You are on page 1of 29

Kata pengantar

Assalamualaikum wr,,,wb

Alhamdulilah segala fuji bagi Allah swt yang sampai saat ini kita
masih diberiNya kesempatan untuk membaca makalah yang
berisikan materi tentang sagala benda langit serta proses-
proses kejadiannya.

Dengan selesainya makalah ini saya selaku penulis sangat


amat berterima kasih atas bersedianya para pembaca yang
telah menyempatkan waktu untuk membaca dan memahami
makalah yang telah saya tulis.

Saya sadari dalam penulisan ini banyak ditemukan kesalahan,


namun saya hanyalah manusia biasa yang tak pernah luput
dari kesalahn dan hanya Allah swt yang maha semperna. Oleh
sebab itulah sayang sangat mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif demi untuk menembah ilmu dan wawasan kita
semua. Dan semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita
semua khususnya untuk saya selaku penulis serta bisa kita
bermanfaat untukhari depan
1,1 Kosmografi dan Antariksa Kuno
Pengertian Antariksa
Pengetahuan manusia tentang alam semesta/antariksa dan alam perbintangan
sudah sejak zaman purba. Bangsa-bangsa Persia, Sumeria, Babylonia, Asyria dll
sudah mempunyai pengetahuan yang dalam tentang Ilmu Bintang-bintang. Di
tahun 1500-an M Ilmu Bintang (astronomi) berkembang sebagai ilmu
pengetahuan. Ilmu Bintang ini dipelajari hingga sekarang. Tidak dapat
disangkal berkat petahuan ini manusia sekarang berhasil dalam usahanya
menaklukkan ruang angkasa.
Kosmografi
Ilmu Kosmografi adalah bagian Ilmu Bintang. Dalam Ilmu Kosmografi
diperbincangkan keadaan-keadaan yang telah ada dalam alam-raya. Tugas ilmu
kosmografi mernberi pelajaran kepada kita tentang riwayat pertumbuhan
kosmos.
Kosmografi memberi pergetahuan hubungan alam semesta benda-benda langit
matahari, bulan, bintang-bintang, bumi dan sebagainya. Tetapi objek-objek
langit ini hanya dipandang sebagai bagian alam amat kecil terhadap kosmos
yang maha besar itu.
Kosmografi pada khususnya, ilmu bintang-bintang pada umumnya,
dipergunakan diberbagai cabang ilmu pengetahuan: ilmu pelayaran, ilmu
penerbangan, ilmu ukur tanah, penetapan waktu, penetapan musim, perhitungan
tinggi air pasang, perhitungan gerhana, dll.
Keadaan-keadaan: suhu berjuta derajat tingginya, tekanan berjuta atmosfer
besarnya, vakum berlipat rendahnya, atau ruang tak berdinding dan
pengaruhnya terhadap sifat-sifat materi tak mungkin atau sukar dicapai di
laboratorium. Untuk mengetahui hal demikian, Ilmu Astrofisikalah yang dapat
menjawabnya. Perkembangan sangat cepat sebagian ilmu astronomi dan saling
pengaruhnya terhadap ilmu alam yang lain pada dasawarsa ini memperluas
perkembangan ilmu teknik.

Prinsip kosmologi
Prinsip kosmologi tidaklah benar-benar sebuah prisip, melainkan asumsi yang
digunakan untuk membatasi dari begitu banyaknya teori kosmologi yang
mungkin. Prinsip ini diturunkan dari pengamatan alam semesta dalam skala
besar, dan menyatakan bahwa
Pada skala yang besar, alam semesta adalah homogen dan isotropik.
Penjelasan
Dalam sudut pandang kosmologi, galaksi merupakan struktur yang sangat kecil
di alam semesta. Bahkan kluster galaksi (yang dapat beranggotakan hingga
ribuan galaksi) pun hanyalah sebuah fluktuasi kecil dalam hal kerapatan alam
semesta. Dengan demikian, pada skala besar, alam semesta tampak memiliki
kerapatan yang sama dimana pun kita berada. Pada skala ini kita tidak lagi
memiliki acuan arah atau acuan tempat. Atau dengan kata lain, pada skala besar,
alam semesta akan tampak sama di semua arah untuk pengamat yang berada di
manapun, yang membuatnya nampak tidak terbatas luasnya. Prinsip ini
konsisten dengan pengamatan dari Bumi. Berdasarkan pengamatan, prinsip
tersebut menyatakan bahwa Bumi bukanlah tempat yang istimewa.

1.2 Jagad Raya


A. Galaksi atau Galaktika
Pada waktu malam, jika langit bersih dan bulan tidak menampakkan dirinya
(bulan mati) kita bisa melihat selempeng putih dan membentang di belahan
bumi selatan. Selempeng putih itu kelihatan seperti bintik-bintik kabut yang
jumlahnya berjuta-juta. Para ahli astronomi bertanya-tanya “Apakah gerangan
selempeng putih yang seperti kabut itu ? Apakah awan ? kalau awan, mengapa
tempatnya selalu tetap ? yaitu dilangit sebelah selatan atau utara sekitar rasi
Sagitarius, Skorpio atau pari (selatan) dan rasi aquila, ctgmis atau Orion
(utara) ? Apakah itu bukan bintang yang jumlahnya sangat banyak ?. salah
seorang ahli astronomi, yaitu Gallei dengan teliti mengamatinya, akhirnya dia
menyimpulkan bahwa selempang putih hanya kelihatan seperti kabut adalah
bintang yang jumlahnya berjuta-juta.
Apakah nama selempang putih yang ternyata kelompok jutaan bintang itu ? para
ahli astronomi menyebutnya Galaksi (galaxy) dalam bahasa Inggris disebut
milky way, maksud semua istilah itu sama yaitu sekumpulan bintang yang
jumlahnya berjuta-juta bahkan bermilyard-milyard, yang tampak seperti
selempeng kabut. Menurut para ahli astronomi, dijagat raya ini beribu-ribu
galaksi, matahari kita dan planet serta satelitnya terletak pada salah satu galaksi,
matahari kita dan planet serta satelitnya terletak pada salah satu galaksi yang
jumlahnya ribuan itu nama galaksi, kita berada disebut Bima sakti.
Galaksi Bima sakti itu menurut para ahli, diameter Bima sakti (yaitu dari satu
tepi yang lain) sebesar 100.000 th cahaya, sedangkan tebal bagian tengah
cakram Bima sakti sebesar 10.000 tahun cahaya.
B. Matahari merupakan sebuah bintang
Matahari kita merupakan dapur raksasa tempat proses ledakan nuklir yang
sangat dahsyat pada pusat matahari terjadi ledakan inti Hidrogen menjadi
helium, dari proses itu lahirlah panas yang tinggi dipusat matahari Suhu
matahari sekitar 3 juta derajat celcius. Panas itu merambat dari bagian dalam
kebagian luar bola matahari, dipermukaanya tercatat suhu sekitar 6.000 derajat
celcius, panas inilah yang dipancarkan keruang angkasa sehingga akhirnya
mencapai permukaan bumi setelah menempuh jarak 149,6 juta km.
Bagian luarnya yang tampak menyerupai piring berwarna emas dinamakan
fotosfer (photosphere).
Bagian atas permukaan fotosfer terdapat lap[isan atmosfer matahari yang paling
bawah yang materialnya sangat jarang, lapisan ini dinamakan khromosfer
(chromosphere) diluarnya terdapat lapisan korona.
Bagian permukaan fotosfer ada kalanya terjadi semburan material matahari
kearah luar yang kemudian jatuh kembali dipermukaan matahari, yang
dinamakan prominences.
Dipermukaan matahari juga terdapat fenomena lain yang disebut bintik
matahari (sunspots). Bintik matahari adalah bagian permukaan matahari yang
suhunya lebih rendah daripada suhu disekitarnya.
Lebih-lebih lagi ditengah antara bintik-bintik itu terdapat bagian yang
memancar jauh lebih terang bagian yang terang dinamakan flare.
Matahari merupakan bintang yang berwarna kuning. Bintang yang ada di jagat
raya mempunyai ukuran berbeda-beda ada yang sangat besar, ada yang sedang,
dan ada yang sangat kecil ialah bintang betal jusa (betel quese). Capello pada
rasi auriga, antares berwarna merah yang kuning bersuhu lebih tinggi daripada
yang merah yang lebih panas dari matahari ialah bintang yang berwarna putih
seperti bintang sirias pada rasi canin mayor dan vega pada rasi lyra. Bintang
yang paling panas yang berwarna kebiru-biruan seperti bintang spica pada rasi
virgo dan bintang antares yang terletak dirasi scorpio.
Ukuran bintang tidak hanya mengenai besar atau volumenya tetapi juga
mengenai tingkat terangnya atau magnitudo. Istilah terang atau besar magnitudo
tidak berarti terang atau besar yang sebenarnya. Tetapi terang atau besar semu,
yaitu kesan yang hanya diterima oleh mata kita.
Lidah api adalah massa gas yang memijar yang membubung tinggi sampai
ribuan kilometer, kecepatan menjulurnya mencapai ratusan kilometer per detik.
Lidah api terdiri atas bahan elektron dan proton yang berasal dari atom
hidrogen. Sebagian dari proton elektron ini ada yang sampi kebumi setelah 12-
76 jam. Namun pancaranya sudah sampai ke permukaan bumi hanya dalam
waktu sekitar 8-10 menit, sebelum masuk keatmosfer bumi, partikel proton dan
elektron ini telah ditangkap oleh sabuk Van Allen, sehingga kecepatannya
diperkecil. Pada saat itu terjadi tabrakan antara partikel elektron dan proton
dengan atom-atom oksigen dan nitrogen. Orang yang tinggal didekat kutub bisa
melihat apa yang disebut aurora yang berwarna merah, hijau atau biru. Kadang-
kadang juga warna lembayung yang ada pada atmosfer bagian atas.

1.3 Teori terjadinya Tata Surya


Dibagian depan sudah dijelaskan adanya dua pendapat tentang pusat beredarnya
planet-planet dan satelit pada sistem tata surya yang pertama disebut sistem
Geosentris dikemukakan oleh Claudius Ptole Maeus pada abad ke 2 M, yang
kedua disebut sistem Heliosentris yang dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus
pada abad ke 16. Pendapat Copernicus mendapat banyak dukungan antara lain
Johannes Kepler dan Galileo Galilei yang hukum-hukumnya sudah disinggung
sedikit karena Copernicus disebut bapak astronomi modern.
Beberapa teori tentang terjadinya tata surya sebagai berikut. Bahwa tata surya
terbentuk dari material purba yang berputar dengan arah seperti diatas arah
negatif. Sekaligus pada kenyataannya, terdapat penyimpangan arah rotasi dari
arah yang umum
I. TEORI NEBULAE (kant dan laplace)
Immanuel Kant (1749-1827) seorang ahli filsafat Jerman membuat suatu
hipotensis tentang terjadinya tata surya. Dikatakan bahwa dijagad raya terdapat
gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu lama-
kelamaan berunah menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi matahari dan
bagian kabut sekitarnya menjadi planet-planet dan satelit.
Pada waktu yang hampir bersamaan tanpa komunikasi, seorang ahli fisika
Perancis bernama Pierre Simon De Laplace, mengemukakan teori yang hampir
sama dikatakan ; bahwa tata surya berasal dari kabut yang membentuk bentukan
bulat seperti bola yang besar, makin mengacil bola itu, makihn cepatlah
pilihannya. Akibatnya, bentuk bola itu memepat pada tubuhnya dan melebar
dibagian ekuatornya, bahkan kemudian sebagian masasa gas diekuatornya
menjauh dari gumpalan intinya, membentuk gelang-gelang, lama-kelamaan
gelang itu berubah menjadi gumpalan planet, itulah planet-planet dan satelitnya.
Sedangkan bagian inti kabut itu tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat,
sedangkan matahari yang kita lihat saat ini.
II. TEORI PLANETESIMAL (Moolton dan Chamberlin)
Thomas C. Chamberlin (1848-1928) seorang ahli geologi dan Forest R.
Moolton (1872-1952) seorang ahli astronomi, keduanya ilmuwan Amerika
dikenal dengan Teori Planetesimal (berarti planet kecil) karena planet terbentuk
dari benda padat yang memang telah ada.
Menurut teori ini matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang
yang banyak. Pada waktu bintang itu menjauh, menurut Moolton dan
Chamberlin, sebagai massa matahari jatuh kembali kepermukaan matahari dan
sebagian lagi yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet-
planet yang beredar pada orbitnya.
III. TEORI PASANG SURUT (Jeans dan Jeffreys)
Teori planetesimal itu hampir sama dengan teori pasang surut yang
dikemikakan oleh Sir James (1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891) keduanya
ilmuwan Inggris.
Jeans dan Jeffreys melukiskan bahwa setelah bintangitu berlalu, massa matahari
yang lepas itu membentuk bentukan cerutu yang mencorok kearah bintang,
kemudian membeku menjadi planet-planet. Teori ini menjelaskan, apa sebab
planet-planet dibagian tengah, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus
merupakan planet raksasa, sedangkan dibagian ujungnya Merkurius dan Venus
didekat matahari dan pluto diujung lain merupakan planet yang lebih kecil.
IV . TEORI AWAN DEBU (Van Weiz Saecker)
Pada tahun 1940 seorang astronomi Jerman bernama Carl Van Weiz Saecker
mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan tori awan debu (The dust
cloud theory). teori ini kemudian dikembangkan lagi oleh ahli astronomi lain
yaitu Geerard P. Kuiper (1950), Subrah Manyan chandra Sekhar, dll.
Pada dasarnya teori ini mengemukakn, bahwa tata surya itu terbentuk dari
gumpalan awan gas dan debu pada proses pemepatan partikel. Debu tertarik
kebagian pussat awan itu, membentuk gumpalan gas itu memipih menyerupai
bentuk cakram yang tebal dibagian tengah dan lebih tipis dibagian tepinya.
Partikel=partikel dibagian tengah saluran itu kemudian saling menekan,
sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar. Bagian inilah yang kemudian
menjadi matahari.

IV. TEORI BINTANG KEMBAR


Teori ini sebetulnya hampir sama dengan teori pasang surut Jeffreys. Menurut
teori ini, terjadilah tata surya mula-mula matahari kita merupakan bintang
kembar yang lletaknya berdekatan. Kemudian salah satu bintang itu meledak,
pecah-pecahnya berputar mengelilingi bintang satunya yang tidak meledak.
Dijagad raya ini terdapat beberapa bintang kembaryang letaknya berdekatan
satu sama lain, diantara kedua bintang itu terdapat hubungan unik, ada beberapa
bintang kembar, misalnya : Alpha Centauri dan Antares (rasi Scorpio) dan
Aldeberan (rasi Taurus).
Dari kelima teori diatas teori yang dianggap paling benar adalah teori bintang
kembar .
Berikut penjelasannya:
Pada tahun 1922, meteorologiwan dan matematikus asal Rusia, Alexander
Friedman menggunakan teori Relativitas Umum Einstein untuk menyusun
sebuah model dari perluasan/pengembangan alam semesta. Seorang
kosmologiwan dan rohaniwan asal Belgia, George Lemaitre secara indipenden
melakukan hal yang sama pada tahun 1927 dan memberikan nama bagi kondisi
awal alam semesta yang sangat kecil sekali tersebut sebagai “atom primodial”.
Pada tahun 1946, fisikawan Rusia-Amerika, George Gamow mampu
mempertunjukkan 300 ribu tahun pertama dari eksistensi alam semesta,
suhunya, dan kepadatan yang begitu besar yang tidak satupun struktur yang ada
sekarang bisa eksis dan yang hanya berisi partikel-partikel elemen dan radiasi.
Menurut teori, awal bagi “ledakan besar” adalah tidak ada apapun; saat dan
setelah momen (“ledakan besar”) tersebut barulah ada sesuatu, yaitu alam
semesta kita. Oleh karena itu, teori Ledakan Besar adalah suatu usaha untuk
menjelaskan apa yang terjadi saat dan setelah momen (setelah ledakan besar)
tersebut. Jika alam semesta kita berawal dari sesuatu yang sangat kecil sekali,
sangat panas, ketunggalan yang sangat padat, lalu dari manakah asal dari
ketunggalan ini? Teori Ledakan Besar tidak mampu menjelaskan hal ini.
Teori Ledakan Besar juga dianut oleh banyak ahli teologi di Eropa seperti Paus
Pius XII. Pada tahun 1951, Paus Pius XII menghubungkan perkataan Tuhan
dalam Kitab Kejadian, “Jadilah terang,” untuk menyebut ledakan yang terjadi
pada “ledakan besar” dan sejak saat itu, teori Ledakan Besar menjadi teori yang
populer sebagai teori awalnya semesta.
Apakah mungkin bagi ilmuwan Buddhis dari suku Sinhala di Sri Lanka
mengusung sebuah teori yang akan menjelaskan mengenai alam semesta?
Menurut Buddhisme, ruang dan waktu hanyalah konsep yang diciptakan oleh
persepsi kita terhadap dunia, dan tidak ada eksistensi yang terlepas dari persepsi
kita. Dengan kata lain, mereka adalah hal yang tidak “nyata”.
Disamping itu terdapat gerombolan bintang yang disebut Cluster. Ada yang
berbentuk membulat seperti bola disebut globolar Cluster. Jika dilihat dengan
mata telanjang (tanpa alat), maka Cluster ini seperti suatu bintang yang agak
besar, namun jika dilihat dengan alat (teropong) akan tampak bahwa sebetulnya
terdiri atas ribuan bintang yang ukurannya sangat kecil yang letaknya
bergerombol.
Teori pasang surut James-Jeffreys dan teori bintang kembar yang muncul
sekitar tahun 1930, kurang mempunyai pengaruh karena dibayangkan.

1.4 Alam semesta

Alam semesta, kata ini digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu
kontinu di mana kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya pada
pertengahan pertama abad ke-20. Usaha untuk memahami pegertian alam
semesta dalam lingkup ini pada skala terbesar yang memungkinkan, ada pada
kosmologi, ilmu pengetahuan yang berkembang dari fisika dan astronomi.
Pada pertengahan terakhir abad ke-20, perkembangan kosmologi berdasarkan
pengamatan, juga disebut fisika kosmologi, mengarahkan pada pembagian kata
alam semesta, antara kosmologi pengamatan dan kosmologi teoritis; yang
(biasanya) para ahli menyatakan tidak ada harapan untuk mengamati
keseluruhan dari ruang waktu kontinu, kemudian harapan ini dimunculkan,
mencoba untuk menemukan spekulasi paling beralasan untuk model
keseluruhan dari ruang waktu, mencoba mengatasi kesulitan dalam
mengimajinasikan batasan empiris untuk spekulasi tersebut dan risiko
pengabaian menuju metafisika.
.

Alam semesta teramati


Alam semesta teramati adalah istilah dalam kosmologi Big Bang untuk
menggambarkan daerah berbentuk bola di alam semesta yang mengelilingi
pengamat di mana obyek-obyek dapat diamati karena jaraknya cukup dekat,
artinya ada cukup waktu untuk ditempuh cahaya dari obyek itu ke pengamat.
Setiap posisi memiliki alam semesta teramati sendiri.
Kata teramati di sini tidak ada hubungannya dengan kemampuan teknologi
modern untuk mendeteksi radiasi dari obyek di dalam daerah ini, melainkan
dengan kemungkinan cahaya atau radiasi lain dari obyek mencapai pengamat.
Banyak artikel kosmologi menggunakan istilah "alam semesta" untuk menyebut
"alam semesta teramati". Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan kita untuk
mengetahui bagian alam semesta di luar alam semesta teramati. Selain itu,
terdapat hipotesis bahwa mungkin saja alam semesta sesungguhnya lebih kecil
daripada alam semesta yang teramati. Dalam hal ini, galaksi-galaksi yang
kelihatan jauh sebenarnya adalah duplikat dari galaksi-galaksi yang lebih dekat.
Hipotesis ini sulit dibuktikan.

Pandangan Manusia tentang Alam Semesta


Sejak ribuan tahun lalu, manusia takjub menyaksikan keindahan langit malam
bertaburan penuh bintang yang bergeser tiada henti-hentinya. Bertanya-tanya
pada diri sendiri atau pada sesamanya: Apakah sesungguhnya titik-titik cahaya
di langit yang ribuan jumlahnya? Berapa jauhkah mereka dari bumi? Di
manakah kiranya tempat bumi ini di jagat-raya tersebut? Apakah bumi diam diri
tidak bergerak di tengah-tengah alam semesta? Bagaimanakah asal mula
terjadinya jagat-raya beserta segala isinya ini? Karena tidak dapat memperoleh
jawaban, diciptakanlah banyak mitos-mitos dan dongeng-dongeng tidak masuk
akal, baik mengenai keadaan benda-benda langit tersebut maupun mengenai
kelahiran alam semesta ini.
Seiring perkembangan zaman, lahirlah beberapa pandangan para ahli
perbintangan memecahkan rahasia di alam semesta ini dengan berbagai
hipotesis ilmiah sesuai dengan tingkat perkembangan teknologi dan
pengetahuan saat itu.
1.5 Planet

Planet-planet dalam Tata Surya:


1. Merkurius
2. Venus
3. Bumi
4. Mars
5. Jupiter
6. Saturnus
7. Uranus
8. Neptunus

Planet adalah benda langit yang memiliki ciri-ciri berikut:


• mengorbit mengelilingi bintang atau sisa-sisa bintang;
• mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri agar
dapat mengatasi tekanan rigid body sehingga benda angkasa tersebut
mempunyai bentuk kesetimbangan hidrostatik (bentuk hampir bulat);
• tidak terlalu besar hingga dapat menyebabkan fusi termonuklir terhadap
deuterium di intinya; dan,
• telah "membersihkan lingkungan" (clearing the neighborhood;
mengosongkan orbit agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran
cukup besar lainnya selain satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam sistem Tata Surya terdapat delapan
planet. Hingga 24 Agustus 2006, sebelum Persatuan Astronomi Internasional
(International Astronomical Union = IAU) mengumumkan perubahan pada
definisi "planet" sehingga seperti yang tersebut di atas, terdapat sembilan planet
termasuk Pluto, bahkan benda langit yang belakangan juga ditemukan sempat
dianggap sebagai planet baru, seperti: Ceres, Sedna, Orcus, Xena, Quaoar, UB
313. Pluto, Ceres dan UB 313 kini berubah statusnya menjadi "planet
kerdil/katai."
Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani Asteres Planetai yang artinya
Bintang Pengelana. Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang biasa,
Planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana (berpindah-pindah) dari rasi
bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini (pada masa
sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari. Namun
pada zaman Yunani Kuno yang belum mengenal konsep heliosentris, planet
dianggap sebagai representasi dewa di langit. Pada saat itu yang dimaksud
dengan planet adalah tujuh benda langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus,
Mars, Jupiter dan Saturnus. Astronomi modern menghapus Matahari dan Bulan
dari daftar karena tidak sesuai definisi yang berlaku sekarang. Sebelumnya,
planet-planet anggota galaksi Bimasakti ada 9, Merkurius, Venus, Bumi, Mars,
Jupiter/Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Namun, tanggal 26
Agustus 2006, para ilmuwan sepakat untuk mengeluarkan Pluto dari galaksi
Bimasakti sehingga jumlah planet pada galaksi Bimasakti jumlahnya ada 8.

Planet dalam tata surya


Menurut IAU (Persatuan Astronomi Internasional), terdapat sembilan planet
dalam sistem Tata Surya:
1. Merkurius
2. Venus
3. Bumi
4. Mars
5. Yupiter
6. Saturnus
7. Uranus
8. Neptunus
9. Pluto

Sejarah
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengertian istilah “planet”
berubah dari “sesuatu” yang bergerak melintasi langit (relatif terhadap latar
belakang bintang-bintang yang “tetap”), menjadi benda yang bergerak
mengelilingi Bumi. Ketika model heliosentrik mulai mendominasi pada abad
ke-16, planet mulai diterima sebagai “sesuatu” yang mengorbit Matahari, dan
Bumi hanyalah sebuah planet. Hingga pertengahan abad ke-19, semua obyek
apa pun yang ditemukan mengitari Matahari didaftarkan sebagai planet, dan
jumlah “planet” menjadi bertambah dengan cepat di penghujung abad itu.
Selama 1800-an, astronom mulai menyadari bahwa banyak penemuan terbaru
tidak mirip dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas
dan Vesta, yang telah diklasifikasikan sebagai planet hingga hampir setengah
abad, kemudian diklasifikan dengan nama baru "asteroid". Pada titik ini,
ketiadaan definisi formal membuat "planet" dipahami sebagai benda 'besar'
yang mengorbit Matahari. Tidak ada keperluan untuk menetapkan batas-batas
definisi karena ukuran antara asteroid dan planet begitu jauh berbeda, dan banjir
penemuan baru tampaknya telah berakhir.
Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Setelah pengamatan-pengamatan
awal mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto berukuran lebih besar dari Bumi,
IAU (yang baru saja dibentuk) menerima obyek tersebut sebagai planet.
Pemantauan lebih jauh menemukan bahwa obyek tersebut ternyata jauh lebih
kecil dari dugaan semula, tetapi karena masih lebih besar daripada semua
asteroid yang diketahui, dan tampaknya tidak eksis dalam populasi yang besar,
IAU tetap mempertahankan statusnya selama kira-kira 70 tahun.
Pada 1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan obyek-obyek sejenis
Pluto di daerah yang relatif sama. Seperti Ceres dan asteroid-asteroid pada masa
sebelumnya, Pluto ditemukan hanya sebagai benda kecil dalam sebuah populasi
yang berjumlah ribuan. Semakin banyak astronom yang meminta agar Pluto
didefinisi ulang sebagai sebuah planet seiring bertambahnya penemuan obyek-
obyek sejenis. Penemuan Eris, sebuah obyek yang lebih masif daripada Pluto,
dipublikasikan secara luas sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini semakin
mengemuka. Akhirnya pada 24 Agustus 2006, berdasarkan pemungutan suara,
IAU membuat definisi planet. Jumlah planet dalam Tata Surya berkurang
menjadi 8 benda besar yang berhasil “membersihkan lingkungannya”
(Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus), dan
sebuah kelas baru diciptakan, yaitu planet katai, yang pada awalnya terdiri dari
tiga obyek, Ceres, Pluto dan Eris.

Sejarah nama-nama planet


Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars,
Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua
bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama
sendiri untuk masing-masing planet (lihat tabel nama planet di bawah). Pada
abad ke-6 SM, bangsa Yunani memberi nama Stilbon (cemerlang) untuk Planet
Merkurius, Pyoroeis (berapi) untuk Mars, Phaethon (berkilau) untuk Jupiter,
Phainon (Bersinar) untuk Saturnus. Khusus planet Venus memiliki dua nama
yaitu Hesperos (bintang sore) dan Phosphoros (pembawa cahaya). Hal ini
terjadi karena dahulu planet Venus yang muncul di pagi dan di sore hari
dianggap sebagai dua objek yang berbeda.
Pada abad ke-4 SM, Aristoteles memperkenalkan nama-nama dewa dalam
mitologi untuk planet-planet ini. Hermes menjadi nama untuk Merkurius, Ares
untuk Mars, Zeus untuk Jupiter, Kronos untuk Saturnus dan Aphrodite untuk
Venus.
Pada masa selanjutnya di mana kebudayaan Romawi menjadi lebih berjaya
dibanding Yunani, semua nama planet dialihkan menjadi nama-nama dewa
mereka. Kebetulan dewa-dewa dalam mitologi Yunani mempunyai padanan
dalam mitologi Romawi sehingga planet-planet tersebut dinamai dengan nama
yang kita kenal sekarang.
Hingga masa sekarang, tradisi penamaan planet menggunakan nama dewa
dalam mitologi Romawi masih berlanjut. Namun demikian ketika planet ke-7
ditemukan, planet ini diberi nama Uranus yang merupakan nama dewa Yunani.
Dinamakan Uranus karena Uranus adalah ayah dari |Kronos (Saturnus).
Mitologi Romawi sendiri tidak memiliki padanan untuk dewa Uranus. Planet
ke-8 diberi nama Neptunus, dewa laut dalam mitologi Romawi.

Nama planet dalam bahasa lain


Utaare Qam Marri Musht
Arab Syams Zuhra Ard Zuhal Uraanus Niftuun
d ar kh arie
Belan Mercu Venu Aard Satur
Zon Maan Mars Jupiter Uranus Neptunus
da rius s e nus
Benga Shukr PrithiChan Mang Brihas
Surya Budh Shani - -
li a vi d al pati
Canto Taiyeu Suisin Gums Deiq Yueq Fuosi Moqsi
Tousi Tinwong Huoiwon
n ng g ing ao ao ng ngng sing gsing
Filipi Merku Daig Buw Mart Hupite
Satur
Araw Beno Urano Neptuno
na ryo dig an e r no
Gujar Shukr Prath Chan Mang Prajapat
Surya Budh Guru Shani Varun
ati a ivi dra al hie
Indon Matah Merku Venu Bula Yupite Satur
Bumi Mars Uranus Neptunus
esia ari rius s n r nus
Inggri Mercu Venu Moo Satur
Sun Earth Mars Jupiter Uranus Neptune
s ry s n n
Srenge Kejor Wula Angg Respat
Jawa Buda Jagad Sani - -
nge a n ara i
Jepan Kinse Chik Mokus Ten'ouse
Taiyou Suisei TsukiKasei Dosei Kaiousei
g i yuu ei i
Jerma Merku Venu Mon Satur
Sonne Erde Mars Jupiter Uranus Neptun
n r s d n
Mercu Venu Satur
Latin Sol Terra Luna Mars Jupiter Uranus Neptunus
rius s nus
Melay Matah Zuhra Bula Mari Musyt
Utarid Bumi Zuhal Uranus Neptun
u ari h n kh ari

1.6 Raksasa gas

Empat raksasa gas dalam Tata Surya dan tepian Matahari, memperlihatkan
skala
Raksasa gas adalah planet besar yang tidak terdiri dari bebatuan atau benda
padat lainnya. Raksasa gas mungkin memilik inti batu atau besi; dalam
kenyataan, diharapkan gas raksasa mungkin memiliki inti tersebut supaya dapat
terbentuk; tetapi mayoritas inti masanya dalam bentuk gas (atau gas yang
terkompresi dalam bentuk cair). Tidak seperti planet batuan, raksasa gas tidak
memiliki permukaan yang didefinisikan dengan jelas. Istilah seperti diameter,
area permukaan, isi, suhu permukaan dan kepadatan permukaan mungkin
menuju ke lapisan terluar yang tampak dari luar, misal dari Bumi.
Ada empat raksasa gas dalam tata surya kita: Jupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus. Mereka juga dikenal sebagai planet Jovian.
Uranus dan Neptunus sering dikatakan oleh ilmuwan di zaman dahulu sebagai
sub-kelas terpisah dari planet raksasa, raksasa es atau planet Uranian
dikarenakan struktur mereka yang terbentuk dari es dan batu dan gas, yang
berbeda dari raksasa gas "tradisional" seperti Jupiter dan Saturnus. Ini
dikarenakan proporsi dalam hidrogen dan helium lebih rendah dari planet
terakhir yang disebut, mungkin karena jarak mereka yang sangat jauh.

Pengaruh Benda-Benda Langit pada Kehidupan Manusia di Bumi


Benda-benda langit yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah planet-planet
dan satelitnya (bulan) seperti Jupiter, Neptunus, Mars, Merkurius, Venus,
bulannya Bumi, bulan-bulannya Jupiter dan matahari-matahari (bintang-
bintang) lain. Pengaruh benda langit tentunya timbul dari gaya tarik menarik
antara bumi dan benda-benda langit tersebut. Pengaruh yang sudah kita tahu
adalah pengaruh bulan, setiap bulan purnama dapat dipastikan laut akan
mengalami pasang naik. Air di laut dan di muara sungai pasti bertambah tinggi.
Masyarakat jaman dulu pun meyakini bahwa benda-benda langit mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan manusia yang ada di bumi. Kemudian keyakinan
yang diperoleh lewat pengamatan yang tekun, mereka disajikan dalam suatu rasi
bintang yang terdiri dari 12 macam dimana masing-masing melambangkan
suatu sifat atas seseorang yang lahir pada suatu periode waktu tertentu.
Menurut pskiater Arnold Lieber dalam bukunya Lunar Effect, adanya bulan
purnama membuat emosi orang menjadi tidak stabil. Hal ini dikarenakan tubuh
manusia yang 80 % merupakan cairan (lemak, darah, darah putih, getah bening,
enzym dll) ikut tertarik gravitasi bulan. Lieber menemukan bahwa setiap terjadi
bulan purnama jumlah kejahatan semakin bertambah daripada ketika bulan
tidak sedang purnama (Dalam Akutahu edisi No: 60, Feb 1988).
Di film-film, entah hanya khayalan belaka atauy kenyataan, sering diperlihatkan
adanya serigala yang melolong-lolong di atas bukit pada suatu malam dengan
latar belakang nampak bulan purnama. Mungkin si serigala ini juga terpengaruh
oleh gravitasi bulan.
Orang-orang Arab yang menggunakan kalendar yang berdasarkan peredaran
bulan (disebut kalender Arab – Qomariyah, Qomar artinya bulan, kalendar ini
mempunyai 12 bulan seperti: Muharam, Shafar, Rajab, Syawal dsb) mempunyai
kebiasaan melakukan puasa 3 hari berturut-turut setiap tanggal 13,14 dan 15
setiap bulannya pada bulan Qomariyah itu (saya tidak tahu pasti apakah
kebiasaan puasa ini telah dipraktekan sejak masa Nabi Ibrahim-Ismail, yang
hidup sekitar 1.000-2.000 SM ataukah hanya setelah masa Nabi Muhammad
yang hidup sekitar tahun 600 M).
Sebagai informasi pada tanggal 13, 14, 15, 16 dan 17 terjadi bulan purnama
penuh dengan puncak pada tanggal 15 atau 16 nya (cobalah anda keluar rumah
pada tanggal tsb setiap bulan). Dengan puasa berarti mengurangi makan dan
minum hingga sejumlah 50-75% dari saat normal, cairan tubuh pun berkurang
drastis. Dengan berkurangnya cairan tubuh nampaknya orang-orang Arab
berharap pengaruh (gravitasi) bulan dapat dikurangi sehingga lebih mudah
mengontrol / mengendalikan diri
Pengertian dan Penjelasan Macam-Macam Benda Langit.
Berikut ini adalah macam-macam dan penjelasan singkat benda langit yang
namanya sering kita dengar sehari-hari.
➢ Meteor
Meteor adalah benda ruang angkasa yang masuk kedalam atmosfer bumi karena
tertarik oleh gravitasi bumi dengan kecepatan tinggi dan berpijar karena
gesekan dengan atmosfer yang menyebabkan benda tersebut terbakar. Meteor
biasanya dapat kita lihat pada malam hari meskipun sebenarnya tidak hanya
pada malam hari saja ia masuk kedalam atmosfer bumi. Sebagian orang
menyebut fenomena ini adalah bintang jatuh.
➢ Meteorit
Meteorit adalah benda-benda ruang angkasa yang bergerak dengan kecepatan
tinggi yang jumlahnya tak terhitung. Meteorit memiliki berbagai bentuk,
kandungan pembentuknya, massa, warna, sifat dan kepadatannya.
➢ Komet
Komet adalah benda ruang angkasa yang memiliki orbit mengelilingi matahari
seperti halnya planet, akan tetapi ia memiliki orbit tersendiri yaitu membentuk
orbit lonjong. Ketika komet berada pada lintasan orbit yang posisinya
mendekati matahari, ia akan memiliki ekor gas debu yang sangat panjang dan
bercahaya dan ekornya selalu mengarah menjauhi matahari. Komet yang paling
terkenal yang pada suatu waktu dapat terlihat dari bumi dengan mata telanjang
adalah komet Hally.
➢ Satelit
Satelit adalah benda ruang angkasa yang mengelilingi planet. Bersama dengan
planet yang ia kelilingi ia juga ikut berevolusi mengelilingi matahari. Bumi kita
memiliki satu satelit alam yang kita namakan bulan, disamping satelit-satelit
lain buatan manusia yang berfungsi untuk alat komunikasi, riset dan lain-lain.
➢ Bintang
Bintang adalah benda ruang angkasa yang jumlahnya tak terhitung dan
memancarkan cahaya sendiri atau ia merupakan sumber cahaya, seperti halnya
matahari. Bintang sendiri merupakan pusat dari tata surya yang dikelilingi oleh
planet-planetnya. Bintang dalam jagat raya ini yang terdekat dengan kita adalah
matahari yang berjarak sekitar 150 juta kilometer dari bumi. Sedangkan bintang
bintang yang lain jaraknya sangat jauh hingga biasanya dihitung dalam satuan
*tahun cahaya* sehingga apabila kita lihat dari bumi terlihat sangat kecil.

1.7 Komet

Ciri fisik
Ketika komet menghampiri bagian-dalam Tata Surya, radiasi dari matahari
menyebabkan lapisan es terluarnya menguap. Arus debu dan gas yang
dihasilkan membentuk suatu atmosfer yang besar tetapi sangat tipis di sekeliling
komet, disebut coma. Akibat tekanan radiasi matahari dan angin matahari pada
coma ini, terbentuklah ekor raksasa yang menjauhi matahari.
Coma dan ekor komet membalikkan cahaya matahari dan bisa dilihat dari bumi
jika komet itu cukup dekat. Ekor komet berbeda-beda bentuk dan ukurannya.
Semakin dekat komet tersebut dengan matahari, semakin panjanglah ekornya.
Ada juga komet yang tidak berekor.
Ciri orbit
Komet mempunyai orbit berbentuk elips. Perhatikan ia mempunyai dua ekor
Komet bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya
memakan waktu yang lama. Komet dibedakankan menurut rentangan waktu
orbitnya. Rentangan waktu pendek adalah kurang dari 200 tahun dan rentangan
waktu yang panjang adalah lebih dari 200 tahun. Secara umumnya bentuk orbit
komet adalah elips. coma adalah daerah kabut yang di sekeliling inti komet.
Komet terkenal
Ada beberapa komet yang terkenal, misalnya:
Komet Halley
Komet Halley adalah suatu komet yang terlihat dari bumi setiap 75-76 tahun.
Secara resmi diberi nama 1P/Halley, nama umumnya diberikan menurut nama
Edmund Halley. Komet ini merupakan komet paling terkenal di antara komet-
komet periodik lainnya. Walaupun pada setiap abad banyak komet berperiode
panjang yang muncul dengan lebih terang dan dahsyat, Halley adalah satu-
satunya komet dengan periode pendek yang tampak dengan mata telanjang, dan
karenanya merupakan komet yang tampak dengan mata telanjang yang pasti
kembali dalam rentang umur manusia. Kemunculannya sepanjang sejarah
memiliki pengaruh yang besar terhadap sejarah manusia, walaupun
penampakannya tidak dikenali sebagai obyek yang sama sampai abad ke-17.
Komet Halley terakhir muncul di tata surya pada tahun 1986, dan akan muncul
kembali pada pertengahan 2061.

Komet Encke
Komet Encke (secara resmi dinamai 2P/Encke) adalah sebuah komet periodik
dengan periode 3,3 tahun, dinamai menurut Johann Franz Encke, yang melalui
studi kerasnya pada orbit komet tersebut dan melalui banyak perhitungan dapat
menghubungkan pengamatan terdahulu pada 1786 (2P/1786 B1), 1795
(2P/1795 V1), 1805 (2P/1805 U1) dan 1818 (2P/1818 W1) pada satu obyek
yang sama. Pada 1819 ia menerbitkan kesimpulannya pada jurnal
Correspondance astronomique, dan memprediksi dengan tepat kemunculan
sang komet pada 1822 (2P/1822 L1).
Dari penyebutan nama resminnya, dapat diketahui bahwa Encke adalah komet
periodik kedua yang ditemukan setelah Komet Halley (yang dikenal juga
sebagai 1P/Halley). Tidak seperti biasanya, komet Encke dinamai berdasarkan
orang yang berhasil menghitung orbitnya dan bukan yang menemukannya
(Pierre Méchain).

Komet Hyakutake

Komet Hyakutake pada 25 Maret 1996.


Komet Hyakutake (kode resmi: C/1996 B2) adalah sebuah komet yang
ditemukan pada 30 Januari 1996 oleh seorang pengamat astronomi amatir asal
Jepang, Yuji Hyakutake. Komet ini melintasi Bumi dalam jarak yang sangat
dekat pada Maret tahun tersebut (paling dekat pada 25 Maret), salah satu
lintasan komet yang terdekat dalam 200 tahun, sehingga tampak terang dan
dapat dilihat oleh banyak orang di sepanjang dunia.
Hasil penelitian ilmiah terhadap komet ini menunjukkan adanya emisi sinar-X
dari komet tersebut; pertama kalinya sebuah komet diketahui melakukan hal
tersebut. Selain itu, Hyakutake adalah komet dengan ekor terpanjang yang
diketahui hingga kini.
Hyakutake adalah sebuah komet periode panjang. Sebelum perjalanannya
melewati tata surya, periode orbitnya mencapai sekitar 15.000 tahun, namun
pengaruh gravitasi dari planet-planet raksasa (atau "raksasa gas," yang terdiri
dari Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus) telah meningkatkannya hingga
72.000 tahun.

Komet Hale-Bopp
Komet Hale-Bopp ditemukan pada tanggal 23 Juli tahun 1955 pada jarak yang
cukup jauh dari matahari. Komet Hale-Bopp atau disebut jug akomet C/1995
O1 adalah salah satu komet yang masih diperdebatkan di abad ke dua puluh ini.
Hale−Bopp merupakan salah satu komet terterang / tercerah yang dapat terlihat
selama beberapa dekade ini. Komet ini dapat terlihat oleh mata telanjang selama
18 bulan. Dua kali lipat komet 1811.
Komet Lulin, si Hijau yang Mendekati Bumi
➢ Tahun 1996, seorang bocah laki-laki di China melihat sesuatu lewat
eyepiece teleskop kecilnya. Sesuatu yang mengubah seluruh hidupnya.
Yang ia lihat saat itu adalah sebuah komet dengan nyala yang indah,
terang dan mengepulkan asap pada ekornya. Saat itu, si bocah megira
dialah satu-satunya yang melihat dan menemukan keajaiban itu. Namun
ia kemudian mengetahui sudah ada orang lain yang lebih dahulu
menemukannya. Kedua orang itu bernama Hale dan Bopp. Dan mereka
telah mengalahkannya. Walau kecewa, Quanzhi Ye muda bertekad untuk
menemukan kometnya sendiri suatu saat nanti.
➢ Dan hari itu pun tiba. Si bocah berhasil meraih impiannya.Sore itu di
antara kehangatan musim panas bulan Juli 2007, Ye yang sudah berusia
19 tahun dan menjadi mahasiswa meteorologi di Universitas Sun Yat
Sen, China, berada di belakang mejanya memandang taburan bintang
dalam medan tanpa warna yang ada di hadapannya. Itu sebuah foto yang
diambil beberapa malam sebelumnya oleh astronom Taiwan Cie Sheng
Lin dalam patroli angkasa di Observatorium Lulin. Jari-jemari Ye
bergerak dari satu titik ke titik lainnya dan ia pun berhenti. Ada yang
berbeda di foto itu. Salah satu bintangnya bukanlah bintang. Yup.. itu
sebuah komet, dan kali ini Ye yang pertama kali mengenalinya.
➢ Komet Lulin, begitulah ia kemudian dinamakan menurut nama
observatorium tempat fotonya diambil, kini tengah menempuh perjalanan
mendekati Bumi. Sebuah komet cantik berwarna hijau yang dapat terlihat
oleh siapapun saat ini dengan mata telanjang.
➢ Dari Arizona, astronom amatir Jack Newton mengirimkan foto Komet
Komet C/2007 N3 atau Komet Lulin dari observatoriumnya di Arizona.
Foto indah itu diambil dengan teleskop 14 inch pada tanggal 1 February
2009. “Mataku yang sudah tua masih tak mampu untuk mengenali
cerlangnya komet itu, karena itu teleskopku yang melihatnya.” kata
Newton.

Komet Lulin, si komet hijau nan cantik yang akan mendekati Bumi.
Kredit : Jack Newton
➢ Pada tanggal 24 februari 2009, Komet Lulin akan berada pada jarak
terdekatnya dengan Bumi yakni 0,41 SA atau 61.335.180 km. Pada saat
itu, Komet Lulin akan tampak terang di angkasa dengan kecerlangan 4
atau 5 magnitud, dengan kata lain area dengan langit yang gelap akan
dapat melihat keindahannya. Inilah untuk pertama kalinya Komet Lulin
mengunjungi area bagian dalam Tata Surya, dan membiarkan dirinya
mengenal sinar Matahari sehingga kejutan apapun bisa saja terjadi.
➢ Keindahan warna hijau pada diri Lulin datang dari gas yang membentuk
atmosfer berukuran Jupiter pada dirinya. Letupan yang muncul dari inti
komet juga mengandung cyanogen (CN: gas beracun yang ditemukan
pada banyak komet) dan karbon diatomik (C2). Kedua substansi ini akan
berwarna hijau saat disinari matahari dalam ruang hampa udara.
➢ Pada tahun 1910, masyarakat panik saat astronom menyatakan Bumi akan
dilewati Commet Halley yang kaya dengan ekor gas cyanogen.
Peringatan yang salah saat itu dberikan kepada masyarakat. isinya : seutas
ekor komet tak akan mampu menembus atmosfer Bumi yang rapat.
Seandainya bisa, cyanogen yang ada tidak akan cukup untuk menjadi
masalah di Bumi. Komet Lulin yang sedang mendekat bulan ini akan
memberi dampak yang lebih sedikit dibanding komet Halley. Pada titik
terdekatnya dengan Bumi, Lulin akan berada pada jarak 38 juta mil dari
Bumi, dan tidak akan membahayakan.

 Nah untuk melihat komet Lulin, bangunlah jam 3 dini hari. Komet ini
akan terbit beberapa jam sebelum Matahari terbit dan akan tampak di
area 1/3 di atas langit selatan sebelum fajar.

Posisi Komet Lulin di langit tanggal 6 Februari 2009. Kredit :


Science@NASA
➢ 6 Februari : Komet Lulin akan meluncur di Zubenelgenubi, bintang ganda
yang berada pada titik tumpu Libra. Zubenelgenubi merupakan penunjuk
arah yang bagus karena bisa dilihat oleh mata. Binokular yang diarahkan
ke bintang ganda ini akan mengungkap keindahan komet Lulin. Dini hari
tadi, para pengamat melaporkan kalau Komet Lulin tampak dengan
kecerlangan 5.8-6.4 magitud.
➢ 16 Februari : Komet Lulin melewati Spica di rasi Virgo. Spica adalah
bintang bermagnitudo 1 magnitud. Finderscope yang diarahkan ke Spica
akan menangkap Komet Lulin dalam medan pandangnya.
➢ 24 Februari : Lulin berada pada titik terdekatnya dengan Bumi. Lulin
akan berada beberapa derajat dari Saturnus di rasi Leo. Saturnus seperti
biasa dapat dilihat oleh mata telanjang. Demikian juga Lulin.
Bintang
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang
semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan
cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain.
Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum
sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri
(bintang nyata).
Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah:

“ Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa


matahari) yang sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan
energi melalui reaksi fusi nuklir. ”
Oleh sebab itu bintang katai putih dan bintang neutron yang sudah tidak
memancarkan cahaya atau energi tetap disebut sebagai bintang. Bintang
terdekat dengan Bumi adalah Matahari pada jarak sekitar 149,680,000
kilometer, diikuti oleh Proxima Centauri dalam rasi bintang Centaurus berjarak
sekitar empat tahun cahaya.

Sejarah Pengamatan
Bintang-bintang telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang
digunakan dalam praktek-praktek keagamaan, dalam navigasi, dan bercocok
tanam. Kalender Gregorian, yang digunakan hampir di semua bagian dunia,
adalah kalender matahari, mendasarkan diri pada posisi Bumi relatif terhadap
bintang terdekat, Matahari.
Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali ‘bintang-
bintang baru’ di langit (kemudian dinamakan novae) menunjukkan bahwa langit
tidaklah kekal. Pada 1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang
sebenarnya adalah matahari-matahari lain, dan mungkin saja memiliki planet-
planet seperti Bumi di dalam orbitnya,[1] ide yang telah diusulkan sebelumnya
oleh filsuf-filsuf Yunani kuno seperti Democritus dan Epicurus.[2] Pada abad
berikutnya, ide bahwa bintang adalah matahari yang jauh mencapai konsensus
di antara para astronom. Untuk menjelaskan mengapa bintang-bintang ini tidak
memberikan tarikan gravitasi pada tata surya, Isaac Newton mengusulkan
bahwa bintang-bintang terdistribusi secara merata di seluruh langit, sebuah ide
yang berasal dari teolog Richard Bentley.[3]
Astronom Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas
pada bintang Algol pada 1667. Edmond Halley menerbitkan pengukuran
pertama gerak diri dari sepasang bintang “tetap” dekat, memperlihatkan bahwa
mereka berubah posisi dari sejak pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus dan
Hipparchus. Pengukuran langsung jarak bintang 61 Cygni dilakukan pada 1838
oleh Friedrich Bessel menggunakan teknik paralaks.
William Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan
distribusi bintang di langit. Selama 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar
600 daerah langit berbeda. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang
bertambah secara tetap ke suatu arah langit, yakni pusat galaksi Bima Sakti.
Putranya John Herschel mengulangi pekerjaan yang sama di hemisfer langit
sebelah selatan dan menemukan hasil yang sama.[4] Selain itu William Herschel
juga menemukan bahwa beberapa pasangan bintang bukanlah bintang-bintang
yang secara kebetulan berada dalam satu arah garis pandang, melainkan mereka
memang secara fisik berpasangan membentuk sistem bintang ganda.
Radiasi
Tenaga yang dihasilkan bintang, sebagai hasil samping dari reaksi fusi nuklear,
dipancarkan ke luar angkasa sebagai radiasi elektromagnetik dan radiasi
partikel. Radiasi partikel yang dipancarkan bintang dimanifestasikan sebagai
angin bintang (yang berwujud sebagai pancaran tetap partikel-partikel
bermuatan listrik seperti proton bebas, partikel alpha dan partikel beta yang
berasal dari bagian terluar bintang) dan pancaran tetap neutrino yang berasal
dari inti bintang.
Hampir semua informasi yang kita miliki mengenai bintang yang lebih jauh dari
Matahari diturunkan dari pengamatan radiasi elektromagnetiknya, yang
terentang dari panjang gelombang radio hingga sinar gamma. Namun tidak
semua rentang panjang gelombang tersebut dapat diterima oleh teleskop landas
Bumi. Hanya gelombang radio dan gelombang cahaya yang dapat diteruskan
oleh atmosfer Bumi dan menciptakan ‘jendela radio’ dan ‘jendela optik’.
Teleskop-teleskop luar angkasa telah diluncurkan untuk mengamati bintang-
bintang pada panjang gelombang lain.
Banyaknya radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh bintang dipengaruhi
terutama oleh luas permukaan, suhu dan komposisi kimia dari bagian luar
(fotosfer) bintang tersebut. Pada akhirnya kita dapat menduga kondisi di bagian
dalam bintang, karena apa yang terjadi di permukaan pastilah sangat
dipengaruhi oleh bagian yang lebih dalam.
Dengan menelaah spektrum bintang, astronom dapat menentukan temperatur
permukaan, gravitasi permukaan, metalisitas, dan kecepatan rotasi dari sebuah
bintang. Jika jarak bisa ditentukan, misal dengan metode paralaks, maka
luminositas bintang dapat diturunkan. Massa, radius, gravitasi permukaan, dan
periode rotasi kemudian dapat diperkirakan dari pemodelan. Massa bintang
dapat juga diukur secara langsung untuk bintang-bintang yang berada dalam
sistem bintang ganda atau melalui metode mikrolensing. Pada akhirnya
astronom dapat memperkirakan umur sebuah bintang dari parameter-parameter
di atas.
✔ Fluks pancaran
Kuantitas yang pertama kali langsung dapat ditentukan dari pengamatan sebuah
bintang adalah fluks pancarannya, yaitu jumlah cahaya atau tenaga yang
diterima permukaan kolektor (mata atau teleskop) per satuan luas per satuan
waktu. Biasanya dinyatakan dalam satuan watt per cm2 (satuan internasional)
atau erg per detik per cm2 (satuan cgs).
✔ Luminositas
Di dalam astronomi, luminositas adalah jumlah cahaya atau energi yang
dipancarkan oleh sebuah bintang ke segala arah per satuan waktu. Biasanya
satuan luminositas dinyatakan dalam watt (satuan internasional), erg per detik
(satuan cgs) atau luminositas matahari. Dengan menganggap bahwa bintang
adalah sebuah benda hitam sempurna, maka luminositasnya adalah,
dimana L adalah luminositas, σ adalah tetapan Stefan-Boltzmann, R adalah jari-
jari bintang dan Te adalah temperatur efektif bintang.
Jika jarak bintang dapat diketahui, misalnya dengan menggunakan metode
paralaks, luminositas sebuah bintang dapat ditentukan melalui hubungan

dengan E adalah fluks pancaran, L adalah luminositas dan d adalah jarak


bintang ke pengamat.
✔ Magnitudo
Secara tradisi kecerahan bintang dinyatakan dalam satuan magnitudo.
Kecerahan bintang yang kita amati, baik menggunakan mata bugil maupun
teleskop, dinyatakan oleh magnitudo tampak (m) atau magnitudo semu. Secara
tradisi magnitudo semu bintang yang dapat dilihat oleh mata bugil dibagi dari 1
hingga 6, di mana satu ialah bintang paling cerah, dan 6 sebagai bintang paling
redup. Terdapat juga kecerahan yang diukur secara mutlak, yang menyatakan
kecerahan bintang sebenarnya. Kecerahan ini dikenal sebagai magnitudo mutlak
(M), dan terentang antara +26.0 sampai -26.5. Magnitudo adalah besaran lain
dalam menyatakan fluks pancaran, yang terhubungkan melalui persamaan,

dimana m adalah magnitudo semu dan E adalah fluks pancaran.


Satuan pengukuran
Kebanyakan parameter-parameter bintang dinyatakan dalam satuan SI, tetapi
satuan cgs kadang-kadang digunakan (misalnya luminositas dinyatakan dalam
satuan erg per detik). Penggunaan satuan cgs lebih bersifat tradisi daripada
sebuah konvensi. Seringkali pula massa, luminositas dan jari-jari bintang
dinyatakan dalam satuan matahari, mengingat Matahari adalah bintang yang
paling banyak dipelajari dan diketahui parameter-parameter fisisnya. Untuk
Matahari, parameter-parameter berikut diketahui:

massa Matahari:
kg[5]
luminositas Matahari:
watt[5]
radius Matahari:
m[6]
Skala panjang seperti setengah sumbu besar dari sebuah orbit sistem bintang
ganda seringkali dinyatakan dalam satuan astronomi (AU = astronomical unit),
yaitu jarak rata-rata antara Bumi dan Matahari.
Klasifikasi
Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang
dinyatakan dengan huruf O, B, A, F, G, K, M yang juga menunjukkan urutan
suhu, warna dan komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh
Observatorium Universitas Harvard dan Annie Jump Cannon pada tahun
1920an dan dikenal sebagai sistem klasifikasi Harvard. Untuk mengingat urutan
penggolongan ini biasanya digunakan kalimat "Oh Be A Fine Girl Kiss Me".
Dengan kualitas spektrogram yang lebih baik memungkinkan penggolongan ke
dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh sebuah bilangan (0 hingga 9) yang
mengikuti huruf. Sudah menjadi kebiasaan untuk menyebut bintang-bintang di
awal urutan sebagai bintang tipe awal dan yang di akhir urutan sebagai bintang
tipe akhir. Jadi, bintang A0 bertipe lebih awal daripada F5, dan K0 lebih awal
daripada K5.

Kela
Warna Suhu Permukaan °C Contoh
s

O Biru > 25,000 Spica

B Putih-Biru 11.000 - 25.000 Rigel

A Putih 7.500 - 11.000 Sirius

F Putih-Kuning 6.000 - 7.500 Procyon A

G Kuning 5.000 - 6.000 Matahari

K Jingga 3.500 - 5.000 Arcturus

M Merah <3,500 Betelgeuse

Pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith
Kellman dari Observatorium Yerkes menambahkan sistem pengklasifikasian
berdasarkan kuat cahaya atau luminositas, yang seringkali merujuk pada
ukurannya. Pengklasifikasian tersebut dikenal sebagai sistem klasifikasi Yerkes
dan membagi bintang ke dalam kelas-kelas berikut :
• 0 Maha maha raksasa
• I Maharaksasa
• II Raksasa-raksasa terang
• III Raksasa
• IV Sub-raksasa
• V deret utama (katai)
• VI sub-katai
• VII katai putih
Umumnya kelas bintang dinyatakan dengan dua sistem pengklasifikasian di
atas. Matahari kita misalnya, adalah sebuah bintang dengan kelas G2V,
berwarna kuning, bersuhu dan berukuran sedang.
Penampakan dan Distribusi
Karena jaraknya yang sangat jauh, semua bintang (kecuali Matahari) hanya
tampak sebagai titik saja yang berkelap-kelip karena efek turbulensi atmosfer
Bumi. Diameter sudut bintang bernilai sangat kecil ketika diamati menggunakan
teleskop optik landas Bumi, hingga diperlukan teleskop interferometer untuk
dapat memperoleh citranya. Bintang dengan ukuran diameter sudut terbesar
setelah Matahari adalah R Doradus, dengan 0,057 detik busur.

Sebuah katai putih yang sedang mengorbit Sirius (konsep artis). citra NASA.
Telah lama dikira bahwa kebanyakan bintang berada pada sistem bintang ganda
atau sistem multi bintang. Kenyataan ini hanya benar untuk bintang-bintang
masif kelas O dan B, dimana 80% populasinya dipercaya berada dalam suatu
sistem bintang ganda atau pun multi bintang. Semakin redup bintang, semakin
besar kemungkinannya dijumpai sebagai sistem tunggal. Dijumpai hanya 25%
populasi katai merah yang berada dalam sebuah sistem bintang ganda atau
sistem multi bintang. Karena 85% populasi bintang di galaksi Bimasakti adalah
katai merah, maka tampaknya kebanyakan bintang di dalam Bimasakti berada
pada sistem bintang tunggal.
Sistem yang lebih besar yang disebut gugus bintang juga dijumpai. Bintang-
bintang tidak tersebar secara merata mengisi seluruh ruang alam semesta, tetapi
terkelompokkan ke dalam galaksi-galaksi bersama-sama dengan gas
antarbintang dan debu. Sebuah galasi tipikal mengandung ratusan miliar
bintang, dan terdapat lebih dari 100 miliar galaksi di seluruh alam semesta
teramati.[7]
Astronom memperkirakan terdapat 70 sekstiliun (7×1022) bintang di seluruh
alam semesta yang teramati[8]. Ini berarti 70 000 000 000 000 000 000 000
bintang, atau 230 miliar kali banyaknya bintang di galaksi Bimasakti yang
berjumlah sekitar 300 miliar.
Bintang terdekat dengan Matahari adalah Proxima Centauri, berjarak 39.9
triliun (1012) kilometer, atau 4.2 tahun cahaya. Cahaya dari Proxima Centauri
memakan waktu 4.2 tahun untuk mencapai Bumi. Jarak ini adalah jarak antar
bintang tipikal di dalam sebuah piringan galaksi. Bintang-bintang dapat berada
pada jarak yang lebih dekat satu sama lain di daerah sekitar pusat galasi dan di
dalam gugus bola, atau pada jarak yang lebih jauh di halo galaksi.
Karena kerapatan yang rendah di dalam sebuah galaksi, tumbukan antar bintang
jarang terjadi. Namun di daerah yang sangat padat seperti di inti sebuah gugus
bintang atau lingkungan sekitar pusat galaksi, tumbukan dapat sering terjadi[9] .
Tumbukan seperti ini dapat menghasilkan pengembara-pengembara biru yaitu
sebuah bintang abnormal hasil penggabungan yang memiliki temperatur
permukaan yang lebih tinggi dibandingkan bintang deret utama lainnya di
sebuah gugus bintang dengan luminositas yang sama. Istilah pengembara
merujuk pada jejak evolusi yang berbeda dengan bintang normal lainnya pada
diagram Hertzsprung-Russel.
Evolusi
Struktur, evolusi, dan nasib akhir sebuah bintang sangat dipengaruhi oleh
massanya. Selain itu, komposisi kimia juga ikut mengambil peran dalam skala
yang lebih kecil.
Terbentuknya bintang
Bintang terbentuk di dalam awan molekul; yaitu sebuah daerah medium
antarbintang yang luas dengan kerapatan yang tinggi (meskipun masih kurang
rapat jika dibandingkan dengan sebuah vacuum chamber yang ada di Bumi).
Awan ini kebanyakan terdiri dari hidrogen dengan sekitar 23–28% helium dan
beberapa persen elemen berat. Komposisi elemen dalam awan ini tidak banyak
berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang pada saat awal alam semesta.
Gravitasi mengambil peranan sangat penting dalam proses pembentukan
bintang. Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di
dalam awan molekul yang dapat memiliki massa ribuan kali matahari.
Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh gelombang kejut dari supernova atau
tumbukan antara dua galaksi. Sekali sebuah wilayah mencapai kerapatan materi
yang cukup memenuhi syarat terjadinya instabilitas Jeans, awan tersebut mulai
runtuh di bawah gaya gravitasinya sendiri.
Berdasarkan syarat instabilitas Jeans, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri,
melainkan dalam kelompok yang berasal dari suatu keruntuhan di suatu awan
molekul yang besar, kemudian terpecah menjadi konglomerasi individual. Hal
ini didukung oleh pengamatan dimana banyak bintang berusia sama tergabung
dalam gugus atau asosiasi bintang.
Begitu awan runtuh, akan terjadi konglomerasi individual dari debu dan gas
yang padat yang disebut sebagai globula Bok. Globula Bok ini dapat memiliki
massa hingga 50 kali Matahari. Runtuhnya globula membuat bertambahnya
kerapatan. Pada proses ini energi gravitasi diubah menjadi energi panas
sehingga temperatur meningkat. Ketika awan protobintang ini mencapai
kesetimbangan hidrostatik, sebuah protobintang akan terbentuk di intinya.
Bintang pra deret utama ini seringkali dikelilingi oleh piringan protoplanet.
Pengerutan atau keruntuhan awan molekul ini memakan waktu hingga puluhan
juta tahun. Ketika peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai kisaran
10 juta kelvin, hidrogen di inti 'terbakar' menjadi helium dalam suatu reaksi
termonuklir. Reaksi nuklir di dalam inti bintang menyuplai cukup energi untuk
mempertahankan tekanan di pusat sehingga proses pengerutan berhenti.
Protobintang kini memulai kehidupan baru sebagai bintang deret utama.
Deret Utama
Bintang menghabiskan sekitar 90% umurnya untuk membakar hidrogen dalam
reaksi fusi yang menghasilkan helium dengan temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi di intinya. Pada fase ini bintang dikatakan berada dalam deret
utama dan disebut sebagai bintang katai.
Akhir sebuah bintang
Ketika kandungan hidrogen di teras bintang habis, teras bintang mengecil dan
membebaskan banyak panas dan memanaskan lapisan luar bintang. Lapisan luar
bintang yang masih banyak hidrogen mengembang dan bertukar warna merah
dan disebut bintang raksaksa merah yang dapat mencapai 100 kali ukuran
matahari sebelum membentuk bintang kerdil putih. Sekiranya bintang tersebut
berukuran lebih besar dari matahari, bintang tersebut akan membentuk
superraksaksa merah. Superraksaksa merah ini kemudiannya membentuk Nova
atau Supernova dan kemudiannya membentuk bintang neutron atau Lubang
hitam.
1.8 Rasi bintang

Orion adalah salah satu rasi bintang yang cukup terkenal. Batas wilayah Rasi
bintang Orion digambarkan dalam garis kuning putus-putus.
Suatu rasi bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak
berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi,
kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan
lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam.
Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan
sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak
berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. Susunan rasi bintang yang tidak resmi,
yaitu yang dikenal luas oleh masyarakat tapi tidak diakui oleh para ahli
astronomi atau Himpunan Astronomi Internasional, juga disebut asterisma.
Bintang-bintang pada rasi bintang atau asterisma jarang yang mempunyai
hubungan astrofisika; mereka hanya kebetulan saja tampak berdekatan di langit
yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah sangat jauh.
Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang sebenarnya cukup acak,
dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki rasi bintang yang berbeda pula,
sekalipun beberapa yang sangat mudah dikenali biasanya seringkali ditemukan,
misalnya Orion atau Scorpius.
Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi
bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya
dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara,
kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan
melalui Abad Pertengahan, dan mengandung simbol-simbol Zodiak.
Kesimpulan
Sesungguhnya seindah-indahnya hasil karya manusia jauh lebih indah ciptaan
Allah Swt. Dari penyusunan rangkuman ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa
benda-benda langit bukan hanya sekedar sebuah planet yang sebagaimana kita
ketahui sebelumnya. Namun argumen itu tidaklah benar, dengan adanya
rangkuman ini bisa kita ketahui hal yang sesungguhnya bahwa benda langit
bukan hanya sekedar sebuah planet tetapi ada juga benda langit yang lain
seperti: Bintang, Komet dengan berbagai macam jenisnya, serta bintang-bintang
yang indah dan bisa membentuk rasi-rasi bintang tak hanya itu sesungguhnya
matahari yang kita lihat setiap harinya juga salah satu bagian dari benda langit.
Serta lapisan udara yang ada disekeliling kita yang merupakan lapisan atmosfer
pun menjadi salah satu benda langit. Namun kesemuanya itu bukanlah faktor
kebetulan dan sesungguhnya Allah Swt menciptakan semua yang ada dijagad
raya ini sebuah titipan untuk dijaga dan dimanfaatkan untuk makhluk hidup.
Dan semua itu bisa diambilnya kembali suatu saat.
Saran dan Penutup

You might also like