You are on page 1of 53

Citacitaku

Belajar dan
Pembelajaran
Cepat

M Sitorus, SPd
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Belajar
Dan
Pembelajaran
Cepat

O
L
E
H

M Sitorus

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 2


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Otak dan Belajar

Otak akan bekerja/belajar secara maksimal untuk hal-hal yang bermakna,


menyangkut kelangsungan hidup, masa depan, menyenangkan, dan
“membebaskan”. Otak lebih efisien dalam belajar jika didorong oleh
proses pencarian koneksi dalam otak itu sendiri. Kerja otak demikianlah
yang mendorong munculnya keingintahuan, dari apa yang sudah diketahui
sebagian.
(Terciptanya motivasi belajar)

Belajar berati menggunakan dan mempekerjakan otak, belajar sekaligus


meningkatkan struktur fisik otak dan mengembangkan fungsi-fungsi otak.
Otak memamfaatkan strukturnya yang terbangun pada proses belajar
terdahulu untuk mempercepat proses belajar berikutnya, terutama jika
keduanya menunjukkan adanya hal keterkaitan, kesamaan, perulangan dan
penjenjangan.
(Melibatkan pengetahuan / pengalaman sebelumnya)

Otak kita merupakan pusat pengolahan data dan informasi dan sekaligus
sebagai tempat penyimpanan imformasi dalam bentuk koneksi imfuls bio-
elektik yang sangat kompleks. Otak bekerja dengan pola dasar yang khas :
stimulus (dari luar dan dalam tubuh)  Organ penerima (organ receptor)
 saraf sensoris  otak (assosiasi, koneksi, persepsi, konsep)  saraf
motoris  organ effektor (otot)  Respon tubuh (tanggapan)
Pola kerja otak tidaklah selalu linier seperti digambarkan yang diatas,
melainkan bersifat acak dan random. Dalam proses belajar otak
menyimpan, mengolah dan membangun sendiri struktur kognitif yang
terdiri dari stuktur imfuls berupa assosiasi, koneksi dan persepsi yang
diakomodasi kedalam memori berupa konsep-konsep bermakna.

Gunakan otak agar potensi berkembang atau abaikan , akan menyusut Otak
anda memiliki potensi yang sama dengan Albert Einstein

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 3


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

A. Masa belajar Balita yang menakjubkan


(Holistic Learning)
Apakah anda setuju dengan pernyataan “ masa balita Anda sebagai masa belajar yang paling
menakjubkan”? Kalaupun kita tidak ingat secara obyektif masa balita kita sendiri, dengan
memperhatikan bayi secara seksama kita akan memperoleh gambaran utuh tentang cara belajar
kita semasa bayi. Bagaimana bayi belajar diawal kehidupannya? Tanpa bahasa formal dengan
segala keterbatasan fisik, keterbatasan pandangan (visual), bayi dalah pembelajar otodidak yang
luar biasa dan holistik (menyeluruh), melalui indra perasa, peraba, pendengar dan bayang bayang
semu disertai dengan rangsangan kinestetik bayi belajar segalanya tentang hidupnya, merespon
segala perubahan di sekitarnya (fisik, mekanis dan emosional) dengan cara yang ditemukannya
sendiri.
Bayi mengenali ibunya, menafsirkan suasana sekitar yang sedih, gembira, gaduh, sepi dan
lainnya. Sementara itu kemampuan visualisasinya berkembang terus mengenali wujud dan ruang,
terang dan gelap, kemudian mulai membedakan warna. Tangan dan kakinnya aktif bergerak ingin
menggapai apa saja yang dapat di indra, gerkan-gerakan tubuhnya terus memberi infut kinestesis
yang sangat menunjag proses pencarian dan belajarnya.
Bayi memulainya dengan ketakjubannya terhadap sesuatu.
Lihatlah ketika tangan bayi mendapat “mainan” baru, perhatikan dengan seksama apa yang
dilakukannya ? Memesukkannya kemulut ! Ia ingintahu rasanya, permukaanya, kekerasannya. Ia
mengangkat, mengoyang-goyang, mencoba bunyi yang di timbulkan atau gerakan benda itu,
mendekatkan ke telinga, melempar atau mebantingnya berharap benda itu memperlihatkan semua
sisi kebendaanya untuk diamati dan diselidiki secara seksama. Lalu ia coba mencopot bagian
bagiannya dan mengamatinya satu demi satu. Ia sedang meneliti / mempelajari mainan itu secara
menyeluruh termasuk bagian-bagian penyusunnya; Menggunakan Triall and error demi
pengalaman baru, petualangan, dan pencarian tanpa akhir.
Suatu tepukan yang “mendukungnya” setelah pekerjaan penelitiannya usai semakin
menambah energi otaknya meneruskan aksi peneliatianya terhadap benda itu secara menyeluh,
dan keinginannya mengetahui yang lain terus mengalir dengan bebas membuat ia mencoba
segalanya. Ia tidak pernah berhenti belajar dan tidak takut “gagal” . Dalam pikirannya tak ada
kata “gagal”. Kemudian ditinggalkan, suatu waktu penelitiannya diulangi dan diteruskan. Pada
setiap kesempatan, bayi itu mengulang pelajaran yang belum selesai dan mencoba segala
kemungkinan yang menghalangi “tekadnya” mengetahui sesuatu. Dari kesalahannya ia belajar
cepat dan lebih banyak.
Proses penelitian bayi seperti diatas berjalan secara alamiah, acak, menyeluruh, kita namakan
Holistic Learning yang merupakan cara efektif dan alamiah untuk mempelajari sesuatu. Otak
seorang anak sambil terus mengalami “pembangunan secara bio-fisik” dalam proses pematangan
sel-sel otak, mampu menyerap berbagai fakta, ciri, pola, sifat-fisik dan kerumitan bunyi yang
kacau penyusun bahasa manusia.
Semua imformasi itu diserap dan diproses dengan cara yang menyenangkan dan bebas strees.
Hasil yang Menakjubkan!! Apa yang mebuat bayi-bayi yang lahir normal dan sehat begitu sukses
belajar? Memang, sangat mungkin OTAK anda semasa bayi memiliki potensi yang sama dengan
otak Albert Einstein, sebagaimana kebanyakan bayi lainya. Otak bayi kita memang memiliki
potensi yang luar biasa dan harus digarap, dirawat dan terus dilatih untuk mencapai puncak
kecerdasan tingkat tertinggi.
Rasa ingin tahu, tidak mengenal kata “gagal” dan sel-sel saraf yang sedang tumbuh adalah
karunia yang diterima semua bayi normal dan kemungkinan besar termasuk Anda di masa lalu,
ini adalah faktor internal milik hampir semua orang. Proses belajar bayi juga didukung oleh
kebebasan, besarnya umpanbalik positif (misalnya perhatian), rangsangan dari lingkungan
termasuk model yang tersedia sebagai teladan, nutrisi, fasilitas, pengalaman dan kesempatan;
memberi pengaruh penting. Agaknya faktor eksternal ini lebih positif di masa balita kita
dibandingkan dengan masa-masa usia belajar formal (usia sekolah).
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 4
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

B. Dukungan dalam belajar


Marialah kita cermati tonggak-tonggak pembelajaran kanak-kanak usia prasekolah umunya
anak normal dan sehat; Anda mungkin sangat mirip anak semacam ini dulunya. Belajar duduk
kemudian merangkak, berdiri dan berjalan – suatu proses yang amat rumit baik secara fisik
maupun mental yang sulit dijelaskan dengan kata-kata dan sekan mustahil diajarkan sekalipun
dengan metode demonstrasi. Walau berkali-kali jatuh bangun bayi tak pernah menyerah dan tak
pernah merasa gagal sekalipun anda tersandung bahkan terluka. Mengapa Begitu?? Dengan
mengerahkan segala potensi dalam dirinya bayi terus belajar terutama dari “kesalahanya”. Bayi
tidak perlu bantuan penjelasan melalui semua ini melainkan hanya dukungan terus-menerus.
Tetapi Anda dan kebayakan bayi lainnya berhasil merayakannya dalam Ulang Tahun
Pertama, Anda dapat melangkahkan kaki penuh kebanggaan dan kegembiraan menerima “piala”
tepukan meriah dari wajah bahagia tokoh-tokoh penting dalam sejarah hidup Anda (anggota
keluarga besar). Jadi, ketika Anda mencoba bejalan kemudian jatuh, Anda coba lagi dan ter-
sandung, anda belajar dan belajar lagi, coba dan mencoba lagi bejalan. Mengapa anda teruskan ?
Jawabannya : 1. Tidak mengenal konsep mengenai kegagalan. 2. Tekad dan keinginan. 3.
Dukungan orangtua Anda yang meyakinkan bahwa jika anda terus berusaha Anda pasti berhasil
dan 4. Model, ada orang lain yang sudah berjalan. Semuanya itu mendorong anda melakukannya
dengan tulus penuh keyakinan. Kecepatan belajar anda lebih terpompa lagi ketika setiap usaha
anda sekalipun tersandung, mendapat pujian dan penghargaan dari “supporter alamiah” anda ,
lebih-lebih keberhasilan sekecil apapun diakhiri dengan kegembiraan dan tepukan perayaan
segenap anggota keluarga. Anda mendapat tambahan energi dan spirit untuk lebih berhasil lagi.
Metode belajar apakah ini ??? Learning by Doing.
Anda berhasil mencapai prestasi belajar yang menakjubkan berkat kekuatan pikiran anda
yang luar biasa ditambah dukungan positif yang besar pada tahun awal kehidupan Anda. Tahun
Pertama: berjalan, selanjutnya berlari dan melompat, melejit semakin kuat dan cepat. Anda
beruntung memiliki itu semua. Selamat !!!!
Tahun Kedua : Dari apa yang anda pelajari tentang bunyi dan suara berkat dukungan dan
perayaan setiap kepingan keberhasilan anda berkomunikasi, disini anda mulai bekomunikasi
dengan bahasa. Anda ditopang semua anggota keluarga menirukan - berkomunikasi menggunakan
gaya bahasa cilik Anda - memompa keyakinan anda belatih dan belajar terampil berbahasa. Disini
anda tak perlu buku tata bahasa atau ceramah ahli tata bahasa atau yang sejenis. Sebelum ulang
tahun ketiga anda sudah dapat berkomunikasi cukup baik dengan seisi rumah. Keterampilan
bahasa ini anda pelajari secara alamiah dan menakjubkan. Jika di rumah atau lingkungan anda
multi bahasa, anda terampil menggunakan dua atau tiga bahasa dengan lancar sebelum usia anda
yang ke Lima. Menakjubkan bukan?? Bagaimana itu bisa terjadi?? Metode belajar anda saat itu
Learning by Practice and Modelling, didukung khasanah dan asset kebahasaan (praktis) yang ada di
sekitar anda.
Sebagaimana orang pada umumnya pebendaharaan kata Anda pada ulang tahun kelima telah
mencapai 90% dari semua kata yang biasa digunakan sepanjang hidup anda, kecuali bahasa
asing.
Dengan penuh keriangan dan kebebasan selanjutnya anda mulai memahami Warna, ruang,
serta logika awal secara lebih intensif dari yang sudah anda pelajari ditahun ketiga sebelumnya.
Semua ini lebih bayak anda temukan di tempat belajar baru; “komunitas bermain”. Anda mulai
menghadapi pelajaran sosial pertama beserta semua tantangan dan nuansanya, simpulnya
””mengasyikkan” -Learning in playing.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 5


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Sejauh tahapan ini proses belajar mendapat dukungan yang cukup, umpan balik yang selalu
positif dan rangsangan lingkungan; anak “merasa” berhasil mewujudkan kondisi yang paling
ideal untuk belajar apa saja dan kapan saja.

Pada usia enam atau tujuh tahun : Anda mulai memdalami pelajaran baru: simbol dan
membaca.. Membaca, kenyataanya menjadi tugas belajar yang paling sulit. Menghubungkan
symbol-symbol artifisial tertentu dengan makna dan aturan bunyi bahasa tertentu, dengan pola
dan dalil tertentu. Bidang ini menjadi garapan pertama otak kita yang bersifat non alamiah, saat
nya anak membutuhkan dukungan dan dorongan yang paling besar. Selain sulit, pelajaran
membaca itu merupakan tonggak besar dalam pembelajaran seumur hidup.
Berkat kerja keras Anda dan kekuatan otak yang luar biasa serta semua dorongan alamiah
yang terpupuk sejak lama, semua ini dapat Anda lalui. Faktor lingkungan belajar anda pun disini
mulai bergeser secara fundamental, dari imformal mengarah formal. Lingkungan belajar formal
mulai meperkenalkan keteraturan dan ikatan yang tak terelakkan. Intervensi orang lain dalam
pembelajaran semakin kuat dan bersifat mengikat pula. Awalnya ikatan ini tak menghalangi
Anda, karena minat alamiah anak akan situasi baru, komunitas baru, dan keyakinan akan
keberhasilan menghadapi tantangan baru. Variasi dan adanya hal baru menjadi sandaran
harapan baru mendorong percepatan proses belajar ditahap ini.

Sayangnya dukungan yang dibutuhkan di usia ini sering menurun drastis pada anak tertentu,
seiring dengan itu perayaan semakin jarang bahkan umpan balik negatif mulai bermunculan,
yang serta merta menurunkan kecepatan belajar anak.

Pada suatu hari Guru anda berkata : “Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini?” Anda
dengan yakin mengacungkan tangan dan didorong hasrat “kejuaraan” tak sabar menunggu, sedikit
gelisah hingga ahirnya nama anda disebut untuk menjawab. Dengan penuh keyakina anda
menjawab:”.......”. Lalu anda melihat air muka guru anda berubah, anda jadi penasaran, kemudian
ia berkata :

“öh.. Tidak.., kamu salah nak!” atau “Kenapa jawabanmu begitu..? Bukankah tadi sudah
diterangkan? “ atau “Hei.... Apa kamu tidak mengikuti pelajaran tadi? Ha...!”
Sementara anda sedang berusaha mencari alternatif lain, Anda dengar beberapa teman
mentertawakan, dan anda makin kacau jadinya.
“Heran....saya, kamu tak mengerti juga!” Lanjut guru anda; segera benteng percaya diri anda
goyah, benih keraguan mulai tertanam dalam diri anda.
Tidak Cuma anda, banyak Anak mengalami hal semacam itu, di sekolah atau di rumah dan
bagi kebanyakan orang menjadi awal pembentukan citra diri negatif, keraguan membuat orang
menjaga diri menarik diri dari risiko secara lambat laun.
Komentar negatif atau kritik sering diterima anak setiap hari. Suatu penelitian menunjukkan
hasil mengejutkan, bahwa setiap anak mendapat rata-rata 50 komentar atau kritik negatif dan
hanya mendapat 10 komentar positif setiap harinya. Jika hal ini benar-benar terjadi secara
kontiniu, tentu sangat berbahaya. Belajar menjadi beban yang berat bukan lagi kesenagan dan
kebutuhan alamiah. Kemandekan belajar yang pemanen benar-benar jadi kenyataan, dimana
anak-anak secara tidak sadar menutup pintu belajar alamiahnya. Mengingat / mendengar kata
belajar itu sendiri, anak-anak menjadi tegang dan cemas, apalagi menghadapi Tes / Ujian
pelajaran.
Keadaan ini akan menghambat energi untuk belajar ke otak, menyibukkan otak dengan
kecemasan, selanjutnya otak mengabaikan belajar sebagai santapan kebiasaan alamiah otak anak
normal sebagaimana otak Anda pada masa balita.. Aduh !! Bagaimana mengembalikan otak
balita kita? Otak Einstein yang dulu kita punya,?!

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 6


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

C. Anatomi Kecerdasan Otak


Sebelum kita mendapatkan jawaban “Cara mengembalikan -masa keemasan belajar- otak
balita yang menakjubkan”,ada pertanyaan baru; Bagaimana otak tumbuh dan berkembang?
Adakah pembagian wilayah kerja dalam otak? Dimanakah pusat kecerdasan yang menetukan
kesuksesan belajar apa saja pada balita itu? Dengan memahami struktur/fungsi otak secara
fisiologis&psikologis tentu akan sangat membantu kita memahami pola kerja otak dalam belajar.
dan ......Bagaimana mendorong otak anak didik berfungsi seperti masa balitanya? Dapatkah
Fungsinya dipulihkan?

1. Triunie ( tiga dalam satu )


Menurut Paul MacLean,DR otak terdiri dari tiga bagian penting yang berhubungan dengan
proses belajar hidup, sejalan dengan tahapan evolusi pembentukan otak,; Batang Otak atau otak
Reptilia, Sistim Limbik atau otak Mammalia, dan Sistem Neokoteks atau Feriferal. Masing
masing otak tumbuh pada waktu berbeda selama masa embrio dan memiliki fungsi yang berbeda-
beda.

1. Otak reptilia ( batang otak) terbentuk lebih awal, berperan ; motor sensorik (keluar masuknya
rangsang dari/ke otak) , gerak repleks, respon segera (hadapi atau lari)
2. Otak Mammalia (sistem Limbik) terbentuk setelah otak reptilia, fungsi: perasaan/emosi,
Bioritmik (pusat saraf tidak sadar yang mengatur fungsi seluruh tubuh), Kekebalan tubuh,
penyimpanan MEMORI.
3. Neokorteks terbentuk terakhir, fungsi sebagai pusat persepsi dan penalaran, perilaku waras,
logika dan Bahasa. Sebagai pusat kesadaran semua proses belajar biasa di olah di sini.
Hasil persepsi neo korteks secara selektif berdasarkan kekutan dan intensifikasi rangsangan yang
menonjol ditransfer ke otak tak sadar kita menjadi memory di “otak mammalia”. Imformasi dan
pemahaman yang tersimpan di memori dapat dibangkitkan lagi ke daerah Persepsi (proses
Mengingat) di otak periferal (Neokorteks) untuk mengalami rekonstruksi berupa perubahan,
penambahan, dan perluasan, dan dapat tersimpan kembali ke otak mammalia dalam bentuk
Pengalaman Belajar menuju memori. Pengalaman ini memasuki lapisan Emosi dan bioritmik,
oleh karenanya pengalaman ini berpengaruh dalam kehidupan seseorang sebagai “Pembelajaran
bermakna” dan bertahan lama.
Sebagian lagi energi otak dari neokorteks membentuk Respon / tanggapan berupa rangsangan
keluar menuju oatak reptilia, dari sini diteruskan ke alat alat tubuh motorik seperti Mulut, Mata,
kulit, otot penggerak dan organ tubuh lainnya. Sebaliknya, proses belajar yang kurang intensif
pengolahannya di neokorteks tidak masuk ke otak Mammalia (Memori), sekalipun menghasilkan
respon keluar. Penagalaman semacam ini “Kurang Bermakna” dan segera terhapus/dilupakan.

Urutan perkembangan fungsi ketiga bagian otak (TriUnie) itu saling berkaitan :
Fungsi sensorik-motorik berkembang melalui indra brupa kontak langsung dengan
lingkungan. Hingga usia empat tahun potensinya telah berkembang hingga 80%. Berate hamper
tuntas. Dicirikan ketrampilan gerak, pandangan 3 dimensi, mendengar dan kinetesis tubuh.
Selanjutnya adalah pengutan olah gerak dan ketangkasan.
Fungsi Emosional dan Kognitif berkembang melalui pengalaman bermain, meniru model dan
membaca cerita. Potensi aspek ini terus berkembang pesat hingga usia enam tahun, selanjutnya
kecepatannya sangat dipengaruhi kekayaan lingkungan belajar individual.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 7


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Kecerdasan tingkat tinggi, Kreatifitas dan Intusi yang dianggap sebagai puncak belajar
berkembang berbasis multi fungsional dari perkembangan fungsi otak sebelumnya (sensorik-
motorik, emosional, dan kognitif) jika dapat dirawat terus dengan dukungan dan anak sehat
secara sosio-emosional. Kondisi lingkungan belajar dan suasana yang bebas tekanan juga
menentukan perkembangan otak yang paling menakjubkan ini.

Pada dasarnya setiap anak normal, rata-rata pada usia 5 s/d. 7 telah mencapai perkembangan
kecerdasan dasar yang diperlukan hasil kerja otak dari ketiga bagian dasar tadi, yaitu (Sensorik-
Motorik, Emosional dan Kognitif).
Dengan merawat dan mendukung konsep dasar belajar kita seperti masa balita kerja otak
akan terus berkembang secara dahsyat dan terus melejitkan kecepatan belajarnya hingga titik
yang tak terduga, tanpa harus dihambat pertambahan usia.(Benarkah??!) Setiap saat pikiran kita
memperoleh informasi baru yang apabila digunakan secara teratur dan terlatih akan mempertajam
daya jelajah belajar otak kita. Pertambahan usia seharusnya merupakan faktor positif untuk
perkembangan mental dan percepatan belajar, sebagai konsekuensi logis perkembangan
sebelumnya berfunsi sebagai tambahan modal perkembengan berikutnya.

Pikiran menyimpan segala sesuatu dan hanya


mengingat apa yang diperlukan dan apa yang

berarti dalam kehidupan.

Pemahaman terhadap sesuatu (konsep) secara unik


dan spesipik dibangun didalam pikiran, bukan

didatangkan dari luar.

Bukan sepeti rumah, konsep dibangun secara bertahap dari


potongan-potongan imformasi dan rangsangan, tidak bisa
“dibeli” dalam wujud barang jadi atau ditransfer bulat-bulat.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 8


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

2. Cara Berpikir Otak kanan dan Otak Kiri


Karena selama ini kita lebih banyak ber-orientasi
pembelajaran otak kiri terlalu jauh, untuk mengimbanginya
mau tidak mau saatnya kita harus berorientasi “oatak kanan
lebih jauh”. Paradigma belajar harus berubah.
Menghadirkan kondisi dan suasana belajar bayi kedalam
kelas. Guru harus lebih banyak belajar bersama murid
(Belajar bagaimana belajar) daripada mengajar menjejali
imformasi kepada murid. Memberi keleluasaan siswa
menemukan - membangun sendiri cara / metode belajarnya
dan pemahamannya
Digitally signed by
Marubat S
DN: cn=Marubat S, o=SMK
N 1 Laguboti, ou=Guru,
email=pantunsit@yahoo.c
om, c=ID
Date: 2010.05.31 12:43:39
+07'00'

Berikut ini gambaran ringkasnya :

Otak Kiri Otak Kanan

Berpikir logis dan rasional (cenderung Berpikir acak(random) dan intuitif


dibatasi akal sehat) (Berani mencoba yang tak terduga)
bekerja Sekuensial dan linier
Bekerja acak tidak teratur dan holistik
(Mengutamakan keteraturan dan sering
(menyeluruh).
mengabaikan kemungkinan lain)

Hasil berupa expressi verbal, menulis, Expressi nonverbal: Emosi, perasaan milik,
keteraturan, assosiasi- auiditorial, fonetik dan Visualisasi, bentuk / ruang, seni, kesadaran
simbolisme, elemen fakta, membaca. spasial, , dan kreatifitas sastra

Bersifat deduktif, mengandalkan pengalaman Bersifat Induktif, memamfaatkan segala


masa lalu sesuatu yang sedang dihadapi.

Berpikir intuitif = Ktitis; Kreatif; Produktif


Berpikir logis = Analitis; Strategis; Vertikal
dan Lateral

Secara anatomi kasar otak kita yang terdiri dari tiga bagian itu, terbagi dua belahan kiri dan
kanan. Masing masing belahan betanggungjawab mengkoordinir bagian tubuh secara menyilang.
Selaiin itu “otak kiri”dan “otak kanan” memiliki spesialisasi cara berpikir masing-masing
sekalipun dalam beberapa hal ada pertukaran antara keduanya atau pesilangan fungsi.

Awal kehidupan kita sangat banyak bergantung pada kemampuan otak kanan untuk
memuaskan pencarian kita tentang segalanya. Keingin-tahuan kita membawa otak kanan bekerja
memberi pengalaman yang besar untuk berani hidup dan memahami hidup secara intuitif mencari
wujud dan pemahaman tentang sesuatu secara acak menyeluruh. Dimbangi pola pikir otak kiri; di
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 9
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

usia kanak-kanak mulai belajar keteraturan, logika dan rasional, sehingga kita masih punya
kesempatan memikirkan detail sesuatu, tahapan dan kehatihatian.

Mengapa harus otak kanan?


Ketika kita memasuki pendidikan lembaga pendidikan formal oatak kiri kita terus dipacu,
sementara otak kanan mulai terabaikan. Hilangnya keseimbangan ini menghasilkan hambtan
signifikan dalam proses belajar secara alamiah.Tiada lagi pembelajaran yang menakjubkan, bebas
penuh permainan dan kesenangan dalam pencarian yang kreatif. Kita tumbuh cenderung ber “otak
kiri” menjadi pembelajar yang kaku dan kurang keberanian. Mengutamakan kemapanan,
kepastian keteraturan dan hal-hal verbal. Belajar itu menjadi terasa kering, jauh dari kebebasan,
abstraksi, miskin intusi dan kreatifitas.
Itulah sebabnya ahir–ahir ini dunia pendidikan internasional berusaha merepormasi cara-
cara pembelajaran lama yang lebih menitik beratkan berpikiran otak kiri ke pembelajaran yang
mengarah pengembangan otak kanan. Penomena Pendidikan condong otak kiri - mengorbankan
otak kanan, telah menjatuhkan citra pendidikan itu sendiri, LULUSan berprestasi tak dapat
dikorelasikan dengan kesuksesan dalam menghadapi kenyataan hidup. Kini saatnya cara berpikir
otak kanan kita hadirkan kedalam kelas dalam porsi yang lebih besar.
Sangat menguntungkan memiliki perkembangan otak Kiri dan otak kanan yang seimbang,
sehingga otak selalu cukup pilihan cara berpikir yang terbaik dalam belajar berbagai hal yang
berbeda. Kombinasi keduanya mebuat Konsep : “Siapa saja dapat belajar apa saja, kapan saja
dan dimana saja” menjadi sangat mungkin terjadi.
Karena selama ini kita banyak berorientasi membelajarkan otak kiri terlalu jauh, untuk
mengimbanginya mau tidakmau saatnya kita harus berorientasi “oatak kanan lebih jauh”.
Paradigma belajar harus berubah. Menghadirkan kondisi dan suasana belajar bayi kedalam kelas.
Guru harus lebih banyak belajar bersama murid daripada mengajar menjejali imformasi kepada
murid. Memberi keleluasaan siswa menemukan-membangun sendiri cara/metode belajarnya dan
pemahamannya.
Sesungguhnya, tidak ada orang normal yang hanya menggunakan otak kiri saja atau otak
kanan saja, melainkan kecenderungan /lebih condong ke salah satu belahan. Untuk
menyeimbangkan kecenderungan masyarakat terhadap otak kiri, pengalaman belajar perlu
dirancang melibatkan unsur-unsur khas otak kanan diantaranya: metode yang beragam,
pertukaran suasana tempat belajar, pengubahan tata-letak meja siswa, kejutan-kejutan baru,
menyertakan musik, unsur estetik, humoris, warna-warni, wewangian dan permainan. Kerja otak
kiri semakin baik pada saat otak kanan ikut terlibat.
Disamping itu, dukungan terhadap setiap usaha / partisipasi siswa (sekalipun hasil belajarnya
tidak tepat), perayaan keberhasilan siswa betapapun kecilnya, merupakan umpan balik positif
membangkitkan emosi positif yang merangsang efektifitas otak. Selanjutnya belajar memperoleh
tambahan energi dan motivasi, menjadi lebih mudah, lebih efisien dan efektif. Proses ini akan
membentuk siklus percepatan belajar yang menjanjikan. Jauh dari kata jenuh dan membosankan.

Cara dan metode belajar / mengajar yang paling kreatif


melibatkan ;

☺tak kiri 40% dan ☺tak


kanan 60%
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 10
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

3. Struktur Saraf dan Mamfaat Perulangan dalam belajar.


Keberhasilan belajar kita bersandar pada kemampuan otak kita. Volume otak manusia yang
besar itu ditopang kerja sel–sel saraf (neuron) membentuk daerah Korteks sebagai pusat koneksi
dan pengolahan imformasi. Korteks terdiri dari 12-15 juta neuron hanya menempati kurang dari
0,5 % keseluruhan volume tubuh kita. Neuron korteks ini mengalami penyambungan koneksi
dengan neuron-neuron lain di seluruh tubuh, sebagai sarana pemindahan data dan imformasi
berbentuk energi sinyal listrik yang disebut impuls.
Neuron memiliki cabang cabang yang mengalami vibrasi panjang (ibarat kawat listrik halus)
dinamakan dendrit. Stimulasi listrik diujung dendrit merambatkan energi listrik (impuls)
mengalir menuju badan sel saraf diteruskan ke ujung sel yang lebih pendek disebut Neurit. Dari
sini bisa terkoneksi ke dendrit sel saraf lainnya secara estapet, atau neurit langsung berhubungan
dengan organ tubuh pekerja (effektor)
Dendrit pada awal pembentukan sel saraf, ibarat kawat listrik telanjang didalam koneksi yang
amat rumit, namun seiring penggunaanya dendrit mengalami isolasi dari lapisan myelin sebagai
pembungkusnya. Setiap kali dendrit dilalui impuls, setiap kali pula pelapisan myelin bertambah,
sehingga fungsi hantaran imformasi semakin akurat dan cepat. Setiap perulangan imformasi akan
lebih mudah diserap otak dari ketika imformasi pertama kali diterima, karena perulangan
myelinisasi.
Perulangan berikutnya lebih mudah lagi, ketika mielin menjadi tebal koneksi sel-sel saraf
mampu beroperasi sendiri tanpa penekanan rangsangan dari luar otak. Pada tingkat ini imformasi
terus mengalami koneksi dan pengolahan di otak zona tidak sadar, sementara otak zona sadar siap
menerima imformasi dan perulangan imformasi baru. Perulangan yang paling efektif adalah
bentuk penganeka-ragaman wujud masukan untuk satu imformasi yang sama.
Contoh : Sebuah pabrik yang menerima sejumlah karyawan kejuruan baru, ingin memastikan
dalam masa uji coba mereka harus trampil bekerja. Seorang instruktur menjelaskan garis besar
pekejaan selama 20 menit saja. Lalu mereka ditunjukkan alat yang akan digunakan untuk diamati
selama 10 menit. Setelah istirahat, otak calon karyawan ini masih memproses pelajaran barunya.
Keesokan harinya mereka dibawa melihat lihat karyawan lama yang sedang bekerja dengan alat
yang sama.

Tahukah anda mengapa anak kecil sering meminta satu cerita


favorit diulang – ceritakan kepadanya beberapa kali secara
berselang?
Melalui pengulangan, sel-sel saraf menjadi termielinasi dan terhubung
dengan memori, memudahkan mengingat imformasi. Tanpa
pengulangan berkala myelin kembali menipis bahkan hilang. Mau
diapakan oatak anda? Digunakan ..... atau .... hilang lagi ?

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 11


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Ketika ada kesempatan salah satu calon karyawan sibuk bertanya dan meminta karyawan
mendemontrasikan pekerjaan itu, sementara yang lain tekun mengamati, merasakan gerakan alat
yang didemontrasikan. Semua berlangsung semakin mudah dan lebih cepat belajar. Ketika terjun
dilapangan terjadi pemahiran otomatis.
Jenis perulangan ini terdiri dari sederet kegiatan belajar yang bevariasi : mendengar/auditoris
– pengamatan/assosiasi – perenungan/refektif – demontrasi/kinestesis - bertanya/komunikasi dan
menjalankan/aplikasi 
pencapaian kompetensi minimal.
Semua hanya mengulang satu topik belajar, menjalankan alat.
Tahukah anda mengapa anak kecil sering meminta satu cerita favorit diulang – ceritakan
kepadanya beberapa kali secara berselang?Melalui pengulangan, sel-sel saraf menjadi
termielinasi dan terhubung dengan memori, memudahkan mengingat imformasi. Tanpa
pengulangan berkala myelin kembali menipis bahkan hilang. Mau diapakan oatak anda?
Digunakan ..... atau .... hilang lagi ?
Percaya.... tidak?! Belajar merupakan proses bebas usia dan tanpa batas pensiun kecuali mati
(Long life education). Kalau masih menyangkut otak, berlaku ungkapan “Use or disuse” gunakan
atau abaikan saja. Semakin sering oatak terangsang aktifitas intelektual dan interaksi lingkungan
semakin banyak jalinan antar sel-sel saraf anda, potensi intelektual andapun akan berkembang
pula tanpa batas, sukses dalam hidup menanti anda.

Ingatlah untuk selalu mengingat!!! Belajarlah untuk selalu belajar!!!


“Long life Education”
Para pelaku, perencana, dan pemikir pendidikan
terutama guru perlu menguasai konsep dan
teori-teori belajar yang sudah ada, dan
menemukan yang baru.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 12


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

D. Taksonomi Kecerdasan
1. Taxonomi Bloom

Secara garis besar Bloom membedakan tiga elemen/domain kecerdasan utama yang spesifik, yaitu;
1. Kognitif, sering dikaitkan sebagai kecerdasan akademik meliputi enam subdomain
secara bertingkat; Mengulang fakta /Ingatan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis,
Sintesis dan Evaluasi. (C1,C2, C3, C4, C5, C6)
2. Psikomotorik, lazim dikenal dengan keterampilan atau kecakapan khusus kejuruan,
dengan tingkatan gradual dari Imitasi (menirukan), Semirutin dan Keterampilan
gerak rutin (otonom).
3. Afektif meliputi unsur minat, sikap dan nilai/normatif.
Dalam jangka waktu yang teramat lama, taxonomi ini dianut dalam dunia pendidikan dengan
menitikberatkan aspek kognitif. Lebih jauh dalam penerapannya, penganut Bloom menganggap bahwa belajar
harus selalu dimulai dari Ingatan (Hafalan), secara teratur kejenjang Pemahaman, dan Aplikasi (terapan). Jenjang
kognitif yang lebih tinggi dianggap hanya untuk jenjang akademik yang lebih tinggi pula dan hanya dapat
dicapai murid tertentu. Hal ini sebenarnya lebih disebabkan cara belajar yang lebih condong bersandar pada
mengingat fakta dan belajar dengan cara menerima imformasi dari guru, sehingga anak sulit berkembang ke
jenjang kognitif yang lebih tinggi.
Pandangan terbaru dalam belajar harus bersandar pada terbentuknya pemahaman (C2) melalui kegiatan
belajar langsung dimana siswa belajar menemukan sendiri imformasi-imformasi berupa fakta-fakta kemudian
membangun sendiri “konsep” yang dipelajari sesuai pemahamannya (konstuktisme). Hal ini hanya mungkin
terjadi jika kegiatan belajar melibatkan: Pengetahuan sebelumnya, komunikasi dua arah, dan berlangsung
pembelajaran bermakna.
Dalam pandangan ini masing-masing ranah (domain) memerlukan cara belajar yang spesifik, melalui
proses belajar yang berbeda pula, produk belajar yang diharapkan dirinci dengan kata-kata kerja operasional.
Kesalahan terbesar seorang guru bila menganut paham kemapanan; anggapan terhadap adanya satu
metode belajar/mengajar yang jitu untuk beragam topik pelajaran, lebih baik dari semua metode yang ada.
Apalagi metode yang digunakan bertitik-berat pada metode ceramah dan dikte.

2. Taksonomi Kecerdasan ganda,


(Multiple Inteligencia; Dr. Howard Gardner.)

Manakah diantara orang berikut yang lebih cerdas? Albert Einstein, Michael Jordan, Maradonna,
Picasso, Margareth Tacher, Leonardo da Vinci, Michael Jackson, Mahadma Gandhi? Kalau jawaban
anda Albert Einstein, dalam hal apa ia cerdas? Mampukah ia mengalahkan Maradonna? Coba pikir
lagi yang lainnya. Kita terlalu dipengaruhi teori Binet dengan test IQ-nya, bahwa kecerdasan diukur
dengan tes kognitif akademik. Dengan test semacam ini akan mengelompokkan anak dalam kisaran
normal berupa kurva normal. Pola “lonceng” yang terpercaya ini juga kita terapkan dalam penilaian
siswa, -dengan segelintir anak mendapat nilai A-B, kebanyakan nilai C dan segelintir nilai D-E. Kini
dunia pendidikan mulai meninggalkan paham ini seiring dengan temuan seorang Psikolog kognitif
dari Harvard University, Dr. Howard Gardner – Kecerdasan Berganda,
Berbagai cara spesifik otak untuk mengetahui; begitu Howard Gardner menggambarkan
kecerdasan yang dapat dikembangkan pada manusia. Semua ragam kecerdasan itu telah ada sejak
lahir: Kecerdasan Linguistik, Logika matematika, Visual dan Spasial, Kinestetik, Musikal,
Intarapersonal, Interpersonal, Intuisi-Naturalis. Pengalaman belajar, kesempatan yang ada telah
membawa kita mengembangkan otak condong pada salah satu atau beberapa kecerdasan, dan lemah
pada bidang kecerdasan yang lain. Padahal, mulanya semua kecerdasan itu berkembang paralel dan
seimbang, menghasilkan citra belajar pada masa balita kita yang menakjubkan.
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 13
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Menurut Gardner, kecerdasan-kecerdasan itu saling menopang dan sinergis untuk mencapai
kecerdasan tertinggi yaitu intuisi suatu yang dianggap membawa manusia kedalam kreativitas tanpa
batas, otak dapat menangkap sinyal rangsang diluar kesadaran indrawi, mengolah data dan
mencetuskan ide cemerlang diluar jangkauan logika rasional dalam pikiran bawah sadar.
Gardner mengidentifikasi kecerdasan yang lebih tinggi dari sekedar -mengingat-memahami-
menerapkan, dia menamakannya “cara-cara mengetahui” yang dapat dikembangkan oleh otak
manusia. Mari kita tinjau sepintas, satu persatu;

a. Kecakapan Linguistik – Verbal (Bahasa ) berfikir dengan bahasa, mencakup kemahiran


berbicara, menulis, membaca, menghubungkan konsep dan menafsirkan.
Kata-kata, berbicara, mendengar, dialog, diskusi, lirik, puisi, mengeja, surat, pidato, makalah,
esai, buku adalah kawasannya.
b. Kecakapan Visual & Spasial berpikir dalam citra (image), gambar, dan ruang. Kecerdasan
ini melibatkan kemampuan otak memahami hubungan ruang, objek dan citra mental, secara akurat
mengerti pandangan dan pemandangan visual.
Menggambar, mencoret-coret, mensketsa, membayangkan, citra, grafik, desain, tabel, seni(rupa),
letak dan posisi, video, film, illustrasi.
c. Kecakapan Kinestetik-Badan berpikir melalui sensasi posisi dan gerakan fisik,
menghasilkan kemampuan mengontrol dan menggunakan gerak tubuh dengan mudah dan cekatan.
Menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah tertentu.
Menyentuh, indra peraba, merasakan, mencoba, menari, melompat, menggunakan alat / pesawat,
mensimulasikan gerak / proses, mengetahui posisi tubuh, membongkar/merakit, permainan,
berlakon/akting, dan olahraga.
d. Kecakapan Musikal & Ritmik berpikir dalam irama, tempo, melodi dan harmoni. Kerdsan
ini diawali dengan mendengar, mencoba menikmati, memahami, mengasosiasi sampai menggunakan
ritme dan musik, kemudian mengubah lirik, menggubah idiom baru (komposer).
Alat musik, menyanyi, bersenandung, mengetuk-ngetuk, melodi, nada, irama, tempo, dinamika,
kecepatan dan ketenangan.
e. Kecakapan Interpersonal (Sosial) berpikir melalui komunikasi dengan orang lain,
berinteraksi, membaca pribadi orang lain, menilai, memampaatkan,dan mempengaruhi.
Berkelompok, berbagi, menyayangi, rasa kemitraan, sosialisasi, adaptasi, berteman, partisipasi,
bekerja sama, mendamaikan, negosiasi, memotivasi, mengorganisasi, mempengaruhi dan
memimpin.
f.Kecakapan Pribadi (Intrapersonal) berpikir secara reflektif (perenungan) memahami diri sendiri,
menuju pengenalan dan kesadaran diri serta keyakinan sendiri. Proses berpikir reflektif memerlukan
keheningan dan “kekosongan”
Berdiam diri, meditasi, merenung, mencanangkan sesuatu, menilai diri, instrospeksi, menyendiri,
pengakuan diri, kesadaran potensi diri, keyakinan dan kepecayaan.
g. Kecakapan Logika–Matematika berpikir dengan penalaran rasional, melibatkan kemampuan
memecahkan masalah secara logika dan ilmiah disertai kemampuan matematis. Memamfaatkan alur
berpikir deduktif-induktif.
Menduga, bertanya, mengumpulkan fakta terkait, mengukur, membandingkan, mengelompokkan,
bereksperimen, mengorganisasikan fakta, menyusun prosedur, skenario, logika deduktif-induktif ,
meramalkan/memprediksi, memutuskan.
h. Kecakapan Naturalis berpikir dengan bersandar pada alam. Kecerdasan yang menyangkut
pertalian dengan alam sehingga dapat melihat hubungan dan pola di dunia alamiah, mengenali,
merespon dan berinteraksi dengan proses alam. Kecerdasan natural ini benar-benar gagasan baru
Gardner.
Memandang alam terbuka, tamasya, memahami gejala alam, berinteraksi dengan mahluk hidup,
menklassifikasi, meramal cuaca, simulasi, penemuan, pemamfaatan alam.
i. Kecakapan Intuisi berpikir menggali pengalaman oatak bawah sadar. Setiap waktu otak kita
menangkap informasi dari stimulus yang ada disekitarkita, termasuk rangsang yang tak bisa
ditangkap indra sehingga berada dibawah kesadaran. Saat pikiran sadar berhenti memikirkan sesuatu
dan melupakannya, sebenarnya penanganan berpikir tersebut diambil alih pikiran bawah sadar, jika

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 14


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

hasil assosiasinya terangkat ke dalam kesadaran, kita tiba-tiba mendapatkan ilham untuk dimatangkan
dengan kesadaran kita lebih lanjut, bahkan mungkin kita melakukan tindakan berharga yang kita
sadari kemudian. Melatih kecerdasan ini membawa pada penemuan baru diluar perhitungan
kesadaran.
Melupakan, berhenti mencari tau, istirahat, hening, meditasi, mencoba memikirkan kembali,
mencari kemungkinan lain, menempuh cara berbeda, memamfaatkan yang belum pernah dicoba,
penemuan baru, ide cemerlang, kreatifitas, pembaharuan, detektif, pengarang, dan metafisik.

3. Kecerdasan Ganda Dalam Pembelajaran


Ada pertanyaan yang menggelitik tentang siapakah orang yang cerdas. Apakah Cristiano
Ronaldo dan Diego A. Maradona itu cerdas? Bagaimana dengan Charles Darwin dan Thomas Alfa
Edison yang gagal di Fakultas pertama mereka? Atau Bill Gate dengan Microsoft yang sukses
bebisnis ICT dengan mengantongi izasah SMA nya? Atau Einstein yang lupa sikat gigi dalam
kantongnya? Atau Galileo yang mati hanya karena pandangan Geocentrisnya,? Bagaimana dengan
Michael Jackson, Colombus, Picasso, Leonardo Da Vinci, Lao Tse, Kasparov, dan masih banyak lagi.
Setiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Kecerdasan peserta didik dalam belajar
didasari beberapa jenis kecerdasan yang ada, yang dikenal dengan multi kecerdasan. Seorang guru
perlu memahami berbagai jenis kecerdasan peserta didik, agar dapat menerapkan strategi
pembelajaran yang bervariasi dalam menjembatani proses belajar peserta didik.

Pada dasarnya kecerdasan seseorangpun beragam adanya, seperti pandangan Howard Garner,
dari Harvard University, dalam Multiple Intelligence, 1986; “…. kecerdasan seseorang itu sangat
beragam ...”, berbeda dengan pandangan psikolog sebelumnya yang pada umumnya menekankan
kecerdasan sebagai Cognitif Intelligence Quotion berupa kemampuan logical matematis. Gardner
berpendapat bahwa kecerdasan itu adalah kemampuan yang tinggi, dalam aspek yang sangat
beragam. Setiap orang dikarunia otak yang memiliki hampir seluruh potensi kecerdasan yang
beragam itu dalam kapasitas yang bervariasi dan dapat dikelompokkan setidaknya menjadi 8
(delapan) macam kecerdasan yang berbeda.

Berikut ini pembahasan ke-delapan kecerdasan itu serta kaitannya dengan belajar, Semoga
bermamfaat.

a. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)


Kecerdasan Linguistik merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan penggunaan
bahasa untuk mengekspresikan dan memberi makna yang kompleks. Biasanya kecerdasan ini
dimiliki oleh para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar berita. Beberapa
karakteristik yang ada pada orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan bahasa antara lain
adalah :
1. Mendengarkan dan merespon setiap suara dan berbagai ungkapan kata;
2. Menirukan suara, bahasa, membaca dan menulis;

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 15


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

3. Belajar melalui menyimak, membaca dan menulis serta diskusi;


4. Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang
diucapkan;
5. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan;
6. Berbicara secara efektif kepada beragam pendengar, beragam tujuan, dan mengetahui cara
berbicara secara sederhana, fasih, dan bergairah;
7. Menulis secara efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca
dan kosa kata yang efektif;
8. Memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa lainnya;
9. Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca.
Kelas pada setiap pelajaran harus berupa lingkungan yang kaya akan bahasa tempat peserta didik
berbicara, berdiskusi dan menjelaskan dan yang paling penting adalah mendorong rasa ingin
tahunya.
Pembentukan lingkungan pembelajaran Verbal-Linguistik :
1. Kondisikan peserta didik untuk menceritakan suatu kisah atau suatu masalah yang terkait dengan
materi pelajaran;
2. Memberi kesempatan peserta didik untuk memimpin suatu diskusi atau debat;
3. Menugaskan peserta didik untuk membuat sebuah artikel;
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghubungkan suatu artikel/cerita dengan
realita atau materi pelajaran;
5. Menugaskan peserta didik untuk mempresentasikan sesuatu pokok bahasan;
6. Mengkondisikan kegiatan ”talk show” dalam suatu program/materi;
7. Menyusun suatu laporan/ resume/kajian pada suatu topik/ materi yang relevan.

b. Kecerdasan Logika Matematika (Logical Mathematic Intelligence)


Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan
hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematika. Kecerdasan matamatika biasanya
dimiliki oleh para ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan matematika antara lain
adalah:

1. Merasakan berbagai tujuan dan fungsi mereka dalam lingkungannya;


2. Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitatif, waktu dan hubungan sebab akibat;
3. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan realita;
4. Menunjukkan keterampilan memecahkan masalah secara
logis;
5. Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan;
6. Mengajukan dan menguji hipotesis;
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 16
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

7. Menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis,


seperti memperkirakan, perhitungan logaritma, menafsirkan statistik, dan informasi visual
dalam bentuk grafik;
8. Berpikir secara sistematis dengan mengumpulkan bukti,
membuat hipotesis dan merumuskan berbagai model;
9. Mengungkapkan ketertarikan dalam karir, seperti akuntansi,
teknologi informasi, mesin dan ilmu kimia.

Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan logika matematis, antara
lain:

1. menerjemahkan suatu pokok bahasan ke dalam rumus matematika;


2. merencanakan dan memimpin suatu eksperimen;
3. menggunakan diagram venn untuk menjelaskan;
4. menggunakan analogi untuk menjelaskan;
5. mengkategorikan fakta-fakta;
6. merancang suatu simbol atau kode.
c. Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
Kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga dimensi seperti yang dilakukan
pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang merasakan
bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, mengubah dan memodifikasi bayangan dan
obyek melalui ruang untuk menghasilkan suatu gambar/grafik ataupun suatu benda.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan spasial antara lain adalah :
1. Belajar dengan melihat dan mengamati;
2. Mengarahkan dirinya pada benda-benda secara efektif dalam ruangan;
3. Merasakan dan menghasilkan sebuah bayangan mental, berpikir dalam gambar dan
memvisualisasikan detail;
4. Membaca grafik, bagan, peta, dan diagram visual;
5. Menikmati gambar-gambar tak beraturan, lukisan, ukiran atau obyek repro lain dalam bentuk
yang dapat dilihat;
6. Menikmati bentukan hasil tiga dimensi, seperti obyek origami, jembatan tiruan dan maket;
7. Cakap mendesain secara abstrak;
8. Menciptakan bentuk baru dari media visual spasial.

Lingkungan belajar diupayakan berupa situasi dan keadaan lingkungan yang terkait dengan
kecerdasan spasial, antara lain:
1. Menciptakan sebuah pertunjukkan;
2. Merancang sebuah poster, buletin, dan sejenisnya;
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 17
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

3. Menggunakan suatu sistem memori untuk mempelajari;


4. Menciptakan suatu karya;
5. Membuat variasi bentuk dan ukuran dari suatu objek;
6. Membuat suatu ilustrasi, sketsa, denah dari suatu obyek;
7. Menggunakan proyeksi untuk mengajar.

d. Kecerdasan Kinestetik Tubuh (Bodily Kinesthetic Intelligence)


Kemampuan seseorang untuk menggerakkan suatu obyek dan keterampilan-keterampilan fisik
yang halus. Kemampuan atau kecerdasan ini dimiliki oleh para atlit, penari, ahli bedah, dan
seniman.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan kinestetik antara lain
adalah :
1. menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan gerakan;
2. mengembangkan kerjasama dan rasa terhadap waktu;
3. belajar dengan lebih baik, jika terlibat langsung dan berpartisipasi;
4. menikmati secara konkrit dalam mempelajari pengalaman-pengalaman, seperti perjalanan ke
alam bebas, berpartisipasi dalam bermain peran dan permainan ketangkasan;
5. menunjukkan keterampilan atau mendemonstrasikan keahlian dalam bidangnya.

Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kinestetik, antara lain:
1. Bermain peran atau menirukan;
2. Menciptakan suatu gerakan atau rangkaian gerakan untuk menjelaskan;
3. Menciptakan suatu model;
4. Merancang suatu produk;
5. Merencanakan dan menghadiri suatu perjalanan lapangan;
6. Membuat suatu permainan atau sejenisnya.

e. Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)


Merupakan kecerdasan yang memiliki sensitivitas pada pola titian nada, melodi, ritme, dan nada
seperti yang dimiliki oleh komposer, musisi, kritikus, dan pembuat alat musik, atau seorang
pendengar yang sensitif.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan musikal antara lain adalah :
1. Mendengar dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi;
2. Menikmati dan mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara alam pada
suasana belajar;
3. Merespon terhadap musik secara kinestetik;
4. Mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya;
5. Mengoleksi musik dan informasi mengenai musik dalam berbagai bentuk;

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 18


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

6. Mengembangkan kemampuan menyanyi atau memainkan instrumen secara sendiri;


7. Mengembangkan referensi kerangka berpikir pribadi untuk mendengarkan musik;
8. Mengembangkan improvisasi dan bermain dengan suara/bunyi.

Lingkungan belajar diupayakan berupa menu yang terkait dengan kecerdasan musikal, antara lain:
1. Meyajikan suatu pertunjukkan dengan iringan musik yang tepat;
2. Menyanyikan sebuah kritikan atau lagu;
3. Menyajikan kelas musik dalam waktu singkat pada suatu materi/pokok bahasan;
4. Menggunakan musik untuk mempertinggi semangat belajar;
5. Menuliskan suatu lirik lagu untuk suatu pokok bahasan/materi.

f. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)


Merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secera efektif, seperti
yang dimiliki oleh guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan interpersonal antara lain
adalah :
1. terikat dengan dan berinteraksi dengan orang lain;
2. membentuk dan menjaga hubungan sosial;
3. mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain;
4. merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain;
5. berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu
dilaksanakan;
6. mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain;
7. memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik secara verbal maupun non verbal;
8. menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan group yang berbeda;
9. mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan penengah sengketa;
10. Tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal, seperti mengajar, pekerjaan sosial dan
konseling.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kecerdasan interpersonal,
antara lain:
1. memimpin suatu rapat;
2. bersama seorang rekan menggunakan penyelesaian masalah berat;
3. bermain peranan dengan berbagai perspektif;
4. mengatur dan ikut serta dalam sebuah kelompok;
5. mengajarkan orang lain tentang suatu hal;
6. berlatih memberi dan menerima umpan balik;
7. menciptakan suatu sistem /prosedur dari suatu kegiatan.
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 19
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

g. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)


Merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan
menggunakan pengetahuannya untuk merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang,
seperti yang dimiliki oleh ahli agama, ahli psikologi dan ahli filsafat.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan intrapersonal antara lain
adalah :
1. sadar akan wilayah emosinya;
2. menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk mengekpresikan perasaan dan pemikirannya;
3. mengembangkan model diri yang akurat;
4. termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya;
5. membangun dan hidup dalam suatu sistem nilai etika (agama);
6. bekerja mandiri;
7. mengatur secara kontinyu pembelajaran dan perkembangan tujuan personalnya;
8. berusaha mencari dan memahami pengalaman batinnya sendiri;
9. berusaha untuk mengaktualisasikan diri;
10. memberdayakan orang lain (memiliki tanggung jawab kemanusiaan).

Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kecerdasan intrapersonal,
antara lain:
1. Menggambarkan bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat membantu menuju kesuksesan;
2. Merangkai dan mengejar suatu tujuan;
3. Menggambarkan perasaannya tentang sesuatu;
4. Menggunakan acuan belajar;
5. Membuat suatu jurnal;
6. Menerima umpan balik dari orang lain;
7. Mengomentari atau menilai hasil pekerjaannya.
h. Kecerdasan Natural (Naturalistic Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan lingkungan alam dan
merupakan kecerdasan kedelapan dari kecerdasan yang tidak termasuk teori asli Multiple
Intelligences dari Gardner. Kecerdasan ini terkait dengan sensitifitas terhadap alam dan faktor
lingkungan, misalnya mudah berinteraksi dengan hewan, mampu memprediksi terjadinya perubahan
alam, mudah mengenali berbagai spesies hewan maupun tumbuhan. Kecerdasan ini akan lebih mudah
diwujudkan melalui pengumpulan dan penganalisaan suatu subjek yang berhubungan dengan
alam.Beberapa kemampuan karakteristinya antara lain :
1. Menyukai pemandangan alam,
2. Memelihara tumbuhan,
3. Menagani hewan dan memeliharanya
Pemahaman kita tentang kecerdasan berganda Gardner, mengilhami kita untuk melakukan
pembaharuan / revolusi pembelajaran, agar setiap topik yang diajarkan harus dipelajari dengan cara
melibatkan multiple inteligencia. Untuk itu perancangan pembelajaran harus memuat elemen
kecerdasan apa yang digunakan untuk memelajarinya, dari mulai Pendahuluan, Motivasi, Kegiatan
inti, Penguatan / reviu sampai alat Evaluasi proses belajar.
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 20
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Diagram Keseimbangan Kecerdasan


S
I = Inteligence
E = Emotional
S = Spiritual & Morality

I E

Kecerdasan manusia tidaklah lengkap jika hanya dinyatakan berupa IQ (Inteligent Quation)-yang
terbatas pada kecerdasan kognitif-akademik, setidaknya menurut Gardneer ada 3 kelompok utama
ukuran kecerdasan; IQ, EQ dan SQ.
Kecerdasan emosional sangat penting dikembangkan dalam diri siswa, sehingga siswa tumbuh
menjadi pribadi yang tangguh, dan terampil mengelola emosi, agar tidak menjadi manusia angkuh
dan sombong atau mudah putus asa; melainkan mampu menyesuaikan diri dan membangun hubungan
positif dengan banyak orang. SQ (Spiritual Quation) dikemukakan Robert Coles (The Moral
Inteligence of Children, 1997) menyatakan adanya kecerdasan moral menyangkut keyakinan dan
kebenaran mutlak, hubungan dalam semangat dan ikatan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam
sekitar, hubungan sosial sesama manusia dan spiritualitas yang lebih bersifat keyakinan intuitif;
hubungan dengan Tuhan Sang Pencipta.
EQ (Emotion Quation) adalah kecerdasan emosional, kepekaan terhadap keadaan sekitar,
perasaan kepemilikan, kebutuhan, hasrat, minat dan keinginan. Daniel Goleman (Emotional
Inteligence, 1995) menaruh perhatian pada delapan aspek kecerdasan yang dikemukakan Gardner,
dengan menekankan pada kecerdasan interpersonal sebagai kecerdasan emosional yang sangat
penting. Goleman merinci kecerdasan emosional dalam lima kemampuan; 1) Pengenalan diri, 2)
Kemampuan mengelola emosi, 3) Kemampuan Memotivasi diri, 4) Kemampuan Mengenali Emosi
orang lain, 5) Kemampuan Membina Hubungan.
Perkembangan kecerdasan spiritual/Moralitas ini ditandai dengan kemampuan menganal potensi
diri, penghargaan pada diri sendiri dan orang lain, mengikuti aturan aturan yang benar, dan kesadaran
sebagai mahluk Tuhan direfleksikan melalui ketaatan menjalankan perintah agamanya. Semua ini
sangat penting untuk menunjang keberhasilan masa depan peserta didik .
Pengalaman belajar paling bermakna dan bertahan paling lama dalam
memori kita adalah yang melibatkan ketiga kelompok kecerdasan itu,
sekaligus menjadi sangat mungkin mempengaruhi kehidupan seseorang
secara mendasar. Kecenderungan orang pada salah satu kecerdasan akan
sangat berpengaruh terhadap corak dan kualitas hidup masa kini dan masa
depannya.
IQ yang berkembang baik dan dipelihara dapat menghasilkan ilmuwan, peneliti diberbagai ladang
keimuan. Tingkat EQ yang berkembang baik menopang orang menekuni pekerjaan tertentu,
kompetitif, dan hasrat terus berkembang (menyamai atau melampaui orang lain). Sementara itu
kecerdasan SQ yang tinggi menghadirkan sosok manusia yang sosial, ramah lingkungan penuh
kearifan dan moralitas yang tinggi. Kualitas kepemimpinan yang berhasil, tidak selalu terikat dengan
IQ yang tinggi tetapi lebih mengandalkan kombinasi kecerdasan EQ dan SQ. Para ilmuan sejati,
penegak hukum yang ideal harus memiliki SQ yang menonjol, sehingga kebenaran, keadilan harus
ditegakkan. Kebenaran harus dinyatakan sekalipun pahit dan menyakitkan. Sudah tentu dalam kasus
ini SQ harus diimbangi dengan IQ. Pebisnis yang sukses lebih mengandalkan EQ dan ditopang IQ.
Tetapi bisnis yang baik dengan moralitas yang tinggi harus ditopang dengan SQ.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 21


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Seorang anak yang secara berimbang berkembang baik IQ, EQ, dan SQ –nya punya peluang besar
menjadikan mimpi-mimpinya jadi kenyataan, dan mencapai kualitas hidup yang tinggi. Repleksi dari
ketiga macam kecerdasan itu diaktualisasikan dalam tiga aspek kesadaran diri; Kesadaran Intelektual,
(rasional, akademik), Kesadaran Emosional (artistik, sosial, ego, kesadaran kepemilikan), Kesadaran
Spiritual (arif dan bijaksana, kebenaran, adil, sadar sebagai mahluk Tuhan, sebagai bagian
lingkungan hidup, sebagai bagian social-community).

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 22


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Pendekatan Belajar Baru


(Teaching and Learning Approach)

Dalam melaksanakan fungsinya pendidikan menggunakan langkah-langkah tertentu


dengan sistematik, secara sadar dan terencana. Didalam langkah-langkah pembelajaran itu
dipilih pula cara dan tehnik yang akan dilakukan dalam belajar. Misalnya metode diskusi,
dialog interaktif, ceramah, inkuiri, dan metode pembelajaran lainnya. Satu metode dapat pula
diterapkan dengan strategi belajar yang berbeda-beda sehingga terlihat gambaran pelaksanaan
metode pembelajaran lebih spesifik.
Sejumlah metode dan strategi yang diterapkan dengan suatu pola pembelajaran dengan
azas-azas tertentu tentang bagaimana pelajar memperoleh perubahan (hasil belajarnya).
Prinsip apa yang melandasi proses belajarnya secara keseluruhan; dan bagaimana semua input
belajar direncanakan sejak dari semula. Inilah yang dinamakan P E N D E K A T A N
BELAJAR. Pendekatan belajar yang digunakan secara luas dan dalam bebagai bidang
pendidikan yang berbeda dinamakan M O D E L PEMBELAJARAN.

Ada beberapa model pembelajaran yang digunakan secara luas di dunia pendidikan antara
lain :
• Instructional Teaching (bertitik tolak pada kualitas pengajaran/ aktifitas guru
dengan target penguasaan materi pengetahuan anak didik)
• Concept Based Learning ; Cara belajar yang menggunakan susunan konsep
dan keterkaitan konsep-konsep sesuai hirarki dan organisasinya di dalam
mata pelajaran.
• Science Proccess Based Learning (Keterampilan Proses Sains) ; Model
belajar menggunakan proses ilmiah sebagai landasan mempelajari materi.
Oleh karenanya siswa sekaligus belajar keterampilan seorang ilmuan,
bagaimana sesuatu ilmu dihasilkan.
• S. A. L. (Student active learning) – mengutamakan keaktifan siswa
• Konstruktivisme adalah model belajar yang menekankan penguasaan konsep
berdasarkan pengalaman sendiri, siswa membangun pemahamannya sendiri
sesuai pengalaman belajarnya.
• Kooperatif Learning mengupayakan hasil belajar melalui bekerja bersama-
sama dalam satu sistem belajar.
• Competency Based Learning – menitikberatkan pencapaian standar
kemampuan tertentu (kompetensi) pesertanya, materi hanyalah alat mencapai
kompetensi.
• Science Technology and Society ; pendekatan belajar mengaitkan pelajaran
dengan teknologi yang berkaitan langsung dengan lingkungan dan
masyarakat.
• Life Skill Based learning – mengarahkan pembekalan kecakapan hidup bagi
peserta, bukan materi ilmu pengetahuannya.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 23


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

• Learning Community : belajar dengan memamfaatkan segala sesuatu dalam


kehidupan, pelajaran kelas dibawa keluar ke komunitas asal dan sebaliknya.
• Contextual Teaching and Learning (CTL); Pendekatan belajar yang menitik
beratkan Proses belajar langsung yang alamiah dan kesesuaian dengan
konteks/bingkai kehidupan nyata pesertanya. Isi dan cara pembelajaran dapat
beragam.
• Quantum Teaching and Learning; mengutamakan pemercepatan kemampuan
belajar pesertanya sehingga mampu mempelajari banyak dalam waktu
singkat, menitikberatkan belajar bagaimana belajar; siapa saja bisa belajar
apa saja.

Dua model belajar / Pendekatan belajar terakhir kita pilih untuk kita kaji lebih jauh, selain
karena tergolong baru – keduanya merupakan model atau pendekatan yang merupakan
gabungan berbagai pendekatan belajar dan teori-teori belajar yang baik dan teruji. Jadi
dengan ‘membedah’ Pendekatan CTL dan Model QTL sekaligus didalamnya terdapat
berbagai cara pendekatan pembelajaran.
Mari kita mulai dari yang terakhir.

One. Quantum Teaching and


Learning (QTL)
Seandainya anda menggunakan energi yang lebih sedikit dari yang biasa anda
curahkan mengajar selama ini, tetapi siswa anda memperoleh hasil belajar dua
kali lebih banyak dan dua kali lebih cepat, dengan suatu model atau metode
pembelajaran baru, apakah anda mau kembali mengajar dengan cara konvensinal
?

Metode dan pendekatan model belajar Quantum mempertemukan guru dengan


impiannya. Menata panggung belajar, memacu minat siswa, mengakselerasi daya
ingat, daya baca, dan kreativitas siswa, menjaga kondisi psikhis dan fisik tetap
prima dan tentunya trik-trik presentasi guru yang menakjubkan, dipadu dengan
perulangan sesering mungkin dalam suasana lingkungan belajar yang
memberdayakan, membebaskan, menyenangkan, penuh kasih sayang dan
perhatian terhadap siswa-siswanya. Berikut siklus belajar cepat diraih dengan
pendekatan Quantum :Motivasi + Usaha + Perancangan + Dukungan  Energi

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 24


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Energi Belajar + Pengakuan  Prestasi + Usaha  Cahaya dan Motivasi lagi.

Model belajar Quantum bukanlah teori belajar, melainkan suatu pendekatan yang
mengapplikasikan teori-teori belajar, metode-metode belajar, dengan modifikasi
mengikuti temuan temuan terbaru tentang praktik-praktik belajar terbaik dan
alamiah. Quantum memperhatikan segalanya yang terkait dengan belajar.

Guru Yang baik pemimpin Yang Baik


datanglah ke tengah rakyat/murid anda
hiduplah bersama mereka
cintailah mereka
bicaralah dengan bahasa mereka
mulailah sesuatu dengan apa yang mereka butuh
lakukanlah sesuatu dengan apa yang mereka tahu
bangunlah sesuatu dengan apa yang mereka punya
karena pemimpin yang baik adalah yang pada saatnya nanti
ketika perjalanan selesai
rakyat/murid dengan bangga mengatakan;
“kami sendiri yang menyelesaikan semua ini”
(Lao Tze, 500 S.M)

Kunjungilah dunia mereka, berbaur dengan mereka untuk kemudian; Bawalah mereka
kedalam dunia kita..

1.Orkestra Pembelajaran
Belajar atau tepatnya pembelajaran harus dipandang sebagai suatu sistem orkestra yang
dipandu seorang komposer yang piawai. Orkestra yang memukau dikendalikan seorang
dalang yang mampu memamfaatkan segala potensi para musisi yang beragam membangun
sebuah harmoni yang menyenangkan dan mengasikkan penonton dan juga para pemainnya.
Mereka semua memahami tujuan yang harus dicapai, memahami skenario yang sedang
dijalankan sang komposer, dan setiap orang memainkan lakon terbaiknya.
Guru dalam Quantum Teaching berperan sebagai seorang komposer sekaligus sebagai
konduktor, menulis komposisi atau skenario, sekaligus menjadi sutradara dalam
pembelajaran. Memamfaatkan semaksimal mungkin potensi para siswa untuk melejitkan
kemampuan belajarnya. Menata kelompok-kelompok belajar dalam kelasnya, dan
memastikan semua siswa senantiasa mengetahui tujuan, serta peran yang harus dilakukan dari
awal sampai akhir kegiatan.

2.Konteks/Panggung Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 25
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Segala sesuatunya dalam kelas mempunyai arti, mempunyai tujuan mendukung percepatan
belajar siswa. Tata ruang, posisi duduk, pencahayan, hiasan-hidup, poster dan tentunya
kebersihan dan keindahan ruang kelas diadakan sedemikian rupa menciptakan panggung
belajar yang kondusif.
Guru harus mampu mengarahkan siswanya terkonsentrasi pada pengalaman belajar yang
direncanakan, dengan membantu siswa menuju kondidsi otak/pikiran alfa dengan ketrampilan
olah gerak dan suara, dan cara-cara lain yang dapat membantu siswa siap menerima pelajaran.
Bahkan wangian tertentu (jeruk, melati, kemangi) dapat membantu orang untuk lebih rileks
belajar. Irama musik sendu seirama denyut jantung juga telah diketahui memiliki efek luar
biasa mendongkrak kecepatan belajar. Singkatnya coba saja sekalipun baru.. Guru harus terus
berinovasi didalam kelas.

3.Motivasi A-m-bak
Siswa dan guru memiliki pemahaman yang sama tentang urutan kegiatan yang akan dilakukan
siswa bersama gurunya. Siswa diberitahu Kompetensi yang harus mereka capai dengan indkator
pencapaian/hasil belajar. Siswa harus termotivasi melakukan pengalaman belajar yang
diskenariokan guru, karena kebutuhannya. Siswa harus bertanya pada diri sendiri;“Apa
mamfaatnya Bagiku??”(A-m-bak). Guru dengan cermat memperlihatkan hubungan materi dan
kegitan belajar dengan kehidupan nyata, lingkungan dimana siswa hidup dan masa depan
mereka. Kaitan ini membangun ikatan emosional yang dapat membantu siswa memotivasi
dirinya dengan kemampuannya memuaskan pertanyaan “Mengapa saya harus belajar materi
ini? Apa mamfaatnya Bagiku”
Motivasi selain kebutuhan, secara konsisten harus dipicu guru terus menerus dengan berbagai
trik dan konsep teori belajar yang ampuh; antara lain konsep bensanding kompetitif, bermain,
kebebasan, ganjaran dan hadiah.]

4.Suasana Panggung
Segalanya harus terasa menyenangkan, besemangat dan menggebu, bebas dari rasa cemas dan
tertekan. Guru harus senantiasa menciptakan suasana kesetaraan, guru menempatkan diri
sebagai ‘teman belajar siswa’ yang dituakan, bukan yang maha menentukan segala hal dalam
kelas. Ketulusan dan kejujuran guru dalam melaksankan semua tugas dan pekejaannya
sebagai fasilitator dan penilai meruapakan kunci utama membangun suasana kondusif di
kelas.
Kepercayaan siswa atas ketulusan, transparansi dan tanggung jawab gurunya harus terus
dipelihara. Selain itu tentang disiplin dan tata tertib kelas belajar; segalanya perlu diawali
dengan kesepakatan antara guru dan siswa, sehingga semua orang termasuk guru diikat rasa
memiliki aturan tersebut dan dilaksanakan penuh tanggungjawab dan siap menerima resiko
yang sudah disepakati.

5.Modalitas Belajar-V-A-K
Modalitas disini adalah jaringan rekanan kerja otak selama proses belajar – mengajar
berlangsung. Kita tahu, Mata (Visual), Telinga (Auditoris), dan Gerakan Tubuh (Kinetesis),
merupakan organ sensoris utama sebagai jalan masuk sensasi saraf dari luar tubuh kita
menuju otak. Dengan begitu kita tahu imformasi dalam wujud Visual-Auditoris-Kinestesis
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 26
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

adalah bentuk sensasi yang secara alamiah digunakan otak dalam belajar. Sensasi itu diterima
melalui 3 jenis alat sensoris (indra)kita yang utama, mata, telinga dan tubuh.
Dalam belajar, kecenderungan kita menggunakan lebih banyak alat sesnsoris tertentu akan
menentukan proses kerja otak sesuai type dan sumber sensasi yang diterimanya. Kebiasaan
pada salah satu modalitas tertentu juga mempengaruhi pola dan gaya belajar otak kita,
mempengaruhi minat dan bahkan kita rasakan menyerupai bakat. Untuk menumbuhkan
potensi yang ada pada otak secara optimal setiap orang hendaknya menyadari bahwa sejak
awal otak perlu dikenalkan, dilatihkan dan dibelajarkan denmgan ketiga jenis modalitas
secara berimbang/proporsional.
Modalitas visual : Mengakses citra visual yang diingat maupun dicipatakan dengan image
sendiri. Warna, bentuk, wujud, kontras, potret mental, dan skets; adalah spesifikasi modalitas
ini. Ciri pelajar visual, antara lain: mengingat dengan gambaran (ikon), dan apa-apa yang
dapat dilihat dan atau dibayangkan, lebih suka membaca sendiri dari pada
dibacakan/dijelaskan sesuatu.
Moadlitas Auditorial : Mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diingat maupun
diciptakan. Suara, pembicaraan, musik, nada, irama, rima dan dialog internal, menonjol
disini. Seseorang yang amat auditorial belajar dengan cara mendengarkan, pada saat
membaca bibir bergerak atau mungkin bersuara, berbicara secara berirama, tetapi
perhatiannya sangat mudah terpecah.
Modalitas kinestetis : Mengakses segala jenis gerak dan perubahan posisi, segala sesuatu
yang dirasakan dan emosi- baik yang diingat maupun yang diciptakan. Orang yang sangat
kinestetis menginginkan belajar dengan peragaan dan demonstrasi, menyukai sesuatu yang
terkait dengan emosi, gerakan, koordinasi, ritme, dan kenyam,anan fisik. Belajar dengan
melakukan, eksperimentasi ,membaca dengan menunjuk, banyak bergerak pada saat bicara.
Dari uraian diatas jelas bahwa pelajar-pelajar kita akan lebih cepat belajar jika sejak awal
dibiasakan belajar dengan multiple sensoric melibatkan modalitas visual, auditorial, dan
kinestesia secara bersamaan.

Manakah yang lebih dominan kita pakai sebagai orientasi modalitas belajar / mengajar?
Visual, Auditoris, Kinestetik adalah 3 macam modalitas utama manusia dalam menyerap
pengetahuan baru. Setiap orang memiliki ke-tiganya, tetapi biasanya salah satu atau dua
modalitas lebih berkembang. Hal ini melahirkan ciri orientasi belajarnya, jadi Pelajar Visual,
pelajar auditoris atau kinestetik.

Cara Belajar Ungkapan pelajar Hasil belajar


Saya dengar  Saya lupa ≤ 15 %
Saya lihat  Saya ingat 25 – 70 %
Saya lakukan  Saya paham 60 – 90 %

Ada tiga modalitas belajar ; Visual (belajar dengan melihat, mengamati, memandang,
membayangkan, menggambarkan, dan memvisualisasikan, hubungan ruang dan waktu),
Auditoris (mendengar, merenungkan) dan Kinestesis (gerak tubuh, menonton simulasi,
mengikuti, mendemonstrasikan, melakukan, mengoperasikan, mengukur, merasakan, dan
lainnya).
Pengalaman belajar yang terbaik bersifat multisensoris melibatkan 3 modalitas V_A_K
diatas agar otak memperoleh imformasi secara lengkap dari berbagai stimulus yang berbeda.
Dengan begitu kegiatan belajar tidak monoton dan otak siswa senantiasa teranggsang, belajar
menjadi mengasyikkan. Rincian tentang modalitas belajar sebaiknya anda baca lagi dari sumber
lain.
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 27
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

6. Kecerdasan Berganda
Cara belajar lama (konvensional) yang menekankan pada pemberian imformasi dengan tekanan
pada dua bidang kecerdasan – Logika& matematik dan Bahasa Linguistik& Verbal – tidak
relevan lagi digunakan dalam pendidikan yang berorientasi pada Kompetensi Lulusan.
Perencanaan pembelajaran harus dibuat agar belajar melibatkan lebih dari satu macam
kecerdasan. Keseimbangan beberapa kecerdasan yang dilatihkan sekaligus dalam satu sesi
pembelajaran juga ternyata melejitkan kecepatan belajar. Hindarilah penekanan berlebihan pada
bidang kecerdasan tertentu, sebaliknya kembangkan pembelajaran lintas bidang seluas-luasnya.
Guru matematika yang terus menerus mengajar kecerdasan Logical dan matematis akhirnya akan
memperoleh hasil siswa tidak mampu mengikuti pelajaran sekalipun terasa mudah. Akan
berbeda hasilnya jika mengajar dengan memamfaatkan kecerdasan visual, linguistik, kinestetis,
natural dan musikal misalnya. Guru bahasa yang menekankan kecerdasan Linguistik Verbal dan
Logika juga akan mendapat kesulitan belajar. Seyogianya harus dilibatkan kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal, selain Visual dan kinestetik tentunya. Sudah barang tentu usaha
melibatkan multiple inteligencia (beberapa kecerdasan) sekaligus dalam belajar secara otomatis
akan merubah strategi dan pendekatan belajar, secara konteks dan kontens ORKESTRASI
belajar menjadi pilihan yang tepat. Baca uraian Kecerdasan Berganda, Gardner h;... (SLIM n
BIL, adalah singkatan 8 kecerdasan Gardner)

7. Belajar dengan kecepatan Tinggi

Menciptakan Kelas yang menyenangkan dan


menggairahkan
Ledakan Minat Belajar Melaui siklus terencana dan
sugesti.
Anda tentu menyadari salah satu kendala belajar para siswa kita adalah jumlah mata
pelajaran yang terlalu besar, sehingga tidak mustahil pada hari bersamaan ia menanggung beban
tugas belajar dari tiga bidang studi berbeda harus diselesaikan dalam waktu yang sangat terbatas.
Jika tugas hari itu tidak selesai hari berikutnya menjadi semakin berat karena tugas-tugas baru
muncul lagi. Keadadan semacam ini dapat menimbulkan prustasi dan akhirnya menuju
kemacetan otak dan menghalangi percepatan belajar.
Apa solusinya? Lima komponen belajar kuantum yang kita bahas sebelumnya dikemas
dalam suatu perencanaan integral untuk menciptakan kelas yang menyenangkan dan
menggairahkan, meledakkan minat belajar mereka melalui siklus berulang yang terencana dan
mensugesti anak bahwa mereka dapat membangun kecepatan dan percepatan belajar mereka.
Guru dapat dan sangat wajar melatih siswanya meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar
siswa. Hal yang harus dilakukan guru menunjukkan cara-cara belajar cepat, meliputi :
a. Tehnik mendengar dan merespon presentasi guru secara efektif
b. Tehnik membuat catatan cepat-ringkas-tepat pada saat presentasi guru, misalnya
Catatan TS, Peta Pikiran, Konsep Map.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 28


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

c. Tehnik mudah mengingat; misalnya dengan berassosiasi, akronim,metode lokasi,


dan cantol.
d. Tehnik menulis mudah, efisien dan lancar.
e. Tehnik membaca cepat, Kecepatan tinggi, Smart Skim Reading, Super Scan, dan
Wrap Speed reading.
Sebelum mengajarkannya pada siswa anda sudah barang tentu harus punya seorang model
yang dapat mendemonstrasikan tehnik – tehnik tadi kepada siswa. Anda tak akan penah
berhasil melatihkan jurus beladiri kepada murid anda sebelum anda sendiri mengetahui
sebagian besar jurus itu. Sama halnya dengan jurus belajar ini.
Guru tak perlu mencari pelatih khusus membaca cepat, yang perlu dilakukan memulai
berlatih dan setiap bagian latihan yang dikuasai segera latihkan kepada anak.Sebagai
perbandingan kita bahas salah satu bagian belajar cepat, yaitu membaca cepat.
Kecepatan membaca standar untu anak SMA kelas I, minimal 350 kata permenit. Artinya
dalam 30 menit ia harus mampu membaca 10.000 kata dengan pemahaman isi bacaan.
Andaikan rata-rata tiap baris buku bacaan terdiri dari 8 kata, berarti 1250 baris dapat
dipahaminya tiap 30 menit, setara dengan 25 – 30 halaman buku bacaan yang terdiri dari 50
baris per halaman dan 8 kata tiap baris. Siswa yang memiliki motivasi cukup
dapat mencapai kecepatan hingga 600-800 kata/permenit. Kalau anda
??? Berapa...Cobaaaa!!!!!
Berikut satu contoh instrumen mengukur kecepatan membaca, topik yang dipilih sengaja
berkaitan dengan Quantum Teaching. Pembaca perlu alat bantu jam atau stop watch, untuk
pengukur waktu. Angka disebelah kanan teks menujukkan jumlah baris bahan bacaan.
Bacalah secepat mungkin dengan cara anda sendiri, misalnya menunjuk, bersuara, atau apa
saja yang membuat anda cepat membacanya. Catat kecepatan membaca anda satu menit
pertama. Jawab pertanyaan di akhir bagian ini. Ulangi lagi! Sebelumnya kami menyarankan
anda membaca pedoman belajar membaca cepat.

Metode belajar dan mengajar cepat (acceleratetive learning) merupakan


suatu kumpulan praktik pembelajaran untuk mengkondisikan kembali para
siswa ke dalam keadaan mental dan fisiologis yang positif melalui cara sugesti
yang halus dan yang terang-terangan dianut dalam Quantum Teaching. Guru
akseleratif (Quantum Teacher) mencipatakan kelas belajar yang positif, yang 5
mendukung kemampuan untuk melakukan kegiatan belajar secara mudah dan
kreatif. Terbukti siswa berhasil pada saat menduduki kelas-kelas yang lebih
tinggi dan ruang-ruang kelas menjadi tempat yang menyenangkan. Guru-guru
10
menjadi bersemangat dan terinspirasi karena mereka tiba-tiba menyadari bahwa
tak ada tempat lain di dunia ini yang menawarkan begitu banyak kemungkinan
yang menyenangkan dan menggembirakan bagi siswa (learner) dari segala usia
selan di kelas belajar sebagai tempat sehari-harinya. Begitu para guru
mengalami kebrhasilan yang bersemangat dan menyenangkan dari pendekatan 15

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 29


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

positif seluruh otak, mereka tak akan pernah memikirkan pertimbangan untuk
kembali ke ruang kelas konvensional (cara mengajar lama) yang berwarna hitam
–dan-putih.
Tahap Persiapan
Kegiatan-kegiatan spesifik kelas Quantum, terjadi dalam tiga segmen
yang berbeda tetapi terpadu; Pertama adalah tahap persiapan, dimana
20
lingkungan eksternal dan internal siswa dipersiapkan untuk proses belajar cepat
dan mudah. Untuk mengkondisikan para siswa, ruang kelas ditata berbeda dari
ruang kelas biasa. Kursi-kursi mudah dipindahkan, bisa membentuk setengah
lingkaran atau model “U” sehingga para siswa dapat melakukan kontak mata 25
satu sama lain sebagai suatu kelompok yang dinamis dan menyenangkan.
Ruangan dengan segala perabotannya ditata rapi dan menyenangkan, terbebas
dari kekacauan yang melelahkan otak. Bunga, gambar-gambar (terutama karya
seni sungguhan) warna cat dinding, pencahayaan memicu motivasi dan 30
mendorong semangat guru dan siswa. Ikon-ikon semua pelajaran yang dibuat
para guru berupa poster dinding berwarna, dilengkapi seni huruf berbayang tiga
dimensi disertai gambar (Skets) yang membantu ingatan (mnemonic) dalam
setiap poster. Kalimat-kalimat positif yang bersemangat (afirmasi) digantungkan 35
di dinding setara arah pandang siswa, musik klasik yang lembut seirama denyut
jantung mengiring siswa masuk kelas. Segalanya diusahakan segalanya punya
tujuan.
Membangun suasana sosio-emosional siswa dan warga belajar juga 40
dilakukan melalui pembuatan aturan main yang disepakati bersama oleh guru
dan siswa, dengan cara mengarahkan siswa menyepakati tatatertib komunitas
kelasnya yang berisi aturan-aturan pendukung keberhasilan program belajar
berkecepatan tinggi. Guru atau wali kelas merencanakan aturan yang akan
disepakati, namun dalam mekanisme pengambilan keputusan terlihat seakan- 45
akan siswalah yang melahirkan semua gagasan di dalam aturan tersebut. Semua
siswa benar-benar dilibatkan dalam sidang pleno warga kelas yang dihadiri guru
pembimbingnya sebagai penjamin bahwa aturan main yang disepakati tidak
bertentangan dengan peraturan, norma dan hukum yang ada.
Guru memasuki kelas Kuantum
Kelas dimulai dengan aktivitas fisik selama 1-2 menit untuk melemaskan 50

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 30


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

otot-otot, (Apakah pelajaran anda akan tertinggal jika digunakan untuk;


menggosoki punggung, menggosok belakang telinga sambil menggeliatkan
punggung melingkar-membungkuk, atau gerakan lainya - pada satu dua menit
pertama?). Kemudian menit berikutnya renungan: sambil relaksasi tubuh dan
merenungkan motivasi, visualisasi positif keberhasilan sebelumnya, ini semua
akan menempatkan siswa pada posisi mental paling prima dan perhatiannya
akan relaks terhadap apa saja yang terjadi dalam kelas. Bebas dari ancaman dan
45
rasa ketidak berdayaan. Berikan kesempatan mereka hening dan berdoa dalam
hati, jika pelajaran hari ini baru mulai.
Kini mereka siap dimotivasi dan diarahkan.
Kalimat-kalimat pujian dan sugesti positif yang membangkitkan
keingintahuan pun memulai pelajaran, secara halus menunjukkan pada pelajar
(Pembaca) Apa Mamfaatnya BAgiKU?, hubungannya dengan kehidupanmu?
Masadepan-mereka?; seperti contoh yang berikut ini di arahkan pada anda 50
“pembaca yang budiman” ;

“Hari ini kalian pasti tertarik bagian selanjutnya dari pelajaran kita,
bagaimana pelajaran berikut akan membantu memgembangkan kemampuan dan
wawasan mengajar anda melejit dari apa yang sudah kita capai sejauh ini.
Menakjubkan ! Betapa hebat !! Secepat ini jalinan pemahaman dan keinginan 55
mempraktikkan Quantum Teaching dalam diri kita terbentuk waktu ini juga ?!
Iya... Sekarang juga, Mari ...kita baca bagian berikut lagi”
Tahap Presentasi Materi
Tahap kedua adalah tahap presentasi materi yang dilakukan secara
energetik dan dramatis (CIRIKHASnya: yakin, kuat, percaya diri dan semangat 60
yang menggebu sebagai presenter yang piawai dan berpengalaman, kerap
diiringi musik instrumen dramatik sebagai latar belakang).
Semua bahan pengajaran pada tahap ini bagi siswa baru dianggap sebagai
instuksi berbahasa asing, istilah-istilah dan konsep-konsep baru dijelaskan
secukupnya sebagai latihan mengingat dengan cara-cara tertentu, kemudian
65
dihubungkan dengan materi sebelumya dan pengalaman kehidupan (sehari-hari)
yang nyata bagi siswa. Materi ringkas ini disajikan berulang 2-3 kali dengan
format dan strategi bervariasi saat itu juga. Tahap ini hati-hatilah, hindari

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 31


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

bertanya dan per-soal-an, walau sesekali ada kalimat yang mengarahkan siswa
memikirkan bentuk respon berpikir, misal : “Ceritakan kepada tetanggamu guru
kelas, sebanyak mungkin komponen tahap persiapan kelas belajar Quantum 70
yang dapat anda ingat” (Bukan : “Dapatkah1 kamu mengingat/menyebutkan2
kedepan3, secara berurutan4 komponen tahap persiapan?; no. 1-4 anda
perhatikan 4 kesulitan yang dihadapkan pada siswa pada saat bersamaan)
Untuk mendapatkan perhatian penuh para siswa dari segala usia bagian
presentasi ini bisa menggunakan boneka-boneka(peraga/model visual) geliat tubuh 75
guru yang bombastis dan flamboyan (pikatan kinestetik-dan visualisasi). Para guru
disini belajar memamfaatkan intonasi-nada- kekuatan-irama suara (effek auditoris)
sehingga belahan otak kanan pelajar yang dominan berperan untuk variasi
berbahasa dapat dilibatkan. Kata-kata positif, yang melibatkan intonasi,
presentasi yang multi-modalitas, akan mengaktifkan gaya/modalitas belajar 80
siswa secara bersamaan (modalitas- 3 in 1), cara belajar visual (mata), auditorial
(telinga, mulut) dan kinestetik (gerak fisik). Saat para siswa menutup mata,
mereka membayangkan isi dihubungkan dengan ciri visual yang sudah ia
ketahui. Metafora dan analogi menciptakan berbagai pen-citraan (memunculkan
kesan) yang mudah diingat. Semua lakon guru yang tampil semangat dan positif
memasukkan materi pelajaran dalam imaji yang lebih unik. Kartu-kartu mainan
kata yang dibagikan guru mencerminkan konsep dan istilah didalamnya. Mis:
(“Aku adalah cara belajar Kuantum, Aku menciptakan citra positif, Aku 85
menelusuri pusat damai otak, Aku menujukkan hubungan dan mamfaat, Aku
masuki otak menyusuri mata, telinga, mulut, kulit, hidung dan otot-ototnya.”)
Yakni para siswa menjadi objek suatu kelompok belajar yang digunakan oleh
“Skenario Pembelajaran” yang menginstruksikan guru mendemonstrasikan,
berbicara, menggerakkan, menunjukkan, kontak mata, dan mengulangi.
90

Pengalaman Belajar Langsung


Kemudian siswa yang tadinya menerima presentasi secara bersama,
dibagi dalam kelompok yang lebih kecil hingga terlaksana belajar kooperatif
95
dari siswa untuk siswa. Berdiri dan bergerak sengaja dirancang di tahap ini
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 32
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

dalam “SP” menekankan unsur kinestetik. Para siswa berlomba tampil prima
dalam dinamika kelompok, melakukan peragaan, simulasi, permainan,
berbicara, memimpin, menggerakkan, mengorgtanisasikan peguasan
kelompoknya, dan atau melakukan kerjasama, praktik, dan presentasi. Penilaian
proses dan pertanyaan guru disarankan pada tahap ini. Aktifitas guru dituntun 100
oleh Program Pembeljaran/Penilaian untuk melengkapi instrumen nilai proses;
afektif, psikomotorik dan kognitif – sambil terus mengendalikan menjamin
proses belajar berlangsung di semua sudut ruangan dan terevaluasi (Autenthic
Assesment). Para pelajar tahu guru memegang teguh prinsip penilaian Quantum
105
“Hargai setiap usaha sekecil apapun dan rayakan bersama siswa,” sehingga
mereka hanya berlomba melakukan yang terbaik bagi kelas, kelompok dan
dirinya. Setelah memahami isi, para siswa yang belajar lebih cepat tak sabar lagi
menunggu diminta guru mendemonstrasikan perolehan belajarnyanya, untuk
dinilai. Apa yang harus dilakukan guru? Beri kesempatan anak-anak yang cerdas
itu “mengulangi” pelajaran dengan caranya sendiri ! Teman sekelas sedang
belajar dari anak cerdas, model Tutor Sebaya. 120
Merekatkan Hasil belajar cepat (Refleksi)
Pengulangan Pasif: Seakan semua tahap sudah dilalui, ternyata baru
setengah jalan walau waktunya tinggal 1/3, saatnya memberi waktu membaca
rangkuman dengan cepat, setelah itu guru diam, siswa hening tetapi otak mereka
makin membara segera menata ulang pokok-pokok pelajran di otak dan buku 125
catatannya. Mereka menjalani sendiri sendiri lorong-lorong memori dalam
otaknya, melakukan refleksi imajinatif yang merekatkan pelajaran. Ingatlah
bahwa otak merekam semua sejak dari awal, sekalipun belum mencapai pusat
sadar; ia dapat menerima, belajar, menyerap, mengolah dan menafsirkannya
sendiri. Ketika benar-benar terfokus tenang tanpa gangguan, nafas lebih lambat,
kadar O 2 darah naik, sel-sel otak menyala-nyala dan lebih efisien selama otak 130
dengan tenang mengulang-mengolah-menysusun semuanya. Guru dapat
membantu menggunakan metafora dan suggesti yang menenangkan pikiran
membawa siswa ke titik/kondisi alfa, hingga otak mereka benar-benar berada
pada puncak efektifitas dan efisiensi terbaiknya.
140

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 33


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Perulangan Aktif: Tahap membuat para siswa menggunakan hasil


belajarnya kedalam simulasi, permainan, termasuk permainan peran,
menggunakan kuis-kuis tanpa dinilai. Guru melakukan koreksi terhadapa
pemahaman siswa yang kurang atau salah secara tidak langsung; tak pernah 145
menunjuk siswa yang membuat kesalahan, melainkan secara halus mengajarkan
kembali seluruh siswa isi materi yang di koreksi.
Elaborasi dan Penilaian hasil belajar. Akhirnya kuis-kuis dan unjuk
kerja sederhana yang dinilai digunakan sesekali setelah siswa menguasai materi
150
dan yakin dengan kemampuan dan keterampilannya yang diperoleh dari
pengalaman belajar. Ulangan lisan, tulisan, unjuk kerja/praktik, penugasan dapat
menjadi pilihan untuk menilai hasil belajar setelah satu atau beberapa bulan
berikutnya. Sifat penilaian sebaiknya transparan tanpa mengorbankan wibawa
sang guru. Mengakhiri pelajaran dengan baik dan kesan tertentu pun amat
155
penting. Otak kita banyak mengingat bagian awal dan bagian akhir presentasi,
jangan sampai terlewatkan.
Hasil Riset dan Dampak Quantum Learning
Riset yang dilaporkan dalam jurnal selama 18 tahun terakhir mengenai
belajar cepat telah menunjukkan bukti kuat yang menakjubkan. Diantaranya, 160
kelas yang terdiri dari anak-anak dibawah normal dapat memacu kecepatan
belajarnya empat kali lipat. Bahkan lebih cepat dari anak normal yang belajar di
kelas konvensional. Dan tentunya perbandingan anak normal yang mengikuti
kelas belajar cepat dua-tiga kali lipat dengan kelas biasa, ini cukup
menunjukkan dampak positif akademisnya. Anda juga terbuka melakukan riset 165
yang sama tidak sekedar menerima begitu saja.
Selain ketinggian sisi ilmiah/akademiknya, belajar cepat mempunyai
implikasi yang cukup besar. Hasil pengamatan guru-guru metode belajar cepat
menemukan bahwa, para siswa menerima hasil prestasi tinggi dan keberhasilan
belajar dalam lingkungan belajar yang menyenangkan, menghibur, nyaman, dan
penuh kasih sayang; maka obat-obatan (narkoba); gaya hidup hura-hura;
perilaku menyimpang; tidak mudah memasuki dunia mereka. Memang tidak ada
tempat menyenangkan bagi pembelajar cepat selain komunitas belajar cepat,
optimisme, dan berpikir positif dan jauh kedepan. Jadi cara paling akurat
membersihkan ‘penyakit sosial’ remaja kita adalah salah satunya menerapkan

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 34


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

sistem belajar cepat di semua kelas semua sekolah semua lini pendidikan; dunia
dimana kita mengharapkan melahirkan generasi anak-cucu kita. Para siswa
melihat diri mereka dapat memikul tanggung jawab pribadi, mampu meraih
pilihan-pilihan positif dalam kehidupan ini; dari pada menjadi korban arus
perubahan pola hidup yang tak berdaya; mereka punya kesempatan dan
kemampuan untuk memilih menjadi pemenang.
Catatlah nomor baris yang terakhir anda baca selama satu menit dan kalikan dengan sembilan.
Dan jika anda memahami apa yang anda baca maka itulah kecepatan membaca anda.
Berlatihlah terus. Anda pasti bias, harus bias, bisaaaa!!!!!

Tes taraf pemahaman anda dengan kuis berikut ini :


1. Tujuan pembelajaran cepat (Akseleratif) adalah untuk
menciptakan citra diri positif. (B-S)
2. Dalam kelas belajar cepat, kursi kursi diatur setengah
lingkaran supaya siswa dapat melakukan kontak mata.
(B-S)
3. Untuk memulai pelajaran disarankan mengadakan
suasana hening diam dan tenang. (B-S)
4. Dalam tahap presentasi materi, imformasi diberikan
dengan latar musik, poster warnawarni, disampaikan
secara bersemangat dan menggebugebu. (B-S)
5. Untuk memastikan semua siswa dengan tipe belajar yang
berbeda dapat memahami materi pelajaran, guru
menunjukkan, memberitahu, menyentuh, bergerak, dan
mengulangi. (B-S)
6. Dampak yang dilihat para guru belajar cepat semata-mata
adalah peningkatan kecepatan belajar akademik yang luar
biasa, siswa tak jarang merasa bosan ingin menikmati
suasana berbeda. (B-
S)
7. Setelah menyampaikan materi pelajaran, guru
memberikan soal-soal untuk memastikan bahwa para
siswa memahaminya dengan benar. (B-S)
8. Program yang penting dalam sesi pengulangan adalah
santai, tenang dan perhatian. (B-S)
9. Bunga, poster-poster, karya seni, dianggap mengganggu,
jadi tidak pernah dihadirkan dalam kelas belajar cepat.
(B-S)

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 35


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

10. Para pelajar cepat jika perlu menggunakan obat-obatan


untuk menciptakan rasa senang dan nyaman didalam
kelasnya. (B-S)

Kunci kebehasilan ; bbsbbsbbsb adalah jawabannya.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 36


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

8. Skenario Pembelajaran Quantum T-A-N-D-U-R

Sebagai kerangka dasar mengorkestrasi kegiatan belajar dalam satu sesi


pembelajaran, Quantum menyarankan satu pola perancangan pembelajaran
ampuh T-A-N-D-U-R . Berasal dari bahasa Sunda yang berarti Tanamlah,
untuk memudahkan kita mengingat serangkaian langkah pembelajaran didala m
kelas. TANDUR disini adalah singkatan dari 6 langkah pokok perancangan
pembelajaran Quantum. T= Tumbuhkan; A= Alami; N= Namai; D= Demonstrasi;
U= Ulangi; R= Rayakan.

Buatlah skenario kegiatan belajar berupa detail kegiatan siswa dan guru, dengan kerangka
sbb;

Tumbuhkan ; (Pendahuluan dan Motivasi) Pikat diri mereka, libat sertakankan mereka,
dan puaskan perasaan AMBAK… mereka. Penyertaan menciptakan jalinan
kepemilikan dan saling pengertian, antara sesama siswa, juga guru. Belajar menjadi
lebih mudah dan menyenangkan.
Alami ; (Pengantar Pengalaman Belajar) Berikan pengalaman belajar awal dan
mamfaatkan has-rat alamiah otak mencari tahu dan menjelajah. Mamfatkan
pengetahuan dan keingintahuan siswa Cara, kegiatan atau permainan apa yang dapat
memfasilitasi “kebutuhan mengetahui’ siswa !!
Namai ; (Pemberian Imformasi) Pada saat gairah dan minat mereka memuncak, tepat
saatnya anda berikan ‘DATA’ secara akurat, singkat dan padat. Berikan waktu mereka
hening, merefleksi pengalaman belarnya. Saat ini otaknya memberi nama dan makna
tentang apa yang dipelajarinya.Pengalaman sebelumnya, hasil belajar dan data akurat
dari anda terkait secara bermakna di oatak.
Demonstrasikan ; (Pengalaman Belajar Inti) Buka kesempatan semua siswa
memperlihatkan, menerapkan, dan menjelaskan apa yang baru saja dimaknai dari
pengalaman belajar awal, atau belajar dengan cara lainnya, Disini merekalah pemeran
utama. Anda menilai proses belajarnya.
Ulangi ; (Rangkuman dan Evaluasi Diri) Untuk merekatkan keseluruhan pelajaran,
perlu dilakukan perulangan dengan cara yang berbeda dari awalnya. Perulangan harus
multi kecerdasan dan modali tas. Berikan soal atau test lainnya, biarkan siswa mengajarkan
perolehnya pada teman.
Rayakan ; (Penutup dan Afirmasi) Penghargaan, pengakuan dan dukungan atas usaha mereka belajar,
prestasi setiap orang. Cara apa yang sesuai merayakannya, aplaus, nyanyi bersama? Perayaan
merampungkan semuanya.
Kami melampirkan kerangka skenario pembelajaran untuk memudahkan anda merencanakan belajar
Quantum.
Anda harus berani dan mau memulai apa yang baru sajka anada pelajari, mulai sedikit dari mana saja
yang anda kuasai atau tertarik. Kami yakin Anda Pasti BISA!!!

Anda boleh mengcopi format berikut, kami siapkan untuk anada.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 37


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Topik/KD : M.P. / Kelas : No. SP

Pert. Ke
Jumlah Jam : Tgl.
;
Sesi (Sub Sesi) Aktivitas Guru Aktifitas Siswa Alat Bahan Wakti
Media Menit
Musik

umbuhkan :
Bagaimana saya dapat
menarik minat
mereka? Apa yang
dapat memu-askan /
menjawab AMBAK
mereka?

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 38


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

lami :
Apa yang harus
mereka kejakan
sebagai pengalaman
belajar. Agar
mengerti.

amai ;
Apa lagi yang mereka
perlukan?
Data, imformasi
singkat ?

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 39


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

emonstrasikan :
Bagaiamana agar
mereka bisa
MENUNJUKKAN
apa yang mereka
ketahui? Lihat ini !

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 40


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

langi :
Bagaimana cara
lainnya, agar siswa
MEMATRIKANNYA
Dalam ingatan
mereka? Aku
tahu..aku tahu……
Oh begini nih..!

ayakan :
Bagaimana agar setiap
ORANG dan setiap
USAHA diakui dan
dihargai.
Aku bisa…. Aku
berhasil ………!!

Selamat & Sukses


untuk Anda
Quantum Teacher !!!!

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 41


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Two. Pembelajaran Kontekstual


Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran Kontekstual (PK) merupakan suatu upaya pendekatan pembaharuan
pendidikan yang dikatakan sebagai hasil integrasi dari banyak praktek pembelajaran yang
baik. Dengan PK diharapkan pembelajaran makin relevan dan bermanfaat secara fungsional
bagi seluruh siswa.

Salah satu hal yang dihadapi guru dalam pembelajaran adalah kurangnya minat dan
motivasi siswa untuk belajar di kelas. Seringkali siswa mempraktikkan “multiple D”
yaitu datang, duduk, dengar, diam, dongkol dan dengkur. Mereka sering merasa
“terpaksa” datang dan menghabiskan waktunya di kelas.
Akhir-akhir ini mulai diperkenalkan suatu upaya pembaharuan pendekatan pembelajaran
yang disebut pembelajaran kontekstual. Menurut para pakar di Universitas Washington
(2001) Pembelajaran kontekstual ini merupakan integrasi dari banyak “praktik pembelajaran
yang baik”. Pembaharuan pendekatan dalam pendidikan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan relevansi dan manfaat pendidikan bagi seluruh siswa. Oleh karena itu melalui
pembelajaran kontekstual ini pemahaman siswa dapat lebih ditingkatkan.

A. Apa itu pembelajaran Kontekstual?


Pembelajaran pendekatan kontekstual dikembangkan oleh John Dewey
pada tahun 1916 yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada
pengembangan minat dan pengalaman siswa. Pembelajaran pendekatan
kontekstual selanjutnya dikembangkan oleh The Washington State Concortium for
Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20
sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika
Serikat. Salah satu kegiatanya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada
guru dari enam Propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di AS,
melalui Direktorat SLTP Depdiknas. ( Nurhadi 2002:27).
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 42
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Menurut Mulyasah (2002: 69) Sedangkan menurut Nurhadi


“Pendekatan kontekstual (2002:22) Dalam pembelajaran
bersifat alamiah karena pendekatan kontekstual, program
berangkat, berfokus dan pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiaan kelas yang dirancang
bermuara pada hakekat
guru, yang berisi skenario tahap demi
peserta didik untuk tahap tentang apa yang dilakukan
mengembangkan bersama siswanya sehubungan dengan

berbagai kompentensi topik yang akan dipelajarinya. Dalam


program tercermin tujuan
baru sesuai dengan
pembelajaran, media untuk mencapai
kompetensi masing- tujuan tersebut, langkah-langkah
masing”. poembelajaran dan penilaian yang
sebenarnya.
Menurut Cecep. ER bahwa
“Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke
permasalahan lain dari suatu konteks ke konteks lain”. Siswa mampu menggunakan
perolehan belajarnya dalam situasi yang berbedabeda, terutama dalam konteks
kehidupan yang nyata
Berdasarkan pengertian di atas jadi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Kontekstual merupakan bagian dari kerangka pendidikan yang dapat
digunakan guru untuk membantu siswa membuat pemebelajaran menjadi lebih bermakna
bagi siswa. Guru (bersama dengan siswa) memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi
siswa dengan cara mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan
dimana anak itu hidup serta budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Jadi penyajian
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam silabus dilakukan

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 43


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

dalam keterkaitan anatara apa yang dipelajari dalam kelas dengan kehidupan sehari-hari
siswa.
Dengan memilih konteks secara hati-hati siswa secara perlahan-lahan
digerakkan pemikirannya agar tidak berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja tetapi mengkaitkan aspek-aspek pembelajaran itu dengan
kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka dan lingkungan masyarakat yang
lebih luas. Pengalaman belajar siswa tidak dikotak-kotakkan dalam silabus yang
terpisah-pisah. Karenanya, guru memilih konteks dan merancang pembelajaran
yang kondusif untuk belajar yang terintegrasi (saling berkaitan), interdisipliner
(dipandang dari berbagai bidang ilmu), dan mencerminkan situasi kehidupan nyata.

B. Mengapa Pembelajaran Kontekstual


Tepat Untuk Pembekalan Kecakapan
Hidup?.
Pendidikan di sekolah umumnya mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama
mempersiapkan siswa untuk memasuki jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi
dan kedua: untuk mengembangkan manusia yang literat ilmu dan teknologi yang
membantunya mengembangkan diri untuk hidup dalam masyarakat sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi yang berlaku. Penggunaan Pendekatan
Kontekstual dalam pembelajaran sangat mendukung pencapaian tujuan yang kedua
ini.
Dengan Pembelajaran Kontekstual siswa diharapkan dapat memperkuat,
memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai
kondisi di lingkungan sekolah maupun luar sekolah dalam rangka memecahkan
permasalahan yang disimulasikan maupun permasalahan nyata. Melalui PK, belajar
berarti mempersiapkan diri siswa hidup dalam masyarakat dengan perkembangan ilmu
dan teknologi yang pesat.
Pembelajaran Kontekstual tepat untuk pembekalan kecakapan hidup karena melalui
Pembelajaran Kontekstual siswa dapat dilatih menulis jurnal belajar yang merupakan
ungkapan hasil refleksi diri mengenai kegiatan belajarnya.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 44


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

C. Enam Elemen Utama Pembelajaran


Kontekstual
Menurut Nortwest Regional Education Laboratory (University of Washington, 2001),
terdapat enam elemen utama Pembelajaran Kontekstual yaitu:
1. Pembelajaran bermakna
Belajar dipandang sebagai sesuatu yang relevan atau bermanfaat bagis siswa karena
isinya dikaitkan dengan kehidupan nyata dan nilai yang dimiliki siswa. Siswa
mengerti manfaat isi pembelajaran dan merasa berkepentingan untuk belajar demi
kehidupannya di masa yang akan datang.

2. Penerapan pengetahuan
Kemampuan untuk melihat bagaimana sesuatu yang telah dipelajari dapat
diterapkan juga pada lingkungan lain, serta bermanfaat pada saat sekarang atau
di masa yang akan datang.
3. Pemikiran tingkat tinggi
Para siswa dituntut untuk menggunakan pemikiran kritis maupun kreatif pada
saat pengumpulan data, memahami suatu issu, atau memecahkan permasalahan.
4. Kurikulum yang berhubungan dengan standar
Isi pembelajaran bersangkut-paut dengan beragam standard lokal, provinsi,
nasional, maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dengan
dunia kerja.
5. Responsif terhadap budaya
Guru sebagai pendidik harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan,
dan adat istiadat/kebiasaan para siswa, rekan pendidik maupun masyarakat
tempat guru mendidik. Berbagai budaya individu dan kelompok mempengaruhi
pembelajaran. Budaya tersebut maupun hubungan antar budaya berpengaruh
terhadap bagaimana seorang pendidik membelajarkan siswa. Ada empat hal
yang harus dipertimbangkan: individu siswa, kelompok siswa (kelompok kecil
atau seluruh siswa), kondisi sekolah, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.
6. Penilaian autentik
Pemanfaatan banyak strategi penilaian yang secara valid merefleksikan hasil aktual
pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dari para siswa. Hal tersebut dapat
mencakup penilaian terhadap proyek dan kegiatan atau kinerja siswa. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan portofolio, rubrik, daftar cek, maupun panduan
observasi, disamping mendorong siswa menjadi partisipan aktif untuk menilai hasil
melajarnya sendiri melalui jurnal belajar serta penggunaan tiap penilaian untuk

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 45


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

memperbaiki kemampuan menulis mereka. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian


tugas yang relevan dan kontekstual. Penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil
pembelajaran.

Tahukah anda perbedaan pendekatan lama dengan CTL? Atau anda sependapat dengan
orang awam yang mengatakan perubahan dalam pendekatan belajar itu hanya ganti kulit/
nama saja!?
Perbedaan antara pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional (behaviorisme
/ strukturalisme):

NO PENDEKATAN CTL PENDEKATAN TRADISIONAL


Siswa secara aktif terlibat dalam proses Siswa adalah penerima informasi secara
1
pembelajaran. pasif
Siswa belajar dari teman melalui kerja
2 Siswa belajar secara individual
kelompok, diskusi, saling mengoreksi
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan
Pembelajaran verbal, sangat abstrak dan
3 nyata dan atau masalah yang
teoritis
disimulasikan
Perilaku dibangun atas kebiasaan dan
4 Perilaku dibangun atas kesadaran diri
ikatan
Ketrampilan dikembangkan atas dasar Ketrampilan dikembangkan atas dasar
5
pemahaman latihan
Siswa diminta bertanggung jawab
Guru adalah penentu jalannya proses
6 memonitor dan mengembangkan
pembelajaran dan kemajuan belajar
pembelajaran mereka masing-masing
Pembelajaran memperhatikan produk
Penghargaan terhadap pengalaman belajar
7 belajar, kurang memperhatikan pengalaman
siswa sangat diutamakan
siswa
Hasil belajar diukur dengan berbagai cara
Hasil belajar diukur hanya dengan tes
8 : proses bekerja, hasil karya, penampilan,
produk belajar (Evaluasi Hasil Belajar)
rekaman, tes dan lain-lain
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, Pembelajaran terutama terjadi di dalam
9
konteks, dan setting secara simultan kelas
Seseorang berperilaku baik karena dia
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan itu. Kebiasaan ini
10
yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat dibangun dengan hadiah yang
menyenangkan.
11 Menyandarkan pada memori spasial. Menyandarkan kepada hapalan

12 Pemilihan informasi berdasarkan Memilih informasi ditentukan oleh guru


kebutuhan individu siswa.
13 Cenderung mengintergrasikan beberapa Cenderung terfokus pada satu bidang
bidang (disiplin). (disiplin) tertentu.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 46


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

14 Selalu mengkaikan informasi dengan Memberikan tumpukan informasi kepada


pengetahuan awal yang telah dimilki siswa sampai pada saatnya diperlukan.
siswa.
15 Menerapkan penilaian autentik melalui Penilaian hasil belajar hanya melalui
penerapan praktis dalam pemecahan kegiatan akademik berupa ujian.
masalah.

D. Pendekatan CTL memiliki tujuh


komponen utama:
1. Konstruktivisme (contructivism)
Konstruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan CTl, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak secara tiba-tiba.
2. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
apapun materi yang diajarkannya.

3. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya
(questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahuinya.

4. Masyarakat Belajar (learning community)


Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
dari kerja sama dengan orang lain. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila
ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan
masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya
dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

5. Pemodelan (modeling)
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 47
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah


pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa
ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melafalkan
bahasa Inggris, dan sebagainya. Atau guru memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”
sesuatu dengan bermakna dan lebih cepat.

6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang
baru diterima.

7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)


Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa
perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan benar. Karena assessment menekankan proses
pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan
nyata dan bervariasi yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran (data autentik).

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan


rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap
tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang
akan dipelajarinya. Dalam program pembelajaran tercermin tujuan pembelajaran
(Kompetensi Dasar dan Indikator-nya), media untuk mencapai tujuan tersebut,
langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya (penilaian sesungguhnya
dan menyeluruh).
Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang
membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih
menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional),
sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario
pembelajarannya (Pengalaman/proses belajar siswa yang terintegrasi dengan kegiatan
guru sebagai fasilitator). Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan program
pembelajaran ( RP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 48


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa


yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator
pencapaian hasil belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu.
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa dan guru sebagai fasilitator dengan
pembagian waktunya dalam menit. Rincilah apa yang dilakukan siswa dan apa yang
menjadi tanggung jawab guru selaku fasilitator menit demi menit mulai dari awal hingga
akhir sesi pembelajaran. Berikut ini salah satu format Skenario Belajar sebagai contoh
yang tidak mengikat;
I. membuka pelajaran (memotivasi, apa mamfaatnya topik tersebut bagi siswa,
bagaimana hal itu terkait dengan kehidupan nyata,)
II. Pengantar belajar (memberikan uraian secara jelas mengenai Kompetensi dasar,
Indikator yang harus dicapai dan Materi pokok/umum apa yang harus dikuasai;
Serta keterkaitannya dengan pengetahuan siswa sebelumya)
III. Pengalaman Belajar (Kegiatan Inti) bentuk kegiatan apa yang harus dilakukan
siswa untuk mengalami pembelajaran langsung (bukan melalui penjelasan guru)
dan nyatakan apa yang harus dikerjakan guru dan dalam posisi sebagai apa
(sesuai bentuk pengalaman belajar siswa yang direncanakan/disepakati). Pada
bagian ini juga pelu dinyatakan penilaian proses yang harus dilakukan guru,
sesuai dengan Autentic Assessment; (aspek yang dinilai terutama psikomotor dan
afektif, cara dan kriteria penilaian, serta bentuk dan uarian instrument dapat
dituliskan tersendiri dalam Instrumen Penilaian)
IV. Penguatan / Pengulangan Hasil Belajar, guru merencanakan bagaimana guru dan
siswa merangkum, menguatkan, meluruskan, merepleksikan perolehan belajarnya
(termasuk pemberian PR, Ulangan Harian untuk penilaian kognitif)
V. Akhir pembelajaran; rencanakan bentuk-bentuk pernyataan penghargaan atas
partisipasi belajar siswa, sekecil apapun (penutup).
5. Nyatakan authentic assessment-nya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran. Bagaiamana kemajuan belajarnya dapat
diukur, lampirkanlah dengan rinci Instrumen penilaian apa saja yang akan
digunakan untuk semua aspek Kognitif, Psikomotor dan Afektif.
Pendekatan kontekstual berisikan cara-cara belajar yang lebih mudah dan bermakna dengan
adanya pembelajaran langsung (guru sebagai fasilitator) terkait dengan pengalaman nyata dan
memamfaatkan pengetahuan / pengalaman sebelumnya, lingkungan sekitar. Siswa terlibat
menentukan materi belajar, siswa bebas menggunakan gaya dan cara belajarnya. Semua siswa
memperoleh pelayanan proporsional sesuai kecepatan belajarnya. Pembelajaran
menghormati nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan nilai-nilai yang dianut oleh individu
siswa.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 49


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Kompetensi Guru
Berdasarkan sejumlah pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi
kompetensi tersebut diatas maka konsep dari kompetensi guru
dijabarkan/diidentifikasikan ke dalam lima kompetensi dimana masing-masing
kompetensi tersebut dibagi lagi menjadi sub kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap
guru (Suryobroto dalam Sembiring, 2004:6):
1. Memahami landasan dan wawasan pendidikan:
a. Memahami landasan pendidikan, filosofis, sosiologis, kultural, psikologis, ilmiah
dan teknologis.
b. Memahami asas-asas pokok pendidikan.
c. Memahami aliran-aliran pendidikan.
d. Memahami teori-teori belajar.
e. Memahami perkembangan peserta didik.
f. Memahami pendekatan sistem dalam pendidikan.
g. Memahami tujuan pendidikan nasional.
h. Memahami kebijakan-kebijakan pendidikan nasional.
i. Memahami kebijakan pendidikan di tingkat/jenjang pendidikan tempat mengajar.
2. Menguasai materi pembelajaran.
3. Menguasai pengelolaan pembelajaran:
a. Mampu mengidentifikasi karakteristik peserta didik.
b. Mampu mengembangkan perencanaan pembelajaran.
c. Mampu mengembangkan materi pembelajaran.
d. Mampu mengembangkan metode, media, dan sumber belajar.
e. Mampu menentukan strategi pembelajaran.
f. Memiliki keterampilan dasar-dasar pembelajaran; menerapkan sistem, pendekatan
dan metode belajar yang bervariasi.
g. Mampu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sesuai
dengan tujuan dan karakteristik pelajarannya.
4. Menguasai evaluasi pembelajaran:
a. Menguasai konsep dasar evaluasi.
b. Mampu memilih dan mengembangkan metode evaluasi sesuai tujuan pembelajaran.
c. Mampu mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran.
d. Mampu melaksanakan evaluasi, pensekoran dan interpretasi hasil evaluasi.
e. Mampu menggunakan hasil-hasil evaluasi untuk kepentingan tindak lanjut
pembelajaran.
5. Memiliki kepribadian, wawasan profesi, dan pengembangannya:
a. Memiliki sikap, nilai, moral dan berperilaku sebagai pendidik.
b. Memiliki integritas dan dedikasi sebagai pendidik.
c. Memiliki komitmen terhadap pengembangan profesi, untuk terus meningkatkan
kinerjanya.
d. Mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan secara efektif dalam forum ilmiah.
e. Menguasai metodologi penelitian dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk
kepentingan pembelajaran.
f. Mampu mengadopsi dan mengembangkan inovasi-inovasi baru bidang pendidikan.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 50


Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

Penerapan (aplikasi) dari lima kompetensi guru dalam KBK


1. Memahami landasan dan wawasan pendidikan.
Landasan akademik/filosofis dari KBK menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh
John Dewey dan Vygotsky dimana pendapat mereka yaitu:
John Dewey mengatakan bahwa “peran pendidikan adalah mengajar siswa cara menjalin
hubungan antara sejumlah pengalaman baru melalui pengalaman lama menjadi pengetahuan”.
Vygotsky mengatakan bahwa “pengalaman di luar kelas dibawa ke kelas dan pengalaman
belajar siswa sangat penting”.
♥ Teori belajar yang digunakan dalam KBK adalah teori belajar Kognitif yang
dikemukakan oleh aliran psikologi Gestalt dimana pendapat mereka yaitu:
a. “Bila siswa diberi informasi baru, informasi tersebut akan masuk ke dalam susunan
kognitif dan melekat pada informasi yang telah ada apabila informasi tersebut memiliki
makna bagi siswa”.
b. “Struktur kognitif yang ada bertindak sebagai advanced organizer”.
♥ Salah satu kebijakan pendidikan nasional adalah mengembangkan kurikulum 1994
Suplemen 1999 menjadi KBK. Oleh karena itu terdapat beberapa perbedaan antara
kurikulum 1994 dengan KBK dalam beberapa aspek seperti:
- Aspek filosofi
- Aspek tujuan
- Aspek materi pembelajaran
- Aspek proses pembelajaran
- Aspek cara penilaian
c. Menguasai materi Pokok pembelajaran
Materi pembelajaran dalam KBK ditentukan oleh sekolah berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sedangkan pusat hanya menetapkan materi pokok
(esensial). Agar siswa dapat mencapai kompetensi dasar dalam mata pelajaran sains maka
guru harus memahami setiap indikator yang ada dalam kompetensi dasar agar nantinya
dapat memberikan pengalaman belajar yang tepat kepada siswa.

d. Menguasai pengelolaan pembelajaran.


a. Proses pembelajaran dalam KBK memperhatikan karakteristik peserta didik yang
berbeda-beda dimana ada siswa yang cepat dalam menerima pelajaran dan ada siswa yang
lambat menerima pelajaran, siswa yang cepat menerima pelajaran diberi program
pengayaan sedangkan siswa yang lambat menerima pelajaran diberi program remedial.
Selain itu dalam KBK disarankan agar membentuk kelompok belajar (learning
community) yang anggotanya heterogen dimana di dalamnya terdapat siswa yang pintar
dan siswa yang lemah dalam menerima pelajaran.
b. Rencana pembelajaran dalam KBK berorientasi Proses sehinngga isinya lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap
tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Hal itu berbeda dengan rencana pembelajaran konvensional yang
berorientasi Tujuan lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan
operasional).
c. Proses pengembangan materi pembelajaran dalam KBK harus dilakukan dengan
memperhatikan hubungan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dimana siswa akan belajar lebih baik melalui kegiatan mengalami sendiri dalam
lingkungan yang alamiah.
d. Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat melalui berbagai kegiatan
seperti pengamatan, pengujian / penelitian, sosiodrama / bermain peran, diskusi,
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 51
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

demonstrasi/peragaan model, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca.


Sedangkan sumber bahan/alat yang digunakan dalam KBK dapat berupa buku teks, jurnal,
hasil penelitian, terbitan berkala, dan lain-lain.
e. Strategi pembelajaran yang lebih banyak digunakan dalam KBK yaitu Pendekatan
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL)) yang merupakan “konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat” Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu:
1. Konstruktivisme (Constructivism) 5. Pemodelan (Modeling)
2. Menemukan (Inqury) 6. Refleksi (Reflection)
3. Bertanya (Questioning) 7. Penilaian yang sebenarnya
4. Masyarakat Belajar (Learning (Authentic Assessment)
Community)
f. Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami
konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses sains yang perlu
dilatihkan antara lain:
1. Mengamati
2. Menggolongkan atau mengkelaskan
3. Mengukur, mengkalkulasi,
4. Menggunakan alat
5. Menafsirkan, Menghubungkan,
6. Memprediksi, memanipulasi, mengubah
7. Menganalisis
8. Mengkomunikasikan hasil pemahamannya melalui berbagai cara seperti:
presentasi, lisan, tertulis, dan diagram, membuat jurnal dan laporan penelitian
e. Menguasai evaluasi pembelajaran.
f. Konsep dasar evaluasi dalam sistem penilaian berbasis kompetensi yaitu dengan
memperhatikan:
- Standar kompetensi
- Kompetensi dasar
- Indikator pencapaian
- Materi pokok
- Pengalaman belajar
- Penilaian: meliputi Jenis tagihan, dan Bentuk instrumen/soal
- Aspek afektif: Non ujian, observasi, dan kuesioner.
Misalnya: Minat, sikap, disiplin,
b. Tujuan penilaian berbasis kompetensi:
1. Menilai kemampuan individual siswa melalui tugas/tagihan tertentu.
2. Menentukan kebutuhan pembelajaran.
3. Membantu dan mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuannya.
4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik.
5. Menentukan strategi pembelajaran yang lebih tepat.
6. Akuntabilitas lembaga / Institusi penyelenggara pendidikan.
7. Meningkatkan kualitas pendidikan.
c. Ada dua asumsi acuan penilaian:
1. Acuan norma:
- Kemampuan orang berbeda.
- Tes harus bisa membedakan orang dengan menggunakan distribusi normal.
Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 52
Created by PantunMsitorus; Belajar....2005

- Parameter butir: tingkat kesulitan dan daya beda.


- Hasil penilaian dibandingkan dengan kelompoknya.
2. Acuan kriteria (Lebih ditekankan dalam KBK) melalui penilaian sesungguhnya/
Autentik Assesment:
- Semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda.
- Perbedaan kemampuan tidak selalu berbentuk distribusi normal.
- Parameter butir: tingkat pencapaian dan indeks sensitifitas.
- Standar harus ditentukan terlebih dahulu (SKBM).
- Hasil penilaian: lulus dan tidak lulus.
f. Memiliki kepribadian, wawasan profesi, dan pengembangannya.
Agar dapat melaksanakan pembelajaran dalam KBK dengan baik maka setiap guru
mata pelajaran hendaknya memiliki wawasan/pengetahuan yang cukup mengenai KBK
baik mengenai elemen esensial pendidikan berbasis kompetensi, juga alasan tejadinya
pengembangan kurikulum 1994 menjadi KBK maupun manfaat pembelajaran berbasis
kompetensi.
Menurut DEPDIKNAS elemen esensial pendidikan berbasis kompetensi:

1. Kompetensi: Pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang didemonstrasikan.


Meliputi kemampuan akademik kognitif, ketrampilan unjuk kerja psikomotorik dan
kecakapan afektif berupa kemampuan/ kemauan bersikap dan perilaku inteligen
secara sewajarnya sesuai nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya dan lingkup
yang lebih luas.
2. Kriteria penilaian kompetensi dengan standar yang ditentukan lebih dahulu.
3. Penilaian kompetensi siswa dilakukan dengan prinsip Autentic Assesment,
melibatkan berbagai macam cara, bentuk, instrumen penilaian dan dilakukan secara
bekelanjuatan.
4. Kemajuan belajar siswa ditentukan oleh kompetensi yang ditampilkan, diamati dan
dinilai guru secara bekelanjutan dalam rentangan waktu tertentu.
5. Program remedial dan program pengayaan. Perbaikan / remidial dilakukan agar
siswa dengan kecepatan belajar normal memperoleh kesempatan memperbaiki
kompetensinya untuk pencapaian kompetensi minimal yang disyaratkan.
Pengayaan untuk siswa yang memiliki kecepatan belajar diatas normal mencapai
kompetensi lebih dari yang disyaratkan.
6. Kecepatan dan model / cara belajar siswa tidak sama. Untuk itu perlu dilakukan
bentuk-bentuk pengalaman belajar yang bervariasi di dalam kelas maupun di luar
kelas.
7. Kemampuan membaca menjadi faktor penentu. Baik bagi siswa maupun guru
kemampuan membaca dan meyerap imformasi yang lebih banyak dalam waktu
yang lebih singkat perlu terus ditingkatkan. Samapai saat ini sumber imformasi
terpenting yang dibutuhkan dalam belajar/mengajar adalah melalui membaca.

Dengan demikian dalam Perancangan Pembelajaran yang meliputi semua kerangka


pembelajaran (Pengembangan Sillabus dan Penilaian) yang dilakukan oleh guru harus
memahami Landasan Pendidikan Berbasis Kompetensi, menguasai Pengelolaan Kegiatan
Pembelajaran Kontekstual, mampu menerapkan penilaian Kompetensi, menguasai materi
pokok, dan berpijak pada tujuh (7) elemen Pendidikan Berbasis Kompetensi diatas.
Kompetensi guru akan tercermin dalam butir-butir kegiatan guru mulai dari Pengembangan
sillabus, Rencana Penilaian, Skenario pembeljaran, bentuk pengalaman belajar dan
pendekatan belajar yang digunakan.

Belajar dan pembelajaran  \\pantun@msitorus.net.id☺sman1porsea©2005 2

You might also like