You are on page 1of 3

IMUNISASI DASAR

Tinjauan Umum 5 Imunisasi Dasar

1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata Imun, kebal atau resistan. Anak di imunisasi, berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resistan terhadap suatu penyakit,
tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Notoadmodjo, 1997 : 37).

2. Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri,
tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tubercoluse (Notoadmodjo, 1997 :
39).

Tujuan dari pemberian imunisasi adalah sebagai berikut :


a. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu.
b. Apa bila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang yang dapat
menimbulkan cacat dan kematian
(Dick. George, 1992 : 26).

3. Jenis-Jenis Imunisasi
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi :
a. Imunisasi pasif (passive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah “Immunoglobulin” jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit
campak (measles pada anak-anak).
b. Imunisasi aktif (active immunization)
Imunisasi yang diberikan pada anak adalah :
1. BCG, untuk mencegah penyakit TBC
2. DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis dan tetanus
3. Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis
4. Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles)
5. Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B
(Notoatmodjo. 1997 : 39)

4. Penyakit yang Dapat di Cegah Dengan Imunisasi


a. TBC
Untuk mencegah timbulnya tuberkolosis (TBC) dapat dilakukan imunisasi BCG. Imunisasi BCG
adalah singkatan dari Basillus Calmatto Guenin. Nama ini diambil dari nama penemu kuman
yaitu Calmotto dan Guenin yang digunakan tersebut sejak tahun 1920 dibiakkan sampai 230 kali
selama 13 tahun
Di Negara yang telah maju, imunisasi BCG diberikan kepada mereka yang mempunyai resiko
kontak dengan penderita TBC dan uji tuberkulinya masih negative, misalnya dokter, mahasiswa
kedokteran, dan perawat. Uji tuberculin adalah suatu tes (uji) untuk mengetahui apakah
seseorang telah memiliki zat anti terhadap penyakit TBC atau belum.
Di Indonesia pemberian imunisasi BCG tidak hanya terbatas pada mereka yang memiliki resiko
tinggi mengingat tingginya kemungkinan infeksi kuman TBC. Imunisasi BCG diberikan pada
semua bayi baru lahir sampai usia kurang dari dua bulan. Penyuntikan biasanya dilakukan
dibagian atas lengan kanan (region deltoid) dengan dosis 0,05 ml reaksi yang mungkin timbul
setelah penyuntikan adalah :
Kemerah-merahan disekitar suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah suntikan,
dan terjadi pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan (biasanya di daerah ketiak).
Bila terjadi hal tersebut di atas yang penting adalah menjaga kebersihan terutama daerah sekitar
luka dan segera bawa ke dokter.
b. Difteri, Pertusis dan Tetanus
Penderita difteri, pertusis, dan tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan yang memadai
maka berakibat fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah ketiga penyakit tersebut di
atas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali bersama dengan BCG dan polio, kemudian
berturut-turut dua kali dengan jarak masing-masing 4 minggu (1 bulan). Imunisasi ulangan dapat
dilakukan 1 tahun setelah imunisasi ketiga dan pada saat usia masuk sekolah dasar (5-6 tahun).
Imunisasi selanjutnya dianjurkan tiap lima tahun dengan imunisasi DT (tanpa pertusis).

c. Poliomyelitis
Penderita poliomyelitis apabila terhindar dari kematian banyak yang menderita kecacatan
sehingga imunisasi sebagai usaha pencegahan sangat dianjurkan.
Imunisasi polio di Indonesia dilakukan dengan cara meneteskan vaksin sabin sebanyak 2 tetes di
mulut. Pertama kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan. Kemudian
diulang dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan dilakukan satu tahun, setelah
imunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun). Imunisasi tambahan dapat diberikan apabila
ada resiko kontak dengan virus ganas.

d. Hepatitis B
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk program
pemerintah di Indonesia adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang dibuat dari plasma
darah penderita hepatitis B. Adapula vaksin yang dibuat secara sintetis. Vaksin ini dibuat dari sel
ragi, misalnya H-B Vak II yang dikembangkan oleh MSD (Merck Sharp dan Dohme). Adapun
cara pemakaiannya (vaksin dari Koerean Green Cross) sebagai berikut :
1. Imunisasi dasar dilakukan tiga kali. Dua kali pertama untuk merangsang tubuh
menghasilkan zat anti dan yang ketiga untuk meningkatkan jumlah zat anti yang sudah
ada
2. Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah untuk bayi baru lahir (0 – 11 bulan) dengan satu
kali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan kemudian mendapat satu kali lagi. Setelah itu,
imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan, mengenai waktu pemberian
suntikan yang ketiga ada beberapa pendapat. Untuk pelaksanaan program diberikan 1
bulan setelah suntikan kedua. Hal ini semata-mata untuk kemudahan dalam pelaksanaan,
tetapi kekebalan yang didapat tidaklah berbeda. Imunisasi hepatitis B ulangan dilakukan
setiap 5 tahun sekali.

e. Campak
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi campak dilakukan
ketika bayi berumur sekitar 9 bulan. Imunisasi campak hanya dilakukan satu kali dan
kekebalannya bisa berlangsung seumur hidup. Imunisasi campak bisa diberikan sendiri atau
bersama dalam imunisasi MMR (Sudarmanto, 1997 : 22).

5. Jadwal Pemberian Imunisasi


Jenis Vaksin Jumlah Vaksinasi Selang Waktu Pemberian Sasaran
1. BCG
2. DPT
3. Polio
4. Hepatitis B
5. Campak 1 kali
3 kali
(DPT 1, 2, 3)
4 kali
(Polio 1, 2, 3, 4)
3 kali
(Hepatitis B 1, 2, 3,)
1 kali -
4 minggu
4 minggu
4 minggu
- Bayi 0-11 bulan
Bayi 2-11 bulan
Bayi 2 –11 bulan
Bayi 0-6 bulan
Anak 9-11 bulan
Sumber : Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Tahun 1997

6. Efek Samping dan Penatalaksanaan


a.BCG
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu diinsisi
ataupun kompres).

b. DPT
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut:
1. Demam ringan berikan kompres dan anti piretik,
2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari kapan perlu berikan analgetik,
3. Jarang demam tinggi atau kejang,
4. Penanganan kejang positif, berikan anti convulsan.

c. Polio
Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut :
1. Sangat jarang; bila terjadi kelumpuhan ekstremitas segera konsul,
2. Diare,
3. Dehidrasi (tergantung derajat diare, biasanya hanya diare ringan).

d. Hepatitis B
Tidak ada efek sampingnya.

e. Campak
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut :
1. Demam ringan berikan kompres dan obat antipiretik,
2. Nampak sedikit bercak merah pada pipi dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikan
tidak berbahaya lakukan observasi.
(Dick. George, 1992 : 37)

You might also like