Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
sebagian masyarakat Indonesia. Menurut laporan Statistik Indonesia atau BPS
tahun 2001, dapat dijelaskan bahwa sektor industri menyerap tenaga kerja
sebanyak 4.234.983 orang di seluruh Indonesia. Jumlah ini hanya untuk
industri besar dan sedang saja. Sementara itu, industri kecil mampu membuka
peluang pekerjaan sebanyak 2.004.590 orang dan industri rumah tangga
sebanyak 4.502.183 orang dalam perekonomian Indonesia, sedangkan nilai
output yang dihasilkan oleh industri besar dan sedang sebanyak Rp 582.863
miliar, industri kecil sebanyak Rp 15.392 miliar, industri rumah tangga sebesar
Rp 24.741 miliar. Semua angka-angka ini memperlihatkan bahwa betapa
besarnya peranan sektor industri dalam perekonomian Indonesia. Angka-
angka ini juga dengan jelas memperlihatkan bahwa sektor industri merupakan
sektor andalan dalam perekonomian Indonesia. Kemajuan sektor industri
berarti kemajuan ekonomi Indonesia dan sebaliknya (Aliasuddin, 2002).
Era globalisasi harus dijadikan agenda baru bagi kesehatan masyarakat,
ketika Indonesia memasuki abad 21 globalisasi akan memberikan dampak
yang sangat luas kepada Indonesia. Dampak globalisasi diperkirakan dapat
memberikan pengaruh baik terhadap penggunaan teknologi kesehatan, sistim
pelayanan, macam penyakit baru, hingga kondisi sosial kemasyarakatan
lainnya. Dengan kata lain mau tidak mau, dampak globalisai harus menjadi
salah satu prioritas dalam bidang kesehatan di Indonesia (FKM undip, 2010).
Aspek penting dalam perlindungan kesehatan masyarakat dan pekerja
di industri ialah pencegahan dan pengurangan paparan bahan-bahan (kimia)
yang dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap peningkatan timbulnya penyakit, ketidaknyamanan atau
kecacatan bahkan laju kematian (Pusat K3, 2008).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang penting
dalam aktivitas dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini tergantung pada seberapa besar
pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu sendiri. Resiko adalah kesempatan
untuk terjadinya kecelakaan atau kerugian, juga kemungkinan dari akibat dan
kemungkinan bahaya tertentu (Pararaja Arifin, 2008).
Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak
positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja,
kemudahan dalam komunikasi dan transportasi yang akhirnya berdampak pada
2
peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang
terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses
industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Timbulnya penyakit akibat kerja
telah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia, berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 telah ditetapkan 31 macam
penyakit yang timbul karena kerja. Berbagai macam penyakit yang timbul
akibat kerja, organ paru dan saluran nafas merupakan organ dan sistem tubuh
yang paling banyak terkena oleh pajanan bahan-bahan yang berbahaya di
tempat kerja. Penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit atau kelainan
paru yang terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang
berbahaya saat seseorang sedang bekerja. Tempat tertimbunnya bahan-bahan
tersebut pada saluran pernafasan atau paru dan jenis penyakit paru yang terjadi
tergantung pada ukuran dan jenis yang terhirup. Beberapa jenis partikel yang
di antaranya bisa menyebabkan penyakit paru yaitu partikel organik dan
anorganik. Selain itu gas dan bahan aerosol lain seperti gas dari hidrokarbon,
bahan kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan hasil pembakaran
plastik (Krishna Oka, 2010).
penyakit paru akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
partikel, uap gas atau kabut berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru
jika terinhalasi selama bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung sampai
alveoli menampung 14.000 liter udara ditempat kerja selama 40 jam kerja
dalam satu minggu. American lung Association menmbagi penyakit paru
menjadi dua kelompok besar, yaitu ; Pneumoconiasis yang disebabkan debu
yang masuk kedalam paru-paru, dan hipersensitivitas seperti asma yang
disebabkan karena reaksi yang berlebihan karena polutan udara. Sebagai
tambahan beberapa kasus yang sering sebagai penyakit paru akibat kerja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana strategi penanganan masalah kesehatan dalam bidang industri
makanan dan minuman?
b. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam menangani toksikologi bidang
industri ?
3
1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penulis mengharapkan penelitian
ini dapat memberikan manfaat untuk :
Bagi perusahaan :
o Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam membuat keputusan
untuk mengatasi permasalahan mengenai faktor resiko timbulnya
masalah kesehatan di berbagai bidang industri
Bagi akademis :
o Sebagai kesempatan bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai
faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja pada
karyawan berbagai bidang industri.
o Sebagai salah satu sumber informasi dan pembanding bagi peneliti lain
khususnya mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit
akibat kerja pada karyawan berbagai bidang industri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
5. membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan
taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobtan dan rehabilitasi.
6. menangani penyakit akut dan kronik.
7. melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah
sakit.
8. tetap bertangung jawab atas pasien yang dirujukkan ke dokter spesialis
atau dirawat di rumah sakit.
9. memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan.
10. bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.
11. mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien.
12. menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.
13. melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara
umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.
6
modul pelatihan yang terpisah dalam berkas tersendiri karena akan lebih
sering disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran :
1. menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran
keluarga.
2. menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan keterampilan klinik
dalam pelayanan kedokteran keluarga.
3. menguasai keterampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan
profesional dokter-pasien untuk :
a. secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota
keluarga dengan perhatian khusus terhadap perab dan risiko kesehatan
keluarga
b. secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk bekerjasama
menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan
dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko
kesehatan keluarga
c. dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim
pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/ kesehatan
4. memiliki keterampilan manajemen pelayanan klinik :
a. dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan
memperhitungkan potensi yang dimiliki pengguna jasa pelayanan
untuk menyelesaikan masalahnya
b. menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga yang bermutu
sesuai dengan standar yang ditetapkan
5. memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spiritual
6. memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang pengelolaan pelayanan
kesehjatan termasuk system pembiayaan (asuransi kesehatan)
(Dinkes Walikota Jakarta Utara, 2005).
7
Komprehensif :
Dokter harus mengarahkan seluruh kepiawaiannya dan memanfaatkan
fasilitas yang ada dan diperlukan untuk sebesar-besarnya kepentingan
pasien, kontinu, bersinambung, pasien selalu dalam pantauannya.
Koordinatif dan kolaboratif :
Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengatur seefisien mungkin
segenap keperluan pasien.
Mengutamakan pencegahan :
Dengan menyelenggarakan ceramah kesehatan, vaksinasi, KIA, dan KB
Mempertimbangkan bahwa pasien merupakan bagian integral dari keluarga
dan masyarakatnya.
Untuk melaksanakan semua itu tentu saja memerlukan upaya khusus
dimana dokter keluarga harus berpraktik secara paripurna memberikan
pelayanan selama 24 jam sehari dan 7 hari sepekan, tidak ada hari libur untuk
melayani pasien. Untuk itu dokter keluarga haruslah praktik berkelompok,
paling tidak 3 orang dalam sebuah klinik (JPKM, 2004).
8
2.2 Tuberculosis Paru
2.2.1 Definisi
Tuberkulosis paru adalah sutu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil Mikobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu
penyakit saluran pernapasan bagian bawah (Alsagaff, 2006).
2.2.2 Epidemiologi
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat
TB masih tetap mejadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan
Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB
dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang
1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada
3.617.047 kasus TB yng tercatat diseluruh dunia.
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia
China dan India. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia
adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985
dan survei kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai
penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB
Paru diperkirakan 0,24%.
Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB secara global
antara lain disebabkan :
1. kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang
berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu dinegara maju
2. adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan dari struktur usia manusia yang hidup
3. perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk di
kelompok yang rentan terutama dinegeri-negeri miskin
4. tidak memadainya pendidikan mengenai TB di antara para dokter
5. terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik dan
pengawasan kasus TB dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus yang
tidak adekuat
6. adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia (Sudoyo, 2007).
9
2.2.3 Cara Penularan
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru
dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam
(BTA).
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit
kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi. Sifat lain
kuman ini adalah aerob (Sudoyo, 2007).
2.2.4 Patogenesis
2.2.4.1 Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel ini
dapat menetap dlm udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya
sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Bila partikel infeksi ini
terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan
paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer.
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang
tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau fokus Ghon. Dari
sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional
= kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
sembuh sama sekali tanpa meinggalkan cacat.
sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus
berkomplikasi dan menyebar secara :
a) per kontinuitatum, menyebar ke sekitarnya
10
b) secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya
c) secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya
d) secara hematogen, ke organ tubuh lainnya (Sudoyo, 2007).
11
Wheezing
Demam
Menggigil
Keringat malam
Anoreksia
Badan lemah
Gangguan menstruasi
(Alsagaff, 2006).
12
Pemeriksaan khusus yang kadang-kadng juga diperlukan adalah
bronkografi, yakni untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang
disebabkan oleh tuberkulosis.
Gambaran radiologist yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah :
Gambaran pneumonia, berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan
batas-batas yang tidak tegas
Gambaran proses menahun
Gambaran milier
Atelektasis
Efusi pleura / empiema, massa cairan di bagian bawah paru
Pembesaran kel hilus
2.2.9 Laboratorium
1. Darah:
Pada saat tuberculosis baru mulai(aktif) akan didapatkan jumlah
leukosit sedikit meningkat dengan hitung jenis pergeseran ke kiri dan
LED meningkat.
Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga: 1). Anemia ringan
dengan gambarn normokrom dan normositer 2). Gama globulin
meningkat 3). Kadar natrium darah menurun.
2. Dahak / sputum
Pemeriksaan ini mudah dan murah
Sputum dapat diambil dari dahak secara langsung, kerokan laring,
kumbah lambung, kumbah saluran pernapasan dengan bantuan alat
bronskoskopi dan dari cairan pleura.
Untuk pewarnaan dianjurkan memakai Tan Thiam Hok merupakan
modifikasi gabungan cara pulasan Kinyoun dan Gabbet
Cara pemeriksaan sputum yang dilakukan adalah:
pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa
pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresens
(pewarnaan khusus).
pemeriksaan dengan biakan (kultur)
pemeriksaan terhadap resistensi obat
13
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.
3. Uji tuberkulin
Dipakai tes Mantoux dgn menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D
intrakutan berkekuatan 5 T.U
Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit
Hasil tes mantoux dibagi dalam : 1). Indurasi 0-5 mm (diameternya) :
mantoux negatif 2). Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan = low grde
sensitivity 3). Indurasi 10-15 mm : mantoux positif 4). Indurasi > 15
mm : mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity (Sudoyo, 2007).
2.2.10 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan.
Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, Poncet’s
arthropathy
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas → SOFT (Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat → SOPT/ fibrosis paru,
kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
14
Farmakologis :
15
Tabel 2. Dosis Obat yang Dipakai di Indonesia
Dosis Harian Dosis Berkala 3 x
Nama Obat
BB < 50 Kg BB > 50 Kg seminggu
Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg
Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg
Pirazinamid 1000 mg 2000 mg 2-3 g
Streptomisin 750 mg 1000 mg 1000 mg
Etambutol 750 mg 1000 mg 1-1,5 g
Etionamid 500 mg 750 mg
PAS (Para-Amino 99
salicylic acid)
2.2.1.4 Pencegahan
Pencegahan infeksi tuberkulosis paru meliputi :
a. Terhadap infeksi tuberculosis :
1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
1.1 Case finding :
- X-foto toraks yang dikerjakan secara masal
- Uji tuberkulin secara Mantoux
1.2 Isolasi penderita dan mengobati penderita
1.3 Ventilasi harus baik
16
2. pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh
Mikobakterium bovis akan mencegah tuberkulosis bovin pada
manusia
b. Meningkatan daya tahan tubuh:
1. Memperbaiki standar hidup
- Makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna
- Lengkapi perumahan dengan ventilasi yang cukup
- Usahakan setiap hari tidur cukup dan teratur
- Lakukanlah olahraga di tempat-tempat yang mempunyai udara
segar
1. Usahakan peningkatn kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG
c. Pencegahan dengan mengobati penderita yang sakit dengan obat anti
tuberkulosis (Alsagaff, 2006).
WHO melaporkan adanya 3 juta orang mati akibat TBC tiap tahun dan
diperkirakan 5000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta penderita TBC
baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-
orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun. Dinegara-negara miskin
kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat
dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban
TBC global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia. Dengan munculnya
HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TBC akan meningkat.
17
Di Indonesia hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada
tahun 1995 menunjukan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian
nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernafasan pada semua kelompok umur, dan nomor satu (1) dari golongan
penyakit infeksi. WHO 1999 memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000
kasus baru dengan kematian sekitar 140.000.
18
bekerja. Penemuan penderita baru dan pengobatan dini akan memberikan
keuntungan bagi penderita, perusahaan dan program pemberantasan TBC
Nasional.
2.3.2 Visi
Tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan di tempat kerja
2.3.3 Misi
19
2.3.4 Tujuan
20
o Advokasi kepada pengusaha, organisasi pekerja
o Mengefektifkan pelaksanaan penanggulangan TBC termasuk
penanggulangan TBC di tempat kerja
o Menggerakan peran sektor-sektor terkait & kemitraan
2.3.6 Kebijakan
Kebijakan dalam penanggulangan TBC di tempat kerja mengacu pada
kebijakan nasional
21
5. Pemeriksaan uji silang (cross check) secara rutin oleh balai Laboratorium
Kesehatan (BLK) dan laboratorium rujukan yang ditunjuk Untuk
mendapatkan pemeriksaan dahak yang bermutu.
6. Penangulangan TBC Nasional diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
kepada penderita secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya.
7. Pengembangan sistem pemantauan, supervisi dan evaluasi program untuk
mempertahankan kualitas pelaksanaan program
8. Menggalang kerjasama dan kemitraan dengan program terkait, sektor
pemerintah dan swasta.
Paradigma Sehat
22
2. Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
3. Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) Kesinambungan persediaan
OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
4. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TBC
23
2.3.8 KEGIATAN
Kegiatan penanggulangan TBC di tempat kesja meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
UpayaPromotif
Peningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat
kerja melalui pendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di
tempat kerja, penyuluhan, penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran
jasmani, peningkatan kepuasan kerja, peningkatan gizi kerja
Upaya preventif
Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang
memperberat penyakit TBC.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah
timbulnya penyakit pada populasi yang sehat.
24
Sistem ventilasi yang baik
Pengendalian lingkungan keja
Penelitian kesehatan
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalan upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini
mungkin mencegah meluasnya penyakit, mengurangi bertambah beratnya
penyakit, diantaranya :
Pengelolaan logistik
25
Adalah upaya pengobatan penyakit TBC yang bertujuan untuk
menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan
menurunkan tingkat penularan.Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi
dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6-8
bulan dengan menggunakan OAT standar yang direkomendasikan oleh WHO
dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease).
Pelaksanaan minum obat & kemajuan hasil pengobatan harus dipantau.
1. Pertama, bahwa program jaminan sosial itu tumbuh dan berkembang sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi sebuah Negara.
2. Kedua, ada peran peserta untuk ikut membiayai program jaminan sosial,
melalui mekanisme asuransi, baik sosial / komersial atau tabungan.
3. Ketiga, dimulai dari kelompok formal, non – formal dan baru kelompok
masyarakat mandiri.
26
4. Keempat, kepesertaan yang bersifat wajib, sehingga hukum “ the law of
large numbers cepat terpenuhi.
Peran Negara, tidak hanya dalam bentuk regulasi, tetapi juga sebagai
penyelenggara, pemberi kerja yang harus ikut membayar iuran, dan bahkan
juga sebagai penanggung – jawab kelangsungan hidup program jaminan
sosial, termasuk memberi subsidi, apabila diperlukan. Bagi masyarakat yang
tidak mampu membayar iuran program jaminan sosial, negara dapat
menyelenggarakan program bantuan sosial ( social assistance ) atau pelayanan
sosial ( social services ), yang penyelengaraannya dapat “ dititipkan” pada
penyelenggaraan program Jaminan Sosial.
27
2. meningkatkan jumlah peserta program jaminan sosial di indonesia. Hal ini
oleh karena sejauh ini peserta program jaminan sosial di indonesia masih
sangat kurang.
3. meningkatkan cakupan, manfaat/ benefit yang dapat dinikmati oleh peserta
program jaminan sosial. Oleh karena manfaat program jaminan sosial
belum dapat sepenuhnya dinikmati oleh sebagian besar rakyat indonesia.
Bagi pegawai negeri sipil belum meliputi program jaminan kecelakaan
kerja, sementara bagi kelompok pekerja formal swasta belum memiliki
program jaminan kesehatan dan jaminan pensiun.
4. meningkatkan kualitas manfaat yang dapat dinikmati oleh peserta program
jaminan sosial agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.
5. terselenggaranya keadilan sosial dalam pelaksanaan program jaminan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pengembangan SJSN
diharapkan dapat terselenggara program jaminan sosial secara terpadu
melalui pendekatan sistem yang berlaku bagi semua penduduk indonesia.
6. terselenggaranya prinsip-prinsip penyelenggaraan program jaminan sosial
dengan prinsip-prinsip universal yang dikenal, misalnya prinsip gotong
royong, prinsip nirlaba, prinsip keterbukaan atau transparansi, kehati-
hatian, akuntabilitas, portabilitas, prinsip kepesertaan bersifat wajib,
prinsip dana amanat, dan prinsip hasil pengelolaan dana.
7. dilaksanakan secara bertahap, baik aspek jenis program maupun
kepesertaan dengan memperhatikan kelayakan program. Dengan
mengantisipasi implementasi SJSN sesuai dengan UU N0 40/2004,
diperkirakan sedikitnya diperlukan waktu 20-25 tahun untuk dapat
mencakup seluruh rakyat indonesia.
28
dan mekanisme pemberian pelayanan, khususnya dalam penyelenggaraan
program jaminan kesehatan.
Dalam UU No 40/2004 , jenis jaminan sosial yang hendak
diselenggarakan meliputi:
1. jaminan kesehatan
2. jaminan kecelakaan kerja
3. jaminan hari tua
4. jaminan pensiun
5. jaminan kematian (Sembiring,2006).
29
dimanfaatkan oleh peserta. Dengan adanya pembatasan ini penggunaan
yang berlebihan akan dapat dicegahyang apabila berhasil dilakukan pada
gilirannya akan mampu mengawasi biaya kesehatan.
3. Mutu pelayanan dapat diawasi, pengawasan yang dimaksud adalah melalui
penilaian berkala terhadap terpenuhi atau tidaknya standar minimal
pelayanan. Dengan dilakukannya penilaian ini akan dapat dihindari
pelayanan kesehatan yang bermutu rendah.
4. Tersedianya data kesehatan yang lengkap, data ini diperlukan untuk
merencanakan dan menilai kegiatan berbagai macam program kesehatan
lainnya yang dilaksanakan di Indonesia (Azwar,1996).
Prinsip-prinsip asuransi.
1. Prinsip interest terhadap yang diasuransikan (Priciple of insurable
interest). Seseorang hanya boleh dan berhak mengasuransikan sesuatu
apabila ia mempunyai kepentingan terhadap sesuatu yang diasuransikan
tersebut.
2. Prinsip kepercayaan yang baik sepenuhnya (Prinnciple of utmost good
faith.) dalam hubungan perasuransian, selalu berdasarkan kepercayaan
sepenuhnya terhadap keterangan-keterangan atau dokumen-dokumen yang
diberikan, oleh karenanya bila kemudian ternyata keterangan atau
dokumen tidak benar, maka pihak penanggung dapat menolak klaim atau
tidak bertanggung jawab.
3. Prinsip Ganti rugi (Principle of Indemnity) maksud seseorang
mengasuransikan adalah untuk untuk memperoleh ganti rugi apabila
terjadi kerugian, kerusakan, atau kehilangan. Ganti rugi ini pada dasarnya
30
setinggi-tingginya sama besarnya dengan harga kerugian yang
sesungguhnya didierita oleh tertanggung.
4. Prinsip Subrogasi (Principle Of Subrogation) yaitu hak untuk menuntut
dari pihak ketiga berpindah dari tuntutan kepada tertanggung pindah
kepada penanggung dengan diselesaikannya kliam kepada tertanggung
oleh penanggung. Prinsip ini berkaitan dengan prinsip ganti rugi. Sebagai
contoh pengiriman barang dengan kapal laut yang diasuransilkan. Banyak
pihak dapat terlibat tentang kerusakan barang baik itu bagian pergudangan,
bagian kapal dan pihak asuransi. Bila pihak asuransi telah membayar ganti
rugi kepada tertanggung atas kerusakan barang, maka secara otomatis hak
gugat kepada pihak ketiga lainnya sesuai prinsip subrogasi beralih kepada
pihak asuransi(penanggung), dengan demikian kecil kemungkinan pihak
tertanggung akan dapat kliam lagi kepada pihak lain atau mendapat ganti
rugi lagi sehingga dapat lebih besar dari kerugian yang dideritanya
(Wijono,2000).
31
pelayanan kesehataan dasar kepada bidan dan paramedic yang tidak mahal
(Azwar,1996).
Dengan program asuransi kesehatan atau jaminan pemeliharaan
kesehatan (managed care) diharapkan akan membantu mengatasi hal tersebut.
Dimana seseorang telah membiayai kesehatannyapada saat masih sehat atau
sebelum sakit. Beberapa bentuk cara pembayaran pemeliharaan kesehatan
antara lain:
1. Dengan cara pembayaran konvensional, pasien membayar langsung dari
sakunya out of pocket) kepada dokter. Terjadi hubungan transaksi
langsung dokter pasien atas jasa yang telah diberikan oleh dokter yang
biasanya berupa tindakan kuratif. Biaya ini cenderung selalu meningkat
dan membebani pasien apalagi pada saat pasien sedang sakit, yang bahkan
mungkin tidak memiliki biaya.
2. Pemeliharaan kesehatan dengan system asuransi kesehatan ganti rugi,
dalam sistem ini pasien membayar iuran /premi kepada asuransi
kesehataan secara pra upaya. Pada saat sakit setelah mendapat pengobatan
dan dokter, pasien langsung membayar tunai pada dokter, selanjutnya
pasien mengajukan klaim kepada kepada asuransi kesehatan dan
mendapatkan penggantian. Pada system ini perusahaan asuransi tidak
berhubungan langsung dengan provider.
32
pelayanan kesehatan yang cenderung meningkat karena provider akan
memberikan jasa secara berlebihan, bahkan kurang diperlukan pasien
dengan maksud agar dapat klaim yang sebesar-besarnay dari
perusahaan asuransi. Demikian pula dengan pasien akan meminta
pelayanan berlebihan bahkan yang sesungguhnya tidak perlu.
Asuransi
kesehatan Bayar klaim
premi
Klaim
Pasien/peserta Provider/PPK
askes pelayanan
33
BAPEL JPKM
Bayar kapitasi
premi
Pasien/peserta Provider/PPK
askes pelayanan
34
Dalam UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 1 no 15
disebutkan bahwa ” jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah suatu
cara pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama
dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin
serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya.
Selanjutnya dalam pasal 66 ayat 1 UU No 23 tahun 1992, dinyatakan
bahwa: pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagai cara yang dijadikan landasan
setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan, yang pembiayaannya
dilaksanakan secara pra upaya berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan
(Azwar,1996).
Beberapa hal yang perlu dipahami tentang pengertian JPKM yaitu:
1. Jaminan, dimana setiap penyelenggaraan kesehatan berdasarkan JPKM
harus mampu menjamin:
a.Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang paripurna (preventiv,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif), berkesinambungan dan terpadu.
b. Terjaganya mutu pemeliharaan kesehatan sesuai dengan standar
mutu yang disepakati.
c.Efisiensi dan kelancaran memperoleh pelayanan kesehatan bagi
pesertanya.
d. Efektivitas dari upaya pemeliharaan kesehatan bagi peningkatan
derajatkesehatan masyarakat lainnya.
2. Cara penyelenggaraan
JPKM merupakan suatu cara penyelenggaraan upaya pemeliharaan
kesehatan yang terpadu dengan pembiayaannya (managed care). Cara ini
mempunyai beberapa mekanismepelaksanaan tertentu yang menjadi cirri
khas atau prinsip penyelenggaraan JPKM yang disebut sebagai jurus-jurus
JPKM.
3. Azas usaha bersama dan kekeluargaan
JPKM merupakan usaha bersama dengan peran aktif badan penyelenggara,
peserta dan pemberi pelayanan kesehatan untuk bersama-sama secara
kekeluargaan mengendalikan mutu dan biaya pemeliharaan kesehatan. Hal
ini dimaksudkan agar dapat dijaga keseimbangan dan keserasian dalam
membela kepentingan masing-masing.
35
4. Pemeliharaan kesehatan yang paripurna
Hal ini berarti bahwa upaya pemeliharaan kesehatan dilaksanakan secara
menyeluruh meliputi kegiatan promotif, preventive, kuratif, dan
rehabilitatif, dan secara holistic meliputi kesehatan jasmani, jiwa, social,
dan lingkungan kesehatannya terpadu dan berkesinambungan
5. Pembiayaan secara pra upaya
Pemberian pelayanan kesehatan (PPK) dibayar di muka atau pra upaya
(Pre Paid) oleh badan penyelenggara untuk memelihara kesehatan
sejumlah peserta JPKM berdasarkan paket pemeliharaan kesehatan yang
telah disepakati bersama. “Pra-upaya” juga berarti bahwa peserta JPKM
membayar dimuka sejumlah iuran secara teratur kepada badan
penyelenggara agar kebutuhan pemeliharaan kesehatannya terjamin.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahwa JPKM tidak hanya suatu
merupakan suatu cara pembiayaan kesehatan. JPKM juga merupakan suatu
cara pemeliharaan kesehatan yang terarah dan terencana dengan
pengelolaan yang efektif, efisien dan didukung oleh pembiayaan pra upaya
yang memungkinkan peningkatan derajat kesehatan dari segenap
pesertanya.
Fokus utama JPKM adalah peningkatan derajat kesehatan, utamanya
melalui upaya promotif dan preventif agar seseorang tidak jatuh sakit dan
bukan semata-mata menghimpun atau mengumpulkan dana (Wijono,2000).
Dalam pelaksanaannya tidak boleh terdapat hal-hal yang dapat
menghambat ataupun mengurangi pencapaian peningkatan derajat kesehatan
tersebut, seperti:
1. Adanya pembatasan kepesertaan karena umur, pekerjaan dengan resiko
tinggi tingkat social, ekonomi dan sebagainya.
2. Adanya pemeriksaan kesehatan sebagai syarat untuk menjadi peserta.
Pembatasan tersebut sering dipergunakan oleh upaya perlindungan
kesehatan berdasarkan sistem asuransi ganti rugi (Indemnity Plan) karena
pemberian pelayanan kesehatan disesuaikan dengan keadaan ”kesehatan”
keuangannya. Pada JPKM pemberian pelayanan kesehatan disesuaikan dengan
kebutuhan medis peserta (Azwar, 1996).
36
Manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya JPKM adalah:
1. Masyarakat terlindungi dan merasa aman dalam memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan utamanya. Pelayanan kesehatan dapat
diselenggarakan dengan lebih merata dan dapat menjangkau keluarga
miskin.
2. Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan secara komprehensif melalui
model pelayanan dokter keluarga.
3. Pembiayaan pelayanan kesehatan lebih efisien dan efektif karena adanya
pembayaran pra-upaya, dan
4. Lebih meningkatnya peranan dunia usaha dan masyarakat dalam upaya
kesehatan (JPKM,DEKES RI,2002).
Tujuan JPKM adalah mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui pemeliharaan kesehatan yang paripurna yang bermutu dan
merata dengan pengendalian biaya yang berasal dari pesertanya. Karena
fungsi pemeliharaan kesehatan dan fungsi pembiayaan kesehatan saling
mempengaruhi maka efisiensi dan efektivitas yang optimal hanya dapat
diperoleh dengan suatu keterpaduan dalam melaksanakan kedua fungsi
tersebut (Wijono, 2000).
Keharusan untuk melaksanakan keterpaduan ini tercermin dalam pasal
66 ayat(2) dan UU No.23 tahun 1992, yang menyebutkan bahwa
”penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan den pembiayaannya dikelola
secara terpadu untuk tujuan meningkatkan derajat kesehatan , wajib
dilaksanakan oleh setiap penyelenggara”. Pembayaran kapitasi itu akan
mewujudkan efisiensi biaya kesehatan dan mendorong PPK untuk lebih
berorientasi kepada upaya promotif maupun preventif. Dalam JPKM diatur
keterpaduan pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan untuk
mewujudkan kendali mutu dan kendali biaya yang di banyak negara dikenal
dengan nama ”Managed Care” (Roebojoso,2006).
37
Didalam melaksanakan suatu penyelenggaraan JPKM terdapat
komponen–komponen pelaku yang semuanya saling terkait dan merupakan
suatu kesatuan yang saling mempengaruhi diantaranya:
1. Peserta, sebagai masyarakat tertentu (defined) yang berminat
meningkatkan derajat kesehatannya dan mengorganisasikan diri dengan
membayar sejumlah iuran tertentu secara teratur sebagai dana praupaya
untuk membiayai pemeliharaan kesehatannya.
2. Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) sebagai suatu jaringan pelayanan
kesehatan yang terorganisir dan dapat memberikan pemeliharaan
kesehatan secara efektif dan efisien berupa paket pemeliharaan
kkesehatan paripurna.
3. Lembaga/badan yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya
kesehatan berdasarkan JPKM (badan penyelenggara JPKM) dimana
penyelenggaraannya mencakup mengatur, melaksanakan, mematau dan
menilai.
4. Lembaga/ badan pembinan yang dibentuk pemerintahwilayah untuk
meminta badan penyelenggara JPKM di wilayahnya agar menerapkan
jurus-jurus JPKM . Badan pembina memiliki fungsi koordinasi dan
pembinaan terhadap semua penyelenggaraan JPKM di wilayahnya.
38
c. premi harus dihitung secara cermat artinya premi perlu dihitung
dengan memperhatikan factor resiko antara lain resiko kemungkinan
tingginya penggunaan fasilitas pelayanan karena banyaknya pasien
yang sakit dsb-nya.
39
Beberapa perusahaan swasta teah didirikan untuk menyelenggarakan
upaya pemeliharaan kesehatan berdasarkan JPKM untuk golongan tertentu
dari masyarakat yang berpenghasilan menengah keatas. Pemeliharaan
kesehatan menggunakan fasilitas swasta dan pengelolaannya mengikuti
pedoman JPKM.
Pemeliharaan kesehatan dari, oleh, dan untuk masyarakat atau dana
sehat. Dana sehat adalah suatu upaya pemeliharaan kesehatan dari, oleh, dan
untuk masyarakat umum. Pengelolaan dana sehat pada umumnya dilakukan
secara sukarela oleh pengurus yang ditunjuk oleh masyarakat setempat.
Peserta umumnya keluarga tidak mampu di pedesaan dan perkotaan dengan
iuran yng relatif kecil dan paket pelayanan kesehatan yang masih terbatas.
Dewasa ini sedang digiatkan pengembangan dana sehat ke arah JPKM
(Roebijoso,2006).
2.5 Pelayanan Kesehatan
2.5.1 Definisi Pelayanan Kesehatan
Pengertian pelayanan kesehatan menurut pendapat Levey dam Loomba
(1973) ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. Tujuan pelayanan
kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
memberikan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang berkualitas (Azwar,
1996).
40
2. pelayanan kesehatan masyarakat
pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan
masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan
yang baik harus memiliki persyaratan pokok, syarat yang dimaksud
adalah:
a. tersedia dan berkesinambungan
syarat pokok utama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat
berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhka oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya
dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
b. dapat diterima dan wajar
syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat
diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan
kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan
dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
masyarakat serta bersifat tidak wahar bukanlah suatu pelayanan
kesehatan yang baik.
c. mudah dicapai
syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
dicapai oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini
terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan
pelayanan kesehatan yang baik, maka penagaturan distribusi sarana
kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu
terkonsentrasi didaerah perkotaan saja dan sementara itu tidak
ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang
baik.
d. mudah dijangkau
syarat pokok ke empat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
mudah dijangkau masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang
dimaksudkan ialah keadaan yang harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin
41
dinikmati oleh sebagian kecil masyarakt saja dan bukanlah merupakan
suatu bentuk pelayanan kesehatan yang baik.
e. Bermutu
Syarat pokok ke lima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
bermutu. Pengertian mutu yang dimaksud dsisini adalah yang
menunjukkan kepada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
pelayanan dan pihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai denagn
kode etik serta standar yang telah ditetapkan (Wijono D, 2000).
42
Mutu pelayanan kesehatan menurut ahli mutu pelayanan kesehatan The
University of Michigan , Dr. Avedis Donababedian mengemukakan bahawa
mutu pelayanan kesehatan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan
penilaian terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud serta ciri-ciri pelayanan
kesehatan ataupun kepatuhan terhadap standar pelayanan. Di dlam melakukan
penilaian suatu mutu pelayanan kesehatan tidaklah mudah Karena mutu
pelayanan kesehatan tersebut bersifat multi-demensional (Roebijoso, 2006).
Tiap orang tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-
masing dapat saja melakukan penilaian dari demensi yang berbeda.
Disebutkan yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien., makin sempurna kepuasan
tersebut maka makin baik pula mutu pelayanan kesehatn. Sekalipun pengertian
mutu yang terkait dengan kepuasan ini telah diterima secara luas, namun
masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut ternyata
bersifat subyektif (Azwar, 1996).
43
dirinya berkaitan dengan kontrol penyakitnya, budaya, sosial dan pebedaan
status ekonomi, asumsi pasien termasuk didalamnya yaitu pengunjungnya.
Kepuasan pasien seringkali dipandang sebagai :
a. suatu komponen yang penting dalam pelayanan kesehatan
b. berkaitan dengan kesembuhan darisakit atau luka
c. hal ini berkaitan dengan konsekuensi dari pada sifat pelayanan
kesehatan itu sendiri
d. berkaitan pula dengan sasaran dan outcome dari pelayanan
e. dalam penilaian mutu dihubungkan dengan ketetapan pasien terhadap
mutu atau kebagusan pelayanan
f. pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan, karena ia
memberikan informasi terhadap suksesnya provider bertemu dengan
nilai dan harapan klien dimana klien adalah mempunyai wewenang
sendiri
2. untuk petugas kesehatan
mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara
profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju, peralatan
yang baik dan memenuhi standar yang baik. Komitmen dan motivasi
petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas
mereka dengan cara optimal.
3. untuk manajer atau administrator
mutu pelayanan tidak begitu berhubungan dengan tugas mereka
sehari-hari, namun tetap saja sama pentingnya. Kebutuhan untuk
supervise, manajemen keuangan, logistic dan alokasi sumber daya yang
terbatas sering memberikan tantangan yang tidak terduga. Hal ini
seringkali menyebabkan manajer kurang memperhatikan prioritas. Untuk
manajer, fokus pada mutu akan mendorongnya untuk mengatur staf, psien,
dan masyarakat dengan baik. Bagi yayasan atau pemilik rumah sakit, mutu
dapat berarti dapat memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup.
Pada umumnya para manajer dan pemilik institusi mengharapkan efisiensi
dan kewajaran penyelenggaraan pelayanan, minimal tidak merugikan
dipandang dari berbagai aspek seperti tiadanya pemborosan tenaga,
peralatan, biaya, waktu dan sebagainya (Azwar, 1996).
44
Pengertian untuk mutu pemeliharaan kesehatan, sering
diartikan pula sebagai mutu pelayanan kesehatan, mutu asuhan kesehatan,
yang menjadi acuan dalam pelaksanaan operasional sehari-hari adalah
“Derajat dipenuhinya standar profesi atau standar operating procedure
dalam pelayanan pasien dan terwujudnya hasil-hasilatau outcomes seperti
yang diharapkan oleh profesi maupun pasien yang menyangkut pelayanan
diagnosa, terapi, prosedur atau tindakan pemecahan masalah klinis”.
Definisi ini dititik beratkan kepada orientasi proses dan hasil. Adapun
dimensi mutu pelayanan kesehatan meliputi :
a. kompetensi teknis
b. akses terhadap pelayanan
c. efektifitas
d. efisiensi
e. kontinuitas
f. keamanan
g. hubungan antar manusia
h. kenyamanan (Wijono, 2000)
b. indikator proses
45
memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan, prosedur asuhn yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam
menjalankan tugasnya. Apakah telah sebagaimana mestinya sesuai dengan
prosedur, diagnosa, pengobatan dan penanganan seperti yang seharusnya
sesuai denagn standar.
c. Indikator outcome
Merupakan indikator hasil dari pada keadaan sebelumnya yaitu
input dan proses, dan indikator klinis seperti : angka kesembuhan penyakit,
angka kematian 48 jam, angka infeksi nosokomial, komplikasi perawatan
dan sebagainya.
Sedangkan kriteria adalah indikator yang dispesifikasikan, contoh :
Indikator status gizi sebagai indikator status kesehatan anak, dapat lebih
dispesifikasikan lagi menjadi criteria : tinggi badan anak, dan ataupun
berat badan anak. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena
yang dapat dihitung.
Selanjutnya setelah criteria ditentukan maka dibuatlah standar-
standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif yang biasanya mencakup
hal-hal yang standar baik. Misalnya : panjang badan bayi baru lahir yang
sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 cm, berat badan bayi baru lahir yang
sehat standar adalah 3 kg.
Rasio yang baik untuk dokter puskesmas standarnya adalah 1:
30.000 penduduk. Standar untuk rasio yang baik untuk dokter spesialis
kandungan adalah 1 : 300.000 penduduk. Standar kebutuhan tenaga
perawat di rumah sakit adalah 1 : 10 tempat tidur. kriteria dan standar-
satandar bagi organisasi pelayanan kesehatan dapat ditetapkan oleh
instansi yang berwenang atau disusun sendiri dan disepakati bersama
dengan staf medik dan tenaga kesehatan dari unit pemberi jasa pelayanan
yang bersangkutan. Penyusunan standar yang dapat dilakukan dengan
pendekatan normative menurut kepustakaan berdasar pengalaman atau
berdasar pendapat para ahli yang bersangkutan. Standar bersifat dinamis
dapat menyesuaikan sesuai kondisi, situasi, serta waktu, perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi kesehatan dan juga berkembang sesuai
dengan keadaan yang bersifat non-kesehatan seperti etika, hokum dan
norma atau nilai masyarakat.
46
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasipelayanan kesehatan dapat
diukur dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator,
kriteria dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan
aspek-aspek struktur, proses dan outcome dari organisasi pelayanan
kesehatan tersebut.
Tentang pengukuran mutu produk, dimana out put dapat diukur
pada umumnya ada tujuh cara, yaitu :
1. cacat (defects), pekerjaan tidak seperti spesifikasi yang ditentukan
2. kerja ulang (rework), pekerjaan memerlukan perbaikan
3. terbuang (scrip), pekerjaan disingkirkan/ tak terpakai
4. item hilang (lost item), pekerjaan diulang lagi
5. pekerjaan terlambat skedulnya (back logs)
6. terlambat menghantar (late delivers), pekerjaan sesudah waktu
disepakati
7. item lebih (surplus item), pekerjaan tak dikehendaki
Ada lima kunci masing-masing mengukur out put :
1. target : anggaran atau tingkatan target penampilan yang ingin dicapai
2. perkiraan atau ramalan (forcast) : tingkat penampilan yang
diperkirakan yang mungkin lebih baik atau lebih buruk daripada target
tergantung pada situasi bisnis yang sedang berlangsung
3. kenyataan (actual) : tingkat yang nyata sesungguhnya penampilan yang
dicapai terhadap yang dijanjikan
4. problem : perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya denagn
tingkatan target penampilan, diaman keadaan sesungguhnya adalah
lebih jelek daripada target
5. peluang (opportunity) : peluang untuk meningkatkan lebih baik
daripada target tanpa biaya tambahan (Wijono, 2000).
47
2.6.1.1 Pembuatan Gula
Gula atau sukrosa dapat dibuat dari tebu, bit atau aren dengan proses
pemurnian. Pada tahun fiskal 2001 / 2002, 134,1 Juta ton gula diproduksi di
seluruh dunia.
Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan
iklim hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Pada tahun 2001/2002
gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar
adalah Amerika Latin, negara-negara Karibia, negara-negara Asia Timur
(Erlin, 2008).
48
Gula Merah (Gula jawa)
gula merah biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang
dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga
palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Secara umum cara pengambilan
cairan ini sebagai berikut:
Bunga (mayang) yang belum mekar diikat kuat (kadang-kadang dipres
dengan dua batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses
pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya
dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula. Mayang
membengkak.
Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris-iris untuk
mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung
dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut.
Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2-3 kali. Cairan
ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar-benar
kental, cairan dituangkan ke mangkok-mangkok yang terbuat dari daun
palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian besar dipakai sebagai
bahan baku kecap manis.
49
Pabrik gula yang menghasilkan gula berkualitas rendah dan BHR
yang rendah.
2. Pabrik Gula Semut dan Gula Kristal berbasis Tebu dan Palma
Unit pengolah gula kristal dan gula semut berbasis tebu dan palma.
Spesifikasi :
Unit produksi gula skala pedesaan yang dapat dioperasikan
sepanjang tahun dengan sistem vakum yang kompak karena digabungkan
dengan sistem open pan untuk menghasilkan beberapa bentuk gula atau
pemanis berbasis tebu (kapasitas 200-300 ton tebu per hari) maupun nira
50
palma (kelapa, aren, siwalan) dengan kapasitas hingga 10.000 liter nira
palma mentah per hari.
Manfaat :
Menghasilkan gula mentah dengan mutu tinggi dalam bentuk, gula
tanjung, nira kental, gula mangkok, gula batok, gula remah (semut) dan
lain-lain. Produk gulanya dapat dijual langsung di supermarket atau untuk
bahan baku industri makanan dan minuman.
Target Pengguna :
Petani tebu, pengrajin gula kelapa dan pengrajin gula palma
lainnya.
51
3. Pengering Ampas Dengan Memanfaatkan Energi Panas Gas
Cerobong Ketel
Teknologi pengeringan ampas tebu dengan energi gas cerobong.
Spesifikasi :
Pengering tipe rotary. Menurunkan kadar air ampas hingga 15 poin
dan suhu gas cerobong hingga 100°C.
Manfaat :
Meningkatkan nilai bakar ampas, menekan bahan bakar suplesi,
meningkatkan efisiensi ketel, meningkatkan sisa ampas, menekan biaya
produksi gula, meningkatkan penjualan ampas dan mengatasi masalah
polusi lingkungan.
Target Pengguna :
Pabrik gula yang memerlukan penekanan penggunaan bahan bakar.
52
Manfaat :
Mendeteksi cepat perubahan proses kristalisasi gula dan
menghemat waktu masak sekitar 20% dibanding secara manual. Mutu gula
pasir terjaga dengan besar butir kristal lebih seragam. Memberikan
kemudahan dan ketelitian dalam pengoperasian, penyimpanan data selama
proses berjalan.
Target Pengguna :
Pabrik gula yang akan meningkatkan mutu gula kristal secara
efisien.
5. Dust collector
Alat penangkap debu hasil pembakaran di dalam ketel untuk
mengurangi polusi yang ditimbulkannya, dengan jalan melewatkan flue
gas yang mengandung debu ke dalam dust collector. Pemisahan debu dan
flue gas dilakukan dengan cara/prinsip centrifugaling, di dalam cyclone.
53
Spesifikasi :
Spesifikasi alat :
- Lokasi pemasangan direkomendasi di daerah vakum (antara ketel dan
ID fan)
- Efisiensi penangkapan debu berkisar antara 70-80% tergantung
banyaknya debu di dalam flue gas.
- Kapasitas disesuaikan dengan banyaknya flue gas dan debu yang
dikelola.
Manfaat :
Dapat menangkap debu hasil pembakaran di dalam ketel yang ikut
bersama-sama dengan flue gas yang akan keluar melalui cerobong.
Target Pengguna :
Pabrik gula atau pabrik lain yang mengalami masalah polusi udara
akibat debu yang keluar dari cerobong ketel terlalu banyak.
54
Target Pengguna :
Pabrik gula yang kesulitan air kondensor dan tingkat
pencemarannya tinggi.
7. CO2 Scrubber
Teknologi pemanfaatan CO2 yang terkandung dalam gas cerobong
ketel untuk proses karbonatasi nira atau leburan gula.
Spesifikasi :
Tipe Wet scrubber kombinasi dengan cyclone separator dan moist
separator. Konsumsi air sekitar 30 lt/m3 gas. Suhu gas CO2 sekitar 33°C.
Kandungan polutan mendekati 0 %.
Manfaat :
Menekan biaya produksi gula dengan memanfaatkan CO2 dari gas
cerobong ketel untuk proses karbonatasi nira atau leburan gula.
Target Pengguna :
Pabrik gula karbonatasi (dan rafinasi) yang masih menggunakan
tobong kapur atau pabrik gula sulfitasi yang akan memproduksi gula
rafinasi.
55
Gambar 10. Prototipe CO2 Scrubber Skala Pilot Plant
56
Gambar 11. Direct Contact Heat Exchanger (DCHE) tampak luar
57
Gambar 12. Unit pengolahan limbah dengan Sistem Aerasi Lanjut (SAL)
58
ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja.
2.6.2.2 Tujuan K3
Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat
1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
mencegah dan mengurangi kecelakaan;
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
memberikan pertolongan pada kecelakaan;
memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran;
mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikhis, peracunan, infeksi dan penularan;
memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau batang;
mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
59
Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa
dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan
syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan
bahan, barang, produk tehnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan. Sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja
tersebut dapat dieliminir.
Dalam penyelenggaraan K3 ada 3 (tiga) hal penting yang harus
diperhatikan:
Pertama, seberapa serius K3 hendak diimplementasikan dalam perusahaan.
Kedua, pembentukan konsep budaya malu dari masing-masing pekerja bila
tidak melaksanakan K3, serta keterlibatan (dukungan) serikat pekerja dalam
program K3 di tempat kerja. Ketiga, kualitas program pelatihan K3 sebagai
sarana sosialisasi.
Adapun hal lain yang tak kalah pentingnya agar program K3 dapat
terlaksana, adalah adanya suatu komite K3 yang bertindak sebagai penilai
efektivitas dan efisiensi program bahkan melaksanakan investigasi bila terjadi
kecelakaan kerja untuk dan atas nama pekerja yang terkena musibah
kecelakaan kerja. Bila terjadi hal demikian, maka hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
Lingkungan Kerja terjadinya kecelakaan.
Pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan kecelakaan kerja.
Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja.
Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan peralatan
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan.
Perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif.
Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi).
Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja.
Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja.
Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada
pihak yang berwenang.
Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam
penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja.
60
2.6.2.3 Landasan Hukum K3
61
Tidak mendaftarkan perusahaan dan tenaga kerjanya sebagai
peserta program Jamsostek kepada Badan Penyelenggara walaupun
perusahaannya memenuhi kriteria untuk berlakunya program
Jamsostek;
Tidak menyampaikan kartu peserta program jaminan sosial tenaga
kerja kepada masing-masing tenaga kerja dalam waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak diterima dari Badan Penyelenggara;
Tidak melaporkan perubahan:
o alamat perusahaan
o kepemilikan perusahaan
o jenis atau bidang usaha
o jumlah tenaga kerja dan keluarganya - besarnya upah setiap
tenaga kerja palling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya
perubahan;
Tidak memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan;
Tidak melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja
dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam setelah ada hasil diagnosis
dari Dokter Pemeriksa;
Tidak membayar upah tenaga kerja yang bersangkutan selama
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu
bekerja, sampai adanya penetapan dari menteri.
62
memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
2.6.2.4 Fasilitas K3
Fasilitas atau alat dan prasarana yang digunakan untuk tercapaianya
keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu industri sangatlah penting,
berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam suatu industri gula antara lain :
a. Helm pengaman
b. Sarung tangan kulit atau katun
c. Otolas kulit
d. Topong las
e. Kacamata blander
f. Kacamata gerinda
g. Masker
h. Sepatu tukang las
i. Pengaman telinga
j. Sepatu laras atau karet
k. Topong pengaman transparan
l. Jas hujan
m. Lampu senter
n. P3K
o. Perawatan kesehatan kepada karyawan oleh dokter pabrik
p. Fasilitas MCK
63
Penyakit akibat kerja pada suatu karyawan industri gula tak lepas dari
pajanan faktor risiko saat pengolahan mulai dari bahan baku sampai bahan
siap pakai. Adapun beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan dari suatu
industri gula yang terbanyak antara lain :
2.6.3.1.1 Definisi
64
debu inert (debu non serat dan non toksin). Tipe ini terjadi pada orang-
orang yang sebelumnya sudah menderita asma
Penularan jangka panjang
Pekerja terkena alergi dari bahan tertentu yang terpapar secara
continue. Gejala asma akan timbul ketika system imun merespon bahan
tersebut. Misalnya pada pekerja bidang farmasi.
(www.medicastore.com, 2008).
2.6.3.1.3 Penyebab
Pemicu gejala ini dapat berupa kelelahan pikiran (gangguan emosi),
kelelahan jasmani, perubahan lingkungan hidup yang tidak di harapkan (cuaca,
kelembapan, temperature, asap rokok, dan bau-bauan yang merangsang),
infeksi saluran nafas terutama penyakit influenza tertentu, dan reaksi alergi
dari bahan yang terhirup atau di makan.
Banyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja
yang bisa menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah
molekul protein (debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau
bahan kimia lainnya (terutama diisosianat).Angka yang pasti dari kejadian
asma karena pekerjaan tidak diketahui,tetapi diduga sekitar 2-20% asma di
negara industri merupakan asma karena pekerjaan (Suyono, 2001).
65
2.6.3.1.4 Mekanisme Kerja
Gangguan pernafasan yang di sebabkan oleh agen-agen sensitasi dan
iritan di tandai dengan :
a. Obstruksi saluran nafas akut yang reversibel akibat bronkokonstriksi, edem
dan peradangan saluran nafas dan
b. Ekskresi mukus yang diinduksi oleh paparan terhadap agen-agen yang
terkait dengan pekerjaan tersebut.
Secara klinis, gangguan-gangguan ini tidak berbeda dari tipe asma
lainnya. Pada beberapa keadaan, agen-agen yang sama dapat menyebabkna
alveolitis alergika.
Umumnya agen sensitisasi merangsang produksi suatu
imunoglobulin (Ig E) spesefik pada individu rentan (hipersensitivitas tipe
1) pada individu non atopik, hipersensitivitas mungkin di perantarai anti
bodi imunoglobulin yang tersensitisasi jangka pendek. Alergen yang
membangkitkan respon ini adalah debu. Alergen ini biasanya mencetuskan
reaksi asmatik segera, di mulai dalam beberapa menit hingga 30 menit
setelah paparan. Reaksi lambat mungkin terjadi sekitar 4-8 jam setelah
paparan, kadang kala dalam kombinasi dengan reaksi segera (Suyono,
2001).
2.6.3.1.5 Gejala
Gejala biasanya timbul sesaat setelah terpapar oleh alergen dan
seringkali berkurang atau menghilang jika penderita meninggalkan
tempatkerjanya. Gejala seringkali semakin memburuk selama hari kerja dan
membaik pada akhir minggu atau hari libur. Gejalanya berupa:
sesak nafas
bengek
batuk
merasakan sesak di dada
(www.medicastore.com, 2008).
66
2.6.3.1.6 Diagnosa
Dalam riwayat perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan
gejala yang semakin memburuk jika terpapar oleh alergen tertentu di
lingkungan tempatnya bekerja. Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan
terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi).
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
Tes fungsi paru
Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja
Rontgen dada
Hitung jenis darah
Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang
dicurigai)
Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.
(www.medicastore.com, 2008).
2.6.3.1.7 Pencegahan
2.6.3.2 Bising
2.6.3.2.1 Definisi
Bising dalam kesehatan kerja,bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kwalitatif (penyempitan spektrum pendengaran),
berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi,durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki. Bising yang terdapat pada pabrik gula terutama dihasilkan dari
67
mesin-mesin produksi. Suara bising ini dapat menimbulkan bebagai dampak
negatif pada pekerja yang berada di dekatnya antara lain bisa terjadi ketulian
(KCM, 2008).
68
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Di antara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,
gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius
karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian
ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila
bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan
menghilang secara menetap ata tuli (KCM, 2008).
69
2.6.3.2.4 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketulian
Sebenarnya ketulian dapat disebabkan oleh pekerjan (occupational
hearing loss), misalkan akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula
disebabkan oleh bukan karena kerja (non-occupational hearing loss).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja
(occupational hearing loss), adalah sebagai berikut:
Intensitas suara yang terlalu tinggi
Usia karyawan
Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja (Pre-employment hearing
impairment)
Tekanan dan frekuensi bising tersebut
Lamanya bekerja
Jarak dari sumber suara
Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja
70
Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain : Formable type,
Costum-molded type, Premolded type.
Tutup telinga (ear muff), dapat menurunkan kebisingan 25-40 dB.
Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB.
Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40-50 dB.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan alat pelindung
telinga adalah:
Alat pelindung telinga harus dapat melindungi pendengaran dari bising
yang berlebihan
Harus ringan, nyaman dipakai, sesuai dan efisien (ergonomik)
Harus menarik dan harga yang tidak terlalu mahal
Tidak memberikan efek samping atau aman dipakai
Tidak mudah rusak
2. Pemeriksaan audiometri
Terhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan
pemeriksaan pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebelum
diperiksa karyawan harus dibebaskan dari kebisingan di tempat
kerjanya selama 16 jam. Hal ini dilakukan dalam usaha memberikan
perlindungan secara maksimum terhadap pekerja maka perlu
pemeriksaan audiometri sabagai berikut:
Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah kerja
yang bising
Secara berkala (periodik/ tahunan)
Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dBA selama 8 jam
sehari, pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan
tergantung tingkat intensitas bising.
Secara khusus pada waktu tertentu
Pada akhir masa kerja
71
2.6.3.3 Stress
2.6.3.3.1 Definisi
Stress menurut Hans Selye adalah tanggapantubh yang tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan kepadanya, dapat berupa fisikatau mental dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Stress yang bersifat positif disebut “eustress”. Eustress mendorong
manusia untuk lebih berprestasi, lebih tertantang untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapinya, meningkatkan produktivitas kerja dan
lain-lain. Sedang stress yang berlebihan bersifat merugikan disebut “distress”.
Distress menimbulkan berbagai macam gejala yang umumnya merugikan
prestasi kerja seseorang. Gejala distress melibatkan baik kesehatan fisik
maupun psikis. Eustress dan distress ditimbulakn oleh faktor-faktor pencetus
stress yang disebut “stressor” atau faktor penekan (Munandar, 1988).
2.6.3.3.2Sumber-Sumber Stress
Stress dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber penyebab stress
merupakan faktor penekan yang mempunyai potensi menciptakan stress.
Faktor penekan menghasilkan kondisi-kondisi yang menuntut untuk
memberikan energi atau perhatian khusus.
Faktor-faktor penekan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu yang
berasal dari :
1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja sebagai sumber stress dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik sangat mempengaruhi perasaan dan interaksi
sosial. Salah satu faktor penting adalah tingkat stress yang ditimbulkan
oleh lingkungan fisik. Beberapa penyebab stress lingkungan misalnya
gempa bumi, banjir yang bersif mendadak dan kuat serta mampu
mengubah lingkungan manusia secara dramatis. Namun yang juga
penting adalah kejadian sehari-hari yang disebabkan oleh lingkungan
kerja yang menimbulkan kebisingan, sistem penerangan yang kurang
baik, sistem ventilasi yang tidak nyaman dan peralatan kerja yang tidak
sesuai dengan ukuran badan atau kemampuan fisik karyawan.
72
b) Lingkungan Psikis
Hampir semua kondisi dapat menyebabkan stress. Pengaruh
lingkungan psikis di tempat kerja dapat positif maupun negatif,
tergantung bagaimana individu menanggapinya. Kondisi psikis yang
paling sering menyebabkan stress di lingkungan kerja antara lain
pekerjaan yang berlebihan dan waktu yang terbatas atau mendesak
dalam pelaksanaan tugas, sistem pengawasan yang tidak efisien atau
buruk, suasana politik di lingkungan kerja yang tidak mendukung,
frustasi, ketidak jelasan peran, perselisihan antar pribadi atau
kelompok.
2. Kondisi di luar lingkungan kerja
Kondisi-kondisi di luar lingkungan kerja juga dapat berperan
sebagai sumber stress yang disebut juga “life stressor” atau penekanan-
penekanan kehidupan. Penekanan-penekanan kehidupan pribadi pada
umumnya disebabkan oleh perubahan-perubahan dasar di dalam kehidupan
seseorang, seperti perceraian, perkawinan, kematian seseorang anggota
keluarga dan lain sebagainya.
3. Diri pribadi
Faktor stress yang bersumber dari diri pribadi manusia adalah
berhubungan dengan kepribadian individu. Ada dua jenis kepribadian
manusia, yaitu jenis kepribadian A dan jenis kepribadian B.
Jenis kepribadian A adalah manusia yang tak henti-hentinya ingin
mencapai sesuatu yang lebih banyak lagi dengan waktu yang semakin
singkat dengan ciri-ciri mempunyai rasa bersaing yang tinggi dalam usaha
mencapai sesuatu, keinginan yang besar untuk memanfaatkan waktu luang
mereka dan ketidak sabaran untuk meyelesaikan tugasnya. Mereka bahkan
membuat tuntutan yang berlebihan pada kegiatan olahraga dan rekreasi
dalam waktu luang mereka. Individu dengan jenis kepribadian A
cenderung menimpakan kesalahan pada lingkungan. Mereka tidak
menyadari bahwa stress atau tekanan yang mereka rasakan adalah karena
mereka sendiri.
Jenis kepribadian B berlawanan dengan jenis kepribadian A.
Mereka lebih menerima situasi dan kondisi kerja yang diberikan daripada
melibatkan diri dalam persaingan-persaingan. Mereka lebih cenderung
73
pada penyusunan tujuan dan cenderung untuk menguji lebih banyak
pilihan-pilihan. Manusia tipe B ini merasa waktu yang tersedia adalah
cukup untuk meyelesaikan pekerjaan, tetapi bukan berarti mereka tidak
mempunyai keinginan atau ambisi untuk berhasil dan maju dalam
tugasnya. Orang yang mempunyai kecenderungan memiliki jenis
kepribadian A adalah orang-orang yang mempunyai kecenderungan lebih
mudah mengalami stress dibandingkan dengan orang-orang yang
kecenderungan memiliki jenis kepribadian B (Munandar, 1988 ; Suwandi,
1993).
74
pada kerja jantung bahkan mulai menimbulkan kematian mendadak (Stellman
dan Daum, 1973).
75
3. Alat Kerja
Agar suatu kenyamanan dalam melakukan pekerjaan di suatu industri
dapat tercapai, maka hendaknya penggunaan alat-alat industri dilakukan
secara hati-hati dan dengan cara yang benar ( sesuai petunjuk). Sikap
tubuh yang tepat dapat mengurangi beban kerja pekerja. Sikap tubuh
dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan
penempatan mesin-mesin.
76
BAB III
ANALISA KASUS DAN STRATEGI PENANGGULANGAN SERTA
RENCANA EVALUASI
Kimia:
Kebersihan lingkungan dan sanitasi (sistem
pembuangan limbah rumah tangga) yang kurang
memadai
Biologi:
Pencemaran zat-zat kimia yang berasal dari
pabrik gula.
Jarak sumur dengan WC yang berjarak 4 meter
Sosio-budaya-psikologi:
Anggota keluarga kurang sadar terhadap
kesehatan individu
Merokok 1 pack perhari
Makanan yang jarang bervariatif dan tidak
memenuhi menu 4 sehat 5 sempurna dikarenakan
pendapatan yang tidak tentu tergantung masa
giling.
Stress karena pemasukan yang tidak sesuai
dengan pengeluaran karena besarnya biaya
kebutuhan sehari-hari ditambah dengan biaya
pendidikan.
Memakai masker untuk menghindari penularan
TB Paru
77
3.2 Strategi Penanggulangan
No Bagian/Sektor Komentar Strategi Penanggulangan
1. Proses Produksi a. Bahan Baku
Bahan baku berupa batang Pada proses produksi untuk
tebu, susu kapur, belerang, menghindari paparan bahan
dan bahan kimia (asam kimia bagi pekerja yang berada
fosfat, caustic soda, Pb dibagian ini diharuskan untuk
asetat) memakai masker dan sarung
b. Bahan Sampingan tangan untuk meminimalkan
Bahan sampingan yang paparan terhadap bahan-bahan
dihasilkan seperti tetes tebu, kimia maupun bahan
ampas, blotong sampingan yang dihasilkan.
b. bagian
- Bau menyengat dari nira
78
pemurnian
c. bagian
penguapan
79
logi mesin-mesin produksi P2K3 dalam
tersebut pemakaian alat-alat
- Bakteri-bakteri yang keselamatan kerja oleh
didapatkan dilingkungan karyawan
pabrik dari nira kotor Pembersihan tempat-
yang dihasilkan setelah tempat yang rentan oleh
penggilingan, yang bakteri-bakteri setiap
didapatkan disaluran- minggu terutama disaat
saluran pembuangan masa giling, sehingga
didalam pabrik dapat meminimalkan
paparan
- Dalam melakukan
e. Psi pekerjaan dipabrik
80
hubungan antara pekerja
dengan pekerja lainnya
kososial baik, walaupun ada
masalah-masalah sedikit
tapi tidak mengganggu
kelancaran proses
produksi
3. Karyawan Kebanyakan karyawan Pemberian pembinaan
merupakan karyawan dalam mencegah
laki-laki kecelakaan kerja berupa
penyuluhan,dan skill
tentang pertolongan
pertama yang relevan
dengan pekerjaan mereka
Pemeriksaan secara
berkala terhadap pekerja
pabrik terutama karyawan
yang memiliki resiko tingi
81
produksi baik dari
kebisingan yang
dihasilkan,panas dan
getaran
Memberikan
penjelasan kepada pihak
manajemen pabrik bahwa
penyakit TB Paru bukan
merupakan penyakit
akibat kerja, melainkan di
sebabkan oleh buruknya
higiene sanitasi di
lingkungan perumahan
individu/ karyawan yang
mempermudah
penyebaran dari kuman
TB. Sehingga apabila
dilakukan perbaikan
sarana alangkah baiknya
diprioritaskan pada
pemukiman karyawan,
bukan lingkungan pabrik.
Mengusulkan
pada pihak manajemen
untuk menggalakkan
penggunaan masker pada
karyawan untuk
menghindari penyebaran
TB
Mengusulkan
pada pihak manajemen
untuk dilakukannya
skrining pada karyawan
yang diduga/ suspect TB
82
Paru oleh petugas
kesehatan/ dokter
perusahaan
5. Undang – Undang Undang-undang no
1 tahun 1970 tentang
keselamatan dan
kesehatan kerja
UUD 1945 pasal 27
ayat 2 tentang hak
penghidupan dan
pekerjaan yang
layak
UU RI no 13 tahun
2004 tentang hak
pekerja/buruh
83
Kepedulian keluarga untuk menambah ventilasi rumah yang lebih
memungkinkan untuk masuknya sinar matahari
Untuk komunitas masyarakat dan industri :
Evaluasi pemukiman penduduk disekitar pabrik, terutama rumah milik
karyawan
Evaluasi kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat-alat keselamatan
kerja, terutama masker untuk menghindari penyebaran kuman TB
Evaluasi kesehatan pekerja melalui poliklinik perusahaan dengan
melakukan skrining pada karyawan yang berkunjung di poli yang
memberikan gejala adanya batuk kronis
84
BAB IV
85
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan
komunitas meliputi faktor fisik, biologi, kimia, dan sosial, ekonomi dan
budaya.
2. Sumberdaya yang dimiliki perusahaan dalam penanggulangan masalah
kesehatan komunitas di tempat, yaitu team K3 dan team Poli Klinik
3. Strategi penanggulangan masalah kesehatan komunitas industri yaitu :
a.penambahan alat-alat peredam, dan pelindung panas yang tercantum
dalam aturan internal pabrik yang mendapat persetujuan dari general
manager, sehingga para karyawan yang melanggar aturan tersebut
dapat diberikan suatu hukuman yang telah disepakati di pihak
pengambil kebijakan.
b. menggunakan masker yang telah ditentukan dalam aturan internal
perusahaan, sedangkan untuk pabrik pembuatan saluran cerobong
asap yang merupakan hasil dari pembuangan proses produksi.
c.penyeterilitasan berkala pada daerah – daerah yang rentan terhadap
perkembang biakan bakteri.
d. pendekatan-pendekatan persuatif kepada seluruh karyawan pabrik.
4.2 Saran
Bagi Individu
- Pentingnya keteraturan minum OAT
- Pemeriksaan secara berkala dan teratur untuk melihat
keberhasilan terapi, pemeriksaan radiologi dan BTA
- Memperbaiki pola gaya hidup dengan berhenti merokok,
berolahraga secara teratur sesuai kemampuan, dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi
- Perlunya menggunakan masker saat bekerja untuk menghindari
penularan penyakit TB Paru
Bagi Keluarga
86
- Memperbaiki pola hidup tiap anggota keluarga
- Kepedulian anggota keluarga dalam mengawasi keteraturan
individu penderita TB Paru dalam minum obat
- Penyediaan makanan yang bergizi bagi individu yng menderita
TB Paru serta keluarga yang lain
- Perbaikan sanitasi rumah dengan menambah ventilasi rumah
yang lebih memungkinkan untuk masuknya sinar matahari
Bagi Komunitas
- Perbaikan pemukiman penduduk, terutama perumahan yang
tidak mempunyai ventilasi yang layak
- Menggunakan alat-alat keselamatan kerja, terutama masker
untuk menghindari penyebaran kuman TB
- Hendaknya memeriksakan individu yang mempunyai riwayat
batuk lama, berat badan menurun dan berkeringat malam hari.
DAFTAR PUSTAKA
87
Alsagaff H, Mukty A.2006. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Anonimous, 2008. Asma (online). (www.medicastore.com/cybermed/detail. diakses
tanggal 19 Mei 2008).
Anonimous, 2008. Asma Karena Pekerjaan (online).
(www.medicastore.com/cybermed/detail. diakses tanggal 19 Mei 2008).
Antaranews, 2007. Revitalisasi pabrik gula Indonesia. (online).
(http://www.antara.co.id/arc/2007/5/24/butuh-rp5-4-triliun-untuk-
revitalisasi-pabrik-gula-indonesia/).
Azwar,Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan (Edisi ketiga). Binarupa Aksara:
Jakarta,1996
Departemen Kesehtan, RI. Kesehatn dan Keselamatan Kerja (online).
(http://www.depkes.go.id/index/articles.html). Oleh Pusat Kesehatan Kerja.
Jakarta.
Erlin, nursiloningrum, S.Ked dkk. 2008. Makalah Kedokteran Industri : Masalah
Kesehatan Pada Pabrik Gula Krebet Baru Malang Dan Strategi
Penanggulangannya. Malang.
Hanafiah, Zulfadin. 1994. Stress dan Produktivitas Dalam Upaya Kesehatan
Kerja. RS Jiwa Daerah Surabaya.
Kabul dkk, 2006. Sistem Pergulaan Jawa Timur.
http://www.balitbangjatim.com/upload/artikel/SISTEM_PERGULAAN_JA
WA_TIMUR_EDIT_1%20kabul%2011-1-06.doc
88
Munandar, A.S. 1988. Stress Pada Pekerja. Psikologi Industri, Penerbit Karunika.
Jakarta.
Nursiloningrum, Erlin, S.Ked dkk. 2008. Makalah Kedokteran Industri : Masalah
Kesehatan Pada Pabrik Gula Krebet Baru Malang Dan Strategi
Penanggulangannya. Malang.
Pusat kesehatan Kerja DEPKES RI. Program Penanggulangan TBC Access on
www. ASTAQAULIYAH_COM.htm, Mei 18th,2008
Roebijoso,Jack. 2006. Modul Kuliah Administrasi Kesehatan Masyarakat,
Laboratorium Kedokteran Komunitas FK UMM: Malang.
Sembiring,Santosa. 2006. Himpunan UU RI tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Nuansa Aulia: Bandung.
Stellman, Jeanne M; Daum, S.M. 1973. Stress. Work is Dangerous To Your Health,
Pathe on Book a Division of Random House. New York.
Sudoyo, AW, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI.Jakarta.
Suwandi, Tjipto. 1993. Penanganan Stress, Anxietas dan Produktivitas Kerja
Dalam Praktek. Makalah Temu Ilmiah Ikatan Ahli Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Surabaya.
Suyono, joko. 2001. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : EGC.
Wijono, Joko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (Vol I). Airlangga
University Press: Surabaya.
WHO, TB Control in the Workplace, Report of an Intercountry Consultan, New Delhi
2004, Forum Nusaku.HTM.Acces on Mei 18th 2008
89