You are on page 1of 15

EFEKTIVITAS PEMNAFAATAN MULTI MEDIA INTERAKTIF DALAM

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS GEOGRAFI


PADA SISWA KELAS VII A SMP 3 BLORA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar prestasi siswa kelas VII A SMP 3 Blora mata pelajaran IPS
dikatakan masih rendah bahkan ada sebagian siswa yang yang berada pada
tingkatan yang paling rendah. Hal ini ditunjukkan dengan gejala awal sperti berikut
ini. Dari hasil Ujian Akhir Semester 1 tahun 2009/2010 kelas VII A yang
berjumlah 40 anak, sebanyak 12 siswa atau 30% tidak mampu mencapai nilai 60
sebagai batas nilai ketuntasan belajar. Hal ini diduga disebabkan pembelajaran IPS
di sekolah ini masih mengacu pada pembelajaran konvensional dengan model
pembelajaran lihat, dengar, catat ( LDC) dan masih berpusat pada guru, sehingga
proses pembelajaran menjadi membosankan, tidak menyenangkan dan kering.
Kondisi ini terungkap oleh pengakuan Kirana siswa kelas VII A SMP 3 Blora
yang menyatakan bahwa guru-guru IPS dalam mengajar masih dengan ceramah
yang sangat membosankan dan membuat ngantuk.Hal senada diungkapkan oleh
siswa kelas VIII G yang menyatakan bahwa “ di sekolah ini saya lebih senang
diajar dengan menggunakan LCD karena menarik sekali, kalau guru hanya bercerita
di depan kelas saya jadi bosan dan malas mendengarkan “.Hal ini diperkuat oleh
pendapat Bahrudin ( dalam Susilo, 2009: 33 ),” bila proses pembelajaran tidak bisa
memberikan rasa menyenangkan dan nyaman , maka keberhasilan anak untuk
belajar sudah terkurangi 50 persen”.Oleh sebab itu , model pendekatan seperti itu
seharusnya sudah tidak digunakan lagi pada proses pembelajaran IPS di sekolah
karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan jaman.

Kemajuan di bidang teknologi pendidikan (educational technology), maupun


teknologi pembelajaran (instructional technology) menuntut digunakannya berbagai
media pembelajaran (instructional media) serta peralatan-peralatan yang semakin
canggih (sophisticated). Boleh dikatakan bahwa dunia pendidikan dewasa ini hidup
dalam dunia media, di mana kegiatan pembelajaran telah bergerak menuju
dikuranginya sistem penyampaian bahan pembelajaran secara konvensional yang
lebih mengedepankan metode ceramah, dan diganti dengan sistem penyampaian
bahan pembelajaran modern yang lebih mengedepankan peran pebelajar dan
pemanfaatan teknologi multimedia. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada kompetensi-kompetensi yang terkait dengan keterampilan proses,
peran media pembelajaran menjadi semakin penting. Pembelajaran geografi yang
dirancang secara baik dan kreatif dengan memanfaatkan teknologi multimedia,
dalam batas-batas tertentu akan dapat memperbesar kemungkinan siswa untuk
belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan
meningkatkan kualitas pembelajaran geografi, khususnya dalam rangka
meningkatkan ketercapaian kompetensi

Sementara itu realitas yang ada dan terjadi terjadi di lapangan, ada kesan
bahwa kemampuan guru masih rendah. Sebagian besar dari mereka masih
berpredikat sebagai pelaksana kurikulum, bahkan di antara kegiatan-kegiatan yang
mereka lakukan lebih bersifat rutinitas. Guru belum siap menghadapi berbagai
perubahan, di samping terbatasnya akses pada materi pembelajaran mutakhir.
Motivasi dan kesiapan belajar peserta didik juga rendah. Kurangnya waktu belajar,
lingkup materi yang sangat luas, serta laju/akselerasi perubahan (change) di bidang
ilmu, teknologi dan seni berjalan begitu cepat. Realitas di lapangan yang
menunjukkan adanya keterbatasan media pembelajaran baik jenis maupun
jumlahnya, serta kemampuan guru memanfaatkan media masih kurang seperti yang
diungkapkan oleh guru IPS SMP 3 yang menyatakan ”bahwa pembelajaran IPS
Geografi tanpa media akan sulit diterima siswa”. Suasana kelas kurang memotivasi
peserta didik melakukan kegiatan belajar, banyak siswa yang merasa bosan dengan
cara guru mengajar.Demikian juga interaksi pembelajaran belum optimal.

Dampak pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang hanya melaksanakan


pembelajaran secara konvensional ( menerangkan sementara siswa diam) akan
berpengaruh dalam pencapaian kompetensi siswa. Fenomena di atas, guru perlu
mencari pemecahan agar ketuntasan kelas semakin meningkat.Dalam hal
kemampuan guru masih sangat perlu untuk senantiasa ditingkatkan kualitasnya,
terutama jika dikaitkan dengan tuntutan tugas guru di era globaliasi saat ini yang
ditandai oleh semakin meluasnya penggunaan teknologi multimedia.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan di atas, rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan media interaktif dapat meningkatkan prestasi


siswa dalam pembelajaran IPS Geografi?

2. Apakah pembelajaran IPS geografi melalui pemanfaatan media


interaktif menjadi pembelajaran effektif?

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penggunaan media interaktif dalam pembelajaran IPS Geografi


dalam karya tulis ini hanya dibatasi pada kajian yang sulit dilihat dengan indera dan
materi yang tidak dapat dihadirkan dalam kelas yaitu lapisan atmosfer dan
hidrosfer, dan hanya dibatasi untuk satu kompetensi dasar yaitu: Mendiskripsikan
gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya terhadap
kehidupan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup yang dibahas dalam penelitian
ini, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:

1. Memudahkan pemahaman terhadap materi Atmosfer dan Hidrosfer


yang menjadi lapisan bumi.

2. Menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan (joyful


learning) menarik siswa melalui pembelajaran dengan model
interaktif.
3. Meningkatkan hasil belajar IPS Geografi dengan materi yang sulit
dijelaskan secara lisan dan untuk menghindari verbalisme.

4. Meningkatkan efektifitas pembelajaran di dalam kelas melalui


pembelajaran dengan media interaktif.

Adapun manfaat yang diperoleh dari dibuatnya media pembelajaran berbasis


komputer ini adalah:

1. Bagi siswa bermanfaat untuk menguasai penggunaan komputer


melalui pembelajaran dengan media interaktif.

2. Bagi siswa sangat membantu menguasai materi karena seakan-akan


siswa menghadapi dunia nyata.

3. Bagi siswa dapat meningkatkan penguasaan kompetensi, sehingga


hasil belajar meningkat.

4. Bagi guru bermanfaat untuk perencanaan , pelaksanaan, penilaian


proses pembelajaran pendidikan IPS khususnya untuk Kompetensi
Dasar Mendiskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan
hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan.

D.Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian tentang makna istilah yang digunakan


dalam penelitian ini , maka perlu dijelaskan makna beberapa difinisi operasional
sebagai berikut:

1. Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil,
tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu
usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal
efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti, misalnya
usaha X adalah 60% efektif dalam mencapai tujuan Y.
Dalam kamus bahasa Indonesia Efektivitas berasal dari kata efektif yang
berarti mempunyai efektif, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat
diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Dari uraian diatas dapat
dijelaskan kembali bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan
hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang
dinyatakan dengan hasil yang di capai.
2. Multimedia Interaktif adalah perpaduan antara berbagai media (format file)
yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video,
interaksi, yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan
untuk menyampaikan pesan kepada publik. Karena pengguna mendapatkan
keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka hal ini disebut
multimedia interaktif.( http://yogapw.wordpress.com/2010/01/26/pengertian-
multimedia-interaktif)
3. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar
BAB II

KERANGKA TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teori

Karakteristik Mata Pelajaran IPS


Pengertian dan Tujuan IPS

IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan


penyederhanaan,adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari
konsep-konsep danketerampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi,
Antropologi, dan Ekonomi(Puskur, 2001 : 9). Materi pelajaran IPS
merupakan penggunaan konsep-konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi
dalam tema-tema tertentu. Misalkan materi tentang “pasar”,maka harus
ditampilkan kapan atau bagaimana proses berdirinya (Sejarah), dimana
“pasar” itu berdiri (Geografi), bagaimana hubungan antara orang-orang yang
berada di pasar (Sosiologi), bagaimana kebiasaan-kebiasaan orang menjual
atau membeli di pasar (Antropologi) dan berapa atau jenis-jenis barang yang
diperjualbelikan(Ekonomi).
.
Karakteristik tujuan IPS menurut Bruce Joyce (Leonard S.
Kenworthy, 1981 : 7)memiliki tiga katagori yaitu :
1. Pendidikan kemanusiaan.
2. Pendidikan kewarganegaraan.
3. Pendidikan intelektual.
Pendidikan kemanusiaan memiliki arti bahwa IPS harus membantu
anak memahami pengalamannya dan menemukan arti atau makna dalam
kehidupannya. Dalam tujuan pertama ini terkandung unsur pendidikan nilai.
Guru dapat menyajikan materi IPS dalam tujuan ini misalnya dalam materi
lingkungan keluarga,. ditanyakan kepada siswa mengenai pekerjaan apa
yang ia lakukan di keluarga dan mengapa ia melakukanpekerjaan tersebut.
Siswa mungkin akan menjawab dari pengalamannya sebagai anak yang
paling besar harus membimbing adik-adiknya. Ia melakukan hal tersebut
misalkan karena timbulnya rasa tanggung jawab.
Pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa siswa harus
dipersiapkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan
masyarakat. Siswa memiliki kesadaran untuk meningkatkan prestasinya
sebagai bentuk tanggung jawab warganegara yang setia pada negara.
Pendidikan nilai dalam tujuan ini lebih ditekankan pada kewarganegaraan.
Materi yang disajikan, misalnya ketika berbicara tentang lingkungan
sekolah, maka anak diminta untuk belajar dengan baik. Mereka adalah
generasi penerus yang akan menggantikan generasi sekarang.
Pendidikan intelektual mengandung arti bahwa anak membutuhkan
untuk memperoleh ide-ide yang analitis dan alat-alat untuk memecahkan
masalah yang dikembang kandari konsep-konsep ilmu sosial. Dalam
memecahkan masalah anak akan dihadapkanpada upaya mengambil
keputusan sendiri. Dengan peningkatan kematangan, anakharus belajar untuk
menjawab pertanyaan dengan benar dan menguji ide-ide kritisdalam situasi
sosial. Misalnya, dalam materi tentang pasar, siswa dihadapkan padamasalah
tentang mana yang lebih baik belanja di pasar tradisional atau
swalayanapabila ibunya ingin membeli sayuran. Dalam pemecahan masalah
dan pengambilankeputusan tersebut siswa akan dihadapkan berbagai
pertimbangan, seperti jarak pasardari rumah, ongkos yang digunakan,
perbandingan harga sayuran di pasar tradisionaldan swalayan, dan lain-lain.
Selanjutnya Jack R. Fraenkel (1980 : 8-11) membagi tujuan IPS dalam
empat kategori yaitu : (1). Pengetahuan,(2). Keterampilan,(3). Sikap,(4).
Nilai
Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah
informasi dan ide-ide.Tujuan pengetahuan ini membantu siswa untuk belajar
lebih banyak tentang dirinya, fisiknya dan dunia sosial. Misalnya, siswa
dikenalkan dengan konsep apa yang disebut dengan lingkungan alam,
lingkungan buatan, keluarga, tetangga, dan lain-lain.Keterampilan adalah
pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu sehingga digunakan
pengetahuan yang diperolehnya. Beberapa keterampilan yang ada dalam IPS
adalah : (1) Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan,
mendefinisikan,mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisasi,
memprediksi,membandingkan dan engkontraskan, dan melahirkan ide-ide
baru.(2) Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah,
menulis,berbicara, mendengarkan, membaca dan meninterpretasi peta,
membuat garisbesar, membuat grafik dan membuat catatan.(3)Keterampilan
penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan suatu hipotesis,
menemukan dan mengambil data yang berhubungan dengan
masalah,menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan menarik kesimpulan,
menerima,menolak atau memodifikasi hipotesis dengan tepat.
(4).Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan
kontribusi dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-
verbal yang disampaikan oleh orang lain, merespon dalam cara-cara
menolong masalah yang lain, memberikan penguatan terhadap kelebihan
orang lain, dan mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat.Sikap adalah
kemahiran mengembangkan dan menerima keyakinan-keyakinan, interes,
pandangan-pandangan, dan kecenderungan tertentu. Sedangkan nilai adalah
kemahiran memegang sejumlah komitmen yang mendalam, mendukung
ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat.
Dalam kurikulum KTSP yang digunakan saat ini adalah mata
pelajaran IPS terpadu di SMP, merupakan hasil penggabungan dari empat
mata pelajaran dasar, yaitu Ekonomi, Geografi, Sosiologi dan Sejarah. Tentu
terdapat berbagai penyesuaian dalam proses pembelajarannya, dikarenakan
guru harus sedapat mungkin memberikan kemudahan pada siswa-siswanya
untuk dapat menguasai dan memahami materi-materi dalam IPS terpadu ini.
Siswa harus dibantu agar belajar lebih mudah, lebih lancar dan lebih terarah
serta focus. Untuk itu diperlukan banyak sumber belajar yang bisa
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru dituntut untuk
memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan pemanfaatan
sumber belajar.
Menurut Ditjend. Dikti (1983: 38-39), guru harus mampu: (a)
Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b)
Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c) Menerangkan peranan
berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas-tugas
penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri
bahan dari berbagai sumber. (f) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan
teori belajar. (g) Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai
bagian dari bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan penggunaan
sumber belajar secara efektif.
Di samping kemampuan di atas, guru perlu (1) mengetahui proses
komunikasi dalam proses belajar, yang bahannya diperoleh dari teori komunikasi
dan psikologi pendidikan, (2) mengetahui sifat masing-masing sumber belajar, baik
secara fisik maupun sifat-sifat yang ditimbulkan oleh faktor lain yang
mempengaruhi sumber belajar tersebut, (3) memperolehnya, yaitu tahu benar
dimana lokasi suatu sumber dan bagaimana cara memberikan pelayanannya.
Kemampuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa guru perlu
menyadari pentingnya kemampuan-kemampuan khusus yang dikembangkan bila
menginginkan proses belajar mencapai sasaran yang optimal. Sajian ini akan
mencoba menyoroti dari 3 (tiga) bagian yaitu, sumber belajar, pemanfaatan sumber
belajar, dan pengelolaan sumber belajar.
Apabila guru IPS masih menggunakan tradisi lama dalam memanfaatkan
sumber belajar yang hanya berupa buku teks pelajaran, maka hasil terbaik mungkin
tidak tercapai. Banyak hal yang tidak dapat direpresentasikan melalui buku teks
pelajaran, lebih baik menggunakan alam sekitar atau hasil budaya masyarakat yang
ada.

2.Media Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2003) istilah media berasal dari bahasa Latin yang
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau
pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber informasi kepada penerima informasi. Proses belajar mengajar pada
dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam
pembelajaran disebut media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan bagian dari
sumber belajar yang merupakan kombinasi antara perangkat lunak (bahan belajar) dan
perangkat keras (alat belajar).
Secara umum media pembelajaran dapat dipilah menjadi istilah-istilah sebagai
berikut : (1) Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan
fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit. (2)
Alat bantu adalah alat atau benda yang digunakan oleh guru untuk mempermudah
tugas dalam mengajar (3) Ausio-Visual Aids (AVA) mempunyai pengertian dan
tujuan yang sama hanya saja penekanannya pada peralatan audio dan visual. (4) Alat
bantu belajar yang penekanannya pada pihak yang belajar.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan di atas, masih
terdapat beberapa manfaat praktis. Manfaat praktis media pembelajaran tersebut
adalah : (1)Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih
kongkrit (2)Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu
(3)Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indra manusia. (4)Media dapat
menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke
dalam kelas. (5)Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan
memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.
Anderson (dalam Depdiknas, 2003) mengelompokkan media pembelajaran
menjadi 10 golongan sebagai berikut : (1) Audio : kaset audio, siaran radio, CD,
telepon (2) Cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar (3) Audio-cetak :
kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis (4) Proyeksi visual diam : Overhead
Transparansi (OHT), film bingkai (slide) (5) Visual gerak : film bisu (6) Proyeksi
ausio visual diam : film bingkai (slide bersuara) (7) Audio visual gerak : film gerak
bersuara, video / VCD, televisi (8) Obyek fisik : benda nyata, model, spesimen (9)
Manusia dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran (10) Komputer : CAI
(pembelajaran berbantuan komputer), CBI (pembelajaran berbasis komputer)
Sementara itu, dari sekian banyak jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran, Henich, dkk. (dalam Depdiknas, 2003) membuat klasifikasi media
yang lebih sederhana sebagai berikut : (1) Media yang tidak diproyeksikan (2)
Media yang diproyeksikan (3)Media audio (4)Media video (5)Media berbasis
komputer, (6)Multi media kit.
Levie dan Levie (dalam Azhar Arsyad, 1996: 30) mengatakan: “bahwa
stimulus visual dan verbal membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk
tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan
menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal
memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan
ingatan yang berurutan (sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti
dukungan atas konsep dual coding hypothesis (hipotesis koding ganda).
Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk
mengolah simbol-simbol verbal kemudian menyimpannya dalam proposisi
image, dan lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian
disimpan dalam proposisi verbal”.

Selanjutnya Kemp & Dayton (1985 : 43), mengatakan kontribusi media dalam
pembelajaran adalah : Penyampaian pembelajaran dapat lebih terstandar,
Pembelajaran dapat lebih menarik, waktu penyampaian pembelajaran dapat
diperpendek,kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, proses pembelajaran dapat
berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan, sikap positif siswa terhadap
materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan dan peran guru
berubah kearah yang positif

2. Komputer

Nasution ( 1982) mengatakan: Komputer sebagai alat pelajaran (CAI atau


Computer Assisted Instruction) mempunyai sejumlah keuntungan: (1) Ia dapat
membantu murid dan guru dalam pelajaran. Karena komputer itu “sabar, cermat,
mempunyai ingatan yang sempurna”, ia sesuai sekali untuk latihan dan remedial
teaching. Tak ada guru yang dapat memberikan latihan tanpa jemu-jemunya seperti
komputer; (2) CAI memiliki banyak kemampuan yang dapat dimanfaatkan segera
seperti membuat hitungan atau memproduksi grafik, gambaran dan memberikan
bermacam-macam informasi yang tak mungkin dikuasai oleh manusia mana pun;
(3) CAI sangat fleksibel dalam mengajar dan dapat diatur menurut keinginan
penulis pelajaran atau penyusunan kurikulum; (4) CAI dan mengajar oleh guru
dapat saling melengkapi. Bila komputer tidak dapat menjawab pertanyaan murid
dengan sendirinya guru akan menjawabnya. Ada kalanya komputer dapat
memberikan jawaban yang tak dapat segera dijawab oleh guru; (5) Selain itu
komputer dapat pula menilai hasil setiap pelajar dengan segera.

Nasution dalam buku yang sama, mengatakan pula, bahwa: Dalam proses
belajar dengan komputer setiap murid secara individual menghadapi komputer
dalam mata pelajaran menurut keinginan masing-masing. Pelajaran telah di
program secara cermat dan tiap murid dibimbing langkah demi langkah sampai
dikuasainya.

Arsyad melihat menyarankan mengenai bahwa faktor pendukung


keberhasilan CAI, adalah: Belajar harus menyenangkan. Ada tiga unsur belajar
dapat menyenangkan, yaitu: (1) menantang, fantasi dan ingin tahu; (2) Interaktivitas
dengan harus mempertimbangkan, dukungan komputer yang dinamis, dukungan
sosial yang dinamis, aktif dan interaktif, keluasan, power. (3) Kesempatan berlatih
harus memotivasi, cocok dan tersedia feedback; (4) Melatih dan menuntun siswa di
lingkungan informal. Mengenai multimedia berbasis komputer, multimedia bisa
berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video. Penggabungan ini
merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi,
pesan atau isi pelajaran. Konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan
beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap menjalankan
fungsi utamanya sebagai mana biasanya, dan komputer merupakan pengendali
semua peralatan itu. Jenis peralatan ini adalah komputer, video kamera, video
cassette recorder (VCR), overhead projector, multivision (atau sejenisnya), CD dan
CD player, yang sebelumnya merupakan peralatan tambahan (external peripheral)
komputer, sekarang sudah menjadi bagian unit komputer tertentu. Kesemua
peralatan itu haruslah kompak dan bekerja sama dalam penyampaian informasi
kepada pemakai.

B. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori mata pelajaran bidang kajian geografi IPS serta
karakteristik yang dimiliki oleh media pembelajaran multimedia interaktif selain
memiliki kelemahan ternyata juga sangat banyak keunggulannya.Oleh sebab itu
peneliti memilih media pembelajaran multi media interaktif menjadi sebuah pilihan
untuk meningkatkan prestasi belajar dan sekaligus menjawab tantangan yang harus
dipenuhi dalam pembelajaran IPS bidang geografi tanpa meninggalkan ketiga aspek
pembelajaran.Aspek kognitif dapat diraih oleh siswa karena mereka akan senang
belajar dengan multimedia interaktif sehingga diharapkan presatsi belajarnya
meningkat, sedangkan aspek afektif yang diharapkan adalah kesungguhan ,
keberanian. Sedangkan aspek psikomotorik adalah kecepatan dan ketepatan dalam
penggunaan media pembelajaran dengan multimedia interaktif.
Adapun gambaran skemanya adalah sebagai berikut:

Guru

Kognitif
Multimedia
Tujuan
Siswa Interaktif
Belajar
Afektif

Psikomotor

Hasil Belajar

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, untuk meraih tujuan


pembelajaran guru menggunakan multimedia interaktif, diharapakan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor meningkat dilihat dari hasil belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Seting dan Karakteristik Penelitian
Penelitian ini merupakan “penelitian tindakan “ yang dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar , oleh sebab itu metode penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research) dengan bentuk
pelaksanaan kolaboratif antara pengamat dan peneliti sebagai pelaku tindakan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dijadikan obyek penelitian
adalah siswa kelas VII A SMP 3 Blora pada tahun pelajaran 2009/2010.Adapun
karakteristiknya sebagai berikut:
1. Keadaan Kelas:
a). Jumlah kelas VII = 7 kelas
b). Jumlah siswa kelas VII= 280 siswa
c). Khusus kelas VII A putra=22,putrid=18
Peralatan listrik memadai, jendela terletak di sebelah kiri siswa
meskipun tidak berpengaruh terhadap pandangan siswa saat menulis tetapi
tidak berdampak mengganggu pembelajaran.Papan tulis menggunakan
White Board.

Abin Syamsuddin Makmun, (1996), Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem


Pengajaran Modul, Bandung : Rosdakarya.
Asmawi Zainul, (2001), Alternative Assesment, Jakarta : Depdiknas.
Collin, Gillian & Dixon Hazel, (1991), Integrated Learning Planned Curriculum Units,
Australia : Bookshelf.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Sosial Sekolah Dasar, Puskur
Balitbang Depdiknas, Jakarta , 2001
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Juni 2002, Puskur balitbang Depdiknas.
R. Fraenkel, Jack, (1980), Helping Students Think Value Strategies for Teaching Social
Studies, New Jersey : Prentice-Hall.
S. Hamid Hasan, (1996), Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta : Depdiknas.
S. Kenworthy, Leonard, (1981), Social Studies For The Eighties, Canada : John Wiley
&
Sons.

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada,


1996).

Finger dan Asun, Quo Vadis Pendidikan Orang Dewasa, (Yogyakarta: Pustaka
Kendi, 2004), hal. 20.

Nasution, Tehnologi Pendidikan, PT. Bumi Angkasa, Jakarta,1982.h.110.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Teknologi Instruksional. Jakarta:


Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

Prof. Dr. Nasution, MA. Dalam bukunya yang berjudul Tehnologi Pendidikan 1982

You might also like