You are on page 1of 5

MATA KULIAH

TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Modul 4

PERMASALAHAN TATANIAGA PERIKANAN


DI INDONESIA

MODUL INI TERDIRI DARI :

KEGIATAN BELAJAR 1 : PERMASALAHAN TATANIAGA PERIKANAN DI


PASAR DALAM NEGERI

KEGIATAN BELAJAR 2 : PERMASALAHAN TATANIAGA PERIKANAN DI


PASAR GLOBAL/ INTERNASIONAL

KEGIATAN BELAJAR 1

PERMASALAHAN TATANIAGA PERIKANAN


DI PASAR DALAM NEGERI

Setelah selesai mempelajari materi ini Taruna dapat menjelaskan berbagai


permasalahan tataniaga perikanan di pasar dalam negeri.

1. Pendahuluan

Produk perikanan di pasar dalam negeri merupakan penyedia protein hewani


masyarakat selain sebagai bahan baku industri pengolahan, kosmetik, dan obat-obatan. Dari
sisi pasar, daya serap pasar dalam negeri terhadap produk perikanan relatif tinggi. Sebagai
gambaran, total produksi perikanan Indonesia tahun 2004 sebesar 6,1 juta ton, dengan asumsi
losses hasil tangkapan sebesar 25 % (1,1 juta ton) dikurangi 900 ribu ton yang ditujukan
untuk pasar ekspor, maka pasar dalam negeri menyerap sisanya sekitar 4 juta ton.
Berdasarkan angka itu, penyerapan pasar dalam negeri yang ditujukan untuk memenuhi bahan
baku unit pengolahan dan konsumsi mencapai 81 % dari total produksi perikanan nasional.
(Statistik Perikanan Indonesia tahun 2005).
Mengingat ikan mempunyai manfaat yang sangat banyak sedangkan pasar dalam
negeri belum berkembang dengan baik, penguatan dan pengembangan pemasaran dalam
negeri perlu dilakukan dengan tujuan, yaitu untuk meningkatkan kecerdasan bangsa dan
meningkatkan kesejahteraan melalui bisnis perikanan.
Program pengembangan pemasaran dalam negeri berangkat dari konsep pemasaran
sebagai muara dari upaya pengembangan bisnis perikanan. Oleh karena itu, pemasaran
1
mempunyai posisi terdepan dalam menghela peningkatan produksi dan investasi di bidang
perikanan. Peningkatan produksi dan investasi nantinya akan menghela pertumbuhan
ekonomi melalui penyediaan lapangan kerja dengan tumbuhnya usaha penangkapan,
budidaya, pengolahan, dan industri ikutan lainnya yang pada akhirnya mendorong
peningkatan kesejahteraan nelayan/pembudidaya/pelaku usaha perikanan lainnya.

2. Potensi Tataniaga Perikanan Dalam Negeri.

1). Jumlah penduduk Indonesia, yang sangat banyak merupakan peluang domestik
demand.Tahun 2004 jumlah penduduk mencapai 217 juta (BPS 2005). Selain itu, tingkat
konsumsi ikan perkapita masyarakat masih rendah, sementara kesadaran masyarakat terhadap
manfaat konsumsi ikan bagi kesehatan sudah semakin meluas. Sebagai ilustrasi, tahun 2000
tingkat konsumsi ikan Indonesia mencapai 21 kg/kap/tahun, Malaysia ( 45 kg/kap/tahun),
Thailand (35 kg/kap/tahun), Jepang (110 kg/kap/tahun). Pada tahun 2004 tingkat konsumsi
ikan perkapita Indonesia mencapai 23,18 kg/kap/tahun (DKP, 2005). Jika potensi peluang
pasar domestik yang cucup besar itu diimbangi ketersediaan produk bermutu baik dan harga
terjangkau serta pasokan secara kontinyu, pasar dalam negeri akan mampu menyerap produk
perikanan.

2). Potensi perikanan, dari jumlah atau ragam jenisnya yang cukup banyak dapat
dimanfaatkan melalui pengembangan industri penangkapan dan budidaya. Dari seluruh
potensi sumberdaya ikan, pemanfaatan tahun 2004 melalui penangkapan ikan sebesar 4,7 juta
ton atau 91,8 % dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB 5,12 ton/tahun). Dari sisi
budidaya, peningkatan produksi masih dapat ditingkatkan dengan tersedianya lahan budidaya,
antara lain budidaya laut seluas 4,58 juta Ha (55 % daripotensi budidaya laut) dan lahan
potensial budidaya air payau seluas 772 ribu Ha, serta lahan budidaya air tawar 668 ribu Ha.

3). Fungsi ikan sebagai sumber protein alternatif, menjadi meningkat dengan munculnya
kasus terkait penyakit, seperti sapi gila dan penyakit mulut kuku pada sapi, anthraks pada
kambing, flu burung pada unggas. Hal itu mendorong konsumen mencari alternatif pengganti
sumber protein hewani sehingga peluang pasar hasil perikanan di dalam negeri semakin
meningkat.

4). Semakin berkembangnya usaha pasar ritel (hypermarket, supermarket) serta usaha
perhotelan, restoran yang menyediakan penjualan produk perikanan atau menu khusus
perikanan sehingga membantu promosi produk perikanan dan mendorong peningkatan
konsumsi ikan.

3. Permasalahan Tataniaga Perikanan Dalam Negeri.

Dalam upaya pengembangan tataniaga dalam negeri, permasalahan yang dihadapi dapat
dibagi menjadi dua aspek yaitu :

3.1. Aspek suplai

1). Kuantitas dan kontinyuitas


Masalah utama berkaitan dengan kuantitas ikan di Indonesia adalah belum match-nya
antara produksi dari hasil penangkapan atau budidaya dan kebutuhan/permintaan pasar.
Ketersediaan berbagai jenis ikan secara kontinyu sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan
untuk konsumsi atau sebagai bahan baku unit pengolahan ikan. Banyaknya usaha
penangkapan dan budidaya yang didominasi usaha berskala kecil dengan lokasi yang
menyebar tidak mampu memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar dengan ukuran

2
tertentu secara kontinyu sehingga perlu langkah terobosan tersendiri untuk memecahkan
masalah itu. Ketersediaan pasokan ikan secara rutin dengan waktu yang tepat masih belum
dapat diharapkan.
Kotinuitas pasokan ikan dari hasil penangkapan dipengaruhi oleh armada penangkapan
yang tidak sesuai dengan kapasitas sumberdaya ikan, terbatasnya sarana dan prasarana
distribusi dan penyimpanan, faktor musim ikan, dan maraknya pencurian ikan oleh nelayan
asing. Sementara itu, pasokan dari perikanan budidaya masih dipengaruhi faktor kematian
akibat penyakit dan penurunan kualitas air, kelangkaan benih bermutu, dan mahalnya harga
pakan pabrikan.

2). Kualitas
Ikan konsumsi yang sampai ke masyarakat sebagian memiliki kualitas yang kurang baik.
Faktor yang mempengaruhi kualitas ikan, antara lain metode penanganan pasca tangkap atau
pasca panen belum sesuai persyaratan, jaringan distribusi yang masih terlalu panjang, belum
diterapkannya sistem rantai dingin (cold chain system), mahalnya harga es, serta rendahnya
kesadaran nelayan dan pedagang terhadap pentingnya mempertahankan kesegaran ikan. Ikan
dengan kualitas tinggi memberikan dua keuntungan, yaitu mendorong pembentukan harga
yang maksimal ditingkat produsen atau konsumen dan memberikan perlindungan kepada
konsumen.

3). Harga
Kurang efisiennya rantai pemasaran mengakibatkan tingginya biaya distribusi produk
serta memacu tingginya harga ikan ditingkat konsumen. Harga ikan hasil tangkapan cendrung
fluktuatif karena ketersediaan pasokan dipengaruhi musim. Sementara itu, tingginya harga
ikan hasil budidaya dipengaruhi tingginya biaya produksi, terutama harga pakan pabrikan,
mengingat komponen itu merupakan komponen terbesar yaitu mencapai 60-70 % dari total
biaya produksi.

4). Lemahnya sistem informasi pasar


Lemahnya teknologi sistem informasi pasar belum mampu mempertemukan kebutuhan
pasar dan produsen. Di satu sisi, produsen mengalami kesulitan dalam hal pemasaran. Di sisi
lain, industri mengalami kekurangan bahan baku. Selain itu, informasi pasar masih dikuasai
pedagang sehingga distribusi marjin kepada pelaku usaha tidak merata. Nelayan/pembudidaya
cendrung memperoleh marjin yang lebih kecil dibandingkan pedagang.

5). Terbatasnya sarana dan prasarana pemasaran


Keadaan sarana dan prasarana pemasaran produk perikanan masih sangat terbatas dari
segi kualitas atau kuantitas. Sebagian besar fasilitas belum memenuhi persyaratan higienis.
Begitu pula minimnya fasilitas cold strorage dan pabrik es di Tempat Pelelangan Ikan (TPI),
pasar ikan, dan pusat pemasaran produk perikanan lainnya yang membuat kualitas produk
ikan tidak dapat dipertahankan.
Dari sisi pasokan, lembaga pemasaran yang berfungsi menjamin ketersediaan produk
dalam jumlah besar secara kotinyu belum tersedia. Lembaga itu diharapkan mampu menjadi
perantara antara unit usaha penangkapan/budidaya skala kecil yang letaknya terpisah-pisah
dengan konsumen besar.

6). Iklim usaha belum kondusif


Adanya berbagai pungutan dan prosedur perijinan dalam usaha perikanan atau
keterbatasan akses terhadap sumber permodalan membuat iklim usaha di bidang perikanan
yang ada saat ini belum kondusif. Hal itu berpengaruh pada upaya penyediaan pasokan, harga
ikan, dan pendistribusian produk perikanan yang berkualitas dan terjangkau.

3
3.2. Aspek Permintaan

1). Rendahnya tingkat konsumsi ikan


Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat Indonesia karena dua
faktor, yaitu faktor internal masyarakat yang mempengaruhi pola konsumsi ikan (budaya dan
image negatif tentang mengkonsumsi ikan seperti cacingan, gatal-gatal, air susu ibu menjadi
amis dan sebagainya). Hal itu kurang menguntungkan dalamupaya mengubah pola konsumsi
ikan. Faktor kedua, faktor eksternal yang mempengaruhi kemudahan masyarakat memperoleh
ikan berkualitas dengan harga terjangkau. Faktor itu antara lain terbatasnya sarana dan
prasarana pemasaran produk prikanan yang mampu menjangkau konsumen, tidak tersedianya
sarana penyimpanan, dan distribusi yang belum mampu menjaga kualitas produk perikanan
hingga ke konsumen.

2). Lemahnya jaringan dan distribusi pemasaran


Jaringan dan distribusi produk perikanan di pasar dalam negeri hingga saat ini masih
sangat lemah. Hal itu ditunjukkan kurang efektif dan efiaiennya rantai pemasaran mulai dari
sentra produksi/pasokan ke sentra pasar/konsumen. Keadaan iu menimbulkan kelangkaan
pasokan serta tingginya harga jual ditingkat konsumen. Terbatasnya pasokan dan tingginya
harga membuat minat dan daya beli konsumen turun. Selain itu, belum kuatnya jaringan
pemasaran yang ada mengakibatkan pula posisi tawar nelayan dan petani ikan rendah.
Akibatnya, kesejahteraan merekapun masih terbatas.

3). Penyiasatan pasar


Produk perikanan pada umumnya masih dipasarkan di pasar tradisional. Penetrasi hingga
ke pasar modern, separti supermarket dan hypermarket, masih sangat lemah. Hal itu karena
kurangnya informasi permintaan di pasar tersebut. Selain itu, sistem pembayaran yang
dilakukan pasar modern secara konsinyasi selama 2 bulan setelah penyerahan barang.

4. Strategi Pengembangan Tataniaga Perikanan Dalam Negeri.

Dalam rangka pemanfaatan potensi dan kendala menjadi peluang sebagai penguatan
dan pengembangan tataniaga dalam negeri, disusun program yang dilakukan secara strategis,
terintegrasi, dan operasional melalui lima pendekatan, yaitu :

1). Peningkatan Konsumsi Ikan melalui Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan


(GEMRIKAN)
Program GEMERIKAN dilaksanakan melalui kegiatan promosi hasil perikanan di
media cetak atau elektronik, sosialisasi menfaat konsumsi ikan, lomba masak berbahan baku
ikan, dan pemberian penghargaan kepada rumah makan ikan.

2). Penyediaan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Tataniaga


Pembangunan sarana dan prasarana tataniaga bertujuan untuk menyediakan ikan yang
baik secara kuantitas, kualitas, jenis, dan ukuran untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Program ini berupa Pasar Ikan Higienis (PIH), Depo Pemasaran Ikan (DPI), Raiser Ikan Hias
(RIH), Kios Ikan. Upaya peningkatan operasional sarana dan prasarana itu diikuti pula dengan
penguatan kelembagaan pasar ikan dan pelelangan ikan.

3). Penjembatanan (Bridging) Pasokan dan Permintaan Produk Perikanan


Hal ini dilakukan melalui pengembangan jaringan pemasaran produk perikanan di
pasar produsen dan konsumen. Penjembatanan ini bertujuan menjamin distribusi produk dari
sisi kuantitas atau kualitas. Program ini ditempuh melalui penyelenggaraan forum bisnis

4
pelaku usaha, pengembangan pola kemitraan usaha yang sehat, dan pengembangan pola
pemasaran dan jaringan distribusi.

4). Pengembangan Sistem Informasi Pasar.


Hal ini diperlukan dalam rangka penyebarluasan data dan informasi pemasaran untuk
mempertemukan kebutuhan pasar dan produsen.

5). Mendorong Iklim Usaha yang Kondusif


Upaya ini antara lain melalui penyederhanaan prosedur dalam perijinan usaha,
peningkatan efisiensi dan efektifites pelayanan, penyediaan fasilitas dalam akses permodalan,
dan pelibatan dalam pembahasan kebijakan terkait pengembangan tataniaga dalam negeri.

Rangkuman
1. Total produksi perikanan Indonesia tahun 2004 sebesar 6,1 juta ton, dimana pasar
dalam negeri menyarap sekitar 4 juta ton atau 81 % dari total produksi nasional,
penyerapan ini ditujukan untuk memenuhi bahan baku unit pengolahan dan konsumsi
masyarakat
.
2. Potensi tata niaga dalam negeri terdiri dari :
a. Jumlah penduduk yang besar (217 juta orang tahun 2004) merupakan potensi
peluang pasar domestik yang cukup besar asal diimbangi dengan ketersediaan
produk bermutu dan harga terjangkau.
b. Potensi suplai perikanan dari jumlah atau ragamnya cukup banyak dapat
dimanfaatkan melalui pengembangan industri penangkapan dan budidaya.
c. Fungsi ikan sebagai sumber protein alternatif menjadi meningkat dengan
munculnya kasus terkait penyakit yang disebabkan oleh hewan lain.

3. Permasalahan tataniaga perikanan di dalam negeri dilihat dari aspek suplai dan aspek
permintaan sebagai berikut :
a. Aspek suplai, terdiri dari permasalahan kuantitas dan kontinyuitas, kualitas,
harga, lemahnya sistem informasi pasar, terbatasnya sarana dan prasarana
pemasaran, dan iklim usaha yang belum kondusif.
b. Aspek permintaan, terdiri dari permasalahan rendahnya tingkat konsumsi ikan,
lemahnya jaringan dan distribusi pasar, dan penyiasatan pasar.

4. Strategi pengembangan tataniaga dalam negeri, antara lain :


a. Peningkatan konsumsi ikan melalui gerakan memasyarakatkan makan ikan
(GEMARIKAN).
b. Penyediaan dan perbaikan sarana dan parasrana tataniaga.
c. Penjembatanan (bridging) pasokan dan permintaan produk perikanan.
d. Pengembangan sistem informasi pasar.
e. Mendorong iklim usaha yang kondusif.

_____________________

You might also like