You are on page 1of 23

HUBUNGAN ANTARA SIKAP MENDIDIK ORANG

TUA PADA ANAK BERKAITAN DENGAN


PERUBAHAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
ANAK

LAPORAN PENELITIAN

OLEH
ROCHMAN HADI MUSTOFA
S1 PENDIDIKAN EKONOMI
108431417966 OFF B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEMESTER GASAL 2008/2009

1
HUBUNGAN ANTARA SIKAP MENDIDIK ORANG
TUA PADA ANAK BERKAITAN DENGAN
PERUBAHAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
ANAK

LAPORAN PENELITIAN

OLEH
ROCHMAN HADI MUSTOFA
S1 PENDIDIKAN EKONOMI
108431417966 OFF B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEMESTER GASAL 2008/2009

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
HUBUNGAN ANTARA SIKAP MENDIDIK ORANG TUA PADA ANAK BERKAITAN
DENGAN PERUBAHAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK dengan baik.

Di mana dalam penulisan karya tulis ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Penulis ini ingin mengucapkan rasa terima kasihnya,
meskipun tidak secara langsung, kepada:

1. Guru pembimbing yang telah dengan sebaiknya memaklumi dan membantu penulis

2. Teman-teman dan sahabat yang telah memberikan dukungan, kritik serta motivasinya.

Tujuan penulis menulis karya tulis ini adalah untuk mengetahui dan menggali
informasi sedalam-dalamnya tentang sikap mendidik orang tua pada anak dan kaitannya pada
perkembangan pribadi anak tersebut. Saran-saran, manfaat, dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi juga ingin penulis sajikan di dalamnya.

Hambatan-hambatan juga tidak luput sejak awal penulisan karya tulis ini. Diantaranya
adalah mengerjakannya dalam keadaan sakit dan sedikit pusing. Tapi, penulis tetap berharap
bahwa apa yang disajikannya bisa menjadi yang terbaik.

Penulis sadar bahwa walaupun semua usahanya yang dicurahkan untuk menulis karya
tulis ini telah maksimal, tetapi pasti kekurangan-kekurangan dan berbagai kesalahan-
kesalahan dalam penulisannya masih belum luput adanya. Untuk itu, penulis berharap bahwa
saran dan kritik akan terus mengalir tanpa henti.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang,……….Januari 2009

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR………………………………………………. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………….. 3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………… 5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….. 5
1.4 Manfaat atau Kegunaan Penelitian…………………………… 6
BAB II : KAJIAN TEORI PUSTAKA
BAB III :METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian……………………………. 9
3.2 Kehadiran Peneliti………………………………………….. 9
3.3 Lokasi Penelitian……………………………………………. 9
3.4 Sumber Data………………………………………………… 10
3.5 Prosedur Pengumpulan Data……………………………….. 10
3.6 Analisis Data………………………………………………… 10
BAB IV :HASIL OBSERVASI DI LAPANGAN
4.1 Silsilah Keluarga…………………………………………… 12
4.2 Latar Belakang Daerah…………………………………….. 13
4.3 Pendidikan di Sekolah……………………………………... 14
4.4 Pendidikan di Keluarga……………………………………. 14
4.5 Masyarakat sebagai Penunjang Pendidikan……………….. 15
4.6 Media Massa untuk Pendidikan…………………………… 15
BAB V : PEMBAHASAN
BAB VI: PENUTUP
6.1 Kesimpulan………………………………………………… 18
6.2 Saran……………………………………………………….. 19

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Di dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat Indonesia, berkeluarga merupakan


suatu hal yang telah menjadi keharusan. Tidak peduli apa dan bagaimanakah orang tersebut,
tak lepas dari tuntutan untuk hidup berkeluarga. Pada umumnya hampir semua keluarga di
Indonesia memiliki anak sebagai penerus generasi keluarga. Namun tak jarang pula ada
keluarga yang tidak memiliki anak dikarenakan alasan tertentu. Bagi keluarga yang memiliki
anak yang menginginkan kehidupan yang lebih baik bagi anaknya kelak, bekerja dan
mencari nafkah merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat dipungkiri lagi. Selain untuk
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya sehari-hari, juga untuk membiayai pendidikan anak
guna mempersiapkan anak-anaknya menjadi orang yang sukses di masa depan. Tak jarang
pula berbagai upaya seperti les privat, kegiatan ekstrakurikuler, dan berbagai upaya
peningkatan keterampilan lain diberikan kepada anak untuk semakin menambah dan
mengasah keterampilan.

Namun, tak jarang pula para orang tua tersebut bekerja keras hingga lupa memberikan
perhatian terhadap perilaku dan perkembangan anaknya. Kebanyakan para orang tua berfikir
bahwa dengan bekerja dan memperoleh penghasilan sebanyak mungkin kemudian
menyerahkan segalanya pada anak dengan orang tua terus-menerus menyuplai kebutuhan
jasmani anaknya, adalah suatu hal yang cukup. Para orang tua tersebut tidak berfikir bahwa
anak-anak tersebut sebenarnya juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian langsung dari
orang tuanya, para orang tua tersebut tidak menyadari bahwa dengan pola mendidik anak
yang seperti itu justru akan mendorong anak untuk berbuat apa saja sesuai keinginannya. Para
orang tua tersebut cenderung menganggap bahwa menyerahkan semua pendidikan anak pada
lembaga pendidikan formal adalah cukup. Selain itu, para orang tua juga cenderung
memandang sebelah mata pada pendidikan moral dan keagamaan seperti Taman Pendidikan
Al-Qur’an dan lembaga pendidikan moral yang lain. Padahal lembaga pendidikan formal
hanya berperan menyumbang pada kebanyakan aspek intelektualitas, sedangkan anak dalam

5
perkembangannya juga memerlukan pendidikan spiritualitas dan emosionalitas yang banyak
ditemui pada lembaga pendidikan agama.

Pada zaman sekarang, kecerdasan intelektual saja tidak cukup, berdasarkan penelitian
kecerdasan intelektual hanya berpengaruh pada tingkat kesuksesan sebesar 18% sisanya
adalah pada kecerdasan emosional dan spiritual. Disinilah hal yang perlu disadari oleh para
orang tua yang ingin anaknya sukses, perlu untuk meningkatkan pendidikan yang berkaitan
dengan aspek emosional dan spiritual. Aspek tersebut bisa didapat dari perhatian yang
diberikan oleh orang tua, sekaligus sebagai pembimbing dan penentu arah anak-anaknya. Jika
orang tua kurang tanggap terhadap permasalahan ini tidak menutup kemungkinan anak akan
tumbuh ke arah yang negatif. Terlebih lagi pada zaman sekarang yang cenderung sekularis,
jika kita tidak pandai-pandai mengamati perkembangan anak maka yang ada hanya akan
menimbulkan permasalahan baru. Tidak lepas pula yang harus diperhatikan adalah faktor
lingkungan, anak-anak yang hidup di daerah yang lingkungannya keras tentu akan sangat
berbeda hasilnya dibanding yang hidup di daerah pesantren, ini mengindikasikan bahwa
selain orang tua, faktor lingkungan juga berpengaruh.

1.2. RUMUSAN MASALAH

A. Apa penyebab atau faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya kepribadian


seseorang?

B. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap terbentuknya kepribadian seseorang?

C. Seberapa besar pengaruh orang tua dalam membimbing anaknya terhadap


perkembengan kepribadian tersebut?

D. Bagaiman perilaku seseorang mampu mempengaruhi kondisi lingkungannya?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Dari ulasan yang ada pada latar belakang masalh dan rumusan masalah yang
menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang dapat
diperoleh beberapa tujuan dalam penelitian yaitu:

6
A. Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang membentuk kepribadian
seseorang

B. Memperoleh gambaran mengenai seberapa besar lingkungan berpengaruh terhadap


terbentuknya kepribadian seseorang

C. Mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan orang tua terhadap terbentuknya


kepribadian

D. Mengetahui hubungan antara perilaku seseorang dengan lingkungannya.

1.4. MANFAAT/KEGUNAAN PENELITIAN

1. Bagi Penulis

Bagi penulis sendiri, selain sebagai persyaratan memenuhi tugas akhir juga
bermanfaat sebagai sebuah tambahan pengetahuan, karena melalui penelitian ini
penulis menjadi lebih mengtahui apa saja sebab-sebab seorang individu maupun
anak tumbuh dan berkembang, karena ternyata banyak sekali faktor-faktor penting
yang menyertai proses tumbuh dan kembangnya kepribadian seseorang sehingga
menambah wawasan penulis secara umum.

2. Bagi Pembimbing

Bagi pembimbing sendiri diharapkan dengan adanya buku ini mampu menambah
wawasan atau paling tidak memberi sedikit wawasan, guna memperkaya
pengetahuan pembimbing yang tentunya masih jauh lebih banyak dibanding yang
saya mampu pelajari. Meski tidak banyak berperan dan menyumbang namun
diharapkan mampu memberi sedikit inspirasi dan suatu titik cerah tentang
bagaimana kepribadian anak berkembang.

3. Bagi Orang Tua

Dengan hadirnya laporan penelitian ini diharapkan para orang tua mampu sedikit
lebih memahami tentang arti penting dari adanya pengaruh-pengaruh
perkembangan anak, baik yang datangnya dari luar individu maupun dari dalam
lingkungan keluarga individu itu sendiri. Jadi, informasi yang didapat orang tua
tidak hanya terbatas pada yang umumnya diketahui oleh orang tua itu sendiri,

7
melainkan juga dari buku-buku panduan hasil observasi dari laporan penelitian
berikut ini.

BAB II

KAJIAN TEORI/PUSTAKA

Kepribadian seseorang adalah suatu ciri khas tingkah laku, karakteristik, watak, dan
perilaku yang dimiliki oleh seseorang yang umumnya tidak sama dengan orang lain.
Kepribadian merupakan suatu hal yang melekat dan pasti ada pada diri seseorang,
kepribadian tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya faktor yang memiliki peranan sangat besar yaitu keluarga. Keluarga merupakan
lingkungan sosialisasi yang pertama dijumpai oleh individu, keluarga memiliki peran dan
fungsi-fungsi pendidikan yang lebih besar dibanding sekolah.

Pada umumnya kepribadian seseorang dapat dilihat dari cara orang tersebut bersikap,
berfikir, dan berbicara. Tiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain,

8
meskipun orang tersebut barasal dari keluarga yang sama. Kepribadian merupakan suatu
aspek kualitatif yang tidak dapat diukur dengan satuan, kepribadian hanya dapat kita lukiskan
kedalam bentuk ekspresi yang kita ketahui. Kita dapat mengatakan bahwa seseorang
memiliki watak yang pemarah, namun seberapa jauh kemarahan seseorang kita tidak dapat
menghitungnya, hanya mengira-ngira saja. Berdasarkan pengaruhnya terhadap lingkungan,
kepribadian dibagi menjadi dua yaitu positif dan negatif. Dikatakan positif manakala kita
merasa kepribadian seseorang tidak merugikan yang lain dan sesuai dengan
aturan/norma/ketentuan yang berlaku serta membawa manfaat pada sekitarnya. Dikatakan
negatif manakala kepribadian tersebut dianggap melanggar aturan/norma/ketentuan yang
berlaku serta merugikan sekitarnya. Seseorang bisa berlaku negatif di masyarakat dan bisa
juga bisa berperilaku positif, tergantung dari mana masyarakat menilai. Perilaku tersebut
pada umumnya didasari oleh suatu alasan, perilaku positif misalnya, biasanya didasari oleh
kesadaran atau karena alasan agama, sedangkan negatif biasanya didasari oleh kesalahan
penafsiran akan makna peraturan itu sendiri.

Penyimpangan perilaku adalah suatu bentuk tindakan yang dilakukan oleh seseorang
atau kelompok yang tidak sesuai/bertentangan dengan peraturan / kaidah / ketentuan yang
berlaku di suatu masyarakat dan pada umumnya membawa dampak yang merugikan bagi
lingkungan di sekitarnya. Para pelaku penyimpangan ini akan mendapatkan sanksi oleh badan
hukum yang mengatur atau juga oleh masyarakat. Para pelaku ini umumnya memiliki latar
belakang keluarga dan lingkungan yang menyimpang. Mereka melakukan penyimpangan
sebagai bentuk ekspresi atas ketidakpuasan terhadap kondisi yang ada dan sebagian lagi
karena ketidakmengertian atas norma yang harus dipatuhi.

9
10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Pada penulisan karya tulis ilmiah ini, saya mengadakan penelitian secara langsung di
lapangan, yaitu metode penelitian kualitatif dengan metode wawancara. Secara langsung
saya melakukan pengamatan kurang lebih satu minggu guna mendapatkan hasil yang
seakurat mungkin. Sedangkan secara tidak langsung saya mengamati dan mengambil hasil
penelitian melalui pengamatan secara non-formal atau dengan kata lain, saya mengambil
sebagian hasil penelitian dari pola perilaku dan kegiatan objek sehari-hari selama saya
bergaul dengan lingkungan dan keluarga objek.

3.2. KEHADIRAN PENELITI

Dalam penyusunan laporan penelitian ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan,


mengingat hasil wawancara yang dihasilkan haruslah seakurat dan sejelas mungkin. Selain
itu, guna menunjang keabsahan nilai laporan penelitian ini, saya juga terjun langsung ke
lapangan. Hal ini juga dimaksudkan supaya tidak adanya campur tangan pihak lain yang
justru nantinya dapat merusak isi dari laporan penelitian. Dengan demikian, kualitas dari isi
laporan penelitian tetaplah terjaga.

3.3. LOKASI PENELITIAN

Dalam laporan penelitian ini saya mengambil lokasi penelitian di Desa Bacem, Kec.
Ponggok, Kab. Blitar, di mana lokasi objek bertempat tinggal. Dengan menggunakan sumber
data primer, yaitu di desa yang memiliki luas wilayah yang didominasi oleh wilayah
persawahan tersebut, tepatnya di RT/RW 07/01, keluarga objek berada. Lokasi objek dapat
dikategorikan sebagai daerah yang memiliki ruang lingkup kegotong-royongan yang tinggi
dan masih menjunjung nilai-nilai luhur dari leluhurnya. Lokasi objek penelitian ditinjau dari

11
segi lingkungan alam, polusi-polusi daerah perkotaan juga belum sampai masuk ke dalam
lingkungan ini.

3.4. SUMBER DATA

Di sini, saya meneliti sebuah keluarga yang di dalamnya terdapat 4 orang anak, tetapi
salah satu di antaranya sudah tidak bersekolah lagi dikarenakan faktor usia, sehingga tidak
saya ikutkan sebagai salah satu objek penelitian. Sehingga, yang menjadi objek adalah 3
orang anak lainnya, 2 laki-laki berusia 19 dan 10 tahun, dan 1 perempuan berusia 14 tahun.

Di sini saya membatasi penelitian pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan objek
observasi dan hal-hal yang perlu diketahui berkaitan denga hasil observasi yang telah saya
tuliskan dalam bentuk yang sesingkat dan seringkas mungkin. Gunanya adalah untuk
membatasi hasil penelitian dari hal-hal yang mengganggu isinya.

3.5. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Metode yang saya gunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan lebih
mengutamakan kualitas data dengan harapan bahwa hasil observasi tersebut respresentatif
atau dapat mewakili dan menggambarkan kondisi sesungguhnya dari suatu hasil observasi.

Untuk memperoleh data-datanya, maka terlebih dahulu saya mengawali dengan


melakukan sosialisasi secara langsung kepada objek atau responden yang bersangkutan
dengan masalah yang diangkat laporan penelitian ini, kemudian saya berikan penjelasan-
penjelasan mengenai tujuan-tujuan dari kegiatan wawancara yang saya lakukan untuk
menghindari persepsi dan anggapan yang keliru dan dengan begini diharapkan analisis dapat
berjalan lebih akurat.

Pada pengumpulan data selanjutnya, saya juga menambahkan beberapa informasi


penting terkait dengan pola perilaku anak yang berasal dari keluarga. Informasi tersebut
terkait dengan permasalahan seputar responden sebagai tambahan atas informasi yang tidak
dapat saya peroleh langsung dari individu responden, namun masih tidak menyimpang dari
sumber data primer.

3.6. ANALISIS DATA

12
Dari hasil wawancara yang saya lakukan, saya memperoleh beberapa kejelasan
penting seputar hasil wawancara. Pada umumnya, responden beranggapan bahwa
perkembangan kepribadian dan tingkat pendidikan kurang memiliki pengaruh yang
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya pengawasan orang tua terhadap media
pendidikan formal yang digunakan sebagai salah satu media ajar-anak, terutama yang saya
lihat di sini adalah dari Keluarga Pak Tumirin.

Keluarga ini memang menganggap penting lembaga pendidikan luar rumah sebagai
hal yang penting, namun kontrol pengawasan di lingkungan sekolah tidak begitu
diperhatikan, karena kebanyakan hal itu diserahkan sepenuhnya pada lingkungan pergaulan
sekitar.

Namun, hal ini sedikit berbeda ketika menjumpai cara mendidik Pak Maksun yang
mempunyai 2 orang anak yang masih bersekolah. Keluarga Pak Maksun yang tinggal
serumah dengan Bu Asiyah ini, menerapkan cara mendidik, yang, di mana pendidikan moral
dan pendidikan sekolah sebisa mungkin diseimbangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
suatu keluarga yang sama, tindak pendidikannya pun belum tentu sama. Tergantung saja pada
bagaimana orang tua membiarkan anak-anaknya tumbuh dan berkembang.

13
BAB IV

HASIL OBSERVASI DI LAPANGAN

Dalam observasi yang saya lakukan, saya meneliti keluarga Pak Tumirin yang
beristrikan Bu Asiyah. Mereka mempunyai 2 orang anak bernama Heru(23 tahun) dan
Mohammad Saiful(19 tahun), keluarga ini dapat dikategorikan sebagai keluarga yang broken
home.

14
4.1. SILSILAH KELUARGA

Keluarga ini sebelum terbentuk susunan keluarga seperti sekarang memiliki silsilah
keluarga yang panjang, Heru dan Saiful sebenarnya bukanlah saudara kandung, akan tetapi
hubungan antara keduanya akrab. Heru berasal dari perkawinan antara Pak Tumirin dengan
istri pertamanya yang sekarang saya tidak mengetahui identitas dan keberadaannya. Setelah
bercerai dari istri pertamanya pak Tumirin sehari-hari bekerja sebagai pedagang buah di pasar
Pathok, kec Ponggok kab. Blitar, Sedangkan letak rumah Pak Tumirin adalah di desa
Candirejo kec. Ponggok Kab. Blitar. Selain bekerja sebagai pedagang buah juga bekerja
sebagai distributor buah kelapa ke beberapa pasar setempat. Nama Bapak dari Pak Tumirin
adalah Mudjiono, bekerja sebagai petani di desa Candirejo, letak antara desa Candirejo
adalah di sebelah selatan dari desa Pathok.

Mohammad Saiful biasa dipanggil Ipul merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara.
Kakaknya adalah perempuan namun telah meninggal saat berusia 1 tahun,sebab kematian
tidak diketahui dengan jelas. Saiful adalah anak dari pasangan Bu Asiyah dengan suami
pertamanya bernama Pak Jarni Khasan. Sebagai anak tunggal saiful menjadi anak yang
sangat dperhatikan oleh orang tuanya, namun pada saat berusia 9 tahun orang tuanya
berselisih karena Pak Jarni berencana menikah lagi dengan seorang wanita. Hal ini
menyebabkan keduanya berpisah meskipun belum bercerai, namun hal ini berimbas pada
kontrol orang tua terhadap Pendidikan Saiful. Prestasi belajar Saiful mengalami penurunan
dan berdampak pada tinggal kelas di kelas 4 SD, kemudian pada tidak lolosnya saiful pada
seleksi penerimaan siswa baru di SLTPN 1 Ponggok yang merupakan sekolah Favorit di
kecamatan Ponggok. Dengan demikian Saiful memutuskan untuk meneruskan di sekolah
Madrasah Tsanawiyah Bacem yang notabene adalah sekolah swasta yang masih baru berdiri.
Di Madrasah tersebut Saiful bukannya mendapat ilmu agama yang semakin banyak tetapi
malah mulai terjebak pada pergaulan teman-temannya yang dapat dikatakan agak
menyimpang. Saiful yang sewaktu bersekolah di SDN Bacem V(sekarang berganti nama
menjadi SDN Bacem I karena kebijakan setempat yang menggabungkan SDN Bacem V
dengan SDN Bacem I) tidak berani merokok dan keluar malam sekarang malah menyukai
aktivitas tersebut. Memang bagi warga di desa Bacem merokok adalah hal yang umum
seperti di daerah lainnya, tetapi mengingat usianya yang belum cukup umur hal itu bisa
dianggap menyimpang. Dan puncaknya yaitu ketika terlibat tawuran ketika masih duduk di
bangku SMA yang berakibat tidak diluluskan hingga sekarang masih kelas 3 SMA.

15
Bu Asiyah adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai petani di sawah
yang dimiliki oleh keluarganya, tempat tinggal Bu Asiyah sebenarnya di desa Bacem kec.
Ponggok, Blitar, namun setelah menikah dengan Pak Tumirin kemudian pindah ke desa
Candirejo yaitu di rumah Pak Tumirin. Bu Asiyah bercerai dengan Pak Jarni Khasan pada
tahun 2005 ketika Saiful duduk di bangku SMA dan pada tahun 2006 Bu Asiyah menikah
dengan Pak Tumirin. Dari hasil pernikahan tersebut hingga saat ini mereka belum dikaruniai
anak lagi, meski demikian pak Jarni Khasan masih sering mengunjungi Saiful yang sekarang
tinggal bersama neneknya di desa Bacem. Di rumah ini selain nenek Saiful yang bernama Bu
Wakiyem juga tinggal kakeknya yang bernama Pak Marto Paing, dan pasangan suami istri
beserta dua orang anak.

Pasangan suami istri ini adalah saudara dari bu Asiyah dimana Bu Anjarwati adalah
adik dari bu Asiyah. Suami dari bu Anjarwati bernama Pak Makhsun, keduanya bekerja
sebagai pengajar di Madrasah Ibtida’iyah Bacem. Kedua anaknya adalah Siti Fatimah(14
tahun) dan Akhmad Sobiri(10 tahun), Siti Fatimah bersekolah di Madrasah Tsanawiyah
Bacem kelas 3 sedangkan Akhmad Sobiri di Madrasah Ibtida’iyah Bacem kelas 4 dimana
orang tuanya mengajar.

4.2. LATAR BELAKANG DAERAH

Desa bacem adalah desa yang memiliki topografi wilayah yang rata dan memiliki
lahan pertanian yang sangat luas. Dikarenakan topografi dan kondisi wilayah tersebut, secara
turun-temurun mata pencaharian penduduk desa Bacem mayoritas adalah petani. Lahan yang
dimiliki adalah warisan dari pendahulunya, selain itu sering pula terjadi sewa lahan dan jual
beli kepemilikan lahan persawahan. Tanaman pertaniannya beragam mulai dari padi, jagung,
cabe, tomat, kol, kubis, sawi dan lainnya dan pada umumnya mengikuti perhitungan musim.
Masyarakat di desa Bacem sebagian besar masih mengadakan ritual seperti kendurian dan
lain sebagainya. Mayoritas penduduk beragama Islam dan terdapat banyak masjid dan
mushola namun tidak terdapat tempat peribadatan agama lain. Selain itu desa Bacem tidak
memiliki pasar, pasar terdekat adalah pasar Cangkering dan pasar Candirejo. Batas
wilayahnya adalah desa Candirejo di bagian timur, desa Gembongan di bagian Barat, desa
Sidorejo di bagian Utara, dan desa Njagoan di sebelah Selatan.

16
Hubungan antara berbagai desa yang ada di sekitarnya tergolong cukup baik meski di
desa Bacem mayoritas pemudanya mempunyai temperamen keras. Terkadang pada akhir
pekan banyak dijumpai pemuda-pemuda yang mabuk-mabukan namun tidak sampai
membuat keresahan.

4.3. PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Berkaitan dengan pendidikan di sekolah, Heru hanya menamatkan pendidikan di


SLTP PGRI Sidorejo karena lebih memilih membantu ayahnya bekerja sebagai distributor
buah kelapa dan sekarang Heru bekerja di Singapura melalui jasa penyaluran TKI.
Sedangkan Saiful sekarang masih berada di kelas 3 SMAN 1 Ponggok, kegiatan yang pernah
diikuti yaitu ekstrakurikuler sepakbola.

Sedangkan keluarga pak Makhsun menerapkan disiplin dan pengawasan yang lebih
kepada anaknya, hal ini ditunjukkan melalui berbagai macam kegiatan les, TPA, dan
ekstrakurikuler menggambar.

4.4. PENDIDIKAN DI KELUARGA

Di keluarga, pendidikan yang diberikan oleh Bu Asiyah adalah sopan santun terhadap
orang tua dan orang lain yang lebih tua. Pendidikan agama diserahkan kepada TPA yang dulu
sewaktu kecil diikuti, setelah menyelesaikan TPA tidak lagi di didik agama secara konsisten.
Peran orang tua dalam mendidik agama pada Saiful terlihat kurang karena orang tua Saiful
sendiri kurang begitu luas pengetahuannya tentang agama dan terkadang tidak melaksanakan
kewajiban sholat lima waktu. Saiful sendiri sebenarnya tidak terlalau akrab dengan ayahnya
yang kedua, hal ini dapat dilihat dari minimnya komunikasi dari Saiful dengan ayahnya.

Siti Fatimah dan Akhmad Sobiri memiliki pola pengajaran yaitu dengan diajarkan
sopan santun dan moral. Setiap sore akhmad Sobiri mengikuti TPA di musholla sedangkan
Siti Fatimah belum lama ini telah menyelesaikan kegiatan TPA dan disibukkan dengan les
mata pelajaran karena akan menghadapi UAS dan Ebtanas. Oleh oramg tuanya diajarkan tata
cara berbahasa yang sopan kepada orang tua dan orang lain, misalnya dengan memakai
bahasa krama halus saat berbicara dengan orang yang lebih tua.

17
4.5 MASYARAKAT SEBAGAI PENUNJANG PENDIDIKAN

Dalam masyarakat sekitar, tindak mendidik anak, baik Heru maupun Saiful, yaitu
dengan mengajarkan pada mereka bagaimana cara-cara bertani, berladang, dan menggunakan
alat-alat pertanian. Sebagai pemuda dalam keluarga, keduanya diperkenalkan pada
masyarakat pertanian yang merupakan mayoritas di Desa Bacem. Pada waktu senggang pun
—karena sudah terbiasa—mereka lebih memilih bergaul dan bercengkrama bersama para
petani di desa daripada melakukan hal yang lain. Mereka menganggap bahwa bergaul dengan
para petani yang sudah berpengalaman akan menambah ketrampilan mereka dalam mengolah
sawah keluarga nantinya.

Dapat dikatakan, masyarakat di sekitar lingkungan mereka lebih memengaruhi perilaku


mereka daripada keluarga mereka sendiri.

Heru dan Saiful juga mempunyai kebiasaan buruk yang ditimbulkan karena pengaruh
pemuda-pemuda lain di desanya, yaitu mabuk-mabukkan. Mereka hampir selalu
menghabiskan uang yang diperolehnya atau yang dipunyainya hanya untuk membeli
minuman keras dan mabuk-mabukkan bersama teman-teman sebayanya yang juga
mempunyai kebiasaan buruk yang sama.

Berbeda dengan Fathimah dan Ahmad Sobiri yang sejak kecil memang lebih suka
menghabiskan waktunya untuk belajar di rumah, sehingga peran masyarakat sebagai media
penunjang pendidikan tidak terlalu terlihat dan dikalahkan oleh peran keluarga terutama
orang tua. Orang tua mereka nyaris menjadi orang tua yang over protective kepada keduanya,
hal ini dikarenakan mereka tidak ingin Fathimah dan Ahmad Sobiri menjadi berperilaku
menyimpang seperti kebanyakan pemuda-pemudi di desanya.

4.6 MEDIA MASSA UNTUK PENDIDIKAN

Penggunaan media massa untuk pendidikan bagi Fathimah dan Ahmad Sobiri masih
belum begitu menonjol, karena untuk menonton tv atau membaca majalah-majalah, mereka
masih harus dipilihkan oleh orang tuanya. Mana acara atau program yang baik bagi usia dan
pertumbuh-kembangan mereka, dan mana acara atau program yang tidak baik dan buruk bagi
pertumbuh-kembangan mereka.

18
Sementara bagi Saiful dan Heru, mereka biasanya menggunakan media massa—
khusunya tv—hanya untuk menonton tayangan-tayangan atau acara-acara yang bersifat
menghibur, seperti komedi, musik, dan beberapa acara hiburan lain. Mereka juga sering
membeli majalah-majalah atau tabloid handphone terbaru. Alasannya, karena mereka amat
tertarik pada dunia pertelekomunikasian digital.

BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil observasi yang saya dapatkan, keluarga Pak Tumirin merupakan salah satu
contoh keluarga yang mengalami apa yang disebut orang sebagai keluarga broken home. Di
mana, silsilah keluarga yang sangat panjang diwarnai pula oleh berbagai peristiwa seperti
terjadinya penyimpangan pada usia remaja. Faktor-faktor penyebab penyimpangan yang
dilakukan, antara lain:

1. Faktor Keluarga

Suasana keluarga yang tidak kondusif merupakan penyebab utama terjadinya penyimpangan
pada anak. Hal ini merupakan suatu bentuk ketidakpuasan anak dalam menerima kondisi
keluarga yang terjadi. Anak yang hidup di dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan
perpecahan dan pertentangan, pastilah emosinya menjadi tidak stabil dan sering melakukan
perilaku yang menyimpang sebagai pelampiasan emosi. Seperti yang dialami oleh Saiful.

Berbeda dengan Ahmad Sobiri dan Fathimah yang selalu mendapatkan kasih sayang penuh
dari kedua orang tuanya. Mereka hampir tidak pernah melakukan perbuatan yang
menyimpang, karena tidak adanya rasa tertekan dan emosi yang berlebihan pada diri mereka.
Hal ini juga memberikan hal positif lain, yaitu pada bidang pelajaran di sekolah, mereka
sering mendapat peringkat kelas.

2. Faktor Lingkungan

Yang tidak kalah pentingnya dari faktor pertama adalah faktor lingkungan. Lingkungan akan
memberikan pengaruh pada perilaku orang di sekitarnya sebagai suatu reaksi adaptasi,
misalnya Saiful yang berada di lingkungan yang sebagian besar pemuda-pemudinya
berperilaku atau berkelakuan hampir selalu buruk dan menyimpang (mabuk, tawuran, dsb.),

19
ditambah lagi kondisi keluarga yang tidak stabil, makin membuat kelakuan dan pribadi Saiful
ikut tidak stabil.

Berbeda lagi dengan Ahmad Sobiri dan Fathimah yang selalu dihindarkan oleh hal-hal
negatif seperti itu oleh orang tuanya, sehingga sejak mereka kecil, mereka sudah
mendapatkan hal-hal yang positif terus.

3. Faktor dari dalam Diri Sendiri (Internal)

Faktor internal maksudnya, yaitu faktor dari dalam diri individu yang mendorong untuk
berperilaku. Pada dasarnya, di dalam diri setiap individu, terdapat keinginan-keinginan untuk
berbuat baik dan buruk. Hal itu akan menjadi semakin matang, tergantung pada pendidikan
yang mengiringi pertumbuhan individu tsb.

Intinya, perilaku seorang anak memberikan citra gambaran yang besar pada tata
pergaulan muda-mudi wilayah tersebut.

6.2. SARAN

Berdasarkan hasil laporan penelitian, maka penulis menuliskan beberapa


saran:

a) Sebagai mahasiswa, sudah selayaknyalah apabila dari sekarang kita mulai


memperhatikan segala hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang muda-mudi.
Sebagai contoh dalam mendidik anak-anak kita kelak. Kita harus bisa
menyeimbangkan antara sisi negatif dan positif dalam diri anak agar anak tumbuh
sesuai dengan semestinya.

b) Kerjasama yang baik juga diperlukan antara orang tua dan anak. Komunikasi dan cara
mengasuh yang baik juga akan menentukan bagaimana pola perilaku anak itu sendiri
nantinya.

c) Berikanlah perhatian lebih pada anak untuk mendengarkan cerita-cerita dan curahan
hati (curhat)nya. Karena, dengan begitu akan terjalin komunikasi yang baik dan
pembentukan pribadi yang baik pula. Dan, berikanlah saran-saran untuk tiap
masalahnya.

20
21
BAB VI

PENUTUPAN

Pada bab yang terakhir ini, saya ingin menyajikan dua hal berkaitan dengan
penulisan-penulisan sebelumnya:

A. Kesimpulan, dan

B. Saran

Agar supaya hasil penelitian lapangan yang telah saya lakukan ini mencapai
titik terang yang jelas.

6.1. KESIMPULAN

Perbedaan antara kecenderungan mendidik yang dilakukan oleh orang tua terhadap
masing-masing anak tidaklah selalu sama. Ada orang tua yang over protective yang
menginginkan anaknya selalu dalam jangkauan pengawasannya, ada juga orang tu yang
bebas, yang membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang sesuai keinginan anak itu sendiri.

Tumbuh dan kembang anak itu sendiri seringkali dikait-kaitkan dengan latar belakang
media pendidikan yang menyertainya. Jika seseorang memiliki latar pendidikan yang baik,
maka terkadang penilaian masyarakat terhadap media pendidikan anak tsb adalah baik.
Dengan demikian, orang tua cenderung menyerahkan media pendidikan kepada lembaga-
lembaga sekolah. Padahal, di samping lembaga pendidikan tsb., terdapat pula peran vital
yang tidak boleh dilupakan orang tua bila menginginkan anaknya tumbuh kembang secara
maksimal, baik dari segi mental maupun kualitas intelektual.

22
Peran yang dimaksud di sini adalah peran aktif orang tua dalam membimbing anak,
terutama pada masa-masa awal pertumbuhan. Kebanyakan anak yang mampu tumbuh secara
sukses di masa sekarang bukanlah hasil dari pendidikan formal semata, tetapi juga hasil
pendidikan lingkungan yang kondusif yang turut menyertainya.

Pada dasarnya, ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi, antara lain:

1. Faktor Keluarga; sebagai penentu keberhasilan pertumbuhan individu, apakah akan


tumbuh ke arah yang negatif ataukah ke arah yang positif.

2. Faktor Lingkungan; sebagai penerus apa yang kurang atau tidak cocok pada faktor
pertama, dan sebagai tempat pelampiasan anak terhadap emosinya (stabil atau labil).

3. Faktor Lain yang Terkait (faktor bawaan lahir individu): sebagai penggambaran
bagaimana tingkah laku individu suatu tempat mempengaruhi keadaan masyarakat suatu
wilayah.

23

You might also like