You are on page 1of 10

PENEGAKAN HUKUM PRAKTEK

INSIDER TRADING DI INDONESIA


( Oleh: Gustiyudha E. U, I Gede Putu Anggara Diva, Jerry Fabian, Lintang Cahaya
Rizky, dan Lucky Astri F. )

PENDAHULUAN

Pasar modal adalah salah satu lembaga pembiayaan atau wadah untuk mencari dana
bagi perusahaan dan alternatif sarana investasi bagi masyarakat (investor) dimana di
dalamnya terdapat transaksi penawaran umum dan perdagangan efek dari perusahaan publik
kepada masyarakat investor. Kegiatan tersebut dilindungi oleh payung hukum yang sangat
menjunjung tinggi prinsip keterbukaan. Prinsip keterbukaan adalah persoalan inti dalam pasar
modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri sebab prinsip tersebut menjadi
landasan pertimbangan bagi para pelaku di pasar modal untuk melakukan aktivitas
perpasarmodalan secara rasional. Namun demikian, masih terdapat banyak pelanggaran
terhadap prinsip keterbukaan di dalam praktek pasar modal di seluruh dunia. Salah satu
bentuk pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan di pasar modal adalah praktek Insider
trading. Dalam pasar modal di Indonesia, praktek insider trading tergolong salah satu
pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait di dalam sejumlah
skandal, apakah itu yang melibatkan emiten swasta ataupun BUMN. Hal tersebut terjadi
bukan hanya karena sulitnya pembuktian terjadinya praktek tersebut, tetapi juga karena
sanksi yang diberikan selama ini bersifat kurang tegas. Sanksi yang diberikan terhadap
praktek Insider trading selama ini hanya berupa sanksi administratif yaitu denda. Padahal, di
dalam peraturan perundangan tentang pasar modal (UUPM) disebutkan bahwa praktek
Insider trading termasuk dalam tindak kejahatan pidana. Tindak kejahatan pidana seharusnya
tidak hanya mendapatkan sanksi administrstif, tetapi juga mendapat sanksi kurungan agar
memberikan efek jera kepada pelakunya. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka menarik
untuk dikaji permasalahan tentang praktek Insider trading di Indonesia dalam sebuah
makalah yasng berjudul “PENEGAKAN HUKUM PRAKTEK INSIDER TRADING DI
INDONESIA”.
PEMBAHASAN

A. Pasar Modal dan Prinsip Keterbukaan

Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri.
Baik pasar modal maupun pasar uang adalah merupakan bagian dari pasar keuangan
(financial market). Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian
pasar modal yang lebih spesifik, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memiliki peran besar bagi
perekonomian dari suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu
fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas
atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan
dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka
pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya
dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar
modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik
dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti dalam pasar modal dan sekaligus
merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta materiel sebagai jiwa
pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan
tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil
keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Setidak-tidaknya ada tiga
fungsi prinsip keterbukaan dalam pasar modal menurut Bismar Nasution yang dituangkan
dalam bukunya Keterbukaan Dalam Pasar Modal:
1. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.
Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya
terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan memiliki peranan penting bagi
investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi karena melalui
keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian (judgment) terhadap investasi, sehingga
investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Makin
jelas informasi perusahaan maka keinginan investor untuk melakukan investasi makin
tinggi. Sebaliknya ketiadaan atau kekurangan serta ketertutupan informasi dapat
menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan konsekuensinya menimbulkan
ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal.
2. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien.
Filosofi ini didasarkan pada kontruksi pemberian informasi secara penuh sehingga
menciptakan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan
refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Dengan demikian prinsip keterbukaan
dapat berperan dalam meningkatkan ketersediaan informasi yang benar, agar dapat
ditetapkan harga pasar yang akurat. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan
pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi. Tanpa
informasi peserta pasar tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan
tersebut.
3. Prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud). Barry Rider
menyatakan bahwa semakin banyak informasi yang diungkapakan akan
meminimalisasi tindakan salah dan penyalahgunaan. Selanjutnya dia menyatakan
bahwa dalam pasar keuangan pendapat tersebut tidak perlu lagi dibuktikan, tetapi
lebih banyak tergantung informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siap
informasi itu disampaikan. Fungsi prinsip keterbukaan untuk mencegah terjadinya
penipuan tersebut adalah pendapat yang paling tua.

B. Insider Trading

Insider trading secara harafiah berarti perdagangan orang dalam. Dalam istilah hukum
pasar modal, Insider trading adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh mereka yang
tergolong “orang dalam” perusahaan (dalam arti luas), dimana perdagangan efek tersebut
didasarkan karena adanya suatu “informasi orang dalam” (inside information) yang penting
dan mengandung fakta material, dimana pelaku Insider Trading (Inside Trader)
mengharapkan keuntungan ekonomi, secara langsung atau tidak langsung. Praktek insider
trading merupakan salah satu praktek yang melanggar prinsip keterbukaan dalam pasar
modal. Selain itu, praktek tersebut juga merupakan praktek perdagangan saham yang tidak
adil (unfair trading) karena posisi inside trader yang lebih baik (dalam kepemilikan
informational advantages) dibandingkan dengan investor lain.

1. Pelaku Insider Trading

Pengaturan insider trading terdapat di dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM ) pasal 95 sampai 98 Undang- Undang tersebut. Di dalam Pasal
95 UUPM diatur bahwa:

“ Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang
dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas efek Emiten atau Perusahaan
Publik dimaksud; atau perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau
Perusahaan Publik yang bersangkutan.”

Yang termasuk orang dalam pasal tersebut adalah Corporate Insiders. Secara teknis
Corporate Insiders dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Traditional Insiders: Traditional Insiders merupakan pihak yang berada dalam


fiduciary position (pihak yang wajib menjalankan fiduciary obligation di dalam
perusahaan) di dalam Emiten atau Perusahaan Publik. Yang termasuk dalam
traditional insiders adalah Komisaris, Direktur, Pegawai, Pemegang Saham Utama
Emiten atau Perusahaan Publik.
2) Temporary Insiders: Temporary Insiders atau quasi insiders adalah pihak luar
perusahaan mempunyai hubungan trust dan confidence dengan perusahaan atau
mempunyai hubungan jangka pendek yang mengakibatkan fiduciary obligations
mereka kepada perusahaan. Oleh karena hubungan tersebut memungkinkan pihak luar
tersebut memperoleh inside information. Yang termasuk dalam temporary insisders
adalah konsultan hukum, notaris, akuntan atau penasehat keuangan dan investasi,
serta pemasok atau kontraktor yang bekerja sama dengan emiten/perusahaan publik
tersebut.
2. Informasi orang dalam (Inside Information) dalam Insider trading

Yang dimaksud dengan informasi dalam insider trading adalah informasi material
yang penting dan belum dibuka untuk umum (undisclosed information), misalnya:

1) Merger, konsolidasi dan akuisisi;


2) Pemecahan saham dan pembagian dividen saham;
3) Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan atau direktur dan komisaris
perusahaan;
4) Pendapatan dan deviden yang luar biasa;
5) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
6) Produk atau penemuan baru yang berarti;
7) Perubahan tahun fiskal perusahaan;
8) Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;
9) Perolehan atau kehilangan kontrak penting
10) Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan atau direktur dan komisaris
perusahaan;
11) Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang
12) Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material
jumlahnya.

Informasi tersebut diatas mengandung fakta material yang dapat mempengaruhi harga
saham dan apabila seseorang memiliki informasi tersebut akan menempatkan dirinya pada
posisi yang diuntungkan (informational advantage). Namun, ada beberapa hal yang patut
diperhatikan mengenai informasi perusahaan yaitu bahwa tidak semua informasi meskipun
material dan dapat mempengaruhi harga saham harus diberitahukan kepada publik, informasi
tersebut antara lain yaitu:

1) Informasi yang belum matang untuk diberitahukan kepada publik. Misalnya sebuah
perusahaan pertambangan menemukan sumber minyak baru yang belum begitu pasti;
2) Informasi, yang apabila diberitahukan kepada publik akan dimanfaatkan oleh pesaing-
pesaingnya sehingga merugikan perusahaan tersebut;
3) Informasi yang memang sifatnya rahasia. Ini yang sering disebut rahasia perusahaan.
Misalnya jika ada kontrak dengan pihak ketiga, tetapi dalam kontraktersebut ada
klausula yang menyatakan bahwa apa yang ada dalam kontrak tersebut adalah bersifat
rahasia di antara para pihak tersebut.

3. Pembuktian Insider Trading

Praktek Insider trading mungkin dapat dideteksi dengan cukup mudah. Hal tersebut
dapat dideteksi dari beberapa fakta-fakta yang ada ketika praktek tersebut terjadi, diantaranya
ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek perusahaan dimana yang
bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu, dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan
harga dan volume perdagangan efek sebelum diumumkannya informasi material kepada
publik dan terjadinya peningkatan atau penurunan harga dan volume perdagangan yang tidak
wajar. Namun, seperti halnya bentuk kejahatan kerah putih (white collar crime) lainnya,
insider trading amat sulit untuk dibuktikkan karena pembuktian tindak kejahatan ini
memerlukan standard pembuktian yang tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Mulya Lubis
dan Alexander Lay (2008) “Standar pembuktian praktek Insider trading tidak mudah karena
praktek ini termasuk tindak pidana dalam pasar modal yang memerlukan standar pembuktian
beyond reasonable doubt. Standar pembuktian tersebut memungkinkan pelaku Insider
trading dibebaskan oleh pengadilan karena pengadilan tidak mampu membuktikan bahwa
pelaku bersalah”. Dalam sistem hukum Indonesia terdapat lima alat pembuktian yang
dianggap sah, yaitu surat-surat, kesaksian, persangkaan, pengakuan dan sumpah. Jika
ditelaah, alat bukti yang dimaksud dalam pasal tersebut maka insider trading tidak dapat
dibuktikan karena bukti transaksi yang dilakukan di bursa merupakan hasil elektronik yaitu
berupa print out dan bukan termasuk kategori surat sebagaimana disebutkan dalam undang-
undang. Namun pembuktian praktek Insider trading masih dapat dilakukan dengan
investigasi para pihak yang dideteksi telah melakukan praktek tersebut dan juga dari
pemeriksaan dokumen-dokumen tertulis, termasuk di dalamnya lembaran transaksi
elektronik.

4. Sanksi Praktek Insider Trading


Dalam UUPM Pasal 104 disebutkan bahwa praktek Insider Trading merupakan tindak
kejahatan pidana. Oleh karena itu, dalam pasal tersebut disebutkan bahwa sanksi hukum atas
tindakan tersebut adalah berupa ancaman pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan
denda paling banyak lima belas milliar rupiah.

C. PRAKTEK INSIDER TRADING DALAM KASUS PGAS

Sudah hampir lebih dari 31 tahun Pasar Modal Indonesia beroperasi dan berbagai
upaya telah dilakukan untuk memajukan pasar modal sehingga pasar modal Indonesia dapat
berkembang menjadi pendorong berkembangnya dunia usaha di negara kira. Pasar modal
Indonesia telah mengalami serangkaian reformasi semenjak pertama kali beroperasi hingga
sekarang. Bursa efek yang dulu terbagi menjadi 2, yaitu BEJ dan BES, sekarang telah
terintegrasi menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia). Lembaga pengawasan pasar modal yang
dulu belum terintegrasi pun, sekarang sudah terintegrasi menjadi BAPEPAM-LK (Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) sejak Desember 2005. Berikut ini bagan
yang menggambarkan struktur organisasi pasar modal yang sekarang. Namun, sangat
disayangkan masih banyak terjadi praktek-praktek pelanggaran prinsip keterbukaan di
dalamnya. Pelanggaran tersebut tidak hanya dilakukan oleh emiten-emiten swasta tetapi juga
banyak dilakukan oleh emiten BUMN. Mulai dari pelanggaran kecil, seperti keterlambatan
penyampaiaan informasi material perusahaan emiten, sampai dengan pelanggaran berat yang
termasuk tindak pidana pasar modal, seperti manipulasi pasar dan Insider trading. Kasus-
kasus ataupun dugaan praktek Insider trading dalam pasar modal kita cukup banyak. Namun,
tak satupun dari kasus tersebut yang pernah dibawa dalam proses litigasi (peradilan di
pengadilan).

Kasus PGAS (kode emiten) ini bermula dari terjadinya penurunan secara signifikan
harga saham PGAS di Bursa Efek Indonesia, yaitu 23,36%, dari Rp 9.650 (harga penutupan
pada tanggal 11 Januari 2006) menjadi Rp 7.400 per lembar saham pada tanggal 12 Januari
2007. Penurunan harga saham tersebut sangat erat kaitannya dengan siaran pers yang
dikeluarkan manajemen PGAS sehari sebelumnya (11 Januari 2007). Dalam siaran pers
tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan
dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Selain itu,
juga dinyatakan bahwa tertundanya gas in (dalam rangka komersialisasi) yang semula akan
dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007.
Informasi yang dirilis tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PGAS
sejak tanggal 12 September 2006 (informasi tentang penurunan volume gas) serta sejak
tanggal 18 Desember 2006 (informasi tertundanya gas in). Kedua informasi tersebut
dikategorikan sebagai informasi yang material dan dapat memengaruhi harga saham di bursa
efek. Hal tersebut tercermin dari penurunan harga saham PGAS pada tanggal 12 Januari
2007. Bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, orang dalam
PGAS yang melakukan transaksi saham PGAS yaitu: Adil Abas, Nursubagjo Prijono, WMP
Simanjuntak, Widyatmiko Bapang, Iwan Heriawan, Djoko Saputro, Hari Pratoyo, Rosichin,
Thohir Nur Ilhami. Tentu saja ini melanggar pasal 95 tentang perdagangan oleh orang dalam.
Menurut Pasal 95 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, orang dalam
dari emiten atau perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang
melakukan pembelian atau penjualan atas efek emiten atau perusahaan publik dimaksud, atau
perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan publik yang
bersangkutan. Sementara dalam Pasal 96 disebutkan bahwa orang dalam dilarang
memengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek dimaksud; atau
memberi informasi orang dalam kepada pihak mana pun yang patut diduganya dapat
menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek.

Pasal 104 mengatur, setiap pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 Ayat (1), dan Pasal
98 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 15
miliar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Bapepam-LK menetapkan sanksi administrative
berupa denda terhadap kesembilan pengurus PGAS: Adil Abas Rp 30 juta, Nursubagjo
Prijono Rp 53 juta, Widyatmiko Bapang Rp25 juta Iwan Heriawan Rp 76 juta, Djoko Saputro
Rp 154 juta, Hari Pratoyo Rp 9 juta, Rosichin Rp 184 juta, Thohir Nur Ilhami Rp 317 juta.
Mantan Direktur Utama WMP Simanjuntak didenda paling banyak, yakni Rp 2,33 miliar.
Sanksi tersebut menurut Bapepam, ditetapkan antara lain dengan mempertimbangkan pola
transaksi dan akses yang bersangkutan terhadap informasi orang dalam.

Dari contoh contoh kasus di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Bapepam-LK
sebagai otoritas dan regulator pasar modal kita kurang tegas dalam menindaklanjuti kasus
insider trading. Kebanyakan kasus hanya diselesaikan dengan pengenaam sanksi
adaministratif yang kurang bisa menimbulkan efek jera bagi para pelaku tindak pidana pasar
modal tesebut. Akibatnya para pelaku yang pernah melakukan praktek curang tidak akan
terdisinsentif untuk tidak mengulangi perbuatannya. Seperti yang diungkapkan oleh Yanuar
Rizqi, praktisi hukim pasar modal, ”Dampak dari hilangnya penegakan sanksi pidana adalah
efek jera. Sehingga, ruang gerak pelaku di kemudian hari tidak bisa dipersempit. Saat ini, jika
ada yang menelusuri daftar hitam Bapepam-LK atau meriset publikasi media soal kecurangan
pasar modal di Indonesia, hasilnya pasti mayoritas pelaku-pelaku yang melakukan tindak
kecurangan adalah pihak-pihak yang sama” ( Majalah Trust. dalam artikel yang berjudul 30
Tahun Pasar Modal Kita). Bapepam sepertinya enggan dalam menyelesaikan kasus- kasus
tersebut ke proses litigasi walaupun sebenarnya kasus tersebut tindak pidana pasar modal.
Dalam makalahnya, Elfira Taufani menyebutkan bahwa keengganan Bapepam dalam
membawa kasus tersebut ke dalam proses litigasi dikarenakan proses litigasi Insider trading
dan tindak pidana pasar modal lainnya cenderung memakan waktu dan biaya lama serta
pembuktian dari kasus-kasus tersebut juga sulit.

Jika keengganan yang menyebabkan tidak terlaksana proses pelakasanaan hukum


pidana tersebut terus berlangsung maka dapat dipastikan lama kelamaan pasar modal kita
akan ambruk karena investor, baik domestik dan asing, sudah tidak lagi memiliki
kepercayaan terhadap pasar modal. Pertumbuhan ekonomi akan melambat karena investor
akan lebih memilih berinvestasi di pasar modal negara lain yang lebih sehat dan dapat
dipercaya. Indra Safitri mengungkapkan bahwa pasar modal tidak akan menjadi instrumen
penggerak investasi ekonomi apabila rapuhnya penegakan hukum masih belum dapat
diselesaikan.

PENUTUP

A. Solusi

Dari pembahasan diatas, penulis mencoba menemukan beberapa solusi melalui studi
literatur dalam menangani praktek insider trading dan penegakan hukum tindak insider
trading.

1) BAPEPAM-LK harus lebih bertindak proaktif dalam mengawasi jalannya pasar


modal sehingga para pelaku yang berniat melakukan tindak pelanggaran akan lebih
terdisinsntif.
2) BAPEPAM-LK melakukan koordinsi yang integratif dengan lembaga penegakan
hukum (seperti kepolisian dan kejaksaan) dan lembaga pemerintah yang lain seperti
PPATK (Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) atau Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) dalam tindakan preventif maupun penyelesaian kasus insider
trading.
3) Perlu di adakan revisi UU Pasar Modal agar kasus dugaan insider trading dapat lebih
mudah dibuktikan. Revisi ini perlu dilakukan karena selama ini hukum tertulis
Indonesia hanya menganut asas pembuktian yang terbatas. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan penerapan civil penalty (yang sudah diterapkan di AS) yaitu
mekanisme campuran antara hukum pidana dan perdata, dimana sanksi hukuman
menganut hukum pidana (yang lebih berat hukumannya) tetapi mengugunakan
standar pembuktian untuk kasus perdata biasa yang dikenal engan istilah balance of
probabilities.
4) Pengimplementasian our of court settlement, yaitu penyelesaian kasus tindak pidana
pasar modal diluar pengadilan tanpa menghilangkan rekam pidana dalam database
tindak pidana pasar modal.

B. Kesimpulan

Penegakan hukum terhadap kasus insider trading di pasar modal Indonesia kurang
tegas karena proses peradilan tindak pidana pasar modal memakan waktu dan biaya yang
besar dan juga pembuktian yang rumit. Untuk itu perlu diadakan pengawasan yang lebih
ketat, sanksi yang tegas, serta alternatif-alternatif lain dalam penegakan hukum tersebut
seperti civil penalty dan out of court settlement demi Pasar Modal Indonesia yang sehat dan
dapat membawa arus positif dalam perekonomian nasional Indonesia.

You might also like