Professional Documents
Culture Documents
Belajar dan
Pembelajaran
Cepat
M Sitorus, SPd
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005
Belajar
Dan
Pembelajaran
Cepat
O
L
E
H
M Sitorus
Otak kita merupakan pusat pengolahan data dan informasi dan sekaligus
sebagai tempat penyimpanan imformasi dalam bentuk koneksi imfuls bio-
elektik yang sangat kompleks. Otak bekerja dengan pola dasar yang khas :
stimulus (dari luar dan dalam tubuh) Organ penerima (organ receptor)
saraf sensoris otak (assosiasi, koneksi, persepsi, konsep) saraf
motoris organ effektor (otot) Respon tubuh (tanggapan)
Pola kerja otak tidaklah selalu linier seperti digambarkan yang diatas,
melainkan bersifat acak dan random. Dalam proses belajar otak
menyimpan, mengolah dan membangun sendiri struktur kognitif yang
terdiri dari stuktur imfuls berupa assosiasi, koneksi dan persepsi yang
diakomodasi kedalam memori berupa konsep-konsep bermakna.
Gunakan otak agar potensi berkembang atau abaikan , akan menyusut Otak
anda memiliki potensi yang sama dengan Albert Einstein
Sejauh tahapan ini proses belajar mendapat dukungan yang cukup, umpan balik yang selalu
positif dan rangsangan lingkungan; anak “merasa” berhasil mewujudkan kondisi yang paling
ideal untuk belajar apa saja dan kapan saja.
Pada usia enam atau tujuh tahun : Anda mulai memdalami pelajaran baru: simbol dan
membaca.. Membaca, kenyataanya menjadi tugas belajar yang paling sulit. Menghubungkan
symbol-symbol artifisial tertentu dengan makna dan aturan bunyi bahasa tertentu, dengan pola
dan dalil tertentu. Bidang ini menjadi garapan pertama otak kita yang bersifat non alamiah, saat
nya anak membutuhkan dukungan dan dorongan yang paling besar. Selain sulit, pelajaran
membaca itu merupakan tonggak besar dalam pembelajaran seumur hidup.
Berkat kerja keras Anda dan kekuatan otak yang luar biasa serta semua dorongan alamiah
yang terpupuk sejak lama, semua ini dapat Anda lalui. Faktor lingkungan belajar anda pun disini
mulai bergeser secara fundamental, dari imformal mengarah formal. Lingkungan belajar formal
mulai meperkenalkan keteraturan dan ikatan yang tak terelakkan. Intervensi orang lain dalam
pembelajaran semakin kuat dan bersifat mengikat pula. Awalnya ikatan ini tak menghalangi
Anda, karena minat alamiah anak akan situasi baru, komunitas baru, dan keyakinan akan
keberhasilan menghadapi tantangan baru. Variasi dan adanya hal baru menjadi sandaran
harapan baru mendorong percepatan proses belajar ditahap ini.
Sayangnya dukungan yang dibutuhkan di usia ini sering menurun drastis pada anak tertentu,
seiring dengan itu perayaan semakin jarang bahkan umpan balik negatif mulai bermunculan,
yang serta merta menurunkan kecepatan belajar anak.
Pada suatu hari Guru anda berkata : “Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini?” Anda
dengan yakin mengacungkan tangan dan didorong hasrat “kejuaraan” tak sabar menunggu, sedikit
gelisah hingga ahirnya nama anda disebut untuk menjawab. Dengan penuh keyakina anda
menjawab:”.......”. Lalu anda melihat air muka guru anda berubah, anda jadi penasaran, kemudian
ia berkata :
“öh.. Tidak.., kamu salah nak!” atau “Kenapa jawabanmu begitu..? Bukankah tadi sudah
diterangkan? “ atau “Hei.... Apa kamu tidak mengikuti pelajaran tadi? Ha...!”
Sementara anda sedang berusaha mencari alternatif lain, Anda dengar beberapa teman
mentertawakan, dan anda makin kacau jadinya.
“Heran....saya, kamu tak mengerti juga!” Lanjut guru anda; segera benteng percaya diri anda
goyah, benih keraguan mulai tertanam dalam diri anda.
Tidak Cuma anda, banyak Anak mengalami hal semacam itu, di sekolah atau di rumah dan
bagi kebanyakan orang menjadi awal pembentukan citra diri negatif, keraguan membuat orang
menjaga diri menarik diri dari risiko secara lambat laun.
Komentar negatif atau kritik sering diterima anak setiap hari. Suatu penelitian menunjukkan
hasil mengejutkan, bahwa setiap anak mendapat rata-rata 50 komentar atau kritik negatif dan
hanya mendapat 10 komentar positif setiap harinya. Jika hal ini benar-benar terjadi secara
kontiniu, tentu sangat berbahaya. Belajar menjadi beban yang berat bukan lagi kesenagan dan
kebutuhan alamiah. Kemandekan belajar yang pemanen benar-benar jadi kenyataan, dimana
anak-anak secara tidak sadar menutup pintu belajar alamiahnya. Mengingat / mendengar kata
belajar itu sendiri, anak-anak menjadi tegang dan cemas, apalagi menghadapi Tes / Ujian
pelajaran.
Keadaan ini akan menghambat energi untuk belajar ke otak, menyibukkan otak dengan
kecemasan, selanjutnya otak mengabaikan belajar sebagai santapan kebiasaan alamiah otak anak
normal sebagaimana otak Anda pada masa balita.. Aduh !! Bagaimana mengembalikan otak
balita kita? Otak Einstein yang dulu kita punya,?!
1. Otak reptilia ( batang otak) terbentuk lebih awal, berperan ; motor sensorik (keluar masuknya
rangsang dari/ke otak) , gerak repleks, respon segera (hadapi atau lari)
2. Otak Mammalia (sistem Limbik) terbentuk setelah otak reptilia, fungsi: perasaan/emosi,
Bioritmik (pusat saraf tidak sadar yang mengatur fungsi seluruh tubuh), Kekebalan tubuh,
penyimpanan MEMORI.
3. Neokorteks terbentuk terakhir, fungsi sebagai pusat persepsi dan penalaran, perilaku waras,
logika dan Bahasa. Sebagai pusat kesadaran semua proses belajar biasa di olah di sini.
Hasil persepsi neo korteks secara selektif berdasarkan kekutan dan intensifikasi rangsangan yang
menonjol ditransfer ke otak tak sadar kita menjadi memory di “otak mammalia”. Imformasi dan
pemahaman yang tersimpan di memori dapat dibangkitkan lagi ke daerah Persepsi (proses
Mengingat) di otak periferal (Neokorteks) untuk mengalami rekonstruksi berupa perubahan,
penambahan, dan perluasan, dan dapat tersimpan kembali ke otak mammalia dalam bentuk
Pengalaman Belajar menuju memori. Pengalaman ini memasuki lapisan Emosi dan bioritmik,
oleh karenanya pengalaman ini berpengaruh dalam kehidupan seseorang sebagai “Pembelajaran
bermakna” dan bertahan lama.
Sebagian lagi energi otak dari neokorteks membentuk Respon / tanggapan berupa rangsangan
keluar menuju oatak reptilia, dari sini diteruskan ke alat alat tubuh motorik seperti Mulut, Mata,
kulit, otot penggerak dan organ tubuh lainnya. Sebaliknya, proses belajar yang kurang intensif
pengolahannya di neokorteks tidak masuk ke otak Mammalia (Memori), sekalipun menghasilkan
respon keluar. Penagalaman semacam ini “Kurang Bermakna” dan segera terhapus/dilupakan.
Urutan perkembangan fungsi ketiga bagian otak (TriUnie) itu saling berkaitan :
Fungsi sensorik-motorik berkembang melalui indra brupa kontak langsung dengan
lingkungan. Hingga usia empat tahun potensinya telah berkembang hingga 80%. Berate hamper
tuntas. Dicirikan ketrampilan gerak, pandangan 3 dimensi, mendengar dan kinetesis tubuh.
Selanjutnya adalah pengutan olah gerak dan ketangkasan.
Fungsi Emosional dan Kognitif berkembang melalui pengalaman bermain, meniru model dan
membaca cerita. Potensi aspek ini terus berkembang pesat hingga usia enam tahun, selanjutnya
kecepatannya sangat dipengaruhi kekayaan lingkungan belajar individual.
Kecerdasan tingkat tinggi, Kreatifitas dan Intusi yang dianggap sebagai puncak belajar
berkembang berbasis multi fungsional dari perkembangan fungsi otak sebelumnya (sensorik-
motorik, emosional, dan kognitif) jika dapat dirawat terus dengan dukungan dan anak sehat
secara sosio-emosional. Kondisi lingkungan belajar dan suasana yang bebas tekanan juga
menentukan perkembangan otak yang paling menakjubkan ini.
Pada dasarnya setiap anak normal, rata-rata pada usia 5 s/d. 7 telah mencapai perkembangan
kecerdasan dasar yang diperlukan hasil kerja otak dari ketiga bagian dasar tadi, yaitu (Sensorik-
Motorik, Emosional dan Kognitif).
Dengan merawat dan mendukung konsep dasar belajar kita seperti masa balita kerja otak
akan terus berkembang secara dahsyat dan terus melejitkan kecepatan belajarnya hingga titik
yang tak terduga, tanpa harus dihambat pertambahan usia.(Benarkah??!) Setiap saat pikiran kita
memperoleh informasi baru yang apabila digunakan secara teratur dan terlatih akan mempertajam
daya jelajah belajar otak kita. Pertambahan usia seharusnya merupakan faktor positif untuk
perkembangan mental dan percepatan belajar, sebagai konsekuensi logis perkembangan
sebelumnya berfunsi sebagai tambahan modal perkembengan berikutnya.
Hasil berupa expressi verbal, menulis, Expressi nonverbal: Emosi, perasaan milik,
keteraturan, assosiasi- auiditorial, fonetik dan Visualisasi, bentuk / ruang, seni, kesadaran
simbolisme, elemen fakta, membaca. spasial, , dan kreatifitas sastra
Secara anatomi kasar otak kita yang terdiri dari tiga bagian itu, terbagi dua belahan kiri dan
kanan. Masing masing belahan betanggungjawab mengkoordinir bagian tubuh secara menyilang.
Selaiin itu “otak kiri”dan “otak kanan” memiliki spesialisasi cara berpikir masing-masing
sekalipun dalam beberapa hal ada pertukaran antara keduanya atau pesilangan fungsi.
Awal kehidupan kita sangat banyak bergantung pada kemampuan otak kanan untuk
memuaskan pencarian kita tentang segalanya. Keingin-tahuan kita membawa otak kanan bekerja
memberi pengalaman yang besar untuk berani hidup dan memahami hidup secara intuitif mencari
wujud dan pemahaman tentang sesuatu secara acak menyeluruh. Dimbangi pola pikir otak kiri; di
Belajar dan pembelajaran \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 9
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005
usia kanak-kanak mulai belajar keteraturan, logika dan rasional, sehingga kita masih punya
kesempatan memikirkan detail sesuatu, tahapan dan kehatihatian.
Ketika ada kesempatan salah satu calon karyawan sibuk bertanya dan meminta karyawan
mendemontrasikan pekerjaan itu, sementara yang lain tekun mengamati, merasakan gerakan alat
yang didemontrasikan. Semua berlangsung semakin mudah dan lebih cepat belajar. Ketika terjun
dilapangan terjadi pemahiran otomatis.
Jenis perulangan ini terdiri dari sederet kegiatan belajar yang bevariasi : mendengar/auditoris
– pengamatan/assosiasi – perenungan/refektif – demontrasi/kinestesis - bertanya/komunikasi dan
menjalankan/aplikasi
pencapaian kompetensi minimal.
Semua hanya mengulang satu topik belajar, menjalankan alat.
Tahukah anda mengapa anak kecil sering meminta satu cerita favorit diulang – ceritakan
kepadanya beberapa kali secara berselang?Melalui pengulangan, sel-sel saraf menjadi
termielinasi dan terhubung dengan memori, memudahkan mengingat imformasi. Tanpa
pengulangan berkala myelin kembali menipis bahkan hilang. Mau diapakan oatak anda?
Digunakan ..... atau .... hilang lagi ?
Percaya.... tidak?! Belajar merupakan proses bebas usia dan tanpa batas pensiun kecuali mati
(Long life education). Kalau masih menyangkut otak, berlaku ungkapan “Use or disuse” gunakan
atau abaikan saja. Semakin sering oatak terangsang aktifitas intelektual dan interaksi lingkungan
semakin banyak jalinan antar sel-sel saraf anda, potensi intelektual andapun akan berkembang
pula tanpa batas, sukses dalam hidup menanti anda.
D. Taksonomi Kecerdasan
1. Taxonomi Bloom
Secara garis besar Bloom membedakan tiga elemen/domain kecerdasan utama yang spesifik, yaitu;
1. Kognitif, sering dikaitkan sebagai kecerdasan akademik meliputi enam subdomain
secara bertingkat; Mengulang fakta /Ingatan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis,
Sintesis dan Evaluasi. (C1,C2, C3, C4, C5, C6)
2. Psikomotorik, lazim dikenal dengan keterampilan atau kecakapan khusus kejuruan,
dengan tingkatan gradual dari Imitasi (menirukan), Semirutin dan Keterampilan
gerak rutin (otonom).
3. Afektif meliputi unsur minat, sikap dan nilai/normatif.
Dalam jangka waktu yang teramat lama, taxonomi ini dianut dalam dunia pendidikan dengan
menitikberatkan aspek kognitif. Lebih jauh dalam penerapannya, penganut Bloom menganggap bahwa belajar
harus selalu dimulai dari Ingatan (Hafalan), secara teratur kejenjang Pemahaman, dan Aplikasi (terapan). Jenjang
kognitif yang lebih tinggi dianggap hanya untuk jenjang akademik yang lebih tinggi pula dan hanya dapat
dicapai murid tertentu. Hal ini sebenarnya lebih disebabkan cara belajar yang lebih condong bersandar pada
mengingat fakta dan belajar dengan cara menerima imformasi dari guru, sehingga anak sulit berkembang ke
jenjang kognitif yang lebih tinggi.
Pandangan terbaru dalam belajar harus bersandar pada terbentuknya pemahaman (C2) melalui kegiatan
belajar langsung dimana siswa belajar menemukan sendiri imformasi-imformasi berupa fakta-fakta kemudian
membangun sendiri “konsep” yang dipelajari sesuai pemahamannya (konstuktisme). Hal ini hanya mungkin
terjadi jika kegiatan belajar melibatkan: Pengetahuan sebelumnya, komunikasi dua arah, dan berlangsung
pembelajaran bermakna.
Dalam pandangan ini masing-masing ranah (domain) memerlukan cara belajar yang spesifik, melalui
proses belajar yang berbeda pula, produk belajar yang diharapkan dirinci dengan kata-kata kerja operasional.
Kesalahan terbesar seorang guru bila menganut paham kemapanan; anggapan terhadap adanya satu
metode belajar/mengajar yang jitu untuk beragam topik pelajaran, lebih baik dari semua metode yang ada.
Apalagi metode yang digunakan bertitik-berat pada metode ceramah dan dikte.
Manakah diantara orang berikut yang lebih cerdas? Albert Einstein, Michael Jordan, Maradonna,
Picasso, Margareth Tacher, Leonardo da Vinci, Michael Jackson, Mahadma Gandhi? Kalau jawaban
anda Albert Einstein, dalam hal apa ia cerdas? Mampukah ia mengalahkan Maradonna? Coba pikir
lagi yang lainnya. Kita terlalu dipengaruhi teori Binet dengan test IQ-nya, bahwa kecerdasan diukur
dengan tes kognitif akademik. Dengan test semacam ini akan mengelompokkan anak dalam kisaran
normal berupa kurva normal. Pola “lonceng” yang terpercaya ini juga kita terapkan dalam penilaian
siswa, -dengan segelintir anak mendapat nilai A-B, kebanyakan nilai C dan segelintir nilai D-E. Kini
dunia pendidikan mulai meninggalkan paham ini seiring dengan temuan seorang Psikolog kognitif
dari Harvard University, Dr. Howard Gardner – Kecerdasan Berganda,
Berbagai cara spesifik otak untuk mengetahui; begitu Howard Gardner menggambarkan
kecerdasan yang dapat dikembangkan pada manusia. Semua ragam kecerdasan itu telah ada sejak
lahir: Kecerdasan Linguistik, Logika matematika, Visual dan Spasial, Kinestetik, Musikal,
Intarapersonal, Interpersonal, Intuisi-Naturalis. Pengalaman belajar, kesempatan yang ada telah
membawa kita mengembangkan otak condong pada salah satu atau beberapa kecerdasan, dan lemah
pada bidang kecerdasan yang lain. Padahal, mulanya semua kecerdasan itu berkembang paralel dan
seimbang, menghasilkan citra belajar pada masa balita kita yang menakjubkan.
Belajar dan pembelajaran \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 13
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005
Menurut Gardner, kecerdasan-kecerdasan itu saling menopang dan sinergis untuk mencapai
kecerdasan tertinggi yaitu intuisi suatu yang dianggap membawa manusia kedalam kreativitas tanpa
batas, otak dapat menangkap sinyal rangsang diluar kesadaran indrawi, mengolah data dan
mencetuskan ide cemerlang diluar jangkauan logika rasional dalam pikiran bawah sadar.
Gardner mengidentifikasi kecerdasan yang lebih tinggi dari sekedar -mengingat-memahami-
menerapkan, dia menamakannya “cara-cara mengetahui” yang dapat dikembangkan oleh otak
manusia. Mari kita tinjau sepintas, satu persatu;
hasil assosiasinya terangkat ke dalam kesadaran, kita tiba-tiba mendapatkan ilham untuk dimatangkan
dengan kesadaran kita lebih lanjut, bahkan mungkin kita melakukan tindakan berharga yang kita
sadari kemudian. Melatih kecerdasan ini membawa pada penemuan baru diluar perhitungan
kesadaran.
Melupakan, berhenti mencari tau, istirahat, hening, meditasi, mencoba memikirkan kembali,
mencari kemungkinan lain, menempuh cara berbeda, memamfaatkan yang belum pernah dicoba,
penemuan baru, ide cemerlang, kreatifitas, pembaharuan, detektif, pengarang, dan metafisik.
Pada dasarnya kecerdasan seseorangpun beragam adanya, seperti pandangan Howard Garner,
dari Harvard University, dalam Multiple Intelligence, 1986; “…. kecerdasan seseorang itu sangat
beragam ...”, berbeda dengan pandangan psikolog sebelumnya yang pada umumnya menekankan
kecerdasan sebagai Cognitif Intelligence Quotion berupa kemampuan logical matematis. Gardner
berpendapat bahwa kecerdasan itu adalah kemampuan yang tinggi, dalam aspek yang sangat
beragam. Setiap orang dikarunia otak yang memiliki hampir seluruh potensi kecerdasan yang
beragam itu dalam kapasitas yang bervariasi dan dapat dikelompokkan setidaknya menjadi 8
(delapan) macam kecerdasan yang berbeda.
Berikut ini pembahasan ke-delapan kecerdasan itu serta kaitannya dengan belajar, Semoga
bermamfaat.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan logika matematis, antara
lain:
Lingkungan belajar diupayakan berupa situasi dan keadaan lingkungan yang terkait dengan
kecerdasan spasial, antara lain:
1. Menciptakan sebuah pertunjukkan;
2. Merancang sebuah poster, buletin, dan sejenisnya;
Belajar dan pembelajaran \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 17
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kinestetik, antara lain:
1. Bermain peran atau menirukan;
2. Menciptakan suatu gerakan atau rangkaian gerakan untuk menjelaskan;
3. Menciptakan suatu model;
4. Merancang suatu produk;
5. Merencanakan dan menghadiri suatu perjalanan lapangan;
6. Membuat suatu permainan atau sejenisnya.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu yang terkait dengan kecerdasan musikal, antara lain:
1. Meyajikan suatu pertunjukkan dengan iringan musik yang tepat;
2. Menyanyikan sebuah kritikan atau lagu;
3. Menyajikan kelas musik dalam waktu singkat pada suatu materi/pokok bahasan;
4. Menggunakan musik untuk mempertinggi semangat belajar;
5. Menuliskan suatu lirik lagu untuk suatu pokok bahasan/materi.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kecerdasan intrapersonal,
antara lain:
1. Menggambarkan bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat membantu menuju kesuksesan;
2. Merangkai dan mengejar suatu tujuan;
3. Menggambarkan perasaannya tentang sesuatu;
4. Menggunakan acuan belajar;
5. Membuat suatu jurnal;
6. Menerima umpan balik dari orang lain;
7. Mengomentari atau menilai hasil pekerjaannya.
h. Kecerdasan Natural (Naturalistic Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan lingkungan alam dan
merupakan kecerdasan kedelapan dari kecerdasan yang tidak termasuk teori asli Multiple
Intelligences dari Gardner. Kecerdasan ini terkait dengan sensitifitas terhadap alam dan faktor
lingkungan, misalnya mudah berinteraksi dengan hewan, mampu memprediksi terjadinya perubahan
alam, mudah mengenali berbagai spesies hewan maupun tumbuhan. Kecerdasan ini akan lebih mudah
diwujudkan melalui pengumpulan dan penganalisaan suatu subjek yang berhubungan dengan
alam.Beberapa kemampuan karakteristinya antara lain :
1. Menyukai pemandangan alam,
2. Memelihara tumbuhan,
3. Menagani hewan dan memeliharanya
Pemahaman kita tentang kecerdasan berganda Gardner, mengilhami kita untuk melakukan
pembaharuan / revolusi pembelajaran, agar setiap topik yang diajarkan harus dipelajari dengan cara
melibatkan multiple inteligencia. Untuk itu perancangan pembelajaran harus memuat elemen
kecerdasan apa yang digunakan untuk memelajarinya, dari mulai Pendahuluan, Motivasi, Kegiatan
inti, Penguatan / reviu sampai alat Evaluasi proses belajar.
Belajar dan pembelajaran \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 20
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005
I E
Kecerdasan manusia tidaklah lengkap jika hanya dinyatakan berupa IQ (Inteligent Quation)-yang
terbatas pada kecerdasan kognitif-akademik, setidaknya menurut Gardneer ada 3 kelompok utama
ukuran kecerdasan; IQ, EQ dan SQ.
Kecerdasan emosional sangat penting dikembangkan dalam diri siswa, sehingga siswa tumbuh
menjadi pribadi yang tangguh, dan terampil mengelola emosi, agar tidak menjadi manusia angkuh
dan sombong atau mudah putus asa; melainkan mampu menyesuaikan diri dan membangun hubungan
positif dengan banyak orang. SQ (Spiritual Quation) dikemukakan Robert Coles (The Moral
Inteligence of Children, 1997) menyatakan adanya kecerdasan moral menyangkut keyakinan dan
kebenaran mutlak, hubungan dalam semangat dan ikatan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam
sekitar, hubungan sosial sesama manusia dan spiritualitas yang lebih bersifat keyakinan intuitif;
hubungan dengan Tuhan Sang Pencipta.
EQ (Emotion Quation) adalah kecerdasan emosional, kepekaan terhadap keadaan sekitar,
perasaan kepemilikan, kebutuhan, hasrat, minat dan keinginan. Daniel Goleman (Emotional
Inteligence, 1995) menaruh perhatian pada delapan aspek kecerdasan yang dikemukakan Gardner,
dengan menekankan pada kecerdasan interpersonal sebagai kecerdasan emosional yang sangat
penting. Goleman merinci kecerdasan emosional dalam lima kemampuan; 1) Pengenalan diri, 2)
Kemampuan mengelola emosi, 3) Kemampuan Memotivasi diri, 4) Kemampuan Mengenali Emosi
orang lain, 5) Kemampuan Membina Hubungan.
Perkembangan kecerdasan spiritual/Moralitas ini ditandai dengan kemampuan menganal potensi
diri, penghargaan pada diri sendiri dan orang lain, mengikuti aturan aturan yang benar, dan kesadaran
sebagai mahluk Tuhan direfleksikan melalui ketaatan menjalankan perintah agamanya. Semua ini
sangat penting untuk menunjang keberhasilan masa depan peserta didik .
Pengalaman belajar paling bermakna dan bertahan paling lama dalam
memori kita adalah yang melibatkan ketiga kelompok kecerdasan itu,
sekaligus menjadi sangat mungkin mempengaruhi kehidupan seseorang
secara mendasar. Kecenderungan orang pada salah satu kecerdasan akan
sangat berpengaruh terhadap corak dan kualitas hidup masa kini dan masa
depannya.
IQ yang berkembang baik dan dipelihara dapat menghasilkan ilmuwan, peneliti diberbagai ladang
keimuan. Tingkat EQ yang berkembang baik menopang orang menekuni pekerjaan tertentu,
kompetitif, dan hasrat terus berkembang (menyamai atau melampaui orang lain). Sementara itu
kecerdasan SQ yang tinggi menghadirkan sosok manusia yang sosial, ramah lingkungan penuh
kearifan dan moralitas yang tinggi. Kualitas kepemimpinan yang berhasil, tidak selalu terikat dengan
IQ yang tinggi tetapi lebih mengandalkan kombinasi kecerdasan EQ dan SQ. Para ilmuan sejati,
penegak hukum yang ideal harus memiliki SQ yang menonjol, sehingga kebenaran, keadilan harus
ditegakkan. Kebenaran harus dinyatakan sekalipun pahit dan menyakitkan. Sudah tentu dalam kasus
ini SQ harus diimbangi dengan IQ. Pebisnis yang sukses lebih mengandalkan EQ dan ditopang IQ.
Tetapi bisnis yang baik dengan moralitas yang tinggi harus ditopang dengan SQ.
Seorang anak yang secara berimbang berkembang baik IQ, EQ, dan SQ –nya punya peluang besar
menjadikan mimpi-mimpinya jadi kenyataan, dan mencapai kualitas hidup yang tinggi. Repleksi dari
ketiga macam kecerdasan itu diaktualisasikan dalam tiga aspek kesadaran diri; Kesadaran Intelektual,
(rasional, akademik), Kesadaran Emosional (artistik, sosial, ego, kesadaran kepemilikan), Kesadaran
Spiritual (arif dan bijaksana, kebenaran, adil, sadar sebagai mahluk Tuhan, sebagai bagian
lingkungan hidup, sebagai bagian social-community).
Ada beberapa model pembelajaran yang digunakan secara luas di dunia pendidikan antara
lain :
• Instructional Teaching (bertitik tolak pada kualitas pengajaran/ aktifitas guru
dengan target penguasaan materi pengetahuan anak didik)
• Concept Based Learning ; Cara belajar yang menggunakan susunan konsep
dan keterkaitan konsep-konsep sesuai hirarki dan organisasinya di dalam
mata pelajaran.
• Science Proccess Based Learning (Keterampilan Proses Sains) ; Model
belajar menggunakan proses ilmiah sebagai landasan mempelajari materi.
Oleh karenanya siswa sekaligus belajar keterampilan seorang ilmuan,
bagaimana sesuatu ilmu dihasilkan.
• S. A. L. (Student active learning) – mengutamakan keaktifan siswa
• Konstruktivisme adalah model belajar yang menekankan penguasaan konsep
berdasarkan pengalaman sendiri, siswa membangun pemahamannya sendiri
sesuai pengalaman belajarnya.
• Kooperatif Learning mengupayakan hasil belajar melalui bekerja bersama-
sama dalam satu sistem belajar.
• Competency Based Learning – menitikberatkan pencapaian standar
kemampuan tertentu (kompetensi) pesertanya, materi hanyalah alat mencapai
kompetensi.
• Science Technology and Society ; pendekatan belajar mengaitkan pelajaran
dengan teknologi yang berkaitan langsung dengan lingkungan dan
masyarakat.
• Life Skill Based learning – mengarahkan pembekalan kecakapan hidup bagi
peserta, bukan materi ilmu pengetahuannya.
Dua model belajar / Pendekatan belajar terakhir kita pilih untuk kita kaji lebih jauh, selain
karena tergolong baru – keduanya merupakan model atau pendekatan yang merupakan
gabungan berbagai pendekatan belajar dan teori-teori belajar yang baik dan teruji. Jadi
dengan ‘membedah’ Pendekatan CTL dan Model QTL sekaligus didalamnya terdapat
berbagai cara pendekatan pembelajaran.
Mari kita mulai dari yang terakhir.
Model belajar Quantum bukanlah teori belajar, melainkan suatu pendekatan yang
mengapplikasikan teori-teori belajar, metode-metode belajar, dengan modifikasi
mengikuti temuan temuan terbaru tentang praktik-praktik belajar terbaik dan
alamiah. Quantum memperhatikan segalanya yang terkait dengan belajar.
Kunjungilah dunia mereka, berbaur dengan mereka untuk kemudian; Bawalah mereka
kedalam dunia kita..
1.Orkestra Pembelajaran
Belajar atau tepatnya pembelajaran harus dipandang sebagai suatu sistem orkestra yang
dipandu seorang komposer yang piawai. Orkestra yang memukau dikendalikan seorang
dalang yang mampu memamfaatkan segala potensi para musisi yang beragam membangun
sebuah harmoni yang menyenangkan dan mengasikkan penonton dan juga para pemainnya.
Mereka semua memahami tujuan yang harus dicapai, memahami skenario yang sedang
dijalankan sang komposer, dan setiap orang memainkan lakon terbaiknya.
Guru dalam Quantum Teaching berperan sebagai seorang komposer sekaligus sebagai
konduktor, menulis komposisi atau skenario, sekaligus menjadi sutradara dalam
pembelajaran. Memamfaatkan semaksimal mungkin potensi para siswa untuk melejitkan
kemampuan belajarnya. Menata kelompok-kelompok belajar dalam kelasnya, dan
memastikan semua siswa senantiasa mengetahui tujuan, serta peran yang harus dilakukan dari
awal sampai akhir kegiatan.
2.Konteks/Panggung Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 25
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005
Segala sesuatunya dalam kelas mempunyai arti, mempunyai tujuan mendukung percepatan
belajar siswa. Tata ruang, posisi duduk, pencahayan, hiasan-hidup, poster dan tentunya
kebersihan dan keindahan ruang kelas diadakan sedemikian rupa menciptakan panggung
belajar yang kondusif.
Guru harus mampu mengarahkan siswanya terkonsentrasi pada pengalaman belajar yang
direncanakan, dengan membantu siswa menuju kondidsi otak/pikiran alfa dengan ketrampilan
olah gerak dan suara, dan cara-cara lain yang dapat membantu siswa siap menerima pelajaran.
Bahkan wangian tertentu (jeruk, melati, kemangi) dapat membantu orang untuk lebih rileks
belajar. Irama musik sendu seirama denyut jantung juga telah diketahui memiliki efek luar
biasa mendongkrak kecepatan belajar. Singkatnya coba saja sekalipun baru.. Guru harus terus
berinovasi didalam kelas.
3.Motivasi A-m-bak
Siswa dan guru memiliki pemahaman yang sama tentang urutan kegiatan yang akan dilakukan
siswa bersama gurunya. Siswa diberitahu Kompetensi yang harus mereka capai dengan indkator
pencapaian/hasil belajar. Siswa harus termotivasi melakukan pengalaman belajar yang
diskenariokan guru, karena kebutuhannya. Siswa harus bertanya pada diri sendiri;“Apa
mamfaatnya Bagiku??”(A-m-bak). Guru dengan cermat memperlihatkan hubungan materi dan
kegitan belajar dengan kehidupan nyata, lingkungan dimana siswa hidup dan masa depan
mereka. Kaitan ini membangun ikatan emosional yang dapat membantu siswa memotivasi
dirinya dengan kemampuannya memuaskan pertanyaan “Mengapa saya harus belajar materi
ini? Apa mamfaatnya Bagiku”
Motivasi selain kebutuhan, secara konsisten harus dipicu guru terus menerus dengan berbagai
trik dan konsep teori belajar yang ampuh; antara lain konsep bensanding kompetitif, bermain,
kebebasan, ganjaran dan hadiah.]
4.Suasana Panggung
Segalanya harus terasa menyenangkan, besemangat dan menggebu, bebas dari rasa cemas dan
tertekan. Guru harus senantiasa menciptakan suasana kesetaraan, guru menempatkan diri
sebagai ‘teman belajar siswa’ yang dituakan, bukan yang maha menentukan segala hal dalam
kelas. Ketulusan dan kejujuran guru dalam melaksankan semua tugas dan pekejaannya
sebagai fasilitator dan penilai meruapakan kunci utama membangun suasana kondusif di
kelas.
Kepercayaan siswa atas ketulusan, transparansi dan tanggung jawab gurunya harus terus
dipelihara. Selain itu tentang disiplin dan tata tertib kelas belajar; segalanya perlu diawali
dengan kesepakatan antara guru dan siswa, sehingga semua orang termasuk guru diikat rasa
memiliki aturan tersebut dan dilaksanakan penuh tanggungjawab dan siap menerima resiko
yang sudah disepakati.
5.Modalitas Belajar-V-A-K
Modalitas disini adalah jaringan rekanan kerja otak selama proses belajar – mengajar
berlangsung. Kita tahu, Mata (Visual), Telinga (Auditoris), dan Gerakan Tubuh (Kinetesis),
merupakan organ sensoris utama sebagai jalan masuk sensasi saraf dari luar tubuh kita
menuju otak. Dengan begitu kita tahu imformasi dalam wujud Visual-Auditoris-Kinestesis
Belajar dan pembelajaran \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 26
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005
adalah bentuk sensasi yang secara alamiah digunakan otak dalam belajar. Sensasi itu diterima
melalui 3 jenis alat sensoris (indra)kita yang utama, mata, telinga dan tubuh.
Dalam belajar, kecenderungan kita menggunakan lebih banyak alat sesnsoris tertentu akan
menentukan proses kerja otak sesuai type dan sumber sensasi yang diterimanya. Kebiasaan
pada salah satu modalitas tertentu juga mempengaruhi pola dan gaya belajar otak kita,
mempengaruhi minat dan bahkan kita rasakan menyerupai bakat. Untuk menumbuhkan
potensi yang ada pada otak secara optimal setiap orang hendaknya menyadari bahwa sejak
awal otak perlu dikenalkan, dilatihkan dan dibelajarkan denmgan ketiga jenis modalitas
secara berimbang/proporsional.
Modalitas visual : Mengakses citra visual yang diingat maupun dicipatakan dengan image
sendiri. Warna, bentuk, wujud, kontras, potret mental, dan skets; adalah spesifikasi modalitas
ini. Ciri pelajar visual, antara lain: mengingat dengan gambaran (ikon), dan apa-apa yang
dapat dilihat dan atau dibayangkan, lebih suka membaca sendiri dari pada
dibacakan/dijelaskan sesuatu.
Moadlitas Auditorial : Mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diingat maupun
diciptakan. Suara, pembicaraan, musik, nada, irama, rima dan dialog internal, menonjol
disini. Seseorang yang amat auditorial belajar dengan cara mendengarkan, pada saat
membaca bibir bergerak atau mungkin bersuara, berbicara secara berirama, tetapi
perhatiannya sangat mudah terpecah.
Modalitas kinestetis : Mengakses segala jenis gerak dan perubahan posisi, segala sesuatu
yang dirasakan dan emosi- baik yang diingat maupun yang diciptakan. Orang yang sangat
kinestetis menginginkan belajar dengan peragaan dan demonstrasi, menyukai sesuatu yang
terkait dengan emosi, gerakan, koordinasi, ritme, dan kenyam,anan fisik. Belajar dengan
melakukan, eksperimentasi ,membaca dengan menunjuk, banyak bergerak pada saat bicara.
Dari uraian diatas jelas bahwa pelajar-pelajar kita akan lebih cepat belajar jika sejak awal
dibiasakan belajar dengan multiple sensoric melibatkan modalitas visual, auditorial, dan
kinestesia secara bersamaan.
Manakah yang lebih dominan kita pakai sebagai orientasi modalitas belajar / mengajar?
Visual, Auditoris, Kinestetik adalah 3 macam modalitas utama manusia dalam menyerap
pengetahuan baru. Setiap orang memiliki ke-tiganya, tetapi biasanya salah satu atau dua
modalitas lebih berkembang. Hal ini melahirkan ciri orientasi belajarnya, jadi Pelajar Visual,
pelajar auditoris atau kinestetik.
Ada tiga modalitas belajar ; Visual (belajar dengan melihat, mengamati, memandang,
membayangkan, menggambarkan, dan memvisualisasikan, hubungan ruang dan waktu),
Auditoris (mendengar, merenungkan) dan Kinestesis (gerak tubuh, menonton simulasi,
mengikuti, mendemonstrasikan, melakukan, mengoperasikan, mengukur, merasakan, dan
lainnya).
Pengalaman belajar yang terbaik bersifat multisensoris melibatkan 3 modalitas V_A_K
diatas agar otak memperoleh imformasi secara lengkap dari berbagai stimulus yang berbeda.
Dengan begitu kegiatan belajar tidak monoton dan otak siswa senantiasa teranggsang, belajar
menjadi mengasyikkan. Rincian tentang modalitas belajar sebaiknya anda baca lagi dari sumber
lain.
Belajar dan pembelajaran \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 27
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005
6. Kecerdasan Berganda
Cara belajar lama (konvensional) yang menekankan pada pemberian imformasi dengan tekanan
pada dua bidang kecerdasan – Logika& matematik dan Bahasa Linguistik& Verbal – tidak
relevan lagi digunakan dalam pendidikan yang berorientasi pada Kompetensi Lulusan.
Perencanaan pembelajaran harus dibuat agar belajar melibatkan lebih dari satu macam
kecerdasan. Keseimbangan beberapa kecerdasan yang dilatihkan sekaligus dalam satu sesi
pembelajaran juga ternyata melejitkan kecepatan belajar. Hindarilah penekanan berlebihan pada
bidang kecerdasan tertentu, sebaliknya kembangkan pembelajaran lintas bidang seluas-luasnya.
Guru matematika yang terus menerus mengajar kecerdasan Logical dan matematis akhirnya akan
memperoleh hasil siswa tidak mampu mengikuti pelajaran sekalipun terasa mudah. Akan
berbeda hasilnya jika mengajar dengan memamfaatkan kecerdasan visual, linguistik, kinestetis,
natural dan musikal misalnya. Guru bahasa yang menekankan kecerdasan Linguistik Verbal dan
Logika juga akan mendapat kesulitan belajar. Seyogianya harus dilibatkan kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal, selain Visual dan kinestetik tentunya. Sudah barang tentu usaha
melibatkan multiple inteligencia (beberapa kecerdasan) sekaligus dalam belajar secara otomatis
akan merubah strategi dan pendekatan belajar, secara konteks dan kontens ORKESTRASI
belajar menjadi pilihan yang tepat. Baca uraian Kecerdasan Berganda, Gardner h;... (SLIM n
BIL, adalah singkatan 8 kecerdasan Gardner)
positif seluruh otak, mereka tak akan pernah memikirkan pertimbangan untuk
kembali ke ruang kelas konvensional (cara mengajar lama) yang berwarna hitam
–dan-putih.
Tahap Persiapan
Kegiatan-kegiatan spesifik kelas Quantum, terjadi dalam tiga segmen
yang berbeda tetapi terpadu; Pertama adalah tahap persiapan, dimana
20
lingkungan eksternal dan internal siswa dipersiapkan untuk proses belajar cepat
dan mudah. Untuk mengkondisikan para siswa, ruang kelas ditata berbeda dari
ruang kelas biasa. Kursi-kursi mudah dipindahkan, bisa membentuk setengah
lingkaran atau model “U” sehingga para siswa dapat melakukan kontak mata 25
satu sama lain sebagai suatu kelompok yang dinamis dan menyenangkan.
Ruangan dengan segala perabotannya ditata rapi dan menyenangkan, terbebas
dari kekacauan yang melelahkan otak. Bunga, gambar-gambar (terutama karya
seni sungguhan) warna cat dinding, pencahayaan memicu motivasi dan 30
mendorong semangat guru dan siswa. Ikon-ikon semua pelajaran yang dibuat
para guru berupa poster dinding berwarna, dilengkapi seni huruf berbayang tiga
dimensi disertai gambar (Skets) yang membantu ingatan (mnemonic) dalam
setiap poster. Kalimat-kalimat positif yang bersemangat (afirmasi) digantungkan 35
di dinding setara arah pandang siswa, musik klasik yang lembut seirama denyut
jantung mengiring siswa masuk kelas. Segalanya diusahakan segalanya punya
tujuan.
Membangun suasana sosio-emosional siswa dan warga belajar juga 40
dilakukan melalui pembuatan aturan main yang disepakati bersama oleh guru
dan siswa, dengan cara mengarahkan siswa menyepakati tatatertib komunitas
kelasnya yang berisi aturan-aturan pendukung keberhasilan program belajar
berkecepatan tinggi. Guru atau wali kelas merencanakan aturan yang akan
disepakati, namun dalam mekanisme pengambilan keputusan terlihat seakan- 45
akan siswalah yang melahirkan semua gagasan di dalam aturan tersebut. Semua
siswa benar-benar dilibatkan dalam sidang pleno warga kelas yang dihadiri guru
pembimbingnya sebagai penjamin bahwa aturan main yang disepakati tidak
bertentangan dengan peraturan, norma dan hukum yang ada.
Guru memasuki kelas Kuantum
Kelas dimulai dengan aktivitas fisik selama 1-2 menit untuk melemaskan 50
“Hari ini kalian pasti tertarik bagian selanjutnya dari pelajaran kita,
bagaimana pelajaran berikut akan membantu memgembangkan kemampuan dan
wawasan mengajar anda melejit dari apa yang sudah kita capai sejauh ini.
Menakjubkan ! Betapa hebat !! Secepat ini jalinan pemahaman dan keinginan 55
mempraktikkan Quantum Teaching dalam diri kita terbentuk waktu ini juga ?!
Iya... Sekarang juga, Mari ...kita baca bagian berikut lagi”
Tahap Presentasi Materi
Tahap kedua adalah tahap presentasi materi yang dilakukan secara
energetik dan dramatis (CIRIKHASnya: yakin, kuat, percaya diri dan semangat 60
yang menggebu sebagai presenter yang piawai dan berpengalaman, kerap
diiringi musik instrumen dramatik sebagai latar belakang).
Semua bahan pengajaran pada tahap ini bagi siswa baru dianggap sebagai
instuksi berbahasa asing, istilah-istilah dan konsep-konsep baru dijelaskan
secukupnya sebagai latihan mengingat dengan cara-cara tertentu, kemudian
65
dihubungkan dengan materi sebelumya dan pengalaman kehidupan (sehari-hari)
yang nyata bagi siswa. Materi ringkas ini disajikan berulang 2-3 kali dengan
format dan strategi bervariasi saat itu juga. Tahap ini hati-hatilah, hindari
bertanya dan per-soal-an, walau sesekali ada kalimat yang mengarahkan siswa
memikirkan bentuk respon berpikir, misal : “Ceritakan kepada tetanggamu guru
kelas, sebanyak mungkin komponen tahap persiapan kelas belajar Quantum 70
yang dapat anda ingat” (Bukan : “Dapatkah1 kamu mengingat/menyebutkan2
kedepan3, secara berurutan4 komponen tahap persiapan?; no. 1-4 anda
perhatikan 4 kesulitan yang dihadapkan pada siswa pada saat bersamaan)
Untuk mendapatkan perhatian penuh para siswa dari segala usia bagian
presentasi ini bisa menggunakan boneka-boneka(peraga/model visual) geliat tubuh 75
guru yang bombastis dan flamboyan (pikatan kinestetik-dan visualisasi). Para guru
disini belajar memamfaatkan intonasi-nada- kekuatan-irama suara (effek auditoris)
sehingga belahan otak kanan pelajar yang dominan berperan untuk variasi
berbahasa dapat dilibatkan. Kata-kata positif, yang melibatkan intonasi,
presentasi yang multi-modalitas, akan mengaktifkan gaya/modalitas belajar 80
siswa secara bersamaan (modalitas- 3 in 1), cara belajar visual (mata), auditorial
(telinga, mulut) dan kinestetik (gerak fisik). Saat para siswa menutup mata,
mereka membayangkan isi dihubungkan dengan ciri visual yang sudah ia
ketahui. Metafora dan analogi menciptakan berbagai pen-citraan (memunculkan
kesan) yang mudah diingat. Semua lakon guru yang tampil semangat dan positif
memasukkan materi pelajaran dalam imaji yang lebih unik. Kartu-kartu mainan
kata yang dibagikan guru mencerminkan konsep dan istilah didalamnya. Mis:
(“Aku adalah cara belajar Kuantum, Aku menciptakan citra positif, Aku 85
menelusuri pusat damai otak, Aku menujukkan hubungan dan mamfaat, Aku
masuki otak menyusuri mata, telinga, mulut, kulit, hidung dan otot-ototnya.”)
Yakni para siswa menjadi objek suatu kelompok belajar yang digunakan oleh
“Skenario Pembelajaran” yang menginstruksikan guru mendemonstrasikan,
berbicara, menggerakkan, menunjukkan, kontak mata, dan mengulangi.
90
dalam “SP” menekankan unsur kinestetik. Para siswa berlomba tampil prima
dalam dinamika kelompok, melakukan peragaan, simulasi, permainan,
berbicara, memimpin, menggerakkan, mengorgtanisasikan peguasan
kelompoknya, dan atau melakukan kerjasama, praktik, dan presentasi. Penilaian
proses dan pertanyaan guru disarankan pada tahap ini. Aktifitas guru dituntun 100
oleh Program Pembeljaran/Penilaian untuk melengkapi instrumen nilai proses;
afektif, psikomotorik dan kognitif – sambil terus mengendalikan menjamin
proses belajar berlangsung di semua sudut ruangan dan terevaluasi (Autenthic
Assesment). Para pelajar tahu guru memegang teguh prinsip penilaian Quantum
105
“Hargai setiap usaha sekecil apapun dan rayakan bersama siswa,” sehingga
mereka hanya berlomba melakukan yang terbaik bagi kelas, kelompok dan
dirinya. Setelah memahami isi, para siswa yang belajar lebih cepat tak sabar lagi
menunggu diminta guru mendemonstrasikan perolehan belajarnyanya, untuk
dinilai. Apa yang harus dilakukan guru? Beri kesempatan anak-anak yang cerdas
itu “mengulangi” pelajaran dengan caranya sendiri ! Teman sekelas sedang
belajar dari anak cerdas, model Tutor Sebaya. 120
Merekatkan Hasil belajar cepat (Refleksi)
Pengulangan Pasif: Seakan semua tahap sudah dilalui, ternyata baru
setengah jalan walau waktunya tinggal 1/3, saatnya memberi waktu membaca
rangkuman dengan cepat, setelah itu guru diam, siswa hening tetapi otak mereka
makin membara segera menata ulang pokok-pokok pelajran di otak dan buku 125
catatannya. Mereka menjalani sendiri sendiri lorong-lorong memori dalam
otaknya, melakukan refleksi imajinatif yang merekatkan pelajaran. Ingatlah
bahwa otak merekam semua sejak dari awal, sekalipun belum mencapai pusat
sadar; ia dapat menerima, belajar, menyerap, mengolah dan menafsirkannya
sendiri. Ketika benar-benar terfokus tenang tanpa gangguan, nafas lebih lambat,
kadar O 2 darah naik, sel-sel otak menyala-nyala dan lebih efisien selama otak 130
dengan tenang mengulang-mengolah-menysusun semuanya. Guru dapat
membantu menggunakan metafora dan suggesti yang menenangkan pikiran
membawa siswa ke titik/kondisi alfa, hingga otak mereka benar-benar berada
pada puncak efektifitas dan efisiensi terbaiknya.
140
sistem belajar cepat di semua kelas semua sekolah semua lini pendidikan; dunia
dimana kita mengharapkan melahirkan generasi anak-cucu kita. Para siswa
melihat diri mereka dapat memikul tanggung jawab pribadi, mampu meraih
pilihan-pilihan positif dalam kehidupan ini; dari pada menjadi korban arus
perubahan pola hidup yang tak berdaya; mereka punya kesempatan dan
kemampuan untuk memilih menjadi pemenang.
Catatlah nomor baris yang terakhir anda baca selama satu menit dan kalikan dengan sembilan.
Dan jika anda memahami apa yang anda baca maka itulah kecepatan membaca anda.
Berlatihlah terus. Anda pasti bias, harus bias, bisaaaa!!!!!
Buatlah skenario kegiatan belajar berupa detail kegiatan siswa dan guru, dengan kerangka
sbb;
Tumbuhkan ; (Pendahuluan dan Motivasi) Pikat diri mereka, libat sertakankan mereka,
dan puaskan perasaan AMBAK… mereka. Penyertaan menciptakan jalinan
kepemilikan dan saling pengertian, antara sesama siswa, juga guru. Belajar menjadi
lebih mudah dan menyenangkan.
Alami ; (Pengantar Pengalaman Belajar) Berikan pengalaman belajar awal dan
mamfaatkan has-rat alamiah otak mencari tahu dan menjelajah. Mamfatkan
pengetahuan dan keingintahuan siswa Cara, kegiatan atau permainan apa yang dapat
memfasilitasi “kebutuhan mengetahui’ siswa !!
Namai ; (Pemberian Imformasi) Pada saat gairah dan minat mereka memuncak, tepat
saatnya anda berikan ‘DATA’ secara akurat, singkat dan padat. Berikan waktu mereka
hening, merefleksi pengalaman belarnya. Saat ini otaknya memberi nama dan makna
tentang apa yang dipelajarinya.Pengalaman sebelumnya, hasil belajar dan data akurat
dari anda terkait secara bermakna di oatak.
Demonstrasikan ; (Pengalaman Belajar Inti) Buka kesempatan semua siswa
memperlihatkan, menerapkan, dan menjelaskan apa yang baru saja dimaknai dari
pengalaman belajar awal, atau belajar dengan cara lainnya, Disini merekalah pemeran
utama. Anda menilai proses belajarnya.
Ulangi ; (Rangkuman dan Evaluasi Diri) Untuk merekatkan keseluruhan pelajaran,
perlu dilakukan perulangan dengan cara yang berbeda dari awalnya. Perulangan harus
multi kecerdasan dan modali tas. Berikan soal atau test lainnya, biarkan siswa mengajarkan
perolehnya pada teman.
Rayakan ; (Penutup dan Afirmasi) Penghargaan, pengakuan dan dukungan atas usaha mereka belajar,
prestasi setiap orang. Cara apa yang sesuai merayakannya, aplaus, nyanyi bersama? Perayaan
merampungkan semuanya.
Kami melampirkan kerangka skenario pembelajaran untuk memudahkan anda merencanakan belajar
Quantum.
Anda harus berani dan mau memulai apa yang baru sajka anada pelajari, mulai sedikit dari mana saja
yang anda kuasai atau tertarik. Kami yakin Anda Pasti BISA!!!
Pert. Ke
Jumlah Jam : Tgl.
;
Sesi (Sub Sesi) Aktivitas Guru Aktifitas Siswa Alat Bahan Wakti
Media Menit
Musik
umbuhkan :
Bagaimana saya dapat
menarik minat
mereka? Apa yang
dapat memu-askan /
menjawab AMBAK
mereka?
lami :
Apa yang harus
mereka kejakan
sebagai pengalaman
belajar. Agar
mengerti.
amai ;
Apa lagi yang mereka
perlukan?
Data, imformasi
singkat ?
emonstrasikan :
Bagaiamana agar
mereka bisa
MENUNJUKKAN
apa yang mereka
ketahui? Lihat ini !
langi :
Bagaimana cara
lainnya, agar siswa
MEMATRIKANNYA
Dalam ingatan
mereka? Aku
tahu..aku tahu……
Oh begini nih..!
ayakan :
Bagaimana agar setiap
ORANG dan setiap
USAHA diakui dan
dihargai.
Aku bisa…. Aku
berhasil ………!!
Salah satu hal yang dihadapi guru dalam pembelajaran adalah kurangnya minat dan
motivasi siswa untuk belajar di kelas. Seringkali siswa mempraktikkan “multiple D”
yaitu datang, duduk, dengar, diam, dongkol dan dengkur. Mereka sering merasa
“terpaksa” datang dan menghabiskan waktunya di kelas.
Akhir-akhir ini mulai diperkenalkan suatu upaya pembaharuan pendekatan pembelajaran
yang disebut pembelajaran kontekstual. Menurut para pakar di Universitas Washington
(2001) Pembelajaran kontekstual ini merupakan integrasi dari banyak “praktik pembelajaran
yang baik”. Pembaharuan pendekatan dalam pendidikan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan relevansi dan manfaat pendidikan bagi seluruh siswa. Oleh karena itu melalui
pembelajaran kontekstual ini pemahaman siswa dapat lebih ditingkatkan.
dalam keterkaitan anatara apa yang dipelajari dalam kelas dengan kehidupan sehari-hari
siswa.
Dengan memilih konteks secara hati-hati siswa secara perlahan-lahan
digerakkan pemikirannya agar tidak berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja tetapi mengkaitkan aspek-aspek pembelajaran itu dengan
kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka dan lingkungan masyarakat yang
lebih luas. Pengalaman belajar siswa tidak dikotak-kotakkan dalam silabus yang
terpisah-pisah. Karenanya, guru memilih konteks dan merancang pembelajaran
yang kondusif untuk belajar yang terintegrasi (saling berkaitan), interdisipliner
(dipandang dari berbagai bidang ilmu), dan mencerminkan situasi kehidupan nyata.
2. Penerapan pengetahuan
Kemampuan untuk melihat bagaimana sesuatu yang telah dipelajari dapat
diterapkan juga pada lingkungan lain, serta bermanfaat pada saat sekarang atau
di masa yang akan datang.
3. Pemikiran tingkat tinggi
Para siswa dituntut untuk menggunakan pemikiran kritis maupun kreatif pada
saat pengumpulan data, memahami suatu issu, atau memecahkan permasalahan.
4. Kurikulum yang berhubungan dengan standar
Isi pembelajaran bersangkut-paut dengan beragam standard lokal, provinsi,
nasional, maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dengan
dunia kerja.
5. Responsif terhadap budaya
Guru sebagai pendidik harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan,
dan adat istiadat/kebiasaan para siswa, rekan pendidik maupun masyarakat
tempat guru mendidik. Berbagai budaya individu dan kelompok mempengaruhi
pembelajaran. Budaya tersebut maupun hubungan antar budaya berpengaruh
terhadap bagaimana seorang pendidik membelajarkan siswa. Ada empat hal
yang harus dipertimbangkan: individu siswa, kelompok siswa (kelompok kecil
atau seluruh siswa), kondisi sekolah, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.
6. Penilaian autentik
Pemanfaatan banyak strategi penilaian yang secara valid merefleksikan hasil aktual
pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dari para siswa. Hal tersebut dapat
mencakup penilaian terhadap proyek dan kegiatan atau kinerja siswa. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan portofolio, rubrik, daftar cek, maupun panduan
observasi, disamping mendorong siswa menjadi partisipan aktif untuk menilai hasil
melajarnya sendiri melalui jurnal belajar serta penggunaan tiap penilaian untuk
Tahukah anda perbedaan pendekatan lama dengan CTL? Atau anda sependapat dengan
orang awam yang mengatakan perubahan dalam pendekatan belajar itu hanya ganti kulit/
nama saja!?
Perbedaan antara pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional (behaviorisme
/ strukturalisme):
3. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya
(questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahuinya.
5. Pemodelan (modeling)
Belajar dan pembelajaran \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 47
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang
baru diterima.
Kompetensi Guru
Berdasarkan sejumlah pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi
kompetensi tersebut diatas maka konsep dari kompetensi guru
dijabarkan/diidentifikasikan ke dalam lima kompetensi dimana masing-masing
kompetensi tersebut dibagi lagi menjadi sub kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap
guru (Suryobroto dalam Sembiring, 2004:6):
1. Memahami landasan dan wawasan pendidikan:
a. Memahami landasan pendidikan, filosofis, sosiologis, kultural, psikologis, ilmiah
dan teknologis.
b. Memahami asas-asas pokok pendidikan.
c. Memahami aliran-aliran pendidikan.
d. Memahami teori-teori belajar.
e. Memahami perkembangan peserta didik.
f. Memahami pendekatan sistem dalam pendidikan.
g. Memahami tujuan pendidikan nasional.
h. Memahami kebijakan-kebijakan pendidikan nasional.
i. Memahami kebijakan pendidikan di tingkat/jenjang pendidikan tempat mengajar.
2. Menguasai materi pembelajaran.
3. Menguasai pengelolaan pembelajaran:
a. Mampu mengidentifikasi karakteristik peserta didik.
b. Mampu mengembangkan perencanaan pembelajaran.
c. Mampu mengembangkan materi pembelajaran.
d. Mampu mengembangkan metode, media, dan sumber belajar.
e. Mampu menentukan strategi pembelajaran.
f. Memiliki keterampilan dasar-dasar pembelajaran; menerapkan sistem, pendekatan
dan metode belajar yang bervariasi.
g. Mampu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sesuai
dengan tujuan dan karakteristik pelajarannya.
4. Menguasai evaluasi pembelajaran:
a. Menguasai konsep dasar evaluasi.
b. Mampu memilih dan mengembangkan metode evaluasi sesuai tujuan pembelajaran.
c. Mampu mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran.
d. Mampu melaksanakan evaluasi, pensekoran dan interpretasi hasil evaluasi.
e. Mampu menggunakan hasil-hasil evaluasi untuk kepentingan tindak lanjut
pembelajaran.
5. Memiliki kepribadian, wawasan profesi, dan pengembangannya:
a. Memiliki sikap, nilai, moral dan berperilaku sebagai pendidik.
b. Memiliki integritas dan dedikasi sebagai pendidik.
c. Memiliki komitmen terhadap pengembangan profesi, untuk terus meningkatkan
kinerjanya.
d. Mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan secara efektif dalam forum ilmiah.
e. Menguasai metodologi penelitian dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk
kepentingan pembelajaran.
f. Mampu mengadopsi dan mengembangkan inovasi-inovasi baru bidang pendidikan.