Professional Documents
Culture Documents
Tuhan… aku berlutut berterimakasih akan apa yang kau hadiahkan kepada ku, karena
selalu ada makna indah yang terbungkus dalam sebuah lembar takdir kehidupan manusia,
dan aku melihatnya…
Kau beri ku cinta dari para hati yang tulus…
Kau beri aku semangat dari para jiwa yang kokoh…
Kau beri aku harapan dari para pemimpi kehidupan…
Sempat kupalingkan diri dari Mu,, mengharap lebih atas hadiah yang luar biasa ini, dan
ku tau ku salah…
Sempat ku menangis mempersalahkan Mu,, menyalahkan akan semua yang memberi ku
kesempatan menjadi lebih kuat…
Sempat ku mempertanyakan keberadaan Mu,, saat Kau kirim sepi yang memberi ku
kesempatan tuk bercermin…
Yogyakarta 20 January 08
00.20
Wahai bintang nan terang…
Tersenyumlah untuk umat manusia yang menggigil ditusuk malam
Berikan sinar untuk umat manusia yang terperangkap dalam kegelapan
Ciptakan kerling harapan untuk mereka yang galau
Dalam tiap kesempatan di hari kehidupan ku, hanya sebuah harapan yang kugenggam
untuk terus menguatkan jiwa ini…
Sosok nya sangat indah… dan pantaslah seekor kupu-kupu yang cantik untuk
mendapatkannya, bukan serangga yang manusia pun tak tau bagaimana menyebut nya
Aku tak mengaharap ada bintang dimalamku, cukup dengan terang bulan
Aku tak meminta cinta nya untuk jiwaku, cukup senyuman tulus yang tercurah dalam
angan.
Menerawang kagum jiwaku menatap lukisan nan agung
Hamparan hijau dan bentang biru merona ungu langit menaungi bumi
Belaian angin membuat semuanya tampak lebih anggun…
Kereta berpacu cepat,,, ada hentakan berisik yang mengiringi perpindahan ini
Tapi hati dan fikiran ku hanya membentuk bayang sendu mereka…
Dihamparan langit nan biru kutemukan sendu yang lalu
Tercipta kisah yang tlah ku lewati letih diketika ku merangkak keras menuju titik dimana
ku berdiri saat ini… ada keletihan yang tak terbayar oleh siapapun… namun ada
kebersamaan yang tak tergantikan dengan apapun juga…
Kebersamaan yang memberiku semangat
Kebersamaan yang memberiku cita
Kebersamaan yang memberiku harap
Dan kebersamaan yang memberiku kuat…
Aku tak menuntut banyak akan kesempurnaan kehidupan, hidupku melebihi dari
sempurna dengan semua yang Kau berikan pada ku melalui mereka.
Terimakasih Tuhan.
Seperti merpati yang semakin kokoh melayang melawan elang dalam bentang langit biru,
Seperti ikan sungai yang menari dan meloncat dalam bening aliran berbatu,
Aku semakin kuat.
Berikan aku jarum emas dan benang sutra untuk terus menjahit tiap gores yang terjadi
dalam ego terbang ku,,
Berikan aku pengertian dan segudang kata maaf untuk obat dikala sayap-sayap ini terluka
karena aku,,
Jika boleh…
Dapatkah ku diberi sayap-sayap yang lainya untuk menemani perjalanan udara ini,
Perjalanan menerawang kehidupan akan sebuah ketulusan…
20.13—kamar, 22-2-2008
Tak mampu ku untuk berharap lebih setelah satu hal yang sacral itu.
Aku tak mampu.
Walau ada rasa yang hadir saat menatap sesosok yang datang dalam kehampaan hidup,
Ku tak mampu untuk tetap menjaga nya dalam hati,
Karena hanya akan terasa perih menyakitkan bagi hati ku yang semakin rapuh
Hati ku lumpuh.
Tapi…
Aku tersenyum…
tak apa-apa…
21.51—kamar 3-03-2008.
Embun itu menetes sejuk di hatiku…
Aku rindu… rindu sekali dengan senyum tulus mu…
Betapa aku menginginkan mu, tapi ku tak mampu.
Selalu kukatakan pada mu, bahwa Tuhan akan memberi cerita cinta yang terdalam untuk
setiap manusia, dan sekarangpun aku merasakannya.
Maaf…
Pijar gemintang menari dalam panggung malam,
Cahaya nya yang jauh tak sanggup hangatkan hidup ku,
Meraba cerita yang menguras air mata dan jiwa…
Aku yakin Tuhan berikan kehidupan ini padaku sebagai hadiah yang indah,
Semoga kau mampu mensyukurinya, dan membuat hidupku benar-benar terasa indah…
Ingin ku melepas lelah yang menyiksaku sebagai kejenuhan,
Ingin rasanya ku hentikan putaran waktu sebentar saja untuk ku bernapas,
Tapi sepertinya sulit…
“HIDUP MAHASISWA!!”
….
….
….
Aku diam…
Yogyakarta 11.49pm
Bila aku bisa, aku ingin memagari mata hati ku untuk tidak melihat bayang nya dalam asa
yang ku punya.
Bila aku bisa, aku ingin menutup telinga ku untuk suara nya yang membahana dalam jiwa
yang terasa hampa.
Bila aku bisa, aku ingin menerbangkan semua mimpi yang ku cipta tentang diri nya.
Bila aku bisa, aku ingin sekali menampar wajah ku dan menyadarkan aku dari buaian
yang semakin hari semakin mencekik ku karena senyum nya.
Bila aku bisa, aku ingin menghapus diri nya
Bila aku bisa, aku ingin melupakan semua tentang dia.
Bila aku bisa… mungkin akan lebih baik.
Sayang nya aku tidak bisa…
Aku tidak cukup kuat untuk memagari hati ku untuk menghalang rona nya
Aku tidak cukup bijak untuk memutuskan untuk terus merasa hampa tanpa suara nya
Aku tidak cukup hebat untuk melambungkan mimpi yang selalu memberi harap nya
Tidak…
Aku tidak bisa…
Walau setiap detik ku berjuang untuk itu,
Tapi tetap aku tidak bisa…
Aku berusaha…
Ada lembaran-lembaran yang kosong dalam setiap cerita hidup ku.
Semacam pengharapan yang tak sanggup ku ungkapkan karena ketakutan ku atas
kerendahan yang ku miliki—aku bukan siapa-siapa.
Mereka berkata “semua manusia butuh cinta…”, aku ragu.
Apakah cinta itu juga akan menjadi milik ku?
Sebenar nya aku yakin saat ini hidup ku dipenuhi oleh sesuatu yang disebut cinta itu,
Tapi… tidak adakah celah yang bisa memposisikan ku sebagai Ratu?
Selama ini yang kulalui hanyalah menatap di balik batu…
Diam dan bisu…
Hanya setitik pengharapan yang mengalir ketika indra penglihatan ini menatap senyum
rupawan sang pencinta wanita.
Tapi sayang nya, aku terlalu ‘bukan-siapa-siapa’ untuk di golongkan wanita untuk nya.
Ya. Bukan siapa-siapa.
Apa artinya mahkluk di balik batu yang bisu jika di bandingkan dengan bidadari yang
menari anggun dan mendayu…
Telak sudah.
Jogjakarta, 7.21pm—kamar
Ada perasaan perih di hati ini.
Ada perasaan bimbang tak menentu.
Dan ada sesosok yang semakin melumpuhkan jiwa ku.
Sosok ‘dia’ bagai memasangkan mahkota mutiara yang selama ini ‘untuk sekedar
mengharapkannya’-pun aku tak berani.
Sosok ‘dia’ menggelar permadani biru untu ku melangkah yang selama ini ‘untuk sekadar
memikirkannya’- pun aku tak pernah!
Sosok ‘dia’ datang dengan segala mimpi yang untuk sekedar memejamkan mata saja aku
takut! Karena ku berfikir, mimpi itu tak layak untuk ku…
Sejenak aku terdiam dengan linangan air mata yang selalu kuusahakan tak berlinang
Sekuat tenaga ku seka tiap pedih kehilanganku atas dirimu yang menyimpan segudang
rasa pilu yang bergenang
Aku tak mau memberatkan kepergianmu dengan air mata…
Fragmen-fragmen kehidupan berputar mengulas semua kenangan yang tak pernah lepas
dari senyum tulusmu
Sebuah pelajaran yang kau paparkan satu demi satu membentuk penjelasan akan arti
sebuah kasih sayang dalam kehidupan
Nenek…
Aku rindu…
Aku Rindu dengan lantunan nada tempo dulu yang mengalun merdu sebelum tidurku
Nenek…
Aku rindu…
Aku rindu dengan semua kisah mu akan hidup ibuku dimasa kecilnya dulu
Nenek…
Aku rindu…
Sungguh aku rindu dan ingin memeluk erat tubuh renta mu
Masih tercium diindra penciumanku aroma kayu putih yang selalu kau oles ditubuhku
ketika dingin menjelma menjadi sakit yang melemahkan raga
Masih terasa diindra pengecapku masakan lezat yang selalu kau hidangkan dengan
penyedap cinta dan kasih sayang
Masih terngiang diindra pendengaranku atas semua petuah yang kau rangkai dalam
sebuah nasihat untuk tetap berjuang
Dan masih jelas terlihat diindra penglihatanku semua senyum tulusmu yang terukir cantik
diatas wajah yang semakin hari semakin merenta tua…
Sungguh kau sita seluruh indra ku untuk terus menyanjungmu dan bersyukur pada-Nya
telah memberikan nenek terhebat seperti dirimu untuk diriku.
Nenek…
Ketika aku menangis kehilangan mu, apakah kau akan tersenyum? atau mungkin kau
bersedih?
Jika tangis ini membuat mu bersedih disana, maka aku akan berusaha merubahnya
menjadi ketegaran akan sebuah keikhlasan…
Karena aku ingin membuat nenek tersenyum selamanya…
Disana… Yogyakarta, Kamar—10.06pm
Aku hanya terdiam melihat setangkai bunga mawar di depan ku...
Apakah ini untuk ku? Atau hanya sekedar bunga salah kirim yang ku tak pernah tau siapa
pemiliknya—yang jelas bukan aku.
Dan aku hanya tersenyum ketika setangkai ilalang yang mengering tergeletak di depan
ku...
Siapa lagi yang akan menerima ilalang kering ini selain aku? Aku tak tahu, yang jelas
hanya orang seperti diriku yang akan menerimanya—mungkin memang benar aku.
Terkadang aku ingin tersenyum ketika setangkai mawar itu tergeletak dihadapan ku...
Walau hanya setangkai, dan walau ku tak yakin itu untuk diriku, tapi aku ingin sekali bisa
berharap...
Dan terkadang aku ingin berpura-pura tak melihat ilalang kering yang terberai di hadapan
ku... walau aku tau itu hanya akan menjadi milik ku, karena hanya aku yang pantas
mendapat ilalang kering itu... tak ada harapan...
Karena mungkin aku tak akan pantas membawa setangkai mawar yang akan terlalu indah
bila harus disamakan dengan diriku—sekalipun hanya dengan duri nya...
Aku tidak ada apa-apa nya...
Karena aku hanya pantas menggenggam ilalang kering itu dan menyibaknya di udara dan
menari mengundang tawa yang terkadang menyesakan aku.
-senyum-
Aku berjanji, aku tak akan pernah menangis untuk apa yang telah kuterima selama ini...
Aku berjanji aku akan terus tertawa walau ada perih didalam hati...
Karena sepertinya, menangispun tak ada gunanya... air mata ku tak berharga...
Tuhan...
Tak berarti aku menjelekan diriku yang merupan karya Mu,
Tapi aku hanya ingin tersenyum melihat diriku ketika hanya genangan air yang mau
membiaskan harapan ku,
Aku janji Tuhan, aku akan selalu tersenyum atas hidup yang penuh anugrah ini...
Aku janji aku akan sedikit mengeluh...
Tapi...
Berilah aku lebih banyak air mata.
Agar aku mampu menghabiskan sedih ku sendiri, tanpa harus membaginya dengan
semesta...
Tapi...
Berilah aku kuat untuk tetap berkata ”semua nya baik-baik saja” dan tetap menari riang
dihadapan tatapan mereka...
Aku ingin menjadi KUAT!!
Bukan sesosok wanita yang lemah karena segala kesedihannya...
Aku ingin tetap kuat dan menguatkan orang-orang yang ku sayangi
Aku ingin melakukannya Tuhan...
Aku ingin itu...
Tak apa-apa jika tak akan pernah ada mawar yang terkirim untuk ku dan hanya ilalang...
Asal aku bisa melukis senyum disetiap wajah orang yang ku sayang...
Tak apa-apa Tuhan...
Karena senyum mereka, adalah arti dari anugrah hidup ku dihati ini...
15-10-2008, 8.55am
Yogyakarta, kamar.
Bersuaralah gemuruh bimbang dalam laut kesedihan seorang insan manusia.
Tapi ada sekat tak tampak hingga suaranya sulit terpecah,
Walau Tuhan telah beri ia air mata sebanyak air di lautan dunia,
Ia takan mau membaginya kepada orang yang dicintainya...
Maka dia mengadu dari bisikan angin yang berhembus kepada dunia
Dia menangis ditengah bising badai dihatinya...
Dan ia pun bertanya...
Jika wanita di dunia menjadi seorang Ratu maka brubah kah ia menjadi Ratu?
Dan jika wanita diciptakan seindah bias cahaya sang rembulan maka cahaya seperti apa
yang akan menggambarkan indah nya?
Ibu,
Kau dongengkan aku dongeng langit yang membuka alam dan mengecilkan semesta
Kau kisahkan dengan sederhana sebuah nilai yang luar biasa bermakna.
Bahasamu terucap dengan cinta, dan harapanmu berselimut asa
Ibu,
Kau tanamkan nyawa seribu dalam kecup hangat di keningku
Menancapkan kekuatan mimpi yang selalu kau bisikan mendominasi sepi
Aku selalu ingat bisikanmu: Selamat tidur sayang, mimpi ini akan menjadi milikmu...
kecup
AR