You are on page 1of 5

REVALUASI AKTIVA TETAP

(TINJAUAN MENURUT AKUNTANSI, PAJAK, DAN PENILAIAN)


Oleh: Didik Suhendro
Standar Akuntansi Keuangan mengatur masalah penilaian kembali atau
revaluasi aktiva tetap di PSAK No. 16 (Aktiva tetap). Pada dasarnya Penilaian
kembali atau revaluasi aktiva tetap tidak diperkenankan karena SAK menganut
penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran.
Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai
penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta
pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan
perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva
tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian Kembali
Aktiva Tetap. Jika aktiva tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali hal
berikut harus diungkapkan:
Dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva
Tanggal efektif penilaian kembali
Nama nilai independen
Hakekat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya
pengganti
Jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap
Surplus penilaian kembali aktiva tetap.
Di dalam UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas UU No. 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pasal 19 menyatakan bahwa Menteri
Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva dan
faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya
dengan penghasilan karena perkembangan harga.
Atas selisih penilaian kembali aktiva diterapkan tarif pajak tersendiri dengan
keputusan Menteri Keuangan sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan. Selanjutnya penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap ini diatur
dalam peraturan perpajakan sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.03/2008
tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan
Perpajakan.
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 12/PJ/2009 tentang
Tatacara Pengajuan Permohonan dan Pengadministrasian Penilaian
Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan.
3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.31/2002 Tentang
Pengantar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2002
Tanggal 28 Nopember 2002 Tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan dan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-519/PJ./2002 Tanggal 2 Desember 2002 Tentang
Tatacara dan Prosedur Pelaksanaan Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan.
Point-point yang terdapat pada aturan perpajakan adalah sebagai berikut:
1. Yang bisa melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah Perusahaan.
Yang dimaksud perusahaan yaitu Wajib Pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap (BUT), dengan syarat telah memenuhi semua
kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa
pajak dilakukannya penilaian kembali dan tidak termasuk Wajib Pajak
yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang
Dollar Amerika Serikat. Jadi wajib pajak orang pribadi tidak bisa
melakukan penilaian kembali untuk tujuan perpajakan.
2. Yang menjadi obyek penilaian kembali aktiva tetap adalah seluruh aktiva
tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna
bangunan; atau seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang
terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
Objek Pajak.
3. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan tidak dapat dilakukan kembali
sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang dilakukan.
4. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan
nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat
penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa
penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah.
5. Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai
sisa buku fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebesar 10% (sepuluh persen).
6. Perusahaan yang karena kondisi keuangannya tidak memungkinkan untuk
melunasi sekaligus Pajak Penghasilan yang terutang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, dapat mengajukan permohonan pembayaran
secara angsuran paling lama 12 (dua belas) bulan.
7. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan
penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian kembali.
8. Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali
aktiva tetap perusahaan disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh
untuk kelompok aktiva tetap tersebut.
9. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan.
10. Dalam hal Perusahaan melakukan pengalihan aktiva tetap berupa:
a. Aktiva tetap kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua) yang telah
memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum berakhirnya masa
manfaat yang baru;
b. Aktiva tetap kelompok 3 (tiga), kelompok 4 (empat), bangunan, dan
tanah yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum
lewat jangka waktu 10 (sepuluh) tahun,
maka atas selisih lebih penilaian kembali diatas nilai sisa buku fiskal
semula, dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan
tarif sebesar tarif tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam
negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi 10% (sepuluh
persen).
11. Pengenaan PPh final sebesar 10% tidak berlaku bagi:
a. Pengalihan aktiva tetap perusahaan yang bersifat force majeur
berdasarkan keputusan atau kebijakan Pemerintah atau keputusan
Pengadilan
b. Pengalihan aktiva tetap perusahaan dalam rangka penggabungan,
peleburan, atau pemekaran usaha yang mendapat persetujuan, atau
c. Penarikan aktiva tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami
kerusakan berat yang tidak dapat diperbaiki lagi.

Peranan Profesi Penilai


Profesi penilai baik penilai independen maupun pemerintah memiliki peran di
dalam melakukan penilaian kembali aktiva tetap ini. Hal ini telah diatur dalam
pasal 4 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk
Tujuan Perpajakan. Profesi penilai di Indonesia memiliki organisasi yang bernama
MAPPI (Masyarakat Profesi Penilai Indonesia). Seorang penilai harus memiliki
kualifikasi, kompetensi, dan pengalaman melakukan kegiatan penilaian, sesuai
dengan keahlian dan profesionalisme yang dimiliki, serta mengacu kepada SPI
(Standar Penilaian Indonesia), KEPI dan hal lainnya yang terkait dengan kegiatan
penilaian sesuai ketentuan pemerintah.
Ruang lingkup kegiatan penilai meliputi:
a. Penilaian untuk menentukan nilai ekonomis terhadap harta benda berwujud
maupun yang tidak berwujud yaitu Penilaian Aktiva Tetap (Fixed Assets
Valuation) dan Penilaian Usaha (Business Valuation termasuk goodwill,
trademark dan hak paten); dan atau
b. Penilaian Proyek (project Appraisal); dan atau
c. Penilaian Kelayakan Teknis (Technical Appraisal); dan atau
d. Penilaian dan Konsultasi Pengembangan (Development Consultacy) termasuk
Studi Kelayakan Proyek (Project Feasibility Study); dan atau
e. Penilaian dan pengawasan proyek (Project Monitoring); dan atau
f. Penilaian dan Konsultasi Investasi (Investment Arranger and Advisory
Services); dan atau
g. Penilaian dan Teknologi Informasi di bidang properti (Property Information
System); dan atau
h. Penilaian Konsultasi Property (Property Consultacy) termasuk kegiatan
Konsultasi keuangan properti (Financial Property Advisory Services); dan
atau
i. Pengelolaan Harta Benda (Property Management)

Daftar Pustaka:
1. PSAK 16, Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.03/2008
tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan
Perpajakan.
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 12/PJ/2009 tentang Tatacara
Pengajuan Permohonan dan Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva
Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan.
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.31/2002 Tentang
Pengantar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2002 Tanggal
28 Nopember 2002 Tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-519/PJ./2002 Tanggal 2 Desember 2002 Tentang Tatacara dan Prosedur
Pelaksanaan Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan
Perpajakan.
5. www.mappi.or.id

You might also like