You are on page 1of 25

MAKALAH MANAJEMEN TENTANG ORGANISASI, KOORDINASI,

WEWENANG DELEGASI DAN PENYUSUNAN PERSONALIA ORGANISASI

ORGANISASI, KOORDINASI, WEWENANG DELEGASI DAN PENYUSUNAN


PERSONALIA ORGANISASI

A. Pengantar
Banyak bentuk organisasi di masyarakat, misalnya negara, partai politik, perkumpulan
masyarakat, bahkan bentuk organisasi yang pale kecil yaitu keluarga dan lain sebagainya.
Kata organisasi mempunyai dua pengertian umum, yaitu sebagai suatu lembaga atau
fungsional, seperti perguruan tinggi, rumah sakit, perwakilan pemerintah, perwakilan
dagang, perkumpulan olah raga dan lain sebagainya, lainnya sebagai proses
pengorganisasian pengalokasian dan penugasan para anggotanya untuk mencapai tujuan
yang efektif.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai organisasi, wewenang delegasi, koordinasi dan
tentang manajemen, serta penyusunan personalia.
MAKALAH MANAJEMEN ORGANISASI, KOORDINASI, WEWENANG
DELEGASI DAN PENYUSUNAN PERSONALIA ORGANISASI
B. Definisi Organisasi (Organization)
Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan anggota dalam bentuk
struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan sumber daya yang dimiliki
dan lingkungan yang melingkupinya baik novice maupun ekstern. Dua aspek utama
dalam organisasi yaitu departementasi dan pembagian kerja yang merupakan dasar proses
pengorganisasian.
James D. Mooney mengatakan “Organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersana, “ sedang Chester I. Bernard memberikan pengertian
organisasi yaitu suatu complement aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih.
Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan
mengatur serta membagi tugas diantara para anggota untuk mencapai tujuan.
Jadi organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Organisasi dalam arti badan yaitu kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. Organisasi dalam arti bagan yaitu gambaran skematis tentang hubungan kerjasama dari
orang-orang yang terlibat dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu :
1. Adanya tujuan bersama
2. Adanya kerjasama dua orang atau lebih
3. Adanya pembagian tugas
4. Adanya kehendak untuk bekerja sama

C. Struktur Organisasi
Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme grave organisasi diolah. Struktur ini terdiri
dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi
dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :
1. Strategi organisasi pencapaian tujuan.
2. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi outlay akan membedakan
bentuk struktur organisasi.
3. Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga lingkungan
sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur perusahaan.
4. Besarnya organisasi dan satuan kerjanya mempengaruhi struktur organisasi.
Unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari :
1. Spesialisasi kegiatan
2. Koordinasi kegiatan
3. Standarisasi kegiatan
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan
5. Ukuran satuan kerja
MAKALAH MANAJEMEN ORGANISASI, KOORDINASI, WEWENANG
DELEGASI
D. Bentuk-bentuk Organisasi
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan departementasi
yang menunjukkan hubungan kerja sama.
Bagan ini menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yaitu :

1. Pembagian kerja
2. Rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen
Adapun cara penggambaran bagan struktur organisasi menurut Henry G. Hodges dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Bentuk Piramidal
2. Bentuk Vertikal
3. Bentuk Horisontal
4. Bentuk Melingkar

Bentuk-bentuk organisasi dapat dibedakan atas :


1. Organisasi Garis
Merupakan bentuk organisasi tertua dan pale sederhana, diciptakan oleh Henry Fayol.
Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu organisasinya masih kecil, jumlah karyawan sedikit
dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi.
Kebaikannya :
a. Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu tangan.
b. Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan berhubungan langsung dengan
bawahan.
c. Proses pengambilan keputusan cepat.
d. Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat segera
diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas.
Rasa solidaritas tinggi.
Kelemahannya :
a. Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak mampu
melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan terancam kehancuran.
b. Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
c. Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
2. Organisasi Garis dan Staf
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas yang
beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf yaitu orang yang ahli
dalam bidang tertentu tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidang kepada pejabat
pimpinan di dalam organisasi.
Kebaikannya :
a. Dapat digunakan dalam organisasi yang besar maupun kecil, serta apapun tujuan
perusahaan.
b. Terdapatnya pembagian tugas antara pimpinan dengan pelaksana sebagai akibat adaya
staf ahli.
c. Bakat yang berbeda yang dimiliki oleh setiap karyawan dapat ditentukan menjadi suatu
spesiali-sasi.
d. Prinsip penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.
e. Pengambilan keputusan dapat cepat walaupun banyak orang yang diajak berkonsultasi,
karena pimpinan masih dalam satu tangan.
f. Koordinasi lebih baik karena adanya pembagian tugas yang terperinci.
g. Semangat kerja bertambah besar karena pekerjaannya disesuaikan dengan bakat dan
kemampuan yang dimiliki.
Kelemahannya :
a. Rasa solidaritas menjadi berkurang, karena karyawan menjadi tidak saling mengenal.
b. Perintah-perintah menjadi kabur dengan nasehat dari staf, karena atasan dengan staf
dapat terjadi adanya perintah sendiri-sendiri padahal kewenangannya berbeda.
c. Kesatuan komando berkurang.

d. Koordinasi kurang baik pada tingkat staf dapat mengakibatkan adanya hambatan
pelaksanaan tugas.
3. Organisasi Fungsional
Organisasi yang disusun atas dasar yang harus dilaksanakan. Organisasi ini dipakai pada
perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan jelas.
Kebaikannya :
a. Pembidangan tugas menjadi lebih jelas.
b. Spesialisasi karyawan lebih efektif dan dikembangkan.
c. Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.
d. Koordinasi berjalan lancar dan tertib.
Kelemahannya :
a. Karyawan terlalu memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja
b. Koordinasi menyeluruh sukar dilaksanakan.
c. Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang sama sehingga
sering timbul konflik.
4. Organisasi Panitia
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka
selesailah organisasi tersebut.
Kebaikannya :
a. Segala keputusan dipertimbangkan masak-masak dalam pembahasan yang dalam dan
terperinci.
b. Kemungkinan pimpinan bertindak otoriter sangat kecil.
c. Koordinasi kerja telah dibahas oleh suatu team.
Kelemahannya :
a. Proses pengambilan keputusan memerlukan diskusi yang berlarut-larut yang
menghambat pelaksanaan tugas.
b. Tanggung jawabnya tidak jelas, karena tanggung jawabnya sama.
c. Kreatifitas karyawan terhambat dan sukar untuk dikembangkan, karena faktor
kreatifitas lebih dipentingkan.

E. Organisasi Formal dan Informal


Ragam arti organisasi banyak sekali seperti organisasi statis, organisasi dinamis,
organisasi formal, organisasi informal, organisasi tunggal, organisasi jamak, organisasi
daerah, organisasi regional, organisasi negara, organisasi internasional dan lain
sebagainya. Ada beberapa saja yang akan dibahas di sini, yaitu :
Organisasi Statis :
Yaitu gambaran skematis hubungan-hubungan kerjasama yang terdapat dalam organisasi
untuk mencapai suatu tujuan.
Organisasi Dinamis :
Yaitu kegiatan yang berhubungan dengan usaha merencanakan skema organisasi,
mengadakan departementasi dan menetapkan wewenang, tugas dan tanggung jawab.
Organisasi Formal :
Yaitu sistem kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dikoordinir untuk
mencapai suatu tujuan yang ditetapkan secara rasional.
Organisasi Informal :
Yaitu kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang tidak dikoordinir untuk
mencapai tujuan yang disadari tapi akhirnya mempunyai tujuan bersama, dimana
kedudukan dan fungsi-fungsi yang dilakukan tampak kabur.

F. Departementasi (Departementation)
Efesiensi kerja tergantung kepada keberhasilan integrasi satuan-satuan yang bermacam-
macam dalam organisasi. Proses penentuan cara bagaimana kegiatan dikelompokkan
disebutkan departementasi. Macam bentuk departementasi yaitu :
1. Departementasi Fungsional
Mengelompokkan fungsi yang sama atau kegiatan sejenis untuk membentuk satuan
organisasi. Ini merupakan bentuk organisasi yang pale umum dan bentuk dasar
departementasi.
Kebaikannya :
a. Pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama
b. Menciptakan efisiensi melalui spesialisasi
c. Memusatkan keahlian organisasi
d. Memungkinkan pengawasan mana-jemen puncak terhadap fungsi-fungsi yang ada
dalam organisasi.
Kelemahannya :
a. Menciptakan konflik antar fungsi
b. Adanya kemacetan pelaksanaan tugas
c. Umpan balik yang lambat
d. Memusatkan pada kepentingan tugasnya
e. Para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.
MANAJEMEN TENTANG ORGANISASI, KOORDINASI, WEWENANG DELEGASI
DAN PENYUSUNAN PERSONALIA ORGANISASI
2. Departemen Devisional
Dengan membagi divisi-divisi atas dasar produk, wilayah, langganan, dan proses, dimana
tiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan produknya sendiri.
a. Struktur organisasi local atas dasar produk
Setiap departementasi bertanggung jawab atas suatu produk yang berhubungan. Struktur
ini dipakai bila teknologi pemrosesan dan metode pemasaran sangat berbeda.
b. Struktur organisasi local atas dasar wilayah.
Pengelompokkan kegiatan atas dasar tempat dimana operasi berlokasi atau menjalankan
usahanya. Faktor yang menjadi pertimbangan adalah bahan baku, tenaga kerja,
pemasaran, transportasi dan lain sebagainya.
c. Struktur organisasi local atas dasar langganan
Pengelompokkan kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk, terutama dalam
kegiatan pengelompokkan penjualan, pelayanan.

G. Koordinasi (Coordination)
Untuk melihat kemampuan seorang manajer dalam memimpin dan melakukan koordinasi
dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya, yang
dikenal sebagai rentang manajemen. Koordinasi didefinisikan sebagai proses penyatuan
tujuan-tujuan perusahaan dan kegiatan pada tingkat satu satuan yang terpisah dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Koordinasi
dibutuhkan sekali oleh para karyawannya, sebab tanpa ini setiap karyawan tidak
mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi
itu sendiri.
1. Pedoman Koordinasi :
a. Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap
bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap
bagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya
kebutuhan dan keinginan berbeda.
b. Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling
mengisi dan memberi.
c. Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling
menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan
dengan kegiatan sebelumnya.
d. Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan ujud saling
memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas
yang satu dengan tugas yang lain.
2. Kebaikan dan Habatan Koordinasi yang Efektif
Kebaikan :
a. Beban tiap bagian tidak terlalu berat, karena adanya keseimbangan antar bagian.
b. Tiap bagian akan memperoleh infor-masi yang jelas dalam partisipasi pencapaian
tujuan dan tahu peranan-nya masing-masing sehingga dapat memberikan saran dan
komentar ter-hadap kemungkinan ketidak serasian antar bagian.
c. Skedul kerja saling terkait sehingga menjamin penyelesaian pekerjaan tepat pada
waktunya.
Kelemahan :
a. Perbedaan tiap bagian dalam orientasi pencapaian tujuan.
b. Perbedaan dalam orientasi waktu
c. Perbedaan orientasi antar pribadi
d. Perbedaan dalam formalitas struktur
3. Pendekatan Untuk Mencapai Koordinasi yang Efektif
a. Menggunakan pendekatan teknik-teknik dasar manajemen yang berupa hirarki
manajerial, rencana dan tujuan sebagai dasar bertindak.
b. Meningkatkan koordinasi potensial bila tiap bagian saling tergantung satu dengan
lainnya serta lebih luas dalam ukuran dan fungsi. Koordinasi ini dapat ditingkatkan
dengan melalui dua cara, yaitu :
1) Sistem informasi vertikal, penyaluran data-data melalui tingkatan-tingkatan organisasi.
Komunikasi ini bisa di dalam atau di luar lantai perintah.
2) Hubungan parallel (horizontal), dengan membiarkan informasi dipertukarkan dan
keputusan dibuat pada tingkat dimana informasi diperlukan. Ada beberapa hubungan
parallel :
- Hubungan langsung
- Hubungan kelompok langsung
- Hubungan silang
MAKALAH ORGANISASI, KOORDINASI, WEWENANG DELEGASI DAN
PENYUSUNAN PERSONALIA ORGANISASI
H. Rentang Manajemen (Span of Control)
Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan
secara efektif oleh seorang manajer. Pengertian rentang manajemen dapat bermacam-
macam ada yang mengatakan camber of control, camber of authority, camber of courtesy
atau camber of supervition.
Berapa sebenarnya bawahan seorang manajer agar manajer dapat melaksanakan tugasnya
dengan efektif dan efisien. Disini belum ada ketentuan yang pasti berapa seharusnya
bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya. Bawahan yang terlalu banyak kurang baik,
demikian pula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga kurang baik. Ada dua alasan
mengapa penentuan rentang yang baik dan tepat. Pertama rentang manejemen
mempengaruhi penggunaan efisiensi dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dan
bawahan mereka. Kedua, adanya hubungan antara rentang manajemen dengan struktur
organisasi, dimana semakin sempit tentang manajemen struktur organisasi akan
berbentuk “tall” sedang rentang manajemen yang melebar akan membentuk struktur
organisasi “flat” yang berarti tingaktan manajemen semakin sedikit.

I. Wewenang ( Authority )
Wewenang merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-
kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik
dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu
pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi.
Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melalukan
atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai T. Hani Handoko membagi
wewenang dalam dua sumber, yaitu teori grave ( pandangan klasik ) dan teori
penerimaan. Wewenang grave merupakan wewenang pemberian atau pelimpahan dari
orang lain. Wewenang ini berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan secara
hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan ( acceptance
speculation of management ) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh kelompok
atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada
penerima ( reciver ).
Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima komunikasi yang
bersifat kewenangan bila memenuhi :
1. Memahami kominikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. tidak bertentangan dengan kepentingan pribadi
4. mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh bawahan maka
diperlukan adannya.
1. Kekuasaan ( energy ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara
mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Kekuasaan posisi ( on all sides energy ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya
ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi ( personal energy ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Menurut sumbernya wewenang dibagi menjadi :
1. Kekuasaan balas jasa ( prerogative energy ) berupa uang, suaka, perkembangan karier
dan sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
2. Kekuasaan paksaan ( Coercive energy ) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang
bahwa hukuman ( dipecat, ditegur, dan sebagainya ) akan diterima bila tidak melakukan
perintah,
3. Kekuasaan sah ( bona fide energy ) Berkembang dari nilai-nilai novice karena
seseorang tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
4. Kekuasaan pengendalian informasi ( carry out of report energy ) berasal dari
pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau
penahanan informasi yang dibutuhkan.
5. Kekuasaan panutan ( referent energy ) didasarkan atas identifikasi orang dengan
pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan.
6. Kekuasaan ahli ( consultant energy ) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang
dalam bidangnya.
2. Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab ( shortcoming yaitu kewajiban
untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari
atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung
jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang
yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan
diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.
3. Pengaruh ( change ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk
melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi.
Pengaruh dapat timbul karena standing jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan
informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.

J. Lini Dan Staf


Staf tugasnya memberi layanan dan nasehat kepada manajer dalam pelaksanaan suatu
kegiatan. Staf di dalam melaksanakan fungsinya tidak secara langsung terlibat dalam
kegiatan utama perusahaan atau organisasi.
Tugas yang dilakukan oleh ini merupakan tugas-tugas pokok dari suatu organisasi atau
perusahaan. Dalam pengetatan yang harus dibuat oleh organisasi dalam saat yang kritis
ditentukan oleh pilihan terhadap departemen lini atau staff ini tergantung dari situasi yang
dihadapi.
Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan
menganalisa melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau
dengan menggabungkan ketiganya. Baishline mengajukan enam pokok kualifikasi yang
harus dipengaruhi oleh seorang staf yaitu :
1. Pengetahuan yang luas tempat diamana dia bekerja
2. Punya sifat kesetiaan tenaga yang besar, kesehatan yang baik, inisiatif, pertimbangan
yang baik dan kepandaian yang ramah.
3. Punya semangat kerja sama yang ramah
4. Kestabilan emosi dan tingkat laku yang sopan.
5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimis
Kualifikasi utama yaitu memiliki keahlian pada bidangnya dan punya loyalitas yang
tinggi. Konsekkuensi organisasi yang menggunakan staf yaitu menambah biaya
administrasi struktur orgasisasi menjadi komplek dan kekuasaan, tanggung jawab serta
akuntabilitas.
Wewenang lini ( Lini Authority )
Yaitu atasan langsung memberi wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam
wewenang perintah dan tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan
melalui tingkatan organisasi.

Wewenang Staf ( Staff management )


Yaitu hak para staf atau spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi konsultasi
pada personalia lini.
Hal yang perlu diperintahkan dalam mendelegasikan suatu kegiatan kepada orang yang
ditunjuk yaitu:
1. Menetapkan dan memberikan tujuan serta kegiatan yang akan dilakukan
2. Melimpahkan sebagian wewenangnya kepada orang yang di tunjuk
3. Orang yang ditunjuk mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan agar tercapainya tujuan.
4. Menerima hasil pertanggung jawaban bawahan atas kegiatan yang dilimpahkan.
K. Sentralisasi Dan Desentralisasi
Sentralisasi berarti ada pemutusan dalam pendelegasian wewenang pada tingkat atas,
sedangkan desentralisasi berhubungan dengan sampai dimana manajer melimpahkan
wewenangnya kepada bawahan, apakah hanya sampai kepala bagian, kepala devisi atau
kepala cabang dan lain sebagainya.
Ternyata dengan desentralisasi tugas dan wewenang semua kegiatan dimonitor secara
cepat dan tepat. Ada faktor yang mempengaruhi derajat desentralisasi yaitu :
1. Filsafat manajemen
2. Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi
3. Startegi dan lingkungan organisasi
4. Penyebaran geografis organisasi
5. Tersedianya peralatan pengawasan yang efektif
6. Keanekaragaman produk dan jasa
7. Karakteristik organisasi lainnya.
8. Kualitas manajer

L. Penyusunan Personalia ( Staffing )


Proses Penyusunan Personalia
Fungsi ini dilaksanakan dalam dua tipe lingkungan, yaitu lingkungan eksternal yaitu
semua faktor diluar organisasi yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
organisasi dan lingkungan inner yaitu semua cause di dalam organisasi.
Proses penyusunan personalia terdiri atas :
1. Perencanaan sumber daya manusia
2. Penarikan tenaga kerja
3. Penyeleksian tenaga kerja
4. Pengenalan dan orientasi organisasi
5. Latihan dan pengembangan karyawan
6. Penilaian pelaksanaan kerja karyawan
7. Pemberian balas jasa dan penghargaan
8. Perencanaan dan pengembangan karier.
Manajemen Perusahaan Islam :Perspektif Manajemen Strategis

Oleh : Agustianto1. Pendahuluan Manajemen merupakan kebutuhan penting untuk


memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi. Manajemen diperlukan untuk
mengelola berbagai sumberdaya organisasi, seperti sarana, prasarana, waktu, SDM,
metode dan lainnya. Manajemen juga menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan
efisien dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Manajemen telah memungkinkan kita untuk
mengurangi hambatan-hambatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Manajemen
memberikan prediksi dan imajinasi agar kita dapat mengantisipasi perubahan lingkungan
yang serba cepat. Untuk mempermudah dan mendapatkan kepastian akan tercapainya
tujuan tersebut, maka para ilmuwan berusaha mencari metode, sistem, teori untuk
mencapai tujuan tersebut dan akhirnya dikenallah ilmu manajemen. Para ahli
mendefenisikan manajemen dari berbagai segi. Dalam tulisan ini hanya diambil satu
defenisi saja, yaitu : ”Proses tertentu yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai
tujuan tertentu yang sudah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber-sumber
daya lainnya”. Defenisi tersebut menjelaskan bahwa dalam manajemen ada unsur tujuan,
ada unsur orang dan ada unsur sumber-sumber alam. Faktor inilah yang dikelola secara
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan. Dalam ilmu manajemen dikenal beberapa
fungsi seperti perencanaan, perorganisasian, staffing, pengarahan dan pengawasan.
Tulisan ini akan membahas salah satu aspek penting dalam manajemen organisasi bisnis
(perusahaan), yaitu manajemen straregis yang dibahas menurut perspektif Islam. Jadi
karena fokus bahasan makalah ini adalah pada organisasi perusahaan, maka aspek
pembahasannya tidak lagi melulu pada manajemen operasional yang bersifat jangka
pendek, fungsional dan rutin, namun lebih pada ”manajemen strategis”.
Manajemen IslamiSebagaimana dimaklumi, bahwa manajemen dalam organisasi bisnis
(perusahaan) merupakan suatu proses aktivitas penentuan dan pencapaian tujuan bisnis
melalui pelaksanaan empat fungsi dasar ; planning, organizing, actuating dan controling
dalam penggunaan sumberdaya organisasi. Karena itu aplikasi manajemen organisasi
perusahaan hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi perusahaan yang
bersangkutan.Dalam konteks ini, Islam telah menggariskan bahwa hakekat amal
perbuatan manusia harus berorientasi pada pencapaian ridha Allah. Hal ini seperti
dinyatakan oleh Imam Fudhail bin Iyadh, salah seorang guru Imam Syafi’iy dan perawi
hadits yang tsiqah dalam menafsirkan surah al-Muluk ayat 2 : ”Dia yang menciptakan
kematian dan kehidupan untuk menguji kamu siapa yang paling baik amalnya. Dialah
Maha Perkasa dan Pengampun.”
Ia mensyaratkan dipenuhinya dua syarat sekaligus, yaitu niat yang ikhlas dan cara yang
harus sesuai dengan syariat Islam. Bila perbuatan manusia memenuhi dua syarat itu
sekaligus, maka amal itu tergolong ahsan (ahsanul amal), yaitu amal terbaik di sisi Allah
Swt. Dengan demikian, keberadaan manajemen organisasi harus dipandang pula sebagai
suatu sarana untuk memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi tersebut.
Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam sebagai kaedah
berfikir dan kaedah amal ( tolak ukur perbuatan ) dalam seluruh kegiatan organisasi.
Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya yang menjadi nilai-nilai utama organisasi. Dalam
implementasi selanjutnya, nilai-nilai Islam ini akan menjadi payung strategis hingga
taktis seluruh aktivitas organisasi (lihat gambar 1) Sebagai kaedah berfikir, aqidah dan
syari’ah difungsikan sebagai asas atau landasan pola pikir dan beraktifitas, sedangkan
sebagai kaedah amal, syari’ah difungsikan sebagai tolak ukur kegiatan organisasi. Tolak
ukur syari’ah digunakan untuk membedakan aktivitas yang halal dan haram. Hanya
kegiatan yang halal saja yang dilakukan oleh seorang muslim. Sementara yang haram
akan ditinggalkan semata-mata untuk menggapai keridhaan Allah Swt. Atas dasar nilai-
nilai utama itu pula tolak ukur strategis bagi aktivitas perusahaan adalah adalah syari’ah
Islam itu sendiri. Aktivitas perusahaan apapun bentuknya, pada hakikatnya adalah
aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang akan selalu terikat dengan
syari’ah. Hal ini sesuai dengan kaedah, ”Al-Ashlu fil Af’al, at-taqayyudu bil hukm asy-
syar’iy”. (Hukum asal setiap perbuatan adalah terikat dengan syari’ah). Syari’ah adalah
aturan yang diturunkan Allah untuk manusia melalui lisan para RasulNya. Syari’ah
tersebut harus menjadi pedoman dalam setiap aktivitas manusia, termasuk dalam aktivitas
organisasi bisnis. Banyak sekali ayat Alquran yang menegaskan hal tersebut. ”Kemudian
kami jadikan bagi kamu syari’ah, maka ikutilah syari’ah itu, jangan ikuti hawa nafsu
orang-orang yang tidak mengetahui. (Al-Jatsiyah : 18)
”Maka demi Rabbmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman, hingga mereka
menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan kemudian
mereka tidak merasa keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka
menerima dengan sepenuhnya”. (QS.An-Nisak (4) : 65)
”Apa saja yang dibawa dan diperintahkan oleh Rasul (berupa syari’ah, maka ambillah)
dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah”. (QS.Al-Hasyar : 7)
Dengan demikian, orang yang mendambakan keselamatan hidup yang hakiki, akan
senantiasa terikat dengan aturan syari’ah tersebut. Karena syari’ah mengikat setiap SDM
perusahaan, maka aktivitas perusahaan yang dilakukan SDMnya tidak boleh lepas dari
koridor syari’ah. Manajemen Strategis Thomas L.Wheelen dan J.David Hunger
mendefenisikan manajemen strategis sbb: ”Strategic management is that set of
managerial decisions and actions that determine the long-run performance of corporation,
it includes strategy formulation, strategy implementation dan evaluation”. (Manajemen
strategis adalah serangkaian keputusan manajerial dan kegiatan-kegiatan yang
menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Kegiatan tersebut terdiri dari
formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi)
Menurut Gregory G. Dees dan Alex Miller :Strategic management is a process that
combines three major interrelated acitivities : strategic analysis, strategic formulation and
strategic implementation.
(Manajemen strategi adalah suatu proses kombinasi antara tiga aktivitas, yaitu analisis
strategi, perumusan strategi dan implementasi strategi)
Sedangkan William F.Glueck – Lawrance R.Jauch mendefenisikan managemen strategis
sbb :
Strategic management is a stream of the decisions and action which leads to the
development of an effective strategy or strategies to have achieve objectives, the strategy
management process is the way in which strategic determine objectives and make
strategic decisions.(Manajemen strategi merupakan arus keputusan dan tindakan yang
mengarah kepada perkembangan suatu strategi-strategi yang efektif untuk membantu
mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategi ialah suatu cara dengan jalan
bagaimana para perencana strategi menentukan sasaran untuk membuat kesimpulan
strategi). Jika merujuk kepada defenisi-defenisi di atas, maka dapat dirumuskan bahwa
defenisi manajemen strategis dalam perspektif Islam ialah rangkaian proses aktivitas
manajemen Islami yang mencakup ; 1.Tahapan analisis lingkungan organisasi, 2.
Formulasi Strategi, 3. implementasi strategi dan 4. Evaluasi dan kontrol terhadap
keputusan-keputusan strategis organisasi yang memungkinkan pencapaian tujuannya di
masa depan.Menurut Faulker dan Johnson, manajemen strategis menekankan
perhatiannya pada penempatan organisasi dalam kaitannya dengan lingkungan yang
sedang berubah dan harapan-harapan yang akan dicapai. Ia mengatur dan menangani
kerumitan dalam jangka lebih panjang dengan pokok masalah yang dapat dilihat dari segi
organisasi secara menyeluruh dan mendasar demi kelangsungan hidup organisasi
bisnis.Sebagaimana dimaklumi bahwa dalam perspektif manajemen strategis, manajemen
organisasi bisnis pada hakikatnya mengandung pengertian sebagai proses penetapan
struktur peran melalui penentuan kegiatan yang harus ditempuh untuk mencapai visi, misi
dan tujuan organisasi serta bagian-bagiannya, pengelompokan aktivitas, penugasan
kelompok-kelompok aktivitas, pendelegasian wewenang, pengkordinasian hubungan-
hubungan wewenang dan informasi baik horizontal maupun vertikal dalam struktur
organisasiSelanjutnya perlu dikemukakan juga di sini model proses manajemen strategi
yang dirumuskan oleh Thomas L.Wheelen dan J. David Hunger.Tahapan pertama dalam
manajemen strategis adalah analisis lingkungan, yaitu tahapan yang berintikan pada
analisis lingkungan eksternal dan internal organisasi. Aktivitas analisis ini kerap
digabung dalam suatu kesatuan aktivitas yang lebih dikenal sebagai analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity dan Threat). Hasil analisis SWOT akan menunjukkan
kualitas dan kuantitas posisi organisasi yang kemudian memberikan rekomendasi berupa
pilihan strategi generik serta kebutuhan atau modofikasi sumberdaya organisasi. Dengan
demikian analisis lingkungan eksternal mencakup analisis lingkungan mkro dan
lingkungan industri.Dengan demikian analisis lingkungan menjadi tiga level ditambah
analisis internal tadi, yaitu analisis internal organisasi perusahaan. Tahapan kedua adalah
melakukan formulasi strategi. Formulasi ini ditujukan untuk menghasilkan nilai-nilai
utama dan orientasi suatu strategi organisasi, strategi induk di tingkat korporasi
(corporate strategy formulation) dan strategi fungsional (functional strategy formulation)
Strategi induk perusahaan merupakan strategi jangka panjang yang spesifik yang berisi
rumusan holistik yaitu 1. Visi dan misi 2. Tujuan, 3. Sasaran dan 4. Strategi. Keempat
unsur strategi induk ini merupakan pilar dalam formulasi strategi. Strategi merupakan
rencana komprehensif untuk mencapai visi dan misi, tujuan dan sasaran. Keempat unsur
strategi induk tersebut akan menjadi program bagi suatu perusahaan dalam
mengembangkan misinya. Secacara visual unsur stratregi induk tersebut dapat
digambarkan sebaga berikut :
Tahapan ketiga, implementasi strategi, Tahapan ini bertumpu pada 1. alokasi dan
organisasi SDM 2. Kepemimpinan,budaya organisasi, hingga prosedur dan program.
Aktivitas pertama mencakup distribusi kerja di antara individu dan kelompok kerja
dengan mempertimbangkan tingkatan manajemen, tipe pekerjaan, pengelomp[okan
bagian pekerjaan serta mengusahakan agar unit-unit itu menyatu seluruhnya dalam
sebuah tim sehingga mereka dapat bekerja secara efektif dan efisien. Aktivitas kedua
meliputi aspek-aspek kepemimpinan efektif berikut pengambilan keputusan, kewenangan
dan tanggung jawabnya serta budaya organisasi. Aktivitas tersebut menjadi penting
kaitannya dengan pembuatan prosedur dan program.Tahadapan paling akhir dari proses
manajemen strategis adalah evaluasi dan pengawasan, yakni penilaian kinerja dan
pengawasan yang berlanjut dengan berjalannya proses umpan balik. Penilaian kinerja
dilakukan sesuai dengan prosedur organisasi yang dikembangkan, yakni dengahn
mengacu pada tolak ukur dan operasional. Hal ini guna mendapatkan kepastian akan
ketepatan pencapaian strategi induk organisasi. Apapun hasiulnya, akana menjadi
rekomendasi masukan bagi perbaikan dan penyempurnaan stratregi dan implementasi
berikutnya.Proses manajemen strategi yang dirumuskan oleh dapat diterima dan diadopsi
oleh Islam. Namun dalam prinsip dan karakter terdapat perbedaan mendasar dengan
syari’ah Islam, sehingga dalam aplikasinya juga terdapat perbedaan. Aplikasi manajemen
strategis Islami yang dikendalikan oleh nilai-nilai syari’ah sama sekali berbeda dengan
aplikasi manajemen strategis konvensional yang non Islami, Perbedaan itu ialah pada
cara pengambilan keputusannya, hingga pelaksanaannya (strategi-strategi fungsional).
Dengan berlandaskan sekulerisme yang bersendikan pada nilai-nilai material, aplikasi
strategis non Islami tidak memperhatikan aturan halal-haram dalam setiap perencanaan,
pelaksanaan dan segala usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Dari asas sekularismen inilah, seluruh bangunan bisnis, kegiatan dan pemanfaatan
sumberdaya organisasi diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi dan menafikan nilai
ruhiyah serta keterikatan SDM organisasi pada aturan yang lahir dari nilai-pnilai syari’ah.
Kalaupun ada aturan, tetapi semata-mata bersifat etik yang tidak ada hubungannya
dengan konsekunesi pahala dan dosa. Berikut ini akan dikemukakan perbedaan bisnis
Islami dan non Islami (konvensional). Pada tabel tersebut manajemen strategis perspektif
syari’ah memiliki 14 karakter khas yang membedakannya dengan manajemen strategis
konvensional, yaitu : 1. Asas, 2. motivasi, 3 orientasi, 4. stratregi induk, 5. strategi
fungsional operasi, 6stratregi fungsional keuangan, 7 strategi fungsional pemasaran. 8
strategi fungsional SDM dan 9. sumberdaya. 10. Manajemen Strategis, 11. Manajemen
operasi, 12. manajemen keuangan, 13. Manajemen Pemasaran, dan 14. Manajemen
SDM.Implementasi manajemen stratregis dengan kendali syari’ah akan membawa
organisasi bisnis berorientasi pada pencapai empat hal utama, yakni :1. Target hasil :
profit materi dan benefit non-materi2. Pertumbuhan : artinya terus meningkat3.
Keberlangsungan, dalam kurun waktu selam mungkin4. Keberkahan atau keridhaan
Allah
Dari keempat hal tersebut, hal yang membedakan orientasi manajemen strategis
persepektif syari’ah dengan konvensional adalah pada orientasi pertama, target hasil dan
orientasi ke empat, keberkahan dan keridhaan Allah. Hal ini menjadikan orientasi
stratregis perusahaan melulu mengejar keuntungan duniawi saja, dan mengabaikan aspek
keridhaan Allah Swt.Membangun Perusahaan bernuansa Islami Strategi induk
perusahaan merupakan strategi jangka panjang yang spesifik. Ia berisi rumusan holistik :
visi, misi, tujuan dan sasaran yang menerjemahkan orientasi perusahaan. Strategi induk
pada dasarnya rencana strategis untuk melihat sisi organisasi 5,10 atau 20 tahun
mendatang. Berfikir startegis akan membawa cakrawala jauh ke depan dan tidak terjebak
pada suasana hari ini atau kemarin. Rencana jangka panjang ini sangat diperlukan sebagai
barometer atau petunjuk arah aksi organisasi yang dikaitkan dengan kemampuan dan
peluang yang ada. Itulah juga sebabnya penerapan syari’ah dalam manajemen strategis
nampak jelas pada isi strategi induk yang mencakup visi, misi dan tujuan.Visi adalah cara
pandang yang menyeluruh dan futuristik terhadap keberadaan organisasi. Visi
memberikan suatu deskripsi atau uraian mengenai apa yang akan dicapai (tujuan)
perusahaan di masa depan. Pernyataan visi menjawab pertanyaan, akan menjadi sosok
perusahaan seperti apa dalam lima tahun mendatang. Visi tidak harus diuraikan secara
teknis keuangan atau pemasaran. Visi dimaksudkan untuk memberikan suatu deskripsi
yang luas mengenai perusahaan akan menjadi seperti apa di masa depan. Visi bukan
sekedar impian semata, bukan suatu harapan yang tidak berdasarkan apa yang diinginkan,
tetapi merupakan suatu gambaran yang realistik tentang apa yang akan terjadi di masa
depan. Visi menyatakan organisasi ingin menjadi seperti apa dan kemana harus
diarahkan. Arah ini mungkin didasarkan atas data masa lampau berupa kecendrungan
(trend) atau tentang apa yang dicapai oleh pihak lain dan apa yang mungkin dicapai oleh
organisasi yang telah didirikan.Untuk membentuk dan membangun visi perlu
diperhatikan tiga hal yang mungkin bisa menggagalkan :1. Gagal mempunyai visi yang
asli (genuine vision), bersifat menantang (challenge) dan sekaligus realistik.2. Gagal
mengkomunikasikan visi3. Gagal menyatukan dukungan setiap orang Untuk membantu
menyukseskan pencapaian visi, perhatikan contoh berikut dan delapan ciri pernyataan
visi yang efektif dari Tom Peters.1. As we accompolish our mission, CanadianNasional
Rail will be a long term business success by being : Close the our customer, First in
service, firt in quality, first in qualiality, first in safety, environmentally respondensible,
cost competitive and financially sound, and challenging place to work.2. In order position
them selves to be more competitive and more focused on customer’s needs Florida &
Power & Light Company Sharpen theit vision 1991, to be more specific and more
tangible. We will be the preferred provider of safe, reliable, and cost effective products
and services that satisty the electricity relateds needs of all curtomer segmens. Adapun
delapan ciri pernyataan visi ialah :1. Effective visions are inspiring2. Effective visions are
clear and challenging and exellence3. Effective visions are make sence in the market
place and by stressing flexibility and execution, stand the test time.4. Effective visions
must be stable but constanly challenge and change at the margin. The vision must act as a
compass in a wild and stormy sea and like a compass it loss it value if it’is not adjusted to
take account of its surroundings5. Effective visions are baecons, and controls when all
else is up for graps.6. Effective visions are airmed at empoering our own people first,
customer second7. Effective visions prepare for the future but honor the past8. Effective
visions are lived in details not broad strokes. A Vision is concise, en compasing, a picture
of sustaining axellencee in major market.
Dalam pencapaian suatu visi, pimpinan sangat berperan dan benar-benar menjadi panutan
dari segala perilaku dan tindakannya, khususnya untuk pencapaian tujuan suatu
organisasi (perusahaan) harus konsisten sepanjang masa.Misi merupakan yang
menjelaskan alasan pokok berdirinya organisasi dan membantu mengesahkan fungsinya
dalam masayarakat atau lingkungan. Dalam bentuk yang sederhana pertanyaan misi
menjawab, aktivitas apa yang akan dilakukan organisasi agar sosok yang diharapkan tadi
(dalam visi) dapat terwujud.Dalam membuat dan melaksanakan pernyataan misi,
setidaknya ada enam poin aturan yang harus diperhatikan :1. Jagalah agar pernyataan
tetap sederhana, tidak harus pendek tetapi sederhana2. Memungkinkan masukan dari
seluruh SDM (kru) perusahaan3. Orang luar bisa mendatangkan kejelasan dan perspektif
yang segar ke dalam proses penulisan pernyataan misi4. Susunan kata-kata seharusnya
mencerminkan kepribadian perusahaan atau ingin menjadi apa perusahaan ini5.
Berbagilah cara pernyataan misi secara kreatif sebanyak mungin. Jagalah agar pernyataan
misi berada di hadapan setiap orang6. Mengandalkan pernyataan misi sebagi bimbingan.
Tantanglah pernyataan misi terus menerus dan nilailah karyawan dengan sebaik apa
mereka mematuhi prinsip-prinsipnya. Manajemen harus mengatakan dan menghayatinya.
Sementara tujuan adalah akhir perjalanan yang dicari organisasi untuk dicapai melalui
eksistensi operasinya serta merupakan sasaran yang lebih nyata dari pernyataan misi.
Sebagai konsekuensi ditetapkannya visi, misi dan tujuan, maka dalam strategi induk juga
ditetapkan kebijakan berupa acuan standar atau tolak ukur strategis dan operasional bagi
perjalanan organisasi. Tolak ukur strategis lebih bersifat kualitatif dan bersandarkan pada
nilai-nilai yang dianut organisasi. Sementara tolak ukur operasional lebih bersifat
kuantitatif dan didasarkan atas kesepakatan hasil perhitungan atau analisa bersama dalam
menjalankan aktivitas organisasi. Berdasarkan nilai-nilai utama, maka visi, misi dan
tujuan suatu perusahaan, baik secara eksplisit maupun implisit hendaknya
menggambarkan orientasi strategis perusahaan. Dengan demikian, visi yang diusung
adalah menjadikan perusahaan sebagai wahana para pengeloalanya dalam melaksanakan
suatu kegiatan bisnis tertentu yang selaras dengan tuntutan ajaran agama Islam dalam
rangka meraih keridhaan Allah Swt. Misi dan tujuannya adalah bahwa keberadaan
perusahaan pada hakikatnya adalah untuk mewujudkan kegiatan bisnis yang memberikan
keuntungan secara halal dan thayyib. Dalam hal pembinaan SDM perusahaan, bagaimana
mewujudkan SDM yang memiliki kepribadi melalui pola fikir dan pola sikap yang Islami
serta profesional, yakni kafa’ah,n himmaltyul a’mal (beretos kerja tinggi) serta amanah.
Dengan demikian, orang yang mendambakan keselamatan hidup yang hakiki, akan
senantiasa terikat dengan aturan syari’ah tersebut. Karena syari’ah mengikat setiap SDM
perusahaan, maka aktivitas perusahaan yang dilakukan SDMnya tidak boleh lepas dari
koridor syari’ah. Visi, misi dan tujuan serta kedua tolak ukur di atas akan tampak pada
corporate culture dan implementasi strategi berikutnya. Syari’ah sebagai tolak ukur
strategis akan menjadi koridor bagi seluruh aktivitas keorganisasian segenap SDM
perusahaan. Adapun tolak ukur operasional, sesuai dengan sifatnya, maka disepakati
berdasarkan kebutuhan yang berkaitan dengan teknis penyelenggaraan kegiatan
perusahaan. Tolak ukur tersebut dapat diformulasikan sebagai SMART, yakni :Specifik ;
sesuartu yang unik, khasMeasurable ; sesuatu yang dapat diukur, kuantitatifAttainable ;
sesuatu yang dapat dicapaiRealistic ; sesuatu yang raelistisTimely basic ; berorientasi
waktu.
Bila strategi induk telah berhasil ditetapkan, gambar 4 yang berisi enam sebab mengapa
visi dan visi sebagian organisasi menjadi tidak efektif seperti yang ditulis oleh Faisol,
penting untuk diperhatikan.
Menurut Jones dan Kahaner, ada enam peraturan untuk menulis dan melaksanakan
pernyataan misi.1. Jagalah agar pernyataan tetap sederhana. Tidak harus pwendek, tetapi
sederhana2. Memungkin masukan dari seluruh SDM perusahaan3. Orang luar biasa
mendatanhgkan kejel;asan dan perspektif yanag segar ke dalam proses penulisan
pernyataan misi4. Susunan kata-kata seharusnya mencerminkan keprobadian perusahaan
atau mencerminkan ingin jadi apa perusahaan itu.5. Berbagilah pernyataan misi dengan
cara krteatif sebanyak mungkin dan dalam bahasa sebanyak yang diperlukan. Jagalah
pernyataan misis agar tetap berada di hadapan setiap orang.6. Mengandalkan pernyataan
misi sebagai bimbingan. Tantanglah pernyataan misi terus menerus dan nilailah
karyawan dengan sebaik apa mereka mematuhi prinsip-prinsipnya. Manajemen harus
mengatakan dan menghayatinya.
Berikut ini dikemukakan contoh-contoh pernyataan misi dari berbagai perusahaan :
Implementasi Strategis Implementasi strategi merupakan realisasi dari strategi yang telah
dipilih. Strategi yang telah dipilih harus dapat dilaksanakan secara konsisten dan untuk
itu perlu dibangun suatu struktur organisasi yang relevan, anggaran yang memadai,
sistem yang jelas dan kemampuan para pengelolanya. Pelaksanaan strategi akan
mencapai sukses apabila :1. Adanya kemampuan manager untuk menggerakkan orang
secara simultan2. Pengorganisasian perusahaan harus mencerminkan strategi dan tujuan
perusahaan3. Adanya motivasi yang tinggi4. Terciptanya budaya yang menggambarkan
rasa kesetiakawanan positif yang berkesinambungan5. Adanya suatu sistem yang jelas
untuk mengubungkan stratregi-strategi dengan rencana-rencana implementasi, sehingga
strategi yang telah dipiliuh itu tidak tinggalk di atas kertas saja, tapi dilaksanakan.
Keberhasilan McKinsey dalam mengelola perusahaanya dalah karena usahanya dalam
mengembangkan konsep ”The 7-S Framework”. Kerangka dasar tesisnya ini adalah
bahwa manajer yang berhasil itu harus mengakui bahwa implementasi yang efektif
mencakup hubungan yang konsisten dari 7 faktor, yaitu struktur, style, staff, system,
skills, strategy dan superordinate goals. Secara visual dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar ”The 7-S Framework
Keterangan :Share value : adalah nilai-nilai etik yang menjadi bagian terpenting
yangmewarnai nilai-nilai yang lain. Nilai-nilai ini disebar luaskan kepada para kru (orang
orang yang bekerja) di perusahaan. Penerapan nilai-nilai (moralitas dan kebaikan)
dipercaya menjadi perekat keselarasan sdan keharmonisan bukan saja bagi share holder
tetapi juga stakeholder
Strategy : Seperangkat kegiatan (aktivitas) untuk mencapai tujuan (goal).
Structure : Suatu kerangka organisasi dan oragnisasi dan informasi yangmenunjukan
tentang laporan-laporan dan tugas-tugas danbagaimana keduanya dapat berintegrasi
System : Suatu proses tentang bagaimana suatu organisasi beroperasi setiap harinya,
misalnya tentang sistem informasi , sistem anggaran belanja, proses produksi, sistem
kontrol untuk kualitas dan sistem pekerjaan atau penampilan perusahaan.
Style : Bagaimana para manejer mengalokasikan waktu dan perhatiannya serta
bagaimana mereka bertingkah laku untuk lebih mementingkan menjalankan manajemen
daripada mengatur manajemen (lebih penting bekerja daripada cuma bicara)
Staff : Bagaimana proses para manajer membantu mengembangkan perusahaan dan
membentuk suatu manajemen dasar yang bernilaiSkills : Keterampilan yang dimiliki oleh
para personil perusahaan.
Sistem 7-S ini memberikan 4 gagasan penting :1. Faktor yang beraneka ragam akan
mempengaruhi kemampuan organisasi dalam melakukan perubahan.2. Ke 7 variabel itu
saling berhubungan/terkait satu sama lain dan suatu hal yang mustahil akan mencapai
kemajuan jika tidak terkait satu sama lainnya3. Banyak strategi yang telah dirancang rapi,
tapi mengalami kegagalan. Ini disebabkan karena manajer-manajer yang burang
memperhatikan 7 variabel S tersebut.4. Hal ini tidaklah berarti bahwa hanya 7 faktor
tersebut yang dipentingkan, karena pada suatu waktu tertentu bisa saja terdapat faktor
lainnya.
Dapat dikatakan bahwa ke 7 S di atas tidaklah mutlak, amat tergantung pada organisasi
perusahaan dan tergantung pada siatuasi-sotuasi yang kadang sering berubah. Perlu
diketahui bahwa keberhasilan di dalam melaksanakan strategi tidak sekedar merubah
struktur, melainkan akan ada kemajuan-kemajuan dari variabel sentral yang fungsional
kepada struktur desentral yang divisional. Prinsip-prinsip Implementasi Strategis. Agar
suatu oraganisasi bisnis dapat berjalan sesuai dengan visi, misi dan tujuan yang telah
ditetapkan, diperlukan sejumlah prinsip sebagai pedoman pelaksanaan. Terdapat tujuh
prinsip organiasasi yang dianggap penting, yaitu :1. Perumusan tujuan. Organisasi
haruslah memiliki tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan yang terakhir dari visi dan misi
yang gamblang serta berada dalam kendali nilai utama organisasi, akan menjadi pedoman
yang mantap bagi anggota, terutama dalam menentukan langkah-lankah rasional yang
harus ditempuh.2. Kesatuan Arah. Dalam setiap struktur organisasi pasti terdapat
pemimpin atasan dan anggota/bawahan. Setiap bawahan hanya akan memiliki satu
atasan. Bawahan hanya menerima perintah dan bertangung jawab kepada atasannya.
Kesatuan arah yang berpangkal dari kesatuan visi organisasi akan membawa seluruh
SDM organisasi kepada kesatuan langkah guna mewujudkan tujuan organisasi.3.
Pembagian kerja. Langkah-langkah konkrit yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan
organisasi selanjutnya perlu dibagi dalam beberapa kelompok aktivitas. Sehingga setiap
bagian atau unit kerja mengetahui secara jelas wewenang dan tanggung jawab yang
diembannya. Agar berjalan dengan baik, pembagian kerja harus memenuhi syarat, the
right man on the right place. Melalui penempatan sumberdaya manusia yang sesuai
dengan bidang dan keahlian masing-masing akan mendorong tercapainya efisisensi
kerja.4. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab adalah prinsip berikutnya yang harus dilakukan setelah pembagian kerja.
Hal ini dimaksudkan agar setiap bagian dapat menjalankan semua kewenangan dan
tanggung jawabnya. Tentu Saja dalam pelaksanaan pendegasian ini perlu memperhatikan
aspek keseimbangan antara kewenangan dan tanggung jawab pekerjaan agar tercipta
mekanisme kerja yang sehat. Pada gilirannya pendelegasian wewenang yang baik juga
akan memotivasi bahwahan untuk lebih percaya diri, bekerja lebih baik, kreatif dan
bertanggung jawab.5. Kordinasi. Pelaksanaan wewenang setiap bagian tentu akan terkait
dan memperngarui bagian yang lain. Karena itu diperlukan kordinasi antar bagian.
Prinsip ini menjadi penting, mengingat dalam prakteknya, kerap ditemukan kasus di
mana suatu bagian tanpa sadar menjadi lebih mementingkan bagiannya sendiri.6. Tingkat
pengawasan. Guna memudahkan pengawasan, penyusunan struktur organisasi harus
dilakukan dengan memperhatikan tingkat-tingkat pengawasan secara struktural.7.
Rentang Manajemen. Efektivitas dan efisiensi pengemndalian bawahan dipengaruhi oleh
rentang manajemen (rentang kendali), yakni beberapa bawahan langsung yag dapat
diawasi secara efektif dan efisien yang jumlahnya bertgantung pada kondisi
yangdihadapi. Di samping itu juga terdapat rantai komando, yaitu level hirarki
pembuatrahna keputusan. Ada sejumlah pendapat berkaitahn dengan span of control atau
kemampuan seorang pemimpin untuk mengawasai bawahannya secara efektif. Hardjio
berpendapat hanya 5-10 orang bawahan, sedangkan Handoko (1984) menyatakan 3 – 8
orang bawahan.5. Jenis-jenis Organisasi Bisnis Islam Jenis-jenis organisasi bisnis Islam,
dapat dirujuk konsep syirkah sebagai usaha bersama (perseroan) berikut macam-
macamnya dalam perspektif Islam. Hal ini sangat dibutuhkan dalam aplikasi bisnis
Islami. Juga mengingat seluruh jenis perseroan konvensional yang ada sekarang ini tidak
ada satupun yang luput dari pengaruh faham kapitalisme-sekulerisme. Pembahasan detail
tentang ini dapat dilihat selanjutnya dalam Wahbah Az-Zuhaily (1997), an-Nabhani
(1996), dan Shiddiqi (1996).dan Afzalur Rahman
Syirkah ada dua macam :1. Syirkah Amlak ; yaitu dua orang atau lebih memiliki
benda/harta, yang bukan disebabkan akad syirkah. Perkongsian pemilikan ini tercipta
karena warisan, wasiat, membeli bersama atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan
satu asset oleh dua orang atau lebih. 2. Syirkah ’Ukud, yaitu transaksi yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih untuk berserikat dalam permodalan dan keuntungan . Syirkah
(’ukud) adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak
menyetorkan modal dalam jumlah yang sama atau berbeda sesuai kesepakatan.
Pencampuran modal tersebut digunakan untuk pengelolaan proyek/usaha yang layak
usaha dan sesuai dengan prinsip syariah. Pembagian keuntungan akan dibagihasilkan
berdasarkan nisbah yang telah disetujui dalam akad. Dalam bisnis syari’ah terdapat lima
jenis syirkah yang berkembang dalam praktek bisnis Islam.1. Syirkah
MudharabahMudharabah adalah pemilik modal menyerahkan hartanya kepada pekerja
(amil) untuk diperdagangkan dan mereka berkongsi keuntungan, dengan syarat-syarat
yang telah mereka sepakati bersama. Adapun kerugian ditanggung oleh pemilik modal
saja. Sedangkan mudharib tidak menanggung kerugian, tetapi ia rugi tenaga dan pikiran
saja. Shahibul Kanzi mendefinisikan mudharabah sebagai perkongsian di bidang harta
dan tenaga
2. Syirkah ‘Inan, Adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi
dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana disepakati di antara mereka. Namun porsi
masing-masing pihak, baik dalam dana, hasil kerja maupun bagi hasil berbeda, sesuai
dengan kesepakatan mereka.
3. Syirkah Mufawadhah Adalah dua orang atau lebih melakukan serikat bisnis dengan
syarat adanya kesamaan dalam permodalan, pembagian keuntungan dan kerugian,
kesamaan kerja, tangunggung jawab dan beban hutang. Satu pihak tidak dibenarkan
memiliki saham (modal) lebih banyak dari partnernya. Apabila satu pihak memiliki
saham modal sebasar 1000 dinar, sedangkan pihak lainnya 500 dinar, maka ini bukan
syirkah mufawadhah, tapi menjadi syirkah inan. Demikian pula aspek-aspek lainnya,
harus memiliki kesamaan.
4. Syirkah ’Amal/abdan Adalah kontrak kerkasama dua orang atau lebih untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu, seperti tukang jahit,
tukang besi, tukang kayu, arsirtek, dsb. Misalknya, dua pihak sepakat dan berkata, ” Kita
berserikat untuk bekerja dan keuntungannya kita bagi berdua”. Syirkah ini sering disebut
juga syirkah abdan atau shana’iy.
5.Syirkah Wujuh Adalah kontrak biusnis antara dua orang atau lebih yanag memiliki
reputasi dan prestise baik, di mana mereka dipercaya untuk mengembangkan suatu bisnis
tanpa adanya modal. Misalnya, mereka dipercaya untuk membawa bartang daganagan
tanpa pembayaran cash. Artinya mereka dipercaya untuk membeli barang-barang itu
secara kredit dan selanjutnya memperdagangankan barang tersebut untuk mendapatkan
keuntungan. Mereka berbagi dalam keuntugan dan kerugian berdasarkan jaminan
supplyer kepada masing-masing mereka. Oleh karena bisnis ini tidak membutuhkan
modal, maka kontralkini biasa disebut sebagai syirkah piutang.
Struktur Organisasi Bisnis Struktur organisasi merupakan alat manajemen untuk
mencapai suksesnya pelaksanaan strategi. Struktur organisasi dapat menggambarkan :1.
Aktivitas kerja masing-masing unit dalam organisasi2. Hubungan di antara masing-
masing unit aktivitas3. Jenis-jenis job masing-masing kelompok4. Menentukan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing unit5. Memperoleh koordinasi antara
masing-masing unit.
Dalam bahasan bentuk dan struktur organisasi perlu dipahami konsep line authority
(wewenang lini), staff authority (wewenang staf) dan functional authority (wewenang
fungsional). Wewenang lini adalah wewenang yang menimbulkan tanggung jawab atas
tercapainya tujuan organisasi. Wewenang staf merupakan wewenang untuk membantu
agar orang yang memiliki wewenang lini bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan
organisasi. Wewenang fungsional ialah wewenang yang diberikan kepada seseorang atau
departemen untuk dapat mengemabil keputusan mengenai hal-hal yang berada di
departemen lain. Wewenang-wewenang tersebut membentuk hubungan-hubungan yang
akan membedakan apakah organisasi tersebut akan menjadi organisasi lini, lini dan staf
dan fungsional serta matriks. Penjelasan-penjelasan berikut akan memaparkan bentuk-
bentuk organisasi tersebut.
1. Line Organization Bentuk organisasi lini dicirikan oleh skala organisasi yang masih
kecil, jumlah personil yang terlibat masih sedikit, spesialisasi belum ada atau masih
sedikit, pemilik biasanya menjadi pimpinan tertinggi dan hubungan antara pimpinan dan
bawahan bersifat langsung. Inilah bentuk organisasi tertua yang disesain oleh Henry
Fayol. Bentuk organisasi ini dinilai memiliki sejumlah keunggulan dan kelemahan.
Keunggulannya antara lain, 1. Kesatuan komando terjamin amat baik, 2. Proses
penga,bilan keputusan erlangsung sangat cepat, karena jumlah SDM masih sedikit dan
terbatas, 3. Rasa solidaritas di antara karyawan umumnya tinggi, karena mereka biasanya
saling kenal. Sedangkan kelemahannya. 1.Maju mundurnya organisasi cenderung
tergantung pada satu orang, 2. Kesempatan karyawan untuk berkembang sangat terbatas,
3. Pemimpin cendrung dan berpeluang untuk otoriter.
2.Line and Staff Organization. Selanjutnya bentuk organisasi yang kedua ialah organisasi
lini dan staf (line and staff organization). Bentuk ini biasanya untuk organisasi yang
berskala besar, jumlah SDM yang banyak dan spesialisasi kru sudah ada. Bentuk ini
didesain oleh Harrington Emerson. SDM/unit kerja yang ada terbagi dua kelompok :1.
Kelompok orang (unit kerja ) yang melaksanakan tugas organisasi disertai dengan
wewenang dan berhak memberi perintah dan mengambil keputusan akhir2. Kelompok
staf atau pembantu, yaitu unit kerja yang berfungsi sebagai penunjang. Contoh kelompok
staf adalah orang-orang pada sekretariat, bagian perlengkapan atau departemen penjualan
pada saat diminta pendapatnya mengenai pengepakan oleh Departemen produksi, maka
pada saat itu dep[artemen penjualan berfungsi sebagai staf. Bentuk organisasi ini
memiliki sejumlah keuanggulan dan kelemahan. Adapun keunggulannya adalah, 1.
Adanya job description yang jelas, 2. Spesialisasi pekerjaan dapat berkembang dan
memberi kesempatan bagi pengembangan kru (karyawan),3. Disiplin kerja cukup tinggi.
Sedangkan kelemahannya adalah, 1.Pelauang potensi konflik dalam pekerjaan karena
adanya dua kelompok karyawan yang berbeda kewenangannya.
3.Line and function organizationBentuk organisasi ini adalah seperti gambar berikut :
Dalam struktur organisasi ini, terdapat hubungan wewenang lini dan fungsional. Struktur
fungsionalnya banyak dijumpai pada perusahaan yang memiliki produk tunggal atau lini
produk terbatas. Cirinya adalah skala organisasi yang besar, jumlah kru yang besar,
aktivitas sudah sangat terspesialisasi. Misalnya departemen keuangan dengan
kewenangan menetapkan prosedur keuangan, juga terdapat pada departemen-departemen
lainnya. Dalam struktur ini, departemen keuangan melakukan wewenang fungsionalnya,
yakni melaksanakan fungsi keuangan melalui prosedur yang telah ditetapkannya itu pada
semua departemen. Sementara secara internal, kepala de[artemen keuangan juga
memiliki hubungan lini dengan seluruh stafnya. Dalam interaksi kesehariannya,
keseluruhan hubungan wewenang, baik lini, fungsional maupun staf, umunya dijalankan
oleh perusahaan-perusahaan besar, sehingga kadang sulit untuk membedakan secara tegas
penggunaan bentuk organisasi secara konsisten. Semua itu tergantung pada wewenang
yang dijalankan. Sebagaimana dalam bentuk-bentuk organisasi yang lain, bentuk
organisasi ini, juga memiliki keuanggulan dan kelemahan. Keunggulannya adalah,
1.Adanya pembagian tugas yang jelas, 2. Spesialisasi dalam pekerjaan dapat berkembang
pada tahap berikutnya memberi kesempatan bagi pengembangan karyawan
(kru),3.Disiplin kerja cukup tingi. Sedangkan kelamahannya adalah membawa potensi
konflek dalam pekerjaan karena adanya dua kelompok karyawan yang berbeda
kewenangannya.
Kepemimpinan Menurut Goetsch dan Davis (1994, p.192), kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk membangkitkan motivasi dan semangat orang lain (anak buahnya)
agar bersedia dan memiliki tanggung jawab terhadap usaha mencapai tujuan organisasi.
Menurut Drucker (1992, p.122) , ciri-ciri pemimpin sebagai berikut :1. Pemimpin
menentukan dan mengungkapkan misi organisasi secara jelas2. Pemimpin menetapkan
tujuan, prioritas dan standar3. Pemimpin lebih memandang kepemimpinan sebagai
tanggung jawab daripada suatu hak istimewa dalam kedudukannya sebagai pemimpin.4.
Pemimpin bekerjasama dengan orang-orang yang berpengatahuan dan tangguh sereta
dapat memberikan konstribusi pada organisasi5. Pemimpin memperoleh kepercayaan,
respek dan integrasi.
Dalam perspektif Islam, kepemimpinan sangat terkait kuat dengan masuliyah, yakni
tanggung jawab, tidak saja tanggung jawab kepada manusia tetapi juga akepada Allah
Swt. Dalam hal ini Nabi Muhammad Saw bersabda,”Setiap kamu adalah pemimpin dan
setiap memimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Setiap kepala negara adalah
pemimpin dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang wanita (ibu )
adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, ia bertanggung
jawab atas kepemimpinannya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dab ia
akan berttanggung jawab atas kepemimpinannya itu. Ketahuilah bahwa setiap kamu
adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan mempertanggung jawabkan atas
kepemimpinannya” (H.R.Bukhari, Muslim, Abu Daud, Rtarmizi dari Ibnu Umar)
Implementasi dari fungsi kepemimpinan di atas dapat dijabarkan dalam dua fungsi utama,
yakni fungsi pemecahan masalah (pemberi solusi) dan fungsi sosial (fasilatator). Fungsi
pemecahan masalah meliputi pemberian pendapat, informasi dan solusi dari suatu
problem yang selalu didasarkan pada syari’ah yang didasarkan pada dalil (hujjah) yang
kuat. Fungsi ini diarahkan juga untuk memberikan motivasi ruhiyah kepada para SDM
organisasi. Sedangkan fungsi sosial berhubungan dengan interaksi antar anggota
komunitas dalam menjaga suasana kebersamaan tim agar tetap sebagai team. Interaksi
dalam tim ini berada dalam korodor amar (fasilatator). Fungsi pemecahan masalah
meliputi pemberian pendapat, informasi dan solusi dari suatu problem yang selalu
didasarkan pada syari’ah yang didasarkan pada dalil (hujjah) yang kuat. Fungsi ini
diarahkan juga untuk memberikan motivasi ruhiyah kepada para SDM organisasi.
Sedangkan fungsi sosial berhubungan dengan interaksi antar anggota komunitas dalam
menjaga suasana kebersamaan tim agar tetap sebagai team. Interaksi dalam tim ini berada
dalam korodor amar ma’ruf nahi munkar.
Prosedur, Program dan Anggaran Menurut Waller, tugas prosedur adalah memastikan
bahwa di seluruh organisasi semua orang mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama
dan bekerja sebagaimana semua orang bekerja. Namun harus dicatat, bahwa prosedur
juga bukanlah uraian pekerjaan. Prosedur harus mengungkapkan :-Bagaimana semua
aktivitas manajemen dilaksanakan-Siapa yang akan melaksanakan aktivitas-Bagaimana
aktivitas didokumentasikan-Instruksi tempat kerja yang diperlukan untuk referensi.
Di berbagai perusahaan banyak contoh prosedur yang biasa digunakan diantaranya :-
Prosedur manajemen Kerja- Prosedur pengeluaran dana- Prosedur evaluasi kegiatahn
manajemen- Prosedur rekruitmen SDM- Prosedur pendidikan pelatihan- Prosedur
penelitian dan pengembangan- Prosedur pengadaan barang dan jasa- Prosedur pelayanan
pelanggan- Prosedur kerjasama dan kemitraan- Prosedur pembuatan rencana kerja-
Prosedur pembuatan anggaran- Prosedur evaluasi program kerja- Prosedur pengukuran
dan pemantauan hasil kerja- Prosedur pengelolaan arsip- Prosedur audit internal-
Prosedur pengendalian dokumen dan data- Prosedur pembuatan program baru Pembuatan
prosedur yang baik tentu membutuhkan waktu dan usaha, guna memenuhi ruang lingkup
yang dikehendaki layaknya sebuah prosedur. Untuk memperjelas ruang lingkup tersebut,
dapat dilihat gambar berikut.
Berdasarkan prosedur yang ditetapkan, disusunlah program. Secara sederhana program
yanag dimaksud adalah program yang memenuhi tolak ukur SMART (Specifik,
Measurable, Attainable, Realistic, dan Timely Basis). Dalam perencanaan program perlu
diperhatikan poin berikut :1. Penanggung jawab dan personil yang terlibat dalam
pembuatan program baru harus ditentukan.2. Fungsi-fungsi yang terlibat dalam program
harus dipastikan memahami perannya. Fungsi-fungsi lain bila dilibatkan harus
dikordinasikan secara tertib dan tercatat3. Perencanaan program harus diawali dengan
menetapkan tujuan dan persayaratan atau kriterianya. Persyaratan dapat berasal dari hasil
evaliuasi sebel;umnya. Masukan dari konsumen (customer), tinjauan hukum daan
persayatan lain yang relevan4. Perlu ditentukan pula tata cara verifikasi dan evaluasi
terhadap nilai pelaksanaan program5. Perlu perencanaan anggaran biaya. Aktivitas
penyusunan anggaran ini merupakan bagian penyusunan perencanaan jangka pendek
(tahunan) dalam bidang biaya. Dengan menetapkan anggaran dapat diketahui sasaran
profit juga pertumbuhannya. Penyusunan anggaran juga merupakan bentuk nyata
komitmen perusahaan dalam mengimplementasikan strategi yang telah diformulasikan
sebelumnya. Dapat dipahami, jika strategi tidak didukung anggaran yang memadai,
strategi tersebut besar kemungkinan akan berubah menjadi seonggok dokumen sejarah
belaka. Semua hal di atas dilakukan dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selanjutnya
dalam sub kajian ini kita membicarakan penganggaran. Penganggaran adalah perumusan
rencana dalam angka-angka untuk periode tertentu di masa depan. Dengan demikian,
anggaran adalah laporan tentang hasil-hasil yang diantisipasikan dalam angka keuangan-
seperti dalam anggaran penghasilan dan pengeluaran serta anggaran modal atau dalam
istilah yang non keuangan-seperti dalam anggaran jam tenaga kerja langsung, bahan
baku, volume penjualan fisik atau produksi unit. Dengan menyatakan perencanaan dalam
angka-angka dan memecahkannya dalam komponen-komponen yang cocok dengan
struktur organisasi, anggaran menghubungkan perencanaan dan membolehkan
pendelegasian kekuasaan dan wewenang tanpa hilangnya pengasawan.
Pengendalian Strategi Tahapan keempat kerangka manajemen strategis adalah
pengendalian strategi yang terdiri dari evaluasi dan pengawasan (pengendalian). Menurut
Stoner pengawasan atau pengendalian adalah suatu upaya sistimatis untuk menetapkan
standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain sistem umpan balik
informasi, untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan target yang telah
ditetapkan, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur penyimpangan tersebut
dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumberdaya perusahaan telah digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisisen
guna tercapainya tujuan perusahaan. Pengendalian strategi merupakan suatu upaya
sistimatis dalam mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian target baik kualitatif
maupun kuantitatif. Pengendalian strategi ini terdiri atas langkah-langkah sebagaimana
dalam gambar berikut. Langkah pertama adalah menetapkan standar dan metode
pengukuran prestasi kerja, agar manejer mengetahui perkembangan yang terjadi dalam
perusahaan, tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana
yang telah ditetapkan. Langkah kedua adalah mengukur dan mengevaluasi prestasi kerja
terhadap standar yang telah ditentukan. Pengukuran prestasi kerja hendaknya dilakukan
dengan pandangan jauh ke depan, sehingga penyimpangan-penyimpangan yang mungkin
terjadi dapat diketahui lebih dahulu( sedini mungkin)Langkah ketiga adalah
membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila
prestasi sesuai dengan standar, manajer menilai bahwa segala sesuatunya berada dalam
kendali.Langkah keempat adalah mengambil tindakan koreksi. Proses pengendalian tidak
sempurna, jika tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi.
Jika standar ditetapkan untuk mencerminkan struktur organisasi dan prestasi diukur
dengan standar ini, maka pembetulan terhadap penyimpangan dapat dipercepat, karena
manajer mengetahui dengan cepat aspek mana yang harus dikoreksi.Di bawah ini bagan
standar pengukuran prestasi kru perusahaan :
Dalam perspektif syari’ah, Islam merupakan asas kendali yang utama, baik organisasi,
kelompok maupun individu. Ini dikarenakan, penetapan Islam sebagai nilai utama
merupakan kebijakan utama pimpinan organisasi untuk menjamin keberkahan organisasi
bagi seluruh SDMnya yang dilakukan sebelum penetapan orientasi stratregis berikut
strategi derivasinya. Ukuran perestasinya adalah ketaatan kepada syariat Islam.
Maksudnya semua aktivitas SDM organisasi harus dijalankan dalam koridor ketaatan
kepada syari’ah Islam. Sebaliknya bila aktivitas SDM menyimpang dari syari’ah Islam,
maka aktivitas tersebut dikategorikan sebagai kemaksiatan dan pelanggaran terhadap
syari’at. Imbalan tertinggi prestasi SDM organisasi jika melakukan ketaatan terhadap
syariat Islam dalam konteks organisasi, kelompok maupun individu, tiada lain adalah
pahala keberkahan. Sejalan dengan tujuan sbelumnya, implementansi ketaatan pada
konteks organisasi tercermin dari semua kebijakan organisasi yang dibangun dari nilai
utama organisasi, yakni Islam. Kebijakan organisasi yang menjaga setiap masukan,
proses manajemen dan out put agar terhindar dari tindakan kezaliman, bebas dari barang
dan jasa yang haram, bebas dari korupsi, peniupuan, riba, judi, pemberian hadiah
(komisi) yang dilarang merupakan sejumlah contoh implemnetasi ketaatan. Begitu juga
dengan kebijakan perusahaan untuk mengedepankan profesionalisme kerja, yakni agar
setiap SDM memiliki ciri-ciri kafaah, himmatul amal dan amanah.
Pengawasan bertujuan untuk mengukur aktivitas dan mengambil tindakan guna
menjamin bahwa rencana sedang dilaksanakan. Untuk itu harus diketahui orang yang
bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan rencana dan yang harus mengambil
tindakan untuk membetulkannya. Pengawasan aktifitas dilaksanakan melalui orang-
orang, akan tetapi tidak dapat diketahui siapakah yang harus bertanggung jawab atas
terjadinya penyimpangan dan tindakan koreksi yang perlu diambil, kecuali apabila
tanggung jawab dalam organisasi dinyatakan dengan jelas dan teririnci. Oleh karena itu
prasyarat yang penting dalam efektifitas pengawasan ialah struktur oraganisasi yang
jelas, lengkap dan menyatu.
Teknik Pengawasan Meskipun sifat dasar dan tujuan pengawasan manajemen tidak
berubah, namun selama bertahun-tahun telah dipergunakan berbagai alat dan teknik
untuk membantu manajer dalam melaksanakan tugasnya. Seperti yang akan terlihat
dalam teknik-teknik ini, mereka pertama-tama adalah alat-alat untuk perencanaan. Teknik
tersebut menunjukkan kebenaran mutlak, bahwa tugas pengawasan ialah untuk
mensukseskan perencanaan dan dalam berbuat demikian, dengan sendirinya pengawasan
harus mencerminkan perencanaan dan perencanaan harus mendahului pengawasan.
Penutup1. Manajemen organisasi harus dipandang sebagai suatu sarana untuk
memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi. Implementasi nilai-nilai
Islam berwujud pada difungsikannya Islam sebagai kaedah berfikir dan kaedah amal
( tolak ukur perbuatan ) dalam seluruh kegiatan organisasi. Nilai-nilai Islam inilah
sesungguhnya yang menjadi nilai-nilai utama organisasi. Dalam implementasi
selanjutnya, nilai-nilai Islam ini akan menjadi payung strategis hingga taktis seluruh
aktivitas organisasi.2. Manajemen strategis dalam perspektif Islam ialah rangkaian proses
aktivitas manajemen Islami yang mencakup ; 1.Tahapan analisis lingkungan organisasi,
2. Formulasi Strategi, 3. implementasi strategi dan 4. Evaluasi dan kontrol terhadap
keputusan-keputusan strategis organisasi yang memungkinkan pencapaian tujuannya di
masa depan. Semuanya dibingkai dalam koridor syari’at Islam.Manajemen Stratregis
merupakan proses penetapan struktur peran melalui penentuan kegiatan yang harus
ditempuh untuk mencapai visi, misi dan tujuan organisasi serta bagian-bagiannya,
pengelompokan aktivitas, penugasan kelompok-kelompok aktivitas, pendelegasian
wewenang, pengkordinasian hubungan-hubungan wewenang dan informasi baik
horizontal maupun vertikal dalam struktur organisasi3. Aplikasi manajemen strategis
Islami yang dikendalikan oleh nilai-nilai syari’ah sama sekali berbeda dengan aplikasi
manajemen strategis konvensional yang non Islami, Perbedaan itu ialah pada cara
pengambilan keputusannya, hingga pelaksanaannya (strategi-strategi fungsional). Dengan
berlandaskan sekulerisme yang bersendikan pada nilai-nilai material, aplikasi strategis
non Islami tidak memperhatikan aturan halal-haram dalam setiap perencanaan,
pelaksanaan dan segala usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi.Manajemen strategis perspektif syari’ah memiliki 14 karakter khas yang
membedakannya dengan manajemen strategis konvensional, yaitu : 1. Asas, 2. motivasi,
3 orientasi, 4. stratregi induk, 5. strategi fungsional operasi, 6stratregi fungsional
keuangan, 7 strategi fungsional pemasaran. 8 strategi fungsional SDM dan 9.
sumberdaya. 10. Manajemen Strategis, 11. Manajemen operasi, 12. manajemen
keuangan, 13. Manajemen Pemasaran, dan 14. Manajemen SDM. Implementasi
manajemen stratregis dengan kendali syari’ah akan membawa organisasi bisnis
berorientasi pada pencapai empat hal utama, yakni :1. Target hasil : profit materi dan
benefit non-materi, 2. Pertumbuhan : artinya terus meningkat 3. Keberlangsungan, dalam
kurun waktu selam mungkin, DAN 4. Keberkahan atau keridhaan Allah
DAFTAR KEPUSTAKAANAfzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam, Edisi
Indonesia, Doktrin Ekonomi Islam, jilid 4 Terj. Suroyo Nastangin, Dana Bhakti Wakaf
Yogyakarta, 1996.
Diwan Parag, Strategic Management, New Delhi, A Pantagon Press Publication, 1997
Faulkner, D and G.Johnson, The Challenge of Strategic Manajement, terj. Strategi
Manajemen, Jakarta,, Elex Media Komputindo, 1995
Follet dalam Kadarman, AL. et.el, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta, Gramedia, 1996.
Gregory G.Des and Miller Alex, Strategic Management, International Edition, 1993
Handoko, H, Manajemen Strategik dalam Dekade 2000-an : Tantangan Pengembangan
Teori dan Aplikasi, Makalah dalam Seminar Internasional, Strategi Pembangunan
Ekonomi dan Bisnis di Indonesia, Refleksi dan Aktualisasi,UGM, Yogyakarta, 1995
Harahap, Sofyan Syafri, Akuntansi, Pengawasan & Manajemen dalam Perspektif Islam,
Jakarta, FE Trisakti, 1992
Hardjito, D. Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 1995.
Hones, P. And L.Kahaner, Misi dan Visi 50 Perusahaan Terkenal di Dunia, terjemahan,
Batam Interaksa, 1999.
Krebet Wijayakusuma, M, dan Ismail Yusanto, M, Manajemen Syariat, Jakarta, Khairul
Bayan, 2003
Muhammad Ismail Yusanto, Manajemen Strategis, Perspektif Syari’ah, Jakarta, Khairul
Bayan, 2003.
Muhammad Ismail Yusanto, Manajemen Strategis, Perspektif Syari’ah, Jakarta, Khairul
Bayan, 2003.
Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islami, Jakarfa, Gema Insani Press, 2002
Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy, Patnership and Profit Sharing in Islamic Law,
Terj.Kemitraan Usaha dan Bagi Hail dalam Hukum Islam, Yogyakarta, Dana Bhakti
Wakaf, 1996.
Riawan Amin, Ahmad, The Calestial Management, (Edisi Bahasa Inggris) Jakarta,
Bening Publishing, 2004
Saladin, Djaslim, Manajemen Strategi & Kebijakan Perusahaan, Bandung, Linda Karya,
2003
Stonner James, dan Charles Wankel, Manajemen, jilid I, terjemahan, Jakarta, Intermedia,
1986
Taqyuddin An-Nabhani, An-Nizham al-Iqtishad fil Islam, Darul Ummah, Beirut, 1990
Thomas Whellen and David Hunger, Strategic Management Business Policy, Addison
Wesley Publishing Company, Inc, 2000
Tom Peters, Thriving on Chaos, New York : Knopt, 1987
Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Beirut, Dar al-Fikri, 1998.
Waller, J.D Allen dan A.Burns, Menulis Manual Manajemen Mutu, terj, Jakarta, Pustaka,
Binaman Presindo, 1994
William Glueck F, and Jauch Laurance,R, Business Policy and Strategic Management,
An Integrated Approach, by Hougton Miflin Company, USA
Atas dasar nilai-nilai utama itu pula tolak ukur strategis bagi aktivitas perusahaan adalah
adalah syari’ah Islam itu sendiri. Aktivitas perusahaan apapun bentuknya, pada
hakikatnya adalah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang akan
selalu terikat dengan syari’ah. Hal ini sesuai dengan kaedah, ”Al-Ashlu fil Af’al, at-
taqayyudu bil hukm asy-syar’iy”. (Hukum asal setiap perbuatan adalah terikat dengan
syari’ah). Syari’ah adalah aturan yang diturunkan Allah untuk manusia melalui lisan para
RasulNya. Syari’ah tersebut harus menjadi pedoman dalam setiap aktivitas manusia,
termasuk dalam aktivitas organisasi bisnis. Banyak sekali ayat Alquran yang menegaskan
hal tersebut. ”Maka demi Rabbmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman, hingga
mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan
kemudian mereka tidak merasa keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan dan
mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS.An-Nisak (4) : 65) ”Apa saja yang dibawa
dan diperintahkan oleh Rasul (berupa syari’ah) dan apa yang dilarangnya makja
tinggalkanlah”. (QS.Al-Hasyar : 7)
Diposkan oleh HAFULYON MM di 23:46

You might also like