You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sumpah pemuda telah menjadi suatu peristiwa historis dimana bangsa


Indonesia yang notabenenya belum merdeka, seolah siap bertransformasi
menjadi suatu bangsa yang besar. Bangsa yang mencintai tanah airnya
sebagai bagian kehidupannya dan menjadikan rasa, paham, dan semangat
kebangsaan sebagai modal dalam mewujudkan cita-cita perjuangan dan
kemerdekaan melalui tangan para pemudanya. Ini adalah salah satu contoh
sejarah yang sering dilupakan. Sejarah bercerita mengenai perjuangan para
tokoh yang dapat membangun motivasi membangun tanah air sekaligus
menguatkan rasa cinta kita terhadap tanah air, seperti para tokoh perjuangan
dahulu yang menjunjung tinggi nasionalisme.

Sedangkan nasionalisme saat ini adalah hal yang seringkali diabaikan


masyarakat Indonesia. Jiwa bela Negara dan kecintaan terhadap Negara
yang cenderung rendah pada generasi muda Indonesia, menjadikan bangsa
ini rawan terhadap degradasi moral. Generasi muda yang akan melanjutkan
tongkat estafet pembangunan negeri ini seharusnya menyadari bahwa
nasionalisme adalah unsur penting dalam menjadikan dirinya peduli terhadap
kemajuan Indonesia ke arah yang lebih baik.

Karena generasi muda berarti semangat yang menggebu-gebu,


karakteristik yang mewakili cita-cita para pahlawan dalam menjadikan
Indonesia Negara yang lebih baik. Generasi muda diharapkan dapat belajar
dari semangat para tokoh pergerakan di masa lalu, para pahlawan yang
berdedikasi dan memiliki jiwa bela Negara dan tentu saja, nasionalisme,
dalam setiap denyut nadi mereka.

1
Banyak metode dan cara yang dapat dilakukan agar para generasi
penerus dapat berkaca pada perjuangan di masa lampau, kejayaan para
tokoh penggerak di masa lalu, mengenal, mengetahui, serta mengaplikasikan
pengetahuannya tentang para tokoh pergerakan untuk terus membangun
negeri tercinta.

1.2 TUJUAN

Beberapa tujuan yang dapat kami ambil dari makalah yang berjudul
“Pengenalan Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional Pada Generasi Muda Guna
Menumbuhkan Jiwa Bela Negara Dan Nasionalisme Sejak Dini” adalah :

1. Untuk melihat sejarah para tokoh-tokoh pada masa Pergerakan


Nasional.

2. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi oleh para tokoh-tokoh


pergerakan nasional untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

3. Memberikan inspirasi kepada pemuda Indonesia bagaimana


menumbuhkan jiwa cinta tanah air.

4. Untuk meningkatkan semangat pemuda Indonesia akan jiwa bela


negara dan nasionalisme pada masa sekarang.

5. Memberikan panutan untuk bagaimana pemuda Indonesia


menghadapi beberapa tantangan yang akan dihadapi dari dalam dan luar.

6. Untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan para pemuda Indonesia


sejak dini.

2
BAB II

ISI

2.1 KONDISI JIWA NASIONALISME GENERASI MUDA SAAT INI

“Jangan tanyakan apa yang dapat negara berikan kepadamu, tetapi


tanyalah apa yang sudah Anda berikan kepada negara.” Presiden AS John F.
Kennedy. Semangat nasionalisme yang berada di balik makna ungkapan
yang populer di seluruh dunia itu agaknya sangat kontekstual dengan kondisi
di Indonesia. Namun demikian, kenyataan yang ada saat ini justru
memperlihatkan kesadaran bernegara, kesediaan berkorban membela
negara, dan mencintai negara pada warga negara sudah mengalami erosi
yang sangat tajam. Jika dilihat secara objektif faktor penyebab dari profil
ironis anak bangsa dewasa ini adalah kesalahan pada sistem pembangunan
nasional masa silam. Pembangunan aspek sumber daya manusia (SDM)
yang seharusnya mendapat tempat teratas justru tidak menjadi prioritas
utama pembangunan jangka panjang. Selama ini, konsep pembangunan
SDM, merupakan generasi muda bangsa, dilaksanakan secara beriringan
dengan derap pembangunan fisik-material atau pembangunan ekonomi.
Namun, dalam praktiknya, pembangunan SDM tertinggal dari pembangunan
ekonomi. Akibatnya, hasil pembangunan SDM dari proses pendidikan kurang
maksimal.

Sebagai hasil dari pembangunan di bidang ekonomi, generasi muda


bangsa ini cenderung memiliki sikap, mental, dan perilaku yang materialistis,
individualistis, dan pragmatis. Setiap orang hanya cenderung memikirkan
kepentingannya sendiri. Setiap individu berpikir dan bertindak berdasarkan
imbalan apa yang bakal dia peroleh saja. Cara pandang seperti itulah yang
dominan merasuki benak generasi muda dewasa ini. Indikasinya, bisa dilihat

3
dari gambaran umum kualitas produk akhir yang dihasilkan sistem pendidikan
nasional sebagai media pembangunan SDM.

Membangun SDM bukanlah suatu yang instan. Segala jerih-payah dari


apa yang dikerjakan sekarang baru bisa dipetik hasilnya oleh bangsa ini pada
15 tahun sampai 20 tahun yang akan datang. Pembangun SDM mengenai
aspek-aspek kesadaran bernegara dan kesadaran bela negara inilah yang
sejatinya perlu dibangun dan ditumbuhkan secara terus-menerus oleh
bangsa ini karena kita memerlukannya dalam suatu waktu tertentu saja tetapi
secara kontinu selama bangsa ini berdiri. Namun saat ini hampir tidak ada
pendidikan yang memberikan secara maksimal budi pekerti serta kesadaran
bernegara dan membela negara. Akibatnya, rasa cinta kepada negara
semakin hari semakin menipis di jiwa warga negara. Belum lagi derasnya
pengaruh globalisasi sekarang ini semakin mempengaruhi hilangnya
kecintaan kepada negara.

2.2 MASALAH-MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT KURANGNYA JIWA


BELA NEGARA DAN NASIONALISME

Masalah-masalah yang timbul akibat kurangnya rasa, paham dan


semangat kebangsaan antara lain adalah penurunan moral pemuda sebagai
generasi penerus bangsa. Ini disebabkan kurangnya apresiasi dan
penghayatan terhadap perjuangan para tokoh sehingga terlena dengan
kemerdekaan ini. Pengaruh lainnya dari hilangnya spirit kemerdekaan di
dalam jiwa generasi muda adalah kegagalan pemerintah dalam
menumbuhkan sikap cinta tanah air lewat pendidikan fisik (physic education)
terutama melalui pendidikan sejarah. Pemerintah mulai melupakan
bagaimana perjuangan rakyat Indonesia tempo dulu dalam meraih dan
mempertahankan kemerdekaan sehingga romantika kesejarahan ini tidak lagi
dirasakan oleh generasi muda saat ini akibat tidak adanya pendidikan khusus
yang diberikan pemerintah pusat kepada mereka. Pemerintah hanya

4
mementingkan ideologi para penguasa namun kurang peduli terhadap masa
depan bangsa dan rakyatnya sehingga rasa kebangsaan (nation) tidak
terlihat dari generasi penerus bangsa sekarang.

Mengamati kondisi nasionalisme dan kebangsaan di kalangan


generasi muda serta spirit kemerdekaan mereka mulai berkurang akibat
contoh yang salah dan kurang mendidik serta sikap acuh tak acuh
pemerintah yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan
Sehingga rasa nasionalisme yang diharapkan tumbuh di dalam jiwa generasi
penerus bangsa kini hanya sebatas wacana saja, tanpa adanya realita yang
kita harapkan bersama. Kondisi ini juga disebabkan pengaruh globalisasi dan
informasi modern serta era keterbukaan yang mulai melanda negara kita dan
inilah yang menyebabkan hilangnya semangat membela tanah air atau
kemerdekaan di dalam diri mereka. Kegagalan pemerintah atau penguasa
yang kukuh menonjolkan ideologi masing-masing menjadi handicap utama
sehingga rasa kebangsaan (nation) dari generasi muda mulai berkurang.
Pemerintah juga dinilai gagal dalam menumbuhkan sikap cinta tanah air
lewat pendidikan fisik misalnya pendidikan sejarah.

Untuk itu, pemerintah hendaknya perlu mawas diri dan melakukan


koreksi diri dalam melakukan tindakan serta mulai memberdayakan generasi
muda penerus bangsa, disamping itu pemerintah juga diharapkan tidak lagi
menonjolkan egoisme pribadi dan golongan tetapi mulai peduli terhadap
kepentingan rakyat dan bangsanya dan mulai memberikan tempat atau porsi
lebih kepada pendidikan fisik bagi generasi muda contohnya pendidikan
kewarganegaraan dan tidak lagi mengalami intervensi dari pihak manapun
juga.

Sedangkan bagi generasi muda penerus bangsa juga harus


mengetahui dan merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya dan
tidak mudah terpengaruh dengan era globalisasi dan informasi yang semakin

5
hari semakin canggih dan berkualitas tinggi. Sejarahwan juga harus mampu
mensiasati fenomena ini karena disinilah letak tingkat keilmuan mereka
bagaimana mengamati persoalan bangsa saat ini.

BAB III

URGENSI MENGENAL PARA TOKOH PERGERAKAN NASIONAL

3.1 TOKOH PERGERAKAN NASIONAL SEBAGAI PANUTAN


MASYARAKAT

Dewasa ini kita sadari bahwasannya pahlawan dan kepahlawanan


telah mengalami keragaman makna, sehingga perlu adanya predikat untuk
menjelaskan makna kepahlawanan. Kita mengenal pahlawan proklamator,
pahlawan revolusi, pahlawan kemerdekaan, pahlawan nasional, pahlawan
reformasi bahkan sampai pada dikenalnya pahlawan lingkungan ( para
penerima kalpataru). Sedangkan disisi lain berkembang pula makna dari
kepahlawanan diantaranya pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan lapangan
hijau dan lain-lain. Beragamnya makna kepahlawanan dewasa ini tidak lain
dipengaruhi oleh tuntutan perkembangan zaman.

Menurut Ben Anderson, tujuan daripada menciptakan sosok pahlawan


adalah untuk mengekalkan “rasa” ikatan kebangsaan yang sebenarnya
sangat abstrak. Pahlawan dan kepahlawanan merupakan kebutuhan
sosiologis masyarakat suatu Negara, fungsi daripada kehadiran sosok
pahlawan dalam kehidupan masyarakat adalah pahlawan sebgai simbolisasi
sosok ideal yang bisa dijadikan panutan bagi masyarakat. hal inilah yang
menyebabkan setiap bangsa berusaha untuk melahirkan figure pahlawan
dalam kurun waktu tertentu yang nantinya diharapkan munculnya sosok
pahlawan sebagai panutan masyarakat akan mampu menjadi penopang
daripada upaya pembentukan karakter bangsa. Memang bukanlah hal yang
mudah untuk dapat menemukan sosok pahlawan yang sejati, yang bisa

6
dijadikan idola, panutan dan teladan bagi seluruh lapisan masyarakat, namun
mengingat peran strategis pahlawan dalam pembentukan karakter bangsa
sosok pahlawan harus terus dihadirkan. Dalam konteks itu, mungkin yang
perlu diupayakan adalah penetapan figure secara hati-hati,sehingga sosok
yang ditampilkan memenuhi berbagai persyaratan kepahlawanan yang
berlaku umum.

Terlepas dari sosok pahlawan, bila kita berbicara tentang sosok


panutan, bisa siapa saja. Banyak tokoh-tokoh kemasyarakatan yang dapat
dijadikan panutan, mereka yang pemikiran serta karya-karyanya diakui oleh
masyarakat luas, meskipun tidak ada suatu penghargaaan khusus dari
pemerintah.banyak dari sikap sera pemikiran dari mereka yang bisa kita
teladani.

Berbicara mengenai pengertian pahlawan, kita bisa mengambil tiga


unsur penting yang diataranya pengorbanan, keberanian dan membela
kebenaran. Selain ketiga unsur tersebut yang kita dapatkan dari usaha
pemaknaan sosok pahlawan adalah sosok yang bermental pejuang, percaya
diri, optimis dan punya integritas tinggi. Nilai-nilai tersebutlah yang harusnya
dijadikan contoh dan diterapkan oleh masyarakat bangsa ini di masa
sekarang. Untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut di masa sekarang
bukanlah hal yang mudah, hal ini banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial-
politik yang memang tidak mendukung berkembangnya nilai-nilai terpuji yang
dimiliki pahlawan tersebut.

Intinya, memaknai perjuangan para pahlawan secara positif sama


artinya dengan melaksanakan perjuangan itu sendiri. Dan, anak muda
sekarang memang sebaiknya terus berjuang memajukan negeri ini dengan
tetap menjadikan semangat pantang menyerah para pahlawan sebagai
panutan.

7
3.2. ESENSI MASING-MASING TOKOH DALAM MENUMBUHKAN RASA,
PAHAM, DAN SEMANGAT KEBANGSAAN

Sejak menginjakkan kakinya di bumi Indonesia pada tahun 1956,


penjajah Belanda kurang memperhatikan kesejahteraan golongan pribumi
(orang-orang Indonesia). Mereka terus mengeruk kekayaan alam dan
menindas rakyat Indonesia, tanpa mau memperhatikan nasib rakyat itu
sendiri. Caranya adalah dengan menjalankan Politik Balas Budi atau dikenal
dengan sebutan Politik Etis. Politik Etis sebenarnya merupakan bentuk
penjajahan kebudayaan yang halus sekali. Tujuannya adalah untuk
memperoleh tenaga baru pegawai rendah yang bersedia digaji lebih murah
dari pada tenaga bangsa-bangsa Belanda. Banyaknya penduduk pribumi
yang bersekolah telah menghasilkan kaum cerdik pandai dikalangan
penduduk pribumi. Kaum cerdik pandai inilah yang mempelopori kesadaran
kebangsaan, yaitu suatu kesadaran tentang perlunya persatuan dan
kesatuan bangsa. Peristiwa timbulnya kesadaran berbangsa disebut
Kebangkitan Nasional Indonesia. Kaum cerdik pandai ini pula yang
mempelopori dan memimpin pergerakan nasional pada awal abad ke-20.
Contoh tokoh dari kaum cerdik pandai yang pertama adalah dr.
Wahidin Sudirohusodo, yang mempunyai gagasan untuk mendirikan
studiefonds atau dana pelajar. Tujuannya adalah mengumpulkan dana untuk
membiayaai pemuda-pemuda bumi putra yang pandai, tetapi miskin agar
dapat memneruskan ke sekolah yang lebih tinggi. Gagasannya tersebut
membuahkan hasil, sehingga Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di
Gedung STOVIA, para mahasiswa STOVIA mendirikan organisasi yang
diberi nama Budi Utomo. Budi Utomo artinya budi yang utama. Tanggal
berdirinya Budi Utomo yaitu 20 Mei dijadikan sebagai Hari Kebangkitan
Nasional.
Tokoh yang kedua adalah H. Samanhudi. Beliau mendirikan Serikat
Dagang Islam (SDI) untuk menghadapi para pedagang dari China yang ingin

8
menguasai penjualan bahan-bahan batik. Tujuan berdirinya Sarikat Dagang
Islam adalah memajukan perdagangan, melawan monopoli pedagang
tionghoa, dan memajukan agama Islam. Serikat Dagang Islam mengalami
perkembangan pesat karena bersifat nasionalis, religius, dan ekonomis.
Tokoh yang berikutnya adalah dr. E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Mereka bertiga inilah yang
mendirikan Indische Partij pada tahun 1912. Indische Partij bertujuan
mempersatukan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Tokoh-
tokoh IP menyebarluaskan tujuannya melalui surat kabar. Dalam waktu
singkat IP mempunyai banyak anggota. Cabang-cabangnya tersebar di
seluruh Indonesia.
Selain itu ada juga Kelompok Belajar Umum (Algemeene Studie Club)
yang beranggotakan Ir. Soekarno, Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq
Cokrohadisuryo, Mr. Budiarto, Mr. Ali Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir.
Anwari. Mereka mendirikan perkumpulan baru yang dinamakan Perserikatan
Nasional Indonesia. Perkumpulan ini kemudian berganti nama menjadi Partai
Nasional Indonesia (PNI).
Tidak hanya kaum tersebut yang berjuang, tetapi ada juga pergerakan
kaum wanita yang dipelopori oleh R.A Kartini dan R. Dewi Sartika . Keduanya
ingin mengangkat derajat kaum wanita melalui pendidikan. Pada awalnya
tujuan organisasi perempuan itu untuk memperbaiki kedudukan sosialnya.
Namun, dalam perkembangannya organisasi itu juga berwawasan
kebangsaan.
Ada juga pergerakan pemuda berdasarkan kedaerahan. Pergerakan
pemuda pun lahir karena mereka tidak tahan melihat penderitaan yang
dialami oleh daerahnya. Akhirnya, perkumpulan-perkumpulan tersebut
menjadi bersifat nasional. Perkumpulan- perkumpulan tersebut seperti Tri
Koro Darmo (yang kemudian diubah menjadi Jong Java) dan Jong Minahasa,
Pergerakan pemuda tidak hanya berdasarkan kedaerahan, tetapi ada juga
yang dalam bentuk kelompok belajar seperti Indonesiche Studie Club (ISC).

9
Sedangkan yang berdasarkan kebangsaan dan keagamaan adalah
Perhimpunan Indonesia (PI) dan Jong Islamienten Bond.
Para tokoh pergerakan nasional yang dipaparkan telah memberikan
contoh kepada generasi penerus untuk terus berjuang menumbuhkan dan
mempertahankan rasa, paham, dan semangat kebangsaan. Seperti
dr.Wahidin Sudirohusodo, dengan semangat untuk memajukan bangsa
mendirikan studiefunds untuk membiayai pelajar yang memliki kemampuan
dan semangat belajar. Jika dibandingkan dengan saat ini, dengan begitu
banyak kemudahan sebagai dampak dari kemerdekaan, namun semangat
menuuntut ilmu untuk keluar dari belenggu kebodohan bangsa Indonesia
malah menurun. Dr. Wahidin sebagai salah satu tokoh pergerakan mewakili
bagaimana semangat dan kepribadian generasi Indonesia dalam keluar dari
belenggu kebodohan yang mengikat bangsa ini.

Contoh lainnya dari para tokoh di atas yakni para pendiri Indische
Partij, begitu kuat fighting spirit mereka untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan, baik dari segi fisik maupun non fisik dan
mempersatukan bangsa Indonesia. Juga para pemuda Jong Java, Jong
Minahasa, dan para pemuda pergerakan nasional di masa lampau yang
memiliki rasa, paham, dan semangat kebangsaan.

Jika generasi muda saat ini mengenal dan menghayati perjuangan


para tokoh pergerakan tersebut, maka tidak aka nada lagi perpecahan atau
masalah-masalah yang menggangu stabilitas Negara. Yang ada hanyalah
persatuan dalam memiliki, memahami, dan menjalani rasa, paham, dan
semangat kebangsaan.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Jiwa nasionalisme, rasa, paham, dan semangat kebangsaan yang


belakangan ini luntur pada generasi penerus bangsa menjadi salah satu
sebab kegagalan bangsa ini menjadi lebih baik dari periode ke periode.
Sebagai pemerintah, upaya untuk menumbuhkan rasa, paham dan semangat
kebangsaan dirasa kurang, sedangkan sebagai masyarakat, bangsa
Indonesia kurang menyadari pentingnya nasionalisme dalam memajukan
bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Salah satu yang dapat
memfasilitasi upaya pemerintah dalam membangun kesadaran masyarakat
yaitu dengan menghimbau masyarakat agar berkaca pada perjuangan para
pahlawan masa lampau yang menjunjung tinggi rasa, paham, dan semangat
kebangsaan.

4.2 SARAN

Dengan selesainya makalah kelompok ini, harapan penulis adalah


pembaca sebagai masyarakat Indonesia dapat mengenal lebih jauh
bagaimana para tokoh-tokoh pergerakan nasional dapat mempertahankan
kemerdekaan Indonesia sehingga dapat menghargai perjuangan para tokoh
di masa lampau dalam memajukan bangsa ini dengan mengisinya dengan
menjadi yang bermanfaat bagi negara. Oleh karena itu, pembaca juga dapat
meningkatkan jiwa bela negara dan cinta tanah air.

11
Pada masa sekarang ini,kita masih dapat melihat bahwa generasi
muda belum dapat sepenuhnya untuk berjiwa nasionalisme. Untuk itu,mari
bersama-sama kita sebagai generasi muda dapat memiki aspek cinta tanah
air. Dengan jiwa nasionalisme tersebut,kita dapat menghadapi tantangan dari
dalam dan luar dengan siap.

Dalam makalah kelompok ini, penulis merasa masih mendapatkan


beberapa kekurangan dari tulisan maupun tata cara penyampaian makalah.
Oleh sebab itu, semoge pembaca dapat mengerti dan memberikan masukan
untuk meningkatkan kualitas pembuatan makalah kelompok ini.

12

You might also like