You are on page 1of 14

Konseptual Keperawatan

Calista Roy

I. BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok


situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik.
Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang
berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin
ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para
ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma
keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan
perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan
sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja
dalam riset keperawatan.

Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan


ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy.
Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam
adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu
mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku
secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang
memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.

B.Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :
1.Menjelaskan Definisi dan Konsep Mayor Sister Calista Roy.
2.Menjelaskan Model konseptual Adaptasi Sister Calista Roy
3.Menjelaskan analisis SWOT konseptual sister Calista Roy.

II. BAB II : TEORI KONSEP SISTER CALISTA ROY

Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk


mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan
kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk
memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon
adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat
adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan
tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep
tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan
dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah
keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan
derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli
lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic
( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang
menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek
keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan
mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan
memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun
1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model
adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai
kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya
telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari
tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya
yang baru pada model adaptasi keperawatan.

Definisi dan Konsep Mayor


Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy
adalah:
1.Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,
proses, output, dan umpan balik.
2.Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat
berespon adaptif sendiri.
3.Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap
penurunan atau peningkatan kebutuhan.
4.Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara
langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah
presipitasi perubahan tingkah laku.
5.Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan
atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6.Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di
validasi.
7.Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
8.Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan
belajar.
9.Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,
interdependensi dan konsep diri.
10.Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan reproduksi.
11.Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit,
aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap
suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12.Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu
dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain
dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body
image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal
diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13.Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan
dengan tugasnya di lingkungan social.
14.Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting
dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara
memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

Model Konseptual Adaptasi roy


Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan
adalah : (1) manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur
keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujua keperawatan dan aktivitas
keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep adaptasi.

• Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai
sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu
kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik.
Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara
adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif
dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi
dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran,
dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu
sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan
zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai
satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai
suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses
control dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.
Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan
baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal
yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia
yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme


koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem
kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam
hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

a) Model Fungsi Fisiologi


Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.
Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus
dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua
bagian, model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri
dari 4 bagian yaitu :

1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,


yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984
dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal
dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik
dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan,
rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,
ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem
fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
(Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan
dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses
emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ
tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman
sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai
peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari
regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991).
b) Model Konsep Diri
Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis
antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep
diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan
the personal self.

1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang


dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran
tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau
hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal
diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan
cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang
berat dalam area ini.

c) Mode fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran
primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang
dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d) Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan
oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan
menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan
orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk
melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon


inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau
meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau
maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik
respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia
sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau
koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui
perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan
emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran,
dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.

• Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia.
Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang
adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal.
Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu :
fokal, konstektual, dan residual.
Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan
disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia
sebagai individu ata kelompok.

• kesehatan
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi
manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau
keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan
atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan
kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas
adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat.
Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan
pada kondisi sehat sejahtera.

Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan


konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan
mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan
energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan.
Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi
dan kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya
menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan
baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses
adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara
positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua
interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari
proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu
adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor
konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang
biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang
merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam
istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi :
kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut
integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium
yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap kondisi
adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium
manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus
dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi
peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada
keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu
fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

• keperawatan
Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek.
Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan
menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status
kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan
pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik
dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan
adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi
kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan
kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model
adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan
tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan
dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan
yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap
stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor
yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya
manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan
seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk
memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika
manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat
sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang
lebih tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas


keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia
dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara
adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran dan (4)
interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan
berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian
dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam
suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut
berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu
penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari
upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan
penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat
ditekankan pada konsep ini.

Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan


yang digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa
keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan
menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi
masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman
mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.

Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan


lingkungan. Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan
lingkungan. Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian
Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap
empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari data
observasi penilaian respond an komuniokasi dengan individu. Dari data
tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku
dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah
mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama
tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.
Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang
mempengaruhi perilaku.

Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu :


1. Tahap I : Pengkajian Perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan
data dan memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam model
ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh
kekurangan atau kelebihan. Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula
darah atau terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunkan wawancara,
observsi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap
mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini
adaptif, maladaptive atau potensial maladaptive.
2. Tahap II: Pengkajian faktor - faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap
perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.
a) Identifikasi stimuh focal
Stimuli tocal merupakan perubahan penilaku yang dapat diobserasi. Perawat
dapat melakukan pengkaian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaltu :
Keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.
b) Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku
atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagal contoh anak yang di rawat
dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar.
Focal stimulus yang dapat dildentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak
kehlangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat diidentiflkasi
adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor eksternalnya
adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat
melalul observasi, pengukuran, interview dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang
mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat,
alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi
sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.
c) Identifikasi stimuli residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson
dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu
relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,
karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada
situasi sekarang.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai
suatu hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang
mampunya adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan
mengobservasi tingkah laku kilen terhadap pengaruh lingkungan. Menurut
Roy (1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa keperawatan
Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependen
4. Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi
keprawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif
dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi
atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang
yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan.
Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan
setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan
residual.
5. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada
koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai
dengan kemampuan indMdu untuk beradaptasi.
Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif.
Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama
pengkajian tahap II.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan
sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah
laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika
tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
PENUTUP

Berdasarkan analisa terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok


menganalisa bahwa model keperawatan roy lebih menekankan pada manusia
secara holistik yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Konsep ini juga menekankan pentingnya individu
untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu merubah perilaku
yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.

Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan,


dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan
yang perilakunya dapat diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau
respon yang inefektif. Lingkungan terdiri stimulus internal dan eksternal.
Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan
untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan
adalah meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi
mode, menggunakan informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus
fokal, kontekstual, dan residual.

Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy,


penulis menyimpulkan bahwa konseptual ini dapat digunakan di Indonesia
dengan mempertahankan keuntungan, memanfaatkan kesempatan,
memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman yang ada.

You might also like