunakan
gaya sentripetal
yang memakai
silikon. Semakin
besar partikel
secepat
mungkin proses
pembersihan
Program langit
biru yang
dikumandangka
n oleh
pemerintah
Indonesia
adalah
mengurangi
pencemaran
udara,
khususnya dari
akibat
transportasi.
Ada 3 tindakan
yang dilakukan
terhadap
pencemaran
udara akibat
transportasi
yaitu mengganti
bahan bakar,
mengubah
mesin
kendaraan,
memasang alat-
alat pembersih
polutan pada
kendaraan.
Mempertahanka
n “paru-paru”
kota dengan
memperluas
pertamanan dan
penanaman
berbagai jenis
tumbuh-
tumbuhan
sebagai
penangkal
pencemaran
udara.
1. Umum
3. Fuel NOx
NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan tercatat bahwa
dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan di kapal,
menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup
oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini
membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-
paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan
sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau smog kabut berawan
coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia.
S + O2 = SO2
SO2 + 1/2 O2 = SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang berbau tajam tapi
tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di atmosfir akan
membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur
dioksida di udara telah mencapai ambang batas yg ditetapkan oleh WHO.
Tabel 1 menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara terhadap makhluk hidup. Rentang
nilai menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat kesehatan untuk dihuni oleh manusia.
Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur dioksida dan partikulat matter adalah beberapa
parameter polusi udara yang dominan dihasilkan oleh sumber pencemar. Dari pantauan lain
diketahui bahwa dari beberapa kota yang diketahui masuk dalam kategori tidak sehat
berdasarkan ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) adalah Jakarta (26 titik), Semarang (1 titik),
Surabaya (3 titik), Bandung (1 titik), Medan (6 titik), Pontianak (16 titik), Palangkaraya (4 titik),
dan Pekan Baru (14 titik). Satu lokasi di Jakarta yang diketahui merupakan daerah kategori
sangat tidak sehat berdasarkan pantauan lapangan [1].
Tabel 2 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah
melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa adanya
penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun ke tahun
sangat mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117
hari dalam satu tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun)
[3]. Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang
pengurangan emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya
penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan pengaplikasiannya
di masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.
4. Tentang Teknologi Penanggulangan Emisi dari Kendaraan
Secara sekilas teknologi penanggulangan emisi dari mesin dapat dikategorikan menjadi dua
bagian besar yaitu Pengurangan emisi metoda primer dan Pengurangan emisi metoda sekunder
[6]. Untuk pengurangan emisi metoda primer adalah sebagai berikut:
Penggunaan bahan bakar yang rendah Nitrogen dan Sulfur termasuk penggunaan non
fossil fuel
Penggalangan penggunaan Non Petroleum Liquid Fuels
Penggunaan angka cetan yang tinggi bagi motor diesel dan angka oktan bagi motor
bensin
Penerapan teknologi emulsifikasi (pencampuran bahan bakar dengan air atau lainnya)
Humidifikasi
Modifikasi pada pompa bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar
Pengaturan waktu injeksi bahan bakar
5. Akhir
Melihat kenyataan seperti dituliskan diatas, polusi udara merupakan salah satu permasalahan
lingkungan yang serius di Indonesia saat ini, sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor dan peningkatan ekonomi transportasi. Uji kelayakan emisi yang sejak
beberapa tahun terakhir didengung-dengungkan oleh pemerintah dan LSM ternyata juga tidak
berjalan dengan yang diharapkan. Jumlah kendaraan bermotor di jalan raya kian hari semakin
meningkat. Di wilayah DKI Jakarta pertambahan kendaraan tercatat 8.74% per tahun sementara
prasarana jalan meningkat 6.28% per tahun [3], menambah semakin terpuruknya kondisi
lingkungan udara kita. Penulis berharap semoga dengan kenaikan harga pokok bahan bakar
minyak bagi kendaraan yang ditetapkan pemerintah dapat menjadi salah satu momentum bagi
kita semua untuk melangkah berpikir tentang lingkungan udara yang sehat. Kesadaran
masyarakat akan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dan didukung dengan penyediaan
angkutan massal yang baik dan nyaman oleh pemerintah akan menciptakan lingkungan udara
yang sehat bagi manusia Indonesia.
6. Daftar Pustaka
1. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2002, Presentasi Data ISPU - Januari 2002
hingga Desembar 2002.
2. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2002, Sumber dan Standar Kesehatan Emisi
Gas Buang.
4. Nishida Osami, 2001, Actual State and Prevention of Marine Air Pollution from Ships,
Review of Kobe University of Mercantile Marine No. 49, Kobe-Japan.
Oleh: Agung Sudrajad, Mahasiswa Program Doktor Pada Laboratorium Teknik Energi Universitas Kobe, Staff Pengajar Fakultas
Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada Jakarta, Email: 021d801n@y04.kobe-u.ac.jp , agung_sudrajad@lycos.com