You are on page 1of 31

Mei , 2010

Oleh:
AGUS SUBUHI MUHAMMAD C RIZAL

R SMABI N
3 TELADAN
MAKALAH KIMIA, MINYAK BUMI
BUKITTINGG
I
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan


Penyusun memilih minyak bumi untuk dijadikan bahan makalah ini.
Dilatarbelakangi dengan keinginan penyusun untuk lebih mendalami, bukan saja
hanya mengetahui. Karena di sekeliling kita telah banyak minyak bumi akan
tetapi kita tidak mengetahui sejarah dari minyak bumi itu sendiri.
Makalah ini berisikan hal-hal mengenai minyak bumi, dari mulai
pembentukannya.

1.2 Perumusan Masalah


Dalam penyusunannya, makalah ini dibatasi dengan pertanyaan :
1. Bagaimana minyak bumi terbentuk ?
2. Komponen apa saja yang terdapat pada minyak bumi ?
3. Dimana daerah penyulingan minyak bumi?

1.3 Metode Penulisan


Metode penyusunan makalah ini dengan dilakukan pengumpulan-
pengumpulan data mengenai minyak bumi dan apa yang kami permasalahkan.

1.4 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun bertujuan:
1. Untuk mengetahui sejarah minyak bumi?
2. Untuk mengetahui cara pembentukan minyak bumi?
3. Untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada minyak bumi?
4. Untuk mengetahui daerah-daerah penambangan minyak bumi?

1.5 Sistematika Penulisan


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Metode Penulisan
1.4 Tujuan Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pembentukan Minyak Bumi

2.2. Komposisi Minyak Bumi (The Trilogy)

2.3 Komponen Minyak Bumi

2.4 Pemisahan Fraksi-fraksi Minyak Bumi

2.5. Proses Pembentukan Minyak Bumi

2.6 Kegunaan Minyak Bumi dan Residunya

2.7 Dampak Pembakaran Bahan Bakar

2.8 Daerah Pertambangan Minyak Bumi di Indonesia

2.9 Industri Petrokimia

BAB III : PENUTUP


3.1Kesimpulan
3.2Saran
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Pembentukan Minyak Bumi

Sumber energi yang banyak digunakan untuk memasak, kendaraan


bermotor danindustri berasal dari minyak bumi,gas alam dan batu bara. Ketiga
jenis tersebut bahan bakar tersebut berasal dari pelapukan sisa-sisa organisme
sehinggga disebut bahan bakar fosil. Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad
renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang
lampau.Sisa-sisa organisme itu mengendap di dasar lautan yang kemudian
ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi
batuan karena pengaruh suhu dan tekanan lapisan di atasnya. Sementara
itu,dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa
jasad renik itu dan mengubahnya menjadi minyak dan gas.
Proses pembentukan minyak dan gas ini memakan waktu jutaan tahun.Minyak
dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori bagaikan air dalam
batu karang .Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke daerah
lain, kemudian terkonsentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap. Walaupun
minyak bumi dan gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak sumber minyak dan
gas yang terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena pergerakan kulit bumi, seingga
sebagian lautan menjadi daratan.
Adapun batu bara yang dipercaya berasal dari pohon-pohon dan pakis yang hidup
sekitar 3 juta tahun yang lalu, kemudian terkubur mungkin karena gempa bumi
atau letusan gunung berapi.

2.2. Komposisi Minyak Bumi (The Trilogy) .

Minyak bumi adalah campuran komplek hidrokarbon plus senyawaan organik dari
Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen
logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga.

Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan


berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur lapangan
minyak dan juga kedalaman sumur.
Dalam minyak bumi parafinik ringan mengandung hidrokarbon tidak kurang dari
97 % sedangkan dalam jenis asphaltik berat paling rendah 50 %.

Komponen Hidrokarbon
Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi.
Berdasarkan atas hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :

 Karbon : 83,0-87,0 %
 Hidrogen : 10,0-14,0 %
 Nitrogen : 0,1-2,0 %
 Oksigen : 0,05-1,5 %
 Sulfur : 0,05-6,0 %

Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan,


yaitu :

 golongan parafinik
 golongan naphthenik
 golongan aromatik
 sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil,
demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang.

Crude oil mengandung sejumlah senyawaan non hidrokarbon, terutama


senyawaan Sulfur, senyawaan Nitrogen, senyawaan Oksigen, senyawaan Organo
Metalik (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan) dan garam-garam anorganik
(sebagai suspensi koloidal).

1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang
lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak
menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi
(khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam
yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan
air.
2. Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan
menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik
apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam
minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton,
ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai
asam karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam
alifatik.
3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu
0,1-0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen
mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah
pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik
didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang
relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang
mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam
mineral encer.
4. Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada
proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat
menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan
pembentukkan coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya
oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat
membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari
pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat
bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya
titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.

Agar dapat diolah menjadi produk-produknya, minyak bumi dari sumur diangkut
ke Kilang menggunakan kapal, pipa, mobil tanki atau kereta api. Didalam Kilang,
minyak bumi diolah menjadi produk yang kita kenal secara fisika berdasarkan
trayek titik didihnya (distilasi), dimana gas berada pada puncak kolom fraksinasi
dan residu (aspal) berada pada dasar kolom fraksinasi.

Setiap trayek titik didih disebut “Fraksi”, misal :

0-50°C : Gas
50-85°C : Gasoline
85-105°C : Kerosin
105-135°C : Solar
> 135°C : Residu (Umpan proses lebih lanjut)

Jadi yang namanya minyak bumi atau sering juga disebut crude oil
adalah merupakan campuran dari ratusan jenis hidrokarbon dari rentang yang
paling kecil, seperti metan, yang memiliki satu atom karbon sampai dengan jenis
hidrokarbon yang paling besar yang mengandung 200 atom karbon bahkan lebih.

Secara garis besar minyak bumi dikelompokkan berdasarkan komposisi kimianya


menjadi empat jenis, yaitu :

1. Parafin
2. Olefin
3. Naften
4. Aromat

Tetapi karena di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan minnyak bumi
dalam bentuk olefin, maka minyak bumi kemudian dikelompokkan menjadi tiga
jenis saja, yaitu Parafin, Naften dan Aromat.

Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin atau senyawa
isomernya. Isomer sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon
yang memiliki rumus kimia yang sama. Misal pada normal-butana pada gambar
berikut memiliki isomer 2-metil propana, atau kadang disebut juga iso-butana.
Keduanya memiliki rumus kimia yang sama, yaitu C4H10 tetapi memiliki rumus
bangun yang berbeda seperti tampak pada gambar.

Jika atom karon (C) dinotasikan sebagai bola berwarna hitam dan atom hidrogen
(H) dinotasikan sebagai bola berwarna merah maka gambar dari normal-butan dan
iso-butan akan tampak seperti gambar berikut :

Senyawa hidrokarbon ‘normal’ sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon


rantai lurus, sedangkan senyawa isomernya atau ‘iso’ sering juga disebut sebagai
senyawa hidrokarbon rantai cabang. Keduanya merupakan jenis minyak bumi
jenis parafin.
Sedangkan sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi adalah
senyawa siklo-parafin yang disebut juga naften dan/atau senyawa aromat.
Berikut adalah contoh dari siklo-parafin dan aromat.

‘Keluarga hidrokarbon’ terebut diatas disebut homologis, karena sebagian besar


kandungan yang ada dalam minyak bumi tersebut dapat dipisahkan kedalam
beberapa jenis kemurnian untuk keperluan komersial. Secara umum, di dalam
kilang minyak bumi, pemisahan perbandingan kemurnian dilakukan terhadap
hidrokarbon yang memiliki kandungan karbon yang lebih kecil dari C7. Pada
umumnya kandungan tersebut dapat dipisahkan dan diidentifikasi, tetapi hanya
untuk keperluan di laboratorium.

Campuran siklo parafin dan aromat dalam rantai hidrokarbon panjang dalam
minyak bumi membuat minyak bumi tersebut digolongkan menjadi minyak bumi
jenis aspaltin.

Minyak bumi di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk parafin murni maupun
aspaltin murni, tetapi selalu dalam bentuk campuran antara parafin dan aspaltin.
Pengelompokan minyak bumi menjadi minyak bumi jenis parafin dan minyak
bumi jenis aspaltin berdasarkan banyak atau dominasi minyak parafin atau
aspaltin dalam minyak bumi. Artinya minyak bumi dikatakan jenis parafin jika
senyawa parafinnya lebih dominan dibandingkan aromat dan/atau siklo
parafinnya. Begitu juga sebaliknya.

Dalam skala industri, produk dari minyak bumi dikelompokkan berdasarkan


rentang titik didihnya, atau berdasarkan trayek titik didihnya. Pengelompokan
produk berdasarkan titik didih ini lebih sering dilakukan dibandingkan
pengelompokan berdasarkan komposisinya.

Minyak bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak
bumi terdapat juga zat pengotor (impurities) berupa sulfur (belerang), nitrogen
dan logam. Pada umumnya zat pengotor yang banyak terdapat dalam minyak
bumi adalah senyawa sulfur organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip
dengan hidrokarbon pada umumnya, tetapi ada penambahan satu atau lebih atom
sulfur dalam molekulnya, seperti pada gambar berikut :
Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk
tiofen dan disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai
hidrokarbon panjang atau pada produk distilat pertengahan (middle distillate).

Selain itu zat pengotor lainnya yang terdapat dalam minyak bumi adalah berupa
senyawa halogen organik, terutama klorida, dan logam organik, yaitu natrium
(Na), Vanadium (V) dan nikel (Ni).

Titik didih minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti,
karena sangat bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai
hidrokarbonnya. Jika minyak bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon
rantai pendek dimana memiliki jumlah atom karbon lebih sedikit maka titik
didihnya lebih rendah, sedangkan jika memiliki hidrokarbon rantai panjang
dimana memiliki jumlah atom karbon lebih banyak maka titik didihnya lebih
tinggi.

Parafin dan aspaltin adalah deposit organic yang dapat menyebabkan


terjadinya penyumbatan pada formasi atau pada jaringan pengangkut.
Keduanya serupa tapi tak sama. Parafin adalah senyawa hidrokarbon rantai
lurus, N-alkana dengan rantai sangat panjang (C > 100) yang membentuk
struktur kristal. Parafin memiliki titik didih lebih dari 240oF. Alpalten
merupakan struktur benzen bermuatan, memiliki densitas yang tinggi,
membentuk molekul amorf (biasanya padatan britle/getas). Parafin dapat
meleleh sedangkan asphalten terdekomposisi, Deposit keduanya
mengambang di air dan larut di air.

Parafin larut dalam heptane dan crude oil sedangkan aspalten tidak.
Sebagian besar yang ditulisnya adalah benar, tapi ada beberapa hal yang
mungkin perlu diluruskan. Jadi yang namanya minyak bumi atau sering juga
disebut crude oil adalah merupakan campuran dari ratusan jenis hidrokarbon
dari rentang yang paling kecil, seperti metan, yang memiliki satu atom
karbon sampai dengan jenis hidrokarbon yang paling besar yang
mengandung 200 atom karbon bahkan lebih.

Secara garis besar minyak bumi dikelompokkan berdasarkan komposisi kimianya


menjadi empat jenis, yaitu :
1. Parafin
2. Olefin
3. Naften
4. Aromat

Tetapi karena di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan minnyak bumi
dalam bentuk olefin, maka minyak bumi kemudian dikelompokkan menjadi tiga
jenis saja, yaitu Parafin, Naften dan Aromat.
Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin atau
senyawa isomernya. Isomer sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa
hidrokarbon yang memiliki rumus kimia yang sama. Misal pada normal-butana
pada gambar berikut memiliki isomer 2-metil propana, atau kadang disebut juga
iso-butana. Keduanya memiliki rumus kimia yang sama, yaitu C4H10 tetapi
memiliki rumus bangun yang berbeda seperti tampak pada gambar.
Jika atom karon (C) dinotasikan sebagai bola berwarna hitam dan atom hidrogen
(H) dinotasikan sebagai bola berwarna merah. Senyawa hidrokarbon ‘normal’
sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon rantai lurus, sedangkan senyawa
isomernya atau ‘iso’ sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon rantai
cabang. Keduanya merupakan jenis minyak bumi jenis parafin.
Sedangkan sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi adalah
senyawa siklo-parafin yang disebut juga naften dan/atau senyawa aromat.
Berikut adalah contoh dari siklo-parafin dan aromat
‘Keluarga hidrokarbon’ terebut diatas disebut homologis, karena sebagian
besar kandungan yang ada dalam minyak bumi tersebut dapat dipisahkan kedalam
beberapa jenis kemurnian untuk keperluan komersial. Secara umum, di dalam
kilang minyak bumi, pemisahan perbandingan kemurnian dilakukan terhadap
hidrokarbon yang memiliki kandungan karbon yang lebih kecil dari C7. Pada
umumnya kandungan tersebut dapat dipisahkan dan diidentifikasi, tetapi hanya
untuk keperluan di laboratorium.
Campuran siklo parafin dan aromat dalam rantai hidrokarbon panjang dalam
minyak bumi membuat minyak bumi tersebut digolongkan menjadi minyak bumi
jenis aspaltin.
Minyak bumi di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk parafin murni
maupun aspaltin murni, tetapi selalu dalam bentuk campuran antara parafin dan
aspaltin. Pengelompokan minyak bumi menjadi minyak bumi jenis parafin dan
minyak bumi jenis aspaltin berdasarkan banyak atau dominasi minyak parafin
atau aspaltin dalam minyak bumi. Artinya minyak bumi dikatakan jenis parafin
jika senyawa parafinnya lebih dominan dibandingkan aromat dan/atau siklo
parafinnya. Begitu juga sebaliknya.
Dalam skala industri, produk dari minyak bumi dikelompokkan
berdasarkan rentang titik didihnya, atau berdasarkan trayek titik didihnya.
Pengelompokan produk berdasarkan titik didih ini lebih sering dilakukan
dibandingkan pengelompokan berdasarkan komposisinya.. Minyak bumi tidak
seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak bumi terdapat juga zat
pengotor (impurities) berupa sulfur (belerang), nitrogen dan logam. Pada
umumnya zat pengotor yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa
sulfur organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan hidrokarbon
pada umumnya, tetapi ada penambahan satu atau lebih atom sulfur dalam
molekulnya.
Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk
tiofen dan disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai
hidrokarbon panjang atau pada produk distilat pertengahan (middle distillate).
Selain itu zat pengotor lainnya yang terdapat dalam minyak bumi adalah berupa
senyawa halogen organik, terutama klorida, dan logam organik, yaitu natrium
(Na), Vanadium (V) dan nikel (Ni).
Titik didih minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti,
karena sangat bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai
hidrokarbonnya. Jika minyak bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon
rantai pendek dimana memiliki jumlah atom karbon lebih sedikit maka titik
didihnya lebih rendah, sedangkan jika memiliki hidrokarbon rantai panjang
dimana memiliki jumlah atom karbon lebih banyak maka titik didihnya lebih
tinggi.

2.3 Komponen Minyak Bumi


Apakah Minyak Bumi itu ?
Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menggunakan sumber energi
sebagai bahan bakar di antaranya: batu bara, bensin, minyak tanah, minyak diesel,
solar LPG, lilin dsb. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari minyak bumi.
Komponen-komponen apa sajakah yang terkandung dalam minyak
bumi ?
Di dalam minyak bumi terdapat campuran yang kompleks dari berbagai
macam hidrokarbon terutama alkana mulai dari yang paling sederhana seperti :
metana ( CH4 ), etana ( C2H6 ), propane ( C3H8 ) dan butana ( C4H10) sampai
dengan alkana yang berantai panjang lurus atau bercabang
Senyawa alkana yang paling banyak ditemukan dalam minyak bumi
adalah normal
Oktana dan isooktana ( 2,2,4- trimetil pentana )
CH3 H

CH3 – (CH2)6 – CH3 CH3 – C – CH2 - C – CH3

CH3 CH3
n-oktnan ( isooktana)
2,2,4 - trimetil pentana
Komponen lain yang terdapat pula di dalam minyak bumi adalah:
a. Hidrokarbon aromatis
Diantaranya adalah etil benzena

O - CH2 – CH3 Atau - CH2 – CH3

b. Sikloalkana
Sikloalkana yang ditemukan dalam minyak bumi adalah siklopentana dan
sikloheksana. Misalnya dalam senyawa metil siklopentana dan etil
sikloheksana.
dan etil sikloheksana dengan rumus Struktur:
CH2
H2C CH – CH3 H2C CH – CH2 – CH3
H2C CH2 H2C CH2
C C
CH2 H2
metil siklopentana etil sikloheksana
c. Senyawa anorganik
Senyawa anorganik yang sering terdapat bersama-sama alkan didalam
minyak bumi diantaranya : - belerang : 0,01-0,7 %
- nitrogen : 0,01-0,9 %
- oksigen : 0,06-0.4 %
dan sedikit senyawa organologam (vanadium dan nikel). Komposisi
kandungan senyawa anorganik dalam minyak bumi bergantung pada
tingkat penemuannya.
d. Senyawa hidrokarbon tak jenuh
Senyawa hidrokarbon tak jenuh, sedikit sekali terdapat dalam minyak
bumi, Karena senyawa tersebut mudah teradisi membentuk alkana.

2.4 Pemisahan Fraksi-fraksi Minyak Bumi


telah kita ketahui bahwa minyak bumi terdiri dari berbagai campuran
hidrokarbon. Komponen- komponenn dari minyak bumi itu disebut juga dengan
isstilah fraksi-fraksi minyak bumi yang daapt dipisahkan satu dengan yang lain
melalui proses penyulingan atu destilasi secara bertingkat-tingkat berdasarkan
perbedaan titik didih masing-masing komponennya.
Proses destilasi dikerjakan dengan menggunakan kolom-kolom destilasi ,
pada jarak tertentu, kolom-kolom dilengkapi dengan pelat-pelat yang mempunyai
bublle cup (tutup / sungkup gelembung). Pelat-pelat ini berguna untuk
memisahkan fraksi-fraksi yang mempunyai titik didih tertentu. Mula-mula minyak
mentah dipanaskan pada suhu sekitar 350 derajat celcius, kemudian dipompakan
kedalamj kolom destilasi. Sebagian dari minyak akan menguap dan naik ke atas
melalui bublle cup. Pada bublle cup ini, uap minyak yang mempunyai titik didih
tinggi diembunkan dan mencair. Uap yang tidak mencair akan naik terus ke atas
dan akan mencair pada bublle cup di atasnya. Uap yang tidak mencair pada saat
melalui bublle cup akan keluar sebagai gas, langsung dari kolom bagian atas.
Adeapun fraksi- fraksi yanmg diperoleh dari destialsi minyak bumi
tersebut adalah :
a. Gas
Umumnya gas terdiri dari campuran metana, etana , propane atau
isobutana, campuran gas ini kemudian dicairkan pada tekanan tinggi dan
diperdagangkan dengan nama LPG (Liquipied Petroleum Gas ). Gas yang
terdapat dalam LPG umumnya campuran propane, butana, dan isobutana.
LPG biasanya dikemas dalam botol-botol baja yang beratnya 15 kg,dan
dipakai sebagai bahan bakar rumah tangga.
b. Bensin
Bensin diperoleh sebagai hasil destilasi pada suhu 70-140. bensin banyak
digunakan sebagai bahan bakar mobil dan motor
c. Napta
Napta dikenal sebagai bensin berat, dan diperoleh sebagai hasil destilasi
yang mempunyai trayek titik didih antara 140-180.
Napta digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan senyawa-senyawa
kimia yang lain misalnya :etilena dan senyawa aromatik yang sering
digunakan untuk zat aditif pada bensin.
d. Kerosin
Kerosi mempunyai trayek didih antara 180-250. dalam kehiduan sehari-
hari, kerosin diperdagangkan dengan nama minyak tanah.
e. Minyak Diesel
Minyakm diesel mempunyai trayek titik didih 25-350°C minyak diesel
dipergunakan sebagai bahan bakar pada motor-motor diesel.
f. Fraksi yang menghasilkan minyak pelumas
Paraffin cair dan padat, teristimewa terdapat di Sumatera dan Kalimantan,
paraffin dipergunakan sebagai bahan bakar
g. Residu
Residu yaitu zat-zat yang masih tertinggal dalam ketel. Menghasilkan
petroleumasfalt yang dipakai pada konstruksi jalan
2.5. Proses Pembentukan Minyak Bumi

Membahas identifikasi minyak bumi tidak dapat lepas dari bahasan teori
pembentukan minyak bumi dan kondisi pembentukannya yang membuat suatu
minyak bumi menjadi spesifik dan tidak sama antara suatu minyak bumi dengan
minyak bumi lainnya.
Ada banyak hipotesa tentang terbentuknya minyak bumi yang
dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah :
1.Teori Biogenesis ( organik )
Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali
mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama.
Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859),
Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa:
“minyak dan gas bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta
tahun yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.”

2.Teori Abiogenesis ( Anorganik )


Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat
logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan
bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877)
mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap
pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah
pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai
terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan
dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta
ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di
atmosfir beberapa planet lain 2).
Dari sekian banyak hipotesa tersebut yang sering dikemukakan adalah
Teori Biogenesis, karena lebih bisa. Teori pembentukan minyak bumi terus
berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan teknik analisis minyak
bumi, sampai kemudian pada tahun 1984 G. D. Hobson dalam tulisannya yang
berjudul The Occurrence and Origin of Oil and Gas menyatakan bahwa : “The
type of oil is dependent on the position in the depositional basin, and that the oils
become lighter in going basinward in any horizon. It certainly seems likely that
the depositional environment would determine the type of oil formed and could
exert an influence on the character of the oil for a long time, even thought there is
evolution”
Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya
kebocoran kecil yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi
antara atmosfir dengan permukaan bumi, yang digambarkan dengan dua panah
dengan arah yang berlawanan, dimana karbon diangkut dalam bentuk karbon
dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir berasimilasi,
artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut.
Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi
makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).Dalam proses ini, terjadi
kebocoran kecil yang memungkinkan satu bagian kecil karbon yang tidak
dibebaskan kembali ke atmosfir dalam bentuk CO2, tetapi mengalami
transformasi yang akhir-nya menjadi fosil yang dapat terbakar. Bahan bakar fosil
ini jumlahnya hanya kecil sekali. Bahan organik yang mengalami oksidasi selama
pemendaman. Akibatnya, bagian utama dari karbon organik dalam bentuk
karbonat menjadi sangat kecil jumlahnya dalam batuan sedimen.
Pada mulanya senyawa tersebut (seperti karbohidrat, protein dan lemak)
diproduksi oleh makhluk hidup sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk
mempertahankan diri, untuk berkembang biak atau sebagai komponen fisik dan
makhluk hidup itu. Komponen yang dimaksud dapat berupa konstituen sel,
membran, pigmen, lemak, gula atau protein dari tumbuh-tumbuhan, cendawan,
jamur, protozoa, bakteri, invertebrata ataupun binatang berdarah dingin dan panas,
sehingga dapat ditemukan di udara, pada permukaan, dalam air atau dalam tanah.
Apabila makhluk hidup tersebut mati, maka 99,9 % senyawa karbon dan
makhluk hidup akan kembali mengalami siklus sebagal rantai makanan,
sedangkan sisanya 0,1 % senyawa karbon terjebak dalam tanah dan dalam
sedimen. Inilah yang merupakan cikal bakal senyawa-senyawa fosil atau dikenal
juga sebagai embrio minyak bumi. Embrio ini mengalami perpindahan dan akan
menumpuk di salah satu tempat yang kemungkinan menjadi reservoar dan ada
yang hanyut bersama aliran air sehingga menumpuk di bawah dasar laut, dan ada
juga karena perbedaan tekanan di bawah laut muncul ke permukaan lalu
menumpuk di permukaan dan ada pula yang terendapkan di permukaan laut dalam
yang arusnya kecil. Embrio kecil ini menumpuk dalam kondisi lingkungan
lembab, gelap dan berbau tidak sedap di antara mineral-mineral dan sedimen, lalu
membentuk molekul besar yang dikenal dengan geopolimer. Senyawa-senyawa
organik yang terpendam ini akan tetap dengan karakter masing-masing yang
spesifik sesuai dengan bahan dan lingkungan pembentukannya. Selanjutnya
senyawa organik ini akan mengalami proses geologi dalam perut bumi. Pertama
akan mengalami proses diagenesis, dimana senyawa organik dan makhluk hidup
sudah merupakan senyawa mati dan terkubur sampai 600 meter saja di bawah
permukaan dan lingkungan bersuhu di bawah 50°C.
Pada kondisi ini senyawa-senyawa organik yang berasal dan makhluk
hidup mulai kehilangan gugus beroksigen akibat reaksi dekarboksilasi dan
dehidratasi. Semakin dalam pemendaman terjadi, semakin panas lingkungannya,
penam-bahan kedalaman 30 - 40 m akan menaik-kan temperatur 1°C. Di
kedalaman lebih dan 600 m sampai 3000 m, suhu pemendaman akan berkisar
antara 50 - 150 °C, proses geologi kedua yang disebut katagenesis akan
berlangsung, maka geopolimer yang terpendam mulal terurai akibat panas bumi.
Komponen-komponen minyak bumi pada proses ini mulai terbentuk dan
senyawa–senyawa karakteristik yang berasal dan makhluk hidup tertentu kembali
dibebaskan dari molekul. Bila kedalaman terus berlanjut ke arah pusat bumi,
temperatur semakin naik, dan jika kedalaman melebihi 3000 m dan suhu di atas
150°C, maka bahan-bahan organik dapat terurai menjadi gas bermolekul kecil,
dan proses ini disebut metagenesis.
Setelah proses geologi ini dilewati, minyak bumi sudah terbentuk bersama-
sama dengan bio-marka. Fosil molekul yang sudah terbentuk ini akan mengalami
perpindahan (migrasi) karena kondisi lingkungan atau kerak bumi yang selalu
bergerak rata-rata se-jauh 5 cm per tahun, sehingga akan ter-perangkap pada suatu
batuan berpori, atau selanjutnya akan bermigrasi membentuk suatu sumur minyak.
Apabila dicuplik batuan yang memenjara minyak ini (batuan induk) atau minyak
yang terperangkap dalam rongga bu-mi, akan ditemukan fosil senyawa-senyawa
organik. Fosil-fosil senyawa inilah yang diten-tukan strukturnya menggunaan be-
berapa metoda analisis, sehingga dapat menerangkan asal-usul fosil, bahan
pembentuk, migrasi minyak bumi serta hubungan antara suatu minyak bumi
dengan minyak bumi lain dan hubungan minyak bumi dengan batuan induk.

2.6Kegunaan Minyak Bumi dan Residunya

Minyak bumi memiliki banyak kegunaan, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Bahan bakar gas
Terdapat dua jenis gas alam dalam bentuk cair yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar, yaitu:
1. Liquefied Natural Gas (LNG)
LNG dikenal juga sebagai gas rawa yang terdiri atas 90% metana dan
10% etena
2. Liquefied Petroleum Gas (LPG)
LPG sehari-hari dikenal sebagai gas elpiji yang memiliki komponen
utama propana (C3H8) dan butana (C4H10)
Bahan bakar gas umum digunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri.
Penggunaan bahan bakar gas bagi kendaraan bermotor yang bertujuan
mengurangi pencemaran udara. Selain itu, gas alam juga digunakan sebagai
bahan baku pembuatan plastik dan pembuatan zat aditif bensin.
b. Pelarut dalam industri. Contohnya, petroleum eter.
c. Bahan bakar kemdaraan bermotor. Contohnya, bensin dan solar.
d. Bahan bakar rumah tangga dan bahan baku pembuatan bensin. Contohnya,
kerosin atau minyak tanah.
e. Bahan bakar untuk mesin diesel (pada kendaraan bermotor, seperti bus, truk,
kereta api, dan traktor)
f. Minyak pelumas. Digunakan untuk pelumasan atau lubrikasi mesin-mesin.
g. Bahan pembuatan sabun dan detergen.
h. Residu minyak bumi, terdiri atas:
1. Paraffin: digunakan dalam pembuatan obat-obatan, kosmetik, dan lilin;
dan
2. Aspal: digunakan sebagai pengeras jalan raya.
Residu minyak bumi juga digunakan sebagai bahan dasar industry
petrokimia. Residu minyak bumi yang berupa senyawa alkana rantai
panjang diuraikan menjadi senyawa alkena, yaitu etena dan butadiena.
(-CH2 – CH2-) CH2 = CH2
Residu etena
[-CH2 – CH2 – CH2 – CH2 -] CH2 = CH – CH = CH2
Residu 1,3-butadiena
Senyawa alkena (etena) yang terbentuk dapat diolah lebih lanjut menjadi
senyawa karbon lain, diantaranya sebagai berikut:
a. Senyawa polietena (plastik)

n(CH2 = CH2) [CH2 – CH2]n

etena plastik polietena

b. Senyawa etanol
Etanol dibuat melalui reaksi hidrasi etena berikut :
CH2 = CH2 + H2O CH3 – CH3 – OH
Senyawa etanol hasil industri petrokimia digunakan untuk menaikan bilangan
oktan bensin.

2.7 Dampak Pembakaran Bahan Bakar


Minyak bumi merupakan campuran senyawa hidrokarbon sehingga
pembakaranya menghasilkan oksida karbon (CO dan CO 2) dan uap air. Selain senyawa
hidrokarbon, minyak bumi juga mengandung unsure belerang dan nitrogen sehingga
pembakaranya juga menghasilkan oksida belerang (SO 2 dan SO3) dan oksida nitrogen
(NO2). Senyawa-senyawa oksida tersebut dapat mencemari udara. Selain senyawa
oksida, timbel (Pb) yang dilepaskan oleh bensin yang mengandung TEL juga
menimbulkan penurunan kualitas udara. Oleh karena itu, negara-negara maju melarang
penggunaan bensin yang mengandung timbel.
1. Oksida Karbon
Unsure utama semua bahan bakar adalah karbon. Senyawa karbon yang
terbakar menghasilkan asap (partikel karbon padat di udara) dan oksida karbon.
Gas pencemar udara dari oksida karbon adalah karbon dioksida (CO 2) dan karbon
monoksida (CO).

a. Gas Karbon Dioksida (CO2)


Gas karbon dioksida yang dihasilkan secara alami dari proses
pernapasan dan pembakaran sempurna berbagai senyawa hidrokarbon.
Gas CO2 tidak membahayakan kesehatan, tetapi pada konsentrasi tinggi
(10%-20%) dapan menyebabkan pingsan karena CO 2 menggantikan posisi
oksigen dalam tubuh sehingga tubuh kekurangan oksigen. Senyawa
hidrokarbon (CxHy) yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor akan terbakar sempurna menghasilkan gas karbon dioksida dan
uap air sesuai persamaan reaksi berikut:

CxHy(l) + O2(g) CO2(g) + H2O(g)

Gas CO2 yang dihasilkan akan dimanfaatkan tumbuhan untuk


melakukan proses fotosintesis.

6CO2(g) + 6H2O(g) C6H12O6(s) + 6O2(g)

Kita ketahui bahwa penggunaan bahan bakar semakin meningkat,


sehingga produksi CO2 pun meningkat. Namun, jumlah pepohonan
semakin berkurang karena semakin maraknya penebangan hutan.
Akibatnya kadar CO2 yang berlebih ini membentuk lapisan CO 2 di atmosfer.
Lapisan CO2 di atmosfer menahan pancaran sinar inframerah yang
membawa energy panas dan seharusnya dipantulkan bumi sehingga
memuat bumi tetap hangat. Namun jika lapisan ini terus bertambah maka
akan meningkatkan suhu permukaan bumi. Gejala inilah yang disebut
sebagai efek rumah kaca (green house effect).

b. Gas Karbon Monoksida (CO)


Karbon Monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi
sangat beracun. Batas kadar CO dlam udara bersih adalah )0,1 bpj. Kadar
CO 100bpj di udara dapat mengkibatkan sakit kepala, lelah, sesak napas,
dan pingsan. Dalam waktu empat jam, hal ini dapat menimbulkan
kematian.
Gas CO sangat beracun karena dapat berikatan kovalen koordinasi
dengan hemoglobin (Hb). Gas CO bertindak sebagai ligan sehingga ikatan
antara Hb dan CO bersifat tidak dapat balik (irreversible).

Hb + CO HbCO

Ikatan itu tetap stabil hingga Hb dalam ikatan tersebut rusak. Ikatan
antara Hb dan gas O2 bersifat dapat balik (reversible) sehingga pada saat
digunakan untuk pembakaran O2 akan dilepas dan Hb dapat digunakan
kembali untuk mengikat oksigen.

Hb + 4O2 Hb(O2)4

Dalam darah sesorang yang keracunan gas CO masih terdapat oksigen,


namun oksigen tidak dapat digunakan karena semua Hb lebih mudah
berikatan dengan CO daripada O2.
Gas CO dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna
pada kendaraan bermotor.

CxHy(l) + O2(g) C(s) + CO2(g) + H2O(g)

Cara untuk menghasilkan pembakaran sempurna pada kendaraan


bermotor sebagai berikut:
1) Memelihara system pengaturan bahan bakar
2) Memeliharan system pengapian
3) Memelihara system pemasukan udara ke ruang bakar
4) Menggunakan katalis pada knalpot, untuk mengubah CO menjadi
CO2.

Penggunaan bahan bakar gas (BBG) yang menghasilkan


pembakaran sempurna harus digalakan sehingga dapat menekan
dampak negative terhadap udara.
2. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)
Oksida belerang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan
bermotor, asap industry, dan pembakaran batubara. Minyak bumi atau
batubara mengandung kadar belerang sekitar 0-6%. Belerang yang terdapat
dalam minyak bumi dan batu bara terbakar sesuai dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :

S(s) + O2(g) SO2(g)

Batas kadar SO2 dalam udara bersih adalah 0,0002 bpj (1/500 dari
batas kadar CO). gas SO2 dapat membahayakan kesehatan. Dalam jumlah
sedikit, gas ini dapat menyebabkan batuk-batuk dan sesak napas, sedangkan
dalam jumlah besar dapat merusak saluran pernapasan (radang
tenggorokan, radang paru-paru) serta menyebabkan kematian. Pencemaran
gas SO2 terhadap tumbuhan dapat menyebabkan pembentukan noda
cokelat pada daun bahkan menimbulkan kerontokan. Gas SO 2 di udara dapat
teroksidasi menghasilkan gas SO3.
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

Gas SO3 merupakan oksida asam yang mudah bereaksi dengan air
membentuk asam sulfat.

SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)

Reaksi pembentukan asam sulfat dapat terjasi di udara sehingga air


hujan yang sudah bereaksi dengan SO 3 bersifat asam. Air hujan yang
memiliki pH ≤ 5 dikenal sebagai hujan asam.
Hujan asam sangat membahayakan lingkungan karena dapat
menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
a. Gatal-gatal pada kulit
b. Karat pada pagar besi, jembatan atau kendaraan yang terbuat dari
besi
c. Rusaknya bangunan, patung, dan pagar tembok yang
mengandung kapur karena bereaksi dengan asam
d. Matinya ikan-ikan di danau karena air menjadi asam
e. Mengganggu pertumbuhan tanaman karena air tanah bersifat
asam.

3. Oksida Nitrogen
Senyawa nitrogen yang merupakan gas pencemar adalah oksida
nitrogen (NO, NO2) dan ammonia (NH3). Oksida nitrogen secara alami dapat
terbentuk dari reaksigas nitrogen dan gas oksigen di udara dengan bantuan
petir.

N2(g) + O2(g) 2NO2(g)

Minyak bumi mengandung nitrogen 0%-15% sehingga dari pembakaran


bahan bakar kendaraan bermotor atau aktivitas industry akan dihasilka gas
NO. gas NO di udara dapat teroksidasi menjadi gas NO 2.

2NO2(g) + O2(g) 2NO3(g)

Batas kadar NO2 untuk udara bersih adalah 0,001 bpj. Gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh udara yang tercemar gas NO 2 berupa
gangguan saluran pernapasan dan mata terasa perih. Gas NO 2 juga
merupakan oksida asam sehingga hasil reaksinya dengan air hujan dapat
menyebabkan hujan asam.

4. Logam Timbel (Pb)


Logam Pb dapat mencemari udara. Logam Pb yang terbakar membentuk
oksida Pb. Logam Pb bersifat racun karena dapat masuk ke dalam peredaran
darah dan merusak saraf otak. Logam Pb dalam senyawanya, yaitu TEL
(tetraethyllead) sengaja ditambahkan ke dalam bensin untuk meningkatkan
nilai oktan.. semakin tinggi nilai oktan, mutu bensin semakin baik. Bensin
premium dengan nilai oktan 87 mengandung 0,7 gram TEL dalam setiap
liternya.
Logam Pb dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak, menghambat
pertumbuhan, dan dapat menimbulkan kelumpuhan. Gejala keracunan
logam Pb, yaitu mual, anemia, dan sakit perut. Dari hasil penelitian, sayuran
yang dijual atau ditanam di pinggir jalan raya mengandung logam Pb di atas
ambang batas yang diizinkan. Selain penggunaan TEL pada bensin, sumber
pencemar logam Pb yang lain adalah penggunaan baterai, kabel, cat,
ondustri penyepuhan dan pestisida.

5. Partikulat
Partikel-partikel padat atau cair di udala disebut partikulat. Partikulat
padat disebut asap dan partikulat cair disebut kabut. Partikulat padat (asap)
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar terutama solar dan batubara,
pembakaran sampah, aktivitas gunung berapi, dan kebakaran hutan. Asap
juga dapat dihasilkan dari industry kimia.
Partikulat cair (kabut) terbentuk dari senyawa hidrokarbon yang
menguap. Keberadaan partikulat padat dan cair ditambah dengan adanya
oksida-oksida nitrogen, dan oksida belerang di udara, akan menimbulkan
asap kabut yang dikenal dengan istilah smog dan fog.
2.8 Daerah Pertambangan Minyak Bumi di Indonesia

Indonesia penambangan minyak terdapat di berbagai tempat, misalnya


Aceh, Sumatera Utara , Kalimantan , dan Irian Jaya. Daerah penghasil minyak
bumi terdiri atas 49 kabupaten (0-4 mil laut), 5 kota penghasil (0-4 mil laut) dan 4
propinsi penghasil (4-12 mil laut).
Pada tahun 2004, daerah yang memiliki wilayah Kabupaten/kota
terbanyak yang memproduksi minyak bumi adalah Sumatera Selatan dan
Kalimantan Timur (masing-masing 8 kabupaten/kota penghasil) dengan tingkat
lifting pada kisaran 38 juta barel per tahun namun kabupaten yang diperkirakan
produksinya paling besar adalah Bengkalis diikuti Rokan Hilir dan Kutai
Kertanegara.

2.9 Industri Petrokimia


Industri Petrokimia adalah industri yang memproduksi bahan-bahan kimia
dengan cara derivatisasi bahan baku minyak bumi, gas alam, serta residu minyak
bumi secara komersial
Beberapa industri lanjutan yang sangat erat hubungannya dengan
Petrokimia;
1. Industri plastik
2. Industri serat sintetis
3. Indsutri bahan pelumas
4. Industri pertisida
5. Industri pembuat Pelarut
Bahan dasar bagi industri Petrokimia:
a. Jenis paraffin dan olefin, seperti hidrokarbon dengan jumlah atom (1,2,3 dan
4) pembuatan asam asetat, karet dan fiber.
b. Jenis aromat (hidrokarbon aromatik) benzena, pembuatan plastik, penol dan
karet
Beberapa contoh proses kimia yang diterapkan pada industri pertokimia:
1. Alkilasi, yaitu penambahan gugus alkil pada suatu bahan induk, misalnya
bahan dasar detergen
2. Dealkilasi, penghilangan gugus alkil, misalnya pembuatan kapur barus
(naftalen) dari minyak bumi
3. Dehidrasi, penghilangan gugus H2O, misalnya pembuatan eter dan alcohol
4. Eterifikasi, pembuatan senyawa ester, misalnya pembuatan etil asetat, vinil
asetat
5. polimerisasi, pembentukan polier dari bahan yang lebih sederhana, misalnya
pembuatan plastik / karet sintetis.

Sandang

Dari bahan hidrokarbon yang bisa dimanfaatkan untuk sandang adalah PTA
(purified terephthalic acid) yang dibuat dari para-xylene dimana bahan dasarnya
adalah kerosin (minyak tanah). Dari Kerosin ini semua bahannya dibentuk
menjadi senyawa aromat, yaitu para-xylene. Rumus kimianya tahu kan?
Bentuknya senyawa benzen (C6H6), tetapi ada dua gugus metil pada atom C1 dan
C3 dari molekul benzen tersebut.
Para-xylene ini kemudian dioksidasi menggunakan udara menjadi PTA (lihat peta
proses petrokimia diatas). PTA yang berbentuk seperti tepung detergen ini
kemudian direaksikan dengan metanol menjadi serat poliester. Serat poli ester
inilah yang menjadi benang sintetis yang bentuknya seperti benang. Hampir
semua pakaian seragam yang adik-adik pakai mungkin terbuat dari poliester.
Untuk memudahkan pengenalannya bisa dilihat dari harganya. Harga pakaian
yang terbuat dari benang sintetis poliester biasanya relatif lebih murah
dibandingkan pakaian yang terbuat dari bahan dasar katun, sutra atau serat alam
lainnya.

Kehalusan bahan yang terbuat dari serat poliester dipengaruhi oleh zat penambah
(aditif) dalam proses pembuatan benang (saat mereaksikan PTA dengan metanol).
Salah satu produsen PTA di Indonesia adalah di Pertamina Unit Pengolahan III
dengan jenis produk dan peruntukannya disini.
Papan

Bahan bangunan yang berasal dari hidrokarbon pada umumnya berupa plastik.
Bahan dasar plastik hampir sama dengan LPG, yaitu polimer dari propilena, yaitu
senyawa olefin / alkena dari rantai karbon C3. Dari bahan plastik inilah kemudian
jadi bermacam-macam produk mulai dari atap rumah (genteng plastik), furniture,
peralatan interior rumah, bemper mobil, meja, kursi, piring, dll.

Seni

Untuk urusan seni, terutama seni lukis, peranan utama hidrokarbon ada pada
tinta /cat minyak dan pelarutnya. Mungkin adik-adik mengenal thinner yang biasa
digunakan untuk mengencerkan cat. Sementara untuk urusan seni patung banyak
patung yang berbahan dasar dari plastik atau piala, dll.

Hidrokarbon yang digunakan untuk pelarut cat terbuat dari Low Aromatic White
Spirit atau LAWS merupakan pelarut yang dihasilkan dari Kilang PERTAMINA
di Plaju dengan rentang titik didih antara 145oC – 195oC. Senyawa
hidrokarbonyang membentuk pelarut LAWS merupakan campuran dari parafin,
sikloparafin, dan hidrokarbon aromatik.

Estetika

Sebetulnya seni juga sudah mencakup estetika. Tapi mungkin lebih luas lagi
dengan penambahan kosmetika. Jadi bahan hidrokarbon yang juga digunakan
untuk estetika kosmetik adalah lilin. Misal lipstik, waxing (pencabutan bulu kaki
menggunakan lilin) atau bahan pencampur kosmetik lainnya, farmasi atau semir
sepatu. Tentunya lilin untuk keperluan kosmetik spesifikasinya ketat sekali. Lilin
parafin di Indonesia diproduksi oleh Kilang PERTAMINA UP- V Balikpapan
melalui proses  filtering press. Kualifikasi mutu lilin PERTAMINA berdasarkan
kualitas yang berhubungan dengan titik leleh, warna dan kandungan minyaknya.

Pangan

Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa organik yang


tersusun dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen.

Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana. Kalau atom karbon dinotasikan sebagai bola berwarna hitam, okeigen
berwarna merah dan hidrogen berwarna putih maka bentuk molekul tiga dimensi
dari glukosa akan seperti gambar disamping ini. Banyak karbohidrat yang
merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai
yang panjang serta bercabang-cabang.

Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat
dalam tumbuhan dan daging hewan. Selain itu, karbohidrat juga menjadi
komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam bentuk serat (fiber),
seperti  selulosa,  pektin, serta lignin.

Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh. Tubuh


menggunakan karbohidrat seperti layaknya mesin mobil menggunakan bensin.
Glukosa, karbohidrat yang paling sederhana mengalir dalam aliran darah sehingga
tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa. Gula ini
kemudian oleh sel dioksidasi (dibakar) dengan bantuan oksigen yang kita hirup
menjadi energi dan gas CO2 dalam bentuk respirasi / pernafasan. Energi yang
dihasilkan dan tidak digunakan akan disimpan dibawah jaringan kulit dalam
bentuk lemak.

Reaksi pembakaran gula dalam tubuh :

C6H12O6 (gula) + 6O2 -> Energi + 6 CO2 (udara yang dikeluarkan) + 6 H2O
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Minyak bumi uang terbentuk berasal dari fosil yang mengalami
pengendapan Berjuta-juta tahun lalu. Kemudian dilakukan pengeboran dan
diproses / dengan proses destilsi hingga menghasilkan minyak bumi. Adapun
mutu bensin yang baik itu yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

3.2 Saran
Oleh karena minyak bumi itu proses pembentukannya lama, maka kita
harus berhemat dalam pemanfaatannya, agar minyak bumi itu tidak cepat habis.
Dan penggunaan bensin / bahan bakar haruslah yang tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan alam sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Tim penulis, 1994. Kimia 1 SMU, Jakarta; Yusidtira


Sumarna, Omay. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas X Jilid 1, Bandung; Regina
http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/apa_komposisi_dari_minyak_bumi/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/kegunaan-minyak-
bumi-2/

You might also like