You are on page 1of 17

Laporan Kasus Obstetri

PRESENTASI MUKA

OLEH :
Nasrullah, S.Ked
H1A004039
PEMBIMBING :
Dr. H. Doddy Aryo Kumboyo, SpOG (K)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSU PROVINSI NTB/ FAKULTAS KEDOKTERAN MATARAM
FEBRUARI 2010

1
KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNyalah
sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari
Lab/ SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram/ RSU Provinsi NTB. Dalam penyusunan laporan yang berjudul “Presentasi
Muka” ini penulis memperoleh bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:
1. Dr. H. Doddy Ario Kumboyo, SpOG (K) selaku Dosen Pembimbing laporan kasus ini
2. Dr. A. Rusdhy H. Hamid, Sp.OG selaku Koordinator Pendidikan Bagian/ SMF
Kebidanan dan Kandungan RSU Mataram.
3. Dr. Edi Prasetyo Wibowo, SpOG, selaku supervisor
4. Dr. Gd. Made Punarbawa, SpOG, selaku supervisor
5. Dr. Agus Thoriq, SpOG selaku supervisor
6. Rekan-rekan dokter muda
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
masukan, bantuan dan informasi dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.
Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada
penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai dokter.

Mataram, 21 Februari 2010

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi

maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah

janin menghadap kebawah. Presentasi muka adalah bila dagu berada di anterior, persalinan

kepala dapat berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala (Hanifa dkk., 2006).

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun angka kejadian

presentasi muka kurang dari 0,1% diantara 12.827 persalinan. Pada tahun 1995 sampai

1999, angka kejadian presentasi muka di Parkland Hospital sekitar 1 : 2000 persalinan.

Letak muka terjadi 1 dalam setiap 250-690 kelahiran hidup, rata-rata 0.2% atau 1 dalam

500 kelahiran hidup secara keseluruhan.

Pada umumnya penyebab presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang memaksa

terjadi defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala. Penentuan

letak kepala bisa dibuat secara klinis dengan pemeriksaan Leopold dan atau pemeriksaan

dalam (VT), pemeriksaan USG atau Rontgen.

Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung normal,

persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung secara wajar. Presentasi

muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering

terpaksa harus dilakukan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi

maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian

terendah janin menghadap kebawah. Presentasi muka adalah bila dagu berada di

anterior, persalinan kepala dapat berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi

kepala.

Presentasi muka dikategorikan primer jika terjadi sejak kehamilan, sedang

dikatakan sekunder jika terjadi saat persalinan. Pada sejumlah kasus presentasi muka

dengan dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut.

Pada letak muka, kepala dan leher janin hiperekstensi (tengadah) sehingga

menyebabkan ubun-ubun kecil bayi mendekati/ menyentuh punggungnya. Bagian

terbawah janin adalah wajah antara dagu dan jidat bagian atas. Sebagai penunjuk letak

muka adalah dagu. Sehingga saat dilakukan pemeriksaan dalam, pemeriksa akan

mencari di mana posisi dagu (sesuai posisi angka jam).

2.2 Epidemiologi

Angka kejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang

banyak di Indonesia sukar dibandingkan karena perbandingan antara kasus-kasus

terdaftar dengan kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu

dengan rumah sakit lainnya. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5

tahun angka kejadian presentasi muka kurang dari 0,1% diantara 12.827 persalinan.

4
Pada tahun 1995 sampai 1999, angka kejadian presentasi muka di Parkland Hospital

sekitar 1 : 2000 persalinan.

Letak muka terjadi 1 dalam setiap 250-690 kelahiran hidup, rata-rata 0.2% atau

1 dalam 500 kelahiran hidup secara keseluruhan. Faktor-faktor penyebab letak muka

sama dengan penyebab kelainan letak secara umum serta hal-hal yang menyebabkan

fleksi kepala (menunduk). Beberapa faktor yang bisa menyebabkan letak muka adalah

panggul sempit dan disproporsi kepala panggul (DKP = CPD) berperan sekitar 10-

40% pada kasus letak muka. Multiparitas (banyak anak) atau perut yang besar/ longgar

menurunkan tonus rahim, sehingga menyebabkan letak muka. Lilitan tali pusat yang

banyak atau adanya pembesaran kelenjar gondok janin menyebabkan kepala janin

ekstensi (tengadah). Anencefali (janin yang nggak mempunyai batok kepala)

ditemukan pada 30 kasus letak muka.

Cruikshank dan White (1973) melaporkan insiden presentasi muka, yaitu satu

di antara 600 kelahiran atau 0,17 persen. Dari hampir 700 kelahiran bayi tunggal di

Parkland Hospital sejak 1995 sampai 1999, terdapat 36 kasus atau sekitar 1 per 2000

adalah kelahiran dengan presentasi muka (tabel 1).

2.3 Etiologi

Pada umumnya penyebab presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang

memaksa terjadi defleksi kepala, seperti kesempitan panggul dengan janin yang besar,

tumor di leher bagian depan atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala,

seperti janin besar, anensefalus. Oleh karena itu, presentasi muka dapat ditemukan

pada panggul sempit atau pada janin besar. Lilitan tali pusat janin, grande multipara

dengan perut gantung (pendulous abdomen) juga merupakan faktor yang memudahkan

5
terjadinya presentasi muka. Kadang-kadang presentasi muka juga dapat terjadi pada

kematian janin intrauterine, akibat otot-otot janin yang telah kehilangan tonusnya.

2.4 Diagnosis

Penentuan letak kepala bisa dibuat secara klinis dengan pemeriksaan Leopold

dan atau pemeriksaan dalam (VT), pemeriksaan USG atau Rontgen.

Saat dilakukan pemeriksaan Leopold, penonjolan kepala berada pada sisi yang

sama dengan punggung janin serta adanya indentasi (cekung) diantara kedua bagian

tersebut. Pemeriksaan abdomen dengan maneuver Leopold akan teraba lekukan antara

oksiput dan punggung janin (sudut Fabre). Pada presentasi muka, tubuh janin berada

dalam keadaan ekstensi sehingga pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti

punggung. Bagian kepala yang menonjol, yakni belakang kepala terletak berlawanan

dengan letak dada. Didaerah dada dapat teraba bagian-bagian kecil janin dan denyut

jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.

Pemeriksaan vagina harus dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak melukai

mata dan mulut janin. Pada pemeriksaan vagina, bila muka sudah masuk ke dalam

rongga panggul, jari pemeriksa dapat meraba muka, mulut dan tulang rahang atas,

hidung dan pinggir orbita (orbital ridges), jari tangan mudah dimasukkan ke mulut

janin. Dagu dapat sebagai indikator posisi janin. Kita harus dapat membedakan dagu

anterior dan dagu posterior. Kadang perlu dibedakan dengan presentasi bokong

dimana dapat teraba adanya anus dan tuber-ischiadica yang sering keliru dengan mulut

dan tulang rahang atas. Adanya kaput suksedaneum menyulitkan pemeriksaan

sehingga muka kadang dikacaukan dengan bokong.

Pemeriksaan radiologis dan USG dapat menampakkan gambaran hiperekstensi

kepala yang jelas dan tulang muka diatas pintu atas panggul.

6
2.5 Mekanisme persalinan pada presentasi muka

Biasanya sering terjadi persalinan lama. Kepala bisa lahir spontan apabila

presentasi dagu anterior dan fleksi. Presentasi dagu posterior kepala tidak akan turun

dan persalinan menjadi macet. Presentasi muka jarang terjadi bila kepala masih diatas

pintu atas panggul (PAP). Umumnya diawali dengan presentasi dahi yang kemudian

pada proses desensus berubah menjadi presentasi muka. Mekanisme persalinan terdiri

dari desensus – putar paksi dalam – fleksi – ekstensi dan putar paksi luar. Mekanisme

persalinan pada presentasi muka mentoposterior, yaitu terjadi putar paksi dalam

sehingga dagu berputar ke anterior dan lahir pervaginam.

Mekanisme persalinan diawali dengan penurunan kepala melalui pintu atas

panggul dengan sikumferensia trakeo-parietalis dan dagu melintang atau miring.

Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putar paksi dalam, sehingga dagu

memutar ke depan dan berada di bawah arkus pubis. Dengan daerah submentum

sebagai hipomoklion, kepala lahir dengan gerakan fleksi sehingga dahi, ubun-ubun

besar dan belakang kepala lahir melewati perineum. Setelah kepala lahir terjadi

putaran paksi luar dan badan janin lahir seperti pada presentasi belakang kepala. Kalau

dagu berada di belakang, pada waktu putaran dalam dagu harus melewati jarak yang

lebih jauh supaya dapat berada di depan. kadang-kadang dagu tidak dapat berputar ke

depan dan tetap berada di belakang (kira-kira 10%). Keadaan ini dinamakan posisi

mento posterior persistens dan janin tidak dapat lahir spontan, kecuali bila janin kecil

atau mati. Kesulitan kelahiran pada presentasi muka dengan posisi mento posterior ini

disebabkan karena kepala sudah berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin

menambah defleksinya lagi, sehingga kepala dan bahu terjepit dalam panggul dan

7
persalinan tidak akan maju. Oleh karena itu, bila dijumpai presentasi muka dagu di

belakang perlu segera dilakukan tindakan segera untuk menolong persalinan.

Gerakan persalinan pada letak muka tidak mirip sepenuhnya dengan persalinan

letak belakang kepala. Janin letak muka memulai persalinan dengan posisi alis duluan.

Saat turun ke rongga panggul, maka kepala bisa fleksi atau ekstensi. Gerakan

selanjutnya mirip dengan persalinan normal. Untungnya janin dengan letak muka

posisi dagunya 60-80% di bagian depan (posisi jam 9 - jam 3), dagu melintang 10-

12% dan dagu di belakang (jam 3 - jam 9) hanya 20-25%. Janin dengan dagu

melintang biasanya akan berputar ke arah depan dan sekitar 25-33% dagu di belakang

akan berputar ke depan.

2.6 Penatalaksanaan

Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung

normal, persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung secara wajar.

Presentasi muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan

SC sering terpaksa harus dilakukan.

Usaha untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala,

pemutaran posisi dagu posterior menjadi dagu anterior secara manual atau dengan

cunam, serta dengan versi ekstraksi tidak boleh dikerjakan.

- Pastikan tidak ada CPD

- Bila dagu beraada di depan, tunggu partus spontan dan bila dagu berada di

belakang, beri kesempatan dagu untuk memutar ke depan. Apabila pada saat kala II

dagu tetap dibelakang (posisi mentoposterior persistens) maka sebaiknya dilahirkan

perabdominal.

8
- Perasat Thorn, yaitu dengan kepala bagian belakang dipegang oleh penolong yang

dimasukkan ke vagina lalu tarik ke bawah, sedangkan tangan yang lain dari luar

berusaha meniadakan ekstensi dada. Syarat Perasat Thorn adalah:

a) Dagu harus berada di belakang, sebab bila dagu berada di depan akan terjadi

presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil di belakang yang tidak lebih

menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi muka dengan dagu di

depan

b) Kepala belum jauh masuk panggul dan msaih mudah didorong ke atas.

Penanganan proses persalinan mengikuti pola seperti letak belakang kepala.

Lamanya proses persalinan biasanya juga mengikuti letak belakang kepala, tetapi

terkadang ada juga persalinannya yang memanjang. Selagi tidak ditemukan bahaya

pada janin dan atau ibu maka persalinan bisa diteruskan.

Indikasi untuk melakukan ekstraksi cunam pada presentasi muka adalah dapat

berasal dari ibu, dari janin atau bila kala II telah berlangsung lebih dari 2 jam.

Disamping syarat-syarat umum yang berlaku untuk penggunaan cunam, pada

presentasi muka dagu harus sudah berada di depan. Indikasi untuk melakukan seksio

sesarea (SC) pada presentasi muka adalah: posisi mento posterior persistens,

kesempitan panggul dan kesulitan turunya kepala dalam rongga panggul.

SC dilakukan jika persalinan macet/ terhenti atau pola denyut jantung bayi

yang tidak baik. Angka kesuksesan letak muka lahir secara normal pervaginam sekitar

60-70%, sisanya dilahirkan dengan SC. Jika persalinan macet dengan pembukaan

lengkap, maka dapat dilakukan bantuan persalinan dengan cunam/ forsep. Trauma

janin akibat persalinan normal letak muka berupa pembengkakan tenggorokan dan

kerongkongan bayi akan segera hilang sesaat setelah lahir. Pada kasus dengan tumor

9
di leher kadang diperlukan intubasi (memasukkan tube ke jalan nafas) sehingga

persalinan harus selalu di dampingi oleh dokter anak.

2.7 Prognosis

Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan.

Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan sirkumferensia

trakeloparietale yang hanya sedikit lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-

bregmatika. Tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya kesempitan

panggul dan janin yang besar merupakan penyebab terjadinya presentasi muka

tersebut. Di samping itu dibandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat

melakukan dilatasi serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai

ke dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul.

Dalam keadaan dimana dagu berada di belakang, prognosis kurang baik bila

dibandingkan de gan dagu di depan karena dalam keadaan tersebut janin yang cukup

bulan tidak mungkin dapat lahir per vaginam. Angka kematian perinatal pada

presentasi muka ialah 2,5%-5%.

10
BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Karang Anyar, Bertais
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : SMP
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan : 155 cm
MRS tanggal : 05 Februari 2010 pukul 06.00 wita

II. Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar air dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang
Os kiriman puskesmas Narmada dengan G4P3A0H3 Aterm/ Tunggal/ Hidup/
Intrauterin letak bokong dengan inpartu kala I fase aktif mengeluh keluar air dari
jalan lahir sejak pukul 04.00 (05-02-2010).
Kronologis:
05.00 : Os datang ke Puskesmas Narmada dengan keluhan keluar air dari jalan lahir
sejak pukul 04.00 (05-02-2010)
TD: 120/70 mmHg, FN: 88x/mnt, FP: 20x/mnt, T: 36,8oC
TFU: 33 cm, His: 3x10~40”, DJJ: 12-12-12,
VT : pembukaan 4 cm, eff 30 %, ketuban (-), teraba bokong, penurunan HI, tali pusat
dan bagian kecil janin tidak teraba.
Hari pertama haid terakhir : lupa
Taksiran persalinan : -
ANC: ± 6x di Puskesmas Narmada
Riwayat Perkawinan: suami pertama, menikah satu kali telah berlangsung 11 tahun
Riwayat Kehamilan:
1. Laki-laki, 3000g, spontan, PKM, 10 thn, hidup

11
2. Perempuan, 2800g, spontan, RSU, 8 thn, hidup
3. Perempuan, 3100g, spontan, PKM, 5 thn, hidup
4. Kehamilan ini
Riwayat Kontrasepsi: injeksi 3 bulan (hormonal)
Rencana Kontrasepsi: Tubektomi
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat terkena penyakit berat. Riwayat DM (-), asma
(-), hipertensi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat terkena penyakit berat. Riwayat DM
(-), asma (-), hipertensi (-).
Riwayat alergi : tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan cuaca.

III. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
• Keadaan Umum : baik
• Kesadaran : E4V5M6
• TD : 130/70 mmHg
• Nafas : 20 x/menit
• Nadi :88 x/menit
• Suhu : 36,8’ C
 Mata : anemis(-/-) ikterus (-/-)
 Cor -Pulmo : C: S1S2 tunggal, regular, M(-), G(-).
P : vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Status obstetri
 L1 : bokong
 L2 : punggung kiri
 L3 : kepala
 L4 : masuk PAP 4/5
 TFU : 34 cm
 TBJ : 3655 gr
 His : 3 x 10~40”
 DJJ : 12-11-12

12
Pemeriksaan Dalam
VT : pembukaan 5 cm, eff 10 %, ketuban (-), teraba hidung, mulut dan mata,
denominator dagu posterior, penurunan HI+, tidak teraba bagian kecil janin dan tali
pusat.

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan lab: DL, HbsAg
Hasil Pemeriksaan lab:
HB : 10,9 gr%
WBC : 8.100/mm3
PLT : 250.000/mm3
HCT: 30,5
HbsAg : (-)

V. Diagnosis
G4P3A0H3 A/T/H/IU letak muka dengan inpartu kala I fase aktif + riwayat keluar
air

VI. Penatalaksanaan
 Observasi kesejahteraan ibu dan janin
 Lapor Supervisor, Usul: terminasi kehamilan dengan SC
 Advis: Observasi 2 jam lagi, Injeksi Ampicillin 1 g/6 jam.

Waktu S O A P
08.30 Nyeri L4 : 3/5 G4P3A0H3 A/T/H/IU Observasi
perut>> His : 3x10’~45” letak muka dengan Kesejahteraan ibu dan
DJJ : 12-13-12 inpartu kala I fase aktif janin
VT : Ø 7 cm, eff 60%, + riwayat keluar air Lapor SPV, Usul SC
Ketuban (-), teraba hidung, Advis : Lapor SPV
mulut dan mata, pagi
denominator dagu kanan
posterior, descensus HII,
ttb bagian kecil dan tali
pusat janin.

13
08.40 Lapor supervisor :
Usul : SC
Advis: setuju SC
09.40 SC dimulai

09.45 Lahir bayi


perempuan, 3750 g,
57 cm, A-S 6-8, anus
(+), mulut edema (+),
cairan ketuban
kehijauan
Placenta lahir
manual, lengkap, 500
g, 150 cc
11.45 Pasien TD : 110/70 mmHg 2 jam post partum Ibu pindah ke Nifas
merasa lemas FN : 80 x/mnt Obs. Kesra ibu
FP : 20 x/mnt Motivasi makan dan
T : 36,8 C minum
Kontraksi : bagus Bayi pindah ke ruang
TFU: 1 jari di bawah NICU.
pusat,
Perdarahan aktif (-)
07.00 Keluhan (-) TD : 110/70 mmHg 1 hari post partum Obs. Kesra ibu
FN : 80 x/mnt Motivasi makan dan
FP ; 20 x/mnt minum
T : 36,8 C Bayi di ruang NICU
Kontraksi : bagus
Kontraksi : bagus
TFU: 3 jari di bawah
pusat,
Perdarahan aktif (-)
Bayi :
DJ : 140x/mnt
FP : 40 x/mnt
T : 36,8 C

14
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien adalah seorang perempuan umur 30 tahun. Pasien saat ini

sedang mengandung anak keempat. Riwayat persalinan sebelumnya adalah pasien

melahirkan ketiga anaknya secara normal dan spontan dengan berat lahir yang normal.

Pada kasus ini berdasarkan pemeriksaan luar (Leopold) didapatkan bahwa janin berada

dalam posisi letak kepala punggung kiri dan kepala sudah masuk pintu atas panggul 4/5.

Pada pemeriksaan luar juga didapatkan bahwa tinggi fundus uteri (TFU) adalah 34 cm

sehingga taksiran berat janin (TBJ) adalah 3655 gram. Untuk memastikan pemerisaan luar,

maka dilakukan pemeriksaan dalam (VT), yang didapatkan pembukaan serviks 5 cm,

effacement (penipisan) 10 %, ketuban (-), teraba hidung, mulut dan mata, denominator

dagu posterior, penurunan HI+, tidak teraba bagian kecil janin dan tali pusat. Berdasarkan

pemeriksaan ini didapatkan bahwa posisi janin dalam keadaan letak muka (presentasi

muka). Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi

maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah

janin menghadap kebawah.

Dari kasus ini yang menjadi faktor risiko presentasi muka adalah ukuran janin yang

besar dan adanya faktor yang mempermudah, yaitu multiparitas (Hanifa dkk, 2005).

Ukuran janin yang besar ini merupakan keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala

janin sehingga lama kelamaan kepala janin akan berada dalam kedudukan defleksi

maksimal. Keadaan lain yang dapat menyebabkan presentasi muka adalah kesempitan

panggul, tumor di leher bagian depan, anensefalus. Lilitan tali pusat janin, grande

multipara dengan perut gantung (pendulous abdomen) juga merupakan faktor yang

15
memudahkan terjadinya presentasi muka. Pada pasien ini tidak didapatkan adanya panggul

sempit karena sebelumnya pasien dapat melahirkan bayi secara normal dan spontan.

Diagnosis presentasi muka ditegakkan berdasarkan pemeriksaaan luar, pemeriksaan

dalam dan pemeriksaan penunjang, seperti Ultrasonography (USG), termasuk juga

Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pada kasus ini diagnosis ditegakkan hanya dengan

melakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan luar hanya sedikit

manfaatnya dalam mendiagnosis presentasi muka. Pada pemeriksaan luar (Leopold)

didapatkan posisi kepala atau bokong, letak punggung janin serta bagian kecil janin serta

kepala sudah masuk pintu atas panggul atau belum. Pada kasus ini, dari pemeriksaan luar

didapatkan bahwa janin dalam posisi letak kepala dengan punggung kiri serta janin sudah

masuk pintu atas panggul. Pemeriksaan luar ini perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan

dalam untuk memastikan posisi janin. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan serviks 5

cm, effacement (penipisan) 10 %, ketuban (-), teraba hidung, mulut dan mata, denominator

dagu posterior, penurunan HI+, tidak teraba bagian kecil janin dan tali pusat. Berdasarkan

pemeriksaan dalam ini diketahui bahwa janin dalam keadaaan presentasi muka dengan

posisi mento posterior persisten.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa dkk. 2006. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2006, Hal.317-320.
Mansjoer, A. dkk. 2001. Distosia. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius Jakarta. hal .
303 – 309.

17

You might also like