You are on page 1of 89

9

Fisiologi Kehamilan

Sel Telur ( Ovum )

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum

terjadi di genital ridge, menurut umum wanita, jumlah oogonium

adalah :

Bayi baru lahir : 750.000

Umur 6 – 15 tahun : 439.000

Umur 16 – 25 tahun : 34.000

Masa menouphouse : Semuanya menghilang

Sebelum janin dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami

perubahan-perubahan pada nukleusnya. Terjadi pula migrasi dari

oogonium-oogonium ke arah korteks ovari, hingga pada waktu

dilahirkan korteks ovarii terisi dengan primordial ovarian follicles.

Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah berpasangan,

DNAnya berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid.

Sel Mani ( Spermatozoon )

Tiap spermatozoon terdiri atas tigabagian yaitu kaput atau

kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung

bahan nucleus, ekor dan bagian yang silindrik menghubungkan

kepala dengan ekor. Dengan getaran ekornya spermatozoon dapat

bergerak cepat.

Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari

sel-sel primitif tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkan,


jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan

hingga masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel-sel

spermatogonium tersebut di bawah pengaruh sel-sel interstisial

Leyding mulai aktif mengadakan mitosis, dan terjadilah

spermatogenesis yang amat komleks. Tiap spermatogonium

membelah dua menghasilkan spermatosit pertama, spermatosit

pertama membelah dua menjadi dua spermatosit kedua,

spermatosit kedua membelah dua lagi tetapi dengan hasil bahwa

dua spermatid masing-masing memiliki jumlah kromosom

setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu.

Pembuahan ( Konsepsi )

Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani

dengan sel telur di tuba fallopi. Hanya satu sperma yang telah

mengalami proses kapasitas yang dapat melintasi zona pelusida

dan masuk ke vitelus ovum, kemudian zona velusida mengalami

perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma lain.

Acuan genetik dari wanita dan pria. Perubahan mungkin akan

menghasilkan :

XX – Zigot, menurunkan bayi perempuan

XY – Zigot, menurunkan bayi laki-laki

Dalam beberapa jam pembuahan, mulailah pembuahan zigot 3

hari sampai stadium morula, hasil konsepsi ini tetap digerakkan ke

arah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar ( sillia ) dan
11

kontraksi tuba. Hasil konsepsi tiba dalm kavum uteri pada tingkat

blastula.

Nidasi ( Implantasi )

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai yang

di sebut trofoblas, trofoblas yang mempunyai kemampuan

menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan

endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel ddesidua. Sel-sel

desidua ini mengandung bessar-besar den mengandung lebih

banyak glikogen serta mudah di hancurkan oleh trofoblas. Blastula

yang mengandung innercell mass aktif mudah masuk ke dalam

lapisan desidua. Kadang-kadang pada saat nidasiterjadi perdarahan

pada luka desidua ( tanda harman ).

Pada umumnya blastula masuk keendometrium dengan bagian

dimana innercell mass berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah

yang menyebabkan bahwa tali pusat berpangkal sentral atau para

sentral.Bila sebaliknya dengan blastula bagian lain memasuki

endometrium, maka terdapatlah tali pusat dengan insersi

velamentosa. Umumnya nidasi terjadi didinding depan atau

belakang uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi,

barulah dapat disebut adanya kehamilan.


Plasentasi dan Mukosa Rahim

Mukosa rahim yang tidak hamil terdiri atas stratum kompakta

dan stratum kpogiosa. Desidua adalah mukosa rahim pada

kehamilan yang terbagi atas :

Desidua basalis : yang terletak diantara hasil konsepsi dan dinding

rahim, disinilah plasentasi dibentuk

Desidua kapsularis : yang meliputi hasil konsepsi ke arah rongga

rahim, yang lama kelamaan bersatu dengan desidua vera karena

obliterasi

Desidua vera ( parietalis ) : yang meliputi lapisan dalam dinding

rahim lainya

Pertumbuhan Mudigah ( Embriogenesis )

Pertumbuhan mudigah terjadi dari embryonal plate yang

selanjutnya terdiri atas tiga unsur lapisan, yakni sel-sel ektoderm,

mesoderm dan entoderm. Sementara itu ruang amnion tumbuh

dengan cepat dan mendesak eksoselom akhirnya dinding ruang

amnion mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion dan

embrio menjadi padat, dinamakan body stalk, menjadi tali pusat.

Yolk sac dan allantois pada manusia tidak tumbuh terus, dan sisa-

sisanya dapat ditemukan dalam tali pusat. Di tali pusat sendiri yang

berasal dari body stalk, terdapat pembuluh-pembuluh darah

sehingga ada yang menamakanya vaskular stalk. Dari

perkembangan ruang amnion dapat dilihat bahwa di bagian luar tali


13

pusat berasal dari lapisan amnion. Di dalamnya terdapat jaringan

lembek ( selei warton ), yang berfungsi melindungi arteria

umbilikalis dan 1 vena umbilikalis yang berada di tali pusat. Kedua

arteri dan satu vena tersebut menghubungkan satu sistem

kardiovaskular janin ke plasenta (Sarwono, 2006).

Tanda dan gejala kehamilan

Tanda kehamilan pasti

Gerakan janin dalam rahim

Denyut jantung janin (DJJ)

Pemeriksaan dengan alat canggih (USG)

Teraba bagian-bagian janin.

Tanda-tanda mungkin hamil

Tes kehamilan

Rahim membesar sesuai usia kehamilan.

Pada pemeriksaan dalam dijumpai :

Tanda hegar

Tanda Chadwick

Tanda piskacek

Kontraksi Braxton hicks

Teraba ballottement

Gejala kehamilan tidak pasti (keluhan pasien)

Amenore ( tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnaya wanita hamil tidak


dapat haid lagi.

Nausea ( mual) & Emesis (muntah )

Mual umumnya terjadi pada bulan pertama kehamilan, disertai

kadang-kadang oleh emesis karena pengaruh progesterone.

Mengidam

Sering terjadi pada masa awal kehamilan

Sinkope ( pingsan )

Terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, dan akan hilang

setelah kehamilan 6 minggu.

Mamae menjadi tegang dan besar

Karena pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang

duktuli dan alveoli.

Anoreksia ( tidak nafsu makan )

Terjadi pada bulan-bulan pertama. Setelah itu nafsu makanakan

timbul kembali seperti semula.

Sering Miksi

Terjadi karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang

semakin membesar.

Obstipasi

Karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh tonus otot

steroid.

Pigmentasi kulit

Terjadi pada kehamilan > 12 minggu.terdapat pada dahi,


15

dinding perut.

Hipertropi dari papilla gusi (epulis)

Gusi tampak bengkak karena peningkatan jumlah pembuluh

darah disekirar gusi, epulis adalah suatu hipertrofi papilla

ginggivae.

Perubahan pada perut

Uterus tetap berada pada rongga panggul sampai minggu ke 12

setelah itu uterus mulai diraba di atas simfisis pubis.

Leukore (keputihan)

Tanda berupa peningkatan jumlah cairan vagina pada pengaruh

hormone cairan tersebut tidak manimbulkan rasa gatal,

warnanya jernih dan jumlahnya tidak banyak (Rukiyah, 2009).

Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan

Uterus

Ukuran: untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat

hipertrofi dan hiperplasia otot polos rahim, serabut-serabut

kolagennya menjadi higroskopik. Endometrium menjadi desidua.

Ukuran pada kehamilan cukup bulan 30x25x20 cm dengan kapasitas >

4000 cc.

Berat: berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram

pada akhir kehamilan (40 pekan)

Bentuk dan konsistensi . pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk

rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan berbentuk bulat

dan akhir kehamilan seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil kira-
kira sebesar telur bebek dan kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa.

Pada minggu pertama, isthmus rahim mengadakan hipertrofi dan

bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak (soft)

disebut tanda Hegar. Pada kehamilan 5 bulan rahim terasa seperti

berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu bagian-

bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.

Dinding rahim dalam kehamilan :

Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi atau retrofleksi.

Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis.

Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya

dapat mencapai batas hati.

Rahim yang hamil biasanya lebih mengisi rongga abdomen kanan atau

kiri.

Vaskularisasi: uterina dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang

dan anak-anak cabangnya. Pembuluh darah balik (vena)

mengembang dan bertambah.

Servik uteri : servik bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak

(soft) disebut tanda goodel, akibat estrogen meningkat. Kelenjar

endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus.

Karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah warnanya

menjadi livid disebut tanda chadwick.

Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan

Kehamilan 16 minggu, uterus sebesar kepala bayi dengan tinggi

fundus uteri pertengahan simfisis-pusat.

Kehamilan 20 minggu, uterus sebesar kepala dewasa dengan


17

tinggi fundus uteri 2-3 jari dibawah pusat.

Kehamilan 24 minggu, uterus sebesar kepala dewasa dengan

tinggi fundus uteri setinggi pusat

Kehamilan 28 minggu, uterus sebesar kepala dewasa dengan

tinggi fundus uteri 2-3 jari diatas pusat.

Kehamilan 32 minggu, uterus sebesar kepala dewasa dengan

tinggi fundus uteri pertengahan pusat-proc.xyphoideus.

Kehamilan 36 minggu, uterus sebesar kepala dewasa dengan

tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Px/setinggi Px.

Kehamilan 40 minggu, uterus sebesar kepala dewasa dengan

tinggi fundus uteri sama dengan kehamilan 8 bulan tapi

melebar kesamping.

Menurut spiegelberg, mengukur TFU dari simfisis:

Kehamilan 22 - 28 minggu : 24 - 25 cm dari simfisis

Kehamilan 28 minggu : 26,7 cm dari simfisis

Kehamilan 30 minggu : 29,5 - 30 cm dari simfisis

Kehamilan 34 minggu : 31 cm dari simfisis

Kehamilan 36 minggu : 32 cm dari simfisis

Kehamilan 38 minggu : 33 cm dari simfisis

Kehamilan 40 minggu : 37,7 cm dari simfisis

Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat corvus luteum

graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih


pengeluaran estrogen dan progesterone.

Vagina dan vulva

Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada

vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih

merah atau kebiruan, kondisi ini disebut dengan tanda Chadwick.

Sistem kardiovaskular

Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung

setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung ( cardiac

output ) meningkat sampai 30 – 50 %. Peningkatan ini mulai

terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya

pada usia kehamilan 16 – 28 minggu. Oleh karena curah jantung

yang meningkat maka denyut jantung pada saat istirahat juga

meningkat ( dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90

kali/menit).

Sistem urinaria

Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring

darah yang volumenya meningkat. ( sampai 30 -50 % atau lebih ),

yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16 – 24 minggu

sampai sesaat sebelum persalinan. Dalam keadaan normal, aktivitas

ginjal meningkat ketika berbaring dan menurun ketika berdiri.

Keadaan ini semakin menguat pada saat kehamilan, oleh karena itu

wanita hamil sering merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba

untuk berbaring/tidur.
19

Sistem gastrointestinal

Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus

bagian bawah, sehingga terjadi sembelit dan konstipasi. Sembelit

semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh

tingginya kadar progesterone.

Wanita hamil sering mengalami rasa panas di dada (Heartburn)

dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih

lama berada di dalam lambung karena relaksasi sfingter di

kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung

mengalir kembali kekerongkongan.

Sistem metabolisme

Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan

tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karena itu,

peningkatan asupan kalsium sangat di perlukan untuk menunjang

kebutuhan. Penting bagi ibu untuk selalu sarapan karena kadar

glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin, dan

berpuasa saat kehamilan akan memproduksi lebih banyak ketosis

yang dikenal dengan ” cepat merasakan lapar ” yang mungkin

berbahaya pada janin.

Sistem musculoskeletal

Estrogen dan progesterone memberi efek maksimal pada

relaksasi otot dan ligament pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi

ini di gunakan oleh pelvis untuk meningkat kemampuanya untuk


menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat

kelahiran. Adanya sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua

disebabkan oleh meningkatnya pergerakan pelvis akibat

pembesaran uterus.

Kulit

Topeng kehamilan ( Cloasma gravidarum ) adalah bintik-bintik

pigmen kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi.

Peningkatan pigmentasi juga terjadi di sekeliling putting susu,

sedangkan diperut bawah bagian tengah biasanya tampak garis

gelap, yaitu spider angioma ( pembuluh darah kecil yang memberi

gambaran seperti laba-laba. Bisa muncul dikulit dan biasanya

diatas pinggang.

Pembesaran bentuk rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robekan serabut elastis dibawah kulit, sehingga

menimbulkan strie gravidarum/strie livisae. Kulit perut pada linea

alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra.

Payudara

Payudara sebagai organ target untuk laktasi mengalami banyak

perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa


21

perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah sebaga berikut.

Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat

Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli

Bayangan vena-vena lebih membiru

Hiperpigmentasi pada areola dan putting susu

Kalau diperas akan keluar air susu jolong ( kolostrum ) berwarna

kuning.

Sitem endokrin

Selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior

memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone ( FSH )

merangsang folikel de graf untuk menjadi matang dan berpindah ke

permukaan ovarium dimana dilepaskan. Folikel yang kosong

dikenal sebagai korpus luteum dirangsang oleh LH untuk

memproduksi progesterone. Progesteron dan estrogen merangsang

proliferasi dari desidua dalam upaya mempersiapkan implantasi

jika kehamilan terjaadi (Sulistyawati, 2009).

Tanda-tanda bahaya kehamilan

Perdarahan vagina

Sakit kepala yang hebat

Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)

Nyeri abdomen yang hebat

Bengkak pada muka dan tangan

Bayi kurang bergerak seperti biasa (Rukiyah, 2009).


Penatalaksanaan dalam kehamilan

Anamnesa

Anamnesa identifikasi istri dan suami

Anamnesa Umum

Tentang keluhan-keluhan nafsu makan, tidur, BAB dab BAK

perkawinan dan sebagainya.

Tentang haid , kapan mendapat haid terakhir. Bila hari pertama

haid terakhir diketahui maka dapat dijabarka tafsiran

persalinan, dengan memakai rumus neagle yaitu hari + 7,

bulan – 3, dan tahun + 1.

Tentang riwayat kehamilan ini, riwayat obstetri lalu, riwayat

peyakit, dan riwayat social ekonomi

(Saifudin, 2006).

Pemeriksaan fisik umum

Mengukur tinggi badan dan berat badan.

Memeriksa keadaan jantung, paru-Paru dan lain-lain

Mengukur TTV

Memeriksa dari ujung rambut sampai ujung kaki

Memeriksa refleks patella dan oedema (Saifudin, 2006).

Pemeriksaan luar

Palpasi

Untuk menentukan :
23

Besar dan konsistensi rahim

Bagian janin, letak dan preskep

Gerakan janin

Kontraksi Braxton hiks dan his

Cara palpasi ada bermacam-macam

Menurut Leopold dengan Variasi

Menurut Knebel

Menurut Budin

Menurut Ahlfel

Leopold I

Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil

Menetukan TFU dan bagian janin dalam fundus konsistensi

uterus.

Variasi menurut Knebel

Menetukan letak kepala / bokong dengan 1 tangan di

fundus dan tangan lain di simpisis.

Leopold II

Menentukan batas samping rahim kanan dan kiri

Menentukan letak punggung janin

Pada letak lintang tentukan diman letak kepala janin.Variasi

Menurut Budi

Menentukan letak punggung dengan satu tangan , menekan

di fundus.
Leopold III

Menentukan bagian terbawah janin

Apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP / belum

masuk PAP

Variasi Menurut Ahlfel

Menetukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri

diletakkan tegak ditengah perut.

Leopold IV

Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil

Bisa juga menetukan bagian terbawah janin apa dan berapa

jauh sudah masuk PAP.

Auskultasi

Digunakan stetoskop monoral ( stetoskop obstetric ) untuk

mendengarkan DJJ selama 1 menit penuh. DJJ normal 120-160

x/mnt (Saifudin, 2006).

Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan vulva/perineum :

Varises

Kondiloma

Edema

Hemoroid

Kelainan lain

(Saifudin, 2006).
25

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan HB dan golongan darah

Tujuan untuk mengetahui kadar haemoglobin dan golongan

darah

Pemeriksaan protein urine dan kadar glukosan dalam urine

Protein dalam urine

Tujuan untuk mengetahui kandungan potein didalam urine

untuk mendiagnosa adanya preeklampsia.

Glukosa dalam urine

Tujuan untuk mengetahi kadar glukosa dalm urine dan

mendiagnosa penyakit DM

(Saifudin, 2006).

Persalinan

Pengertian Persalinan

Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng

teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta,

ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan

sendiri (Sumarah, 2008).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan normal jika prosesnya terjadi pada

usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa disertai


adanya penyulit (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Persalinan adalah Suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar

dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas miometrium

(frekuensi dan intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (“show”) dari vagina

(Lestari, 2008 ).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

( Sarwono, 2005 ).

Persalinan dan kelahiran adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifudin, 2006).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu (JNPK-KR, 2007).

Fisiologi Persalinan

Beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan :

Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga


27

persalinan dapat dimulai.

Teori penurunan progesterone

Produksi progesterone mengalami penurunan sehingga otot rahim

lebih sensitive terhadap oksitosin, akibatnya otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone

tertentu.

Teori oksitosin internal

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi

Braxton hicks, menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya

kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga

persalinan dapat dimulai.

Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan desidua, pemberian prostaglandin saat

hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan.

Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering

terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.

Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,

induksi (mulainya) persalinan (Sumarah, 2008).


Tanda-tanda Persalinan

Serviks menipis dan membuka

Rasa nyeri dan interval teratur

Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek

Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah

Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar ke depan

Dengan berjalan bertambah intensitas

Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas

nyeri

Lendir darah sering tampak

Ada penurunan bagian kepala janin

Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi

(Sumarah, 2008).

Faktor yang mempengaruhi persalinan

Tenaga (Power)

His/kontraksi

His/kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot uterus dalam

persalinan. Kontraksi merupakan suatu sifat pokok otot polos

dan tentu saja hal ini terjadi pada otot polos uterus yaitu

miometrium.

Kekuatan mengedan ibu

Setelah serviks terbuka lengkap kekuatan yang sangat penting

pada ekspulsi janin adalah yang dihasilkan oleh peningkatan


29

tekanan intra-abdomen yang diciptakan oleh kontraksi otot-otot

abdomen. Dalam bahasa obstetric biasanya ini disebut

mengejan. Sifat kekuatan yang dihasilkan mirip seperti yang

terjadi pada saat buang air besar tetapi biasanya intensitasnya

jauh lebih besar.

Janin dan plasenta (Passenger)

Tulang tengkorak (Cranium)

Ukuran-ukuran kepala

Ukuran badan lain

Postur janin dalam rahim

Jalan lahir (Passege)

Tulang panggul dibentuk oleh dua tulang koksa (terbentuk dari fusi

tiga tulang yaitu os pubis, os iskium, dan os ilium) yang masing-

masing membatasi bagian samping rongga panggul. Tulang koksa

berkonvergensi ke anterior untuk menyatukan kedua sisi simfisis

pubis, dan di posterior disatukan oleh sacrum melalui sendi

sakroiliaka.

Psikis ibu bersalin

Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan

anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama bersalin

dan kelahiran anjurkan mereka berperan aktif dalam mendukung

dan mendampingi langkah-langkah yang mungkin akan sangat


membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk

didampingi.

Penolong

Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai

legalitas dalam menolong persalinan antara lain dokter, bidan, serta

mempunyai kopetensi dalam menolong persalinan, menangani

kegawatdaruratan serta melakukan rujukan jika diperlukan.

Penolong persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi

yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci tangan, memakai

sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi serta

pendokumentasian alat bekas pakai (Rukiyah, 2009).

Perubahan fisiologis dalam proses persalinan

Perubahan tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan

sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-

rata 5-10 mmHg.

Perubahan metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun

anaerobik akan naik secara perlahan.kenaikan ini sebagian besar

disebabkan karena oleh kecemasan serta kegiatan otot kerangka

tubuh.
31

Perubahan suhu badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu

mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran.

Kenaikan ini di anggap normal asal tidak melebihi 0,5-1˚C.

Denyut jantung

Perubahan yang mencolok selama kontraksi dengan kenaikan

denyut jantung, penurunan selama acme sampai satu angka yang

lebih rendah dan angka antara kontraksi.

Pernafasan

Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum

persalinan kenaikan pernafasan ini dapat disebabkan karena adanya

rasa nyeri, kekhawatiran, serta penggunaan tekhnik pernafasan

yang tidak benar.

Perubahan renal

Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh

kardiak output yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi

glomelurus serta aliran plasma ke renal.

Perubahan gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat

berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama

persalinan dan menyebabkan konstipasi.

Perubahan hematologis
Hematologis akan meningkat 1,2 gr/100ml selama persalinan dan

akan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama setelah

persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan,

waktu koagulasi berkurang dan akan mendapatkan tambahan

plasma selama persalinan.

Kontraksi uterus

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos

uterus dan penurunan hormone progesterone yang menyebabkan

keluarnya hormone oksitosin.

Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

Segmen atas rahim terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat

otot yang lebih tebal dan kontraktif. Segmen bawah rahim

terbentang di uterus bagian bawah di antara ishmus dengan serviks,

dengan sifat otot yang tipis dan elastis.

Perkembangan retraksi ring

Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam

keadaan persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada

persalinan abnormal, karena kontraksi uterus yang berlebihan,

retraksi ring akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol

di atas simfisis yang merupakan tanda dan ancaman rupture uterus.

Penarikan serviks

Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum

di tarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan


33

menjadi bagian dari SBR.

Pembukaan ostium uteri interna dan ostium uteri exsterna

Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE

karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat

dilewati kepala.

Show

Show adalah pengeluaran dari vagina yang teriri dari sedikit lendir

yang bercampur dara, lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang

menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan

darah berasal dari desidua vera yang lepas.

Tonjolan kantong ketuban

Tonjolan kantong ketuban disebabkan oleh adanya regangan SBR

yang menyebabkan lepasnya selaput korion yang menempel pada

uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang

berisi cairan yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka.

Pemecahan kantong ketuban

Pada akhir kala I bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada

tahanan lagi, di tambahkan dengan kontraksi yang kuat serta

desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah, diikuti

dengan proses kelahiran bayi (Sumarah, 2008).

Amniotomi

Amniotomi adalah pemcahan selaput ketuban bila ketuban

belum pecah dan pembukaan sudah lengkap, setelah dilakukan


pemecahan selaput ketuban maka lakukan pemeriksaan air ketuban

antara lain, warna air ketuban yang keluar saat dilakukan

amniotomi, jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban

maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal

tersebut menunjukan adanya hipoksia janin dalam rahim atau

selama proses persalinan (Depkes RI, 2007).

Pecahnya ketuban terjadi secara spontan dalam kala I

persalinan, terutama mendekati pembukaan serviks lengkap. Pecah

ketuban yang disengaja (amniotomi) meningkatkan frekuensi dan

lama kontraksi uterus, dan biasanya dilakukan untuk menginduksi

atau mempercepat persalinan jika kala I berjalan lambat, terutama

padaparuh kedua kala I persalinan. Amniotomi dimulai dengan

pemeriksaan dalam, dengan kait amnion dimasukan dibawah

tuntunan jari pemeriksa ke tonjolan ketuban didepan bagian

terendah janin (Rukiyah, 2009).

Episiotomi

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat

kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi

dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan

ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat mengatur kecepatan

kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan

sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah

membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan


35

pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bombing ibu meneran

dan beristirahat atau bernafas dengan cepat pada waktunya (JNPK-KR,

2007).

Definisi episiotomy adalah mengiris atau menggunting perineum.

Menurut arah irisan episiotomy ada 3 macam, yaitu medialis,

mediolateralis dan lateralis dengan ada tujuan agar tidak terjadi

robekan-robekan perineum yang tidak teratur dan robekan musculus

princterani (ruptur perinea totalis) yang bila tidak dijahit dan dirawat

dengan baik akan menyebabkan Inkotinensia alvi ( Rukiyah, 2009).

Episiotomy dilakukan jika adanya indikasi seperti adanya gawat

janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan, penyulit

kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi cunam

(forcep) atau ekstraksi vakum), jaringan perut pada perineum atau

vagina yang memperlambat kemajuan persalinan (Depkes RI, 2007).

Penjahitan luka episiotomy / laserasi

Tujuan

Tujuan menjahit laserasi atau episiotomy adalah untuk menyatukan

kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan

darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) (Depkes RI,


2007).

Macam-macam penjahitan

Menjahit luka episiotomy medialis

Menjahit luka episiotomy mediolateralis

Menjahit luka episiotomy lateralis

Menjahit luka episiotomy menurut derat luka

Rupture

Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008),

derajat ruptur perineum dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :

1) Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami

robeka:

a) Mukosa Vagina

b) Komisuraposterior

c) Kulit perenium

2) Ruptur perineum derajat dua, dengan jaringan yang mengalami

robekan adalah:

a) Mukosa Vagina

Komisura posterior

Kulit perineum

Otot perineum

Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami

robekan adalah:

Sebagaimana ruptur derajat dua


37

Otot sfingter ani

Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami

robekan adalah :

Sebagaimana ruptur derajat tiga

Dinding depan rectum

Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :

Kulit perineum mulai melebar dan tegang.

Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.

Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi

robekan pada mukosa vagina.

Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek, di antara

fourchette dan sfingter ani.

h. 58 langkah asuhan persalinan normal (APN)

Mendengarkan dan melihat adanya tanda persalinan kala II

Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan, bahan dan

Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan

cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan

jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang

biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan

menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat

dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup (Moctar,

2005). obat-obatan essensial untuk menolong persalinan

Memakai celemek plastik yang bersih


Memastikan semua perhiasan sudah dilepas, mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir.

Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan

untuk pemeriksaan dalam

Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan (one hand),

isi dengan oksitosin 10 IU dan letakkan kembali di bak instrument.

Bila ketuban belum pecah, pinggirkan kocher (amniotom) pada

pactus set.

Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan

dari vulva ke perineum, jika kotor, ganti sarung tangan.

Melakukan VT, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban

sudah pecah. Bila ketuban belum pecah lakukan amniotomi dengan

memastikan kepala sudah masuk, tidak teraba bagian kecil janin dan

tali pusat, lakukan saat his berkurang kekuatannya. Masukkan

kocher yang dipegang tangan kiri dengan bimbingan telunjuk dari jari

tengah tangan kanan hingga menyentuh selaput ketuban, gerakan

ujung jari tangan kanan membimbing ujung kocher menggores

selaput ketuban hingga pecah. Keluarkan kocher dengan tangan kiri,

rendam kedalam larutan klorin 0,5 %, tangan kanan melebarkan

selaput ketuban untuk memastikan tidak ada bagian yang

menumbung.

Mencelupkan.tangan kanan yang bersarung tangan kedalam klorin 0,5 %

dalam keadaan terbalik dan merendamnya selama 10 menit.


39

Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus selesai, pastikan dalam batas

normal (120-160 x/menit).

Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta ibu meneran saat ada his.

Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

(sesuai keinginannya dan senyaman mungkin)

Memimpin ibu meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran, relaksasi, saat istirahat beri ibu minum, periksa DJJ setiap

kontraksi selesai, dukung usaha ibu untuk meneran. (setelah dipimpin

meneran 2 jam pada primi/l jam pada multi bayi belum lahir,

RUJUK)

Anjurkan Ibu untuk berjalan, atau mengambil posisi yang nyaman, jika

Ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran.

Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut Ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong

Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka maka

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain

bersih dan kering, tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.


Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal

anjurkan Ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan

kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah

arcus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perenium Ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan

atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

Setelah badan dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.

Lakukan penilaian (selintas) :

Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan.

Apakah bayi bergerak dengan aktif.

Segera mengeringkan bayi, mulai dari muka kepala dan bagian tubuh

lainnya, kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus (hamil tunggal).

Beritahu Ibu bila bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus


41

berkontraksi baik.

Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

(Intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral.

Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira

3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (Ibu) dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

Pemotong dan pengikat tali pusat.

Letakan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi, letakan bayi

tengkurap didada Ibu. Luruskan bahu bayi, sehingga bayi menempel

di dada Ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara diantara payudara

Ibu.

Selimuti Ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

Meletakkan tangan kiri diatas simpisis menahan bagian bawah uterus,

tangan kanan menegangkan tali pusat.

Saat uterus berkontraksi, tangan kanan menegangkan tali pusat

terkendali, tangan kiri menekan uterus kearah dorso cranial. Bila

tidak berkontraksi, bisa dengan bantuan ibu melakukan stimulasi

puting susu.

Setelah terlihat tanda lepasnya plasenta, tangan kanan menarik tali pusat

kearah bawah-keatas sesuai kurva jalan lahir hingga plasenta tampak

divulva. Bila tali pusat telihat panjang, pindahkan klem 5-10 cm

depan vulva.
Lahirkan plasenta, pegang dengan kedua tangan lakukan pemutaran

searah, untuk membantu pengeluaran plasenta dan meneegah

robeknya selaput ketuban.

Setelah plasenta lahir, lakukan masase uterus dengan 4 jari palmar secara

sirkuler, hingga kontraksi baik (uterus teraba keras ) I5".

Tangan kiri tetap masase, periksa plasenta yaitu bagian maternal dan

fetal, untuk memastikan kotiledon lengkap dan selaput ketuban utuh,

masukkan plasenta kedalam kantong plastik/pendil yang sudah

tersedia.

Memeriksa apakah ada robekan pada vagina dan perineum, lakukan

penjahitan bila ada robekan.

Periksa kembali kontrksi uterus dan tanda adanya perdarahan

pervaginam, pastikan kontraksi baik.

Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit didada Ibu paling sedikit 1

jam.

Setelah 1 jam lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotic profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuscular dipaha kiri

antera lateral.

Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis

B dipaha kanan antera lateral.

Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan pervaginaan.

Ajarkan Ibu/Keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontaksi.
43

Evaluasi jumlah kehilangan darah.

Memeriksa nadi Ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama

1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pasca persalinan.

Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.

(40-60 kali/menit), serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5).

Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan Klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit ) cuci dan bilas peralatan setelah

dikontaminasi.

Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang

sesuai.

Bersihkan Ibu dengan air bersih, dari sisa air ketuban, lender dan darah.

Bantu Ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

Pastikan Ibu merasa nyaman. Bantu Ibu memberikan ASI, anjurkan

keluarga untuk memberi minuman dan makanan yang diinginkan.

Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %

Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan 0,5% balikan bagian

dalam keluar dan dan rendam dalam larutan Klorin 0,5% selama 10

menit.

Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Lengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

(menurut JNPK-KR, Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal 2007)

i. Inisiasi menyusui dini


Inisiasi menyusui dini

Bayi harus dapat kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir

selama paling sedikit satu jam.

Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusui dini dan

ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusui serta

memberi diperlukan

Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada

bayi baru lahir hingga inisiasi menyusui selesai dilakukan,

prosedur tersebut seperti : Memandikan, menimbang,

pemberian vitamin K, obat tetes mata dan lain-lain

Prinsip menyusui atau pemberian ASI dimulai sedini mungkin

dan secara ekslusif.

Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini Bagi Ibu dan Bayi

Bagi ibu:

Dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin

Dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.

Bagi bayi:

Membantu stabilisasi pernapasan

Mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik di bandingkan dengan

inkubator

Mencegah infeksi nosokomial.

Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi


45

Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi

Kontak memastikan perilaku optimum menyusui berdasarkan

insting dan bisa diperkirakan :

Menstabilkan pernafasan

Mengendalikan temperature tubuh bayi

Memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik

Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat

dan efektif

Meningkatkan kenaikan berat badan

Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi

Tidak terlalu banyak menangis dalam 1 jam pertama

Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu didalam perut

bayi

sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi

Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium

yang lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus pada

bayi baru lahir

Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama

beberapa jam pertama hidupnya.

Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu

Oksitosin :

Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca


persalinan lebih rendah

Merangsang pengeluaran kolostrum

Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi

Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat

plasenta lahir dan produser pasca persalinan lainnya

Prolaktin:

Meningkatkan produksi ASI

Membantu ibu mengatasi stress. Mengatasi stress adalah

proses dari oksitosin

Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi

selesai disusui

Menunda ovulasi

Keuntungan menyusui dini untuk bayi

Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum

segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi

Memberikan kesehatan pada bayi dengan kekebalan pasif yang

segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama

bagi bayi

Meningkatkan kecerdasan

Membantu bayi mengkoordinasikan his, menelan dan bernafas

Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi

Mencegah kehilangan panas

Merangsang kolostrum segera keluar


47

Keuntugan menyusui dini untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin

Meningkatkan keberhasilan produksi ASI

Meningkatkan jalinan kasih ibu dan bayi

Memulai menyusui dini akan

Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah

Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan

Merangsang produk ASI

Memperkuat reflek menghisap bayi. Refleks menghisap awal

pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah

lahir (Saifudin, 2007).

Nifas

Pengertian Nifas

Periode pascapartum (Nifas) adalah masa enam minggu sejak bayi

lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal

sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang di sebut puerperium atau

trimester keempat kehamilan ( Jensen, 2005 ).

Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Prawirohardjo, 2006).

Masa nifas (puerperium) dimulai segera setelah kelahiran plasenta


dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42

hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan

pada keadaan yang normal (Saifuddin, 2006).

Masa puerperium atau masa nifas adalah mulai setelah partus

selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh

alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan sebelum

3 bulan (Sarwono, 2006).

Fisiologi Nifas

Genetalia interna dan eksterna

Perubahan alat-alat genetalia ini dalam keseluruhanya disebut

dengan involusi, setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira 1

jari di bawah pusat, segera seperti sedia kala umunya terjadi pada

hari ke 3 sampai ke 15 hari postpartum.

Laktasi

Perubahan yang terjadi pada mamae sebagai persiapan laktasi

yaitu ploriferasi jaringan, terutama klenjar-kelenjar alveolus

mammae dan lemak. Pada duktus laktiferus terdpat cairan dan

kadang-kadang dapat dikeluarkan ( colostrum ).

Hipervaskularisasi

Terdapat pada permukaan maupun bagian dalam mammae.

Setelah partus, laktogenic hormon akan dihasilkan mammae yang

akan dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi akibat kelenjar-


49

kelenjar berisi susu. Pengaruh oksitosin, mengakibatkan

mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga

pengeluaran ASI terlaksanakan. Kadar prolaktin akan meningkat

dengan rangsangan fisik pada mammae. Rangsangan fsikis

merupakan reflek dari mata ibu ke otak mengakibatken oksitosin

yang dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan dan dapat

memperbaiki involusi uterus.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu nifas

Uterus

Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan di sebut involusi. Proses ini di mulai segera setelah

plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot uterus. Pada akhir

tahap ke tiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-

kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar

pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira

sama dengan uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu yg

beratnya kira-kira 1000 gram. Dalam waktu 12 jam, tinggi

fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam

beberapa hari terjadi involusi, fundus turun kira-kira 2 cm

setiap 24 jam.

Uterus yang pada waktu hamil beratnya 11 kali beratnya


pada sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gram 1

minggu setelah melahirkan, 350 gram 2 minggu setelah lahir.

Pada minggu ke enam beratnya menjadi 50 sampai 60 gram.

Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna

segera setelah bayi lahir, di duga terjadi respon terhadap

penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis

pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah

intramimetrium , bukan oleh agrogasi trombosit dan

pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari

klenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus.

Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum Intensitas

kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Ibu

yang mrencanakan menyusui bayinya, di anjurkan agar

membiarkan bayinya di payudara segera setelah bayi lahir.

Karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan

oksitosin.

Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus

umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik

sering di alami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang

bertahan sepanjang masa awal puerperium. Menyusui dan

oksitosin tambahan biasanya meningkatkan rasa nyeri ini


51

karena keduanya merangsang kontraksi uterus.

Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi

vaskular dan trombosis menurunkan tempat plasenta kesuatu

area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.

Lokia

Raba uterus yang sering keluar setelah bayi lahir kali

disebut lokia, mula-mula berwarna merah, kemudian berubah

menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat

mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah

lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih

dari jumlah maksimalyang keluar selama menstruasi.

Lokia rubra mengandung darah dan debris desidua serta

debris trofoblastik setelah 3 sampai 4 hari. Lokia serosa terdiri

darah lam, serum, leukosit dan debris jaringan setelah 10 hari

setelah lahir. Lokia alba mengandung leukosit, desidua, sel

epitel, mulkus, serum dan bakteria. Lokia rubra yang menetap

pada awal periode pascapartum, menunjukan perdarahan

berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membran yang

tertinggal ( Jensen. 2005).

Serviks

Seviks menjadi lunak segera setlah ibu melahirkan, 18 jam

pascapartum serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih


padat dan menjadi ke bentuk semula. Ektoserviks ( bagian serviks

yang menonjol ke vagina ) terlihat memar dan sedikit laserasi kecil

yang kondisi optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks

yang bersilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara

bertahap.

Vagina dan Perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan

mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya agak

meregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil,

6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Pada umunya rugae akan

memipih secara permanen. Penebalan mukosa vagina terjadi

seiring pemulihan fungsi ovarium.

Topangan Otot Panggul

Struktur penopangan uterus dan vagina bisa mengalami cedera

sewaktu melahirkan dan masalah genekologi dapat timbul di

kemudian hari. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan

pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur

panggul. Streuktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior

atas, uretra, kandung kemih dan rektum ( Jensen. 2005).

Penatalaksanaan pada masa nifas

Pemenuhan kebutuhan gizi

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya

makanan yang mengandung protein, mineral 3 liter/hari (anjurkan


53

ibu untuk minum setiap kali menyusui), sayur-sayuran, buah-

buahan, vitamin yang cukup.

Gizi ibu menyusui terdiri dari :

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral

dan vitamin yang cukup.

Minum sedikitnya 3 liter air/hari (anjurkan ibu untuk minum setiap

kali menyusui)

Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin.

Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya.

Kebersihan diri dan lingkungan

Personal hygiene dan kebersihan lingkungan

Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

Bersihkan daerah alat kelamin dengan sabun dan air dari arah

depan kebelakang, baru kemudian bersihkan daerah sekitar

anus. Setiap selesai BAB dan BAK harus dibersihkan jaga

jangan sampai lembab.

Perawatan perineum, biasanya ada ibu yang takut perih pada

jahitan, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan

atau dicuci. Tetapi perineum harus selalu dibersihkan bisa

dengan sabun yang lembut dan air hangat, sabun khusus alat
kelamin. Minimal 1x sehari, dan tidak perlu dikasih kasa dan

betadine.

Ganti pembalut sesering mungkin atau setidaknya 2 x sehari.

Sarankan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum dan

selesai membersihkan daerah alat kelaminnya.

Jika ibu mempunyai luka episiotomi/laserasi bisa melakukan sitz

bath 2 x sehari, suhu air rata-rata 27ºC-29ºC, setelah selesai

keringkan dengan lampu solux/lampu pijar (meja) 40 watt 15

detik dengan jarak 50 cm, sarankan ibu untuk menghindari

menyentuh daerah luka.

Jika ibu mempunyai haemorroid, perawatan dengan memberikan

kompres dingin atau es, bisa dengan air hangat (sitz bath)

dengan suhu 37ºC-39ºC selama 20 detik, diulang 4 jam sekali.

Perawatan payudara

Perawatan payudara sudah dimulai sejak ibu hamil supaya

putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk

menyusui bayinya, dalam masa nifas perawatan buah dada

dilakukan secara rutin :

Menjaga payudara tetap bersih dan kering

Menggunakan BH yang dapat menyokong payudara

Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum/ASI yang keluar pada

sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui

dimulai dari putting susu yang tidak lecet.


55

Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam. ASI

dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.

Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet

setiap 4-5 jam.

Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI lakukan:

(1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah

dan hangat selama 5 menit.

(2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting/gunakan

sisir untuk mengurut payudara dengan arah ‘I’ menuju

putting.

(3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara

sehingga putting susu menjadi lunak.

(4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali, apabila tidak dapat

menghisap seluruh ASI dikeluarkan dengan tangan.

(5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui

(6) Payudara keringkan

(7) Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :

Pembalutan payudara sampai tertekan

Pemberian obat estrogen untuk supresi LH, seperti tablet

lynoral dan parlodel.

Eliminasi

Miksi

Miksi dikatakan normal bila dapat BAK secara spontan tiap


3-4 jam. Ibu diusahakan agar dapat BAK sendiri, bila tidak

dilakukan tindakan dengan : dirangsang dengan mengalirkan

air keran didekat klien, mengompres air hangat diatas simpisis,

sambil sitz bath pasien disuruh kencing.

Defekasi

Biasanya 2-3 hari postpartum masih dapat BAB karena

pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapatkan tekanan

yang menyebabkan colon menjadi kosong selain itu

mempengaruhi peristaltic usus, maka sebaiknya diberikan obat

laksan atau paraffin peroral atau perrektal (1-2 hari setelah

postpartum).

Istirahat

Kebahagian setelah melahirkan membuat susah istirahat.

Setelah melahirkan ibu hamil membutuhkan istirahat bukan semata

hanya dikamar bersalin, tetapi juga setelah pindah diruangan

perawatan nifas.

a) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan apabila keadaan ibu normal, dalam 2 jam saja

cukup, biasanya sesudah pergerakan ringan, bangun, duduk

hanya terbatas ditempat tidur, mengadakan senam ringan

seperti bernapas panjang dan dalam, menggerakkan kaki dan

tangan. Setelah 2 jam persalinan bila keadaan ibu normal,

biasanya telah diperkenankan turun dari tempat tidur.


57

b) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa

perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi

bayi tidur.

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat

proses involusi uterus dan memperbanyak proses involusi

uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi

dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

Exercise/latihan

Exercise dibagi dua bagian yaitu :

Ambulasi

Ambulasi adalah kebijaksanan untuk selekas mungkin agar

pasien keluar/turun dari tempat tidurnya dan membimbingnya

secepat mungkin berjalan, tetapi karena lelah sehabis bersalin,

ibu harus istirahat selama 2 jam postpartum, kemudian boleh

miring-miring kekanan/kekiri untuk mencegah terjadinya

trombosit dan tromboemboli.

Senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan pada masa nifas

dengan tujuan untuk mengembalikan keadaan tubuh menjadi

indah dan langsing seperti semula.

Tujuan senam nifas adalah :

Mempercepat involusi rahim


Mengembalikan kekuatan otot perut dan perineum, mengurangi

rasa sakit pada otot-otot

Memperlancar peredaran darah

Mempercepat kemampuan BAK dan BAB

Memperlancar ASI

Perbaikan sikap

Pengembalian keindahan tubuh

Menghindarkan kelainan misalnya trombosit, emboli

Program senam dimulai dari yang sederhana sampai yang

sulit dimulai mengulang tiap 5 kali gerakan. Setiap hari harus

ditingkatkan sampai 10 kali. Waktu melakukan senam

nifas/mobilisasi mempunyai variasi, tergantung pada

komplikasi pada persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

Bisa melakukan latihan tertentu beberapa menit setiap hari

sangat membantu mengembalikan otot-otot perut dan pinggul

kembali normal. Ibu merasa lebih kuat dan ini menyebabkan

otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit

pada punggung, caranya seperti :

Pemeriksaan dan pengawasan postpartum, paling sedikit 4 kali

Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik

otot-otot perut selagi nafas kedalam dan angkat dagu

kedada, tahan satu hitungan sampai 5, rilek dan ulangi

sampai 10 kali.
59

Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)

Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot,

pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan

dan ulangi latihan sampai 5 kali. Mulai dengan

mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan, setiap

minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada

minggu ke-6 setelah persalianan ibu harus telah

mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi

baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi.

Tujuan perawatan dan asuhan post partum adalah :

(1) Memulihkan kesehatan umum penderita

(2) Mendapatkan kesehatan emosi

(3) Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi

(4) Memperlancar pembentukan ASI

(5) Penderita dapat melaksanakan perawatan sampai masa nifas

selesai dan dapat memelihara bayinya sendiri

b) Pemeriksaan post natal antara lain meliputi :

Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu

Keadaan umum : kondisi fisik, keluhan dan selera makan

Payudara : ASI, puting susu

Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum


Sekret yang keluar (lokia, fluor albus)

Keadaan alat-alat kandungan.

Cuti hamil dan bersalin

Menurut Menkes/No 369/ SK/ 111/ 2007, bagi wanita pekerja

berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1

bulan sebelum persalinan dan 2 bulan setelah persalinan.

Hubungan perkawinan atau rumah tangga

Secara fisik aman untuk memulai berhubungan suami istri

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1/2 jari

kedalam vagina tanpa rasa sakit. Begitu darah merah berhenti dan

ia merasakan rasa ketidaknyamanan, aman untuk melakukan rasa

ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan suami istri

kapanpun ibu siap. Ada tradisi menunda hubungan suami istri

sebelu 40 hari/6 minggu setelah bersalin tetapi semua keputusan

tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

Keluarga berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan

sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan

keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu


61

merencanakan keluarganya, dengan membantu mereka cara

mencegah kehamilan tidak diinginkan (KTD).

Biasanya wanita tidak dapat menghasilkan telur (ovulasi) sebelum

ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki, oleh karena itu

metode amenore laktasi (MAL) dapat dipakai sebelum haid

pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru, resiko cara

ini adalah 2 % kehamilan.

Meskipun beberapa KB mengandung resiko, menggunakan

kontrasepsi tetap lebih aman terutama bila ibu sudah haid lagi.

Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut harus

dijelaskan terlebih dahulu kepada ibu : bagaimana metode ini

dapat mencegah kehamilan & efektifitasnya, keuntungan,

kerugian, efek samping, cara menggunakannya, kapan metode

KB dapat dimulai untuk wanita bersalin yang menyusui.

Jika seorang ibu/pasangan telah menentukan metode KB nya, ada

baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk

mengetahui adakah yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan

untuk melihat apakah metode tersebut dapat berjalan dengan

baik.

11) Rooming – inplan

Rencana perawatan ibu dan bayi bersama-sama dalam 1 kamar,

keuntungannya :

Fisik : menyusui anak akan lebih mudah, resiko cross infeksi


bayi-bayi lain dapat dikurangi.

Psikologi : bayi menerima kasih sayang ibu lebih besar,

menimbulkan kepuasan bagi ibu dan bayi karena hubungan

selalu terjalin, ibu dapat melihat bayinya setiap saat, bayi tidak

akan menangis terlalu lama karena lapar atau kurang perhatian,

dalam waktu berkunjung dapat berkumpul dalam satu kesatuan

keluarga.

Educational : ibu dapat mempelajari kebiasaan bayinya dan

menambah pengetahuan dan pengalaman merawat bayi, ibu

dapat mengamati tingkah laku anaknya ( Jensen, 2005 ).

e. Tanda-tanda bahaya pada nifas

Perdarahan banyak/keluar cairan berbau dari jalan lahir

Demam > 2 hari

Payudara bengkak, merah disertai rasa nyeri

Sakit kepala yang hebat

Edema seluruh tubuh (muka dan ekstremitas)

Nyeri perut yang hebat

Penglihatan kabur

Kejang

f. Tindakan lazim yang tidak bermanfaat, bahkan dapat membahayakan

Menghindari makanan berprotein seperti ikan atau telur

Rasional : Ibu menyusui membutuhkan tambahan kalori sebesar 500

Kalori/harinya.
63

Penggunaan bebat perut segera pada masa nifas 2-4 jam postpartum

Rasional : Selama 1 jam pertama, petugas perlu memeriksa fundus

setiap 15 menit dan melakukan masase jika kontaksi tidak kuat.

Selama 1 jam kedua masa nifas, petugas perlu memeriksa fundus

setiap 30 menit dan melakukan masase jika kontraksi tidak kuat.

Penggunaan pembebat perut, selama masa kritis membuat sulit bagi

petugas kesehatan untuk menilai tonus dan posisi uterus untuk

melakukan masase uterus jika diperlukan, dan memperkirakan banyak

darah yang keluar.

Penggunaaan kantong es untuk menjaga uterus berkontraksi Rasional:

Merupakan perawatan yang tidak efektif untuk atonia uteri

Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam pertama

setelah kelahiran

Rasional : Pada 1 jam pertama, merupakan masa transisi/masa kritis

untuk menjalin ikatan antara ibu dan bayi, bayi akan mulai menyusu

pada saat ini. Pada 2 jam pertama, merupakan masa paling siaga

karena pada saat ini biasanya bayi tertidur.

Bayi Baru Lahir

Pengertian Bayi baru lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan aterm

antar (37 - 42 minggu) dengan berat badan lahir tidak kurang dari 2500

gram dan tidak lebih dari 4000 gram dan nilai apgar 7-10

(Prawirohardjo. 2006).
Perubahan fisiologis pada Bayi baru lahir

Respirasi

Selama dalam uterus janin mendapatkan oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta, setelah bayi baru lahir pertukaran

gas harus melalui paru bayi.

Sirkulasi darah

Bila tali pusat dipotong maka darah ke ductus venosus

mengecil dalam beberapa jam, setelah 1 minggu akan menghilang

menjadi ligamentum

Sistem hematopoetik

Hb akan meningkat, lalu menurun dan akhirnya pada akhir

bulan pertama akan sama orang dewasa.

Metabolisme

Luas permukaaan neonatus relatif besar dari pada orang dewasa,

sehingga metabolisme dasar per kg berat badan lebih besar

(Prawirohardjo, 2007).

Tanda-tanda Bayi baru lahir normal

Segera menangis

Berat badan 2500 - 4000 gram


65

Panjang badan 48 -52 cm

Lingkar dada 30 - 38 cm

Lingkar kepala 33 – 35 cm

Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 x/menit

kemudian menurun sampai 120-140 x/menit

Pernafasan pada menit-menit pertam cepat kira-kira 80 x/menit,

kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 x/menit

Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan diliputi verniks caseosa

Rambut lanugo sudah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

Kuku telah agak panjang dan lemas

Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora ( Pada

perempuan ) sedangkan pada laki-laki testis sudah turun berada di

skrotum.

Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama (Sarwono, 2008).

Tanda-tanda Bayi baru lahir tidak normal

Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x/menit, terlihat retraksi pada waktu

bernafas

Kehangatan terlalu panas ( > 38 ºC atau terlalu dingin < 36 ºC )

Warna kulit kuning ( terutama pada 24 jam pertama ), biru atau pucat,

memar
Pemberian makan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak

muntah

Infeksi suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan ( nanah), bau

busuk, pernafasan sulit

Tinja / kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering,

hijau tua, ada lendir atau darah dalam tinja. Dan gangguan

gastrointestinal, misalnya tidak mengeluarkan mekonium selama 3

hari pertama setelah lahir

Aktivitas : Mengigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung,

lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, menangis terus menerus.

Segera cari pertolongan bidan / tenaga kesehatan lainya jika timbul

tanda-tanda bahaya tersebut (Prawirohardjo, 2007).

Penatalaksanaan Bayi baru lahir

Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan

penanganan bayi baru lahir pastikan untuk melakukan tindakan

pencegahan infeksi sebagai berikut :

Cuci tangan secara benar sebelum dan sesudah melakukan kontak

dengan bayi

Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan

Pastikan semua peralatan yang dipakai (klem, gunting, pengikat

tali pusat yng sudah di DTT/steril) jangan pernah menggunakan


67

bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.

Pastikan semua alat tenun dalam keadaan bersih dan kering

Timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop, dan benda-

benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan

bersih.

Penilaian awal bayi baru lahir

Segera lakukan penilaian awal bayi baru lahir secara cepat dan

tepat (0-30”), penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan sistem

nilai APGAR SCORE, nilai ini digunakan untuk menentukan

apakah bayi tersebut memerlukan pertolongan atau tidak. Penilaian

menurut apgar bisa dilakukan pada umur 1’-5’ .

Tampilan Nilai
0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh

(warna Ekstremitas kemerahan-

kulit) kebiruan merahan

Pulse rate Tidak ada < 100 x/menit > 100x/menit

(denyut

jantung)
Grimace Tidak ada Sedikit gerak Batuk atau bersin

(reaksi mimik.

terhadap Menyeringai

rangsangan)
Activity Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif

(kontraksi sedikit fleksi


otot)
Respiration Tidak ada Lemah atau tidak Baik/menangis kuat

(pernapasan) teratur

Asfiksia berat : 0 sampai 3

Asfiksia sedang : 4 sampai 6

Asfiksia ringan : 7 sampai 10

NA 1’ ≥ 7 : tidak perlu dilakukan resusitasi

NA 1’ = 4-6 : lakukan bag dan mask ventilation

NA 1’ = 0-3 : lakukan inkubasi

Pencegahan kehilangan panas / mempertahankan suhu tubuh bayi

Konduksi

Proses hilangnya panas tubuh melalui kontak langsung

dengan benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari

suhu tubuh bayi (timbangan, perlak/alas plastic).

Konveksi

Proses hilangnya panas melalui kontak dengan udara yang

dingin disekitarnya (kipas angin, AC), contoh : bayi berada

diruangan terbuka dimana angin secara langsung mengenai

tubuh bayi.

Evaporasi

Proses hilangnya panas tubuh bila bayi berada dalam


69

keadaan basah (air ketuban), contoh : bila bayi tidak segera

dikeringkan, setelah proses kelahiran atau setelah mandi.

Radiasi

Proses hilangnya panas tubuh bayi bila diletakkan dekat

dengan benda-benda yang lebih rendah suhunya dari suhu

tubuh bayi, contoh, bayi diletakkan dekat tembok yang dingin

yang lembab.

Penyesuaian diri bayi baru lahir

Penyesuaian pada BBL antara lain :

Memulai mempertahankan pernapasan dengan paru-paru

Memulai perubahan sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan

oksigen

Kemampuan mengatur dan mempertahankan suhu tubuh.

Kemampuan memenuhi kebutuhan nutrisi melalui saluran

cerna

Kemampuan mengeluarkan produk buangan

Kemampuan untuk mempertahankan fungsi-fungsi sistem

dalam tubuh

Kemampuan untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi.

Mencegah hilangnya panas pada tubuh bayi :

Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit

bayi dan ibu.

Keringkan bayi segera setelah lahir, untuk mencegah


kehilangan panas/hipotermia akibat evaporasi cairan

ketuban pada permukaan tubuh bayi dan sebagian

rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai

bernafas.

Ganti handuk/kain yang basah dan bungkus bayi dengan

kain kering dan hangat/selimut dan kepala bayi harus

tertutup dan tetap terlindung dengan baik untuk

mencegah keluarnya panas tubuh.

Periksa telapak bayi setiap 15‘, apabila telapak tangan bayi

terasa dingin periksa suhu axilla bayi dan bila suhu 36,5

ºC segera hangatkan bayi.

Jangan memandikan bayi, sebelum 6 jam setelah bayi lahir

dan harus dengan suhu normal 36,5-37,5 ºC. Mandikan

bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat.

Jangan menimbang bayi dalam keadaan telanjang karena

kulitan bersentuhan langsung dengan timbangan.

Rangsangan taktil

Rangsangan taktil dilakukan bila dalam mengeringkan tubuh

bayi dan penghisapan lendir/cairan ketuban dari mulut dan hidung

belum mencapai bayi untuk bernafas yang adekuat.


71

Ada 2 cara dalam melakukan rangsangan taktil yaitu

menggosok, mengusap, mengelus punggung bayi secara cepat

dengan handuk dan menepuk/menyentil telapak kaki bayi untuk

meningkatkan frekwensi pernafasan.

Asuhan tali pusat ( memotong dan merawat tali pusat )

Pemotongan tali pusat : Tali pusat dipotong sebelum/sesudah

plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan

mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi

lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk

memudahkan melakukan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong

5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting tali pusat steril dan

diikat dengan pengikat tali pusat steril.

Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru :

Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi

tubuh lainnya.

Bilas tangan dengan air matang atau DTT

Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau

kain kering dan bersih.

Ikat puntung tali pusat sekitar 2-3 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang DTT atau klem plastic tali pusat

DTT/steril (jika tersedia) lakukan simpul kunci/jepitan secara

mantap klem tali pusat.


Jika memakai benang tali pusat, lingkarkan benang disekeliling

puntung tali pusat dan lakukan pengikatan kedua lengan

dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang

berlawanan.

Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan dalam larutan

klorin 0,5 %

Jaga tali pusat agar tetap kering dan bersih

Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering pastikan kepala

bayi tertutup dengan baik. Pantau kemungkinan terjadinya

perdarahan pada tali pusat.

Perawatan tali pusat

Jangan membungkus pusat atau perut ataupun mengoleskan bahan

atau ramuan apapun kepuntung tali pusat dan nasehati keluarga

untuk tidak memberikan apapun pada pusar bayi.

Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali

pusat, bersihkan dengan lembut disekitar tali pusat dengan

kapas basah.

Beri nasihat pada ibu atau keluarganya sebelum penolong

meninggalkan bayi : lihat popok dibawah puntung tali pusat,

jika puntung tali pusat kotor, cuci secara lembut dengan air

matang (DTT) dan sabun, jika pusar merah atau mengeluarkan

darah atau nanah, konsul ke bidan/tenaga kesehatan lainnya

untuk pemeriksaan, jika berlanjut, segera rujuk kefasilitas yang


73

memadai.

Memulai pemberian ASI

Pastikan pemberian ASI dimulai 1 jam setelah bayi lahir. Jika

mungkin, anjurkan ibu untuk menekuk dan mencoba untuk

menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong.

Tentramkan ibu bahwa akan membantu ibu menyusukan bayinya

setelah plasenta lahir dan penjahitan laserasi. Anggota keluarga

mungkin bisa membantunya untuk memulai pemberian ASI lebih

awal, setelah lahirnya plasenta dan penjahitan ibu sudah bersih dan

mengganti baju untuk menyusukan bayinya kembali. Beritahu ibu

usahakan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan tanpa memberikan

makanan apapun baik itu air putih.

Laktasi dan kontak dini dengan ibu (bounding attatchment)

laktasi merupakan bagian dari rawat gabung, setelah ibu

dibersihkan, segera lakukan kontak dini agar bayi mulai mendapat

ASI. Dengan kontak dini dan laktasi bertujuan untuk melatih reflek

hisap bayi, membina hubungan psikologis ibu dan anak/ikatan

batin, membantu kontraksi uterus melalui rangsangan pada putting

susu, memberikan ketenangan pada ibu merupakan perlindungan

bagi bayinya dan mencegah hilangnya panas yang berlebihan pada

bayi. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah

‘siap’ dengan menunjukkan refleks rooting, jangan paksa bayi

untuk menyusui.
Pemberian frofilaksi terhadap gangguan pada mata

Dibeberapa Negara perawatan mata bayi baru lahir secara

hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia

neonatarum. Didaerah mana prevalensi gonorrhea tinggi, setiap

bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.

Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 %

dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia

(penyakit menular seksual).

Perawatan mata harus dikerjakan segera, tindakan ini dapat

dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat dan

harus dicatat didalam status termasuk obat apa yang digunakan.

Yang lazim dipakai adalah tetes mata profilaktik larutan perak

nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi

segera setelah bayi lahir (lebih efektif).

Peralatan untuk perawatan mata harus siap diruang

penerimaan/persalinan, ruang rawat bayi, termasuk : obat-

obatan, perlengkapan (alat tetes mata, gelas obat kecil steril dan

kapas), cairan Nacl untuk irigasi mata (bila yang dipakai perak

nitrat).

Perubahan warna dari cairan penetes berarti telah terjadi perubahan

kimia sehingga tidak dapat dipakai lagi. Petugas hendaknya

secara rutin meneliti terjadinya perubahan warna pada cairan

obat yang dipakai atau adanya kristal yang timbul yang


75

mungkin terjadi apabila suhu ruangan melebihi 34ºc.

Pemberian vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi

baru lahir dilaporkan cukup tinggi berkisar antara 0,25 %-0,5%

untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut. Semua bayi baru

lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1

mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin

K parenteral dengan dosis 0,5 mg-1 mg.

Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya

mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal

yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan

harus tetap ditempatkannya sampai waktu bayi dipulangkan :

Peralatan identifikasi bayi baru lahir selalu tersedia ditempat

penerimaan pasien dikamar bersalin dan diruang rawat bayi.

Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus

tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah

lepas.

Pada gelang/peneng ada yang biru dan merah jambu (pink)

tergantung dengan jenis kelamin, dan diikatkan sama pada

pergelangan tangan ibu.

Disetiap tempat tidur harus diberi tanda tangan dengan

mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.


Bisa juga memakai dua potong logam yang tipis dengan pinggiran

yang tumpul, pada lempeng tiap-tiap logam ditulis angka yang

sama, logam yang satu diikatkan pada pergelangan tangan bayi

dan yang lain pada ibu.

Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak dicatatan

yang tidak mudah hilang. Sidik telapak kaki bayi harus dibuat

oleh personil yang berpengalaman menerapkan cara ini, dan

dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik kaki harus disimpan

dalam ruangan bersuhu kamar. Ukurlah berat lahir bayi,

panjang bayi, lingkar kepala bayi, lingkar.

( Chadman, 2006).

Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney

Manajemen Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Pengertian

Manajemen kebidanan pada ibu hamil adalah proses pemecahan

masalah pada masa kehamilan yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran serta tindakan berdasarkan teori ilmiah,

penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk

mengambil keputusan yang berfokus pada klien.

Tujuan

Agar bidan mampu memberikan asuhan kebidanan yang adekuat,

komprehensif dan berstandar pada ibu hamil dengan memperhatikan


77

riwayat ibu selama hamil ini, kebutuhan dan respon ibu serta

mengidentifikasi penyakit-penyakit yang ada serta mengantisipasinya.

Langkah-langkah ( 7 langkah varney )

Langkah I Mengumpulkan Data

Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bila klien mengalami

komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam

manajemen kolaborasi bidan akan malakukan konsultasi. Data-data

yang dikumpulkan meliputi :

Identitas : Nama, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat ( identitas istri dan suami )

Riwayat kehamilan : Hari pertama haid terakhir ( HPHT ), siklus

haid, perdarahan pervaginam, keputihan, mual dan muntah,

masalah/kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-

obatan

Riwayat obstetrik lalu : Jumlah kehamilan, persalinan, jumlah

persalinan cukup bulan, premature, jumlah anak hidup, jumlah

keguguran

Riwayat penyakit : Jantung, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus,

TBc, asthma, pernah operasi, alergi obat/makanan

Riwayat sosial ekonomi : Status perkawinan, respon ibu dan

keluarga terhadap kehamilan, jumlah keluarga yang membantu

di rumah, pembuat keputusan dalam keluarga, kebiasaan makan


dan minum, kebiasaan merokok, menggunakan obat-

obatan/alkohol, kehidupan seksual, pekerjaan dan aktivitas

sehari-hari

Pemeriksaan

Pemeriksaan umum : Tanda-tanda vital, berat badan, tinggi

badan, pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki

Pemeriksaan luar : Palpasi, auskultasi, perkusi

Pemeriksaan dalam : Menilai kemajuan persalinan, menilai luas

panggul

Laboratorium : Darah ( HB ), urine ( proteine dan glukosa )

Lankah II : Interpretasi Data

Mengidentifikasi secara benar diagnosa, masalah dan

kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang telah dikumpulkan sehingga di temukan diagnosa masalah

yang spesifik. Adapun masalah-masalah yang sering muncul pada

kehamilan, mual dan muntah, sakit kepala, mules, pusing.

Kebutuhan pada kehamilan tambahan nutrisi, tablet zat besi, asam

folat, pemberian imunisasi TT, konseling perencanaan persalinan,

perawatan payudara, pengenalan komlikasi, penyuluhan kesehatan.

Dalam menentukan diagnosa, masalah dan kebutuhan, dasar teori

harus dicantumkan.

Langkah III : Mengidentifikasi Doagnosa atau Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial berdasarkan


79

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila di mungkinkan

melakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan

dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial dapat terjadi

abortus, persalinan premature, hambatan tumbuh kembang janin,

mudah terjadi infeksi, ketuban pecah dini.

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya segera oleh bidan atau dokter atau

untuk dikonsultasi atau untuk di tangani bersama dengan anggota

timkesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar

yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah di uraikan

pada langkah V, di laksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa di lakukan seluruhnya oleh bidan dan

sebagian lagi oleh bidan, atau anggota tim lainya. Dalam


melaksanakan perencanaan pada ibu hamil di sesuaikan oleh

kondisi ibu. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : Umur

kehamilan, kesinambungan, hak-hak pasien.

Langkah VII : Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan dan bantuan, apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana

yang telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah.

Manajemen Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan pada ibu intranatal adalah proses

pemecahan masalah pada ibu intranatal yang digunakan sebagai

metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan

teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian

tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien .

Tujuan

Tujuanya adalah untuk memberikan asuhan kebidanan yang

adekuat, komprehensif, dan berstandar pada ibu intranatal dengan

memperhatikan riwayat ibu selama kehamilan, kebutuhan dan respon

ibu, serta mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi selama persalinan.


81

Terlaksananya asuhan segera atau rutin pada saat ibu intrapartum

(kala I- kala IV) termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa

kebidanan, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan terhadap tindakan

segera baik oleh bidan maupun dokter atau melakukan kolaborasi

dengan tenaga kesehatan lain serta menyusun rencana asuhan dengan

tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah

sebelumnya.

Langkah-langkah ( 7 langkah varney )

Langkah I : Pengumpulan Data

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap.

Data diperoleh melalui :

Anamnesa : Biodata, data demografi, riwayat kesehatan, termasuk

faktor herediter termasuk kecelakaan, riwayat menstruasi,

riwayat obstetrik dan ginekologi, termasuk nifas dan laktasi,

biospikopiktual dan pengetahuan klien.

Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital

Pemeriksaan khusus : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi

Pemeriksaan penunjang : Laboratorium dan diagnosa lain

( USG dan Radiologi )

Catatan terbaru dan sebelumnya


Data yang dikumpul ini sebagai data dasar untuk interpretasi

kondisi klien untuk menentukan langkah berikutnya.

Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau

diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Dirumuskan diagnosa yang spesifik, masalah

psikososial yang sedang dialami oleh wanita tersebut. “ Diagnosa

Kebidanan “ adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam

praktek kebidanan dan memenuhi “ Standar Nomenklatur “ (tata

nama) diagnosa kebidanan.

Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah

teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin

dilakukan. Pencegahan bidan diharapkan waspada dan mencegah

diagnosa atau masalah potensial ini agar tidak terjadi kalau

dimungkinkan, dan bersiap-siap menghadapinya bila diagnosa atau

masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini penting

serkali dalam melakukan asuhan kebidanan yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mengantisipasi

masalh potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang

akan terjadi, andaikan tidak terhindar, sudah terantisipasi tindakakn

penanganan yang tepat sehingga pasien bisa ditolong secara tepat


83

dan cepat. Sehingga langkah ini benar-benar langkah yang bersifat

antisipasi, rasional dan logis.

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Baik oleh bidan maupun dokter, dan atau untuk melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari

proses manajemen kebidanan. Manajemen ini berlaku baik asuhan

primer periodik dan pada maternal juga selama wanita tersebut

bersama bidan, misalnya pada masa intranatal. Data baru harus

terus menerus dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data

menindikasikan bidan harus segera bertindak untuk keselamatan

ibu dan bayi ( misalnya perdarahan antepartum, perdarahan

postpartum, distosia bahu atau pada bayi dengan nilai apgar yang

rendah ).

Beberapa kasus mengindikasikan situasi yang memerlukan

tindakan segera sambil menunggu tindakan dokter, misalnya pada

kasus prolaps tali pusat, sedangkan pada kasus lainya tidak

memerlukan tindakan darurat tetapi perlu konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter. Misalnya pada kasus preeklamsia berat

atau pada kasus lain yang memerlukan profesi kesehatan lain,

misalnya social worker, ahli gizi, psikolog dll. Bidan yang

mengkaji kondisi klien dan yang paling tepat dan penting untuk

wanita tersebut.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan

Pada langkah ini dilakukan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh hasil kajian yang dilakukan sebelumnya. Langkah

ini merupakan lanjutan dari manajemen terhadap diagnosa atau

masalah yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada l;angkah

ini data atau informasi yang kurang lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi yang

sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga

dari kerangka. Pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti

pa yang akan terjadi. Selanjutnya, apakah ini membutuhkan

penyuluhan, konseling atau rujukan bila ada masalah yang

berkaitan dengan sosio-kultural, ekonomi dan psikologi. Setiap

rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga

yang diberikan dapat efektif karena sebagian dari asuhan akan

dilaksanakan oleh pasien.

Rencana asuhan pada kala I

Bantulah ibu dalam masa persalinan jika ia tampak gelisah,

ketakutan dan kesakitan :

Berikan dukungan dan keyakinan dirinya

Berikan informasi dan kemajuan proses persalinanya

Dengarkan keluhanya dan coba sensitif terhadap


85

perasaanya

Jika ibu tampak kesakitan, dukungan dan asuhan yang dapat

diberikan :

Lakukan perubahan posisi

Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di

tempat tidur, anjurkan agar posisi miring kekiri

Sarankan ibu untuk berjalan

Ajaklah orang yang menemaninya (Suami atau ibunya)

untuk memijat atau menggosok punggungnya atau

membasuh mukanya di antara kontraksi

Ajarkan kepadanya teknik bernafas : ibu diminta untuk

menarik nafas panjang, menahan nafas panjang,

menahan nafas sebentar kemudian di lepaskan dengan

cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi

Penolong tetap menjaga hak dan privasi ibu selama persalinan,

antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak

menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin

ibu

Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi,

serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil

pemeriksaan

Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh di sekitar

kemaluanya setelah buang air kecil atau besar


Untuk mencegah dehidrasi dan kebutuhan energi, dan berikan

cukup minum

Sarankan kepada ibu untuk berkemih sesering mungkin

Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi

dengan cara :

Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar

Menggunakan kipas biasa

Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya

Lakukan pemantauan : tekanan darah, suhu badan, nadi dan

denyut jantung janin, kontraksi, pembukaan serviks,

penurunan sesuai dengan frekuensi yang sudah di tetapkan

(fase aktif atau fase laten)

Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam

selama kala I pada persalinan dan setelah selaput

ketuban pecah.

Dokumentasikan hasil temuan yang ada pada partograf

Rencana asuhan pada kala II

Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan :

Mendampingi ibu agar merasa aman

Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu

Menjaga kebersihan diri

Ibu tetap dijaga kebersihanya agar terhindar dari infeksi

Jika darah lendir atau ketuban segera dibersihakan


87

Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan

dan kekuatan ibu, dengan cara :

Menjaga privasi ibu

Penjelasan tentang proses persalinan dan kemajuan

persalinan

Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan

keterlibatan ibu

Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat di

pilih posisi berikut :

Jongkok

Menungging

Tidur miring

Setengah duduk

Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan

berkemih sesering mungkin

Memberikan cukup minum : memberikan cukup tenaga dan

mencegah dehidrasi

Rencana asuhan pada kala III

Pelaksanaan manajemen aktif kala III, meliputi :

Pemberian oksitosin dengan segera

Pengendalian pada tali pusat dan pemijatan uterus segera

setelah lahir

Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir


dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit IM.

Jika menggunakan manajemen aktif kala dan plasenta belum

lahir dalam waktu 30 menit

Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika

kandung kemih kosong

Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plassenta

Berikan oksitosin 10 unit ( IM ) dosis ke tiga, periksa vagina

wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan

pada serviks/vulva atau perbaiki episotomi

Rencana asuhan pada kala IV

(1) Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap

20-30 menit selama jam kedua, jika kontraksi tidak kuat,

massase uterus sampai menjadi keras.

(2) Periksa tekanan darah, naadi, kandung kemih dan peredaran

darah setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menoit

selama jam kedua.

(3) Anjurkan ibu untuk minum agar tidak terjadi dehidrasi,

tawarkan ibu minuman dan makanan yang disukai.

(4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang

bersih dan kering.

(5) Biarkan ibu beristirahat dan bantu ibu pada posisi yang

nyaman.

(6) Berikan bayi kepada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu


89

dengan bayi sebagai permulaan awal permulaan dengan

menyusui bayinya, menyusui juga juga membantu uterus

berkontraksi.

Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan yang Efisien dan Aman

Melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan,

pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian

dilakukan oleh klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainya.

Walau bidan tidak melakukan seluruh asuhan asuhan ini sendiri,

tetapi ia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaanya. (Misalnya memantau rencananya tetap terlaksana ).

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan suhan yang diberikan,

apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah diidentifikasi

dalam diagnosa atau masalah. Pelaksanaan asuhan tersebut dapat

dikatakan efektif bila mana benar-benar efektif, ada kemungkinan

sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin

sebagian belum, karena proses manajemen asuhan ini merupakan

proses berkesinambungan maka perlu evaluasi, kenapa suhan

belum efektif. Dalam hal ini perlu mengulangi kembali dari awal

setiap asuhan yang belum efektif, melalui proses manajemen,

untuk mengidentifikasi mengapa proses tersebut tidak efektif serta


melakukan penyesuaian dan modifikasi jika memamng diperlukan.

Langkah-langkah proses manajemen umum merupakan

pengkajian yang memperjelas proses berfikir, yang mempengaruhi

tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses

manajemen tersebut berlangsung dalam proses klinik.

Manajemen kebidanan ( 7 ) langkah ini merupakan proses

berfikir dalam mengambil keputusan klinik, ketika merupakan

asuhan kebidanan yang dapat di aplikasikan atau diterapkan dalam

setiap situasi.

Manajeman Asuhan Kebidanan pada Nifas

Pengertian

Asuhan ibu nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera

setelah lahir, sampai 6 minggu setelah kelahiran.

Tujuan

Memberikan asuhan yang adekuat dan berstandar pada ibu segera

setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan,

persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan.

Langkah-langkah ( 7 langkah varney )


91

Langkah I : Pengumpulan Data

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data

yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.

Melakukan pemeriksaan awal postpartum

Meninjau catatan/record pasien

Catatan perkembangan ante partum dan intra partum

Berapa lama ( jam/hari ) pasien post partum

Pesanan sebelumnya dan catatan perkembangan

Suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah post partum

Pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan tambahan

Catatan obat-obatan

Catatan bidan/perawat

Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu :

Mobilisasi, Buang air keci ( BAK ), Buang air besar ( BAB ),

nafsu makan, ketidaknyamanan/rasa sakit, kekhawatiran, hal

yang tidak jelas, makan bayi dan reaksi bayi ( reaksi terhadap

proses melahirkan dan kelahiran).

Pemeriksaan fisik

Tekanan darah, suhu badan, denyut nadi

Tenggorokan jika diperlukan

Buah dada dan puting susu

Auskultasi paru-paru jika diperlukan

Abdomen : Kandung kencing, uterus, diastosis


Lokia : Warna, jumlah dan bau

Perineum : Oedema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka

episotomi/robek, jahitan, memar, haemoroid ( wasir atau

ambein )

Ekstremitas : varices, oedema, tanda-tanda hortman dan refleks

Langkah II : Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu postpartum

Melakukan identifikasi yang benar terhadap msalah atau

diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah di kumpulakan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu post

partum dan nifas tergantung dari hhasil pengkajian terhadap ibu.

Contoh diagnosa

Post partum hari pertama dengan perdarahan nifas,

subinvolusi, anemia post partum, preeklamsia dan post seksia

sesarea. Masalah : Ibu kurang informasi, ibu tidak pernah

ANC, sakit pada luka episiotomi, keluhan mules yang

mengganggu rasa nyaman dan buah dada bengkak dan sakit.

Kebutuhan

Penjelasan tentang pencegahan infeksi, kontak dengan bayi

sesering mungkin ( bounding attachment ), penyuluhan

perawatan payudara, bimbingan menyusui, penjelasan tentang

KB, imunisasi bayi dan kebiasaan yang tidak bermanfaat

bahkan dapat membahayakan.

Langkah III : Identifikasi diagnosa dan masalah potensial


93

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang

mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang

sudah di identifikasi dan merencanakan antisipasi tindakan.

Contoh diagnosa potensial

Hypertensi post partum, anemia post partum, subinvolusi,

perdarahan post partum, infeksi post partum

Masalah potensial

Potensial bermasalah dengan ekonomi, sakit pada bekas

luka episiotomi, nyeri kepala dan mules

Antisipasi tindakan

Supaya tidak terjadi anemia, beri tablet Fe dan ibu di

anjurkan menabung agar tidak bermasalah dalam pembiayaan.

Langkah IV : Identifikasi dan menetapkan tindakan segera

Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera

oleh bidan atau dokter dan untuk di konsultasikan di tangani

bersana dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi

pasien.

Contoh :

Ibu kejang, segera lakukan tindakan untuk mengatasi kejang

dan segera berkolaborasi merujuk untuk perawatan selanjutnya. Ibu

tiba-tiba mengalami perdarahan lakukan tindakan segera sesuai


dengan keadaan pasien, misalnya pada kontraksi uterus kurang

baik segera berikan uterotonika.

Langkah V : Membuat rencana asuhan

Membuat asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan

temuan dari langkah sebelumnya.

Contoh :

Manajemen asuhan awal puerperium : kontak dini dan sesering

mungkin dengan bayi, mobilisasi atau istirahat baring di tempat

tidur, gizi ( diet ), perawatan perineum, buang air kecil

spontan/kateter, obat penghilang rasa sakit, obat tidur bila

diperlukan, obat pencahar bila di perluakan, pemberian

meterghin jika diperlukan.

Asuhan lanjutan : tambahan vitamin atau zat besi atau keduanya,

jika diperlukan, bebas dari ketidaknyamanan post partum,

perawatan payudara, pemeriksaan laboratorium terhadap

komplikasi jika diperlukan, rencana KB, tanda-tanda bahaya

dan kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan

membahayakan.

Langkah VI : Implementasi asuhan

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien

dann aman terhadap : kontak dini sesering mungklin dengan bayi,

mobilisasi atau istirahat berbaring di tempat tidur, gizi ( diet ),

perawatan perineum, buang air kecil spiontan/kateterisasi,


95

pemberian obat penghilang rasa sakit, pemberian obat tidur jika

diperlukan, pemberian meterghin jika diperlukan, pemberian obat

pencahar jika diperlukan , pemberian tambahan vitamin atau zat

besi atau keduanya jika diperlukan, bebas dari ketidak nyamanan

post partum, perawatan payudara, pemeriksaan laboratorium

terhadap komplikasi jika diperlukan, rencana KB, tanda bahaya

dan kebiasaan rutin tidak bermanfaat bahkan membahayakan.

Langkah VII : Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,

ulangi kembali proses manajemen dengan benar setiap aspek

asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau

merencanakan kembali yang belum terlaksana.

Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Pengertian

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan

kepada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, di lanjutkan sampai

24 jam setelah kelahiran.

Tujuan

Memberikan asuhan yang adekuat dan berstandar pada bayi baru

lahir dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam


persalinan dan keadaan bayi segera setelah lahir.

Langkah-langkah ( 7 langkah varney )

Langkah I : Pengumpulan Data

Menggali dan mengumpulkan semua data yang diperlukan

untuk menilai bayi yang baru lahir, yang meliputi : review data

sebelumnya dan identitas.

Langkah II : Interpretasi Data

Diagnosa :

Neonatus normal, cukup bulan, sesuai masa akehamilan dengan

dasar usia kehamilan 37 minggu, berat badan ≥ 2500 gram,

apgar skor lebih dari 7

Pada menit ke liam, tidak ada tanda-tanda kesulitan bernafas

Neonatus dengan penyulit dengan dasar berat badan kurang

dari 2500 gram, asfiksia nilai apgar skor kurang dari 7.

Kebutuhan :

Mempertahankan suhu tubuh dengan dasar bayi baru lahir

mudah kehilangan panas

Pencecgahan infeksi dengan dasar bayi masih rentan

Pemberian ASI dengan dasar kebutuhan nutrisi bayi

Langkah III : Identifikasi diagnosa dan masalah potensial

Diagnosa potensial yang perlu diantisipasi : hipotermia dengan


97

dasar bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu badan.

Langkah IV : Identifikasi kebutuhan dan yang memerlukan

penanganan segera

Bila terjadi penyakit pada bayi baru lahir

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh

Rencana pada bayi meliputi observasi tanda-tanda vital,

keadaan umum. Pertahankan suhu tubuh bayi, lakukan perawatan

tali pusat, lakukan perawatan bayi sehari-hari, pencegahan infeksi,

pengawasan pemberian ASI.

Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Mengarahkan dan melaksanakan rencana asuhan sesuai yang di

uraikan didalam langkah V secara efisien dan aman.

Langkah VII : Melakukan Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan sesuai yang diberian,

meliputi pemenuhan kebutuhan dan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengen kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah.

You might also like