You are on page 1of 26

Aidi Nasrrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Malaria Melalui Transfusi


(Transfussion
Transfussion-Transmitted
Transmitted Malaria)
Malaria

AIDI NASRUL
DIBACAKAN : ______________________

Sub Bagian Tropik dan Infeksi


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FK UNAND / RS DR. M DJAMIL PADANG
2 0 10
Transfussion
Transfussion-Transmitted Malaria| 1
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT penulis ucapkan karena dengan rahmat dan karunia-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan tinjauan kepustakaan ini. Adapun judul dari tinjauan
kepustakaan ini adalah Transfusion-Transmitted Malaria atau Malaria Melalui Transfusi.
Tinjauan kepustakaan ini merupakan bagian dari kegiatan selama menjalani stase di Sub
Bagian Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unand / RS Dr. M. Djamil Padang.
Penulis menyadari bahwa tinjauan kepustakaan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tinjauan
kepustakaan ini.
Akhirnya izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar di
bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unand / RS. Dr. M. Djamil, khususnya kepada Bapak dr. H.
Armen Ahmad SpPD-KPTI dan Prof. dr. H. Nusirwan Acang SpPD DTM&H KHOM yang telah
memberikan bimbingan di sub-bagian Tropik dan Infeksi maupun dalam menyelesaikan
tinjauan kepustakaan ini.

Padang, Januari 2010

Penulis

Transfussion-Transmitted Malaria| 2
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………..…………………….… i


Daftar Isi .................................................................................................................. ii
Daftar Table ............................................................................................................................ iii
Daftar Gambar ............................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
BAB II Penularan Malaria Melalui Transfusi……………………………………………………………………… 3
2.1 Epidemiologi………………......................................................................................... 3
2.2 Faktor Risiko…………............................................................................................. 5
2.3 Guidelines Penolakan Donor…………..………………………………………………………………. 7
BAB III Pengobatan dan Pencegahan………………………………………………………………………………. 10
3.1 Terapi Farmakologi ………………………………………………………………………………………… 10
3.2 Transfusi Tukar…………………………………………….…………………………………………………………… 15
13
3.3 Pencegahan di Daerah Endemik Malaria …………………………………………………………
3.4 Pencegahan di Daerah Non-Endemik………….………………………………………………….14
3.5 Beberapa Strategi Pencegahan Malaria Melalui Transfusi………………………………15
3.5.1 Metode Langsung…………………………………………………………………………………………15
18
3.5.2 Metode Tak Langsung…………………………………………………………………………………..
BAB IV Kesimpulan Dan Saran …………………………………………………………………………………………… 20
Daftar Pustaka ……………………………...………………………………….……..……………………………..…………………..21

Transfussion-Transmitted Malaria| 3
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Laporan Kasus Malaria Di UK ……………………………………………………………………..……………. 4


Tabel 2. Kategori Risiko Donor (UK-Guideline).……………………………………………………………………….. 7
Tabel 3. Pemeriksaan Skrining Malaria……………………………………………………………………………..……. 14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Negara-negara endemik malaria WHO-2003………………………………………………………. 6


Gambar 2. OptiMAL Rapid Test Malaria………………………………………..………………..…………………….. 17
Gambar 3. Sensitifitas Pemeriksaan Parasit Malaria…..………………………………………………………… 18

Transfussion-Transmitted Malaria| 4
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

BAB I
PENDAHULUAN

Malaria masih menjadi masalah kesehatan yang komplek di seluruh negara tropis dan
sub-tropis, menyebabkan 300-500 juta kasus baru dan 2-3 juta kematian tiap tahunnya. WHO
melaporkan ± 90% kematian karena malaria di dunia terjadi di Sahara Afrika selatan. Karena
masayarakat yang tinggal di daerah subsahara ini berisiko tinggi penularan malaria, bisa
melalui vektor yang tidak bisa musnahkan atau melalui cara lain seperti dari ibu ke anak,
1
melalui jarum suntik atau melalui transfusi darah.
Penularan malaria melalui transfusi darah (Transfusion Transmitted Malaria) adalah
satu dari insiden infeksi yang ditularkan melalui transfusi. Malaria yang ditularkan melalui
transfusi ini menimbulkan konsekuensi yang serius (seperti plasmodium falcifarum yang
mengakibatkan fatal secara cepat) karena diagnosis jarang dipikirkan pada penerima donor
2.3
sehingga sering salah. Di negara non-endemik, sediaan darah yang bebas dari malaria
adalah suatu problematika, terutama karena meningkatnya perjalanan ke daerah endemik.
Kasus pertama penularan malaria melalui transfusi dilaporkan tahun 1911, ketika
perjalanan antar benua menjadi impian bagi negara makmur dan mulai adanya penerbangan
komersial. Risiko malaria melalui transfusi komponen darah ini ekstrimnya rendah di daerah
4.5
non-endemik seperti Canada dan US. Di Dunia risiko malaria melalui transfusi 0.25
kasus/juta unit donor, di US diperkirakan insidennya <1 kasus persejuta unit darah, lebih kecil
dari penularan hepatitis B virus (7-32 kasus per sejuta unit darah) yang dilaporkan oleh The
1
United States Centers for Disease Control and Prevention. sebaliknya, risiko ini meningkat di
negara endemik yang diperkirakan > 50 kasus/juta unit donor.6 Tahun 2000 dilaporkan 16
7
kematian yang disebabkan oleh malaria impor di UK. Sementara tidak ada data kejadian
malaria melalui transfusi ini di Indonesia atau Asia tenggara.
Meskipun kejadian ini jarang di daerah non-endemik dengan sistem kesehatan yang
telah maju, penularan malaria melalui transfusi menimbulkan gambaran klinis yang berat dan
berakibat fatal bila tidak diidentifikasi dan diobati secara dini.2.3

Transfussion-Transmitted Malaria| 5
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Di negara non-endemik banyak donor yang ditolak bahkan darah yang sudah
didonorkan banyak yang terbuang karena potensi risiko penularan tinggi, seperti donor yang
pernah melakukan perjalanan ke daerah endemik atau imigran dari negara endemik malaria.
Oleh karena itu perlu strategi optimum untuk meminimalisir risiko penularan malaria melalui
transfusi tanpa menolak atau membuang darah yang telah didonorkan. Di negara non-
endemik, penolakan donor bisa efektif tetapi di negara endemik masalahnya lebih besar lagi
2.8
karena mayoritas donor berpotensi terinfeksi parasit malaria. Dalam kedua situasi ini,
penolakan donor mungkin suatu pilihan yang merugi dan diperlukan strategi lain untuk
keamanan yang meyakinkan.
Meskipun pemeriksaan sediaan hapus masih dasar dalam mendiagnosis malaria akut,
namun tidak sensitif untuk skrining bank darah. Di negara non-endemik skrining sediaan
hapus dan pemeriksaan immunoglobulin antimalaria spesifik terbukti efektif dalam
meminimalisir risiko penularan. Dan di negara endemik, pertanyaan pada donor seperti
riwayat perjalanan dan distribusi geografis membantu dalam mengidentifikasi donor yang
mungkin terinfeksi. Disamping juga pemberian antimalaria pada penerima transfusi
membantu dalam pencegahan penularan. 4.9
Sayangnya, belum ada strategi yang diadopsi sehingga kasus-kasus malaria melalui
transfusi masih terjadi, dan malaria harus selalu dipikirkan pada pasien yang demam setelah
mendapatkan transfusi. Untuk itu penulis mencoba menjelaskan tentang kejadian malaria
melalui transfusi ini.

Transfussion-Transmitted Malaria| 6
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

BAB II
PENULARAN MALARIA MELALUI TRANSFUSI

2.1 Epidemiologi
Telah terjadi kegagalan untuk mencegah transmisi malaria pada sebagian besar
negara endemik malaria, sub-Sahara Afrika tercatat sebagai kematian terbesar didunia (baru-
baru ini diperkirakan 1-2 juta orang pertahun). Disamping terjadinya resistensi obat anti
1.4
malaria (chloroquine atau multidrug) terhadap plasmodium falsifarum.
Sumber dari penularan malaria melalui transfusi biasanya berasal dari donor karier
asimptomatis, dimana donor ini dalam keadaan sehat dan densitas parasit sangat rendah saat
menjalani donor. Bruce-Chwatt meninjau data dunia dari 1911-1979, menyimpulkan
terjadinya peningkatan insiden malaria melalui transfusi dari 6 kasus menjadi 145 kasus per
kutip 4
tahun. Dilaporkan kejadian paling sering disebabkan oleh plasmodium falsifarum dan
plasmodium vivax. Empat kasus terakhir dilaporkan di pusat pelayanan darah UK (London),
terjadi malaria serebral yang fatal karena plasmodium falsifarum setelah transfusi. Sebelum
1986 lebih banyak kasus plasmodium vivax dibandingkan plasmodium falciparum, tetapi
setelah tahun 2000 plasmodium falsifarum adalah penyebab tunggal malaria impor. Di UK
peningkatan kasus plamodium falsifarum dari 37% tahun 1984 menjadi 55% pada tahun
1993.8 Gambaran malaria impor dari 1985-1995 yang dilaporkan oleh European centers juga
memperlihatkan lebih besar disebabkan plasmodium falsifarum seperti 82.2% di Perancis dan
4.9
59.4% di Italia, dibandingkan dengan 38.5% di US pada periode yang sama.
Di US, diperkirakan 1000 kasus malaria dilaporkan pertahun. CDC melaporkan dari
1963-1999 terjadi 93 kasus malaria melalui transfusi, 11% meninggal, 35 % terinfeksi
plasmodium falsifarum, 27 % plasmodium vivax, dan 5 % plasmodium ovale. Setelah ditelusuri
91 kasus berasal dari darah yang terinfeksi malaria.10 Dibandingkan dengan UK diperkirakan
2000 kasus malaria pertahun, meskipun penduduk US diperkirakan 3 kali penduduk UK. Tahun
1990–1999, jumlah absolut kasus malaria melalui transfusi lebih tinggi di US, dengan 14 kasus.
Soldan K. 1995 membandingkan data malaria melalui transfusi di UK selama lebih 25 tahun
dan di US lebih 36 tahun, melaporkan malaria melalui transfusi 0.055 perjuta donor di UK dan

Transfussion-Transmitted Malaria| 7
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

0.221 perjuta donor di US. Dan insiden malaria melalui transfusi 0.003 perjuta orang pertahun
di UK dan 0.009 perjuta orang pertahun di US.kutip 4
Siddig M. Ali, Sudan-2004, melaporkan 397 dari 1564 darah yang telah ditransfusikan,
6,5 % resipien terinfeksi malaria setelah 4 hari post transfusi. Dengan teknik pewarnaan
Geimsa’ temuan dominan plasmodium falsifarum (98.1%) dan plasmodium vivax (1.9%),
11
dimana bentuk ring (50.5%) dan tropozoit (40.2%), dengan densitias parasit <1000 /µl.
Oksuz et al, Turkey, melaporkan 58 kasus malaria setelah transfusi antara tahun 1977 dan
1994. kutip 4
Tabel 1. Laporan kasus malaria di UK5

Transfussion-Transmitted Malaria| 8
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Meskipun jarang, malaria adalah komplikasi yang mungkin dikenali sehubungan


dengan transfusi. Dimana parasit malaria dapat bertahan dalam darah yang disimpan dalam
suhu ruangan atau refrigerator 2-60C selama beberapa hari atau minggu.3.12 Bila donor dari
individu sehat atau karier asimtomatis maka darah yang didonasikan dengan densitas parasit
yang sangat rendah. Di Sub-Saharan Afrika dimana malaria hiperendemik merupakan risiko
yang serius bagi penerima darah donor. Penularan malaria melalui transfusi ini dilaporkan
dapat dari sel darah merah, platelet, konsentrat darah putih dan dari sel darah beku yang
telah dicairkan.1.4.13
2.2 Faktor Risiko
Faktor risiko untuk penularan malaria melalui transfusi meliputi 4 :
(1) Kesalahan atau kelupaan menanyakan riwayat donor, seperti suatu riwayat tinggal atau
berpergian ke daerah endemik malaria.
(2) Penggunaan adenine yang dipakai sebagai bahan pengawet penyimpanan darah
memungkinkan parasit malaria hidup lebih lama. Seperti plasmodium falciparum yang
dapat bertahan hidup sampai 19 hari dan dapat menimbulkan malaria melalui transfusi
pada penerima.
(3) Adanya parasit malaria dalam suplai darah dari donor semi imun yang sehat atau
asimtomatis meskipun parasit malaria low-grade dalam darah tepinya.
Penting diketahui bahwa orang yang lahir dan tinggal di daerah endemik malaria atau
orang yang bekerja dan tinggal didaerah tropik untuk jangka waktu yang lama dapat
menjadikannya semi-imun terhadap malaria. Dilaporkan meningkat kasus malaria melalui
transfusi oleh karena darah donor dari orang-orang yang pernah bekerja di Afrika selama 10
tahun dan mempunyai riwayat malaria falcifarum.14 Namun mereka tidak menyebutkan
pernah menderita malaria atau pernah tinggal di daerah endemik malaria saat menjadi donor
3.4
meskipun donor ini tanpa imunitas yang signifikan.
Peranan penting donor yang semi-imun sebagai sumber penularan malaria melalui
transfusi digambarkan oleh analisis Mungai et al. dari karakteristik donor yang berimplikasi
malaria di US dari 1963 sampai 1999. Dimana dari 1963 - 1969, 45% dari 11 donor dan dari
1970 - 1979, 38% dari 24 donor pernah tinggal atau pernah mengunjungi daerah endemik

Transfussion-Transmitted Malaria| 9
Aidi Nasrrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

malaria. Dari kelompok ini terjadi peningkatan sampai 100% dari 17 kasus dari 1980-1989 dan
10
91% dari 12 kasus dari 1990-1999.
1990

Gambar 1. Negara-negara
Negara endemik malaria WHO-2003 kutip1
Identifikasi Risiko Malaria
Pada daerah non--endemik
endemik kriteria untuk mengidentifikasi faktor risiko potensial
malaria tergantung pada skrining calon donor dengan mena
menanyakan
yakan riwayat dan bila perlu
dengan skrining antibodi anti malaria serum donor.
pertanyaan penting (anamnesis) pada donor4.14 :
Pertanyaan-pertanyaan
(1) Lokasi geografis (tempat tinggal)
tinggal).
Apakah donor pernah mengunjungi atau tinggal di daerah endemi
endemik malaria, sesuai
dengan definisi Negara (gambar 1).
(2) Lamanya
amanya donor tinggal di daerah endemis
Semakin
emakin lama tinggal semakin besar risiko untuk semi-imun atau
au asimtomatis dengan
parasitemia.
(3) Lamanya waktu setelah tinggal di daerah endemis malaria
(4) Ada atau tidakkah calon donor yang akan di ambil darahnya pernah menderita malaria.

Transfussion
Transfussion-Transmitted Malaria| 10
Aidi Nasrrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

kutip 5
Tabel 2. Kategori Risiko Donor (UK-Guideline)

Pentingnya faktor-faktor
faktor risiko ini adalah untuk memutuskan apakah darah donor ini
8 kutip 5
dapat diterima atau ditolak.
ditolak Seperti The Guidelines Operating In Canada sejak Juli 1995
merekomendasikan donor dengan riwayat diagnosis atau diterapi antimalaria
malaria secara menetap
tidak dibolehkan mendonorkan komponen darahnya untuk. Di US donor yang pernah
didiagnosis malaria ditolak mendonorkan darahnya untuk 3 tahun setelah asim
asimptomatis. Dan
dii UK donor yang pernah didiagnosis malaria secara permanen ditola
ditolak untuk mendonorkan
antibod antimalaria negatif.3.4
darahnya sampai tes antibodi
Penolakan donor permanen terbukti berguna untuk keamanan transfusi, misalnya
kelompok donor yang potensial dengan semi-imun malaria dan parasitemia asimptomatik.
Penolakan untuk donor 3 atau 5 tahun bagi orang dengan semi-imun,
imun, karena malaria dapat
terjadi dari darah donor yang sudah > 5 tahun setelah paparan terakhir malaria. US series
covering 1963-1999, interval waktu antara perjalanan ke daerah endemik dengan penularan
melalui transfusi, diperkirakan
perkirakan 5 tahun untuk plasmodium falsifarum,
arum, 2.5 tahun untuk
plasmodium vivax, 7 tahun plasmodium ovale dan 44 tahun untuk plasmodium malariae.8
Umumnya negara non-endemik
non k mengikuti peraturan penolakan donor selama 3 tahun
setelah infeksi malaria, tapi
api kriteria
k ini tidak dapat diterapkan di daerah endemik karena
mayoritas penduduknya secara kontinyu terpapar malaria.15 Oleh karena itu dirasakan perlu
suatu prosedur skrining yang cocok agar terapi transfusi aman. 6.435
435 pendonor dan 3.621
resipien yang diperiksa dengan slide darah tepi plus deteksi antigen dengan antibodi
antibod
monoklonal.
lonal. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan hasil yang jelek,
jelek hanya 0.06% (+)
pewarnaan Giemsa dan
an 0.1% (+) Acridine orange. Sedangkan deteksi antigen dengan
monoklonal antibodi positif didiagnosis
di pada mayoritas subjek ini. Jadi h
hapusan darah tepi
Transfussion-Transmitted
Transfussion Malaria| 11
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

gagal menentukan infeksi 92.3% donor yang antigen positif.15 Maka direkomendasikan deteksi
antigen monoklonal antibodi pada pusat pelayanan transfusi di daerah endemik malaria.
2.3 Guidelines Penolakan Donor
UK (Inggris)
The Parasitology subgroup of the UK Standing Advisory Committee on Transfusion
6.17
Transmitted Infections, 2004. Merekomendasikan :
(1) Secara permanen eklusi donor/orang yang pernah didiagnosis malaria atau demam yang
tidak terdiagnosis dimana malaria mewabah, atau dalam 4 minggu kembali ke UK dari
daerah endemik malaria.
(2) Menolak “malaria area residents" sebagai donor selama 5 tahun berturut-turut setelah
kembali ke UK dari daerah endemik malaria.
(3) Menolak semua donor selama 12 bulan berturut-turut setelah kembali ke UK dari daerah
endemik malaria.
Definisi “tinggal di daerah malaria” (nomor 2 diatas) adalah seseorang yang tinggal
disalah satu negara di sub-Saharan Afrika (kecuali Afrika Selatan) atau Papua New Guinea
selama periode 6 bulan disepanjang hidupnya. Diterima donor bila tes untuk antibodi
antimalaria negatif paling tidak 6 bulan setelah paparan atau tanggal sembuh dari gejala
malaria.
US (Amerika Serikat)
Untuk melindungi resipien dari produk sel darah merah yang terinfeksi malaria,
American Association of Blood Banks (AABB) dan Food and Drug Administration (FDA)15 telah
mengeluarkan standar untuk donor yang pernah pergi atau tinggal di daerah endemik malaria.
1. Orang yang tinggal di negara non-endemik yang melakukan perjalanan ke negara endemik
malaria ditolak sebagai donor selama 1 tahun setelah kembali dari perjalanannya, bila
telah bebas dari gejala dan tidak lagi mengkonsumsi obat antimalaria.
2. Orang yang pernah menderita atau mendapakan kemoprofilak malaria akan ditolak sebagai
donor sampai 3 tahun setelah asimptomatis atau berhenti kemoprofilak.
3. Donor yang tinggal didaerah endemik malaria dan sekarang tinggal di US tetapi kembali
mengunjungi daerah malaria, dapat diterima sebagai donor 3 tahun setelah kunjungan
terakhir.

Transfussion-Transmitted Malaria| 12
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

4. Imigran, pengungsi atau warga negara yang tinggal di daerah endemik malaria ditolak
selama 3 tahun setelah meninggalkan daerah tersebut.
5. Orang dengan karier atau pernah menderita malaria karena plasmodium malariae tidak
boleh mendonorkan darah seumur hidup.
Kriteria ini didukung oleh observasi bahwa kasus malaria yang dilaporkan di US, 97 %
pada warga negara yang pernah tinggal di negara endemik selama 1 tahun dan 99 % telah
tinggal selama 3 tahun. Orang yang pindah dari daerah malaria densitas tinggi dan
mendapatkan imunitas dengan parasitemia asimtomatis dapat bertahan selama beberapa
waktu tergantung pada jenis spesies. Plasmodium falsiparum misalnya jarang bertahan lebih
dari 2 tahun, meskipun pernah menetap sampai 13 tahun. Plasmodium malariae dapat
menetap secara asimptomatis dalam darah dengan level rendah sampai 40 tahun.4
Sazama, US-1991, berkomentar “apakah tingkat kejadiannya dapat diterima antara
risiko pada resipien dan kehilangan darah donor, atau apakah risiko yang besar ini dapat
ditoleransi”. Pada saat itu US melaporkan 2–3 kasus baru malaria melalui transfusi pertahun
12
(0.5 perjuta resipien) dan menolak 44.000 donor. Nahlen et al. menyarankan untuk
memperpendek masa penolakan donor menjadi 6 bulan setelah berpergian ke daerah
kutip 12
endemik karena banyaknya donor yang hilang.
Eropa
Guidelines French untuk pencegahan penularan malaria melalui transfusi pertama kali
diterapkan pada tahun 1986. Guidelines untuk mengekslusi donor selama 4 bulan setelah
mereka kembali dari daerah endemik malaria seperti klasifikasi WHO, eksklusi permanen
donor dengan riwayat malaria dan skrining antibodi antimalaria positif sampai 3 tahun setelah
kembali dari daerah endemik. The Council of Europe merekomendasikan eksklusi donor darah
selama 6 bulan setelah kembali dari daerah endemik dan mereka boleh untuk donor setelah
pemeriksa antibodi antimalaria negatif. Tahun 2001, 10 negara-negara neropa telah
mengadopsi rekomendasi ini. Namun Denmark mengambil periode eksklusi selama 1 tahun
dan Irlandia mengeklusi selama 3 tahun. Namun tidak satupun negara yang
merekomendasikan pemeriksaan antibodi antimalaria.4.8

Transfussion-Transmitted Malaria| 13
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

BAB III
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Diagnosis malaria melalui transfusi ini sering salah dan sering terlupakan, sehingga
penting sekali memikirkan terjadinya malaria pada pasien yang mengalami demam setelah
dilakukan transfusi darah, meskipun demam ini dapat timbul karena penyakit dasarnya,
infeksi nosokomial atau akibat tindakan bedah.3.4 Manifestasinya bisa asimtomatis atau
dengan gejala klinis malaria yang lebih berat dan fatal terutama karena plasmodium
falsiparum. Dan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi atau rapid test
malaria bila tersedia. 4.19
Linda Wells, Birmingham-1985, melaporkan bahwa masa inkubasi malaria post-
transfusi bervariasi dari 12 hari (plasmodium falsifarum) dan 3-4 minggu (plasmodium vivax)
atau bahkan lebih lama lagi (plasmodium malariae), tergantung pada imunitas resipien dan
densitas parasit.Kutip 18 Kleinman S., Univ of British Columbia-2001, menggambarkan 5 kasus
demam yang terjadi setelah 4 hari transfusi darah, kemudian diikuti gagal ginjal, ikterik,
penurunan kesadaran dan akhirnya meninggal, setelah ditelusuri ditemukan plasmodium
falsifarum.kutip 18
Bila diagnosis sudah jelas maka dapat diterapi dengan obat anti malaria atau bila
malaria falsifarum yang berat dapat dilakukan transfusi tukar.
3.1 Terapi Farmakologi Malaria Melalui Transfusi
Pengobatan untuk malaria yang ditularkan melalui transfusi sama dengan pengobatan
malaria yang ditularkan oleh nyamuk. Dapat diberikan chloroquine, sulfadoxin, quinine atau
artesunat sesuai dengan pola sensitifitas daerah berdasarkan geografis. Hanya saja tidak
diperlukan terapi primaquin karena penyakit malaria bukan diinduksi sporozoit dan tidak
melewati stadium hati. 4 Malaria falsifarum yang berat quinine dapat diharapkan untuk
mengurangi parasit sampai 50% dalam 24 jam. Sementara artemisin (artesunate dan
artemether) bekerja 2 kali lebih cepat dibandingkan quinine. Dan transfusi tukar plus
kemoterapi antimalaria menurunkan parasitemia lebih cepat dibandingkan dengan terapi
3.4
obat saja.

Transfussion-Transmitted Malaria| 14
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

3.2 Transfusi Tukar Untuk Malaria Falsifarum Berat


Lebih dari satu juta orang pertahun meninggal karena malaria dan hampir semua kasus
disebabkan oleh plasmodium falsifarum. Beratnya malaria berkorelasi dengan parasitemia,
studi yang dilakukan oleh Field-Niven (1937) memperlihatkan peningkatan angka kematian
karena malaria falsifarum dengan parasitemia diatas 100 000/µl (2% parasitemia), dan tingkat
kematian lebih dari 50% dengan parasitamia 500 000/µl. Memang pada daerah endemik
orang dapat mentoleransi parasitemia yang tinggi (asimtomatis) namun malaria berat dapat
timbul pada orang yang non-imun.19.20
20
Tujuan untuk transfusi tukar pada malaria falsifarum berat adalah :
1. Mengurangi parasitemia lebih cepat dibandingkan dengan kemoterapi antimalaria saja.
2. Mengeluarkan sel-sel parasit dari sirkulasi perifer sebelum mereka dapat melakukan
sekuestrasi dalam kapiler jaringan.
3. Mengeluarkan sel-sel parasit dari sirkulasi perifer untuk meminimalisir hemolisis
intravaskuler dan berbagai komplikasinya
4. Memperbaiki reologi darah dengan mengeluarkan parasit dan sel darah merah segar
kembali.
5. Mencegah peningkatan antigen yang progresif
6. Mengeluarkan toksin, sitokin-sitokin proinflamasi atau komplek imun dari sirkulasi.
7. Mengkoreksi anemia bila ada
Meskipun tidak diperdebatkan keuntungan atau kerugian dari transfusi tukar ini tapi
belum banyak penelitan kontrol random dipublikasikan. Faktor yang perlu dipertimbangkan
19.20
dalam penilaian transfusi tukar adalah :
1. Beratnya kasus yang dipertimbangkan untuk transfusi tukar
2. Perbedaan jumlah darah yang harus ditukar
3. Perbedaan akurasi perkiraan parasitemia
Riddle et al. dalam sebuah studi meta-analysis perbandingan apakah transfusi tukar
pada malaria berat dapat memperbaiki survival. Analisis 9 studi, total 287 subjek, menunjukan
bahwa transfusi tukar tidak meningkatkan survival dibandingkan kemoterapi antimalaria
saja. 20 Hoontrakoon dan Suputtamangkol, Chumphorn-Thailand, studi retrospektif 50 pasien
dengan malaria falsifarum berat. 21 pasien mendapatkan transfusi tukar 2-10 unit (median 6

Transfussion-Transmitted Malaria| 15
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

unit) plus quinine dibandingkan dengan 29 pasien yang hanya mendapatkan terapi quinine.
Angka kematian 48% pada transfusi tukar dan 69% yang mendapatkan quinine saja. 21
Burchard et al, melaporan bahwa 61 pasien (German, Austria dan Switzerland) yang dilakukan
transfusi tukar karena malaria falsifarum berat menguntungkan.
Indikasi untuk transfusi tukar yang paling sering dilaporkan adalah hiperparasitemia
(>5% sampai 70%) dan melibatkan multiorgan. Dari 59 kasus transfusi tukar dengan volume
antara 0.3-9.9 liter disimpulkan bahwa survival tidak tergantung pada volume yang ditukar
melainkan tergantung pada parasitemia. 19.20 Panossian menyimpulkan bahwa transfusi tukar
19
tidak dianjurkan pada pasien di daerah endemik dan hanya untuk pasien non-imun.
Sebaliknya Karnataka-India, melaporkan seorang pria yang dalam darah tepinya “banyak
plasmodium falcifarum ring forms” dengan demam, sakit kepala dan ikterik. Setelah 24 jam
diberikan quinine infus plus sulphadoxine pyrimethamine dan tetracycline oral, pasien jatuih
dalam koma yang dalam, dengan hemoglobin 5.2 g/dl dan parasitemia 80%. Dengan
melakukan transfusi tukar 4 unit PRC dalam 3 jam parasitemia turun jadi 4.4% dan kesadaran
kutip 4
pasien membaik.
WHO mendukung kondisi berikut dipertimbangkan untuk ETkutip 4:
1. Pasien non-imun
2. Parasitemia tinggi dan menetap (> 10% eritrosit dalam sirkulasi)
3. Adanya darah yang siap untuk ditukar, telah di skrining virus (hepatitis, HIV, etc.)
4. Adanya fasilitas untuk exchange dan monitoring
5. Adanya staf yang terlatih
6. Kemoterapi antimalaria sudah dilakukan secara optimal
Kriteria sehubungan dengan hiperparasitemia untuk transfusi tukar, didefinisikan sebagai2.4.22:
1. Parasitemia > 30% tanpa ada komplikasi klinik
2. Parasitemia > 10% dengan adanya penyakit berat, terutama malaria sereberal, gagal ginjal
akut, respiratory distress syndrome, ikterik dan anemia berat
3. Parasitemia > 10% dan gagal respon kemoterapi optimal setelah 12-24 jam.
4. Parasitemia > 10% dan faktor prognostik jelek (usia tua, skizon dalam darah tepi).
Setelah transfusi tukar segera untuk memeriksa ulang persentase parasitemia untuk
menilai respon prosedur. Ini akan membantu dalam memutuskan apakah perlu penambahan

Transfussion-Transmitted Malaria| 16
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

volume tukar atau tidak. Macallan et al. melaporkan eritrositaferesis plus quinine pada 5 kasus
malaria falsifarum berat (orang inggris yang kembali dari daerah tropik), penurunan dramatis
persentase parasitemia dari 55-28% dalam waktu 2 jam dan klinis pasien pulih. Mereka
menyimpulkan bahwa dengan eritrositaferesis respon parasitemia dapat diprediksi
dibandingkan transfusi tukar biasa.22
3.3 Pencegahan Malaria Melalui Transfusi Di Daerah Endemik Malaria
Di negara-negara dengan endemisitas tinggi malaria, pembatasan berdasarkan
perjalanan atau pemeriksaan serologi tidak efektif karena adanya imunitas yang tinggi
15
terhadap darah yang didonorkan. Sehingga dibutuhkan skrining pada setiap donor dengan
pemeriksaan laboratorium untuk mengurangi kemungkinan malaria post-transfusi.
Pemeriksaan universal parasit malaria pada darah donor belum memuaskan karena
kekurangan sensitifitas dan kost efektif biaya. Pemeriksaan mikroskopik parasit malaria
dengan pewarnaan giemsa dan deteksi antigen dengan antibodi monoklonal telah terapkan di
India dan banyak negara Afrika, sedangkan di Vietnam di sarankan pemeriksaan PCR setelah
pemeriksaan mikroskopik. Strategi lain yang pernah diaplikasikan adalah memberikan obat
antimalaria secara langsung seperti klorokuin dan quinine pada darah yang didonasikan,
15.23
meskipun efikasi dari metode ini belum terbukti lebih akurat. Choudhury N et al, Indian J
Malariol-1991 melakukan skrining malaria pada donor di daerah endemik dengan metode
deteksi antigen antibodi malaria. Mereka menyimpulkan dari semua darah donor 19.37% dan
12.39% menunjukan hasil positif dengan ELISA dan IFA.2 4
Di daerah dengan endemisitas tinggi, resipien secara rutin diterapi dengan antimalaria
sebagai profilaksis. Segera mengobati pasien yang terinfeksi melalui transfusi ini meskipun
Tegtmeier berkomentar bahwa umumnya resipien di daerah endemis malaria akan imun
terhadap spesies malaria yang ada dimana mereka tinggal. Untuk itu diperlukan kriteria
pemilihan donor, mengeksklusi sel darah donor yang berasal dari individu yang berpotensi
infeksius. Meskipun donor yang terinfeksi tersebut mungkin dengan parasitemia sangat
15.23
rendah dan tidak memiliki riwayat klinis atau riwayat demam sebelumnya.

Transfussion-Transmitted Malaria| 17
Aidi Nasrrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

3.4 Pencegahan Malaria Melalui Transfusi Di Daerah Non-Endemik


Di negara risiko
siko malaria tidak ada, dapat dilakukan dengan menghindari donor yang
berasal dari daerah endemik malaria atau hindari donor dari orang yang mempunyai riwayat
malaria. Di Negara non-endemi
endemik,, pendekatan yang paling sering untuk mengidentifikasi donor
yang mempunyai risiko penularan malaria adalah dengan menanyakan riwayat perjalanan dan
riwayat pengobatan. WHO-1998
WHO 1998 menyatakan bahwa menanyakan riwayat demam malaria
atau pernah diterapi obat antimalaria sangat efektif dalam skrining donor.
donor Tetapi ada
kekurangan dalam teknik questionnaires dan interview sehingga kegagalan masih saja
18.23
terjadi. Misalnya donor dengan densitas parasit yang sangat rendah, mungkin tidak ada
riwayat demam atau peningkatan suhu saat darah didonasikan,
didonasikan dan orang yang terinfeksi
akan terlepas dari proses skrinig donor. Slinger et al. “Donor memberikan informasi yang tidak
akurat secara disengaja
sengaja atau tidak disengaja, atau karena tidak mengerti dengan pertanyaan
yang diajukan, atau karena mereka tidak waspada atau telah lupa bahwa pernah mengalami
5
malaria sebelumnya.”
Tabel 3. Pemeriksaan Skrining Malaria16

Transfussion
Transfussion-Transmitted Malaria| 18
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Biasanya penolakan untuk donor selama periode 12 sampai 60 bulan setelah


melakukan perjalanan atau tinggal di daerah endemik malaria. Dan ini sangat efektif
mengurangi insiden malaria seperti di Amerika utara, Eropa dan Australia. Meskipun sangat
tergantung pada akuratnya menentukan risiko dan efektifitas informasi, hingga akhirnya
menolak atau membuang darah yang sudah didonorkan.4.23 Mungai et al., telah menerapkan
pada 62% donor yang mempunyai risiko darahnya ditolak dan dibuang. Choidini et al,
memperkirakan bahwa lebih kurang 40.000 unit darah dikeluarkan setelah skrining dari UK
National Blood Service. Bahkan di US diperkirakan 50.000 unit darah dikeluarkan setelah
4.10
diketahui berasal dari donor yang baru saja kembali dari daerah endemik.
3.5 Beberapa strategi pencegahan malaria melalui transfusi:
National Institute of Health (NIH) Consensus Conference tahun 1995 menyarankan
setiap darah donor harus di skrining berbagai infeksi seperti HIV, Hepatitis B dan C, malaria
dan sifilis13. Namun belum ada pemeriksaan yang sesuai untuk skrining malaria. Metode
pemeriksaan malaria dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu : direct dan indirect.
Metode direct (langsung) adalah mendeteksi parasit atau sub-komponen parasit seperti
dengan pemeriksaan mikroskopik slide hapus (Giemsa, Field, Wright atau Acridine Orange),
pemeriksaan antigen parasit dalam sirkulasi (Histidine Rich Protein 2, Plasmodial Lactate
Dehidrogenase atau Aldolase) atau pemeriksaan DNA plasmodium (PCR). Metode indirect
(tidak langsung) adalah mendeteksi respon host terhadap infeksi misalnya antibodi
antimalaria (Indirect Imunofluorescent Antibody Test = IFAT, Enzyme Immunoassay = EIA dan
deteksi pigmen besi / Hemozoin). Bagaimanapun semua tes ini memiliki keterbatasan seperti
16
sensitifitas, spesifisitas dan efektifitas biaya.
3.5.1 Metode Langsung
a. Pemeriksaan Mikroskopik
Tes diagnostik malaria yang dipakai secara luas adalah pemeriksaan hapusan darah
tepi, tipis atau tebal dengan pewarnaan giemsa atau wright. Dunia mengaplikasikan
metode pemeriksaan ini sebagai Gold standard diagnostik yang dapat menilai jenis dan
kuantitas parasitemia, sehingga dapat membantu menentukan beratnya penyakit atau
menentukan pilihan terapi. Sensitifitas metode ini bervariasi dari 5 dan 500 parasit /mL
darah segar, tergantung pada pengalaman ahli mikroskopist. Ditangan ahli yang

Transfussion-Transmitted Malaria| 19
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

berpengalaman sensitifitas dapat dicapai antara 5 dan 50 parasit /mL darah, tetapi
seringnya laboratorium mencapai sensititfitas lebih rendah dari 500 parasit /mL. Sehingga
donor yang asimtomatis akan lolos dari skrining karena memiliki hitung parasit yang sangat
16.23
rendah.
Meskipun metode ini terus dipakai namun ada beberapa kekurangan, seperti
membutuhkan tenaga ahli yang sudah berpengalaman dan butuh waktu lama dalam
persiapan yang tidak mungkin dilakukan pada jumlah donor yang banyak setiap hari.
Teknik mikroskopik fluorenscen dengan afinitas terhadap asam nukleat parasit juga
telah diterapkan sebagai alat diagnostik. Biasanya menggunakan pewarnaan Acridine
orange dimana bila disinari dengan ultra violet memberikan panjang gelombang yang kuat.
Waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dan sensitifitasnya 100 parasit /mL darah. Kekurangan
dari metode ini adalah tidak sukarnya membedakan asam nukleat parasit atau asam
nukleat yang berasal dari debris sel lain dan membutuhkan alat khusus. 4.16
b. Deteksi Antigen
Pemeriksaan antigen malaria yang telah dikembangkan adalah berdasarkan deteksi
histidine-rich protein 2, lactate dehidrogenase plasmodium dan aldolase. Memakai teknik
Immuno-chromatographic menggunakan antibodi monoclonal atau poliklonal terhadap
antigen parasit, yang dirancang untuk rapid tes dalam bentuk dipstick, dapat mendeteksi
dalam waktu 10-20 menit dengan sensitifitas 100-1000 parasit /mL darah dan tidak
memerlukan tenaga yang terampil. Tes ini memiliki sensitifitas 35-97% untuk plasmodium
falciparum dan 2-97% untuk plasmodium vivax atau spesies non-falciparum. Sensitifitasnya
15.16..25
rendah bila kadar parasitemia rendah atau donor non imun.
Draper dan Sirr berkomentar bahwa “seorang pengunjung dari daerah hiperendemis
memiliki titer antibodi reaktif tinggi sedangkan mereka asimtomatis dan tidak terdeteksi
dengan pemeriksaan mikroskopik. Adanya antibodi antimalaria yang terdeteksi ini dapat
sebagai marker untuk menentukan adanya parasit malaria didarah tepi. Draper dan Sirr
terdeteksi antibodi anti malaria 11–20 tahun dan 70% masih seropositif malaria setelah 20
tahun dan satu diantaranya sampai 30 tahun.24.25

Transfussion-Transmitted Malaria| 20
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Gambar 2. OptiMAL Rapid Malaria Test

c. Pemeriksaan DNA Plasmodium (PCR)


Pemeriksaan donor yang memperlihatkan hasil negatif dengan pemeriksaan slide
darah tepi (tebal dan tipis) atau dengan pemeriksaan antibodi, dengan pemeriksaan PCR
dapat memberikan hasil positif. Karena PCR memiliki sensitifitas tinggi yang dapat
mendeteksi parasit titer sangat rendah (5 /mL darah) dan dapat mengidentifikasi jenis
parasit). Studi di Vietnam, darah donor yang diperiksa dengan PCR memperlihatkan PCR
lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik (63% v.s 13%). Rubio et al,
Spanyol-1999, semi-nested PCR memiliki sensitifitas terhadap plasmodium falsifarum 4-40
parasit /mL, yang dengan pemeriksaan mikroskopik negatif. kutip 16
PCR positif berguna untuk menentukan parasitemia donor dengan kadar rendah dan
dapat memberikan informasi untuk kemoterapi antimalaria. Tetapi PCR negatif tidak
jaminan bahwa darah donor tersebut bebas dari parasit malaria, Thellier et al. melaporkan
meskipun tidak terdeteksi dengan PCR namun malaria melalui transfusi dapat terjadi.
Investigasi adanya antigen malaria dengan monklonal antibodi (’Monofluo’ kit, Plasmodium
falsifarum) pada 7000 donor dan 3500 resipien, dari 14 kasus malaria melalui transfusi 13
kutip 16
resipien menujukan adanya antigen.
Kelemahan dari PCR ini adalah DNA dari parasit malaria masih dapat dideteksi
sekalipun telah berhasil diobati. Karenanya, pemeriksaan PCR di daerah endemik akan
menghasilkan positif palsu yang akan mengakibatkan banyaknya donor ditolak atau darah
terbaung percuma. Meskipun teknik PCR sangat menjanjikan untuk skrining malaria tetapi
tidak bisa dipertimbangkan sebagai metode pilihan karena masalah biaya yang mahal
(diperkirakan untuk skrining $ 3.97 / kasus malaria).15.16

Transfussion-Transmitted Malaria| 21
Aidi Nasrrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Gambar 3. Sensitiftas pemeriksaan malaria “direct test” (parasit per microliter)16

3.5.2 Metode Tidak Langsung


a. Serologi
Antibodi
ntibodi dari semua plasmodium dibentuk tubuh 1 sampai 14 hari setelah terpapar
infeksi dan dapat dideteksi setelah beberapa bulan–tahun.
bulan tahun. Hasil positif pemeriksaan
antibodi dapat mengindikasikan seseorang dengan klinis atau subklinis malaria, atau dapat
jugaa pada individu yang imun malaria di daerah endemik. Maka, adanya antibodi dalam
darah tidak berarti adanya parasit dalam sirkulasi. Meskipun
eskipun demikian pemeriksaan
antibodi digunakan untuk skrining donor yang mempunyai risiko (tu donor di daerah non-
26
endemik)) dan untuk konfirmasi donor non
non-parasitemia
parasitemia asimptomatis.
Deteksi antibodi di daerah endemik tidak berguna karena semua penduduk biasanya
memiliki antibodi malaria antara 20% dan 90%, sehingga bila dilakukan skrining donor
maka hampirr semuanya akan dit
ditolak.
olak. Sedangkan populasi di daerah non
non-endemik memiliki
antibodi malaria 1% - 2%.16.26
b. Deteksi Antibodi Dengan Enzyme-Immunoassay
Enzyme (EIA)
Pemeriksaan antibodi dengan EIA dikembangkan untuk plasmodium falsifarum,
Chiodini et al, menginvestigasi dengan EIA
EIA spsifik IgG donor UK yang pernah terpapar
plasmodium falsifarum. Mereka memperlihatkan sensitifitas antibodi 93% pada pasien
dengan pemeriksaan IFAT positif 1,5% dan sensitifitas untuk slide darah tepi positif adalah
73% falsifarum dan 52% vivax. Dengan ini mereka menganjurkan pemeriksaan EIA 6 bulan
setelah donor berpergian ke daerah endemik. 4.16

Transfussion
Transfussion-Transmitted Malaria| 22
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

Davidson et al. menggunakan commercial ELISA untuk menilai risiko malaria pada
donor darah di Auckland, dari 530 donor yang pernah pergi ke Asia 35%, ke Afrika 19%, ke
India 13%, ke Melanesia 15% dan daerah campuran 18%. Memperlihatkan 1.7% antibodi
positif (sama dengan yang dilaporkan Chiodini et al, di UK 1.5% pada donor yang kembali
dari “tropical area”). Davidson et al., juga menyimpulkan bahwa antibodi antimalaria positif
27
mengindikasikan pasien sedang atau pernah menderita malaria.
Draper dan Sirr menguji serum dari 415 kasus yang terdiagnosis malaria di UK, 88
adalah penduduk UK yang pernah melakukan perjalanan dan serangan pertama malaria,
sementara 327 dari imigran dengan riwayat malaria. Dengan pemeriksaan Indirect
Fluorescent Antibody Test (IFAT) seminggu setelah onset 78% penduduk UK memiliki
antibodi positif terhadap antigen plasmodium falsifarum dan 100% dari imigran dengan
seropositif. Lebih jauh, imigran juga dengan titer tinggi, antibodi menetap lebih lama dan
bereaksi silang dengan antigen malaria (nonfalsifarum). Temuan ini mungkin karena respon
amnestik pada malaria sebelumnya yang bermakna dalam skrining serologi donor.
c. Hemozoin
Deteksi hemozoin yang berasal dari haem (eritrosit pecah) dan di fagosit oleh monosit,
kemudian dengan cahaya laser depolaroid (pada mesin automated hematology analyzer)
dapat dibedakan monosit normal dari monosit yang mengandung hemozoin. Semakin
banyak hemozoin semakin banyak pemecahan darah dan infeksi aktif, tetapi pemeriksaan
ini tidak sesensitif pemeriksaan konvensinal. Satu studi oleh Wever et al., melaporkan 58
pasien yang didiagnosis dengan pemeriksaan konvensional hanya 62% terdeteksi dengan
16
pemeriksaan hemozoin.

Transfussion-Transmitted Malaria| 23
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pentingnya mempertimbangkan diagnosis malaria pada pasien yang demam setelah
terapi transfusi darah. Diagnosis mungkin terlambat karena demam bisa saja disebabkan
oleh penyakit dasarnya, infeksi post operatif atau reaksi jaringan karena keganasan atau
trauma operasi.
2. Meskipun jarang, malaria melalui transfusi sering berat dan fatal. Untuk itu diperlukan
suatu metode praktis skrining donor untuk keamanan transfusi.
3. Skrining donor sukar dilakukan pada daerah endemik karena hampir semua populasi
semi-imun, memiliki densitas parasit rendah dan sering asimptomatis. Ini disebabkan
karena populasi secara kontinyu terinfeksi malaria.
4. Metode skrining donor adalah dengan menanyakan riwayat perjalanan, tinggal atau
pernah menderita malaria. Kemudian dengan melakukan pemeriksaan deteksi antigen
mulai dengan cara standar (mikroskopik hapusan darah tepi) sampai pemeriksaan
antigen-antibodi dengan metode yang canggih.
5. Bila malaria melalui transfusi ini terjadi dapat diterapi dengan kemoterapi anti malaria
atau bila kondisi berat dapat dilakukan transfusi tukar.

Saran
1. Transfusion-Transmitted Malaria adalah salah satu masalah dalam keamanan transfusi di
daerah endemik, untuk itu penting sekali skrining donor sebelum darahnya ditransfusikan
dan donor yang terinfeksi harus diterapi sebelum diterima.
2. Penting sekali skrining malaria pada donor diterapkan di unit transfusi rumah sakit kita,
dan penelitian untuk eradikasi penularan malaria melalui transfusi ini.

Transfussion-Transmitted Malaria| 24
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. The African Malaria Report 2003. Geneva: WHO/UNICEF, 2003
2. Candolfi E. Transfusion-Transmitted Malaria, Preventive Measures, Transfus Clin Biol. 2005 Jun,
(2) : 107-13.
3. Kitchen AD. and Chiodini PL., Malaria and Blood Transfusion. Vox Sanguinis 2006, 90 (2) : 77-84
4. Chiodini P.L. and Barbara J.A., Malaria and Blood Transfusion, in Malaria: A Hematological
Perspective, chapter 12, edited by Geoffrey Pasvol and Stephen Hoffman, Imperial College Press,
London 2004 (ebook, downloaded from http// www.gigapedia.com)
5. Slinger R., Giulivi A., Bodie-Collins M. et al., Transfusion-Transmitted Malaria In Canada, Canadian
Medical Association Journals, FEB-2001; 164; 377-379
6. Epidi T.T, Nwani C.D. and Ugorji N.P., Short Communication : Prevalence of malaria in blood
donors in Abakaliki-Metropolis Nigeria, Scientific Research and Essay, April 2008 Vol. 3 (4) : pp.
162-164
7. Kitchen AD, Barbara JA and Hewitt P.E., Documented Cases Of Post-Transfusion Malaria Occurring
In England: A Review In Relation To Current And Proposed Donor-Selection Guidelines, Vox
Sanguinis 2005, 89 : 77–80
8. Kitchen A, Mijovic A. and Hewitt P., Transfusion-Transmitted Malaria: Current Donor Selection
Guidelines Are Not Sufficient, Vox Sanguinis 2005, 88 : 200–201
9. Fabrice Bruneel, Marc Thellier, Odile Eloy et al., Transfusion-Transmitted Malaria, Intensive Care
Med, 2004, 30:1851–1852
10. Mungai M, Tegtmeier G, Chamberland M and Parise M., Transfusion-Transmitted Malaria In The
United States from 1963 through 1999. N. Engl. J. Med. 2001, 344: 1973-9
11. Siddig M. Ali, Gader AM., Kadaru Y, Salih M., Screening Blood Donors For Malaria Parasite In
Sudan : Original Article, Ethiop J Health Dev. 2004, 18 (2): 70-74
12. Sazama K., Prevention Of Transfusion-Transmitted Malaria: Is It Time To Revisit The Standards ?
Transfusion 1991. 31: 786-9.
13. Dodd RY. Transmission Of Parasites And Bacteria By Blood Components. Vox Sanguinis 78, 2000,
suppl. 2: 239
14. Jesse C.U., Ogbu O and Nwojiji V., Potential Risk Of Induced Malaria By Blood Transfusion In
South-Eastern Nigeria, McGill Journal of Medicine 2006, 9 : 8-13.

Transfussion-Transmitted Malaria| 25
Aidi Nasrul, Penyakit Dalam FKUA-2010

15. Bushra Moiz, Prevention of Transfusion Transmitted Malaria in an Endemic area–A Challenge for
Blood Banks : Review Article, Infectious Diseases Journal of Pakistan, 2004 : 96-98
16. Clive R. S., Kitchen A. and Timothy M.E., The Current Status and Potential Role of Laboratory
Testing to Prevent Transfusion-Transmitted Malaria, Transfusion Medicine Reviews, July 2005, 93
(2): pp 229-240
17. Donor Selection Guidelines DSG008, Supplement 1, Guidelines for the Blood Transfusion Services
in the United Kingdom (Joint United Kingdom Blood Transfusion Services / National Institute of
Biological Standards and Control Professional Advisory Committee), 5th ed., 2004 (The Stationery
Offi
ce).
18. World Health Organization. Severe Falciparum Malaria. Transfusion R. Soc. Tropical Medicine Hyg.
2001, suppl. 1
19. Panossian C. Editorial Response, Exchange Blood Transfusion In Severe Falciparum Malaria - The
Debate Goes On. Clin. Infect. Dis. 1998. 26: 853.
20. Riddle MS, Jackson JL, Sanders JW and Blazes DL. Exchange Transfusion As An Adjunct In Severe
Plasmodium Falciparum Malaria: A Meta-Analysis. Am. J. Trop. Med. Hyg 2001. 65, suppl. 3: 148.
21. Hoontrakoon S and Suputtamongkol Y. Exchange Transfusion As An Adjunct To The Treatment Of
Severe Falciparum Malaria. Trop. Med. Int. Health 2001. 3: 156.
22. Macallan DC, Pocock M, Robinson GT, Parker-Williams J and Bevan DH. Red Cell Exchange,
Erythrocytapheresis, In The Treatment Of Malaria With High Parasitaemia In Returning Travellers.
Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 2000. 94: 353
23. Charles D. Ericsson, MD., Transfusion-Transmitted Malaria: How Satisfactory Are Current
Preventative Measures?, The American Journal of Medicine, 2006, 119 : e1-e2
24. Choudhury N, Jolly JG, Ganguly NK, Mahajan RC, and Dubey ML. Plasmodial Antigen Detection By
Monoclonal Antibody As A Screening Procedure For Blood Donors In Transfusion Medicine. J
Indian Med Assoc. 1991, 89(12) : 334-6.
25. Ali Oner Y. Hacer Akı
n and Kocazeybek B., Detection of Plasmodium Vivax And Plasmodium
Falciparum In Blood Donors, Transfusion And Apheresis Science 2004, 30 : 3-7
26. Ur Rahman M, Naz Akhtar G., Rashid S and Lodhi Y., Risk Of Malaria Transmission Through Blood
Transfusion And Its Detection By Serological Method, Pak J Med Sci, Apr-Jun 2003, 19 (2):106-10
27. Davidson N, Woodfield G and Henry S., Malaria Antibodies In Auckland Blood Donors. N. Z. Med. J.
1999. 112: 181.

Transfussion-Transmitted Malaria| 26

You might also like