Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar prestasi siswa kelas VII A SMP 3 Blora mata pelajaran IPS
dikatakan masih rendah bahkan ada sebagian siswa yang yang berada pada
tingkatan yang paling rendah. Hal ini ditunjukkan dengan gejala awal sperti berikut
ini. Dari hasil Ujian Akhir Semester 1 tahun 2009/2010 kelas VII A yang
berjumlah 40 anak, sebanyak 12 siswa atau 30% tidak mampu mencapai nilai 60
sebagai batas nilai ketuntasan belajar. Hal ini diduga disebabkan pembelajaran IPS
di sekolah ini masih mengacu pada pembelajaran konvensional dengan model
pembelajaran lihat, dengar, catat ( LDC) dan masih berpusat pada guru, sehingga
proses pembelajaran menjadi membosankan, tidak menyenangkan dan kering.
Kondisi ini terungkap oleh pengakuan Kirana siswa kelas VII A SMP 3 Blora
yang menyatakan bahwa guru-guru IPS dalam mengajar masih dengan ceramah
yang sangat membosankan dan membuat ngantuk.Hal senada diungkapkan oleh
siswa kelas VIII G yang menyatakan bahwa “ di sekolah ini saya lebih senang
diajar dengan menggunakan LCD karena menarik sekali, kalau guru hanya bercerita
di depan kelas saya jadi bosan dan malas mendengarkan “.Hal ini diperkuat oleh
pendapat Bahrudin ( dalam Susilo, 2009: 33 ),” bila proses pembelajaran tidak bisa
memberikan rasa menyenangkan dan nyaman , maka keberhasilan anak untuk
belajar sudah terkurangi 50 persen”.Oleh sebab itu , model pendekatan seperti itu
seharusnya sudah tidak digunakan lagi pada proses pembelajaran IPS di sekolah
karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan jaman.
Sementara itu realitas yang ada dan terjadi terjadi di lapangan, ada kesan
bahwa kemampuan guru masih rendah. Sebagian besar dari mereka masih
berpredikat sebagai pelaksana kurikulum, bahkan di antara kegiatan-kegiatan yang
mereka lakukan lebih bersifat rutinitas. Guru belum siap menghadapi berbagai
perubahan, di samping terbatasnya akses pada materi pembelajaran mutakhir.
Motivasi dan kesiapan belajar peserta didik juga rendah. Kurangnya waktu belajar,
lingkup materi yang sangat luas, serta laju/akselerasi perubahan (change) di bidang
ilmu, teknologi dan seni berjalan begitu cepat. Realitas di lapangan yang
menunjukkan adanya keterbatasan media pembelajaran baik jenis maupun
jumlahnya, serta kemampuan guru memanfaatkan media masih kurang seperti yang
diungkapkan oleh guru IPS SMP 3 yang menyatakan ”bahwa pembelajaran IPS
Geografi tanpa media akan sulit diterima siswa”. Suasana kelas kurang memotivasi
peserta didik melakukan kegiatan belajar, banyak siswa yang merasa bosan dengan
cara guru mengajar.Demikian juga interaksi pembelajaran belum optimal.
B. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup yang dibahas dalam penelitian
ini, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
D.Definisi Operasional
1. Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil,
tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu
usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal
efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti, misalnya
usaha X adalah 60% efektif dalam mencapai tujuan Y.
Dalam kamus bahasa Indonesia Efektivitas berasal dari kata efektif yang
berarti mempunyai efektif, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat
diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Dari uraian diatas dapat
dijelaskan kembali bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan
hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang
dinyatakan dengan hasil yang di capai.
2. Multimedia Interaktif adalah perpaduan antara berbagai media (format file)
yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video,
interaksi, yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan
untuk menyampaikan pesan kepada publik. Karena pengguna mendapatkan
keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka hal ini disebut
multimedia interaktif.( http://yogapw.wordpress.com/2010/01/26/pengertian-
multimedia-interaktif)
3. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar
BAB II
A. Kerangka Teori
2.Media Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2003) istilah media berasal dari bahasa Latin yang
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau
pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber informasi kepada penerima informasi. Proses belajar mengajar pada
dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam
pembelajaran disebut media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan bagian dari
sumber belajar yang merupakan kombinasi antara perangkat lunak (bahan belajar) dan
perangkat keras (alat belajar).
Secara umum media pembelajaran dapat dipilah menjadi istilah-istilah sebagai
berikut : (1) Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan
fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit. (2)
Alat bantu adalah alat atau benda yang digunakan oleh guru untuk mempermudah
tugas dalam mengajar (3) Ausio-Visual Aids (AVA) mempunyai pengertian dan
tujuan yang sama hanya saja penekanannya pada peralatan audio dan visual. (4) Alat
bantu belajar yang penekanannya pada pihak yang belajar.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan di atas, masih
terdapat beberapa manfaat praktis. Manfaat praktis media pembelajaran tersebut
adalah : (1)Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih
kongkrit (2)Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu
(3)Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indra manusia. (4)Media dapat
menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke
dalam kelas. (5)Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan
memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.
Anderson (dalam Depdiknas, 2003) mengelompokkan media pembelajaran
menjadi 10 golongan sebagai berikut : (1) Audio : kaset audio, siaran radio, CD,
telepon (2) Cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar (3) Audio-cetak :
kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis (4) Proyeksi visual diam : Overhead
Transparansi (OHT), film bingkai (slide) (5) Visual gerak : film bisu (6) Proyeksi
ausio visual diam : film bingkai (slide bersuara) (7) Audio visual gerak : film gerak
bersuara, video / VCD, televisi (8) Obyek fisik : benda nyata, model, spesimen (9)
Manusia dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran (10) Komputer : CAI
(pembelajaran berbantuan komputer), CBI (pembelajaran berbasis komputer)
Sementara itu, dari sekian banyak jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran, Henich, dkk. (dalam Depdiknas, 2003) membuat klasifikasi media
yang lebih sederhana sebagai berikut : (1) Media yang tidak diproyeksikan (2)
Media yang diproyeksikan (3)Media audio (4)Media video (5)Media berbasis
komputer, (6)Multi media kit.
Levie dan Levie (dalam Azhar Arsyad, 1996: 30) mengatakan: “bahwa
stimulus visual dan verbal membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk
tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan
menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal
memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan
ingatan yang berurutan (sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti
dukungan atas konsep dual coding hypothesis (hipotesis koding ganda).
Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk
mengolah simbol-simbol verbal kemudian menyimpannya dalam proposisi
image, dan lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian
disimpan dalam proposisi verbal”.
Selanjutnya Kemp & Dayton (1985 : 43), mengatakan kontribusi media dalam
pembelajaran adalah : Penyampaian pembelajaran dapat lebih terstandar,
Pembelajaran dapat lebih menarik, waktu penyampaian pembelajaran dapat
diperpendek,kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, proses pembelajaran dapat
berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan, sikap positif siswa terhadap
materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan dan peran guru
berubah kearah yang positif
2. Komputer
Nasution dalam buku yang sama, mengatakan pula, bahwa: Dalam proses
belajar dengan komputer setiap murid secara individual menghadapi komputer
dalam mata pelajaran menurut keinginan masing-masing. Pelajaran telah di
program secara cermat dan tiap murid dibimbing langkah demi langkah sampai
dikuasainya.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori mata pelajaran bidang kajian geografi IPS serta
karakteristik yang dimiliki oleh media pembelajaran multimedia interaktif selain
memiliki kelemahan ternyata juga sangat banyak keunggulannya.Oleh sebab itu
peneliti memilih media pembelajaran multi media interaktif menjadi sebuah pilihan
untuk meningkatkan prestasi belajar dan sekaligus menjawab tantangan yang harus
dipenuhi dalam pembelajaran IPS bidang geografi tanpa meninggalkan ketiga aspek
pembelajaran.Aspek kognitif dapat diraih oleh siswa karena mereka akan senang
belajar dengan multimedia interaktif sehingga diharapkan presatsi belajarnya
meningkat, sedangkan aspek afektif yang diharapkan adalah kesungguhan ,
keberanian. Sedangkan aspek psikomotorik adalah kecepatan dan ketepatan dalam
penggunaan media pembelajaran dengan multimedia interaktif.
Adapun gambaran skemanya adalah sebagai berikut:
Guru
Kognitif
Multimedia
Tujuan
Siswa Interaktif
Belajar
Afektif
Psikomotor
Hasil Belajar
Finger dan Asun, Quo Vadis Pendidikan Orang Dewasa, (Yogyakarta: Pustaka
Kendi, 2004), hal. 20.
Prof. Dr. Nasution, MA. Dalam bukunya yang berjudul Tehnologi Pendidikan 1982