You are on page 1of 4

LAPORAN PERJALANAN

Tuesday, 20 January 2009 03:36 -

MENYISIR SUNGAI GANGGA DARI YAMUNA KE BAGMATI Oleh: Putu Widyastuti Rudolf*

Melihat tulisan warna-warni di bagian belakang truk-truk dalam lalu lintas padat ke luar kota
Delhi yang berbunyi: "Horn Please" (Tolong Klakson) atau "Blow Horn" (Bunyikan Klakson)
menyegarkan kembali ingatan akan atmosfir India. Jalan-jalan tidak pernah sepi dengan bunyi
klakson, siang-malam, dan selalu semrawut.

Perjalanan penulis untuk tahun ke-enam ini tidak disertai dengan jadwal perjalanan yang pasti,
tetapi hanya mengikuti kata hati. Dan kata hati membawa penulis ke sungai-sungai suci berikut
tempat-tempat sucinya di wilayah India Utara dan Nepal seperti kisah berikut ini.

Vrindaban, Haridwar dan Rishikesh

Vrindaban, dengan jarak tempuh empat jam dari Delhi adalah sebuah kota kecil yang terkenal
dengan ribuan tempat pemujaan terhadap Sri Krishna (dewa pemelihara bumi) dan tidak
pernah sepi pengunjung. Penulis memilih tinggal di wilayah pura terbesar kota ini, yakni Bankey
Bihari.

Jalan-jalannya yang sempit dihiasi monyet-monyet berpantat merah yang bergelantungan


meramaikan lalu lintas yang sudah padat dengan para pedagang dan peziarah, begitu juga ular
kobra yang dibawa dalam keranjang anyaman oleh para penjinaknya.

Para penduduknya yang ramah akan selalu menyapa dengan "Radhey radhey" atau
"Haribhol?" sebuah ekspresi yang digunakan kala bertemu atau mengucapkan selamat tinggal
di kalangan pemuja Sri Krishna.

Kota ini dilewati oleh Sungai Yamuna, terusan sungai suci India, Gangga. Perahu-perahu
dengan bendera berwarna-warni siap mengantarkan para pengunjung yang ingin melihat-lihat
bangunan-bangunan suci kuno yang ada di sepanjang sisi sungai dimana terkadang terlihat
para pendeta melakukan ritual di tepi sungai.

Setelah mendapatkan pelajaran spiritual dari Guruji (sebutan untuk guru spiritual) Kamal
Goswami, pendeta Bankey Bihari, penulis beranjak ke Mathura, kota kelahiran Sri Krishna yang
jaraknya 15 km dan dari sana lanjut menuju Haridwar yang memerlukan waktu perjalanan 8
jam. Haridwar memiliki arti kata gerbang menuju Tuhan.

Kota ini juga merupakan gerbang menuju empat situs peziarahan di wilayah negara bagian
Uttaranchal ini. Hampir sebagian besar orang datang untuk berendam (holy dip) di Sungai
Gangga yang airnya dingin dan jernih, dan mengikuti upacara Aarti, sebuah pemujaan untuk
Dewi Gangga yang tiap harinya dimulai pada pk. 17:30 di Har-ki-pauri.

1/4

LAPORAN PERJALANAN

Tuesday, 20 January 2009 03:36 -

Para pengunjung duduk dengan rapi di kedua pinggir sungai mendengarkan nyanyi-nyanyian
suci (bhajan) yang berkumandang dengan merdunya meneduhkan jiwa. Kala matahari sudah
masuk ke peraduannya bunyi lonceng yang bertalu-talu, bersahut-sahutan dari pura-pura
sekitar yang ditarik oleh para petugasnya tanda prosesi akan berakhir pun terdengar, dan
akhirnya bunga-bunga dalam mangkuk daun berhiaskan lilin (dhiyas) akan dihanyutkan ke
Sungai Gangga.

Pada saat inilah para warga yang ingin mendapatkan air suci bisa mengambilnya dalam
botol-botol plastik berwarna putih yang banyak dijual di sepanjang pinggir sungai.

Suatu siang, tiba-tiba jalan utama mulai macet total dan terlihat sebuah gajah besar berjubah di
tengah jalan diiringi beberapa kuda berbaju merah bersulam benang emas. Ternyata hari itu,
tanggal 18 Desember merupakan hari ulang tahun salah satu Guru besar setempat, Alvar
Baba, jadi diadakanlah prosesi besar dan megah untuk memperingatinya.

Kereta-kereta dengan boneka-boneka raksasa menyerupai bentuk dewa-dewa diarak-arak di


jalanan dan pasukan drum band berada di garis belakang sebelum sebuah truk terbuka yang
membagi-bagikan prasad (makanan sisa pemujaan) kepada khalayak ramai. Sebuah karnaval
jalanan yang meriah. Iring-iringan ini menuju ke Ashram Alvar Baba, dimana peserta
arak-arakan akan melakukan pemujaan dan diakhiri dengan makan malam bersama.

Kota Yoga

Ibukota yoga dunia adalah sebutan bagi Rishikesh, karena di tempat itu banyak sekali terdapat
sekolah yoga, dan tiap tahunnya, di bulan Februari, biasanya diadakan festival yoga yang
dihadiri para yogis sedunia. Rishikesh, seperti juga Haridwar dilalui Sungai Gangga, hanya
saja, Rishikesh berada di kaki Gunung Himalaya, sehingga udara dan airnya jauh lebih dingin.
Dua areal pusatnya adalah Lakshman Jhula dan Ram Jhula (jhula artinya jembatan).

Wilayah Lakshman Jhula lebih hidup ketimbang Ram Jhula karena para hippies biasanya lebih
memilih tinggal di tempat ini. Keduanya bisa dicapai dengan berjalan kaki selama kurang lebih
45 menit.

Pada akhir tahun 1960an, kelompok penyanyi asal Inggris, The Beetles, pernah berguru dan
menelurkan tembang-tembang mereka di Ashram Maharishi Mahesh Yogi (sekarang dikenal
dengan nama The Beetles? Ashram) yang ada di wilayah Ram Jhula. Tiap malam pukul 17:30
di Munikireti, tepatnya di Triveni Ghat (sungai-red) yang memiliki patung putih besar Dewa Siwa
yang duduk memunggungi sungai Gangga juga rutin diadakan Aarti walaupun tidak sebesar
Har-ki-pauri.

Dibandingkan Haridwar, Rishikesh memiliki alam yang lebih alami dan sunyi, dikelilingi oleh
bukit, sehingga tidak heran kalau tempat ini dipilih oleh para wisatawan mancanegara terutama
kaum hippies untuk tinggal sampai berbulan-bulan mendalami yoga, meditasi, reiki, dengan
kehidupan yang sangat sederhana di dalam ashram (semacam pesantren), dengan biaya
kurang lebih Rp 25.000 sehari, sudah termasuk akomodasi, makanan dan pelajaran.

2/4

LAPORAN PERJALANAN

Tuesday, 20 January 2009 03:36 -

Trekking dan white water rafting-pun adalah opsi yang baik untuk mendekatkan diri dengan
alam Rishikesh dan menghirup udara kaki gunung yang segar.

MENYEBERANG PERBATASAN MENUJU NEPAL

Perjalanan dengan kereta api yang seharusnya memakan waktu 15 jam molor sampai 22 jam
menuju wilayah dekat perbatasan, Gorakhpur. Ditambah tiga jam plus menunggu bis berangkat
untuk sampai ke Sunauli, perbatasan India dan Nepal sisi India, jadilah penulis sampai cukup
malam di Bhairawa, perbatasan sisi Nepal untuk mendapatkan visa on arrival.

Jalan-jalan tidak diterangi lampu jalan karena Nepal sedang melakukan penghematan listrik.
Mereka mengadakan pemadaman tiap harinya total selama 12 jam di musim dingin. Tidak ada
lagi bis yang beroperasi waktu itu dan para tentara Maoist berjaga-jaga di sepanjang jalan yang
penuh diinapi dengan truk-truk besar.

Untung kali ini penulis memiliki dua teman seperjalanan, jadi tiga srikandi dalam dua becak
gayung bisa sampai dengan selamat di penginapan yang jalannya gelap gulita.

Lumbini, 22 km dari Bhairawa ke arah barat, adalah sebuah situs peninggalan bersejarah
dunia (UNESCO World Heritage) merupakan salah satu tempat ziarah paling penting dunia
walaupun sama sekali tidak seramai yang lainnya karena di tempat inilah Siddharta Budha
Gautama dilahirkan oleh ibundanya, Mayadevi.

Zona Pengembangan Lumbini (Lumbini Development Zone) dibagi tiga yaitu Kebun Sakral
(Sacred Garden), zona Wihara yang berisikan wihara dari berbagai negara dan Desa Lumbini -
yang semuanya didisain oleh Prof. Kenzo Tange dari Jepang.

Alam pedesaan Lumbini sangat indah, bisa dilihat dengan tur ke desa-desa dengan
mengendarai sepeda selama 4-5 jam menempuh jarak 10 km. Ada kurang lebih 250 spesies
burung yang terdapat di kawasan ini termasuk burung tertinggi di dunia, Sarus Crane dan
binatang langka, kerbau biru (boselapus tragocamelus) sehingga menarik para ilmuwan untuk
melakukan penelitian di Lumbini selain peziarah.

Taulirakot dulunya adalah ibukota Kerajaan Sakyas atau yang dikenal dengan nama
Kapilavastu, memiliki beratus-ratus situs arkeologi, yang sampai sekarang masih banyak belum
digali dengan alasan finansial. Di sinilah letak kediaman Siddharta Gautama sebelum
memutuskan meninggalkan keduniawian untuk mencapai nirwana dan pergi ke Bodhgaya,
India. Dari Lumbini, Taulirakot berjarak 27 km.

Dikelilingi bukit

Kathmandu sebagai ibukota Nepal, dikelilingi bukit, maka itu sering disebut sebagai Lembah
Kathmandu. Kota ini dipenuhi dengan situs peninggalan sejarah yang menjadi warisan pusaka
dunia (UNESCO World Heritage Sites). Durbar Square, yang berada di 3 kota, yakni
Kathmandu, Patan dan Bhaktapur menampilkan keindahan arsitektur bangunan bekas kerajaan
raja-raja Newar yang tidak boleh dilewatkan oleh wisatawan jika mengunjungi kawasan

3/4

LAPORAN PERJALANAN

Tuesday, 20 January 2009 03:36 -

tersebut.

Di setiap Durbar Square akan ada seorang Kumari atau The Living Goddess, titisan Dewi Kali
yang juga dipuja Raja Nepal. Usianya masih belia - yang ada di Kathmandu sekarang bahkan
berusia 3,5 tahun. Mereka terpilih atas tiga puluhan kriteria, dan setelah dimasukkan ke dalam
sebuah tempat suci selama beberapa hari bersama dengan puluhan bangkai binatang.

Seorang Kumari akan diganti dengan Kumari lainnya ketika ia mengalami datang bulan untuk
pertama kalinya. Hanya umat Hindu yang diperbolehkan naik menjumpai Kumari di istananya,
namun mereka bersedia menampakkan diri dari jendela kepada pengunjung lainnya, asal tidak
difoto. Pantangan lainnya bagi Kumari adalah menginjakkan kaki ke tanah.

Pusat turis di Kathmandu adalah Thamel. Pub, restoran, toko buku, toko baju dan
pernak-pernik, baju, binatu, penginapan, toko perlengkapan mendaki, agen perjalanan,
semuanya ada di situ. Thamel adalah tempat hang-out yang populer, baik bagi para turis
maupun warga Nepal sendiri.

Karena berbatasan dengan Tibet, banyak dijumpai disini perkampungan orang Tibet berikut
stupa-stupa besar, salah satunya adalah Bodnath. Bodhath yang dibangun kira-kira pada abad
ke-14 merupakan salah satu stupa terbesar di dunia, dan ujung stupanya bisa dilihat dari
wilayah pura Hindhu terpenting Nepal, Pashupatinath.

Pashupatinath ini dilalui oleh sungai suci Bagmati. Mereka yang telah divonis tidak akan lama
lagi hidup di dunia ini, bisa tinggal di sebuah rumah kecil dengan beberapa bilik di bawah pura
untuk menunggu ajal tiba. Dan kremasi dilakukan di pinggir sungai.

Tempat kremasi sederhana yang terdiri atas beberapa platform beton segi empat yang
ditumpuki kayu untuk pembakaran mayat ini juga dilengkapi dengan tempat pengambilan
kornea, bagi mereka yang ingin mendonasikan matanya.

Walaupun dikatakan hanya umat Hindu yang boleh masuk ke dalam areal inti pura, penulis
yang beragama Hindu diusir keluar oleh para tentara Maoist yang menjaga keamanan pura
yang rupanya tidak mengerti bahwa agama Hindu tidak hanya dianut oleh warga Nepal dan
India saja. Pashupatinath didekasikan kepada Dewa Siwa, sehingga puncak keramaian di
tempat ini adalah pada malam Siwa Ratri, sebuah malam penebusan dosa.

Tempat pemujaan utama umat Buddha di Kathmandu adalah Swayambunath atau yang
dikenal dengan sebutan The Monkey Temple, karena begitu masuk ke arealnya, monyet
berkeriapan di sana-sini, sampai-sampai mereka dibuatkan kolam renang dan perosotan
khusus.

Menyeruput chai (teh ala Nepal) menunggu matahari terbenam sambil mendengarkan
lagu-lagu rohani dari wihara orang Tibet yang ada di dalam kompleks dengan pemandangan
kota Kathmandu akan membayar kepenatan perjalanan mendaki bukit Swayambunath. (T.PW
Rudolf/penulis perjalanan/B/M007)

4/4

You might also like