You are on page 1of 24

JINGGA ANNISA

TULISAN-TULISAN MELAWAN SEPI


Dalam jingga yang hening ku mengibas mimpi yang sulit kurengkuh…
Meratap cakrawala membentang tak berhujung seperti mimpi mencari kehidupan
Beralas senyum, kukumpulkan sayap bidadari yang hadir dalam tawa kebahagian.
Mencipta violet yang sendu…

Tuhan… aku berlutut berterimakasih akan apa yang kau hadiahkan kepada ku, karena
selalu ada makna indah yang terbungkus dalam sebuah lembar takdir kehidupan manusia,
dan aku melihatnya…
Kau beri ku cinta dari para hati yang tulus…
Kau beri aku semangat dari para jiwa yang kokoh…
Kau beri aku harapan dari para pemimpi kehidupan…

Sempat kupalingkan diri dari Mu,, mengharap lebih atas hadiah yang luar biasa ini, dan
ku tau ku salah…
Sempat ku menangis mempersalahkan Mu,, menyalahkan akan semua yang memberi ku
kesempatan menjadi lebih kuat…
Sempat ku mempertanyakan keberadaan Mu,, saat Kau kirim sepi yang memberi ku
kesempatan tuk bercermin…

Bening air yang mengalir dari Mu tak ku miliki utuh


Hanyalah sungai kecil yang keruh tanpa kehidupan—itulah aku
Tapi sudikah Kau turunkan hujan dan penuhi ragaku hingga keruh ini meluap dan pergi?
Dan terimalah sujud ini untuk mendapatkan tetes pengampunan Mu yang agung…

Yogyakarta 20 January 08
00.20
Wahai bintang nan terang…
Tersenyumlah untuk umat manusia yang menggigil ditusuk malam
Berikan sinar untuk umat manusia yang terperangkap dalam kegelapan
Ciptakan kerling harapan untuk mereka yang galau

Sepi malam ku rasa sendiri dengan angan yang hampa…


Mengukir wajah yang selalu kuenyahkan untuk tidak ku impikan
Karena mimpi ini hanya sembilu yang menhujam tajam hati ku yang lemah…

Dalam tiap kesempatan di hari kehidupan ku, hanya sebuah harapan yang kugenggam
untuk terus menguatkan jiwa ini…
Sosok nya sangat indah… dan pantaslah seekor kupu-kupu yang cantik untuk
mendapatkannya, bukan serangga yang manusia pun tak tau bagaimana menyebut nya

Salahkah akan semua cerita ini??


Senyum keyakinan ku mengatakan tidak…

Ada pelangi asmara yang terlukis dalam angkasa hidupku,


Dan kurasa cukup untuk menghiasi langit jiwa yang biru tak berawan.

Aku tak mengaharap ada bintang dimalamku, cukup dengan terang bulan
Aku tak meminta cinta nya untuk jiwaku, cukup senyuman tulus yang tercurah dalam
angan.
Menerawang kagum jiwaku menatap lukisan nan agung
Hamparan hijau dan bentang biru merona ungu langit menaungi bumi
Belaian angin membuat semuanya tampak lebih anggun…

Kereta berpacu cepat,,, ada hentakan berisik yang mengiringi perpindahan ini
Tapi hati dan fikiran ku hanya membentuk bayang sendu mereka…
Dihamparan langit nan biru kutemukan sendu yang lalu
Tercipta kisah yang tlah ku lewati letih diketika ku merangkak keras menuju titik dimana
ku berdiri saat ini… ada keletihan yang tak terbayar oleh siapapun… namun ada
kebersamaan yang tak tergantikan dengan apapun juga…
Kebersamaan yang memberiku semangat
Kebersamaan yang memberiku cita
Kebersamaan yang memberiku harap
Dan kebersamaan yang memberiku kuat…

Aku tak menuntut banyak akan kesempurnaan kehidupan, hidupku melebihi dari
sempurna dengan semua yang Kau berikan pada ku melalui mereka.

Cinta yang tulus.

Cinta yang sebenarnya… tak mengenal lemah… dan lelah…

Abadi. Dan tulus.

Terimakasih Tuhan.

Memberiku mereka—sahabat yang luar biasa.


Yogyakarta 010208 –kamar- 22.44

Aku mendapat tiga sayap lagi,,


Sayap nuansa keceriaan,
Sayap nuansa keromantisan,
Sayap nuansa kedewasaan,

Seperti merpati yang semakin kokoh melayang melawan elang dalam bentang langit biru,
Seperti ikan sungai yang menari dan meloncat dalam bening aliran berbatu,
Aku semakin kuat.

Menerawang kehidupan padang pasir yang luas, nyali ku menguap!


Tak kuasa kaki bergetar tak mampu membayang,,
Tapi… dengan sayap ini, bimbang itu berganti dengan harap!
Aku mampu bentang sayap dan terbang…

Sebersit kelabu menoreh bimbang dalam kalbu…


Ku takut rjutan sayap ini patah dan hancur bak abu…
Bagaimana ku bisa terus menjaganya dalam setiap kepak yang membuat ku semakin
dekat dengan mimpi yang lugu…

Berikan aku jarum emas dan benang sutra untuk terus menjahit tiap gores yang terjadi
dalam ego terbang ku,,
Berikan aku pengertian dan segudang kata maaf untuk obat dikala sayap-sayap ini terluka
karena aku,,

Jika boleh…
Dapatkah ku diberi sayap-sayap yang lainya untuk menemani perjalanan udara ini,
Perjalanan menerawang kehidupan akan sebuah ketulusan…
20.13—kamar, 22-2-2008

Aku ingin ada langit biru diatas hidupku,


Aku ingin ada lukisan Kuasa layaknya pelangi di usai hujan sedih ku,
Aku ingin ada senandung camar berlagu merdu dalam sepi ku,
Aku ingin ada hangat mentari yang menghangatkan jiwa ku yang beku,
Aku ingin itu…

Aku ingin memiliki sebuah harta tak ternilai,


Cinta

Tak mampu ku untuk berharap lebih setelah satu hal yang sacral itu.
Aku tak mampu.

Walau ada rasa yang hadir saat menatap sesosok yang datang dalam kehampaan hidup,
Ku tak mampu untuk tetap menjaga nya dalam hati,
Karena hanya akan terasa perih menyakitkan bagi hati ku yang semakin rapuh
Hati ku lumpuh.

Sosok itu seperti embun yang basahi senduku,


Sosok itu seperti senandung camar nan merdu,
Sosok itu seperti mentari yang mendekap hati ku yang bisu,
Sosok itu seperti cinta dan kuasa layak nya harap ku,

Tapi…

Sepertinya dia bukan untuk ku…

Aku tersenyum…
tak apa-apa…
21.51—kamar 3-03-2008.
Embun itu menetes sejuk di hatiku…
Aku rindu… rindu sekali dengan senyum tulus mu…
Betapa aku menginginkan mu, tapi ku tak mampu.

Seperti sinar fajar jika ku tatap wajah mu,


Menghangatkan beku hati ku yang sepi,
Betapa aku ingin mencinta, tapi ku tak kuasa.

Maafkan aku cinta,


Mengingkari perasaan ini pun sebenarnya menyakitkan ku,
Tapi ini yang terbaik, aku ingin kau bahagia
Lupakanlah jika aku menderita. Semua ini hanya untuk mu cinta…

Selalu kukatakan pada mu, bahwa Tuhan akan memberi cerita cinta yang terdalam untuk
setiap manusia, dan sekarangpun aku merasakannya.

Nikmati hidup mu…


Dan biarkan aku melihatmu tersenyum ditempat yang berbeda, aku bahagia.

Selamat tinggal cinta,


Ada hidup yang penuh cinta menanti mu, dan aku ada diantaranya

Maaf…
Pijar gemintang menari dalam panggung malam,
Cahaya nya yang jauh tak sanggup hangatkan hidup ku,
Meraba cerita yang menguras air mata dan jiwa…

Seandainya aku diberi sedikit bias tawa dan bahagia dunia,


aku ingin berlari mengejar cahaya…
melayang bebas mengepak sayap harapan…
aku inging terbang…

Seperti menggambar mimpi diatas pasir,


Terhapus ombak, sia-sia…
tapi selalu ku coba.

Seandainya ku bisa miliki kuat untuk menggoresnya lebih dalam,


Dan seandainya ku miliki cinta untuk menghalau ombak ini
Aku ingin mencoba sekuat tenaga menyeka air mata,
Karena ku tak mau tenggelam dalam lara.

Aku yakin Tuhan berikan kehidupan ini padaku sebagai hadiah yang indah,
Semoga kau mampu mensyukurinya, dan membuat hidupku benar-benar terasa indah…
Ingin ku melepas lelah yang menyiksaku sebagai kejenuhan,
Ingin rasanya ku hentikan putaran waktu sebentar saja untuk ku bernapas,
Tapi sepertinya sulit…

Aku ingin berlari menuju puncak bukit nan hijau,


Diatasnya ku berdiri tegap menghadap taman bunga beralas rumput hijau dengan warna-
warni bunga yang berayun tertiup angin.
Kulepaskan suara lelahku, ku adukan pada langit yang biru membentang tak berbatas.
Matahari yang hangat, kicau burung yang damai, dan belai angin yang lembut
Dan ku menari diatas puncak bukit itu, berdansa bersama alam semesta!!

Kubalikan ragaku, dan hamparan laut biru menyambutku…


Deburan ombak, tarian gelombang akan kebebasan, lepas…
Kicau camar dengan kepak sayap melayang diantara kebebasannya
Ku duduk di atas karang yang anggun, kaki berayun bak berjalan diatas angin,
Hhhhhh…

Dan secepatku buka mata,

Semuanya lenyap seketika…


Rentang waktu membawa insan dalam putaran dunia,
Menari denawa nafsu angkara,
Berpijak rapuh diatas kepasrahan tanpa juang
Sosok yang layak nya seperti aku berteriak menyuarakan kepedihan kaum
Kaum yang teraniaya…

Bertetes peluh mereka usap yang mengalir disela kobar keyakinan

“Lihat!! Dengar bapak-bapak!! Mereka kelaparan!! Rakyat menangis!!”

Peluh itu mengucur dalam teriak kepedihan


Seperti mereka yang benar-benar merasakan kesakitan itu…

Almamater itu tampak tersenyum bangga memeluk mereka,


Tapi tak jarang noda darah menambah warna dalam cerah keberanian mereka
Mereka kepalkan tangan menantang angkasa
Mereka teriakan dengan lantang perkasa

“HIDUP MAHASISWA!!”
….
….
….
Aku diam…

Warna almamater itu serupa dengan milik ku,


Tapi tak secerah milik mereka,
Milik ku, hanya diam tergantung di lemari berdebu…

Yogyakarta—kamar, 14-05-2008. 21.20


Lelap itu selalu terbayang disepi ku,
Tatap indah itu selalu menghantui ku,
Kotak makan merah jambu itu selalu mengoyak rindu ku,
Hampa, tak bernyawa…
Legam sudah hari-hari penuh teriakan sang macan kecil
Lenyap dalam penyesalan yang sangat.
Seolah hati mnyeruak; itu salah ku!!
Mengapa ku biarkan si macan kecil pergi dalam keadaan gontai
Mengapa ku tidak dapat peka akan semua rasa sakit yang tak mampu ia ungkapan
Mengapa aku terlalu bodoh!!
Macan kecil ku kini pergi tak kembali…
Seperti suara kecil yang meyakinkan ku bahwa ia telah di surga bersama Sang Pencipta
Kenapa? Kenapa begitu singkat waktu yang ku punya untuk tetap memeluk dan
membelai tubuh nya?
Kenapa? Kenapa terlalu mudah aku melepasnya dalam perih dan lemah yang ia rasakan?
Ya Allah… seandai nya macan kecilku memang sudah dalam pangkuan Mu, maka
berilah belaian cinta suci nan agung yang Kau miliki…
Hapuslah semua derita dan luka di tubuhnya yang tak pernah ku mampu untuk
menyembuhkannya.
Tak ada lagi nyanyian lapar ketika sore menjelang,,
Tidak ada lagi lelap damai yang dia beri,,
Tidak ada lagi keributan yang dia ciptakan,,
Dan mungkin yang terpenting…
Tidak ada lagi sakit yang harus ia rasakan…
Macan kecil ku,, berlari lah di padang rumput yang luas dan tenang…
Berlompatlah dan bergulinglah sesukan mu…
Di sini kami sepi tanpa kehadiran mu…
Karena satu hal yang harus kau tau macan kecil ku..
Bahwa kami sangaaat menyayangi mu…
Siapa aku?
Apakah aku sosok yang istimewa?
Ataukah hanya sosok tak berharga?
Siapakah aku?
Benarkah ku bisa berlari melawan rintang itu
Benarkah ku bisa menggenggam keyakinan yang saat ini tlah hilang?
Sedang penopang ku tak sekuat dulu yang kupunya
Sedang semesta tak berpihak seperti apa yang dulu pernah ku rasakan
Mampu kah aku…
Atau aku adalah…
Siapa aku sebenarnya?
Apakah aku benar sosok yang istimewa?
Atau memang aku benar tak berharga?


Aku adalah aku
Aku yang menggenggam keyakinan untuk melakukan perubahan
Aku yang selalu memiliki mimpi untuk membuat semua orang tersenyum
Aku yang akan selalu bersyukur untuk menjadi seseorang seperti diri ku

Yogyakarta 11.49pm
Bila aku bisa, aku ingin memagari mata hati ku untuk tidak melihat bayang nya dalam asa
yang ku punya.
Bila aku bisa, aku ingin menutup telinga ku untuk suara nya yang membahana dalam jiwa
yang terasa hampa.
Bila aku bisa, aku ingin menerbangkan semua mimpi yang ku cipta tentang diri nya.
Bila aku bisa, aku ingin sekali menampar wajah ku dan menyadarkan aku dari buaian
yang semakin hari semakin mencekik ku karena senyum nya.
Bila aku bisa, aku ingin menghapus diri nya
Bila aku bisa, aku ingin melupakan semua tentang dia.
Bila aku bisa… mungkin akan lebih baik.
Sayang nya aku tidak bisa…
Aku tidak cukup kuat untuk memagari hati ku untuk menghalang rona nya
Aku tidak cukup bijak untuk memutuskan untuk terus merasa hampa tanpa suara nya
Aku tidak cukup hebat untuk melambungkan mimpi yang selalu memberi harap nya
Tidak…
Aku tidak bisa…
Walau setiap detik ku berjuang untuk itu,
Tapi tetap aku tidak bisa…
Aku berusaha…
Ada lembaran-lembaran yang kosong dalam setiap cerita hidup ku.
Semacam pengharapan yang tak sanggup ku ungkapkan karena ketakutan ku atas
kerendahan yang ku miliki—aku bukan siapa-siapa.
Mereka berkata “semua manusia butuh cinta…”, aku ragu.
Apakah cinta itu juga akan menjadi milik ku?
Sebenar nya aku yakin saat ini hidup ku dipenuhi oleh sesuatu yang disebut cinta itu,
Tapi… tidak adakah celah yang bisa memposisikan ku sebagai Ratu?
Selama ini yang kulalui hanyalah menatap di balik batu…
Diam dan bisu…
Hanya setitik pengharapan yang mengalir ketika indra penglihatan ini menatap senyum
rupawan sang pencinta wanita.
Tapi sayang nya, aku terlalu ‘bukan-siapa-siapa’ untuk di golongkan wanita untuk nya.
Ya. Bukan siapa-siapa.
Apa artinya mahkluk di balik batu yang bisu jika di bandingkan dengan bidadari yang
menari anggun dan mendayu…
Telak sudah.

Lalu cinta ini milik siapa?


Dia?
Dia ?
Ya. Dia.
Dia sang pemilik cinta.
Dia yang selalu menebar cinta yang hakiki, bukan sekedar abadi.
Tuhan… terima cinta ku ini, walau aku bukan siapa-siapa.

Jogjakarta, 31 agustus 2008. 21.36


Aku berhenti pada dermaga kebimbangan,
Kurasa, tak ada daya yang kumiliki untuk terus berlayar.
Aku terdiam.
Kurasa, ku kehilangan arah dan tujuan.
Ada sebuah pulau yang ingin ku singgahi…
Hamparan hijau yang menari lewat bisikan angin senja.
Julangan bukit yang meninggikan ku melihat cakrawala sore
Serta gemercik sungai yang mengumpulkan mata air suci
Aku ingin berlayar ke pulau itu.
Tapi aku berhenti di dermaga kebimbangan.
Aku hanyalah perahu kecil yang kurasa akan goyah menyambut kuat ombak yang selalu
membuat ku merasa gontai.
Aku hanyalah perahu kecil penangkap ikan yang menghadirkan senyum puas para
nelayan bukan para hartawan.
Sedang di pulau itu, ribuan pesiar menawan berlabuh anggun,
Dan sepertinya tidak ada tempat untuk perahu nelayan layak nya aku.
Aku bertanya…
Apakah hamparan hijau yang menari itu,
Bias emas cakrawala sore itu,
Dan mata air suci itu tak pantas untuk ku?
Maka salahkah aku yang menjadi perahu kayu?
Seandainya semesta membawa ku kepadanya walau hanya sebatas mimpi,
Aku akan memilih meninggalkan dermaga kebimbangan ini…
Dan berharap menemukan pulau itu walau mungkin tidak akan ada tempat berlabuh
untuk ku disana…

Jogjakarta, 7.21pm—kamar
Ada perasaan perih di hati ini.
Ada perasaan bimbang tak menentu.
Dan ada sesosok yang semakin melumpuhkan jiwa ku.

Selalu ku berfikir, hidup ku hanya sebuah tawaan.


Dan tak mampu ku mengingkari ataupun berpaling karena ku bersyukur akan hal itu.
Bukan kah indah bila miliki kemampuan menebar bahagia?
Dan akupun tak mengharap lebih.

Ketika semua nya terus berputar seperti apa yang kurasa,


Dia hadir menyanjungku tinggi menjadi sosok yang lebih berharga
Dan aku bahagia.

Sosok ‘dia’ bagai memasangkan mahkota mutiara yang selama ini ‘untuk sekedar
mengharapkannya’-pun aku tak berani.
Sosok ‘dia’ menggelar permadani biru untu ku melangkah yang selama ini ‘untuk sekadar
memikirkannya’- pun aku tak pernah!
Sosok ‘dia’ datang dengan segala mimpi yang untuk sekedar memejamkan mata saja aku
takut! Karena ku berfikir, mimpi itu tak layak untuk ku…

Tuhan… rencana apa yang Kau susun untuk hidup ku?


Apakah ini hanya sedikit pemanis untuk sebuah harapan yang selama ini tak ku punya?
Ataukah mungkin ini memang hadiah yang akan Kau berikan pada ku?
Apa Tuhan…?
Aku bimbang,
Dan semakin lama bimbang ini terasa melukai hati ku.
Aku tak sanggup lagi…
Berikan yang terbaik Tuhan…

Jogjakarta 18-9-08, 7.39pm kamar


Aku mungkin salah mencintai nya
Tapi apa mungkin jika aku mempersalahkan cinta?
Aku mungkin salah menyayangi nya
Tapi apa mungkin rasa sayang tumbuh dari sebuah kesalahan?
Aku mungkin salah mengagumi nya
Tapi hal apa yang salah sehingga aku bisa mengagumi nya?
Aku mungkin salah menanti nya,
Tapi apakah aku sebodoh itu untuk menanti sebuah kesalahan?
Aku mungkin salah mengaharap nya,
Tapi aku bersumpah aku tidak pernah mengharap sebuah kesalahan!
Lalu…
Apa rasa cinta, sayang dan kagum dan harapan yang hadir dalam sebuah penantian adalah
sebuah kesalahan?
Lalu, kesalahan apa yang sudah kulakukan sehingga ku miliki rasa itu?
Dan ketika aku mencinta, menyayangi, mengagumi serta memiliki sebuah harapan untuk
terus menanti nya,
Apa yang harus aku lakukan agar itu semua tidak menjadi sebuah KESALAHAN?!!
Puisi ini untuk nenek yang ada jauh disana…

Ada kekosongan yang menyimpan ribuan hampa dan rindu


Ada kesunyian yang melantunkan sepi dan sendu
Entah mengapa rasa ini tak kunjung hilang sejak kepergian mu…

Sejenak aku terdiam dengan linangan air mata yang selalu kuusahakan tak berlinang
Sekuat tenaga ku seka tiap pedih kehilanganku atas dirimu yang menyimpan segudang
rasa pilu yang bergenang
Aku tak mau memberatkan kepergianmu dengan air mata…

Fragmen-fragmen kehidupan berputar mengulas semua kenangan yang tak pernah lepas
dari senyum tulusmu
Sebuah pelajaran yang kau paparkan satu demi satu membentuk penjelasan akan arti
sebuah kasih sayang dalam kehidupan

Nenek…
Aku rindu…
Aku Rindu dengan lantunan nada tempo dulu yang mengalun merdu sebelum tidurku

Nenek…
Aku rindu…
Aku rindu dengan semua kisah mu akan hidup ibuku dimasa kecilnya dulu

Nenek…
Aku rindu…
Sungguh aku rindu dan ingin memeluk erat tubuh renta mu

Masih tercium diindra penciumanku aroma kayu putih yang selalu kau oles ditubuhku
ketika dingin menjelma menjadi sakit yang melemahkan raga
Masih terasa diindra pengecapku masakan lezat yang selalu kau hidangkan dengan
penyedap cinta dan kasih sayang

Masih terngiang diindra pendengaranku atas semua petuah yang kau rangkai dalam
sebuah nasihat untuk tetap berjuang

Dan masih jelas terlihat diindra penglihatanku semua senyum tulusmu yang terukir cantik
diatas wajah yang semakin hari semakin merenta tua…
Sungguh kau sita seluruh indra ku untuk terus menyanjungmu dan bersyukur pada-Nya
telah memberikan nenek terhebat seperti dirimu untuk diriku.

Kini, linangan air mata ini tak mampu lagi ku bendung…


Mataku hanya menatap tubuh kaku mu dengan senyuman indah yang kau sunggingkan
untuk terakhir kalinya
Kuat ku runtuh ketika aku harus berpura-pura untuk tidak menangis kehilangan sosok
sehebat dirimu dalam hidupku
Ketegaran ini rapuh ketika aku sadar tak akan ada lagi yang meninabobokan ku dalam
alunan nada syahdu yang mengantarkan ku dalam mimpi yang menentramkan
kelelahanku
Nenek…
Aku sayaaaang sama nenek…
Sejauh apapun kau berada, aku yakin Tuhan menyampaikan rasa sayangku untuk mu
Hanya seuntai doa yang mampu kurangkai untuk mu

Nenek…
Ketika aku menangis kehilangan mu, apakah kau akan tersenyum? atau mungkin kau
bersedih?
Jika tangis ini membuat mu bersedih disana, maka aku akan berusaha merubahnya
menjadi ketegaran akan sebuah keikhlasan…
Karena aku ingin membuat nenek tersenyum selamanya…
Disana… Yogyakarta, Kamar—10.06pm
Aku hanya terdiam melihat setangkai bunga mawar di depan ku...
Apakah ini untuk ku? Atau hanya sekedar bunga salah kirim yang ku tak pernah tau siapa
pemiliknya—yang jelas bukan aku.

Dan aku hanya tersenyum ketika setangkai ilalang yang mengering tergeletak di depan
ku...
Siapa lagi yang akan menerima ilalang kering ini selain aku? Aku tak tahu, yang jelas
hanya orang seperti diriku yang akan menerimanya—mungkin memang benar aku.

Terkadang aku ingin tersenyum ketika setangkai mawar itu tergeletak dihadapan ku...
Walau hanya setangkai, dan walau ku tak yakin itu untuk diriku, tapi aku ingin sekali bisa
berharap...
Dan terkadang aku ingin berpura-pura tak melihat ilalang kering yang terberai di hadapan
ku... walau aku tau itu hanya akan menjadi milik ku, karena hanya aku yang pantas
mendapat ilalang kering itu... tak ada harapan...

Karena mungkin aku tak akan pantas membawa setangkai mawar yang akan terlalu indah
bila harus disamakan dengan diriku—sekalipun hanya dengan duri nya...
Aku tidak ada apa-apa nya...

Karena aku hanya pantas menggenggam ilalang kering itu dan menyibaknya di udara dan
menari mengundang tawa yang terkadang menyesakan aku.

-senyum-

Aku berjanji, aku tak akan pernah menangis untuk apa yang telah kuterima selama ini...
Aku berjanji aku akan terus tertawa walau ada perih didalam hati...
Karena sepertinya, menangispun tak ada gunanya... air mata ku tak berharga...

Tuhan...
Tak berarti aku menjelekan diriku yang merupan karya Mu,
Tapi aku hanya ingin tersenyum melihat diriku ketika hanya genangan air yang mau
membiaskan harapan ku,

Aku janji Tuhan, aku akan selalu tersenyum atas hidup yang penuh anugrah ini...
Aku janji aku akan sedikit mengeluh...
Tapi...
Berilah aku lebih banyak air mata.
Agar aku mampu menghabiskan sedih ku sendiri, tanpa harus membaginya dengan
semesta...
Tapi...
Berilah aku kuat untuk tetap berkata ”semua nya baik-baik saja” dan tetap menari riang
dihadapan tatapan mereka...
Aku ingin menjadi KUAT!!
Bukan sesosok wanita yang lemah karena segala kesedihannya...
Aku ingin tetap kuat dan menguatkan orang-orang yang ku sayangi
Aku ingin melakukannya Tuhan...
Aku ingin itu...

Tak apa-apa jika tak akan pernah ada mawar yang terkirim untuk ku dan hanya ilalang...
Asal aku bisa melukis senyum disetiap wajah orang yang ku sayang...
Tak apa-apa Tuhan...
Karena senyum mereka, adalah arti dari anugrah hidup ku dihati ini...

15-10-2008, 8.55am
Yogyakarta, kamar.
Bersuaralah gemuruh bimbang dalam laut kesedihan seorang insan manusia.
Tapi ada sekat tak tampak hingga suaranya sulit terpecah,
Walau Tuhan telah beri ia air mata sebanyak air di lautan dunia,
Ia takan mau membaginya kepada orang yang dicintainya...

Binar matanya mengharap derai perasaan tulus mengalir,


Namun terkadang ia bimbang, apakah pantas perasaan ini ia harapkan?
Dan ketika jawabannya pantas, maka apakah benar bahwa perasaan ini untuk dirinya?

Maka dia mengadu dari bisikan angin yang berhembus kepada dunia
Dia menangis ditengah bising badai dihatinya...
Dan ia pun bertanya...
Jika wanita di dunia menjadi seorang Ratu maka brubah kah ia menjadi Ratu?
Dan jika wanita diciptakan seindah bias cahaya sang rembulan maka cahaya seperti apa
yang akan menggambarkan indah nya?

Maka Tuhan mendengar resahnya,


Tuhan kirimkan peri-peri penghibur hati nya...
Peri-peri yang memberi keyakinan akan indahnya kehidupan
Peri-peri yang membagi kisah akan semua rahasia indah yang selalu Tuhan rancang
untuk umatnya
Peri-peri yang bersenandung mengalunkan indahnya mimpi yang dinyanyikan...

Dan manusia itu pun tersenyum...


Tak peduli ia akan menjadi Ratu atau tidak
Tak peduli seredup apa cahaya yang akan menggambarkan dirinya
Yang terpenting adalah cinta tulus dari peri-peri yang hadir di tengah hidupnya saat ini...
Dan segala Cinta yang telah ia genggam selama ini
Membuatnya cukup untuk berhenti bersedih dan memulai semuanya dengan senyuman.
Hening ini terlalu mengusik
Desau-desau angin seperti bercerita dalam bahasa yang mereka sebut kesunyian
Terlalu sepi,
Dan hatiku terlalu kosong
Aku rindu ibu.

Malam ini aku rindu ibu,


Aku rindu malam-malam ketika ibu mengisahkan seribu cerita yang mengajarkan aku
seni kehidupan.
Aku rindu malam-malam ketika ibu membiarkan imajinasiku menari-nari dan berlari liar
menangkap khayal untuk sebuah peresapan.
Ibu tahu aku belajar dari situ.

Ibu,
Kau dongengkan aku dongeng langit yang membuka alam dan mengecilkan semesta
Kau kisahkan dengan sederhana sebuah nilai yang luar biasa bermakna.
Bahasamu terucap dengan cinta, dan harapanmu berselimut asa

Ibu, aku rindu...


Aku rindu akan teori ikhlas yang kau padu dengan kasih sayangmu
Aku rindu caramu melelapkan ku tanpa kau tutup mata hatiku menuju mimpi dalam
ujung hari lelahku

Ibu,
Kau tanamkan nyawa seribu dalam kecup hangat di keningku
Menancapkan kekuatan mimpi yang selalu kau bisikan mendominasi sepi
Aku selalu ingat bisikanmu: Selamat tidur sayang, mimpi ini akan menjadi milikmu...

kecup

AR

You might also like