Professional Documents
Culture Documents
Assalamualaikum wr,,,wb
Alhamdulilah segala fuji bagi Allah swt yang sampai saat ini kita
masih diberiNya kesempatan untuk membaca makalah yang
berisikan materi tentang sagala benda langit serta proses-
proses kejadiannya.
Prinsip kosmologi
Prinsip kosmologi tidaklah benar-benar sebuah prisip, melainkan asumsi yang
digunakan untuk membatasi dari begitu banyaknya teori kosmologi yang
mungkin. Prinsip ini diturunkan dari pengamatan alam semesta dalam skala
besar, dan menyatakan bahwa
Pada skala yang besar, alam semesta adalah homogen dan isotropik.
Penjelasan
Dalam sudut pandang kosmologi, galaksi merupakan struktur yang sangat kecil
di alam semesta. Bahkan kluster galaksi (yang dapat beranggotakan hingga
ribuan galaksi) pun hanyalah sebuah fluktuasi kecil dalam hal kerapatan alam
semesta. Dengan demikian, pada skala besar, alam semesta tampak memiliki
kerapatan yang sama dimana pun kita berada. Pada skala ini kita tidak lagi
memiliki acuan arah atau acuan tempat. Atau dengan kata lain, pada skala besar,
alam semesta akan tampak sama di semua arah untuk pengamat yang berada di
manapun, yang membuatnya nampak tidak terbatas luasnya. Prinsip ini
konsisten dengan pengamatan dari Bumi. Berdasarkan pengamatan, prinsip
tersebut menyatakan bahwa Bumi bukanlah tempat yang istimewa.
Alam semesta, kata ini digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu
kontinu di mana kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya pada
pertengahan pertama abad ke-20. Usaha untuk memahami pegertian alam
semesta dalam lingkup ini pada skala terbesar yang memungkinkan, ada pada
kosmologi, ilmu pengetahuan yang berkembang dari fisika dan astronomi.
Pada pertengahan terakhir abad ke-20, perkembangan kosmologi berdasarkan
pengamatan, juga disebut fisika kosmologi, mengarahkan pada pembagian kata
alam semesta, antara kosmologi pengamatan dan kosmologi teoritis; yang
(biasanya) para ahli menyatakan tidak ada harapan untuk mengamati
keseluruhan dari ruang waktu kontinu, kemudian harapan ini dimunculkan,
mencoba untuk menemukan spekulasi paling beralasan untuk model
keseluruhan dari ruang waktu, mencoba mengatasi kesulitan dalam
mengimajinasikan batasan empiris untuk spekulasi tersebut dan risiko
pengabaian menuju metafisika.
.
Sejarah
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengertian istilah “planet”
berubah dari “sesuatu” yang bergerak melintasi langit (relatif terhadap latar
belakang bintang-bintang yang “tetap”), menjadi benda yang bergerak
mengelilingi Bumi. Ketika model heliosentrik mulai mendominasi pada abad
ke-16, planet mulai diterima sebagai “sesuatu” yang mengorbit Matahari, dan
Bumi hanyalah sebuah planet. Hingga pertengahan abad ke-19, semua obyek
apa pun yang ditemukan mengitari Matahari didaftarkan sebagai planet, dan
jumlah “planet” menjadi bertambah dengan cepat di penghujung abad itu.
Selama 1800-an, astronom mulai menyadari bahwa banyak penemuan terbaru
tidak mirip dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas
dan Vesta, yang telah diklasifikasikan sebagai planet hingga hampir setengah
abad, kemudian diklasifikan dengan nama baru "asteroid". Pada titik ini,
ketiadaan definisi formal membuat "planet" dipahami sebagai benda 'besar'
yang mengorbit Matahari. Tidak ada keperluan untuk menetapkan batas-batas
definisi karena ukuran antara asteroid dan planet begitu jauh berbeda, dan banjir
penemuan baru tampaknya telah berakhir.
Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Setelah pengamatan-pengamatan
awal mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto berukuran lebih besar dari Bumi,
IAU (yang baru saja dibentuk) menerima obyek tersebut sebagai planet.
Pemantauan lebih jauh menemukan bahwa obyek tersebut ternyata jauh lebih
kecil dari dugaan semula, tetapi karena masih lebih besar daripada semua
asteroid yang diketahui, dan tampaknya tidak eksis dalam populasi yang besar,
IAU tetap mempertahankan statusnya selama kira-kira 70 tahun.
Pada 1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan obyek-obyek sejenis
Pluto di daerah yang relatif sama. Seperti Ceres dan asteroid-asteroid pada masa
sebelumnya, Pluto ditemukan hanya sebagai benda kecil dalam sebuah populasi
yang berjumlah ribuan. Semakin banyak astronom yang meminta agar Pluto
didefinisi ulang sebagai sebuah planet seiring bertambahnya penemuan obyek-
obyek sejenis. Penemuan Eris, sebuah obyek yang lebih masif daripada Pluto,
dipublikasikan secara luas sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini semakin
mengemuka. Akhirnya pada 24 Agustus 2006, berdasarkan pemungutan suara,
IAU membuat definisi planet. Jumlah planet dalam Tata Surya berkurang
menjadi 8 benda besar yang berhasil “membersihkan lingkungannya”
(Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus), dan
sebuah kelas baru diciptakan, yaitu planet katai, yang pada awalnya terdiri dari
tiga obyek, Ceres, Pluto dan Eris.
Empat raksasa gas dalam Tata Surya dan tepian Matahari, memperlihatkan
skala
Raksasa gas adalah planet besar yang tidak terdiri dari bebatuan atau benda
padat lainnya. Raksasa gas mungkin memilik inti batu atau besi; dalam
kenyataan, diharapkan gas raksasa mungkin memiliki inti tersebut supaya dapat
terbentuk; tetapi mayoritas inti masanya dalam bentuk gas (atau gas yang
terkompresi dalam bentuk cair). Tidak seperti planet batuan, raksasa gas tidak
memiliki permukaan yang didefinisikan dengan jelas. Istilah seperti diameter,
area permukaan, isi, suhu permukaan dan kepadatan permukaan mungkin
menuju ke lapisan terluar yang tampak dari luar, misal dari Bumi.
Ada empat raksasa gas dalam tata surya kita: Jupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus. Mereka juga dikenal sebagai planet Jovian.
Uranus dan Neptunus sering dikatakan oleh ilmuwan di zaman dahulu sebagai
sub-kelas terpisah dari planet raksasa, raksasa es atau planet Uranian
dikarenakan struktur mereka yang terbentuk dari es dan batu dan gas, yang
berbeda dari raksasa gas "tradisional" seperti Jupiter dan Saturnus. Ini
dikarenakan proporsi dalam hidrogen dan helium lebih rendah dari planet
terakhir yang disebut, mungkin karena jarak mereka yang sangat jauh.
1.7 Komet
Ciri fisik
Ketika komet menghampiri bagian-dalam Tata Surya, radiasi dari matahari
menyebabkan lapisan es terluarnya menguap. Arus debu dan gas yang
dihasilkan membentuk suatu atmosfer yang besar tetapi sangat tipis di sekeliling
komet, disebut coma. Akibat tekanan radiasi matahari dan angin matahari pada
coma ini, terbentuklah ekor raksasa yang menjauhi matahari.
Coma dan ekor komet membalikkan cahaya matahari dan bisa dilihat dari bumi
jika komet itu cukup dekat. Ekor komet berbeda-beda bentuk dan ukurannya.
Semakin dekat komet tersebut dengan matahari, semakin panjanglah ekornya.
Ada juga komet yang tidak berekor.
Ciri orbit
Komet mempunyai orbit berbentuk elips. Perhatikan ia mempunyai dua ekor
Komet bergerak mengelilingi matahari berkali-kali, tetapi peredarannya
memakan waktu yang lama. Komet dibedakankan menurut rentangan waktu
orbitnya. Rentangan waktu pendek adalah kurang dari 200 tahun dan rentangan
waktu yang panjang adalah lebih dari 200 tahun. Secara umumnya bentuk orbit
komet adalah elips. coma adalah daerah kabut yang di sekeliling inti komet.
Komet terkenal
Ada beberapa komet yang terkenal, misalnya:
Komet Halley
Komet Halley adalah suatu komet yang terlihat dari bumi setiap 75-76 tahun.
Secara resmi diberi nama 1P/Halley, nama umumnya diberikan menurut nama
Edmund Halley. Komet ini merupakan komet paling terkenal di antara komet-
komet periodik lainnya. Walaupun pada setiap abad banyak komet berperiode
panjang yang muncul dengan lebih terang dan dahsyat, Halley adalah satu-
satunya komet dengan periode pendek yang tampak dengan mata telanjang, dan
karenanya merupakan komet yang tampak dengan mata telanjang yang pasti
kembali dalam rentang umur manusia. Kemunculannya sepanjang sejarah
memiliki pengaruh yang besar terhadap sejarah manusia, walaupun
penampakannya tidak dikenali sebagai obyek yang sama sampai abad ke-17.
Komet Halley terakhir muncul di tata surya pada tahun 1986, dan akan muncul
kembali pada pertengahan 2061.
Komet Encke
Komet Encke (secara resmi dinamai 2P/Encke) adalah sebuah komet periodik
dengan periode 3,3 tahun, dinamai menurut Johann Franz Encke, yang melalui
studi kerasnya pada orbit komet tersebut dan melalui banyak perhitungan dapat
menghubungkan pengamatan terdahulu pada 1786 (2P/1786 B1), 1795
(2P/1795 V1), 1805 (2P/1805 U1) dan 1818 (2P/1818 W1) pada satu obyek
yang sama. Pada 1819 ia menerbitkan kesimpulannya pada jurnal
Correspondance astronomique, dan memprediksi dengan tepat kemunculan
sang komet pada 1822 (2P/1822 L1).
Dari penyebutan nama resminnya, dapat diketahui bahwa Encke adalah komet
periodik kedua yang ditemukan setelah Komet Halley (yang dikenal juga
sebagai 1P/Halley). Tidak seperti biasanya, komet Encke dinamai berdasarkan
orang yang berhasil menghitung orbitnya dan bukan yang menemukannya
(Pierre Méchain).
Komet Hyakutake
Komet Hale-Bopp
Komet Hale-Bopp ditemukan pada tanggal 23 Juli tahun 1955 pada jarak yang
cukup jauh dari matahari. Komet Hale-Bopp atau disebut jug akomet C/1995
O1 adalah salah satu komet yang masih diperdebatkan di abad ke dua puluh ini.
Hale−Bopp merupakan salah satu komet terterang / tercerah yang dapat terlihat
selama beberapa dekade ini. Komet ini dapat terlihat oleh mata telanjang selama
18 bulan. Dua kali lipat komet 1811.
Komet Lulin, si Hijau yang Mendekati Bumi
➢ Tahun 1996, seorang bocah laki-laki di China melihat sesuatu lewat
eyepiece teleskop kecilnya. Sesuatu yang mengubah seluruh hidupnya.
Yang ia lihat saat itu adalah sebuah komet dengan nyala yang indah,
terang dan mengepulkan asap pada ekornya. Saat itu, si bocah megira
dialah satu-satunya yang melihat dan menemukan keajaiban itu. Namun
ia kemudian mengetahui sudah ada orang lain yang lebih dahulu
menemukannya. Kedua orang itu bernama Hale dan Bopp. Dan mereka
telah mengalahkannya. Walau kecewa, Quanzhi Ye muda bertekad untuk
menemukan kometnya sendiri suatu saat nanti.
➢ Dan hari itu pun tiba. Si bocah berhasil meraih impiannya.Sore itu di
antara kehangatan musim panas bulan Juli 2007, Ye yang sudah berusia
19 tahun dan menjadi mahasiswa meteorologi di Universitas Sun Yat
Sen, China, berada di belakang mejanya memandang taburan bintang
dalam medan tanpa warna yang ada di hadapannya. Itu sebuah foto yang
diambil beberapa malam sebelumnya oleh astronom Taiwan Cie Sheng
Lin dalam patroli angkasa di Observatorium Lulin. Jari-jemari Ye
bergerak dari satu titik ke titik lainnya dan ia pun berhenti. Ada yang
berbeda di foto itu. Salah satu bintangnya bukanlah bintang. Yup.. itu
sebuah komet, dan kali ini Ye yang pertama kali mengenalinya.
➢ Komet Lulin, begitulah ia kemudian dinamakan menurut nama
observatorium tempat fotonya diambil, kini tengah menempuh perjalanan
mendekati Bumi. Sebuah komet cantik berwarna hijau yang dapat terlihat
oleh siapapun saat ini dengan mata telanjang.
➢ Dari Arizona, astronom amatir Jack Newton mengirimkan foto Komet
Komet C/2007 N3 atau Komet Lulin dari observatoriumnya di Arizona.
Foto indah itu diambil dengan teleskop 14 inch pada tanggal 1 February
2009. “Mataku yang sudah tua masih tak mampu untuk mengenali
cerlangnya komet itu, karena itu teleskopku yang melihatnya.” kata
Newton.
Komet Lulin, si komet hijau nan cantik yang akan mendekati Bumi.
Kredit : Jack Newton
➢ Pada tanggal 24 februari 2009, Komet Lulin akan berada pada jarak
terdekatnya dengan Bumi yakni 0,41 SA atau 61.335.180 km. Pada saat
itu, Komet Lulin akan tampak terang di angkasa dengan kecerlangan 4
atau 5 magnitud, dengan kata lain area dengan langit yang gelap akan
dapat melihat keindahannya. Inilah untuk pertama kalinya Komet Lulin
mengunjungi area bagian dalam Tata Surya, dan membiarkan dirinya
mengenal sinar Matahari sehingga kejutan apapun bisa saja terjadi.
➢ Keindahan warna hijau pada diri Lulin datang dari gas yang membentuk
atmosfer berukuran Jupiter pada dirinya. Letupan yang muncul dari inti
komet juga mengandung cyanogen (CN: gas beracun yang ditemukan
pada banyak komet) dan karbon diatomik (C2). Kedua substansi ini akan
berwarna hijau saat disinari matahari dalam ruang hampa udara.
➢ Pada tahun 1910, masyarakat panik saat astronom menyatakan Bumi akan
dilewati Commet Halley yang kaya dengan ekor gas cyanogen.
Peringatan yang salah saat itu dberikan kepada masyarakat. isinya : seutas
ekor komet tak akan mampu menembus atmosfer Bumi yang rapat.
Seandainya bisa, cyanogen yang ada tidak akan cukup untuk menjadi
masalah di Bumi. Komet Lulin yang sedang mendekat bulan ini akan
memberi dampak yang lebih sedikit dibanding komet Halley. Pada titik
terdekatnya dengan Bumi, Lulin akan berada pada jarak 38 juta mil dari
Bumi, dan tidak akan membahayakan.
Nah untuk melihat komet Lulin, bangunlah jam 3 dini hari. Komet ini
akan terbit beberapa jam sebelum Matahari terbit dan akan tampak di
area 1/3 di atas langit selatan sebelum fajar.
Sejarah Pengamatan
Bintang-bintang telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang
digunakan dalam praktek-praktek keagamaan, dalam navigasi, dan bercocok
tanam. Kalender Gregorian, yang digunakan hampir di semua bagian dunia,
adalah kalender matahari, mendasarkan diri pada posisi Bumi relatif terhadap
bintang terdekat, Matahari.
Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali ‘bintang-
bintang baru’ di langit (kemudian dinamakan novae) menunjukkan bahwa langit
tidaklah kekal. Pada 1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang
sebenarnya adalah matahari-matahari lain, dan mungkin saja memiliki planet-
planet seperti Bumi di dalam orbitnya,[1] ide yang telah diusulkan sebelumnya
oleh filsuf-filsuf Yunani kuno seperti Democritus dan Epicurus.[2] Pada abad
berikutnya, ide bahwa bintang adalah matahari yang jauh mencapai konsensus
di antara para astronom. Untuk menjelaskan mengapa bintang-bintang ini tidak
memberikan tarikan gravitasi pada tata surya, Isaac Newton mengusulkan
bahwa bintang-bintang terdistribusi secara merata di seluruh langit, sebuah ide
yang berasal dari teolog Richard Bentley.[3]
Astronom Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas
pada bintang Algol pada 1667. Edmond Halley menerbitkan pengukuran
pertama gerak diri dari sepasang bintang “tetap” dekat, memperlihatkan bahwa
mereka berubah posisi dari sejak pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus dan
Hipparchus. Pengukuran langsung jarak bintang 61 Cygni dilakukan pada 1838
oleh Friedrich Bessel menggunakan teknik paralaks.
William Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan
distribusi bintang di langit. Selama 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar
600 daerah langit berbeda. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang
bertambah secara tetap ke suatu arah langit, yakni pusat galaksi Bima Sakti.
Putranya John Herschel mengulangi pekerjaan yang sama di hemisfer langit
sebelah selatan dan menemukan hasil yang sama.[4] Selain itu William Herschel
juga menemukan bahwa beberapa pasangan bintang bukanlah bintang-bintang
yang secara kebetulan berada dalam satu arah garis pandang, melainkan mereka
memang secara fisik berpasangan membentuk sistem bintang ganda.
Radiasi
Tenaga yang dihasilkan bintang, sebagai hasil samping dari reaksi fusi nuklear,
dipancarkan ke luar angkasa sebagai radiasi elektromagnetik dan radiasi
partikel. Radiasi partikel yang dipancarkan bintang dimanifestasikan sebagai
angin bintang (yang berwujud sebagai pancaran tetap partikel-partikel
bermuatan listrik seperti proton bebas, partikel alpha dan partikel beta yang
berasal dari bagian terluar bintang) dan pancaran tetap neutrino yang berasal
dari inti bintang.
Hampir semua informasi yang kita miliki mengenai bintang yang lebih jauh dari
Matahari diturunkan dari pengamatan radiasi elektromagnetiknya, yang
terentang dari panjang gelombang radio hingga sinar gamma. Namun tidak
semua rentang panjang gelombang tersebut dapat diterima oleh teleskop landas
Bumi. Hanya gelombang radio dan gelombang cahaya yang dapat diteruskan
oleh atmosfer Bumi dan menciptakan ‘jendela radio’ dan ‘jendela optik’.
Teleskop-teleskop luar angkasa telah diluncurkan untuk mengamati bintang-
bintang pada panjang gelombang lain.
Banyaknya radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh bintang dipengaruhi
terutama oleh luas permukaan, suhu dan komposisi kimia dari bagian luar
(fotosfer) bintang tersebut. Pada akhirnya kita dapat menduga kondisi di bagian
dalam bintang, karena apa yang terjadi di permukaan pastilah sangat
dipengaruhi oleh bagian yang lebih dalam.
Dengan menelaah spektrum bintang, astronom dapat menentukan temperatur
permukaan, gravitasi permukaan, metalisitas, dan kecepatan rotasi dari sebuah
bintang. Jika jarak bisa ditentukan, misal dengan metode paralaks, maka
luminositas bintang dapat diturunkan. Massa, radius, gravitasi permukaan, dan
periode rotasi kemudian dapat diperkirakan dari pemodelan. Massa bintang
dapat juga diukur secara langsung untuk bintang-bintang yang berada dalam
sistem bintang ganda atau melalui metode mikrolensing. Pada akhirnya
astronom dapat memperkirakan umur sebuah bintang dari parameter-parameter
di atas.
✔ Fluks pancaran
Kuantitas yang pertama kali langsung dapat ditentukan dari pengamatan sebuah
bintang adalah fluks pancarannya, yaitu jumlah cahaya atau tenaga yang
diterima permukaan kolektor (mata atau teleskop) per satuan luas per satuan
waktu. Biasanya dinyatakan dalam satuan watt per cm2 (satuan internasional)
atau erg per detik per cm2 (satuan cgs).
✔ Luminositas
Di dalam astronomi, luminositas adalah jumlah cahaya atau energi yang
dipancarkan oleh sebuah bintang ke segala arah per satuan waktu. Biasanya
satuan luminositas dinyatakan dalam watt (satuan internasional), erg per detik
(satuan cgs) atau luminositas matahari. Dengan menganggap bahwa bintang
adalah sebuah benda hitam sempurna, maka luminositasnya adalah,
dimana L adalah luminositas, σ adalah tetapan Stefan-Boltzmann, R adalah jari-
jari bintang dan Te adalah temperatur efektif bintang.
Jika jarak bintang dapat diketahui, misalnya dengan menggunakan metode
paralaks, luminositas sebuah bintang dapat ditentukan melalui hubungan
massa Matahari:
kg[5]
luminositas Matahari:
watt[5]
radius Matahari:
m[6]
Skala panjang seperti setengah sumbu besar dari sebuah orbit sistem bintang
ganda seringkali dinyatakan dalam satuan astronomi (AU = astronomical unit),
yaitu jarak rata-rata antara Bumi dan Matahari.
Klasifikasi
Berdasarkan spektrumnya, bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang
dinyatakan dengan huruf O, B, A, F, G, K, M yang juga menunjukkan urutan
suhu, warna dan komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh
Observatorium Universitas Harvard dan Annie Jump Cannon pada tahun
1920an dan dikenal sebagai sistem klasifikasi Harvard. Untuk mengingat urutan
penggolongan ini biasanya digunakan kalimat "Oh Be A Fine Girl Kiss Me".
Dengan kualitas spektrogram yang lebih baik memungkinkan penggolongan ke
dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh sebuah bilangan (0 hingga 9) yang
mengikuti huruf. Sudah menjadi kebiasaan untuk menyebut bintang-bintang di
awal urutan sebagai bintang tipe awal dan yang di akhir urutan sebagai bintang
tipe akhir. Jadi, bintang A0 bertipe lebih awal daripada F5, dan K0 lebih awal
daripada K5.
Kela
Warna Suhu Permukaan °C Contoh
s
Pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith
Kellman dari Observatorium Yerkes menambahkan sistem pengklasifikasian
berdasarkan kuat cahaya atau luminositas, yang seringkali merujuk pada
ukurannya. Pengklasifikasian tersebut dikenal sebagai sistem klasifikasi Yerkes
dan membagi bintang ke dalam kelas-kelas berikut :
• 0 Maha maha raksasa
• I Maharaksasa
• II Raksasa-raksasa terang
• III Raksasa
• IV Sub-raksasa
• V deret utama (katai)
• VI sub-katai
• VII katai putih
Umumnya kelas bintang dinyatakan dengan dua sistem pengklasifikasian di
atas. Matahari kita misalnya, adalah sebuah bintang dengan kelas G2V,
berwarna kuning, bersuhu dan berukuran sedang.
Penampakan dan Distribusi
Karena jaraknya yang sangat jauh, semua bintang (kecuali Matahari) hanya
tampak sebagai titik saja yang berkelap-kelip karena efek turbulensi atmosfer
Bumi. Diameter sudut bintang bernilai sangat kecil ketika diamati menggunakan
teleskop optik landas Bumi, hingga diperlukan teleskop interferometer untuk
dapat memperoleh citranya. Bintang dengan ukuran diameter sudut terbesar
setelah Matahari adalah R Doradus, dengan 0,057 detik busur.
Sebuah katai putih yang sedang mengorbit Sirius (konsep artis). citra NASA.
Telah lama dikira bahwa kebanyakan bintang berada pada sistem bintang ganda
atau sistem multi bintang. Kenyataan ini hanya benar untuk bintang-bintang
masif kelas O dan B, dimana 80% populasinya dipercaya berada dalam suatu
sistem bintang ganda atau pun multi bintang. Semakin redup bintang, semakin
besar kemungkinannya dijumpai sebagai sistem tunggal. Dijumpai hanya 25%
populasi katai merah yang berada dalam sebuah sistem bintang ganda atau
sistem multi bintang. Karena 85% populasi bintang di galaksi Bimasakti adalah
katai merah, maka tampaknya kebanyakan bintang di dalam Bimasakti berada
pada sistem bintang tunggal.
Sistem yang lebih besar yang disebut gugus bintang juga dijumpai. Bintang-
bintang tidak tersebar secara merata mengisi seluruh ruang alam semesta, tetapi
terkelompokkan ke dalam galaksi-galaksi bersama-sama dengan gas
antarbintang dan debu. Sebuah galasi tipikal mengandung ratusan miliar
bintang, dan terdapat lebih dari 100 miliar galaksi di seluruh alam semesta
teramati.[7]
Astronom memperkirakan terdapat 70 sekstiliun (7×1022) bintang di seluruh
alam semesta yang teramati[8]. Ini berarti 70 000 000 000 000 000 000 000
bintang, atau 230 miliar kali banyaknya bintang di galaksi Bimasakti yang
berjumlah sekitar 300 miliar.
Bintang terdekat dengan Matahari adalah Proxima Centauri, berjarak 39.9
triliun (1012) kilometer, atau 4.2 tahun cahaya. Cahaya dari Proxima Centauri
memakan waktu 4.2 tahun untuk mencapai Bumi. Jarak ini adalah jarak antar
bintang tipikal di dalam sebuah piringan galaksi. Bintang-bintang dapat berada
pada jarak yang lebih dekat satu sama lain di daerah sekitar pusat galasi dan di
dalam gugus bola, atau pada jarak yang lebih jauh di halo galaksi.
Karena kerapatan yang rendah di dalam sebuah galaksi, tumbukan antar bintang
jarang terjadi. Namun di daerah yang sangat padat seperti di inti sebuah gugus
bintang atau lingkungan sekitar pusat galaksi, tumbukan dapat sering terjadi[9] .
Tumbukan seperti ini dapat menghasilkan pengembara-pengembara biru yaitu
sebuah bintang abnormal hasil penggabungan yang memiliki temperatur
permukaan yang lebih tinggi dibandingkan bintang deret utama lainnya di
sebuah gugus bintang dengan luminositas yang sama. Istilah pengembara
merujuk pada jejak evolusi yang berbeda dengan bintang normal lainnya pada
diagram Hertzsprung-Russel.
Evolusi
Struktur, evolusi, dan nasib akhir sebuah bintang sangat dipengaruhi oleh
massanya. Selain itu, komposisi kimia juga ikut mengambil peran dalam skala
yang lebih kecil.
Terbentuknya bintang
Bintang terbentuk di dalam awan molekul; yaitu sebuah daerah medium
antarbintang yang luas dengan kerapatan yang tinggi (meskipun masih kurang
rapat jika dibandingkan dengan sebuah vacuum chamber yang ada di Bumi).
Awan ini kebanyakan terdiri dari hidrogen dengan sekitar 23–28% helium dan
beberapa persen elemen berat. Komposisi elemen dalam awan ini tidak banyak
berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang pada saat awal alam semesta.
Gravitasi mengambil peranan sangat penting dalam proses pembentukan
bintang. Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di
dalam awan molekul yang dapat memiliki massa ribuan kali matahari.
Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh gelombang kejut dari supernova atau
tumbukan antara dua galaksi. Sekali sebuah wilayah mencapai kerapatan materi
yang cukup memenuhi syarat terjadinya instabilitas Jeans, awan tersebut mulai
runtuh di bawah gaya gravitasinya sendiri.
Berdasarkan syarat instabilitas Jeans, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri,
melainkan dalam kelompok yang berasal dari suatu keruntuhan di suatu awan
molekul yang besar, kemudian terpecah menjadi konglomerasi individual. Hal
ini didukung oleh pengamatan dimana banyak bintang berusia sama tergabung
dalam gugus atau asosiasi bintang.
Begitu awan runtuh, akan terjadi konglomerasi individual dari debu dan gas
yang padat yang disebut sebagai globula Bok. Globula Bok ini dapat memiliki
massa hingga 50 kali Matahari. Runtuhnya globula membuat bertambahnya
kerapatan. Pada proses ini energi gravitasi diubah menjadi energi panas
sehingga temperatur meningkat. Ketika awan protobintang ini mencapai
kesetimbangan hidrostatik, sebuah protobintang akan terbentuk di intinya.
Bintang pra deret utama ini seringkali dikelilingi oleh piringan protoplanet.
Pengerutan atau keruntuhan awan molekul ini memakan waktu hingga puluhan
juta tahun. Ketika peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai kisaran
10 juta kelvin, hidrogen di inti 'terbakar' menjadi helium dalam suatu reaksi
termonuklir. Reaksi nuklir di dalam inti bintang menyuplai cukup energi untuk
mempertahankan tekanan di pusat sehingga proses pengerutan berhenti.
Protobintang kini memulai kehidupan baru sebagai bintang deret utama.
Deret Utama
Bintang menghabiskan sekitar 90% umurnya untuk membakar hidrogen dalam
reaksi fusi yang menghasilkan helium dengan temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi di intinya. Pada fase ini bintang dikatakan berada dalam deret
utama dan disebut sebagai bintang katai.
Akhir sebuah bintang
Ketika kandungan hidrogen di teras bintang habis, teras bintang mengecil dan
membebaskan banyak panas dan memanaskan lapisan luar bintang. Lapisan luar
bintang yang masih banyak hidrogen mengembang dan bertukar warna merah
dan disebut bintang raksaksa merah yang dapat mencapai 100 kali ukuran
matahari sebelum membentuk bintang kerdil putih. Sekiranya bintang tersebut
berukuran lebih besar dari matahari, bintang tersebut akan membentuk
superraksaksa merah. Superraksaksa merah ini kemudiannya membentuk Nova
atau Supernova dan kemudiannya membentuk bintang neutron atau Lubang
hitam.
1.8 Rasi bintang
Orion adalah salah satu rasi bintang yang cukup terkenal. Batas wilayah Rasi
bintang Orion digambarkan dalam garis kuning putus-putus.
Suatu rasi bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak
berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi,
kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan
lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam.
Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan
sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak
berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. Susunan rasi bintang yang tidak resmi,
yaitu yang dikenal luas oleh masyarakat tapi tidak diakui oleh para ahli
astronomi atau Himpunan Astronomi Internasional, juga disebut asterisma.
Bintang-bintang pada rasi bintang atau asterisma jarang yang mempunyai
hubungan astrofisika; mereka hanya kebetulan saja tampak berdekatan di langit
yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah sangat jauh.
Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang sebenarnya cukup acak,
dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki rasi bintang yang berbeda pula,
sekalipun beberapa yang sangat mudah dikenali biasanya seringkali ditemukan,
misalnya Orion atau Scorpius.
Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi
bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya
dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara,
kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan
melalui Abad Pertengahan, dan mengandung simbol-simbol Zodiak.
Kesimpulan
Sesungguhnya seindah-indahnya hasil karya manusia jauh lebih indah ciptaan
Allah Swt. Dari penyusunan rangkuman ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa
benda-benda langit bukan hanya sekedar sebuah planet yang sebagaimana kita
ketahui sebelumnya. Namun argumen itu tidaklah benar, dengan adanya
rangkuman ini bisa kita ketahui hal yang sesungguhnya bahwa benda langit
bukan hanya sekedar sebuah planet tetapi ada juga benda langit yang lain
seperti: Bintang, Komet dengan berbagai macam jenisnya, serta bintang-bintang
yang indah dan bisa membentuk rasi-rasi bintang tak hanya itu sesungguhnya
matahari yang kita lihat setiap harinya juga salah satu bagian dari benda langit.
Serta lapisan udara yang ada disekeliling kita yang merupakan lapisan atmosfer
pun menjadi salah satu benda langit. Namun kesemuanya itu bukanlah faktor
kebetulan dan sesungguhnya Allah Swt menciptakan semua yang ada dijagad
raya ini sebuah titipan untuk dijaga dan dimanfaatkan untuk makhluk hidup.
Dan semua itu bisa diambilnya kembali suatu saat.
Saran dan Penutup