You are on page 1of 30

ABDULLAH BIN SABA' BUKAN TOKOH FIKTIF

(Abdullah bin Saba’ Haqiiqatan Laa Khayaalan)

Diterbitkan pertama tahun 1406 H


Oleh Maktabah Ad-Daar, Madinah Al-Munawarah
Diterjemahkan : Mazi Salaman, Zeid Husein Ahmad
Disunting : Najmah Attamimi
Terjemahan Indonesia pada Amarpress
Cetakan pertama 1988

PENGANTAR PENERJEMAH

Dengan idzin Allah, selesailah terjemahan buku karya Dr. Sa'diy Al-
Hasyimi. Buku ini merupakan jawaban atas pendapat yang mengatakan, bahwa
Ibnu Saba' hanyalah sekedar mitos atau ilusi. Penulis ingin menyampaikan pada
pembaca, bahwa Ibnu Saba' mempunyai wujud yang nyata. Memang, banyak
buku yang telah ditulis, di mana di satu pihak menentang Syi'ah, sedang di pihak
lain mendukung Syi'ah, dalam arti bahwa Syi'ah masuk dalam konteks besar
kaum Muslimin.

Terlepas dari masalah pro dan kontra, kami terjemahkan buku ini guna
menjadi studi perbandingan dengan buku-buku yang telah beredar lebih dahulu.
Dengan maksud, agar dalam membaca, kaum Muslimin tidak hanya menelan
mentah-mentah apa yang dibacanya, namun hendaklah menganalisa terlebih
dahulu, agar tidak ceroboh dalam mengatakan mana yang salah dan mana yang
benar. Sehingga kebenaran tidak sekedar sebagai kata-kata yang diucapkan,
tetapi hendaknya menjadi bukti bahwa yang benar memang benar dan harus
ditegakkan. Dalam membaca sesuatu, haruslah kita membacanya dengan hati
terbuka. Karena hal itu akan menyampaikan kita pada kebenaran dan kita harus
menerima kebenaran dari mana pun datangnya. Sebagai penterjemah buku ini,
hanya satu harapan kami, agar kaum Muslimin tetap bersatu di bawah naungan
Al-Qur'an. Karena berbagai sekte dalam Islam hanyalah ciptaan manusia, sedang
ciptaan Allah adalah "Al-Islam".

Wassalam
Mazi Salman
Zeid Husein Alhamid

1
ABDULLAH BIN SABA' BUKAN TOKOH FIKTIF

Abdullah bin Saba' adalah sebuah nama dari pribadi seorang Yahudi yang
jahat. Dia memainkan peran demikian riskan, yaitu menanam benih kejahatan
yang menyebar di antara kaum munafik, rasialis, serta mereka yang mempunyai
tendensi tertentu.

Semua telah sepakat atas realita eksistensinya, baik para ahli hadits, ahli
jarh dan ta'dil, sejarawan, penulis buku-buku tentang berbagai aliran, agama,
sekte-sekte, sastrawan serta para penulis kitab khusus mengenai beberapa
cabang ilmu pengetahuan.

Abdullah bin Saba', atau yang dijuluki dengan Ibnu Sauda mulai memeluk
Islam pada masa kekhalifahan Utsman r.a. serta menampakkan kebaikan dan
mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi Thalib r.a. Demi mewujudkan
ambisi busuknya, yaitu meretakkan ketaatan kaum muslimin terhadap para
imam mereka, maka ia masuk dari negeri yang satu ke negeri lainnya. Langkah
awalnya bermula di Hijaz, kemudian Basrah, Kufah, kemudian ketika ia
memasuki Damsyiq (Damaskus), ia mengalami kegagalan. la tidak dapat
mewujudkan ambisinya atas ahli Syam, bahkan mereka mengusirnya dari
kawasan tersebut. Hal itu membuat langkahnya tertuju ke Mesir, untuk
kemudian menetap di sana. Di tempat ini Abdullah mulai mengadakan
komunikasi melalui surat dengan orang munafik dan para pendengki yang ingin
melampiaskan dendam mereka atas khalifah kaum Muslimin. la mulai
mengumpulkan para pendukung dan mengorganisir mereka. Kemudian,
Abdullah bin Saba' mulai meniupkan kepercayaannya yang jahat dan
menaburkan benih-benih pembangkangan dan penentangan, hingga mereka
berani melakukan pembunuhan atas khalifah ketiga; menantu Rasulullah
Sallallahu Alaihi wa Sallam, pengumpul Al-Qur'anul Karim; Utsman bin Affan,
yang mati syahid dalam rumahnya sendiri, semoga Allah meridhainya. Mereka
melakukan itu tanpa sedikitpun memperdulikan kehormatan kota Rasulullah
(Medinah), tanpa memperdulikan keadaannya yang ketika itu sedang membaca
Al-Qur'an serta tidak pula memperdulikan asyyahrul haram (bulan yang
dihormati).

Mereka yang sedikit berakal dan berilmu tidak akan mengingkari realita
ini, kecuali hanya sedikit orang pada era ini. Di antaranya adalah kaum orientalis
yang dendam dan orang-orang yang mengikuti mereka, dan mendekatkan diri
dengan sekte-sekte dan ide-ide mereka serta yang berbicara satu bahasa dengan
mereka, atau muslim yang bodoh, atau penentang fanatik dari sebagian kaum
Syi'ah era ini. Mereka tidak memperdulikan suatu kebenaran yang telah jelas dan
berpegang teguh pada pendapa~pendapat yang kontroversial, yang
sesungguhnya lebih lemah dari sarang laba-laba.

Sikap para Orientalis

Para Orientalis Barat mengingkari realita adanya Abdullah bin Saba'.


Mereka mengatakannya sebagai tokoh fiktif, sekedar imajinasi para ahli hadits
abad kedua. Di antara para orientalis yang mengingkari realita tersebut adalah:
Seorang Yahudi Britania, Dr. Bernard Lewis' 1), seorang Yahudi Jerman yang

2
memulai studinya dengan Teologi, Yulius Wellhausen2), seorang Amerika
Friedlaender3), serta seorang Itali, Caetani Leone4).

Bagi orang-orang berakal dan bijak telah tahu pasti, bahwa dalam masalah
agama kita, dogma kita, sejarah kita serta apa yang berkaitan dengan pusaka kita,
tidaklah mungkin kita akan mengandalkan ocehan-ocehan serta berbagai kajian
yang dilakukan oleh mereka yang menaruh dendam ini, yang bernaung di bawah
panji perang Salib dan penyerang secara ideologis, bukan dengan cara-cara
militer. Jika niat mereka benar, niscaya Allah akan melapangkan dada mereka
dengan iman, setelah mereka menyaksikan kesucian Islam. Tetapi, mereka
menguras tenaga dan menghabiskan waktu mereka demi menciptakan berbagai
keraguan dan kebingungan terhadap segala yang berkenaan dengan Al-Qur'an,
Sunnah, berbagai tatanan Islam serta Sejarah Islam. Mereka, kaum orientalis
tersebut, mayoritas dari kaum Padri dan Yahudi. Pekerjaan serta program-
program mereka diorganisir oleh gereja, atau Badan-badan Intelijen serta
Departemen-departemen Luar Negeri. Sementara jumlah mereka yang benar-
benar menyukai ilmu dan pengkajian relatif kecil.

Pengikut Kaum Orientalis:

Para pengikut orientalis yang tertipu oleh mereka dan terkecoh dengan
metode ilmiah mereka, lalu me ngikuti ide-ide serta pengkajian-pengkajian
mereka tersebut dan mendengung-dengungkan keyakinan mereka guna meraih
tempat terdekat. Yang ternama adalah: Dr. Toha Husain5), di mana ia menjejali
rongga-rongga otaknya dengan ide-ide kaum orientalis Barat, hingga ia pernah
melahirkan ucapan (yang cukup sebagai suatu kerendahan): "Sesungguhnya saya
berpikir dengan pikiran Perancis, tetapi saya menulis dengan bahasa Arab."6)
Sesungguhnya ia adalah tunggangan kaum Yahudi. Para propagandis paham
Komunis di Mesir pada era ini adalah orang-orang Yahudi. Mereka adalah;
Henry Caryl, Davl Caryl serta Reymond Agiun. Mereka dan yang lain sama-sama
membiayai gerakan-gerakan Komunis dengan harta, juga seks. Mereka telah
bersepakat dengan Dr. Toha Husain atas penerbitan majalah Al Katibul Misri.
Sementara, sejak awal, Dr. Toha Husain telah mendukung konsepsi "Yahudi
Talmud" ketika ia mengingkari adanya Ibrahim dan Ismail serta mendustakan
Al-Qur'an dan Taurat. Tidaklah disadari, bahwa pada akhirnya semua itu
merupakan persiapan untuk merealisasikan berbagai ide dan kesesatan zionis 7),
di mana tidak ada yang berani secara terang-teran an menyatakannya, walau
para orientalis sendiri8).

Penjelasan Mengenai Toha Husain:

Sebagaimana yang telah diketahui mengenai Toha Husain, bahwa ayahnya


datang ke tanah Mesir, Mudiriah Minya, dari daerah yang tidak dikenal di
Marokko. la bekerja sebagai tukang timbang di perusahaan gula Yahudi.

Sementara Toha Husain adalah orang yang secara sepihak mengeluarkan


konklusi, yaitu menunjuk pendeta Yahudi - Hayim Nahum Afandi, ketika itu
sebagai anggota Lembaga Bahasa Arab di Kairo - agar menjadi ketua para
cendekiawan dan pakar bahasa. Sebagaimana ia juga menetapkan sejumlah
guru-guru asing dalam Fakultas Sastra, di mana sebagian di antaranya adalah
orang-orang Yahudi yang kesemuanya memerangi Islam atau menciptakan

3
keragu-raguan di dalamnya. Gelar doktoral pertama yang diberikan oleh Fakultas
Sastra Universitas Kairo di bawah pengawasan Dr. Toha Husain berjudul Suku-
suku Yahudi di Negara-negara Arab, yang diajukan oleh Israel Welfenson, Dekan
Universitas HADSA di Tel Aviv saat ini9).

Dengan penjelasan di atas, kini jelas teraba oleh kita loyalitas Dr. Toha
Husain terhadap orang-orang Yahudi, hingga kita tidak lagi merasa heran akan
pengingkarannya terhadap Ibnu Saba'. Selanjutnya Toha Husain berkata:
"Sesungguhnya masalah Sabaisme dan tokohnya Ibnu Saba' hanyalah masalah
yang dipaksakan dan dibuat-buat serta diciptakan dengan sangat riskan, hingga
saat itu juga timbul perdebatan dan adu argumentasi antara Syi'ah dan sekte-
sekte Islam lainnya. Musuh-musuh Syi'ah ingin memasukkan unsur-unsur
Yahudi ke dalam pripsip-prinsip madzhab ini, dengan tujuan mempertajam
tipudaya terhadap mereka serta mencaci mereka...... 10)

Argumen Dr. Toha Husain:

Toha Husain meminta alasan tentang pendapat Baladzuri yang sama


sekali tidak menyebut mengenai Ibnu Sauda dan kawan-kawannya dalam
masalah Utsman r.a.

la juga menganggap sebagai hal yang aneh, bagaimana peristiwa


pembakaran yang dilakukan Ali terhadap orang-orang yang
mempertuhankannya, sebagaimana yang disebutkan oleh Thobari, namun tidak
disebut-sebut oleh sebagian ahli sejarah dan tidak pula disebutkan perihal waktu
kejadiannya, sepertinya mereka mengabaikannya begitu saja11).

Sanggahan terhadapnya:

Baladzuri memang tidak menyebut-nyebut masalah Ibnu Saba', tetapi tidak


berarti wujudnya hanya sekedar ilusi. Karena adakalanya sebagian sejarawan
menyebutkan hal-hal yang tidak diketengahkan oleh sebagian sejarawan lainnya.
Lalu, haruskah Baladzuri menyebutkan semua peristiwa secara lengkap? Tidak
mustahil, jika saja Baladzuri menyebutkan cerita-cerita tentang Ibnu Saba' dan
kawan-kawannya, maka Dr. Toha Husain akan berkata: riwayat-riwayat
Baladzuri tidak dapat dipercaya, karena orang-orang yang mempercayainya
berbeda pendapat12).

Adapun yang berkenaan dengan peristiwa pembakaran oleh Imam Ali r.a.
terhadap orang-orang yang mempertuhankannya, akan kami sebutkan dalam
menjelaskan sikap Imam Ali terhadap Abdullah bin Saba' dan kawan-kawannya.
Di mana peristiwa itu sudah tersebut dalam kitab-kitab yang paling sahih setelah
Al-Qur'anul Karim dan riwayat-riwayat itu telah mencukupi, tanpa perlu lagi
pada kitab-kitab sejarah. Di samping itu peristiwa tersebut telah tercantum
dalam kitab-kitab yang menjadi andalan di kalangan Syi'ah.

Dr. Muhammad Kamil Husain

Ia menganggap kisah Ibnu Saba' lebih mendekati khurafat (cerita


bohong)13). la mengatakan itu semata-mata karena mengikuti Dr. Toha Husain,
tanpa mengetengahkan argumentasinya guna mengkonfirmasikan pendapatnya.

4
Dr. Hamid Hafni Daud

Kepala bagian bahasa Arab pada Universitas Ain Syams ini berpendapat,
bahwa Ibnu Saba' termasuk kesalahan-kesalahan historis terbesar yang lolos dari
kendali para peneliti. Masalahnya telah kabur bagi mereka, hingga mereka tidak
dapat memahami dan menyadarinya dengan baik. Kebohongan yang dibuat-buat
ini mereka ada-adakan atas Syi'ah, hingga mereka menghiasi kebatilan itu
dengan kisah Abdullah bin Saba' dan menganggap itu sebagai suatu hinaan, yang
dengan demikian mereka dapat mencela dan menjelek-jelekan kaum Syi'ah.14)

Sanggahan terhadapnya

Dr. Hamid Hafni Daud adalah salah seorang di antara mereka yang tertipu
dengan ide pendekatan (antara Sunnah dan Syi'ah). Bahkan ia salah seorang
propagandisnya. Maka, bukanlah sesuatu yang aneh baginya ketika ia
mengadakan satu pendekatan dengan orang-orang yang meragu-ragukan
keotentikan Al-Qur'an, yang mencerca para sahabat Rasulullah Sallallahu ’Alaihi
wa Sallam serta mencaci istri-istri Rasul seperti halnya Murtadho Askari, penulis
kitab Khomsun wa mi'ah Sohabi Mukhtalaq serta Ahaditsu Ummil Mukminin
Aisyah.

Oang-orang Syi'ah yang mengingkari Abdullah bin Saba'

Pada era ini, orang-orang Syi'ah mengingkari adanya Ibnu Saba',


disebabkan karena aqidahnya yang ia sebarkan dan meresap ke dalam sekte-
sekte Syi'ah.

Akan kami ketengahkan ucapan serta pendapat-pendapat mereka yang


mengingkari, kemudian kami buktikan secara pasti adanya Ibnu Saba' beserta
aqidahnya dari sumber-sumber yang menjadi andalan Syi'ah.

Mohammad Jawad Mughniah dan Ibnu Saba'

Dalam pandangan syaikh Mohammad Jawad Mughniah, Abdullah bin


Saba' adalah pahlawan fiktif yang diandalkan oleh setiap orang yang
menisbatkan kepada Syi'ah. Hal yang sama sekali tidak diketahuinya adalah ia
berbicara tentang Syi'ah secara bodoh dan salah, juga secara munafik dan
mengada-ada.15).

Murtadho Askari dan Ibnu Saba'

Murtadho Askari menganggap bahwa ia telah membantah semua orang


yang berpendapat bahwa Abdullah bin Saba' memang benar-benar ada, dan telah
menghasilkan satu kesimpulan, bahwa Ibnu Saba' adalah pribadi khayali,
sekedar ilusi yang dicipta dan diada-adakan oleh Saif bin Umar16). la mengarang
kitab khusus mengenai Ibnu Saba' yaitu Abdullah bin Saba' wa Asatir Ukhro atau
Abdullah bin Saba' dan dongeng-dongeng lain.

5
Dr. Ali Wardi dan Ibnu Saba'

Penulis kitab Wu'adhus Salatin ini berpendapat bahwa Ibnu Saba'


sebenarnya adalah Ammar bin Yasir dengan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Ibnu Saba' mendapat julukan Ibnu Sauda, begitu juga dengan Ammar.
2. Ayah Ammar seorang Yaman, hal itu berarti ia adalah putra Saba'. Maka
tiap orang Yaman boleh diandakan sebagai Ibnu Saba'.
3. Yang lebih istimewa, Ammar sangat mencintai Ali bin Abi Thalib. la berdoa
untuknya dan dia menghimbau orang-orang agar membai'atnya dalam tiap
kesempatan.
4. Pada masa pemerintahan Utsman, Ammar pergi ke Mesir. Di sana ia
melancarkan agitasinya agar orang-orang menggulingkan Utsman, hingga
meresahkan penguasa di sana dan bermaksud akan menindaknya.
5. Ucapannya dinisbatkan kepada Ibnu Saba', yaitu: Sesungguhnya Utsman
telah mengambil alih pemerintahan secara tidak sah. Sesungguhnya
penguasa yang sah adalah Ali bin Abi Thalib.
6. Berbagai masalah yang berkaitan dengan peranan Ammar dalam perang
Jamal serta dalam kaitannya dengan Abu Dzar Al-Ghifari, maka konklusi
dari Wardi adalah bahwa Ibnu Saba' tidak lain adalah Ammar bin Yasir.
Kaum Quraisy beranggapan bahwa Ammar adalah pemimpin
pemberontakan melawan Utsman, namun kaum Quraisy pada masa
permulaan tidak menyebutkan namanya secara jelas. Mereka
mengisyaratkannya dengan sebutan: Ibnu Saba' atau Ibnu Sauda. Para rawi
menukil nama ini dengan ceroboh, sedang mereka tidak mengetahui apa
sebenarnya yang terjadi dibalik layar.17)

Berkata Dr. Wardi: "Tampaknya pribadi aneh ini dengan sengaja diada-
andaan. la dicipta oleh para hartawan, di mana pemberontakan tersebut
dimaksudkan untuk menentang mereka. "18)

Dr. Kamil Musthofa Syibi'dan Ibnu Saba'

Setelah Wardi muncul penulis lain yaitu: Dr. Kamil Musthofa Syibi yang
mengikuti Wardi dalam khayalan dan serangannya yang membabi buta, dan
berusaha menguatkan argumentasinya dengan membawa nash-nash yang
menetapkan masalah-masalah yang terkandung di dalamnya.

Dalam masalah pembakaran Imam Ali r.a. terhadap Sabaiah, Dr. Kamil
sependapat dengan Dr. Toha Husain, sebagaimana yang tercermin dalam
ucapannya: "Masalah pembakaran yang diduga dilakukan Ali terhadap golongan
Sabaiah sebenarnya adalah kebohongan belaka. Tidak ada yang membawa kabar
itu dalam bentuk yang dapat dipercaya, dalam kitab-kitab yang mu'tabar dari
buku-buku sejarah."

Kemungkinan, asal kejadian itu ada kaitannya dengan pembakaran Khalid


bin Abdullah Al-Qosri beserta 15 orang pengikutnya yang ekstrim (kaum Ghulat).
Lalu, selang beberapa waktu, peristiwa itu dibuat sedemikian rupa, hingga
sampai berhubungan dengan Ali19).

6
Sanggahan terhadap Wardi dan Syibi

Mengenai pendapat Wardi yang diikuti oleh Syibi dan lainnya, bahwa
Abdullah bin Saba' adalah Ammar bin Yasir, maka kitab-kitab jarh dan ta'dil
serta tokoh-tokoh yang menjadi andalan kaum Syi'ah membantah pendapat
tersebut.

Kitab-kitab mereka menyebutkan biografi Ammar dalam sahabat-sahabat


Imam Ali r.a. dan perawi-perawinya, serta menempatkannya dalam "Sendi yang
Empat"20). Sebaliknya, kitab-kitab tersebut menyebutkan biografi Ibnu Saba'
dengan mengutuknya serta memuji Ammar. Bagaimana mungkin kita akan
mempertemukan kedua biografi ini?

Mengenai pembakaran kaum Sabaiah akan kami ketengahkan alasan-


alasan sahih yang berkenaan dengan sikap Imam Ali terhadap mereka.

Dr. Abdullah Fayyadh dan Ibnu Saba'

Dalam kitab Tarikhul Imamiah wa Islafuhun minasy Syi'ah Dr. Abdullah


Fayyadh mengingkari adanya Ibnu Saba'. Kitabnya dipenuhi oleh berbagai
pendapat kaum orientalis. Pembimbingnya adalah Dr. Constantin Zureig, salah
seorang dosen sejarah di Universitas Amerika di Beirut. Dia berkata: "Mengenai
Ibnu Saba' tampaknya merupakan pribadi yang lebih mirip ilusi daripada
kenyataan. Dan peranannya - jika ia mempunyai peranan - terlalu besar -
besarkan karena faktor-faktor agama dan politik. Banyak dalih yang
mencerminkan lemahnya kisah Ibnu Saba' 21). la berargumentasi dengan pendapat
Murtadho Askari yang menuduh Saif bin Umar Burjami (170 H.) dalam
mengada-adakan pribadi ini. la juga menganggap adanya kontradiksi dan
kelewat ekstrim dalam riwayat serta menguatkan sikapnya dengan konsep Wardi
dan mengikuti Syibi.

Tholib Rifa'i dan Ibnu Saba'

Setelah mereka, muncul Tholib Al-Husaini arRifa'i. Dalam komentarnya


atas mukaddimah Muhammad Baqir untuk kitab sejarah Syi'ah Imamiah yang
dicetak oleh penerbit kitab Al-Khoniji di Kairo tahun 1977 M. yang berjudul At-
tasyayu' Dhohirah Thobi'iah fi Ithorid Da'wah al-Islamiah, ia berkata: "Ibnu
Saba' memang merupakan kenyataan historis yang tidak mungkin diingkari,
tetapi sesungguhnya sebagaimana akan kami sebutkan secara terinci dalam suatu
bahasan khusus mengenainya tak ada kaitan antara ide-idenya dengan apa yang
terkandung dalam ideologi Syi'ah dari wasiat amirul mukminin Ali bin Abi Tholib
r.a. karena hal tersebut berdasar pada riwayat-riwayat dalam sumbersumber
yang sahih dari kedua sekte Sunnah dan Syi'ah, sebagaimana juga terdapat dalam
kitab-kitab kedua sekte tersebut, dalam tafsir, sejarah serta prinsip-prinsip
keyakinan.

Dengan demikian, pendapat yang mengatakan bahwa paham tasyayu'


(syi'isme) adalah suatu konsekuensi dari ide Sabaiah, sebagaimana yang di
da'wakan, adalah suatu pendapat yang batil22).

7
Tidaklah mengherankan ungkapan semacam ini lahir dari tokoh ini, yang
menganggap bahwa yang pertama mengatakan adanya raj'ah adalah Umar bin
Khattab r.a. karena beliau mengucapkan: "Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu
‘Alaihi wa Sallam. belum mati dan tidak mati" sebagai penunjang kebohongan
serta kesesatan dan pemalsuannya atas realita yang jelas lagi benar.

Sanggahan atas Berbagai Pendapat Serta Eksposisi mengenai


Sumber-sumber Biografi Ibnu Saba'

Ini merupakan pendapat-pendapat sebagian orang Syi'ah era ini, seakan


mereka belum melihat kitab-kitab aqidah serta sekte-sekte mereka dan kitab
berbagai riwayat serta tokoh-tokoh mereka dan kitabkitab jarh dan ta'dil yang
ada pada mereka.

Inilah sejumlah kitab yang sebagai sandaran di kalangan Syi'ah yang


menyebutkan Abdullah bin Saba', dakwaan-dakwaan serta ideologinya yang
membuat Imam Ali dan ahlul baitnya yang suci mendustakan serta
menentangnya, juga menentang sahabat-sahabatnya (Sabaiah) serta apa yang ia
nisbatkan kepada ahlul bait.

Sumber-sumber yang Urgen Lagi Langka yang Mencantumkan Nama


Ibnu Saba' di Dalamnya

1. Risalatul Irja' oleh Hasan bin Muhammad bin Hanafiah (yang wafat tahun
95 H.)23), seorang jurist ternama yang pernah berkata: "Siapa yang
meninggalkan Abu Bakar dan Umar, berarti meninggalkan Sunnah.
"Adapun yang meriwayatkan kepadanya adalah tokoh-tokoh yang
diandalkan di kalangan Syi'ah.

2. Kitab AI-Ghorot oleh Abu Ishak Ibrahim bin Muhammad Said bin Hilal Ats-
Tsaqofi Al-Isfahani yang dipercaya oleh Ibnu Thowus, wafat sekitar tahun
283 H. dan kitabnya (Al-Ghorot), edisi Anjaman Atsar Mali, Iran.

3. Kitab Al-Magalat wal Firaq oleh Sa'd bin Abdullah Al-Asy'ari Al-Qummi,
wafat tahun 301 H., dicetak di Teheran tahun 1964 M.

4. Firaqusy-Syi'ah oleh Abu Muhammad Hasan bin Musa An-Nubakhti (tokoh


terkemuka abad ke 3 H.), edisi Kadhim al-Katbi di Najaf, dan sejumlah
cretakan yang sama edisi orientalis Reiter di Istambul 1931 M.

5. Rijalul Kasyi oleh Abu Amr Muhammad bin Umar bin Abdul Aziz Al-Kasyi,
yang hidup semasa dengan Ibnu Qulawaih, wafat tahun 369 H., edisi
Yayasan A'lami untuk cetakan Karbala.

6. Rijaluth-thusi oleh Syaikhut-thoifah Abu Ja'far Muhammad bin Hasan Ath-


thusi (yang wafat pada 460 H.), edisi I di Najaf 1381 H./1961 M. terbitan
Muhammad Kadhim Katbi.

7. Syarh Ibnu Abil-Hadid Linahjil Balaghah oleh Izzuddin Abu Hamid Abdul
Hamid bin Hibatullah AI-Madain, yang lebih dikenal dengan: Abil Hadid,

8
Mu'tazili Syi'i, wafat tahun 656 H., edisi I, AlMaimanah 1326 H. dan lain-
lain.

8. Ar-Rijal oleh Hasan bin Yusuf Al-Huli, wafat tahun 726, edisi Teheran 1311
H. dan edisi Najaf 1961 M.

9. Raudhatul Jaumat oleh Mohammad Baqir AlKhoanisari, wafat tahun 1315


H. edisi Iran 1307 H.

10. Tanqihul Magol fi Ahwalir-rijal oleh Syaikh Abdullah Al-Mamagani, wafat


tahun 1351 H., edisi Najaf, cetakan Al-Murtadhowiah.

11. Qanusur-rijal oleh Muhammad Tagi-Attasturi, selebaran-selebaran pusat


penerbitan kitab, Teheran 1382 H.

12. Raudhatus-shofa, sejarah andalan kaum Syi'ah, bahasa Parsi jilid


II/halaman 292 edisi Iran.

13. Capita Selecta (Dairatul Maarif) dengan judul Muqtabasul Atsar wa


Mujaddid Madatsar oleh Muhammad Husein AI-'Alami Al-Hairi 1388
H./1868 M. di Matba'ah Ilmiah di Qom.

14. AI-Kuna wal Alqab oleh Abbas bin Muhammad Ridha Al-Qummi tahun
1359 H., edisi Al-Irfan Sidom.

Itulah sebagian kitab mereka yang kami ketahui.

Masih banyak kitab-kitab mereka lainnya, baik yang berupa manuskrip


maupun yang telah dicetak, di mana di dalamnya tercantum nama Ibnu Saba'
dan Sabaiah. Di antaranya adalah:

1. Hallul Isykal oleh Ahmad bin Thowus, wafat tahun 673 H.

2. Ar-Rijal oleh Ibnu Daud, ditulis tahun 707 H.

3. At-Tahrir At-thowusi oleh Hasan bin Zainuddin Al-'Amili, wafat thn 1011 H.

4. Majmauz-rijal oleh Qahbai, ditulis tahun 1016 H

5. Naqdur-rijal oleh At-tafrisyi, yang ditulis tahun 1015 H.

6. Jamiur-ruwah oleh Al-Ardabili, ditulis tahun 1100 H.

7. Mausuatur Bihar oleh Al-Majlisi, wafat tahun 1110 H.24).

8. Ibnu Syahr Asyub, wafat tahun 588 H.25) dan Ibnu Muhammad Thohir Al-
'Amili, tahun 1138 H.26).

9
Ideologi Ibnu Saba' dan Berbagai Kesesatannya

Setelah menyebutkan kitab-kitab terpercaya dan menjadi andalan Syi'ah,


akan kami sebutkan hal-hal urgen yang menjadi ideologi Ibnu Saba', di mana ia
membawa dan meyakinkan pengikutnya pada masalah-masalah tersebut.

Demikianlah, Ide-ide sesat ini menyusup ke dalam sekte-sekte Syi'ah.


Sedang motivasi kami menggelar ideologi Yahudi ini dari kitab-kitab dan riwayat
mereka tentang imam-imam yang ma'sum di kalangan mereka oleh karena:

Mereka mengatakan: Percaya kepada ismah para imam menjadikan hadits-


hadits yang berasal dari mereka sahih/benar, tanpa mengharuskan
bersambungnya sanad tersebut dengan Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam,
sebagaimana hal itu berlaku di kalangan ahli Sunnah27).

Mereka juga mengatakan: Karena imam di kalangan Imamiah adalah


ma'sum, maka tidak ada keraguan sedikit pun terhadap apa yang ia ucapkan28).

Al Mamaqani berkata: "Semua hadits kami mutlak berasal dari imam yang
ma'sum. "29) Kitab Al Mamaqani termasuk di antara kitab-kitab jarh dan ta'dil
yang paling urgen di kalangan Syi'ah.

Setelah penjelasan-penjelasan ini, yang mengharuskan satu kaum untuk


menerima kabar-kabar yang diriwayatkan dalam kalangan-karangan mereka,
maka akan kami sebutkan kesesatan-kesesatan utama yang disebarluaskan oleh
Abdullah bin Saba', yaitu:

1. Dia adalah orang pertama yang berpendapat tentang adanya wasiat


Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam. untuk Ali, yaitu bahwa Ali adalah
penggantinya atas umatnya setelah beliau berdasarkan nash.

2. la adalah orang pertama yang menunjukkan sikap "bebas diri" terhadap


musuh-musuh Ali r.a. - menurut anggapannya - dan menyatakan resistensi
terhadap para penentangnya serta mengkafirkan mereka.

Bukti akan kebenaran ungkapan tersebut bukan berasal dari buku sejarah
Ath-Thobari, bukan pula dari jalan Saif bin Umar, tetapi berdasarkan riwayat An-
Nubakhti, Al-Kasyi, Al-Mamagani, At-Tasturi dan para sejarawan Syi'ah lainnya.

Berkata An-Nubakhti:

Segolongan ahli ilmu dari para sahabat Ali r.a., bercerita bahwa pada
mulanya Abdullah bin Saba' beragama Yahudi, kemudian masuk Islam dan
berpihak kepada Ali r.a. Ia pernah berkata - ketika ia masih memeluk agama
Yahudi - tentang Yusya bin Nun sebagai washiy (pelaksana wasiat), bahwa ia
adalah pengganti Musa. Maka, setelah Ibnu Saba' masuk Islam dan setelah
wafatnya Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam, maka ia mengatakan hal yang sama
tentang Ali r.a. dan ia adalah orang pertama yang menyiarkan tentang keharusan
keimaman Ali r.a. dan menentang musuh-musuh Ali serta memusuhi orang-
orang yang tidak sepaham dengannya." Selanjutnya An-Nubakhti berkata:
"Itulah sebabnya golongan yang menentang aliran Syi'ah mengatakan bahwa

10
istilah Rafidhah berasal dari agama Yahudi30)." Pada kesempatan ini kami
tunjukkan bahwa ide tentang wasiat yang menjadi andalan Ibnu Saba' telah
disebutkan dalam Taurat, kitab ulangan pasal 18 dari kitab Perjanjian Lama yang
isinya: Tidak ada masa yang kosong dari Nabi pengganti Musa dan seperti Musa.
Tiap-tiap Nabi mempunyai pengganti, yang hidup ketika Nabi tersebut masih
ada.

Ketika menyebut tentang Sabaiah, An-Nubakhti berkata: "Mereka (kaum


Sabaiah) adalah para pendukung Abdullah bin Saba'. la termasuk mereka yang
secara terang-terangan mencaci Abu Bakar, Umar, Utsman serta para sahabat
dan menentang mereka. la berkata: "Sesungguhnya Ali r.a. yang menyuruh ia
berbuat demikian."31).

3. la adalah orang pertama yang mengatakan tentang ketuhanan Ali r.a.

4. la adalah orang pertama yang mendakwahkan kenabian dari sekte-sekte


Sy’ah yang ekstrim (ghulat).

Sebagai bukti adalah apa yang diriwayatkan AlKasyi dengan sanadnya dari
Muhammad bin Quluwaih Al-Qummi, ia berkata: "Telah diceritakan kepadaku
oleh Sa'd bin Abdullah bin Abu Khalaf Al Qussi, ia berkata: Telah diceritakan
kepadaku oleh Utsman Al-'Abdi dari Yunus bin Abdurrahman dari Abdullah bin
Sinan, ia berkata: Telah diceritakan kepadaku oleh ayahku dari Abu Jakfar r.a.,
bahwa Abdullah bin Saba' mendakwakan kenabian dan menganggap Amirul Ali
r.a. sebagai Allah. Ketika berita tersebut sampai kepada Ali, maka dipanggilnya
Ibnu Saba' dan ditanyakannya tentang pernyataannya tersebut. Abdullah bin
Saba' mengakuinya dan berkata: "Ya, Engkaulah Allah. Telah diilhamkan dalam
jiwaku, Engkau adalah Allah dan aku adalah Nabi." Ali r.a. berkata: "Celaka eng-
kau, setan telah menipu dan menjerumuskanmu. Sadarlah kau! Buang pendapat
sesatmu. Celaka kau! Bertaubatlah:' Namun, Abdullah menolak, lalu Ali
memenjarakannya. Ketika Ali memberi kesempatan kepadanya untuk bertaubat
dalam waktu tiga hari, maka Abdullah tetap menolak, lalu Ali membakarnya.
Namun yang benar Ali mengasingkannya ke kota Al-Madain, setelah dimintakan
pertolongan untuknya sebagaimana yang akan kami jelaskan dalam sikap Imam
Ali terhadap Abdullah bin Saba'. Berkata Imam Ali: "Setan telah menggodanya, ia
datang kepadanya dan membisikkan hal tersebut ke dalam jiwanya32). Al-Kasyi
meriwayatkan dengan sanadnya juga dari Muhammad bin Quluwaih, ia berkata:
"Telah diceritakan kepadaku oleh Sa'd bin Abdullah, ia berkata: Telah diceritakan
kepadaku oleh Ya'qub bin Yazid dan Muhammad bin

Isa dari Ibnu Abi Umair dari Hisyam bin Salim, ia berkata: Aku mendengar Abu
Abdillah r.a. berkata: (Dan ia bercerita kepada sahabat-sahabatnya tentang
Abdullah bin Saba' dan apa yang ia dakwakan mengenai ketuhanali dalam diri
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a.). Ketika ia mendakwakan hal tersebut,
Amirul Mukminin menyuruhnya bertobaf, tetapi Abdullah bin Saba' menolak,
lalu Ali membakarnya."33)

5. Ibnu Saba' adalah orang pertama yang mengada-adakan pendapat


mengenai kembalinya Ali r.a. ke dunia setelah wafatnya dan tentang kembalinya
Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam. Pertama kali ia mengutarakan
pendapatnya secara nyata adalah di Mesir. la berkata: "Adalah sangat

11
mengherankan jika orang menganggap bahwa Isa kelak akan kembali, namun
mendustakan kembalinya Muhammad Sallallahu ’Alaihi wa Sallam. Sedang
Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah yang mewajibkan (pelaksanaan hukum--
hukum) Al-Qur'an atasmu, pasti akan mengembalikanmu ke tempat kembali."
Maka, dengan demikian, Muhammad lebih berhak untuk kembali ke dunia
daripada Isa. Ucapannya itu bisa diterima. la meletakkan dasar-dasar pikiran
tentang raj'ah bagi mereka, maka mereka mulai memperbincangkannya 34).

Jika mereka tidak sudi menerima kisah tersebut yang diriwayatkan oleh
Ibnu Asakir yang terpercaya dalam kitab Tarikh-nya, terlebih lagi yang lainnya.
Dengarlah ucapan kaum Sabaiah kepada orang yang mengabarkan tentang
terbunuhnya Ali r.a.: "Engkau berdusta wahai musuh Allah! Meskipun kalian
bawa kepada kami serpihan otaknya dan membawa tujuh puluh orang saksi guna
menguatkan tentang kematiannya, kami tetap tidak mempercayainya. Karni tahu
benar, bahwa ia tidak mungkin mati dan tidak terbunuh. la tidak akan mati,
hingga kelak ia menggiring orang-orang Arab dengan tongkatnya dan menguasai
bumi....... 35) Kisah ini disebutkan oleh Sa'd bin Abdullah Al-Asy'ari Al-Qummi,
penulis kitab AI-Maqolat wal Firaq. Dia sangat terpercaya di kalangan Syi'ah. An-
Nubakhti juga menukil perkataan kaum Sabaiah dalam Firaq usy-Syi'ah, yaitu:
"Sesungguhnya Ali tidak terbunuh dan tidak mati. la tidak akan pernah terbunuh
dan tidak akan mati, hingga kelak ia menggiring orang-orang Arab dengan
tongkatnya dan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan, di mana
sebelumnya telah dipadati dengan kedzaliman dan kejahatan."

Pada kesempatan ini, kita akan mengetengahkan arti aqidah raj'ah (kembali
ke dunia) di kalangan Syi'ah: Muhammad Ridha Al-Mudhaffar berkata:
"Sesungguhnya pendapat yang diikuti oleh Syi'ah Imamiah berdasarkan ajaran
yang dibawa oleh ahlul bait, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala. akan
mengembalikan manusia ke dunia ini dari kematian dalam bentuknya yang
semula, maka la akan memuliakan satu golongan dan menghinakan golongan
lainnya, la juga akan membedakan antara orang-orang yang berbuat kebenaran
dan mereka yang berbuat kebatilan, antara orang-orang yang tertindas dan para
penindas, hal itu akan terjadi bersamaan dengan kebangkitan Al-Mahdi. Allah
tidak akan mengembalikan seseorang, kecuali apabila ia telah mencapai suatu
derajat keimanan yang tinggi, atau terbenam jauh dalam berbuat kerusakan, lalu
setelah itu, mereka akan mati lagi dan nanti pada hari kiamat mereka akan
dibangkitkan sekali lagi untuk mendapat pahala atau siksa, sebagaimana yang
disebutkan oleh Allah dalam kitab Suci-Nya, Al-Qur'an, tentang keinginan orang-
orang yang telah datang dua kali ke dunia ini untuk datang lagi ketiga kalinya
untuk bertobat atas dosa-dosa mereka. Mereka berkata:

ٍ‫ﻗَﺎﻟُﻮا رَﺑـﱠﻨَﺎ أَﻣَﺘـﱠ ﻨَﺎ اﺛـْ ﻨَﺘـَ ﻴْﻦِ وَ أَﺣْ ﻴـَ ﻴْﺘـَ ﻨَﺎ اﺛـْﻨَﺘـَ ﻴْﻦِ ﻓَﺎﻋْ ﺘـَ ﺮَﻓـْ ﻨَﺎ ﺑِﺬُ ﻧُﻮﺑِﻨَﺎ ﻓـَ ﻬَ ﻞْ إِﻟَﻰ ﺧُ ﺮُوجٍ ﻣﱢﻦ ﺳَ ﺒِﻴﻞ‬
(‫)ﺳﻮرة ﻏﺎﻓﺮ‬

"Ya Allah, Pemilik dan Pemelihara kami! Engkau telah dua kali mematikan dan
menghidupkan kami, lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka, adakah suatu
jalan untuk ke luar? "(QS al-Mukmin: 11)36).

Dalam hal raj'ah, kaum Syi'ah mensyaratkan adanya kemurnian iman atau
kufur. Berkata Al-Qummi: "Telah diceritakan kepadaku oleh ayahku dari Ibnu

12
Abi Umair dari Al-Mufadhdhal dari Abu Abdillah tentang firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala.: "Dan pada hari kami membangkitkan tiap-tiap ummat
dengan berbondong--bondong," maka ia berkata: "Tidak ada seorang pun dari
kaum Mukmin yang terbunuh, tetapi ia akan kembali, hingga ia mati kembali,
dan yang akan kembali hanyalah orang yang memurnikan imannya dan orang
yang benar-benar terbenam dalam kekufuran37).

Al Qummi meriwayatkan dengan sanadnya sampai pada Abu Abdillah, di


mana ia menafsirkan firman Allah (pada hari mereka mendengar suara teriakan
dengan nyata, itulah hari kebangkitan) dengan raj'ah, di mana ia berkata:
"Teriakan AlQaim dari langit adalah hari kebangkitan." la berkata: "Itulah
raj'ah."38).

Tafsir yang sebenarnya dari ayat yang dijadikan dalil oleh Al Mudhaffar
adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud r.a., kata-katanya seperti ayat di
dalam surat Al-Baqarah. "Dahulunya kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu,
kemudian mematikan kamu kemudian menghidupkan kamu" Dahulunya mereka
mati di dalam sulbi ayah-ayah mereka, kemudian Allah mengeluarkan dan
menghidupkan mereka, kemudian mematikan mereka, lalu menghi dupkan
mereka lagi, sesudah mati," diriwayatkan oleh Al Firyani, 'Abdun bin Humaid,
Ibnu Jarir, lbnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabarani serta Al-Hakim dan ia
membenarkannya.39)

Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: "Dahulu kamu mati, sebelum Allah
menjadikan kamu ini adalah kematian, kemudian la menghidupkan kamu, maka
itulah kehidupan. Kemudian la mematikan kamu kembali hingga kamu kembali
ke kubur, inilah kematian yang kedua. Kemudian la membangkitkan kamu
kembali pada hari kiamat, inilah kehidupan yang kedua. Itulah yang dimaksud
dengan dua kematian dan dua kehidupan. Hal itu sebagaimana tersebut dalam
firman Allah Swt.:

"Bagaimana kalian sampai mengingkari Allah, sedang kalian dahulu mati,


maka Allah menghidupkan kalian, kemudian mematikan kalian, kemudian
menghidupkan kalian, kemudian kepada-Nyalah kalian akan kembali."40)

6. Ibnu Saba' yang beragama Yahudi itu mendakwakan, bahwa Ali r.a.
adalah binatang yang akan keluar dari perut bumi dan sesungguhnya dialah yang
menciptakan makhluk dan membagi-bagikan rizki.

Ibnu Asakir berkata: "Ash-Shadiq meriwayatkan dari ayah-ayahnya yang


suci dari Jabir, ia berkata: Ketika Ali dibaiat, ia berbicara di hadapan rakyat.
Lalu, Abdulah bin Saba' datang dan menghampirinya sambil berkata kepadanya:
Engkau adalah binatang yang akan keluar dari perut bumi." Ali berkata
"Takutlah pada Allah." Ibnu Saba' berkata. "Engkaulah Sang Raja." Ali
menjawab: "Bertaqwalah pada Allah." Namun, Ibnu Saba' segera berkata:
"Engkaulah yang menciptakan seluruh makhluk dan membagi-bagikan rizki." Ali
segera memerintahkan agar ia dibunuh, namun kaum Rafidhah sepakat untuk
menolak konklusi Ali. Mereka berkata: . "Asingkan saja ke pinggiran kota Al-
Madain...... 41)

13
Jika mereka tidak sudi menerima riwayat Ibnu Asakir, maka akan kami
ketengahkan beberapa riwayat dari kitab-kitab mereka yang mu'tamad, yang di
antaranya diriwayatkan oleh Al-Qummi dalam tafsirnya yang diandalkan oleh
mereka. AlQummi berkata: Mengenai firmanNya:

َ‫وَ إِذَا وَ ﻗَﻊَ اﻟْﻘَﻮْلُ ﻋَﻠَﻴْﻬِ ﻢْ أَﺧْ ﺮَﺟْ ﻨَﺎ ﻟَﻬُ ﻢْ دَاﺑﱠﺔً ﻣﱢ ﻦَ اﻷَرْضِ ﺗُﻜَ ﻠﱢﻤُ ﻬُ ﻢْ أَنﱠ اﻟﻨﱠﺎسَ ﻛَﺎﻧُﻮا ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻨَﺎ ﻻ ﻳُﻮﻗِﻨُﻮن‬
(‫)ﺳﻮرة اﻟﻨﻤﻞ‬
"(Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Karni keluarkan sejenis
binatang melata dari perut bumi, yang akan mengatakan kepada mereka,
bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami),

Maka pengertiannya adalah sebagai berikut: Telah diceritakan kepadaku oleh


ayahku dari Ibnu Abi Umair dari Abi Busair dari Abi Abdillah r.a. ia berkata:
Ketika Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam, sampai di tempat Amirul
Mukminin (Ali) yang sedang tidur di masjid dengan berbantalkan pasir, maka
beliau membangunkannya dengan kakinya sambil berkata: "Bangunlah wahai
binatang melata yang keluar dari perut bumi (daabbatul ardhi)." Salah seorang
sahabatnya bertanya: "Apakah sebagian dari kita dinamakan dengan nama ini, ya
Rasulullah?" Beliau menjawab: "Tidak! Demi Allah nama itu khusus untuk dia
dan dia adalah 'binatang melata' yang disebutkan oleh Allah dalam kitab suci-
Nya: "Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis
binatang melata dari perut bumi yang akan menyatakan kepada mereka, bahwa
sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." Kemudian
beliau bersabda: "Hai Ali, jika tiba akhir masa, Allah akan mengeluarkan kamu
dalam sebaik-baik bentuk. Di tanganmu terdapat alat penyelar yang dengannya
kamu akan mengecap musuh-musuhmu. Seseorang berkata kepada Abu Abdillah
r.a.: Orang-orang bertanya: "Binatang ini dapat mengajak bicara mereka?"Abu
Abdillah menjawab: "Allah yang berbicara dengan mereka dalam api neraka
Jahanam. Sesungguhnya Dia-lah yang berbicara dengan mereka dari Al-
Kalam."42)

Di antaranya apa yang diriwayatkan oleh perawiperawi mereka yang


dipercaya oleh Ali r.a., bahwa ia (Ali) berkata: "Ada enam hal yang diberikan
padaku, yaitu ilmu tentang ajal manusia, berbagai cobaan, wasiat-wasiat,
pembicaraan yang tegas yang membedakan antara yang hak dan yang batil dan
aku adalah orang yang hidup kembali berulang-ulang ke dunia, aku adalah orang
yang mempunyai berbagai kekuatan, aku adalah prang yang memiliki tongkat
dan alat penyelar dan aku adalah binatang yang akan keluar dari perut bumi yang
akan mengajak bicara manusial43).

Ali bin Ibrahim bin Hasyim meriwayatkan dalam tafsirnya dari Abi
Abdillah, is berkata: "Seseorang telah berkata kepada Ammar bin Yasir: "Hai
Abql Yaqdhan, suatu ayat dalam Kitabullah telah meresahkan hatiku.." Ammar
berkata: "Ayat yang mana? Orang itu menjawab: "Dan apabila perkataan telah
jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari perut bumi yang
akan menyatakan pada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak
yakin terhadap ayat-ayat Kami (An-Naml: 82). Apakah yang dimaksud dengan
binatang yang akan keluar dari perut bumi tersebut ?" Ammar menjawab: "Demi
Allah, aku tidak akan duduk atau makan dan minum, hingga kutunjukkan siapa-
kah yang dimaksud dengan itu! Laiu, Ammar pergi bersama orang tersebut ke

14
tempatAmirul Mukminin (Ali) r.a., yang saat itu seoang rhakan korma clan
mentega. Ali r.a. mempersilahkan Ammar yang kemudian duduk dan makan
bersamanya. Betapa heran orang tersebut melihat Ammar. Ketika Ammar sudah
berdiri, ia berkata: Subhanallah! Bukankah engkau telah bersumpah, tidak akan
makan dan minum, hingga kau tunjukkan padaku siapakah binatang tersebut?!"
Ammar menjawab: "Sebenarnya telah kutunjukkan padamu, jika saja engkau
mau sedikit berpikir 44)

7. Kaum Sabaiah berkata: "Mereka sebenarnya tidak mati, melainkan


terbang setelah kematian mereka dan mereka dinamakan ath-Toyyarah (yang
berterbangan). Ibnu Thahir Al Maqdisi berkata: "Sesungguhnya golongan
Sabaiah dinamakan Thoyyarah. Mereka menganggap diri mereka tidak mati, dan
kematian mereka tidak lain adalah terbangnya diri mereka dalam gelapnya
malam 45). Nama ini dipergunakan oleh para Imam jarh wat ta'dil di kalangan
Syi'ah untuk - "menetapkan" - kejelekan para rawi.

Berkata Ath-Thusi salah seorang Imam yang terpercaya di kalangan Syi'ah dalam
biografi Nashr bin Shabah yang dijuluki dengan Abul Qasim dari Balakh (Balakh
adalah kota di Afghanistan), ia bertemu dengan banyak ulama dan guru-guru
pada masanya. la juga meriwayatkan tentang mereka, namun dirinya sendiri
dikatakan: Ia termasuk Thoyyarah yang ekstrim 46).

Al-Mamaqani menggolongkan Nashr bin Shabah sebagai Imam-imam yang


mengarang tentang "Pengetahuan Tokoh-tokoh" kaum Syi'ah. Dalam kitab
Ta'liqah, Al-Mamaqani ' berkata: "Siapa yang menyelidiki keadaan tokoh-tokoh
tersebut, maka akan tampak olehnya bahwa para guru banyak menukil darinya
dengan penuh keyakinan, hingga batas maksimal. AI-Mamaqani mengatakan,
bahwa Nashr memiliki kitab ma'rifatun naqilin dan kitab firaqusy Syi'ah 47)

8. Satu kaum dari golongan Sabaiah, telah berbicara tentang perpindahan


ruhul qudus dalam diri para imam. Mereka menamakannya 'reinkarnasi'. Ibnu
Thahir Al-Maqdisi berkata: "Ada satu kaum di antara kaum Thoyyarah (golongan
Sabaiah) yang beranggapan, bahwa ruhul qudus terdapat dalam diri Nabi,
sebagaimana sebelumnya terdapat dalam diri Isa yang kemudian berpindah ke
dalam diri Ali, lalu Hasan, Husain, demikian pula berpindah ke dalam diri para
imam. Umumnya, mereka mengakui adanya reinkarnasi dan raj'ah48).

Kemungkinan, kitab Ar-Roddu'ala ashabit Tanasukh karya Hasan bin Musa An-
Nubakhti, ditulis oleh An-Nubakhti untuk menyanggah mereka49). (An-Nubakhti
menentang pendapat tentang adanya reinkarnasi, itulah sebabnya dia menulis
kitab sebagai sanggahan atas mereka/penterjemah).

9. Kaum Sabaiah berkata: Kami mendapat petunjuk melalui wahyu, namun


banyak orang yang tersesat melalui isinya dan kami mendapat petunjuk berupa
ilmu, namun tersembunyi bagi mereka.

10. Mereka berkata: Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam,


telah menyembunyikan 9/10 dari wahyu. Ocehan-ocehan nonsen semacam itu
telah disanggah oleh salah seorang Imam ahlul bait, yaitu Al-Hasan bin
Muhammad Ibnul Hanafiah dalam risalahnya Al-Irja dan yang meriwayatkannya
adalah orang-orang yang terpercaya di kalangan Syi’ah, di mana ia berkata: "Di

15
antara ocehan kaum Sabaiah: Kami diberi petunjuk melalui wahyu, namun
banyak yang tersesat melalui isinya dan kami mendapat petunjuk berupa ilmu
namun tersembunyi bagi mereka, dan mereka beranggapan bahwa Rasulullah
menyembunyikan wahyu (9/10). Jika benar Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa
Sallam menyembunyikan sesuatu dari apa yang telah diturunkan Allah atasnya,
niscaya be)iau menyembunyikan kisah istri Zaid (yang dimaksud adalah Zainab
yang ketika bercerai dari Zaid, lalu dipersunting oleh Rasulullah Sallallahu
’Alaihi wa Sallam. (penterjemah) dan Firman Allah: "Engkau mencari keridhaan
istri-istrimu..." (AtTahrim: 5)* Lihat: Syarhu ibnu Abil Hadid jilid II/309,
cetakan: Al Maimanah 1326 H.)
-------
* Anggapan kaum Sabaiah: "Bahwa mereka mendapat petunjuk melalui wahyu, namun orang
lain tersesat melalui isinya" adalah hal yang aneh, karena bagaimana mungkin dengan wahyu
bisa tersesat. Yang lebih keji lagi adalah anggapan mereka, bahwa Rasulullah Sallallahu ’Alaihi
wa Sallam menyembunyikan 9,/10 dari wahyu Allah yang harus disebarkan. Dengan kata lain,
Rasulullah telah berkhiakat!
Mungkinkah ini terjadi?

Al-Hafidh Al-Jauzajani (259 H.) berkata tentang Ibnu Saba': la


beranggapan, bahwa Al-Qur'an (yang ada sekarang) hanya 1 juz dari 9 juz dan
ilmunya ada pada Ali, maka Ali melarangnya setelah menginginkannya 50)

11. Mereka juga mengatakan: "Bahwa Ali ada di langit. Petir adalah
suaranya, kilat adalah cemetinya. Siapa di antara mereka yang mendengar suara
petir, maka akan mengatakan: "Alaikassalam, ya Amirul Mukminin! (salam
sejahtera bagimu, hai amlrul mukminin)."

Abu Ishaq bin Suwaid Al-'Adawi telah menyinggung ideologi mereka


dalam qasidahnya, di mana di dalamnya ia menentang kaum Khawarij, Rawafidh
dan Qadariah. Di antaranya adalah:

Aku menentang kaum Khawarij


Dan aku bukan berasal dari mereka
Aku menentang Ghuzzal dan Ibnu Bab

Aku pun menentang kaum, yang apabila menyebut-nyebut


nama Ali
maka mereka memberi salam pada awan 51)

Asy-Syaikh Muhyiddin Abdul Hamid, telah berkomentar tentang ideologi


semacam ini, yaitu:

"Hingga kini saya masih sering melihat anak-anak kecil di Kairo berlarian
ketika hujan deras, sambil berteriak: "Wahai berkah Ali, melimpahlah." 52)
Namun, hal itu tidak terbatas hanya pada anak-anak kecil saja, juga sebagian
orang yang tentang mereka telah dikatakan Allah pada akhir surat Asy-Syu'ara:
Dan ahli-ahli syair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat "Al-alawiyah" yang
berjumlah lebih dari 400 bait dan pernah dibacakannya di Universitas Mesir,
pada tahun 1919 M.

16
Sungguh mengherankan, siapakah penunggang onta malam itu.
Dengan onta itu, engkau menembus padang belantara dan
bebukitan.
Dan apakah gumpalan-gumpalan asap itu jika ia dilepaskan api
menyala-nyala.
Berilah aku sayap, agar aku dapat terbang ke awan menemui
sang Imam.

Dan banyak lagi kata-kata dan ide-ide sesat.

Sikap Amirul Mukiminin Ali bin Abi Thalib r.a. dan Ahlul Baitnya:

Ali r.a. berkata: "Akan binasa sehubungan dengan diriku dua. golongan
manusia: Pecinta yang berlebihan, hingga kecintaannya menyebabkannya
menyimpang dari yang haq dan pernbenci yang ceroboh, hingga kebenciannya
membuatnya menyimpang dari kebenaran. Maka, sebaik-baik keadaan manusia
dalam kaitannya dengan diriku adalah yang di tengah. Ikutilah yang di tengah
dan ikutilah kelompok terbesar, karena sesungguhnya pertolongan Allah beserta
jamaah." 53)

Demikianlah, kehendak Allah atas manusia sehubungan dengan Ali


terbagi menjadi tiga bagian:

Yang pertama: Pembenci yang ceroboh, mereka inilah yang mencelanya,


bahkan sebagian dari mereka terlalu ekstrim, hingga mengkafirkannya, seperti
kaum Khawarij.

Yang kedua: Pecinta yang berlebihan, dan kecintaannya tersebut


membuatnya melewati batas, hingga menjadikannya Nabi bahkan kesesatan
mereka kian meluap, hingga mempertuhankannya.

Sedang yang ketiga: adalah ketompok terbesar, mereka inilah ahlus


sunnah wal jamaah dari mulai kaum terdahulu yang saleh, hingga masa kita
dewasa ini. Mereka inilah yang mencintai Ali dan keluarganya dengan cinta yang
benar menurut syara'. Mereka mencintai Ali dan keluarganya adalah karena
kedudukan mereka di sisi Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam

Terhadap kelompok pertama, beliau memerangi mereka, setelah


sebelumnya adu argumentasi dengan mereka.

Kisah-kisah tentang Ali dengan kelompok pertama tersebut, telah banyak


disebutkan dalam kitab-kitab sejarah, sebagaimana yang telah kita ketahui. Kini,
kita ingin mengetahui sikap Ali dan keluarganya tehadap Ibnu Saba' dan para
pengikutnya:

Ketika Ibnu Saba' menyatakan keislamannya dan mulai menampakkan


sikap amar ma'ruf nahi mungkar serta berhasil menarik simpati banyak orang,
maka ia mulai mendekatkan diri dan menunjukkan kecintaannya kepada Ali.
Setelah kedudukannya cukup konstan, ia mulai berdusta dan menciptakan
kebohongan atas diri Ali. Salah seorang tokoh besar dari golongan Tabiin, yang
wafat pada tahun 103 H., yaitu Asy-Sya'bi berkata:

17
"Yang pertama kali melahirkan kebohongan adalah Abdullah bin Saba'.
Dia telah berdusta atas Allah dan Rasul-Nya." Ali berkata: "Ada urusan apa aku
dengan si jahat berkulit hitam itu (yang dimaksud adalah Ibnu Saba'), ia telah
mencaci Abu Bakar dan Umar." 54)

lbnu Asakir meriwayatkan, bahwa ketika kabar tentang caci maki yang
dilontarkan Ibnu Saba' pada Abu bakar dan Umar sampai kepada Ali bin Abi
Thalib, maka beliau memanggilnya. Beliau menghunus pedang hendak
membunuhnya, maka orang-orang meminta pertolongan kepadanya. Kemudian
Ali berkata: "Demi Allah, dia tidak boleh tinggal di negeri yang sama denganku.
Asingkanlah dia ke Madain."55)

Berkata Ibnu Asakir: Ash-Shodiq-Abu Abdillah Ja'far bin Muhammad Ash-


Shodiq, lahir di Madinah Munawarah pada tahun 83 H. dan meninggal di kota
yang sama pada 148 H. Beliau Imam ke VI yang ma'sum di kalangan Syi'ah,
meriwayatkan dari ayah-ayahnya yang suci meriwayatkan dari Jabir, ia berkata:
"Ketika Ali telah dibai'at, ia berkhotbah di hadapan masa, maka Abdullah bin
Saba' bangkit lalu menghampirinya sambil berkata kepadanya: Engkau adalah
binatang melata yang akan keluar dari perut bumi.

Ali berkata kepadanya: "Bertaqwalah kepada Allah!"

Abdullah balik berkata: "Engkaulah Sang Raja." Sekali lagi Ali berkata:
"Bertaqwalah kepada Allah!" Namun Abdullah malah menjawab: "Engkaulah
yang menciptakan makhluk dan membagi-bagi rizki." Lalu, Ali menginstruksikan
agar ia segera dibunuh, maka kaum Rafidhah sepakat menentang Ali dengan
berkata: "Biarkan dia! Asingkan saja ke pinggiran Madain. Karena jika engkau
membunuhnya di kota ini (Kufah) kawan-kawan beserta pengikut-nya tentu akan
menentang kita." Maka, beliau mengasingkannya ke pinggiran Madain. Di sana
terdapat Qaramithah dan Rafidhah. Setelah itu, berkat upaya Ibnu Saba', maka
kota Madain menjadi sentra pertemuan mereka." Jabir berkata: "Lalu, datang
kepada Ali 11 orang dari kaum Sabaiah. Beliau berkata: "Kembalilah kamu (Ali
minta agar mereka menarik kembali kata-kata mereka yang mengandung syirik
(penterjemah) - aku adalah Ali. Ayah dan ibuku sudah dikenal. Aku adalah putra
paman Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam."

Mereka berkata: "Kami tidak akan kembali, tinggalkan yang memanggilmu." Lalu
Ali membakar mereka. Kuburan mereka yang berjumlah 11 di padang pasir
demikian terkenal. Sisa dari mereka mengatakan bahwa Ali adalah Tuhan.
Mereka berpegang pada ucapan Ibnu Abbas: "Tidaklah diperbolehkan menyiksa
dengan api, kecuali Penciptanya (Allah). " 56)

Inilah sikap Imam Ali r.a. terhadap Ibnu Saba' dan pengikutnya. la
mengasingkannya ke Madain dan membakar sejumlah pengikutnya. Ada pun
yang belum puas dengan riwayat-riwayat tadi, di mana sebagian di antaranya
diriwayatkan oleh imam yang ma'sum di kalangan mereka, serta bagi mereka
yang menolaknya kecuali disebabkan oleh sikap menentang, maka kisah
pembakaran orang-orang tersebut akan kami ketengahkan dari riwayat-riwayat
yang otentik, di kalangan ahli Sunnah dan Syi'ah.

18
Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya (dalam kitabul jihad, bab: tidak
menyiksa dengan siksaan Allah) dengan sanadnya sampai pada Ikrimah, bahwa
Ali r.a. telah membakar satu kaum. Hal itu sampai kepada Ibnu Abbas, lalu ia
berkata: "Jika aku jadi Ali, tentu aku tidak akan membakar mereka, karena Nabi
Sallallahu ’Alaihi wa Sallam telah bersabda: "Jangan menyiksa dengan siksaan
Allah." Tetapi akan aku bunuh mereka, sesuai dengan sabda Nabi Sallallahu
’Alaihi wa Sallam: "Bunuhlah orang yang mengganti agamanya."

Bukhari meriwayatkan (dalam Shahihnya dalam kitab Istitabah bagi


orang-orang murtad dan yang menentang serta memerangi mereka) kepada Ikri-
mah dengan sanadnya seperti di atas, ia berkata: "Ketika dibawa orang-orang
zindiq kepada Ali, maka beliau membakar mereka."57)

Diriwayatkan juga oleh Abu Daud dalam kitab Sunannya (Kitabul Hudud,
bab: hukum orang yang murtad) hadits pertama dengan sanadnya pada Ikrimah
dengan lafadh yang lain, pada akhirnya: hal itu sampai kepada Ali, ia berkata:
"Amboi, Ibnu Abbas." An-Nasai juga meriwayatkan seperti itu dalam Sunannya
58).

Tirmidzi juga meriwayatkan dalam Al-Jami' (Kitab Hudud, bab yang


berkaitan dengan murtad) dan pada akhirnya: hal itu sampai pada Ali, lalu ia
berkata: "Benar, Ibnu Abbas." Abu Isa berkata: "Hadist ini shahih hasan, ahli
ilmu mengamalkan hadits ini untuk masalah murtad. " 59)

Thabrani meriwayatkan dalam AI-mu'jamul ausath dari jalan Suwaid bin


Ghuflah (telah sampai kabar kepada Ali, bahwa satu kaum telah keluar dari
agama Islam, maka beliau mengirim utusan kepada mereka dan memberi makan
mereka, kemudian menghimbau mereka untuk kembali di bawah naungan Islam.
Namun, mereka menolak. Hingga Ali menggali lubang, lalu memenggal leher
mereka dan melemparkannya dalam lubang tersebut. Kemudian mereka
ditimbuni dengan kayu lalu dibakar. Ali lalu berkata: "Maha Benar Allah dan
Rasul-nya .60)

Pada bagian ke III dari hadits Abi Thohir Al-Mukhlis dari jalan Abdullah bin
Syuraih AI-'Amiri dari ayahnya, ia berkata: "Dikabarkan kepada Ali, bahwa satu
kaum berdiri di pintu masjid mendakwakan bahwa Ali adalah Tuhan mereka.
Lalu, Ali memanggil merekad dan berkata padanya: "Celaka engkau! Apa yang
kau katakan ?" Mereka berkata: "Engkau Tuhan kami, Pencipta kami dan
Pemberi rizki kami."

Ali berkata: "Celaka kamu. Aku hanyalah seorang hamba, sebagaimana kamu,
aku makan dan minum, sebagaimana kamu. Jika aku patuh kepada Allah, maka
la memberiku pahala jika la berkehendak, dan jika aku bermaksiat pada-Nya, aku
takut la menyiksaku. Oleh karena itu bertaqwalah kepada Allah dan kembalilah.
Namun, mereka menolak. Keesokan harinya mereka datang lagi menemui Ali,
maka Qunbur datang sambil berkata: "Demi Allah, mereka kembali mengulang
ucapan mereka."

Ali berkata: "Bawalah mereka kemari." Lalu, kembali mereka mengulang


ucapannya. Ketika sampai yang ketiga kalinya, maka Ali berkata: "Jika kamu
tetap mengatakan hal itu, maka aku akan membunuhmu dengan cara terjelek."

19
Tetapi mereka tetap menolak untuk kembali, hingga Ali kemudian menyeru pada
Qunbur: "Hai Qunbur, bawalah para pekerja dengan menyertakan cangkul
mereka. Maka ia menggali lubang-lubang di antara pintu masjid dan istana.
Beliau berkata: Galilah lubang! Maka, mereka memperdalam galiannya. Ali
segera membawa kayu bakar dan menyulutnya, lalu dimasukkannya ke dalam
lubang-lubang itu sambil berkata: Aku akan memasukanmu ke dalamnya atau
kalian kembali (kepada kebenaran). Tetapi, mereka tetap menolak untuk
kembali. Maka, beliau melemparkannya ke dalam lubang yang berapi itu. Hingga
ketika mereka telah terbakar, Ali berpantun:

"Jika aku melihat suatu kemungkaran maka,


kunyalakan apiku dan kupanggil qunbur."

Ibnu Hajar berkata: "Sanad riwayat ini Hasan."61)

Sebagai tambahan dari riwayat-riwayat ini, Al-Kulaini (kedudukannya di


kalangan Syi'ah sejajar dengan Bukhari di kalangan ahli Sunnah) meriwayatkan
dalam kitabnya AI-Kafi dalam Kitabul Hudud bab murtad dengan sanadnya dari
2 jalan dari Abi Abdillah, ia berkata: "Satu kaum mendatangi amirul mukminin
r.a, mereka berkata: Salam sejahtera atasmu, wahai Tuhan kami! Maka, beliau
meminta agar mereka bertobat. Tetapi mereka enggan bertobat. Beliau kemudian
menggali lubang dan menyalahkan api di dalamnya, lalu menggali lubang lagi di
sisi lubang pertama dan mengosongkan antara kedua lubang tersebut. Setelah
mereka tetap tidak mau bertobat, beliau melemparkannya ke dalam lubang dan
menyalakan api di lubang satunya, Hngga mereka mati." 62)

Orang yang sangat terpercaya di kalangan Shi'ah, Al-Mamaqani, telah


menukil beberapa nash tentang celaan terhadap kaum Ghulat di antara mereka
adalah kaum Sabaiah. Diriwayatkan oleh Muhammad bin Hasan dan Utsman bin
Hamid, keduanya berkata: "Telah diceritakan kepada kami oleh Muhammad bin
Yazdad dari Muhammad bin Husain dari Musa bin Basyar dari Abdullah bin
Syuraih dari ayahnya, ia berkata: Ketika Ali sedang bersama istrinya, tiba-tiba
Qunbur datang kepadanya sambil berkata: Telah datang 10 orang di depan pintu
yang menganggap engkau sebagai Tuhan mereka. Maka, Ali berkata: Bawalah
mereka kemari! Setelah mereka masuk Ali menanyai mereka: Apa yang kalian
katakan? Mereka menjawab: Engkau Tuhan kami, Pencipta kami dan Pemberi
rizki kami. Ali berkata pada mereka: Celaka kamu, jangan lakukan itu! Aku
hanyalah manusia biasa yang tidak berbeda dengan kamu. Tetapi mereka tetap
menolak. Hingga Ali berkata: Celaka kamu! Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.
Celaka kamu bertobatlah! Kembalilah!

Mereka menjawab: Kami tidak akan menarik kembali kata-kata kami.


Engkau Tuhan kami, Pencipta kami dan Pemberi rizki kami. Kemudian Ali
berkata: Hai Qunbur! Bawalah para pekerja padaku. Maka, Qunbur ke luar clan
kembali membawa 10 orang pekerja beserta cangkul mereka, kemudian ia
perintahkan mereka untuk menggali lubang. Setelah selesai, dimasukkanlah kayu
yang telah dinyalakan ke dalamnya, hingga membara. Kemudian Ali berkata
pada mereka: Bertobatlah! Mereka menjawab: Kami tidak akan kembali! Maka
Ali melempar sebagian dari mereka, kemudian melempar sisanya ke dalam api.
Kemudian Ali berpantun:

20
Jika aku melihat suatu kemungkaran Maka, kunyalakan apiku
dan kupanggil Qunbur." 63)

Tampaknya, Ali kembali mengulang hukumannya kepada selain mereka.


Yaitu, kepada Zith (penyembah berhala). An-Nasai telah meriwayatkan dalam
Sunannya (Al-Mujtaba) dari Anas: "Telah dibawakan kepada Ali sejumlah orang
dari Zith, maka Ali membakar mereka." Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw.
bersabda: "Barang siapa mengganti agamanya, bunuhlah dia! " 64)

Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari jalan Qatadah (Telah dihadapkan


kepada Ali sejumlah orang dari Zith, kemudian beiiau membakarnya). Al-Hafidh
ibnu Hajar memvonis hadits ini dengan Inqitho' (Inqitho' berasal dari inqathaa-
yanqathiu-inqithaan fahuwamunqathiun, yang dimaksud dengan hadits
munqathi' adalah hadits yang gugur dari sanad seorang rawi, dengan ketentuan:
yang gugur itu bukan seorang sahabat/penterjemah). Kemudian ia berkata: Jika
hadits itu memang benar, maka ditujukan untuk kisah yang lain. Ibnu Abi
Syaibah juga telah meriwayatkan dari jalan Ayyub dari Nu'man, bahwa ia
berkata: "Aku melihat Ali di Rahbah, kemudian datang kepadanya seseorang, ia
berkata: Di sini ada satu keluarga, mereka menyembah berhala, yang mereka
letakkan di satu rumah. Ali segera bangun dan berjalan menuju rumah yang
dimaksud. Kemudian mereka semua dikeluarkan dan rumahnya dibakar oleh
Ali."65)

Al-Kasyi meriwayatkan dalam kitabnya Ma'rifatu Akhbarir Rijal


setelah.menyebutkan biografi Abdullah bin Saba' dengan judul "70 orang dari
kaum Zith yang mendakwakan ketuhanan dalam diri amirul mukminin r.a."
dengan sanadnya sampai pada Abu Ja'far, ia berkata: "Setelah selesai memerangi
ahli Basra, Ali r.a. didatangi 70 orang dari kaum Zith. Mereka memberi salam
kepadanya dan mengajak bicara dengan bahasa mereka dan Ali menjawab
dengan bahasa mereka pula. Kemudian Ali berkata pada mereka: Aku tidak
seperti yang kamu katakan. Aku adalah hamba Allah, makhluk biasa. Namun,
mereka tetap menolak, bahkan berkata kepadanya: Engkau, Engkau adalah Dia.
Ali kemudian berkata: Jika kamu tidak menarik kembali ucapanmu tentang
diriku serta bertobat pada Allah, niscaya aku akan membunuhmu. Tetapi mereka
tidak mau bertobat. Maka, beliau menyuruh membuat sumur-sumur untuk
mereka. Kemudian sumur-sumur itu digali, di mana di antara satu dengan yang
lain diberi lubang, hingga saling berhubungan. Mereka segera dilempar ke
dalamnya dengan leher-leher mereka yang dipenggal. Kemudian disulutlah api
dalam sumur yang kosong dan asapnya masuk melalui lubang yang tersedia,
hingga mereka mati.

Dalam Biharul Anwar, sebagai nukilan dari Manaqib Ali Abi Thalib
disebutkan: Maka Ali r.a. menggali lubang-lubang untuk mereka serta
menyalakan api, sementara Qunbur memanggul mereka satu persatu, lalu
melemparkannya ke dalam api yang berkobar-kobar. Kemudian Ali berpantun:

Jika aku melihat suatu kemungkaran


kunyalakan api dan kupanggil Qunbur lalu,
kugali lubang demi lubang
dan Qunbur menyirnakan secara tuntas kemungkaran itu.

21
Kisah ini dikomentari oleh Ibnu Syahri Asyub dengan ucapannya:
Kemudian seseorang menghidupkan mereka itu. Nama orang tersebut adalah
Muhammad bin Nushair-An-Numairi. Ia menggap bahwa Allah tidak
menampakkan dirinya, kecuali pada masa ini dan sesungguhnya dia adalah Ali
sendiri. Golongan An-Nushairiah berafiliasi kepada Nusairi. Mereka itu adalah
golongan yang menganut paham kebebasan mutlak (anarkhi). Mereka
meninggalkan ibadah dan berbagai kewajiban syariat serta menghalalkan segala
yang dilarang dan diharamkan. Di antara ucapan mereka adalah: Kaum Yahudi
dalam kebenaran, tetapi kami bukan dari golongan mereka. Kaum Nasrani juga
berada dalam kebenaran, tetapi kami bukan dari golongan mereka. 66)

Pada saat kami masih berbicara tentang pembakaran pengikut Ibnu Saba'
dan kaum zindiq oleh Ali bin Abi Thalib, maka sangatlah tepat jika kami
ketengahkan juga suatu peristiwa lain yang disebutkan oleh Ibnu Abil Hadid
dalam Syarh Nahjul Balaghah. Ibnu Abil Hadid berkata: "Telah diriwayatkan
oleh Abul Abbas Ahmad bin Ubaid bin Ammar Ats-tsaqafi dari Muhammad bin
Sulaiman bin Hubaid Al-Mashishi yang lebih dikenal dengan sebutan Nuwain, ia
meriwayatkan juga dari Ali bin Muhammad An-Naufali dari guru-gurunya:
Bahwa Ali r.a. telah lewat di mana ada satu kaum yang sedang makan di siang
hari pada bulan Ramadhan. Beliau kemudian bertanya: Sedang musafirkah kamu
atau sedang sakit?

Mereka menjawab: Tidak, kami bukan musafir dan tidak dalam keadaan sakit.
Apakah kamu ahli dzimmah•) hingga tanggungan dan upeti dapatmenjagamu*),
tanya Ali selanjutnya. .Mereka menjawab: Tidak!
-------
•) Ahli dzimmah adalah orang-orang non-Muslim yang tetap pada paganisma dan hidup di
negara Islam: Sebagai imbalan atas keamanan yang mereka dapatkan dari pemerintahan
negara Islam, maka mereka diwajibkan membayar upeti.

* Yang dimaksud: seandainya Anda adalah salah seorang ahli dzimmah yang ntembayar upeti,
Maka Anda bebas melakukan ritus-ritus sesuai dengan tatacara Anda sendiri, tanpa ada
yang mengganggu, karena Anda telah membayar upeti (penterjemah).

Jika demikian, apa alasan kalian makan-makan pada siang hari di bulan
Ramadhan ini? tanya Ali. Mereka segera bangkit menghampiri beliau, kemudian
berkata: Engkau adalah Engkau! Dengan ucapan itu mereka menunjuk adanya
unsur ketuhanan dalam diri Ali. Maka, beliau r.a. segera turun dari kudanya, lalu
menempelkan pipinya ke tanah sambil berkata: Celaka kamu, aku hanyalah
seorang hamba di antara hamba-hamba Allah. Bertaqwalah kepada Allah dan
kembalilah ke pangkuan Islam! Namun mereka menolak. Beliau mengajak
mereka berulang-ulang untuk kembali dan bertobat, tetapi mereka tetap
berpegang pada kekafiran mereka. Maka, Ali bangkit menghadap mereka sambil
berkata: Ikatlah mereka erat-erat! Bawalah para pekerja, api dan kayu kepadaku!
Kemudian Ali menyuruh menggali 2 sumur. Lalu digalilah dua sumur, yang satu
tertutup dan lainnya terbuka, di mana di antara keduanya dibuat lubang yang
dapat menghubungkan satu dengan lainnya. Kemudian dimasukkanlah kayu
tersebut dalam sumur yang tertutup, lalu disulut dengan api hingga asapnya
mengepul menutupi mereka. Sekali lagi beliau meminta mereka agar kembali ke
pangkuan Islam. Namun, mereka tetap pada pendirian. Hingga kayu bakar
dilemparkan kepada mereka sampai terbakar. Maka, berpantunlah seorang
penyair:

22
Biarlah laut membawaku ke mana ia kehendaki
jika memang engkau tidak akan melemparkanku dalam kedua
lubang ini
Jika kayu bakar telah disulut dengan api
hal itu berarti kematian seketika tak perlu ditunda

Ali belum meninggalkan tempat itu, tetapi mereka telah berubah menjadi hitam
legam."67)

Inilah riwayat-riwayat yang berhasil kami dapatkan dalam hadits-hadits


shahih clan hasan serta dalam kisah-kisah sejarah, juga dari kitab-kitab Syi'ah
yang berkaitan dengan Ushul, Fiqh, Rijal serta sejarah, yang menunjukkan secara
jelas, bahwa Ali benar-benar membakar kaum zindiq dan orang-orang yang
mempercayai adanya unsur ketuhanan dalam diri Ali. Di antaianya adalah
pengikut Ibnu Saba' yang terkutuk. Ada pun dia - Ibnu Saba' sebagaimana
disebutkan dalam berbagai riwayat ahli Sunnah maupun Syi'ah, maka Ali hanya
mengasingkannya ke Madain, setelah kaum Rafidhah memintakan pertolongan
untuknya.

An-Nubakhti berkata dalam kitabnya Asy-Syi’ah dalam bab biografi Ibnu


Saba': Dia adalah orang yang mencaci Abu Bakar dan Umar, Utsman serta para
sahabat dan berlepas diri dari mereka. la juga mengatakan, bahwa Ali yang
memerintahkan dia berbuat demikian. Kemudian Ali menangkapnya dan
menanyakan tentang ucapannya. Ibnu Saba' mengakuinya. Maka, Ali
memerintahkan agar ia dibunuh, namun orang-orang memprotesnya: Hai
Amirul Mukminin, apakah engkau akan membunuh seseorang yang menyeru
pada kecintaan kalian, ahlul bait, dan loyalitasnya kepada Anda serta menentang
musuh-musuh Anda? Lalu, Ali mengasingkannya ke Madain."68)

Ibnu Saba' Mengajak Orang-orang di Madain ke Dalam Da'wahnya

Setelah pengasingan dirinya, Abdullah bin Saba' seakan mendapat lahan


yang subur untuk menyemai ide-ide sesatnya. Setelah ia lolos dari hunusan
pedang Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, mulailah ia mengorganisir para
pengikutnya dan menyebarkan ide-idenya di kalangan pasukan Ali yang selalu
siaga di Madain. Ketika sampai kepada mereka kabar wafatnya Ali r.a, ia beserta
kawan-kawannya mendustakan kabar tersebut. Sebagaimana diriwayatkan oleh
Khatib Bhagdadi dengan sanadnya sampai pada Zahr bin Qais al-Ja'fi, di mana
Ali berkata tentangnya: Siapa yang ingin melihat syahid yang hidup, hendaklah ia
melihat orang ini. Zahr berkata: Ali telah mengutusku menemui 400 orang
penduduk Irak dan memerintahkan kami agar turun di Madain dalam keadaan
yang selalu siaga. la berkata: Demi Allah, kami sedang duduk di suatu tempat,
ketika matahari telah terbenam. Tiba-tiba datang seseorang mendekati kami
dengan peluh bercucuran. Kami segera menanyainya:

"Dari mana anda datang?"


"Dari Kufah," jawab orang itu.
"Kapan anda ke luar?"
"Hari ini juga."
"Ada kabar apa?", tanya kami lagi.

23
"Ketika Amirul Mukminin ke luar untuk shalat Fajar, tiba-tiba datang Ibnu
Burjah dan Ibnu Muljam menyerangnya. Kemudian salah seorang dari mereka
memukulnya dengan keras, setelah itu mereka pergi." Maka, Abdullah bin Wahb
yang Sabaisme berkata dengan kedua tangannya ditengadahkan ke langit:
"Allahu Akbar! Allahu Akbar!" la berkata: Aku bertanya kepadanya, sedang apa
kamu sekarang? la berkata: "Seandainya ia mengabarkan pada kami, bahwa
otaknya telah keluar, aku tahu pasti bahwa Amirul Mukminin tidak akan mati,
hingga ia menggiring orang-orang Arab dengan tongkatnya." Dalam riwayat
Jahidh dalam kitab Al-Bayan wat Tabyin: "Andaikata kamu bawa otaknya dalam
100 pundi-pundi, maka tetap percaya bahwa dia tidak mati, hingga ia
menggiringmu dengan tongkatnya."69)

Kita kembali kepada riwayat Al-Khatib: "Berkata Zahr, Demi Allah kami
tidak tinggal kecuali malam itu, hingga datang surat Hasan bin Ali: Dari Abdullah
Hasan Amirul Mukminin, untuk Zahr bin Qais, amma ba'du: Lakukan bai'at atas
orang sebelum kamu. la berkata: Maka kami berkata: Di mana yang kau katakan
itu? la berkata: Menurut pendapatku, ia tidak mati."70)

Hasan bin Musa An-Nubakhti berkata: Ketika kabar tentang wafatnya Ali
sampai kepada Abdullah bin Saba' di Madain, ia segera berkata kepada pembawa
kabar tersebut: "Engkau berdusta! Seandainya engkau bawa otaknya dalam 70
bungkus kepada kami dan engkau bawa 70 orang saksi guna mengkonfirmasikan
kabar tersebut, kami tetap pada keyakinan kami, bahwa ia tidak mati, hingga
pada suatu saat ia akan menguasai bumi. "71)

Kisah Abdul Jabbar Al-Hamadani Mengenai*Sikap Ibnu Saba':

Abdul Jabbar Al-Hamadani yang bermadzhab Mu'tazilah (wafat pada


tahun 415 H.) berkata sehubungan dengan pembicaraannya mengenai sikap
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib terhadap Ibnu Saba' dan kaum Sabaiah:
"Amirul Mukminin minta agar mereka bertobat, namun mereka menolak, hingga
beliau membakarnya. Jumlah mereka saat itu relatif kecil, sementara Abdullah
bin Saba' diasingkan dari Kufah ke Madain. Ketika Amirul Mukminin terbunuh,
dikatakan kepada Ibnu Saba', bahwa Ali telah meninggal dan dimakamkan, apa
yang pernah kau katakan dari kembalinya ke Syam? Ibnu Saba' berkata: Aku
dengar Ali berkata: "Aku tidak akan mati, sampai aku menendang dengan kakiku
ini dari Kufah, maka aku keluarkan darinya: keselamatan, dan aku akan kembali
ke Damaskus serta merobohkan masjidnya batu demi batu dan akan kukerjakan
hal-hal lainnya. Maka, andaikata kamu datang dengan membawa otaknya yang
telah hancur, kami tetap tidak akan percaya bahwa dia telah mati. Betapa
terkejut Ibnu Saba', ketika aibnya terbuka, hingga ia mendakwakan hal-hal yang
sama sekali tidak pernah diucapkan oleh Amirul Mukminin. Orang-orang Syi'ah
semua mengatakan: Bahwa Amirul Mukminin, merestui kata-kata lbnu Saba' dan
orang-orang yang dibakarnya. Motivasi pembakaran yang dilakukan oleh Ali
terhadap orang-orang tersebut, karena mereka membuka rahasia (yang
dimaksud rahasia di sini adalah bahwa Ali sepakat atas ucapan dan dakwaan
Ibnu Saba' bahwa Ali tidak akan mati dan hal-hal lain seperti yang telah
disebutkan. Hanya saja Ali ingin agar hal itu tidak disiarkan. Hingga ketika
mereka mengutarakannya secara jelas, maka Ali membakarnya. Logika mana
yang dapat menerima pendapat yang demikian kerdilnya/penterjemah).
Kemudian beliau menghidupkan mereka kembali setelah membakarnya. Mereka

24
berkata: Jika memang tidak demikian, coba jelaskan kepada kami, mengapa
Abdullah bin Saba' tidak dibakar?

Kami menjawab: "Karena Abdullah bin Saba' tidak memberikan pengakuan di


hadapannya, sebagaimana yang diakui oleh orang-orang tersebut. la hanya
menuduhnya, maka ia mengasingkannya. Seandainya Ali membakarnya, tentu
hal itu tidak akan membawa manfaat bagi kalian, karena kalian akan berdalih:
Beliau membakarnya karena ia membuka rahasia."72)

Sikap Pengikut Ibnu Saba', Ketika Mendengar Terbunuhnya Amirul


Mukminin Ali bin Abi Thalib

Para pengikut Ibnu Saba' masih belum merasa puas dengan hanya
mendustakan kabar itu, tetapi mereka pergi ke Kufah dengan menyiarkan
kesesatan-kesesatan guru dan pemimpin mereka, Ibnu Saba'.

Sa'd bin Abdullah Al-Qummi, penulis kitab Al-Maqalat wal Firaq dan
orang yang sangat terpercaya di kalangan Syi'ah telah meriwayatkan: Kaum
Sabaiah telah berkata pada mmbawa kabar tentang wafatnya Ali: "Engkau
berdusta, wahai musuh Allah. Seandainya.engkau datang dengan membawa
otaknya yang telah hancur serta membawa 70 orang saksi, kami tetap tidak akan
mempercayaimu. Kami yakin bahwa dia tidak mati dan tidak terbunuh. Dia tidak
akan mati sampai ia kelak menggiring orang-orang Arab dengan tongkatnya serta
menguasai bumi." Kemudian, selang beberapa. saat mereka pergi ke rumah Ali.
Mereka minta ijin untuk masuk dengan penuh keyakinan bahwa Ali masih hidup,
hingga mereka dapat memenuhi keinginan mereka untuk bertemu dengannya.
Orang-orang yang menyaksikan pembunuhan terhadap Ali, yaitu keluarga, para
sahabatnya serta putranya, mengatakan kepada para pendatang tersebut:
"Subhanallah! Tidak tahukah kalian, bahwa Amirul Mukminin telah mati
syahid?!"

Mereka menjawab: "Kami tahu pasti, bahwa ia tidak terbunuh dan tidak mati,
hingga kelak ia menggiring orang-orang Arab dengan pedang dan cemetinya,
sebagaimana ia pimpin mereka dengan hujjah dan bukti nyata yang ada padanya.
Sungguh, ia mendengar segala bisikan yang penuh rahasia dan mengetahui apa
yang ada di bawah selimut tebal. la demikian kemilau dalam kegelapan,
sebagaimana kemilaunya pedang yang tajam."73)

Di antara mereka itu ada yang bernama Rusyaid Al-Hajari yang


mengutarakan ideologinya secara tegas di hadapan Amir Asy-Sya'bi. Berkata
An1ir Asy-Sya'bi: "Suatu hari aku datang menemuinya, lalu ia berkata: aku keluar
sebagai haji, maka aku berkata: aku membuat janji dengan Amirul Mukrninin,
lalu aku mendekati pintu Ali r.a. kemudian aku berkata pada seseorang:
ijinkanlah aku menemui Amirul Mukminin! Orang tersebut berkata: Bukankah
Amirul Mukminin telah wafat? Aku jawab: la mati dalam pandanganmu, Demi
Allah, ia sekarang. sedang bernafas, sebagaimana layaknya orang hidup. Orang
itu berkata: Jika engkau memang tahu rahasia keluarga Muhammad, maka
masuklah. la berkata: Maka aku masuk menemui Amirul Mukminin, kemudian
beliau memberitahukan kepadaku hal-hal yang akan terjadi. Sya'bi berkata
padanya: Semoga Allah mengutukmu, jika engkau berdusta! Kabar itu sampai

25
kepada. Zaid, maka ia mengirim utusan kepada Rusyaid Al-Hajari, lalu
memotong lidahnya. dan menyalibnya di depan pintu rumah Amr bin Harits."74)

Kisah ini juga disebutkan oleh Adz-Dzahabi dalam Tadzkiratul Huffadh,


yaitu: Maka, aku berkata pada seseorang, ijinkan aku menemui penghulu para
Rasul. la sedang tidur, jawabnya. la mengira bahwa yang kumaksud adalah
Hasan, maka aku berkata padanya: yang kumaksud bukan Hasan, tetapi Amirul
Mukminin, Imam kaum muttaqin serta pemimpin kaum Mukminin. Ia bertanya:
Bukankah beliau telah wafat? Kemudian aku jawab: Demi Allah, ia sekarang
sedang bernafas, sebagaimana orang hidup dan mengetahui apa yang ada di balik
selimut tebal."74). Oleh karena itu, Amir Sya'bi pernah berkata: "Tak seorang
pun dari ummat ini yang dirinya didustakan, seperti apa yang didustakan atas
Ali,"75) (maksudnya: tidak ada kedustaan yang dinisbatkan kepada orang lain,
seperti halnya kepada Ali, dan orang-orang amoral itu telah mengarang
kebohongan, lalu dikatakan oleh mereka bahwa Alilah yang
mengatakannya/penterjemah).

Ibnu Hibban berkata tentang Rusyaid: "Bahwa 'ia percaya pada


raj'ah."76)Sementara Ath-Thusi menyebutkannya dalam kelompok sahabat Ali r.a.
dan menamakannya dengan Rusyaid Al-Hajari ArRayyasy bin Adi Ath-thai 77).
Rusyaid dianggap sebagai pintu-pintu para imam, dan ia sebagai pintu bagi
Husain bin Ali r.a.78)

Sikap Keluarga Nabi yang Mulia Terhadap Ibnu Saba'

Ahlul bait Nabi yang mulia menentang Abdullah bin Saba', sebagaimana
Ali bin Abi Thalib. Hingga mereka semua mendustakannya serta menentang
ucapannya yang busuk, dan kesesatannya.

Al-Kasyi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Quluwaih,


ia berkata: Telah diceritakan kepadaku oleh Sa'd bin Abdullah, ia berkata: Telah
diceritakan kepadaku oleh Ya'qub bin Yazid dan Muhammad bin Isa dari Ali bin
Mahziar dari Fudhalah bin Ayyub Al-Azdi dari Aban bin Utsman berkata: Aku
telah mendengar Abu Abdillah r.a. berkata: "Semoga Allah mengutuk Abdullah
bin Saba', ia telah mendakwakan adanya unsur ketuhanan dalam diri Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib. Sementara, Demi Allah, beliau adalah orang yang
sangat taat. Sungguh celaka orang yang berdusta atas nama kami dan
sesungguhnya satu kaum mengatakan tentang apa yang tidak pernah kami
katakan mengenai diri kami. Kami berlindung kepada Allah dari mereka."79)

Al-Kasyi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Quluwaih, ia


berkata: Telah diceritakan kepadaku oleh Sa'd bin Abdullah, ia berkata: telah
diceritakan kepada kami oleh Ya'qub bin Yazid dari Ibnu Abi Umair dan Ahmad
bin Muhammad bin lsa dari ayahnya dan Husain bin Sa'd dari Ibnu Abi Umair
dari Hisyam bin Salim dari Abi Hamzah Ats-Tsumali berkata, telah berkata Ali
bin Husain r.a. : "Semoga Allah mengutuk orang yang berdusta atas nama kami.
Suatu ketika aku teringat pada Abdullah bin Saba', tiba-tiba berdiri bulu roma di
sekujur tubuhku. la telah mendakwakan satu masalah besar yang sungguh tak
layak diucapkannya. Semoga Allah melaknatinya. Ali r.a. adalah hamba Allah
yang saleh, seukhuwah dengan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam. la tidak
mendapatkan kemuliaan dari Allah, melainkan dengan ketaatannya dengan Allah

26
dan Rasul-Nya, sebagaimana Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak
memperoleh kemuliaan, melainkan dengan taatnya kepada Allah.'“

Al-Kasyi juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Khalid


Ath-Thoyalisi dari Ibnu Abi Najran dari Abdullah bin Sinan, berkata: Telah
berkata Abu Abdillah r.a.: "Kami adalah satu keluarga yang senantiasa
melakukan kebenaran, namun kita tidak pernah terbebas dari issu seorang
pendusta yang berdusta atas nama kami. Maka, kebenaran yang selama ini kami
tegakkan menjadi luruh di mata manusia disebabkan dusta-dusta yang ia cipta
atas nama kami. Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah makhluk paling
benar dalam ucapannya dan paling benar di antara semua makhluk, namun
masih saja Musailamah mendustakannya. Begitu juga Amirul Mukminin Ali bin
Abi Thalib, beliau adalah sebenar-benar makhluk yang diciptakan Allah setelah
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan orang berdusta atas namanya dan
senantiasa berupaya untuk mendustakan kebenarannya serta mencipta
kebohongan atas nama Allah. Dialah Abdullah bin Saba', semoga Allah
melaknatinya."80)

Semua ini adalah riwayat Al-Kasyi yang berasal dari imam-imam Ahlul
bait. Sebagaimana telah kita ketahui, kitab Kasyi yang berjudul Ma'rifatun Na-
qiihin 'Ani aim Matish Shodiqin telah diteliti oleh Imam Syi'ah yang sangat
terpercaya di kalangan mereka, yaitu: Ath-Thusi yang mereka gelari dengan
Syaikhut-thaifah (wafat pada tahun 460 H.). la meneliti kitab Al-Kasyi, lalu
meniadakan tambahan-tambahan dan berbagai kesalahan. Kitab itu dinamakan
dengan Ikhtiyarurrijal dan mendiktekannya kepada murid-muridnya di Masyhad
Ghurwa, dimulai pada hari Selasa Shaffar tahun 456. Hal itu dinashkan oleh
Sayyid Rhidhaddin Ali bin Thawus di Firajil Mahmum, sebagai nukilan naskah
karya Syaikh Ath-Thusi, yang ditegaskan di situ bahwa itu merupakan ringkasan
Kitabur Rijal karya Abu Amru Muhammad bin Umar bin Abdul Aziz AlKasyi dan
kitab Ikhtiyarrurijal. Maka, yang ada pada masa kita ini, baik yang masih
berbentuk manuskrip maupun yang telah dicetak tahun 1317 H. di Bombay, dan
juga pada masa allamah Al-Huli adalah kitab Al-Ikhtiar karya syaikh Thusi,
bukan Rijalul Kasyi yang asli. Karena, hingga hari ini, kitab tersebut masih belum
ditemukan."81)

Dengan nukilan-nukilan dan nash-nash yang nyata-nyata dinukil dari


kitab-kitab golongan Syi'ah sendiri, maka tampak jelas oleh kita mengenai
eksistensi si Yahudi, Ibnu Saba', dan orang-orang yang mengutuknya dari
kalangan Syi'ah. Yahudi keji ini dicaci dalam kitab-kitab mereka (Syi’ah) yang
menukilkan kutukan Imam-imam mereka yang ma'sum. Sungguh, tidaklah
masuk dalam logika kita, seandainya para Imam yang ma'sum itu mengutuk
pribadi yang tidak diketahui wujudnya. Sedang di dalam ideologi kaum Syi'ah,
tidaklah dibenarkan mendustakan Imam yang ma'sum.

Itulah yang dapat kami terangkan, guna mengkonfirmasikan eksistensinya


(Abdullah bin Saba’). Sedang untuk berbicara tentang andil Ibnu Saba' dalam
pembunuhan Utsman r.a., juga peranannya di masa Ali r.a. dan dampaknya bagi
sekte-sekte Syi'ah serta mengenai para rawi, maka hal itu memerlukan tulisan
lain.

27
"Ya Allah, Pemilik dan Pemelihara kami! Janganlah Engkau gelincirkan
hati kami, setelah Engkau beri petunjuk kepada kami dan limpahkanlah rahmat-
Mu bagi kami. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi :"

"Ya Allah, Pemilik dan Pemelihara kami, kami nyatakan beriman dengan
apa-apa yang Engkau turunkan dan kami mengikuti para Rasul, maka tulislah
kami beserta orang-orang yang menyaksikan kebenaran."

Catatan Kaki
-------
1) Lihat: Usulul lsmailiyin Wal Ismailiyah, diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Kholil
Jalu dan Jasim Rajab, halaman: 86-87
2) Lihat; Khowarij Wasy Syiah, teriernahan Dr.Abd.Rachman Badawi.
3) Lihat: Abdullah bin Saba' Wasy Syiah, dipublikasikan di Majalah Asyuriah 1909-1910.
4) Lihat: Usulul Ismailiah oleh Bernard Lewis, sebagian kaum orientalis berpendapat bahwa
Abdullah bin Saba' benar-benar ada. Di antaranya adalah Reynold Allen Nicholson (1945
M.) dalam kitabnya: Tarikhul Arab Al Adabi ftl Jahiliyah wa Sadril Islam, terjemahan Dr.
Shofa Kholusi halaman: 325 dan Ignaz Goldziher 1921 dalam kitabnya Al Aqidah Wasy
Syariah frl Islam, halaman: 229, serta pelajari rincian pendapat-pendapat mereka dalam
Risalah Abdullah bin Saba' wa Atsaruhu fi lhdatsil Fitnah fi Sudril Islam oleh asy-Syaikh
SuWman bin Hamad Audaa, di mana dengan skripsinya tersebut ia mendapat gelar MA.
dari Universitas Imam Mohammad bin Saud Al-Islamiah di Riyadh tahun 1402 H./1982 M.
halaman 62-73 dan Abdullah bin Saba' fi Kitabatil Mustasyriqin dari pasal kedua.
5) Lihat: Ali Wa Banuhu halaman: 98-100 dan Al-Fitnatul Kubra.
6) Lihat: Toha Husain oleh Ust. Anwar Jundi halaman 43-44.
7) Lihat: Al-Mukhoththo Thut Talmudiah Ash-Shuhyuniah fi Ghozwil Fikril Islami oleh: Ust.
Anwar Jundi halaman: 80 cetakan kedua/1077 M.
8) Lihat: Toha Husain oleh Ust. Anwar Jundi.
9) Lihat: Ma'a rijalil Fikri fil Qohirah oleh: Murtadho Askari halaman: 166 cetakan
pertama/1394 H./1974 M., Kairo.
10) Lihat: Ali Wabanuhu oleh: Toha Husain halaman 98-100.
11) Ibid
12) Lihat: Biografi Ahmad bin Yahya bin Jabir bin Daud Al-Baladzuri, wafat tahun 279 H.
dalam: Mu jamul Udaba oleh: Yaqut Al-Hamwi jilid II halaman 92. Lisamul Mizan 322-
323. Tahdzib Tarikh Dimasyq II/109. Al Bidayah wan Nihayah oleh: Ibnu Katsir XI/65-66.
An-Nujumuz Zahirah III/83.
13) Adabalisra Al-Fathimah: halaman 7.
14) Lihat: At-tasyayu' Dhohirah Thobi'iah fi Ithorid Da'wah al-Islamiah halaman: 18, dan kitab:
Ma'a Rijalil Fikr fil Qahirah, oleh: Murtadho Askari halaman: 93.
15) Lihat: At-Tasyayu' halaman: 18.
16) Lihat: At-Tasyayu' halaman: 18-19.
17) Lihat: Wu'adh Salathin oleh: Dr. Ali Wardi halaman: 274-278.
18) Ibid: halaman: 151.
19) Lihat: Ash-Shilatu bainat Tashowuf wat Tasyayu' halaman 41-45.
20) Sendi yang Empat ialah: Ammar bin Yasir, Hudzaifah bin Yaman, Salman Al-Farisi serta
Jundub bin Junadah (Abu Dzar) Al-Ghifari. (Firoqusy-syi'ah) halaman 36-37 serta 40,
cetakan 1964 M. (ke IV).
21) Lihat: Tarikhul Imamiah wa Aslafuhum Minasy-Syi'ah halaman 92-100 cetakan 1975
yayasan A'lami
22) Lihat: At-tasyayu' Dhohirah Thobi'iah.
23) Lihat: Khulasotu Tahdibul Kamal, 1/220, cetakan: 1392 H./1972 M. Kairo dan Risalatul
Iria, manuskrip di Darul Kutub Adh-dhoriah pads akhir kitabulIman oleh Muhammad bin
Yahya Al-'Adani 243 H. (Majmu' 104) dan lihat: Tarikhul-Turotsil 'Arabi, 1/210.
24) Lihat: Biharul Anwar A&amiah Lidurari Achbard Aimmatil Athhar. Edisi III, Beirut, jilid
25/286-287.
25) Lihat: Manaqib Ali Abi Thalib oleh Ibnu Syahr Asyub 1/227-228, Edisi Najaf.
26) Lihat: Muqaddimatuniratil Anwar wa Misykatil Asrar fi Tafsiril Quran halaman: 62 Dan
seterusnya, edisi: Ysyasan Matbu'athi Ismailiyan Iran
27) Lihat: TarikhulImarniah halaman: 158.
28) Lihat: Tarikhul Imamiah halaman: 140.

28
29) Lihat: Tangihul Maqol jilid 1/177.
30) Lihat: Firaqusy Syi'ah oleh An-Nubakhti halaman 44 dan Rijalul Kasyi 101, Yayasan Al-
A'lami di Karbala clan Tanqihul Magolfr Ahwalir Rijal lil Mamagani cetakan Al-
Murtadhowiah di An-Najaf 1350 H. dan Qanusur Rijal jilid V/462.
31) Lihat: Firaqusy-Syi'ah halaman: 44.
32) Lihat Rijatul Kasyi halaman 98, cetakan Yayasan Al-A'lami untuk cetakan Karbala dan
Qanusur rijal jilid 5/461 clan Tanqihul Maqol fi Ahwalir rijal oleh Al-Mamaqani cetakan Al-
Murtadhowiah di Najaf 1350 H. jilid 2/183-184.
33) Lihat: Sumber-sumber yang lalu halaman 99-100 dan jilid ll/ 183-184
34) Lihat: Tarikh Dimasyq, berbentuk manuskrip, naskah copynya terdapat di manuskrip-
manuskrip pada Universitas-universitas di negara-negara Arab nomor 602, Tarikh dalam
terjemahan Abdullah bin Saba', juga dalam Tahzib Tarikh Dimasyq oleh Ibnu Badran jilid
V/428. Teks seriiaciih ini juga ieidipat dalam Tarikh Thobari.
35) Lihat: Al-magolat wal Firoq oleh Sa'd bin Abdullah Al-Asyari AlQummi tahun 301 H.
halaman 31, cetakan Teheran 1964, Tahgiq. Dr. Mohammad Jawad Masykur.
36) Lihat: Aqaidul Imamiah oleh Muhammad Ridha AI-Mudhaffar cetakan II 1381 H. halaman
67-68.
37) Lihat: Tafsir Al-Qummi: jilid II, 130-131,
38) Lihat: Tafsir At-Qummi: jilid II/327.
39) Lihat: Ad-durrul Mantsur oleh As-Suyuthi jilid V/347.
40) Lihat: Ad-durrul Mantsur fit-tafsiri bil Mantsur oleh As-Suyuthi jilid V/347.
41) Lihat: Tarikh Dimasyq oleh Ibnu Asakir dan Tahdzib Tarikh Dimasyq jilid VII halaman:
430.
42) Lihat: Tafsir Al-Qummi jilid II halaman: 130-131.
43) Lihat: Bashairud Darajat Alkubra oleh Abu Ja'far Muhammad lbnul Hasan Ash-Shaffar
tahun 290 H. – Dia di antara kawan-kawan Hasan AI-Askari jilid IV halaman 219-221 dan
Ushulul Kafi` Al Ushut jilid I halaman 198 cetakan Iran.
44) Lihat: Majmaul Bayan ft tafsiril Quran oleh Abu Ali Fadhl bin Hasan Ath-Thabrani, dari
ulama Syi'ah Imamiah pada abad ke VI1 jilid IV, halaman 234, cetakan Al-Irfan, Sidon 1355
H./1937 M. dan tafsir Al Qummi jilid II, halaman 131.
45) Lihat: Al-Badu wat Tarikh jilid V halaman 129 cetakan: 1916 M.
46) Lihat: Rijaluth-thusi halaman: 515
47) Lihat: Miqbasul Hidayah, lampiran pada Tanqihul Maqol oleh AI Mamaqani halaman 121.
48) Lihat: Al-Badu wat Tarikh jilid V halaman 129, cetakan 1916.
49) Lihat: Muqaddimatu firaqusy Syi'ah oleh An-Nubakhti halaman 17 cetakan : 1969 M.
50) Lihat: AI-Farqu bainal Firaq halaman: 234, ideologi semacam ini juga disebutkan oleh
Ibnu Abil Hadid dalam Syarhu Nahju Balaghah jilid II, halaman 309.
51) Lihat: Al-Farqu bainal Firaq halaman: 234 dan Al-Kamil fil Adab oleh Al-Mubarid jilid
II/124.
52) Lihat: Maqalatul Islamiyyin halaman: 85
53) Lihat Al-adabul Hadits oleh Umar Dusuqi, jilid 11/405-406, penyair tersebut ialah
Muhammad bin Abdul Muththalib bin Wasil dari Juhamah. Dilahirkan di Bashunah (dari
desa Jurja di Mesir). la belajar di AI-Azhar, Kairo. Setelah menyelesaikan studinya, ia men-
jadi guru kemudian dosen sastra di bagian khusus di AI-Azhar. Ketika ia wafat pada tahun
1931 M. di Kairo, maka lebih dari 30 penyair mengucapkan belasungkawa melalui syair
mereka.
54) Lihat: Tarikh Dimasyq copy dari naskah manuskrip, di lembaaa manuskrip no: 302 Tarikh,
biografi AbdulIah bin Saba'. Lihat juga:: Tahdzib Tarikh Ibnu Asakir jilid V halaman: 430.
55) Idem.
56) Tarikh Dimasyq, manuskrip oleh ibnu Asakir. Lihat: Tahdzib Tarikh ibnu Asakir jilid
V11/430-431.
57) Lihat: Shohibul Bukhari bersama Fathul Bari, cetakan: As-salafiah jilid VI halaman: 151.
58) Lihat: Sunan Nasai (Al-Mujtaba) jilid V halaman 105 Hukum dalam Murtad.
59) Lihat: Jami' Tirmidzi jilid IV, halaman 56, Musthofa AI-Halabi 1395 H./1975 M.
60) Lihat: Fathul Bari jilid XI I, halaman: 270
61) ldem
62) Lihat: Al-Kafi oleh AI-Kulaini jilid V, halaman 257-259.
63) Lihat: Miqbasul Hidayah halaman 89-90 jilid III/ Tanqihul Maqol.
64) Lihat: Sunan An-Nasai "Al-Mujtaba "jilid V/104 Hukum Murtad.
65) Lihat: Fathul Bari jilid XII halaman 270.
66) Lihat: Manaqib Ali Abi Thalib oleh Ibnu Syahri Asyub jilid I halaman: 227 dan Biharul
Anwar jilid XXV halaman 285.
29
67) Lihat: Syarhu Nahjul Balagha oleh ibnu Abil Hadid jilid II halaman: 308-309.
68) Lihat: Firaqusy Syi ah oleh An-Nubakhti halaman: 44 dan Qanusur rijal jilid V halaman:
463.
69) Lihat: A!-Bayan wat-tabyin oleh Jahidh jilid III, halaman: 81 cetakan: 1986, Kairo.
70) Lihat: Tarikh Baghdad jilid VIII, halaman: 488.
71) Lihat: Firaqusy Syi’ah oleh An-Nubakhti, Cetakan: An-Najf, halaman: 43 dan Qanusur rijal
jilid V, halaman: 463.
72) Lihat: Tatsbitu Dalailin Nubuwah jilid II, halaman 539-550.
73) Lihat: Al-Maqalat wal Firaq oleh Sa'd bin Abdullah Al-Qummi tahun 301 H., halaman: 21,
cetakan: Teheran 1963 M. Tahqiq. Dr. Muhammad Jawad Masykur.
73) Lihat: Al-Majruhin jilid I, halaman: 298 dan Mizanul I'tidal jilid II halaman: 53
74) Lihat: Tadzkiratul Huffadh jilid I, halaman: 84, cetakan/hyaut turats.
75) Lihat: Tadzkiratul Huffadh jilid I, halaman: 82.
76) Lihat: Al-Majruhin oleh Ibnu Sabti jilid I, halaman: 298 dan lihat Mizanul I'tidal jilid II,
halaman: 52.
77) Lihat: Rijaluth-thus halaman: 41.
78) Lihat: Al-Allawiyyun fida‘yuusy-Syi’ah Al-Majhulun oleh Ati Aziz Al-Alawi halaman 31,
cetakan ke I 1972 M.; bab (pintu) adalah rantai penghubung antara kaum Syi'ah dan Imam.
79) Lihat: Rijalul Kasyi halaman 100, Yayasan A'lami Karbala dan Tanqihul Maqol fi Ahwalir
rijal oleh Al-Mamaqani jilid II halaman 183-184 cetakan: Al-Murtadhowiah 1350 H. dan
Qanusur rijal jilid V halantan: 461.
80) Lihat: sumber-sumber yang lalu dan Qanusur rijal jilid V.halaman: 462.
81) Lihat: Rijaluth Thusi halaman: 62, cetakan ke I, An-Najf tahun 1381 H./1961 M.

Semoga bermanfaat

30

You might also like