You are on page 1of 33

MODE SCREEN ONLY

DIBAWAH PEMBATASAN UU HAKI

TUJUAN EKSPERIMENTAL

PLANTAE
BIOLOGI SMA KELAS I

Maindexchange Nasional Archive


www.maindexchange.com

1
PLANTAE

Kompetensi Dasar

Mendiskripsikan dan mengkomunikasikan ciri-ciri


kingdom Plantae dan peranannya dalam kehidupan

2
MODE SCREEN ONLY
DIBAWAH PEMBATASAN UU
HAKI

Maindexchange Archive
www.maindexchange.com

PLANTAE
Kalian tentu masih ingat tentang ganggang hijau, bukan?
Ganggang hijau dipercaya memiliki hubungan yang sangat
dekat dengan tumbuhan. Banyak ahli vang berpendapat bahwa
ganggang hijau merupakan leluhur dari tumbuhan. Pendapat
demikian dimungkinkan karena adanya beberapa kesamaan
ciri yang dimiliki ganggang hijau dan tumbuhan. Berarti,
tumbuhan sekarang ini dapat dikatakan hasil evolusi dari
leluhur ganggang hijau.
Tumbuhan adalah kelompok makhluk hidup eukariot
fotosintetik yang tersusun atas banyak sel (multiseluler) dan
memiliki jaringan yang sudah berkembang dengan baik.
Tumbuhan hidup pada berbagai lingkungan darat, mulai dari
lingkungan hutan basah hingga daerah padang pasir atau tun-
dra, Dalam sistem lima kingdom, semua makhluk hidup yang
tergolong tumbuhan dimasukkan ke dalam kingdom Plantae.
Adapun ciri-ciri makhluk hidup yang termasuk kingdom
Plantae adalah sebagai berikut.
1. Struktur tubuh berupa multiseluler, eukariot, dan memiliki
sel-sel yang sudah terspesialisasi membentuk jaringan dan
organ.
2. Mengandung klorofil a dan b serta karotenoid; menyimpan
makanan dalam bentuk tepung; dan mempunyai dinding Gambar-1. Penyebaran lumut yang
sel dari bahan selulosa. hidup pada batu

3
3. Melindungi perkembangan embrio dari kekeringan dengan
menyuplai air dan nutrisi ke dalam struktur reproduksi
betina.
4. Mempunyai siklus hidup berupa pergiliran keturunan
(metagenesis).

A. Lumut
Secara umum, kingdom Plantae dibedakan atas dua
kelompok utama, yaitu tumbuhan tidak berpembuluh dan
tumbuhan berpembuluh. Anggota kelompok tumbuhan tidak
berpembuluh adalah semua tumbuhan lumut (Bryophyta),
sedangkan kelompok tumbuhan berpembuluh (Trachaeophyta)
meliputi tumbuhan paku, Gymnospermae, dan Angiospermae.
Lumut dapat dijumpai di berbagai tempat, mulai dari
daerah Kutub Utara (Arktika), melintasi daerah tropis hingga
ke daerah Kutub Selatan. Meskipun lumut menyukai tempat
yang lembab, tumbuhan tersebut dapat juga hidup di daerah
gurun, lumpur, dan sungai. Di hutan, lumut seringkali
ditemukan membentuk lantai dasar hutan atau menempel pada
pohon. Lumut dapat juga ditemukan menempel pada tembok,
sumur, dan permukaan batu bata di sekitar lingkungan kita.
Gambar-2. Penyebaran lumut yang
hidup pada pohon
1. Ciri dan Struktur Tumbuhan Lumut
Lumut umumnya berukuran kecil, tingginya kurang dari
dua sentimeter, meskipun ada juga yang tingginya mencapai
setengah meter. Ukuran tubuh demikian ada kaitannya dengan
ketiadaan jaringan pengangkut yang efisien pada lumut. Lumut
tidak memiliki sistem pembuluh khusus untuk mengangkut
air dan mineral organik. Proses pendistribusian air berjalan
lambat, yakni secara difusi.
Tumbuhan lumut tidak memiliki akar, batang, dan daun
yang sebenarnya. Hanya saja, tumbuhan tersebut dikatakan
memiliki struktur yang menyerupai akar, menyerupai batang,
dan menyerupai daun. Sebagai pengganti akar, lumut memiliki
rizoid. Rizoid merupakan bagian dari tubuh lumut yang
strukturnya menyerupai bulu-bulu akar. Melalui rizoid inilah
lumut menempel pada substrat dan menyerap air serta min-
eral dari dalam tanah.

2. Reproduksi Tumbuhan Lumut


Tumbuhan lumut dapat bereproduksi secara aseksual dan Gambar-3. Struktur sel lumut
seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif) dapat dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya melalui pembentukan gemma
atau kuncup, penyebaran spora, dan fragmentasi.
Reproduksi seksual (generatif) dilakukan dengan cara
peleburan sel gamet jantan (spermatozoid) dan sel gamet betina
(ovum). Spermatozoid dihasilkan oleh anteridium (organ
kelamin jantan), sedangkan ovum dihasilkan oleh arkegonium
(organ kelamin betina).
4
Berdasarkan letak anteridium dan arkeuoniun-. dibedakan
atas dua kelompok berikut.

a Lumut homotalus
Merupakan kelompok lumut yang memiliki anteridiun,
arkegonium pada satu tubuh (talus). Lumut demikian disebut
juga lumut berumah satu.

b. Lumut heterotalus
Merupakan kelompok lumut yang masing-masing talusnya
memiliki anteridium saja atau arkegonium saja. Lumut
demikian disebut juga lumut berumah dua.

3. Daur Hidup Tumbuhan Lumut


Pada umumnya, tumbuhan lumut mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis) dalam hidupnya, yaitu antara fase
vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif dikenal sebagai
generasi sporofit, yaitu suatu fase yang menghasilkan spora.
Sebaliknya, fase generatif disebut sebagai generasi gametofit,
yaitu fase yang menghasilkan sel kelamin (gamet).
Pada generasi gametofit, akan terbentuk gamet jantan dan
gamet betina. Jika terjadi pembuahan dari kedua macam gamet
tersebut, maka akan terbentuk zigot dan berkembang menjadi
sporofit. Selanjutnya, sporofit melalui sporogonium akan
menghasilkan spora. Spora yang jatuh pada tempat yang sesuai
akan tumbuh membentuk protonema kemudian berkembang
menjadi tumbuhan lumut.

4. Klasifikasi Tumbuhan Lumut


Berdasarkan bentuk morfologi dan sifat hidup lainnya,
tumbuhan lumut dapat dikelompokkan atas lumut hati, lumut
tanduk, dan lumut sejati (lumut daun). Masing-masing
kelompok tumbuhan lumut tersebut menempati tingkatan
takson yang sama. Namun, penempatannya dalam sistem
taksonomi mengalami perkembangan.
Sebagian ahli taksonomi botani menempatkan masing-
-masing kelompok tumbuhan lumut pada tingkatan takson
kelas, yaitu kelas Hepaticopsida (lumut hati), kelas
Anthoceropsida (lumut tanduk), dan kelas Bryopsida (lumut
sejati). Oleh sebagian ahli taksonomi lainnya, menempatkan
lumut pada tingkat divisi, yaitu divisi Hepatopyta, divisi
Anthocerophyta, dan divisi Bryophyta. Terlepas dari
perbedaannya dalam sistem taksonomi, berikut ini kita akan
membahas tentang kelompok lumut tersebut satu per satu.

a. Lumut hati
Lumut hati merupakan tumbuhan kecil yang berbentuk
lembaran. Lumut hati tidak memiliki akar, batang, dan daun
yang sebenarnya sehingga mereka disebut juga tumbuhan ta-
5
lus. Struktur talus pada lumut hati dikenal dengan istilah lo-
bus.
Salah satu jenis lumut hati yang paling terkenal adalah
Marchantia. Setiap lobus lumut ini memiliki ukuran panjang
sekitar satu sentimeter atau lebih. Permukaan atas lobus licin,
sedangkan pada permukaan bawahnya terdapat sejumlah rizoid
yang dapat tertanam ke dalam tanah.
Marchantia dapat bereproduksi secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan
gemma atau kuncup. Gemma dihasilkan dari bagian dorsal
talus. Pada setiap gemma terdapat sekumpulan titik tumbuh.
Gemma yang dewasa dapat terpencar atau terlepas dari
talusnya karena tetesan air atau sentuhan serangga kecil. Jika
gemma jatuh di tempat yang cocok, maka akan tumbuh
menjadi talus (individu) baru. Cara reproduksi aseksual lainnya
adalah dengan melakukan fragmentasi.
Reproduksi seksual dilakukan dengan melibatkan alat
kelamin jantan (anteridium) dan alat kelamin betina
(arkegonium). Anteridium yang sudah matang akan me-
ngeluarkan spermatozoid berflagel. Selanjutnya, melalui
perantaraan air spermatozoid berenang menuju sel telur yang
dihasilkan oleh arkegonium hingga terjadi peleburan. Hasil
peleburan atau pembuahan tersebut akan membentuk zigot.
Selanjutnya, zigot akan berkembang dan tumbuh menjadi ta-
lus atau tumbuhan lumut baru. Contoh, Marchantia poly-
morpha dan Marchantia geminata

b. Lumut Tanduk
Lumut tanduk dapat ditemukan di sepanjang pinggir
sungai, danau, atau selokan. Struktur tubuhnya hampir serupa
dengan lumut hati. Itulah sebabnya ada sebagian ahli
mengelom-pokkannya ke dalam lumut hati. Seperti halnya
lumut hati, lumut tanduk juga mengalami pergiliran keturunan.
Salah satu jenis lumut tanduk adalah Anthoceros sporophytes.

c. Lumut sejati
Lumut sejati banyak ditemukan di daerah yang lembap
dan teduh. Mereka memiliki daya kompetisi yang lebih baik
dibanding kelompok lumut yang lain sehingga daerah
penyebarannya lebih luas. Lumut sejati dapat saja ditemukan
di daerah kutub, tropis, atau gurun.
Lumut sejati merupakan tumbuhan kecil yang memiliki
batang semu yang tegak dengan lembaran daun yang tersusun
spiral. Sepintas tumbuhan tersebut tampak seperti rumput.
Selain itu, lumut sejati ada juga yang tampak seperti hamparan
karpt-, atau beledu. Di hutan, tumbuhan ini seringkali
membentuk lantai dasar hutan atau menempel pada batang
kayu.
Lumut sejati dapat beradaptasi di lingkungan yang “aneh”.
6
Misalnya, lumut tembaga (copper mosses) ditemukan hanya
di daerah yang mengandung tembaga sehingga tumbuhan
tersebut dapat dijadikan sebagai indikator untuk deposit
tembaga. Jenis lainnya, lumut bercahaya (luminous mosses)
yang memiliki cahaya hijau keemasan ditemukan hanya di
dalam gua, di bawah akar pohon, dan beberapa tempat yang
teduh.
Lumut sejati memiliki kutikula dan stomata sehingga
dapat mencegah hilangnva air dari dalam selnya. Bila datang
musim kering secara terns-inenerus dan berlangsung lama,
maka lumut sejati akan mengalami dormansi. Tumbuhan
tersebut tampak layu, berwarna cokelat, dan tampak seolah-
olah mati. Namun, segera setelah turun hujan, lumut sejati
menjadi hijau dan aktivitas metabolismenya kembali aktif.
Reproduksi lumut sejati dapat terjadi secara aseksual dan
seksual. Kebanyakan reproduksi aseksual (vegetatif) dilakukan
dengan cara tragmentasi. Bagian dari tumbuhan tersebut dapat
tumbuh menghasilkan tunas atau kuncup. Kuncup akan
berkembang erkeii-iban menjadi tumbuhan lumut baru.
Selain itu, lumut sejati juga mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis) dari fase gametofit ke fase sporofit
yang berlangsung secarabergantian. Pada fase gametofit (fase
generatif), tumbuhan lumut akan menghasilkan gametangium,
yakni berupa anteridium dan arkegonium. Anteridium akan
menghasilkan spermatozoid dan arkegonium menghasilkan sel
telur. Pada fase tersebut spermatozoid berenang menuju sel
telur hingga terjadi peleburan sel kelamin. Hasil peleburan
kedua sel kelamin akan membentuk zigot. Selanjutnya, zigot
akan tumbuh menjadi sporogonitim (fase sporofit) yang tetap
menempel pada tumbuhan lumut (fase gametofit).
Pada sporogonium lumut sejati terdapat bagian-bagian
sebagai berikut.
1. Vaginula, yaitu semacam selubung pada pangkal tangkai
sporogonium yang berasal dari dinding arkegonium.
2. Seta, yaitu tangkai sporogonium.
3. Apofisis, yaitu bentuk pelebaran dari ujung seta atau suatu
peralihan dari seta ke sporogonium.
4. Sporangium, yaitu berupa kotak spora, tempat pem-
bentukan spora. Pada bagian tengahnya terdapat kolumela
yaitu bagian yang bersifat steril.
5. Kaliptra, yaitu semacam kapsul atau tudung sporangium
yang berasal dari dinding arkegonium.
Sporangium (kotak spora) berbentuk seperti periuk. Pada
bagian ujung terdapat sederet gigi peristom yang tersusun
melingkar. Sporangium juga memiliki semacam tutup kotak
spora yang disebut operkulum. Operkulum biasanya akan
terlepas bila spora sudah matang.
Pengeluaran spora diatur oleh gigi peristom. Kedudukan
gigi peristom dapat berubah-ubah sesuai dengan kelembapan
7
udara di sekitarnya. Jika udara lembap, maka gigi peristom
akan menutup sehingga spora tidak bisa keluar. Sebaliknya,
jika keadaan udara kering, maka gigi peristom membuka
sehingga spora dapat keluar. Jika spora jatuh di tempat yang
sesuai, maka akan tumbuh menjadi protonema. Selanjutnya,
protonema akan tumbuh menjadi tumbuhan lumut sejati
sebagai fase (generasi) gametofit. Dari daur hidup demikian,
kalian dapat mengetahui bahwa fase gametofit lebih dominan
daripada fase sporofit. Misalnya, Sphagnum, fimbriatum, Sph-
agnum squarrosum, Polytrichum commune, Funaria
hygrometrica, Pogonatum circhatitiii, Mniodendron
divaricatum dan Aerobryopsis longisima.

5. Peranan Lumut dalam Kehidupan


Kemampuan adaptasi lumut lebih baik dibanding
tumbuhan berpembuluh. Lumut dapat tumbuh pada dinding
batu atau celah-celah karang. Tumbuhan tersebut dapat
merubah struktur batu atau karang menjadi lapisan tanah
sebagai tempat tumbuh organisme lain. Itulah sebabnya
tumbuhan lumut dikatakan juga sebagai vegetasi perintis.
Di hutan, tumbuhan lumut sangat berperan dalam
menyerap dan menahan air hujan. Artinya, tumbuhan tersebut
dapat mencegah terjadinya banjir bila musim hujan dan mampu
menyediakan air pada musim kemarau.
Beberapa jenis lumut memiliki nilai komersial. Misalnya
Sphagnum, tumbuhan lumut ini dikenal memiliki kemampuan
menyerap air yang sangat besar sehingga sering digunakan di
kebun untuk memperbaiki kemampuan tanah dalam menahan
air. Pada beberapa daerah yang tanahnya bersifat asam atau
lembap, sisa-sisa jenis lumut Sphagnum akan menumpuk tanpa
mengalami pelapukan. Tumpukan lumut tersebut disebut peat
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Sphagnum yang
telah dibersihkan dapat juga diolah menjadi bahan pengganti
kapas. Selain itu, jenis Marchantia polymorpha diduga dapat
dijadikan sebagai obat hepatitis (radang hati).

RANGKUMAN
1. Lumut merupakan tumbuhan kecil tidak berpembuluh.
Pendistribusian air berlangsung secara difusi.
2. Lumut memperoleh air dan mineral dari substratnya
melalui suatu struktur mirip akar yang disebut rizoid.
3. Berdasarkan letak gametangium, tumbuhan lumut ada
berupa homotalus (berumah satu) dan heterotalus
(berumah dua).
4. Lumut dapat dikelompokkan atas lumut hati, lumut
tanduk, dan lumut daun atau lumut sejati.
5. Lumut berperan dalam ekosistem, antara lain dapat
memelihara siklus air dan mampu mencegah terjadinya
banjir.
8
6. Lumut juga bernilai komersial, misainyajenis Sphagnum,
dapat dijadikan sebagai bahan bakar dan bahan pengganti
kapas.

B. Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang mendominasi
daratan selama periode Karboniferus (286 juta hingga 360 juta
tahun yang lalu). Tumbuhan paku dapat ditemukan di berbagai
habitat, ada yang hidup di daratan yang tanahnya netral, tanah
berkapur. tanah asam, dan ada juga yang hidup di air. Biasanya
tumbuhar, paku menyukai tempat yang lembap dan teduh.
Tumbuhan paku sangat beraneka ragam. Kalian tentu sudah
pernah melihat tumbuhan paku yang ditanam sebagai tanaman
hias. Dapatkah kalian membedakan antara akar, batang, dan
daun? Bukti sejarah adanya kehidupan tumbuhan paku pada
zaman purba.

1. Ciri dan Struktur Tumbuhan Paku


Pada tumbuhan paku, kita sudah dapat membedakan
struktur akar, batang, dan daun. Keadaan demikian me-
nunjukkar. bahwa tumbuhan paku memiliki tingkat per-
kembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan
lumut.
Tumbuhan paku termasuk salah satu tumbuhar. ber-
pembuluh. Artinya, pada organ akar, batang, dan daun sudah
ditemukan jaringan pembuluh angkut, yakni berupa xilem dan
floem. Kalian tentu tahu fungsi kedua jenis pembuluh angkut
tersebut, bukan? Pada umumnya, berkas pembuluh angkut
tumbuhan paku tersusun secara kosetitris, yakni xilem di
tengah dikelilingi oleh floem.
Akar tumbuhan paku berupa akar serabut yang keluar dan
rimpangnya. Ujung akar biasanya dilindungi oleh tudung akar
atau kaliptra. Pada titik tumbuh akar terdapat sel yang dapat
membelah ke arah luar membentuk kaliptra dan ke arah dalam
membentuk sel-sel akar. Pada penampang melintang akar,
tampak adanya jaringan dari luar ke dalam, yaitu epidermis
(kulit luar), korteks (jaringan pertama), dan stele (silinder
pusat). Pada silinder pusat terdapat pembuluh kayu (xilem)
dan pembuluh tapis (floem).
Batang tumbuhan paku kebanyakan berupa batang yang
tumbuh mendatar di dalam tanah. Batang demikian dikenal
dengan sebutan rimpang atau rizom. Namun, pada beberapa
jenis tumbuhan paku lainnya, batang dapat tumbuh menjulang
ke atas, misalnya pada paku tiang (Alsophila glauca) dan paku
pohon (Cyathea sp.).
Susunan anatomi batang tumbuhan paku bermacam-
macam, bergantung pada jenisnya. Pada paku garuda
(Pteridum aquilinum), di sebelah dalam epidermisnya terdapat
9
jaringan penguat yakni berupa sklerenkima. Pada paku ekor
kuda (Equisetuin arvense), sklerenkima hanya terdapat di
bagian-bagian yang menonjol.
Daun tumbuhan paku memiliki ukuran yang bervariasi.
Ada daun yang berukuran kecil (mikrofil) dan ada juga yang
berukuran besar (makrofil). Pada umumnya, mikrofil hanya
berukuran seteba: satu lapis sel dan belum dapat dibedakan
antara bagian epidermis. daging daun (mesofil), dan tulang
daun. Bentuk daun tersebut tampak seperti sisik atau rambut
dan tidak mempunyai tangkai daun. Sebaliknya, makrofil
sudah terdiferensiasi dengan jelas bagian-bagiannya, yakni
berupa tangkai daun, tulang daun yang bercabang-cabang, dan
mesofil. Selain itu, makrofil sudah memiliki stomata.
Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dapat
dibedakan atas sporofil dan tropofil. Sporofil adalah daun
tumbuhan paku yang khusus menghasilkan spora, sedangkan
tropofil adalah daun yang berfungsi untuk melakukan asimilasi.
Pada permukaan bawah sporofil yang sudah dewasa
umumnya terdapat suatu badan berbentuk bulat atau
memanjang yang dikenal dengan istilah sorus. Sorus adalah
suatu badan yang terdiri atas beberapa kelompok sporangium
atau kotak spora. Sorus yang masih muda biasanya ditutupi
oleh selaput pelindung yang disebut indusium.
Pada sporangium terdapat sejumlah sel penutup
berdinding tebal dan menyerupai cincin yang disebut anulus.
Bila anulus kekeringan, maka sel-selnya akan mengerut dan
sporangium akan pecah sehingga sporanya keluar dan tersebar.
Spora tumbuhan paku cukup ringan sehingga mudah
diterbangkan angin.

2. Daur Hidup Tumbuhan Paku


Tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan
seperti halnya tumbuhan lumut. Pergiliran keturunan pada
tumbuhan paku dapat menghasilkan dua generasi, yakni
generasi gametofit dan generasi sporofit.

a. Generasi gametofit
Generasi gametofit ditandai dengan adanya protalium.
Protalium adalah semacam tumbuhan baru yang berbentuk
seperti jantung, berwarna hijau, dan melekat pada substrat
dengan rizoidnya. Protalium tersebut biasanya berukuran kecil
atau beberapa sentimeter dan tidak berumur panjang (hanya
beberapa minggu saja). Artinya, generasi gametofit tidak
berlangsung lama seperti halnya pada tumbuhan lumut.
Di dalam protalium terdapat suatu gametangium sehingga
dapat membentuk anteridium (alat kelamin jantan) dan
arkegonium (alat kelamin betina). Anteridium akan meng-
hasilkan sperma dan arkegonium akan menghasilkan sel telur. Gambar-3. a. Paku sarang burung. b.
Bila terjadi pertemuan sperma dengan sel telur (fertilisasi), Paku resam

10
maka akan terbentuk zigot. Selanjutnya, zigot akan tumbuh
menjadi tumbuhan paku (individu) baru.

b. Generasi sporofit
Generasi sporofit merupakan tumbuhan penghasil Spora,
yakni berupa tumbuhan paku itu. sendiri. Spora dihasilkan oleh
struktur daun khusus yang disebut sporofil. Spora tersebut
menyebar diterbangkan angin. Spora yang jatuh di tempat
sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru yakni berupa
protalium.
Mengingat generasi sporofit merupakan tumbuhan paku
ini sendiri yang dapat tumbuh, bertunas, dan berkembang
bia’.11 maka sudah jelas bagi kita bahwa generasi sporofit
lebih dominan daripada generasi gametofit.
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkannya, tumbuhan
paku dapat dibedakan atas paku homospora, paku heterospora,
dan paku peralihan antara homospora dan heterospora.

1. Paku Homospora dan Isospora


Paku homospora merupakan kelompok tumbuhan paku
yang menghasilkan satu macam spora berukuran sama.
Contoh, Lycopodium (paku kawat).

2. Paku heterospora dan anisospora


Paku heterospora merupakan kelompok tumbuhan paku
yang menghasilkan dua macam spora dengan ukuran yang
berbeda. Spora kecil atau mikrospora merupakan spora
berkelamin jantan dan spora besar atau makrospora berupa
spora betina. Contoh, Selaginella (paku rane) dan Marsilea
crenata (semanggi).

11
Makrospora (n)
Mikrospora (n)

Mikroprotalium Makroprotalium
(Mikrogamet) (Makrogamet)

Anteridium (n) Arkegonium (n)

Mikrosporangium
Sperma (n) Zigot (2n) Ovum (n)

Tumbuhan Paku

Mikrosporofil Makrosporofil

Mikrosporangium Makrosporangium

3. Paku Peralihan antara Homospora dan Heterospora


Paku peralihan merupakan kelompok tumbuhan paku yang
dapat menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang
sama. Akan tetapi, sebagian spora ada yang berkelamin jantan
dan ada yang berkelamin betina. Contoh, Equisetum debile
(paku ekor kuda).
Tumbuhan paku tidak hanya berkembang biak dengan
spora saja, tetapi juga dengan rizomnya. Rizom yang tampak
bersisik, dan beruas-ruas dapat tumbuh menjalar ke segala
arah. Dari rizom tersebut akan muncul akar-akar serabut dan
tangkai daur. sehingga membentuk tumbuhan paku baru. Selain
itu, pada jenis, suplir tertentu, tunas-tunas (calon tumbuhan
baru) dapat muncul dari ujung tangkai daun yang bersentuhan
dengan tanah.

Spora (-)
Spora (+)

Protalium Protalium

Anteridium Arkegonium

Sperma Ovum

Zigot

Sporofil

Sporangium

3. Klasifikasi Tumbuhan Paku


Seperti dalam pengklasifikasian makhluk hidup lainnya,
pengklasifikasian tumbuhan paku juga mengalami perubahan
dan perkembangan. Artinya, tingkatan takson dalam sistem
klasifikasi lama dapat meningkat statusnya dalam sistem
klasifikasi yang terbaru. Misalnya, tumbuhan paku yang

12
semula diklasifikasikan pada tingkat kelas dapat berkembang
menjadi tingkat divisi. Berdasarkan klasifikasi baru dengan
sistem lima kingdom, tumbuhan paku dibedakan atas beberapa
divisi, yaitu: Psilotophyta, Lycopodophyta, Equisetophyta, dan
Pteridophyta.

a. Psilotophyta
Anggota tumbuhan paku Psilotophyta tidak memiliki daun
atau akar sejati. Fungsi akar digantikan oleh rizoid.
Psilotophyta memiliki sporangium yang terletak pada ujung-
ujung cabangnya.
Psilotophyta merupakan kelompok tumbuhan paku yang
sudah hampir punah. Anggota divisi ini pernah dominan pada
periode Silurian hingga Devonian. Salah satu jenis Psilotophyta
yang masih ada hingga sekarang ini adalah Psilotum.

b. Lycopodophyta
Jumlah anggota divisi Lycopodophyta mencapai sekitar
1.000 spesies. Mereka memiliki daun berupa mikrofil yang
tersusun secara spiral. Lycopodophyta memiliki sporangium
yang muncul dari ketiak daun dan berkumpul membentuk stro-
bilus (seperti bentuk pentungan kayu). Kebanyakan hidup
menempel pada tumbuhan lain (epifit), tetapi bukan parasit.
Contoh anggota divisi ini adalah Lycopodium dan Selaginella.

c. Equisetophyta
Jumlah anggota divisi Equisetophyta hanya terdapat
sekitar 15 spesies. Mereka biasa tumbuh subur di tempat-
tempat yang lembap. Daun berukuran menengah, bersisik, dan
tersusun melingkar pada setiap buku.
Rizom dapat menghasilkan batang yang menjulang ke atas
hingga mencapai ketinggian 1,3 meter. Pada ujung batang
terdapat strobilus dengan warna khusus berupa kekuning-
kuningan.

d. Pteridophyta
Divisi Pteridophyta meliputi tumbuhan paku menurut
pengertian kita sehari-hari. Mereka memiliki daun-daun
berukuran besar (makrofil) dengan tulang-tulang daun dan
daging daun (mesofil).
Tinggi tumbuhan paku ini bervariasi, mulai dari yang
berukuran kecil dan tampak seperti lumut hingga tinggi
menjulang seperti pohon. Anggota divisi ini ada yang tingginya
mencapai enam kaki (1 kaki = 30 cm). Beberapa contoh dari
Pteridophyta adalah Alsophilla glauca (paku tiang), Gleichenia
linearis (paku resam), Adiantum cuneatum (suplir), dan
Marsilea crenata (semanggi).

13
4. Beberapa Tumbuhan Paku pada Kehidupan
Manusia
Beberapa manfaat tumbuhan paku bagi kehidupan
manusia adalah sebagai berikut.
a. Sebagai bahan obat-obatan, misalnya Lycopodium
clavatum dan Dryopteris filix-mas.
b. Sebagai tanaman hias, misalnya Asplenium nidus (paku
sarang burung), Adiantum cuneatum (paku suplir), dan
Selaginella (paku rane).
c. Sebagai tanaman sayuran, misalnya Marsilea crenata
(semanggi).
d. Sebagai pupuk hijau dalam pertanian, misalnya Azolla
pinnata yang hidupnya bersimbiosis dengan Anabaena
azollae (ganggang biru). Anabaena azollae merupakan
jenis ganggang biru yang dapat memfiksasi N2 bebas
di udara. Dengan demikian, kehadiran Azolla pinnata
dapat meningkatkan kesuburan tanaman pertanian.
e. Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara,
yakni tumbuhan paku yang sudah mati pada zaman
purba.

RANGKUMAN
1. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh. Pada bagian organ tubuhnya sudah
ditemukan jaringan angkut berupa xilem dan floem.
2. Tumbuhan paku sudah mengalami diferensiasi. Artinya, tumbuhan tersebut sudah dapat dibedakan
antara bagian akar, batang, dan daun.
3. Akar tumbuhan paku berupa akar serabut yang keluar dari rizomnya. Ujung akar biasanya
dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra.
4. Batang tumbuhan paku umumnya berupa rimpang atau rizom, yakni batang yang tumbuh
mendatar di dalam tanah. Sebagian kecil tumbuhan paku tumbuh tegak (menjulang) ke atas,
mirip seperti batang pohon.
5. Daun memiliki ukuran yang bervariasi, ada yang kecil (mikrofil) dan ada yang besar (makrofil).
Berdasarkan fungsinya daun dibedakan atas sporofil dan tropofil.
6. Sporofil adalah daun tumbuhan paku yang secara khusus berfungsi untuk menghasilkan spora.
Tropofil adalah daun yang berfungsi untuk melakukan asimilasi.
7. Spora disimpan di dalam kotak spora (sporangium). Sekumpulan sporangium membentuk suatu
badan yang disebut sorus. Sorus dilindungi oleh selaput pelindung yang disebut inclusium.
Sorus biasanya terclapat di permukaan bawah daun.
8. Tumbuhan paku mengalami metagenesis, yakni mengalami pergiliran antara generasi sporofit
dan generasi gametofit. Pada tumbuhan paku generasi sporofit lebih dominan daripada generasi
gametofit.
9. Generasi sporofit merupakan tumbuhan paku itu sendiri yang dapat menghasilkan spora. Generasi
gametofit merupakan tumbuhan penghasil gamet.
10. Paku dapat berupa homospora (menghasilkan satu macam spora berukuran sama), heterospora
(menghasilkan dua macam spora dengan ukuran berbeda), dan peralihan homospora dan
heterospora (menghasilkan spora berukuran sama, tetapi sebagian spora ada yang jantan dan
ada yang betina).

14
C. Tumbuhan Berbiji
Kebanyakan tumbuhan yang kalian jumpai di sekitar
lingkungan kalian adalah tumbuhan berbiji (Spermatophyta).
Dikatakan demikian karena tumbuhan tersebut menghasilkan
biji. Para ahli botani tertarik pada tumbuhan berbiji bukan
hanya karena jumlahnya, tetapi juga karena kenekaragaman
jenis dan peranannya yang menonjol dalam kehidupan kita.

1. Ciri dan Struktur Tumbuhan Berbji


Tumbuhan berbiji (Spermatophyta; spermatofita;
kormofita berbiji) merupakan tumbuhan kormus sejati. Tubuh
spermatofita dapat dibedakan dengan jelas menjadi tiga bagian
pokok, yaitu akar, batang, dan daun. Selain itu, tubuh
spermatofita memiliki modifikasi dari bagian-bagian pokok
tadi.
Salah satu bagian tubuh tumbuhan yang telah mengalami
pefkembangan sedemikian rupa adalah sporofil sehingga
sifatnya sebagai daun hampir hilang sama sekali. Sporofil yang
telah terangkai dalam berbagai bentuk kumpulan sporofil akan
membentuk organ yang disebut bunga. Oleh sebab itu,
golongan tumbuhan berbiji disebut pula Anthophyta atau
tumbuhan bunga (bahasa Yunani, anthos = bunga; phyton =
tumbuhan). Gambar-4 Bunga
Tumbuhan berbiji memiliki jaringan pembuluh yang
bervariasi. Jaringan pembuluh berfungsi untuk mengangkut
air, mineral, makanan, dan bahan-bahan lainnya dalam
tumbuhan. Jaringan pembuluh yang berperan untuk me-
ngangkut air dan mineral disebut jaringan xilem, sedangkan
jaringan pembuluh yang berperan untuk mengangkut bahan
makanan adalah jaringan floem.
Pada hakikatnya, hampir semua tumbuhan berbiji
memiliki pigmen hijau atau klorofil. Hanya beberapa jenis
yang tidak memiliki klorofil, misalnya yang termasuk
tumbuhan parasit.

2. Reproduksi Tumbuhan Berbiji


Tumbuhan berbiji berkembang biak secara seksual dan
aseksual. Perkembangbiakan secara seksual dengan mem-
bentuk biji yang dihasilkan dari organ reproduktif (bunga).
Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh organ
vegetatif.
Ciri khas Spermatophyta adalah adanya biji yang
dihasilkan oleh organ bunga. Biji dihasilkan melalui peristiwa
pembuahan atau fertilisasi sel-sel kelaminnya. Pada organ
bunga inilah dikenal adanya peristiwa seksual pada tumbuhan.
Hal tersebut melahirkan anggapan bahwa pada tumbuhan
berbiji terjadi peristiwa perkawinan, walaupun yang tampak
sebenarnya adalah penyerbukan (polinasi). Atas dasar peristiwa
tersebut, Eichter menyebut kelompok tumbuhan berbiji dengan
15
Phanerogamae (bahasa Yunani, phaneros = tampak jelas;
gamein = kawin).
Pada peristiwa penyerbukan, serbuk sari yang jatuh ke
kepala putik tumbuh menjadi badan yang berbentuk buluh.
Buluh ini berfungsi untuk mengantar gamet-gamet ke tempat
tujuannya, yaitu sel telur. Pertemuan antara sel gamet jantan
dan betina (peristiwa pembuahan) inilah yang akan
menghasilkan embrio. Berdasarkan peristiwa tersebut
golongan tumbuhan berbiji disebut Embryophyta sip-
honogama, yaitu tumbuhan yang memiliki embrio dan
perkawinannya terjadi melalui pembentukan suatu buluh
(bahasa Yunani, embryon = embrio (lembaga); phyton =
tumbuhan; siphon = pipa/buluh; gamein = kawin). Embrio pada
tumbuhan berbiji bersifat bipolar atau dwipolar, yaitu salah
satu kutubnya tumbuh dan berkembang membentuk batang
dan daun, sedangkan kutub lainnya tumbuh dan berkembang
membentuk sistem perakaran.
Tumbuhan berbiji dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu tumbuhan Angiospermae (angiosperma; tumbuhan
berbiji tertutup) dan tumbuhan Gymnospermae (gimnosperma;
tumbuhan berbiji terbuka).

a. Gimnosperma (tumbuhan berbiji terbuka)


Pemberian nama kelompok gimnosperma (bahasa Yunani,
gymnos = telanjang; sperma = biji) disebabkan biji-biji yang
dihasilkan terdapat pada permukaan yang tampak terbuka.

1. Ciri dan Struktur Gimnosperma


Anggota gimnosperma merupakan tumbuhan berkayu
dengan habitus (bentuk tubuh) berupa pohon, semak, atau
perdu. Bagian kayu berasal dari berkas pembuluh angkut
kolateral terbuka. Pada penampang melintang batang, berkas
angkut tersebut tersusun dalam suatu lingkaran. Pada batang a
terjadi pertumbuhan menebal sekunder karena memiliki
kambium. Di bagian xilem tidak terdapat pembuluh kayu,
melainkan trakeid (kecuali Gnetum gnemon). Trakeid adalah
sel xilem yang memanjang dengan kedua ujung meruncing
dan berfungsi sebagai penunjang. Dinding sel trakeid memiliki
lubang-lubang halus untuk saluran air dan mineral. Pada floem
tidak terdapat sel-sel pengiring.
Daun gimnosperma selalu berwarna hijau, mempunyai
bentuk yang bermacam-macam dan bersifat kaku. Gim-
nosperma belum memiliki bunga sesungguhnya, kadang-
kadang makrosporofil (daun buah) dan mikrosporofil (benang
sari) masih terkumpul dalam jumlah yang tidak terbatas pada
sumbu yang panjang. Gimnosperma tidak memiliki hiasan b
bunga (tereduksi). Mikrosporofil dapat membuka dan masih
mempunyai kantong sari. Bakal biji (makrosporangium; Gambar-4 Bunga Gimnosperma. a.
nuselus) hanya mempunyai satu integumen (kuht) yang Pinus halapensis, b. Welwichia

16
terbuka. Oleh sebab itu, bakal biji dapat secara langsung
diserbuki oleh serbuk sari yang terbawa oleh angin.

2. Pembentukan Gametofit pada Gymnosperma


Untuk membentuk lembaga atau embrio, seluruh
tumbuhan membentuk gametofit, yaitu generasi tumbuhan
yang menghasilkan gamet. Pada gimnosperma, generasi
tersebut mengalami reduksi, namun tidak sebesar reduksi
gametofit pada angiosperma.
Pembentukan gametofit betina terjadi dalam bakal biji,
yaitu di dalam makrospora (kandung lembaga), sedangkan
gametofit jantan di dalam mikrospora (serbuk sari).
Makrospora akan mengadakan pembelahan inti yang disertai
dengan pembentukan dinding-dinding pemisah sehingga
dihasilkan sebuah makroprotalium (kandung lembaga) yang
bersel banyak. Makroprotalium yang menghadap mikropil
membentuk sejumlah arkegonium yang tidak tetap yang terdiri
atas satu sel telur yanc, besar, beberapa sel dinding leher, dan
terkadang sel saluran perut. Mikropil adalah celah kecil tempat
masuknya serbuk sari ke kepala putik.
Pembentukan gametofit jantan diawali dengan pem-
belahan sel di dalam serbuk sari. Hasilnya berupa sel-sel
protalium, sel generatif (sel anteridium), dan sel vegetatif (sel
tabung). Sel protalium menempel pada salah satu dinding
mikrospora yang segera akan mati. Sel protalium yang telah
mati berisi zat-zat makanan yang disebut endosperma primer
dan akan digunakan sebagai makanan bagi embrio hasil proses
pembuaban. Sel generatif terletak di dekat sel-sel protalium
yang telah mati. Di sekeliling sel generatif tersebut terdapat
sel vegetatif yang berukuran besar.

3. Reproduksi Seksual Pada Gymnosperma


Reproduksi seksual pada tumbuhan dicirikan dengan
adanya proses pembuahan. Pada tumbuhan berbiji, sebelum
terjadi proses pembuahan terdapat peristiwa penyerbukan,
yaitu jatuhn-va serbui, sari di kepala putik. Setelah terjadi
penyerbukan, sel vegetatif membentuk buluh serbuk sari. Sel
generatif akan membagi diri menjadi sel dinding (sel tangkai;
sel bersaudara; dislokator) dan sel spermatogen. Sel
spermatogen membelah lagi menjadi dua sel sperma (sper-
matozoid) yang kemudian bergerak ke sel telur melalui buluh
serbuk sari.
Apabila spermatozoid telah bertemu dengan sel telur
(proses pembuahan) di bakal biji, maka di dalam protalium
terbentuk zigot yang akan tumbuh menjadi embrio. Bunga
betina atau bunga majemuk seluruhnya akan berkembang
menjadi buah dengan bentuk khusus yang dinamakan
dennenappel (denenapel). Denenapel terdiri atas sebuah sumbu
dengan sisik-sisik berkayu dengan biji di dalamnya. Karena
17
memiliki bentuk seperti kerucut, maka dinamakan strobilus
atau runjung.

4. Daur Hidup Gymnosperma


Daur hidup tumbuhan berbiji terbuka menunjukkan
adanya persamaan dengan tanaman paku heterospora.

5. Klasifikasi Gymnosperma
Gimnosperma kemungkinan telah hidup di bumi sejak
periode Devonian (410-360 juta tahun yang lalu). Berdasarkan
pendapat para ahli taksonomi, seluruh anggota gimnosperma
terbagi dalam tujuh kelas, yaitu kelas Pteridospermae, kelas
Cycadinae, kelas Bennettitinae, kelas Cordaitinae, kelas
Coniferae, kelas Ginkgoinae, dan kelas Gnetinae. Namun, tiga
kelas di antaranya, yaitu kelas Pteridospermae, kelas
Bennettitinae, dan kelas Cordaitinae telah mengalami
kepunahan.

a. Kelas Pteridospermae (paku biji)


Tumbuhan Pteridospermae (disebut pula Cycadofilicinae
atau paku biji) telah mengalami kepunahan sejak era
Mesozoikum (245-65 juta tahun yang lalu; jtl.). Kelompok
tersebut kemungkinan hidup pada periode Devonian (410-360
jtl.) serta mencapai puncak perkembangan pada periode
Karboniferus (360-286 jtl.) dan Perm (286-245 jtl.).

b. Kelas Bennettitinae
Seluruh spesies kelas Bennettinae dimasukkan ke dalam
famili Bennettitaceae.

c. Kelas Cordaitinae
Tumbuhan Cordaitinae hanya hidup di hutan pada periode
Karboniferus dan Permtubuhnya berupa pohon yang tinggi dan
bercabang-cabang. Memiliki daun tunggal berbentuk lanset
atau pipa dengan tulang daun sejajar.
Hingga saat ini, hanya tersisa empat kelas tumbuhan
gimnosperma dan oleh sebagian ahli taksonomi telah
digolongkan dalam empat divisi tersendiri, yaitu divisi
Pinophyta (tumbuhan konifer), divisi Cycadophyta (tumbuhan
cycad), divisi Ginkgophyta (tumbuhan ginkgo), dan divisi
Gnetophyta (tumbuhan gnetofita).

a. Tumbuhan konifer
Konifer merupakan tumbuhan gimnosperma yang umum
ditemukan di sekitar kita. Sebanyak lebih kurang 550 spesies
anggota divisi ini memiliki habitus berupa semak, perdu, atau

18
pohon. Kebanyakan memiliki tajuk berbentuk kerucut (conus
= kerucut; ferein = mendukung) dan memiliki daun berbentuk
jarum. Oleh karena itu, konifer sering disebut “pohon jarum”.
Berikut ini adalah beberapa contoh tumbuhan konifer mulai
dari tingkatan takson ordo.

1. Ordo Texales, terdiri atas famili Taxaceae dan famili


Cephalotaxaceae.
a. Famili Taxaceae, contoh spesies, Taxus baccata
(digunakan untuk bahan baku ukiran), Torreya, dan
Austrotuxus.
b. Famili Cephalotaxaceae, contoh spesies, Cephalotaxus
fartanei dan Amentotaxus (tersebar di Asia Timur).
2. Ordo Araucariales, terdiri atas famili Araucariaceae.
Contoh spesies: Araucaria cunninghamii dan Agathis alba
(pohon damar). Agathis alba dapat menghasilkan resin Gambar-5. Hutan koniver
dan juga sebagai tanaman hias.
3. Ordo Podocarpalles, terdiri atas famili Podocarpaceae.
Contoh spesies: Podocarpus imbricata (berguna sebagai
kayu bangunan).
4. Ordo Pinales, terdiri atas famili Pinaceae. Contoh spesies:
Pinus silvestris (menghasilkan terpentin, kolofonium, dan
kayunya untuk bahan bangunan), Pinus merkusii
(menghasilkan terpentin, banyak ditanam di daerah
Gambar-6. Sequola gigantea
Sumatra), Abies alba, Abies balsamea (menghasilkan bal-
sam kanada).
5. Ordo Cupressales, terdiri atas famili Taxodiaceae dan
famili Cupressaceae.
a. Famili Taxodiaceae, contoh spesies: Taxodium
distichum (sebagai bahan baku bangunan) dan Sequoia
gigantea (merupakan pohon raksasa).
b. Famili Cupressaceae, contoh spesies: Juniperus com-
munis (buahnya digunakan sebagai bahan baku
minuman keras”jenever”), Thuja gigantea, dan Thuja
occidentalis (keduanya sebagai bahan bangunan).

b. Tumbuhan cycad
Gambar-7. Tumbuhan cycad
Sampai sekarang telah tercatat 100 spesies tumbuhan
cycad. Tumbuhan cycad merupakan tumbuhan berkayu yang
tidak atau sedikit bercabang.
Bunga tersusun dalam strobilus berumah dua. Strobilus
jantan berukuran sangat besar, terdiri atas banyak sporofil yang
berbentuk sisik dengan banyak mikrosporangium. Strobilus
betina juga berukuran besar yang mengandung sporofil
berbentuk sisik dengan dua bakal biji.
Anggota tumbuhan cycad dikelompokkan lagi dalam satu
ordo, yaitu ordo Cycadales dan satu famili, yaitu famili
Cycadaceae. Contoh spesies: Cycas rumphii (pakis haji), Dioon
edule, dan Ramia floridiana. Mereka telah menyebar hampir
19
di seluruh dunia. Genus (marga) Dioon, Zamia, Ceratozamia,
dan Microcycas menyebar di Benua Amerika, genus
Encephalartos dan Stangeria di Benua Asia, genus Makrozamia
di Benua Afrika, dan genus Bowenia di Benua Australia.

c. Tumbuhan ginkgo
Anggota tumbuhan ginkgo merupakan tumbuhan berumah
dua. Ginkgo memiliki habitus berupa pohon bertunas panjang
dan pendek. Daunnya bertangkai panjang berbentuk kipas
dengan tulang daun bercabang-cabang seperti garpu. Daun
tersebut akan meranggas dalam musim gugur.
Tumbuhan ginkgo dikelompokkan dalam ordo Ginkgoales
dan famili Ginkgoaceae. Contoh spesies: Ginkgo biloba,
merupakan tumbuhan asli Tiongkok.

d. Tumbuhan gnetofita
Sebanyak 90 spesies tumbuhan gnetofita merupakan
tumbuhan berkayu. Tumbuhan tersebut batangnya ada yang
bercabang, tidak bercabang, atau terdiri atas hipokotil yang
menebal. Dalam kayu sekunder terdapat vasa (trakea).
Daun-daun gnetofita tunggal berhadapan dan bunganya
berkelamin tunggal. Berikut ini beberapa contoh anggota mulai
dari tingkatan takson ordo.
1. Ordo Ephedrales, terdiri atas famili Ephedraceae. Contoh
spesies: Ephedra altissima.
2. Ordo Gnetales, terdiri atas famili Gnetaceae. Contoh
spesies: Gnetum gnemon (tangkil atau melinjo, banyak
ditanam di pekarangan, daun yang muda dan buah
digunakan untuk sayur, sedangkan bijinya untuk bahan Gambar-8. Tumbuhan Gingko
baku pembuatan emping).
3. Ordo Welwitschiales, terdiri atas famili Welwitschiaceae.
Contoh spesies: Welzvitschia bainesii.

6. Manfaat gimnosperma
Konifer tersebar luas di permukaan bumi dan mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi. Kayu konifer banyak digunakan
sebagai bahan kontruksi bangunan dan produksi kertas.
Tumbuhan ini juga menghasilkan beberapa senyawa kimia
yang berharga, misalnya resin, yaitu cairan kental yang dapat
melindungi konifer dari serangan jamur dan serangga (hama).

Kasus
TUMBUHAN KONIFER
Spesies dari kelompok konifer lebih banyak spesies, merupakan kelompok paling besar dari
dikenal daripada anggota gimnosperma lainnya. ordo Pinales. Pohon konifer tersebar luas di
Di antara konifer yang lebih banyak dikenal permukaan bumi, terutama di daerah yang lebih
adalah pohon pinus, cemara, dan juniper. dingin dari zona iklim sedang dan di daerah tinggi
Pohon pinus yang berjumlah sekitar 80 pada zona iklim tropik.

20
Kebanyakan konifer merupakan pepohonan, faatkan kayunya untuk bahan papan/bangunan.
namun ada beberapa spesies berupa. perdu. Daun pohon damar (Agathis alba) dipakai dalam
Konifer umumnya merniliki battingpohon pembuatan cat dan pernis. Beberapa spesies
dominan yang lurus, sering mencapai ketinggian pinus, yaitu Pinus pinon di Amerika Serikat
bagian barat daya dapat menghasilkan biji-biji
lebih dari 30 m. Daun konifer berbentuk jarum.
yang dapat dimakan. Konifer yang tumbuh di
Konifer secara ekonomis paling bermanfaat
hutan yang luas dapat menahan air hujan sehingga
di antara anggota gimnosperma lainnya. Con- mencegah terjadinya erosi tanah.
tohnya, pohon pinus dan cemara dapat diman- Sumber: Kehidupan Tumbuhan, 1999.

b. Angiosperma (tumbuhan berbiji tertutup)


Golongan tumbuhan berbiji tertutup merupakan golongan
tumbuhan yang memiliki tingkat perkembangan lebih tinggi
dibandingkan golongan tumbuhan yang lain.

1. Ciri dan struktur Angiosperma


Dibandingkan dengan gimnosperma, angiosperma
memiliki beberapa ciri yang berbeda. Lihatlah perbandingan
kedua kelompok tumbuhan tersebut pada Tabel 1
Angiosperma memiliki bakal biji yang tidak tampak
karena terbungkus dalam suatu badan yang berasal dari daun
buah, badan tersebut dinamakan bakal buah (ovule). Kadang-
kadang bakal buah beserta bagian lain dari bunga akan tumbuh
menjadi buah. Di dalam buah tersebut terdapat bakal biji yang
telah berkembang menjadi biji.
Angiosperma memiliki bunga sesungguhnya dengan
bermacam-macam bentuk dan susunan. Kebanyakan bunga
bersifat hemafrodit karena memiliki alat kelamin jantan
maupun betina. Bagian-bagian bunga sesungguhnya terdiri atas
kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Putik
merupakan suatu alat yang terdiri atas bakal buah, tangkai
kepala putik, dan kepala putik. Tumbuhan angiosperma
memiliki bakal biji van, tersembunyi, oleh karena itu serbuk
sari tidak dapat secara langsung mencapai bakal biji.
Daun tumbuhan angiosperma pipih dan lebar. Susunan
tulang daun beraneka ragam, yaitu sejajar, menyirip, atau
menjari. Jenis daun tunggal atau majemuk dengan bentuk
bervariasi.
Batang dan akar angiosperma ada yang memiliki kambium
dan ada yang tidak memiliki kambium. Batang dapat
bercabang atau tidak, sedangkan akar dapat berupa akar
tunggang atau serabut.
Jenis angiosperma sangat bervariasi ada yang hidup
sebagai semak, perdu hingga pohon yang besar. Selain itu,
ada juga yang tumbuh kecil merayap di permukaan tanah.
Gametofit betina terbentuk dari hasil pembelahan inti
kandung lembaga primer di dalam bakal biji. Prosesnya adalah
sebagai berikut.
21
TABEL 1. PERBEDAAN CIRI ANTARA ANGIOSPERMA DAN GIMNOSPERMA

CIRI-CIRI GIMNOSPERMA ANGIOSPERMA

Habitus (bentuk tubuh) Semak, perdu, pohon Terna, semak, perdu, pohon
Sistem akar Batang Tunggang Serabut dan tunggang
Batang Tegak lurus, bercabang-cabang Bercabang-cabang atau tidak
Daun Jarang yang berdaun lebar dan Kebanyakan berdauan lebar,
bersifat majemuk ada yang berdaun majemuk
dengan komposisi yang beraneka
ragam

Sistem tulang daun Tidak beraneka ragam Beraneka ragam


Bunga - Bunga sesungguhnya - Ada
belum ada -Tidak
- Membentuk strobilus - Bakal biji tidak nampak, terdapat
dan stronilus di dalam putik
- Makrosporangium (bakal biji)
tampak menempel pada
makrosporofil (daun buah)

Penyerbukan Serbuk sari jatuh di tetes -Serbuk sari jatuh di kepala putik
Penyerbukan pada bakal biji. -Jarak waktu relatif lebih pendek
Jarak waktu antara penyerbukan
sampai pembuahan relatif panjang.

Anatomi Akar dan batang memiliki kambium Hanya memiliki sebagian


Berkas pembuluh angkut bertipe anggota yang memiliki
kolateral terbuka kambium pada akar
Xilem terdiri atas trakeid dan batangnya
Pada floem tidak terdapat Bertipe kolateral
pada sel-sel pengiring terbuka atau tertutup
Terdiri atas trakea dan
trakeid
Terdapat sel=sel pengiring.

Inti kandung lembaga primer membelah tiga kali


berturut-turut sehingga terbentuk delapan inti. Kedelapan inti
tersebut terdiri atas:
a. tiga inti yang berhadapan dengan mikropil, yaitu sebuah
sel telur dan dua sel pengapit sel telur (dinamakan sel
sinergid);
b. tiga inti yang terletak pada kutub berlawanan menghadap
kalaza, dinamakan antipoda (diduga berkaitan dalam hal
makanan); serta
c. dua inti yang bergerak ke bagian tengah kandung lembaga
yang menyatu membentuk inti kandung lembaga sekunder.
Peleburan kedua inti tersebut berlangsung pada waktu
sebelum atau sesudah buluh serbuk mulai masuk ke dalam
putik. Jadi, gametofit betina terdiri atas sel telur (haploid; n),
sinergid (haploid; n), dan inti kandung lembaga sekunder (dip-
loid; 2n).
Pembentukan gametofit jantan dimulai dalam kantong
22
serbuk sari. Mikrospora (serbuk sari) di dalam kantong inti
mengalami pembelahan inti menjadi inti vegetatif, inti
generatif, dan sel anteridium. Antara inti vegetatif yang
berukuran besar dan inti generatif berukuran kecil berbentuk
lensa dipisahkan dengan membran tipis. Dalam keadaan inilah,
serbuk sari jatuh pada kepala putik.

3. Reproduksi angiosperma
Pembentukan lembaga atau embrio angiosperma dapat
dilakukan secara seksual (melalui proses pembuahan) dan
secara aseksual (tanpa melalui proses pembuahan).
Pembentukan embrio tanpa melalui proses pembuahan tersebut
dinamakan apomiksis.

a. Proses pembuahan pada angiosperms


Selisih waktu antara penyerbukan dan pembuahan relatif
pendek. Serbuk sari yang jatuh ke kepala putik (penyerbukan)
akan membentuk buluh serbuk sari. Biasanya, di ujung buluh
serbuk sari tersebut terdapat inti vegetatif. Sel generatif
membelah menjadi dua sel sperma (spermatozoid). Jadi, pada
saat penyerbukan, butir-butir serbuk sari mengandung suatu
inti vegetatif dan dua inti sperma. Setelah proses penyerbukan,
buluh serbuk sari terus tumbuh hingga mencapai bakal biji
dengan menembus jaringan putik atau melalui saluran putik
untuk melangsungkan proses pembuahan.
Berdasarkan cara buluh serbuk sari mencapai kandung
lembaga di dalam bakal biji, maka pembuahan dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Porogami, yaitu pembuahan yang terjadi apabila buluh
sari yang menuju kandung lembaga melalui mikropil.
2. Aporogami, yaitu pembuahan yang terjadi apabila buluh
serbuk sari mencapai dengan menembus plasenta dan
kalaza atau menembus integumen dan nuselus.
3. Kalazogami, yaitu pembuahan yang terjadi apabila buluh
serbuk sari mencapai kandung lembaga dengan menembus
kalaza.
Proses pembuahan yang terjadi pada bunga angiosperma
adalah pembuahan ganda. Mengapa dikatakan demikian?
Serbuk sari yang jatuh di kepala putik akan tumbuh menjadi
buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari terus menuju ke bakal
biji dan akan menyampaikan sel-sel kelamin jantan (inti
sperma I dan II) kepada sel kelamin betina. Sesampai di dalam
bakal biji, sel telur (n) akan dibuahi oleh inti sperma I (n) dan
terbentuk zigot (2n); inti sperma II (n) akan membuahi inti
kandung lembaga sekunder (2n) sehingga terbentuk endosperm
(3n; triploid). Endosperm berguna sebagai cadangan makanan.
Karena peristiwa pembuahan terjadi sebanyak dua kali, maka
disebut pembuahan ganda dan hasil pembuahan tersebut
berupa biji berkeping satu (monokotil) ataupun berkeping dua
23
(dikotil).

b. Pembentukan lembaga yang apomiksis


Beberapa macam tumbuhan angiosperma masih dapat
membentuk lembaga (embrio) di dalam bijinya, meskipun
tidak melangsungkan proses pembuahan. Peristiwa tersebut
dinamakan apomiksis. Jenis-jenis apomiksis antara lain
sebagai berikut.

Gambar-9. Daur hidup Angiosperma

1. Partenogenesis, yaitu terbentuknya lembaga berasal dari


sel telur yang tidak dibuahi. Sel-sel lembaga dapat bersifat
haploid, ataupun diploid. Sel-sel lembaga diploid
dihasilkan jika pada pembentukan kandung lembaga tidak
terjadi melalui pembelahan meiosis terlebih dulu,
peristiwa ini dinamakan apomeiosis. Perkembangan sel
telur diploid secara partenogenesis banyak dijumpai pada
tumbuhan yang termasuk marga Alchemilla, Taraxacum,
dan Hieracium.
2. Apogami, yaitu terbentuknya lembaga berasal dari
sinergid atau antipoda.
3. Adventif embrioni, yaitu terbentuknya lembaga berasal
dari salah satu sel sporofit. Misalnya, salah satu sel nuselus
atau sel integumen yang tumbuh menjadi lembaga,
kemudian masuk ke dalam kandung lembaga.
Contoh: pada Citrus (jeruk) disebut poliembrioni

4. Klasifikasi Angiosperma
Tumbuhan berbiji tertutup dibedakan menjadi dua kelas
berdasarkan jumlah daun lembaga (kotiledon) yang dimiliki

24
anggotanya, yaitu sebagai berikut.
a. Kelas Monocotyledonae, memiliki biji dengan lembaga
yang hanya memiliki satu daun lembaga.
b. Kelas Dicotyledonae, memiliki biji dengan lembaga yang
memiliki dua daun lembaga.
Pada Tabel 2 dapat kalian pelajari perbedaan antara
tumbuhan dikotil dan monokotil.

5. Manfaat Angiospora
Manusia banyak memanfaatkan tumbuhan angiosperma
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk bahan
pangan, papan, maupun sandang. Oleh karena itu, pelestarian
dan budi daya angiosperma teramat penting agar terjadi
keseimbangan antara kebutuhan dan produktivitasnya.
Beberapa manfaat angiosperma dalam kehidupan manusia
antara lain sebagai berikut.
a. Bahan pangan sumber karbohidrat, misalnya: Oryza sa-
tiva (padi), Zea mays (jagung), Triticum estivum
(gandum), Solanum tuberosum (kentang), Manihot
utilissima (ketela pohon), dan Saccharum officinarum
(tebu).
b. Bahan pangan sumber protein, misalnya: Glycine max

TABEL 2 PERBEDAAN CIRI ANTARA TUMBUHAN DIKOTIL DAN MONOKOTIL

CIRI-CIRI TUMBUHAN DIKOTIL TUMBUHAN MONOKOTIL

Biji Memiliki lembaga dengan dua daun Memiliki lembaga dengan satu dau lembaga
lembaga
Ketika berkecambah, biji membelah Ketika berkecambah, biji tidak membelah
Menjadi dua
Lembaga Akar lembaga tumbuh menjadi akar Akar lembaga mati disusul dengan
tunggang yang bercabang pembentukan akar serabut

Batang Dari pangkal ke ujung berbentuk Dari pangkal ke ujung hampir sama besar
kerucut panjang bercaban-cabang tidak bercabang, dan berbuku-buku dengan
dan berbuku-buku dengan ruas ruas yang tampak jelas.
tidak jelas

Daun Tunggal atau majemuk, sering Tunggal berupih


Disertai daun penumpu
Duduk daun tersebar (berkarang) Berseling atau roset
Tulang daun menyirip atau mejari Sejajar atau melengkung

Bunga Bunga berkelipatan 2, 4, atau 5 Bunga berkelipatan 3

Anatomi Akar dan batang memiliki kambium Tidak memiliki kambium


Berkas pembuluh angkut bersifat Berkas pembuluh angkut bersifat
Kolateral terbuka korateral tertutup
Ujung akar lembaga tidak dilindungi Ujung akar dilindungi oleh koleoriza
oleh sarung pelindung dan ujung lembaga dilindungi oleh
koleoptil

25
(kedelai) dan Phaseolus radiatus (kacang hijau).
c. Bahan pangan sumber lemak, misalnya: Cocos nucifera
(kelapa), Elaeis guineesis (kelapa sawit), dan Arachis
hypogea (kacang tanah).
d. Bahan pangan (sayuran) sumber vitamin dan mineral,
misalnya: Brassica oleracea (kubis), Solanum
lycopersicum (tomat), Phasedus vulgaris (buncis), dan
Pisum sativum (kapri).
e. Bahan pangan (buah-buahan) sumber vitamin dan min-
eral, misalnya: Carica papaja (pepaya), Mangifera indica
(mangga), Psidium guajava (jambu biji), Eugenea aquea
(jambu air), dan Citrus sp. (jeruk).
f. Bahan sandang, misalnya: Gossipium sp. (kapas) dan
Boehmeria sp. (rami).
g. g) Bahan pemberi rasa nikmat pada makanan atau yang
lain, misalnya : Coffea sp. (kopi), Camellia sp. (teh),
Theobroma cacao (kakao), dan Nicotiana tabacum
(tembakau).
h. h) Bahan obat-obatan, misalnya: Cinchona succirubra
(kina), Eucalyptus sp. (minyak kayu putih), golongan
Zingiberaceae (kencur, jahe, dan lain-lain).
i. Bahan bangunan, misalnya: Tectona grandis (jati),
Swietenia mahagoni (mahoni), dan Shorea sp. (meranti).
Contoh-contoh tumbuhan angiosperma

Berikut ini beberapa contoh tumbuhan angiosperma


beserta tingkatan taksonnya.

1. Tumbuhan dikotil
a. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Monochlamydeae
Ordo Piperales
Famili Piperaceae
Genus Piper
Spesies Piper nigrum (lads)

b. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Monochlamydeae
Ordo Euphorbiales
Famili Euphorbiaceae
Spesies Manihot utilissima (ketela pohon) dan
Euphorbia pulchenrima (kayu merah),
dan Hevea brasiliensis (para)

26
c. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Dialypetalae
Ordo Policarpicae
Famili Annonaceae
Spesies Annona squamosa (srikaya), Annona
muricata (sirsak), Annona reticulata
(buah nona), dan Canangium odo
ratium (kenanga)

d. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Dialypetalae
Ordo Rosales
Famili Mimosaceae
Spesies Leucaena glauca (lamtoro, petai cina),
Parkia speciosa (petai), Mimosa
pudica (putri malu), dan
Pittecellobium lobatum (jengkol)

e. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Dialypetalae
Ordo Rosales
Famili Caesalpiniaceae
Spesies Caesalpinia pulcherrima (kembang
merak), Tamarindus indica (asem),
dan Casia siameae (johar)
f. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Dialypetalae
Ordo Rosales
Famili Papilonaceae
Spesies Phaseolus radiatus (kacang hijau),
Phaseolus vulgaris (kacang bunds),
Arachis hypogaea (kacang tanah),
Soja max (kedelai), dan Vigna
urguiculata (kacang panjang)

g. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Ordo Myrtales
Famili Myrtaceae

27
Spesies Eugenia caryophillus (cengkih),
Eugenia malaccensis (jambu bol), dan
Psidium guajava (jambu biji)

h. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Ordo Malvaves
Famili Malvaceae
Spesies Gossypium sp. (kapas), Hibiscus
rosasinensis (kembang sepatu), dan
Hubiscus sabdariffa (rosela)

i. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Ordo Rutales
Famili Rutaceae
Spesies Citrus nobilis (jeruk keprok), Citrus
maxcima (jeruk bali), dan Murraila
paniculata (kemuning)
Gambar-10. Kembang sepatu
j. Divisi Spermatophyta (Hibiscus rosasinensis)
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Ordo Solanales
Famili Solanaceae
Spesies Nicotiana tabacum (tembakau),
Solanum tuberosum (kentang),
Solanum lycopersicum (tomat), dan
Datura metel (kecubung)

k. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Gambar-11. Kecubung (Datural
Ordo Solanales
metel)
Famili Convolvulaceae
Spesies Ipomoea batatas (ketela rambat) dan
Ipomoea aquatica (kangkung)

l. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Ordo Solanales
Famili Labiatae

28
Spesies Coleus scutellarioides (miyana/jawer
kotok) dan Ocimum basilicum
(kemangi)

m. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Spesies Cinchona sccirubra (king), Coffee
canephora (kopi), Morinda citrifolia
(mengkudu), dan Gardenia augusta
(kaca piring)

n. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Dicotyledonae
Subklas Sympetalae
Ordo Cucurbitales
Famili Cucurbitaceae
Spesies Citrullus vulgaris (semangka),
Cucumis sativus (mentimun),
Cucurbita moschata
(labu), dan Momordica charantia
(pare)

2. Tumbuhan Monokotil
a. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Poales
Famili Poaceae (Gramineae)
Spesies Oryza sativa (padi), Zea mays
(jagung), Tritucum sativum (gandum),
Andropogon nardus (serai), Sacharum
officiarum (tebu), Dendrocalamus
riper (bambu betung), Gigantichalaoa
opus (bambu tali), dan Imperata
cylindrica (along-along)

b. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Liliales
Famili Lilianceae
Spesies Lilium longiflorum (lilia gereja),

29
Gloriosa superba (kembang
sungsang), Aloe vera (lidah buaya),
Alium cepa (bawang merah), dan
Alium sativum (bawang putih)

c. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Liliales
Famili Amarullidaceane
Spesies Crinum asiaticum (bakung), dan
Polianthes tuberosa (sedap malam)

d. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Liliales
Famili Dioscoreaceae
Spesies Dioscorea alata (ubi), Dioscorea
hispida (gadung), dan Dioscorea
acuminata (gembili)

e. Divisi Spermatophyta
Gambar-11. Jahe (Zingiber
Subdivisi Angiospermae
officinalis)
Klas Monocotyledonae
Ordo Bromeliales (Farinosae)
Famili Bromeliaceae
Spesies Ananas comosus (nanas)

f. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Orchidales
Famili Orchidaceae
Gambar-12. Kana (Canna sp)
Spesies Phlaenopsis amabulis (anggrek
bulan), Vanda tricolor (vanda),
Arachnis flas-aeris (anggrek kala), dan
Vanilla planifolia (vanili)

g. Divisi Spermatophyta/Antophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Arecales
Famili Araceae
Spesies Colocasia esculentum (talas),
Amorphophallus varabilis (bunga
bangkai), Xanthosoma lindenii (talas
perak), dan Pistia stratiotes (kayu apu)

30
h. Divisi Spermatophyta (Antophyta)
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Arecales
Famili Arecaceae (Palmae)
Spesies Cocos nucifera (kelapa), Elaeis
guinccsis (kelapa sawit), Borassus
flabellifer (siwalan pohon lontar),
Arenga pinnata (aren [enau]), Cala
mus caesius (rotan), Salacca edulis
(salak), Metroxylon sagu (sagu), dan
Phoenix dactylifera (kurma)

i. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Pandanales
Famili Pandanaceae
Spesies Pandanus tectorius (pandan duri) dan
Pandanus samarryllifolius (pandan
wangi)

j. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Cyperales
Famili Cyperaceae
Spesies Fimbristylis globulosa (mendong) dan
Cyperus rotundus (rumput teki)

k. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Zingiberaceae
Spesies Zingiber officinalis (jahe), Curcuma
domestica (kunyit), Alpinia galanga
(laos), Keampferia galanga (kencur)

l. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Cannaceae
Spesies Canna indica (bunga tasbih)

31
m. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Marantaceae
Spesies Maranta arundinacea (umbi garut)

n. Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Klas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Musaceae
Spesies Musa paradisiaca (pisang), Musa
textilis (pisang manila), Ravenala
madagascariensis (pisangkipas)

Kasus
MANUSIA DAN ANGIOSPERMA
Hubungan antara manusia dan angiosperma penyakit kanker. Berdasarkan hasil riset se-
adalah sangat dekat. Mengapa? Karena angio- kelompok peneliti di Amerika Serikat, Dr. Chung
sperma berperan sangat penting dalam kehidupan S. Yang dan koleganya, pada tahun 1993 berhasil
manusia. Seberapa banyak tumbuhan angio- menemukan senyawa aktif bernama EGCG
sperma di sekitar kalian? Sangat banyak! Itulah (epigalokatein-3-0-galat) yang terkandung dalam
beberapa alasan betapa dekatnya hubungan kita teh hijau. Senyawa ini diyakini bermanfaat
dengan kelompok tumbuhan tersebut. sebagai antihipertensi, antioksidan, antikanker,
Manusia selalu berusaha meningkatkan antikarsinogenis, pelindung terhadap sinar UN,
kualitas hidupnya dengan memanfaatkan sumber dan lain-lain. Hanya saja, senyawa aktif tersebut
daya yang ada di sekitamya. Berbagai jenis akan rusak karena adanya pemrosesan (fer-
produk dapat kita peroleh dari angiosperma, mentasi) teh hijau menjadi teh hitam.
mulai dari bahan pangan, obat-obatan, hingga Selain beberapa manfaat langsung yang
bahan kontruksi untuk membangun prasarana dapat kita dapatkan di atas, angiosperma juga
yang dibutuhkan manusia. Sebut saja, misalnya, secara tidak langsung melindungi manusia dari
padi, jagung (makanan pokok), apel, jeruk bahaya erosi dan banjir serta menjaga keter-
(buah-buahan), bayam, wortel (sayur-sayuran), sediaan air dalam tanah. Apa jadinya jika
angiosperma yang tumbuh di hutan dibabat habis
kina, teh (obat-obatan), kayu jati, dan kayu
hanya untuk memperoleh keuntungan ekonomi
meranti (bahan kontruksi). sesaat tanpa diikuti upaya reboisasi? Akibatnya
Dalam dunia obat-obatan, teknologi. Mod- tentu dapat kalian bayangkan sendiri.
ern telah membuktikan manfaat teh hijau yang Sumber: Kehidupan Tumbuhan, 1999;
telah konsumsi manusia dalam mengatasi Kompas, 12 Desember 2003

RANGKUMAN
a. Ciri utama spermatofita adalah menghasilkan biji sebagai alat reproduksi seksual.
b. Berdasarkan keadaan biji, spermatofita dikelompokkan menjadi gimnosperma (tumbuhan
berbiji terbuka) dan angiosperma (tumbuhan berbiji tertutup).
c. Beberapa ciri yang membedakan gimnosperma dan angiosperma adalah:
i. Gimnosperma tidak memiliki pembuluh kayu (kecuali Gnetum gnemon), sedangkan
angiosperma memiliki pembuluh kayu.

32
ii. Pada gimnosperma terjadi proses pembuahan tunggal, sedangkan angiosperma terjadi
pembuahan ganda.
d. Saat ini terdapat empat kelompok gimnosperma, yaitu tumbuhan konifer, tumbuhan cycad,
tumbuhan ginkgo, dan tumbuhan gnetofit.
e. Berdasarkan jumlah keping lembaga, angiosperma terbagi menjadi tumbuhan monokotil
(satu keping lembaga) dan tumbuhan dikotil (dua keping lembaga).
f. Spermatofita sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Anggota gimnosperma, misalnya
konifer, berguna untuk bahan konstruksi bangunan dan produksi kertas; sedangkan anggota
angiosperma, misalnya Oryza sativa (padi), digunakan oleh sebagian penduduk di dunia
sebagai bahan makanan pokok.

33

You might also like