You are on page 1of 32

FAKTOR – FAKTOR YANG

MENENTUKAN PERUBAHAN HARGA


LPG
(LIQUEFIED PETROLEUM GAS)

DOSEN PENGAMPU:
MARIA JOHANNA KODOATI, SE., Msi., PhD.

KELOMPOK V:
1. HERA PRADIPTA PUTRI (C2B008037)

2. INDAH FITRI PURWANTI (C2B008038)

3. IRMA ARIANI (C2B008039)

4. ISMI MAHARDINI (C2B008040)

5. KATRIN RETNO (C2B008041)

6. LINTAN GUPITA (C2B008042)

7. LINTANTIA FAJAR APRIESA (C2B008043)

8. MAHOCCA SWANGGA PURUSA (C2B008044)

9. MARGARETHA ASTRI (C2B008045)

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas pembuatan makalah kami yang berjudul
“Faktor-Faktor yang Menentukan Perubahan Harga LPG (Liquefied Petroleum Gas)”.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua
kami yang telah mendukung secara moril dan materil sehingga pembuatan makalah
ini dapat berjalan dengan lancar. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen
pengampu mata kuliah Ekonomi Publik II kelas Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan yang telah membimbing kami dengan baik sehingga ilmu ini dapat
bermanfaat bagi kami. Juga kepada pihak-pihak yang telah membantu proses
pembuatan tugas makalah ini hingga dapat terselesaikan.
Mengingat masih dalam proses belajar, tim penulis memohon maaf bila
terdapat kesalahan dalam makalah yang telah kami buat. Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

TIM PENULIS

SEMARANG, MEI 2010

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................i


Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang..........................................................................................5
B. Rumusan Masalah.....................................................................................6
C. Tujuan........................................................................................................7
D. Sistimatika Penulisan................................................................................7
BAB II Kajian Pustaka
A. Tujuan Penetapan Harga Barang Publik..................................................9
B. Pajak Untuk Menutupi Defisit.................................................................10
C. Pungutan Untuk Menutup Defisit............................................................10
D. Diskriminasi Harga Untuk Menutupi Defisit...........................................11
E. Peraturan Pemerintah Untuk Menutupi Defisit........................................11
F. Penetapan Harga Barang Publik..............................................................11
BAB III Metodologi Penelitian.........................................................................13
BAB IV Pembahasan
A. Konsep Dasar/ Undang – Undang
yang Mendasari Penentuan Harga LPG..................................................15
B. Faktor-faktor Penentu Harga Gas............................................................22
B.1 Pertimbangan penentuan harga LPG.................................................23
B.2 Perumusan harga gas dan persetujuan
dalam penentuan harga gas...............................................................25
B.3 Pengaruh harga LPG yang ditetapkan terhadap masyarakat.............26
B.4 Penyebab perubahan harga LPG.......................................................27
B.5 Pengaruh penentuan harga LPG........................................................27
B.6 Hubungan penetapan harga LPG terhadap program
konversi dari minyak ke gas.............................................................27
C. Apa saja kendala dan hambatan dalam penentuan harga LPG................29

3
BAB V PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................30
Daftar Grafis
Perubahan Harga LPG..........................................................................17
Tren Perubahan Harga LPG..................................................................20
Perbandingan Harga Keekonomian LPG dan Harga Jual LPG............21

Daftar Pustaka .....................................................................................................32

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Merupakan kewajiban Pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan
kelancaran pendistribusian bahan bakar minyak sebagai komoditas vital dan
menguasai hajat hidup orang banyak di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
Kewajiban tersebut diamanatkan oleh Pasal 33 UUD 1945. Ketentuan Pasal 28 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang
mengatur bahwa harga BBM dan Gas Bumi diserahkan kepada mekanisme persaingan
usaha, telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat berdasarkan
Putusan Mahkamah Konstitusi No.002/PUU-I/2003 karena bertentangan dengan
Pasal 33 UUD 1945. Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi merupakan kekayaan alam
yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi untuk kemakmuran rakyat secara
langsung diimplementasikan dengan penyediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) murah
dengan adanya subsidi BBM yang merupakan Pengeluaran Rutin Negara.
Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam penyediaan energi, khususnya bahan
bakar minyak di Indonesia adalah tingginya subsidi yang harus ditanggung
pemerintah. Bila subsidi minyak diteruskan maka akan terjadi pemborosan anggaran
negara.
Pengurangan subsidi bahan bakar minyak oleh Pemerintah secara bertahap
merupakan pelaksanaan prioritas pembangunan dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-
2004, yaitu “Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Memperkuat Landasan
Pembangunan” yang dituangkan dalam “Program Peningkatan Efektivitas
Pengelolaan Keuangan Negara” yaitu “Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara”.
“Menyehatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan mengurangi
defisit anggaran melalui peningkatan disiplin anggaran, pengurangan subsidi
dan pinjaman luar negeri secara bertahap, peningkatan penerimaan pajak
progresif yang adil dan jujur, serta penghematan pengeluaran”.
“Kegiatan pokok yang dilakukan adalah (1) menghapuskan subsidi secara
bertahap. Berbagai subsidi yang terutama disediakan untuk mengurangi

5
dampak krisis, secara bertahap perlu dihapuskan, dimulai dengan subsidi yang
bersifat umum dan tidak langsung ke kelompok sasaran seperti subsidi Bahan
Bakar Minyak (BBM). Dana yang dihemat dapat digunakan untuk pengeluaran
negara yang mempunyai manfaat langsung pada masyarakat yang sangat
membutuhkan, seperti pemberantasan kemiskinan”.
Untuk mengatasi permasalah tersebut, maka pemerintah perlu merumuskan program
yang diusulkan oleh Mantan Wakil Presiden tahun 2004-2008 yaitu Bapak Jusuf
Kalla tentang konversi minyak ke gas. Dan hal tersebut telah disepakati dan telah
dibuat ketentuan serta undang – undang yang mendasarinya oleh Pemerintah.
Kebijakan Energi Nasional antara lain melalui diversifikasi energi untuk mengurangi
ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak khususnya minyak tanah, untuk
dialihkan ke LPG. Penggunaan LPG dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi
yang cukup besar karena nilai kalor efektif LPG lebih tinggi dibandingkan minyak
tanah dan mempunyai gas buang yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Pengurangan penggunaan minyak tanah akan bermanfaat karena :
Peningkatan potensi nilai tambah minyak tanah menjadi bahan bakar avtur
Pengurangan penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi,Penataan sistem penyediaan
dan pendistribusian bahan bakar bersubsidi untuk mengamankan APBN akibat
penyalahgunaan serta kelangkaan

B. Rumusan Masalah
1. Ketentuan – ketentuan apa yang digunakan dalam menentukan harga gas
LPG?
2. Apa saja faktor-faktor yang digunakan dalam pentuan penetapan harga LPG
3. Sejauhmana pengaruh penentuan penetapan harga gas LPG?
4. Bagaimana hubungan penentuan harga gas LPG dengan program pemerintah
tentang konversi minyak tanah ke gas LPG?
5. Apa kendala – kendala dan hambatan dalam merumuskan penetapan harga gas
LPG?

6
C. Tujuan
Tujuan penulisan tugas penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. Dapat memahami dan mengetahui ketetapan – ketetapan yang digunakan
dalam menentukan harga gas LPG.
2. Untuk menganalisis faktor – faktor apa saja yang memepngaruhi penentuan
penetapan harga gas LPG.
3. Dapat menganalisis sejauh mana pengaruh penentuan penetapan harga gas
LPG.
4. Untuk dapat mengetahui dan menjelaskan bagaiman hubungan penentuan
harga gas LPG dengan program Pmerintah tentang konversi minyak tanah ke
gas LPG.
5. Untuk mengetahui kendala – kendala yang ada dan hambatan yang ada dalam
merumuskan penetapan harga gas LPG.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat Manfaat dari penyusunan PenulisanTugas ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi Penyusun
Untuk memenuhi tugas Ekonomi Publik 2 yang di berikan oleh dosen Fakultas
ekonomi Undip, dan agar dapat lebih mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat
selama perkuliahan.
b. Bagi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Undip
Agar dapat dijadikan sebagai bahan studi kasus dan acuan bagi mahasiswa serta
referensi bagi pihak perpustakaan sebagai bahan bacaan yang dapat menambah
ilmu pengetahuan bagi pembaca.
c.Bagi Pemerintah Khususnya dalam hal ini Menteri ESDM dan BUMN
PT.Pertamina
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
membut perencanaan, pengawasan, pengelolaan, pelayanan,dan mengambil
keputusan kaitannya dengan penentuan penetapan harga gas LPG. Agar dapat
tercipta masyarakat yang sejahtera.

7
E. Sistematika Penulisan Tugas
Tugas ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Bagian Pendahuluan,
Bagian Isi, dan Bagian Penutup.
1. Bagian Pendahuluan, terdiri dari Halaman Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah , Tujuan
dan Manfaat dan Sistematika Penulisan Tugas Penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini nerisi tentang kajian teori tentang penetuan harga barang
publik,sebagai landasan penulisan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat tentang metodologi – metodologi yang digunakan dalam
penyusunan tugas penelitian ini.
2. Bagian ini merupakan isi tentang hasil penelitian .
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang Hasil Penelitian, dan Pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari Simpulan dan Saran.
3. Bagian Penutup, terdiri atas Daftar Pustaka.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Penentuan Harga Barang Publik


Penyediaan barang-barang publik yang dibutuhkan oleh pemerintah
menimbulkan persoalan karena barang-barang tersebut tidak dapat dijual kepada
seorang konsumen saja atau karena tidak efisien. Penyediaan barang publik yang
dapat dipungut suatu harga pada barang tersebut, akan tetapi pemungutan harga atas
penyediaan barang tersebut tidak dilakukan pada mekanisme pasar. Dalam penentuan
harga barang publik, pemerintah tidak mendapat laba atau mengalami kerugian hal ini
dikarenakan penerimaan total sama dengan biaya total, namun biasanya produksi
dengan jumlah tertentu bukan merupakan output yang efisien. Penentuan tingkat
produksi yang efisien akan menyebabkan pemerintah mengalami kerugian, sehingga
pemerintah mengalami defisit. Untuk menutupi defisit tersebut pemerintah dapat
menempuh beberapa cara yaitu dengan pajak, pungutan, atau dengan melakukan
diskriminasi harga.
a. Tujuan Penetapan Harga Barang Publik
Penetapan harga sektor publik digunakan untuk mempertemukan sejumlah
sasaran. Ada pertimbangan khusus yang membuat pemerintah menyediakan berbagai
barang publik. Secara umum, penyediaan barang publik memiliki tujuannya dalam
menciptakan penggunaan sumberdaya secara efisien, menambah pendapatan, dan
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat pada segmentasi yang berbeda. Ketika harga
digunakan untuk tujuan seperti pemerataan pendapatan dan peningkatan pendapatan,
adalah hal penting untuk mengidentifikasi dengan tegas bagaimana harga
mempengaruhi permintaan. Harga yang lebih tinggi boleh jadi meningkatkan
pendapatan tetapi membatasi penggunaannya. Harga yang lebih murah
memungkinkan bagi pengguna dari kelompok berpenghasilan rendah, tetapi
kemungkinan akan mengakibatkan permintaan yang terlampau tinggi.
Penetapan harga publik tidak serta-merta bisa dilakukan begitu saja.
Pertimbangan yang baik akan mampu menciptakan hal yang baik pula. Sementara ada
banyak sekali pertimbangan yang dapat diterapkan dalam penetapan harga pada
barang publik. Maka, sangat menarik bagi kita untuk mengetahui bagaimana harga
ditetapkan untuk menutupi biaya operasional penyediaan barang publik. Disisi lain,

9
penyediaan barang publik ini ditujukan untuk pencapaian-pencapaian kesejahteraan
masyarakat.
b. Pajak Untuk Menutupi Defisit
Defisit pemerintah dalam memproduksi barang publik dapat ditutupi
dengan pajak, tapi pemungutan pajak akan menimbulkan beberapa masalah. Apabila
pajak yang dikenakan pada masyarakat adalah pajak lump-sump (dikenakan dalam
jumlah yang sama pada setiap orang) maka tidak ada masalah dari segi efisiensi
karena pajak ini tidak mempengaruhi perilaku masyarakat. Akan tetapi jika pajak
lump-sump bertentangan dengan prinsip kemampuan membayar pajak, maka dari segi
kemampuan membayar pajak pendapatan bersifat adil, tetapi pajak pendapatan
menimbulkan efek pendapatan dan efek subtitusi yang menyebabkan perubahan
perilaku konsumen sehingga pajak tersebut dikatakan tidak efisien. Ketidakadilan lain
yang timbul dari pengenaan pajak, yaitu orang yang membayar pajak mungkin tidak
menikmati barang publik tersebut.
c. Pungutan Untuk Menutup Defisit
Akan lebih adil apabila defisit perusahaan-perusahaan negara ditutupi
dengan pungutan bagi orang yang menikmati jasa perusahaan0perusahaan negara
tersebut. Masalahnya, apabila jumlah pungutan terlalu tinggi karena dimaksudkan
untuk menutup biaya produksi maka output yang diproduksi akan menjadi terlalu
sedikit dan harga menjadi terlalu tinggi daripada harga pada tingkat output yang
efisien. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan negara dapat mempergunakan
kebijakan harga yang kurang menimbulkan inefisiensi dibandingkan dengan sistem
harga dimana harga barang per unit sama dengan biaya per unit. Salah satunya dengan
pengenaan harga sistem dua harga. Yaitu setiap konsumen harus membayar pungutan
atas setiap unit barang yang dikonsumsikan. Selain itu mereka juga harus membayar
tambahan pungutan atau pembayaran dalam jumlah yang sama untuk setiap
konsumen. Tambahan pungutan tersebut menimbulkan efek subtitusi antara pilihan
menjadi langgana perusahaan tersebut atau tidak, tapi tidak menimbulkan efek
subtitusi antara tingkat penggunaan jasa perusahaan tersebut. Apbila defisit
perusahaan negara tersebut kecil sedangkan konsumennya banyak, maka pungutan
tambahan akan menjadi sedikit sehingga masalah efisiensi dapat diatasi karena jumlah
pungutan tambahan tidak akan menyebabkan konsumen menngurangi permintaan
akan jasa/barang perusahaan tersebut.

10
d. Diskriminasi Harga untuk Menutupi Defisit
Sistem diskriminasi harga adalah pengenaan harga yang berbeda antara
jumlah barang yang berbeda, seorang konsumen diharuskan membayar harga tertentu
untuk unit terakhir barang yang dibeli sedangkan untuk jumlah barang sebelumnya
(lebih kecil dari jumlah terakhir) ia harus membayar jumlah yang lebih besar sehingga
perusahaan tersebut dapat mengambil surplus konsumen. Karena untuk setiap
konsumen terdapat perbedaan pendapatan dan selera, kurva permintaan merekapun
berbeda-beda sehingga bagi setiap konsumen dapat dikenakan harga yang berbeda-
beda pula. Untuk melakukan diskriminasi harga ada dua syarat yang harus dipenuhi,
yaitu: konsumen tidak dapat saling berhubungan, dan elastisitas permintaan berbeda
untuk konsumen yang berbeda pula.

e. Peraturan Pemerintah untuk Menutupi Defisit


Peraturan pemerintah dapat juga digunakan sebagai suatu sistem
pengenaan harga yang ditetapkan oleh suatu perusahaan negara. Pada umumnya
peraturan pemerintah menetapkan bahwa harga yang dapat dipungut haruslah dapat
menutup seluruh biaya produksi, termasuk pengembalian modal. Tingkat
pengembalian modal yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pemerintah harus
sama dengan tingkat pengembalian modal pada industri-industri swasta lainnya,
sehingga terjadi alokasi modal yang efisien antara perusahaan pemerintah dengan
perusahaan swasta. Dalam hal ini pemerintah harus menetapkan dengan tegas semua
komponen-komponen biaya produksi. Hali ini disebabkan oleh karena apabila
manajer perusahaan-perusahaan negara mengetahui bahwa setiap kenaikan biaya akan
menyebabkan diperkenankannya upaya untuk menaikkan harga, maka manajer akan
memasukkan komponen biaya yang tidak penting bagi operasi perusahaan, misalnya
saja memasukkan biaya pembangunan kantor yang mewah, kendaraan dinas yang
banyak dan mewah, dan sebagainya sebagai biaya operasi.

f. Penetapan Harga pada Barang Publik


Ada beberapa jenis barang publik yang penetapan harganya dapat
dilakukan dengan mekanisme pasar karena prinsip pengecualian dapat dilaksanakan
tetapi lebih tidak praktis untuk dilaksakan dalam prektek.
Dalam teorinya, untuk meningkatkan konsumsi barang-barang publik,
dapat dilakukan dengan cara memberi subsidi baik pada produsen maupun konsumen,

11
atau dengan menyediakannya secara langsung, dengan penetapan harga dibawah
harga yang ditetapkan perusahaan swasta. Harga sektor publik memberikan isyarat
kepada konsumen untuk menggunakan sejumlah barang tertentu secara baik. Oleh
karena itu, harga berperan penting dalam membentuk konsumsi. Harga sektor publik
juga memberi sinyal kepada pembuat kebijakan pada situasi dimana investasi
tambahan akan berpengaruh baik bagi masyarakat.
Meskipun harga digunakan untuk memperoleh pendapatan untuk
membayar penyediaan layanan publik, namun peranan subsidi lebih ditekankan dalam
penyediaan fasilitas publik ini. Hampir semua ukuran evaluasi digunakan dalam
penetapan harga penyediaan barang publik.
1. Efisiensi, ditunjukkan dari penggunaan sumber daya dalam
memproduksi barang dan jasa untuk menambahkan tingkat kesejahteraan
tertinggi bagi masyarakat.
2. Peningkatan Pendapatan/Penyesuaian Harga, ditunjukkan dari
pengenaan tarif. Namun, pengenaan tarif yang murah mengindikasikan
bahwa ukuran peningkatan pendapatan yang ingin dicapai melalui
penyediaan fasilitas publik ini tidak terlalu dominan. Namun, untuk
menutupi biaya operasional, Pemerintah biasanya dalam kebijakannya
mengeluarkan subsidi.
3. Pertimbangan Persamaan, hal ini nampaknya sangat menonjol dalam
acuan ukuran evaluasi yang digunakan untuk penetapan harga sektor
publik. Penetapan harga barang publik didasarkan pada karakteristik
pemakai, kesanggupannya untuk membayar, dan perkiraan masyarakat
atas nilai barang dan jasa tersebut.
4. Administratif dan Pertimbangan Kelembagaan, ukuran evaluasi ini juga
nampaknya paling dominan. Karena tujuan utama dari penyediaan
fasilitas publik ini adalah mewujudkan eksternalitas positif terhadap
lingkungan. Sehingga penetapan harga akan cenderung lebih fleksibel
untuk mengikuti tujuan penyediaan fasilitas publik.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Hasrat untuk tahu yang merupakan suatu hasrat alamiah dari makhluk
manusia, adalah pangkal dari segala ilmu pengetahuan. Untuk itu manusia harus
dengan sengaja menangkap gejala-gejala alam atau masyarakat untuk tumbuhnya
ilmu pengetahuan dengan cara berdisiplin menurut suatu sistem dan metode tertentu.
Sistem dan metode ketat untuk mengatur tentang gejala-gejala alam dan masyarakat
disebut metodelogi ilmiah.
Oleh karena itu sebelum terjun mengadakan penelitian harus dapat
menentukan dan mengambil metode atau cara apa yang digunakan dalam mengadakan
penelitian. Karena pada dasarnya research adalah suatu usaha menentukan
pengembangan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang mana dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah.
Sehubungan dengan hal ini metode yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah berdasarkan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian yang digunakan merupakan penelitian dengan
pendekatan deskriptif. Dimana rancangan penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang harga LPG baik untuk yang ada di Indonesia
serta perubahan yang terjadi dari tiap periode maupun program pemerintah
konversi minyak tanah ke gas LPG dengan ukuran tabung 3 kg dengan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap perubahan harga LPG tersebut.
b. Metode Pengumpulan Data
Pada setiap penelitian, baik yang bersifat terbuka ataupun dipublikasikan
maupun yang rahasia tertutup untuk kalangan yang terbatas selalu digunakan
alat – alat pengumpulan data yang tersusun baik, serta disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk mendapatkan
data yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan yang bersangkutan
secara obyektif dan metode dalam ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai
suatu cara.

13
Dalam penelitian ini terdapat cara – cara untuk mengumpulkan data,
mengelompokkan data yang diperoleh, kemudian merumuskan kesimpulan
dari hasil penelitian. Peneliti menyadari bahwa setiap metode pasti
mempunyai kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu peneliti tidak hanya
menggunakan satu metode saja, akan tetapi lebih dari satu metode. Maka
peneliti menggunakan beberapa metode antara lain adalah sebagai berikut :
1. Metode Wawancara
Peneliti melakukan tanya jawab dengan pegawai pertamina yang berada
pada bagian gas domestik.
2. Metode Penggunaan bahan Dokumen
Peneliti menggunakan bahan dokumen yang didapat dari PT Pertamina
mengenai perubahan harga LPG.
3. Metode Penyajian Grafis
Peneliti melakukan penyajian data berupa tabel dan grafik mengenai
perubahan harga LPG yang terjadi pada tiap periode.
4. Sumber Media Elektronik
Peneliti melakukan browsing melalui internet terkait dengan data, artikel,
jurnal yang berhubungan dengan harga LPG yang berada di Indonesia.

c. Teknik Analisa Data


Untuk menggambarkan atau mendapatkan kesimpulan yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya pada penelitian Faktor-faktor yang
menentukan perubahan harga gas LPG , maka analisa data yang digunakan
oleh peneliti adalah metode deskriptif eksploratif.

14
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar/ Undang – Undang yang Mendasari Dalam Penentuan Harga


Gas LPG 3Kg pada tahun 2008, yaitu sebagai berikut;
1. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kebijakan Usaha Hilir
Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009;
3. Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 tanggal 28 November 2007
tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquiefied
Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram;
4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tanggal 20 Oktober 2004
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 77/P Tahun 2007 tanggal 28 Agustus 2007;
5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005
tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral;
6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 021 Tahun 2007
tanggal 19 Desember 2007 tentang Penyelenggaraan dan Pendistribusian
Liquefied Petroleum Gas Tabunng 3 Kilogram;
Dari konsep dasar yang telah disebutkan di atas maka ditetapkan PERATURAN
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 28 TAHUN 2008
tentang HARGA JUAL ECERAN LPG TABUNG 3 KILOGRAM UNTUK
KEPERLUAN RUMAH TANGGA DAN USAHA MIKRO.
Dan pada tahun 2009 ditetapkan kembali suatu keputusan, yaitu; KEPUTUSAN
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1680
K/12/MEM/2009 tentang HARGA PATOKAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS
TABUNG 3 KILOGRAM TAHUN ANGGARAN 2009, dimana konsep dasar dari
keputusan ini adalah sebagai berikut;
1. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

15
2. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2009 yang kemudian telah diubah dengan
Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2009;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kebijakan Usaha Hilir
Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009;
4. Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 tanggal 28 November 2007
tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquiefied
Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram;
5. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tanggal 20 Oktober 2004
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 77/P Tahun 2007 tanggal 28 Agustus 2007;
6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005
tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral;
7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 021 Tahun 2007
tanggal 19 Desember 2007 tentang Penyelenggaraan dan Pendistribusian
Liquefied Petroleum Gas Tabunng 3 Kilogram;
Di tahun yang sama, tahun 2009, keputusan menteri ESDM diatas diubah menjadi
KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR:
2768 K/12/MEM/2009 tentang PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1680
K/12/MEM/2009 TENTANG HARGA PATOKAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS
TABUNG 3 KILOGRAM TAHUN ANGGARAN 2009. Dengan konsep dasar yang
tidak jauh berbeda dengan keputusan perubahan sebelumnya, namun ada beberapa
yang dihilangkan dan ada beberapa yang ditambahkan. Konsep dasar keputusan
menteri ESDM yang baru adalah sebagai berikut;
1. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
2. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2009 yang kemudian telah diubah dengan
Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2009;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kebijakan Usaha Hilir
Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009;

16
4. Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 tanggal 28 November 2007
tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquiefied
Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tanggal 21 Oktober 2009;
6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005
tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral;
7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 021 Tahun 2007
tanggal 19 Desember 2007 tentang Penyelenggaraan dan Pendistribusian
Liquefied Petroleum Gas Tabunng 3 Kilogram;
8. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1680
K/12/M2M/2009 tanggal 28 Juli 2009 tentang Harga Patokan Liquefied
Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram Tahun Anggaran 2009 sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 1957 K/12/MEM/2009 tanggal 29 September 2009.

Perubahan Harga LPG

Harga Per Tabung


3 Kg
Tahun
2007 2008 2009 2010
Tanggal
HPP Rp10,390.92 Rp10,390.92 Rp10,390.92 Rp10,390.92
PPn Rp1,159.09 Rp1,159.09 Rp1,159.09 Rp1,159.09
Harga jual Rp11,550.00 Rp11,550.00 Rp11,550.00 Rp11,550.00
Margin Rp1,200.00 Rp1,200.00 Rp1,200.00 Rp1,200.00
PPn Rp- Rp- Rp- Rp-
Harga jual kons Rp12,750.00 Rp12,750.00 Rp12,750.00 Rp12,750.00

Harga Per Tabung


50 Kg
Tahun 2007
2005 2006
Tanggal Friday, August 31, 2007
HPP Rp 176,318 Rp 176,318 Rp 266,000
PPn Rp 17,632 Rp 17,632 Rp 26,600
Harga jual Rp 193,950 Rp 193,950 Rp 292,600
Margin Rp 16,864 Rp 16,864 Rp 18,500
PPn Rp 1,687 Rp 1,687 Rp 1,850
Harga jual kons Rp 212,500.00 Rp 212,500.00 Rp 312,950.00

17
2008
Monday, January 07, Thursday, April 10, 25 Agustus
2008 2008 01 Juli 2008 2008
Rp 342,061 Rp 290,752 Rp 290,750 Rp 307,850
Rp 34,206 Rp 29,075 Rp 29,100 Rp 30,800
Rp 376,267 Rp 319,827 Rp 319,850 Rp 338,650
Rp 18,500 Rp 18,500 Rp 21,900 Rp 21,900
Rp 1,850 Rp 1,850 Rp 2,200 Rp 2,200
Rp 396,616.50 Rp 340,177 Rp 343,900 Rp 362,750

16 Januari
10 Oktober 2009 01 November 2009
2009
Rp 307,850 Rp 312,400 Rp 312,400
Rp 30,800 Rp 31,250 Rp 31,250
Rp 338,650 Rp 343,650 Rp 343,650
Rp 21,900 Rp 21,900 Rp 21,900
Rp 2,200 Rp 2,200 Rp 2,200
Rp 362,750 Rp 367,750 Rp 367,750

Harga Per Tabung


12 Kg
Tahun
2005 2006 2007
Tanggal
HPP Rp 42,316 Rp 42,316 Rp 42,316
PPn Rp 4,232 Rp 4,232 Rp 4,232
Harga jual Rp 46,548 Rp 46,548 Rp 46,548
Margin Rp 4,047 Rp 4,047 Rp 4,047
PPn Rp 405 Rp 405 Rp 405
Harga jual kons Rp 51,000.00 Rp 51,000.00 Rp 51,000.00

2008
2008
01 Juli 2008 25 Agustus 2008
Rp 42,316 Rp 52,404 Rp 57,852
Rp 4,232 Rp 5,240 Rp 5,784
Rp 46,548 Rp 57,644 Rp 63,636
Rp 4,047 Rp 4,872 Rp 4,872
Rp 405 Rp 487 Rp 492
Rp 51,000.00 Rp 63,000 Rp 69,000

16 Januari 2009 10 Oktober 2009 01 November 2009

Rp 57,852 Rp 58,944 Rp 58,944


Rp 5,784 Rp 5,892 Rp 5,892
Rp 63,636 Rp 64,836 Rp 64,836
Rp 4,872 Rp 4,872 Rp 4,872
Rp 492 Rp 492 Rp 492
Rp 69,000 Rp 70,200 Rp 70,200

18
HargaBulk
Tahun 2008
Tanggal 04 Januari 2008 25 Agustus 2008
HPP   Rp 7,664
PPn   Rp 764
Harga jual Rp 7,329.74 Rp 8,430
Margin    
PPn    
Harga jual kons Rp 7,329.74 Rp 8,430

Jan-09 10 Oktober 2009 01 November 2009

Rp 7,664 Rp 7,664 Rp 7,664


Rp 764 Rp 764 Rp 764
Rp 8,430 Rp 8,430 Rp 8,430
     
     
Rp 8,430 Rp 8,430 Rp 8,430

19
Tren Perubahan Harga LPG

Rp500,000.00
Harga Per Tabung 3
Rp400,000.00 Kg
Harga Per Tabung 50
Rp300,000.00
Harga

Kg
Rp200,000.00 Harga Per Tabung 12
Kg
Rp100,000.00 HargaBulk

Rp-
2006

1 November 2009
Tahun

10 Oktober 2009
25 Agustus 2008
16 Januari 2009
7 Januari 2008
10 April 2008
1 Juli 208
2005
2006
2007

Dari grafik tren perubahan harga LPG, kenaikan harga gas pada tahun 2007,
yang mengalami kenaikan hanyalah harga LPG 50 kg yaitu pada tanggal 31 Agustus.
Belum tercapainya harga keekonomian untuk LPG 50 kg, menyebabkan Pertamina
masih harus mensubsidi LPG tersebut. Kenaikan LPG 50 kg tersebut merupakan
upaya Pertamina mengurangi kerugian bisnis LPG yang setiap tahun cukup besar.
Pada tahun 2007 Pertamina hanya menaikkan harga LPG 50 kg dengan alasan
pengguna LPG 50 kg adalah pelanggan komersial seperti hotel, restoran, rumah sakit,
dan rumah mewah. Sedangkan untuk LPG 12 kg sebagian besar digunakan oleh
rumah tangga.
Dari tabel dapat dilihat bahwa harga gas mengalami kenaikan pada tahun
2008. Kenaikan harga dilakukan secara bertahap agar masyarakat tidak terlalu kaget
dengan perubahan harga gas. Yaitu untuk LPG 50 kg dilakukan dalam 4 tahap yaitu
pada 7 Januari, 10 April, 1 Juli, dan 25 Agustus. Sedangkan untuk LPG 6 kg dan 12
kg mengalami kenaikan dua kali yaitu pada 1 Juli dan 25 Agustus. Kenaikan harga
LPG pada tahun 2008 disebabkan adanya resesi di Amerika Serikat, yang
mengakibatkan terjadinya resesi global. Dan berdampak pada kenaikan harga minyak
dunia. Maka pemerintah terpaksa menaikkan harga jual LPG. Selain itu besarnya
kenaikan harga itu dihitung dari kenaikan harga jual gas alam dari PT Perusahan Gas
Negara sebagai pemasok bahan baku, naiknya produk kemasan atau tabung gas yang
dipicu oleh melonjaknya harga besi dan baja, tingginya laju inflasi, kenaikan biaya

20
listrik, kenaikan harga bahan bakar minyak, serta kenaikan upah buruh yang terjadi
pada tahun 2008.
Kenaikan harga gas LPG pada tahun 2009, yaitu untuk LPG 6 kg, 12 kg, dan
50 kg terjadi secara bertahap dan bersama-sama pada 16 Januari, 10 Oktober, dan 1
November. Kenaikan harga LPG di tahun 2009 ini disebabkan karena harga LPG
tersebut masih jauh dari harga keekonomiannya, dimana Pertamina harus mensubsidi
harga LPG tersebut. Dari APBN sendiri tidak memperbolehkan BUMN mensubsidi,
yang mensubsidi adalah Negara. Selain UU-APBN yang tidak membolehkan
Pertamina mensubsidi LPG 12 kg, alasan kenaikan itu tak lepas dari teguran Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) kepada Pertamina. Teguran itu terkait harga
LPG dari Pertamina yang masih di bawah harga pokok. Hal tersebut menghalangi
perusahaan lain untuk bersaing di bisnis penjualan LPG, sehingga menciptakan iklim
persaingan usaha yang tidak sehat.
Untuk harga LPG 3 kg dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan, hal ini
karena kebijakan penetapan harga ada di tangan pemerintah dan adanya subsidi dari
pemerintah untuk harga gas 3 kg

Trend di lapangan mengenai harga gas LPG

Dari data di atas, terlihat memang harga jual LPG 12 dan 50 kg belum
mencapai nilai keekonomian. Tetapi dalam implementasinya di lapangan, pergerakan
harga menjadi lebih tidak terkendali. Hal ini antara lain disebabkan oleh fakta bahwa
Pertamina hanya menjamin harga sampai di tingkat agen dan tidak ada lembaga
pengawas yang mengawal harga di tingkat konsumen.

21
Berdasarkan kedua data diatas maka dapat kita intisarikan berbagai macam
faktor yang mempengaruhi Perubahan harga LPG beserta pertimbangan, ketentuan
yang digunakan dalam penentuan penetapan harga LPG yang akan dijelaskan pada
sub-bab selanjutnya.

B. Faktor-faktor Penentu Harga Gas


- Penentuan harga gas termasuk urusan pilihan, urusan pilihan adalah urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi
unggulan daerah yang bersangkutan. Penentuan urusan pilihan ditetapkan
oleh pemerintahan daerah.
- Kenaikan harga tabung dan biaya produksi gas.
- Adanya ketentuan dari pemerintah tidak dibolehkannya BUMN untuk
mensubsidi gas. Sehingga Pertamina menaikkan harga gas untuk
menghilangkan subsidinya.
- Kebijakan nasional, harga gas ditentukan menurut peruntukan masing-masing
industri. Dalam konsep baru itu, industri yang mengonsumsi gas sebagai
bahan baku, harganya lebih murah ketimbang yang mengkonsumsinya hanya
sebagai bahan bakar/energi dan transportasi.
- Pemerintah akan menetapkan harga gas, listrik, dan bahan bakar minyak
(BBM) sesuai dengan harga keekonomiannya mulai 2014-2015 dengan
mengubah subsidi harga yang diberikan selama ini. pemerintah akan
mengubah pola subsidi harga energi menjadi subsidi pada golongan yang tidak
mampu saja.
- Pengkomersialisasian semua produk yang dihasilkan oleh pertamina, akan
menyebabkan harga gas terus meningkat.
- Kenaikan harga minyak dunia, memicu naiknya harga gas alam sehingga
ongkos produksi akan terbayar dengan harga gas yang dinaikkan.
- Jumlah pasokan dan kelancaran jalur distribusi menjadi salah satu penentu
harga gas yang terbentuk di suatu daerah.
- Pemerintah beserta pertamina merancang kebijakan guna menentukan harga
eceran tertinggi gas elpiji yang akan diterima masyarakat.

22
- Jarak antara depot pengisian LPG atau SPPBE ke tempat agen-agen penjual
yang menjual LPG juga menjadi faktor yang mempengaruhi dalam penentuan
harga LPG.
B.1 Pertimbangan penentuan harga gas elpiji
Harga gas elpiji sangat rentan mengalami perubahan dalam perekonomian
Indonesia, hal ini dikaitkan dengan perubahan harga minyak mentah oleh negara-
negara OPEC. Kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut di sebabkan oleh
berkurangnya stok minyak bumi di dalam tanah sehingga menyebabkan kepanikan
internasional yang berakibat dengan panasnya persaingan harga pasar minyak. Saat
ini harga minyak dunia telah mencapai 80 US $ per barel. Kebijakan untuk
menurunkan harga LPG tidak serta merta hanya ditentukan dengan melihat penurunan
harga propane dan butane yang di catat harga kontrak milik Saudi Aramco. Tetapi
juga harus mempertimbangkan nilai tukar rupiah serta pagu subsidi yang disediakan
dalam APBN. Memang ada pertimbangan bahwa LPG itu perlu ikut diturunkan
harganya. Kalau LPG ukuran 3 kilogram diturunkan, subsidinya yang disediakan
pemerintah bertambah. Pemerintah menyediakan subsidi LPG untuk tabung ukuran 3
kilogram sebagai bagian program konversi minyak tanah sebesar 9,72 triliun.
Sementara, untuk LPG ukuran 12 kilogram dan 50 kilogram, pemerintah tidak
mensubsidi dan meminta PT Pertamina (Persero) untuk menjual rugi barang
dagangannya itu.
Penetapan harga gas untuk rumah tangga seharusnya dilakukan oleh
pemerintah bukan oleh Pertamina karena akan menimbulkan persaingan usaha yang
tidak sehat. Penetapan harga oleh Pertamina dinilai telah menyebabkan sulitnya
pemain baru memasuki bisnis gas. Beralasan tidak mengatur harga elpiji tabung 12
kilogram, pemerintah sepenuhnya melepas penentuan harga kepada Pertamina.
Kenaikan harga elpiji ini adalah salah satu strategi Pertamina untuk memenuhi
kebutuhan elpiji dalam negeri, dan memperbaiki pelayanan kepada konsumen. Harga
ini masih jauh di bawah harga pasar negara tetangga, dan Pertamina belum
mendapatkan untung. Dengan kenaikan tahun 2004, Pertamina sudah bisa meraih
keuntungan yang akan dipergunakan membangun tangki timbun baru mengingat yang
dimiliki saat ini sudah tidak sesuai dengan kebutuhan. Tangki timbun yang baru
tersebut untuk meningkatkan stok elpiji yang hanya untuk enam hari menjadi 15 hari.
Tangki timbun baru itu penting guna mengantisipasi bila terjadi kendala pada kilang
di Balongan sehingga persediaan di dalam negeri lebih terjamin. Pada tahun 2004 ini

23
juga Pertamina berencana memasok satu juta tabung gas baru untuk mingkatkan
pelayanan ke masyarakat serta antisipasi permintaan pasar. Produk tabung gas baru itu
dilengkapi dengan sticker mengenai tata cara penggunaan dan pengamanannya,
Kenaikan harga elpiji ukuran 12 kg bukan karena kenaikan LPG-nya tapi
karena harga BBM yang naik yang mengakibatkan ongkos transportasi dan upah
pegawai naik. Jadi, kenaikan harga elpiji 12 kg itu untuk menutupi biaya-biaya itu.
Harga elpijinya sendiri tidak naik. Kenaikan harga tersebut belum memperhitungkan
kenaikan harga internasional. Idealnya, menurut Pertamina, harga elpiji mengikuti
kenaikan harga minyak dunia. Ini berarti kenaikan harga elpiji, masih menurut
Pertamina, mestinya jauh lebih besar dari kenaikan yang sudah diputuskan.
Sebagian besar warga resah atas kenaikan harga elpiji ukuran tabung 12
kilogram. Mereka berencana mengganti pemakaian tabung dari 12 kg menjadi tiga kg
untuk menghemat pengeluaran. Keputusan Pertamina mendongkrak harga elpiji 12 kg
jelas memberatkan warga. Terutama bagi warga golongan menengah ke bawah dan
pemilik usaha kecil. Dampak kenaikan harga elpiji ukuran 12 kilogram mulai
dirasakan sejumlah pedagang makanan. Beberapa pedagang menyiasati kenaikan
dengan mengganti menu atau beralih ke tabung ukuran tiga kilogram. Kenaikan harga
memberatkan pedagang. Para pemakai gas elpiji memilih tabung tiga kg dengan
pertimbangan harga. Harga elpiji tabung kecil ini tetap normal.
Pemerintah memang masih mengatur atau mensubsidi harga elpiji untuk
tabung tiga kilogram. Namun, karena terjadi disparitas harga yang terlalu besar,
diperkirakan konsumsi elpiji tiga kilogram akan meningkat dan tak mustahil terjadi
kelangkaan. Saat ini sektor hilir migas masih dimonopoli oleh Pertamina. Harga jual
elpiji ditetapkan sepihak oleh Pertamina. Harusnya harga diatur oleh pemerintah,
supaya ada mekanisme persaingan usaha. Pemerintah hanya mengatur harga elpiji
ukuran 3 kg dan harga untuk penjualan gas pada rumah tangga kecil yang disalurkan
melalui pipa oleh PGN. Elpiji 12 kg itu memang komoditi yang disubsidi internal oleh
Pertamina, karena harga minyak bumi naik Pertamina merasa rugi, akhirnya
menaikkan yang kemasan 50 kg dan sekarang yang 12 kg.
Jarak antara depot pengisian LPG atau SPPBE ke tempat agen-agen
penjual yang menjual LPG juga menjadi faktor yang mempengaruhi dalam penentuan
harga LPG. Untuk radius sampai dengan 60 KM dari Depot Pengisian LPG
PERTAMINA (PERSERO) dan atau SPPBE yang ditunjuk PT. PERTAMINA
(PERSERO) harga LPG sesuai dengan ketentuan yang ditentukan Pertamina. Lebih

24
dari radius 60 KM dikenakan tambahan ongkos angkut yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan biaya Angkutan yang berlaku dalam Surat Keputusan Menteri Perhubungan
RI yaitu sebesar Rp 390,00/kg.
Harga gas dinaikan juga dengan alasan langka. Kenaikan harga gas elpiji
dengan alasan menyesuaikan kenaikan BBM. Pertamina juga menyatakan sedang
mengalami kerugian, sehingga perlu dinaikan. Padahal,   kerugian yang dialami
Pertamina bisa disebabkan banyak faktor.
B.2 Perumusan harga gas dan persetujuan dalam penentuan harga gas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah, sesuai PP 36 Tahun 2004 tentang
Kegiatan usaha hilir Migas Pasal 72 ayat 1 yang berbunyi “Harga Bahan Bakar
Minyak dan Gas Bumi, kecuali Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil
diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat dan transparan.”
Namun setelah diamandemennya UU No 22 Tahun 2001 tentang Migas, maka harga
BBM dan Gas Bumi ditetapkan oleh Pemerintah.
Penetapan harga jual gas elpiji pada LPG tabung gas 3 kg. Ditjen Migas
sebagai pemegang otoritas Pemerintah bidang minyak dan gas bumi bertanggung
jawab dalam penetapan harga jual eceran dan harga patokan LPG tabung 3 kg.
Pengusulannya dikoordinasikan dengan Departemen Keuangan dan Kementerian
Koordinasi Bidang Perekonomian. Penetapan harga jual eceran disesuaikan dengan
daya beli masyarakat dan kemampuan keuangan negara. Penetapan harga patokan
didasarkan pada indeks pasar yang menjadi acuan di region Asia Pasifik. Formula
harga patokan memperhitungkan unsur biaya distribusi serta margin bagi Badan
Usaha pelaksana PSO LPG tabung 3 kg. Penetapan harga jual LPG tabung 3 kg
dituangkan dalam Peraturan Presiden, sedangkan penetapan harga patokan LPG
tabung 3 kg dalam Peraturan Menteri disesuaikan dengan perkembangan pasar. Ditjen
Migas secara berkala mengkaji kesesuaian harga jual eceran LPG tabung 3 kg dengan
daya beli masyarakat, serta mengevaluasi harga patokan LPG tabung 3 kg sesuai
dengan perkembangan pasar.
Penentuan harga LPG 12 kg dan 50 kg, seharusnya penetapan harga
dilakukan oleh pemerintah tanpa melihat apakah komoditas itu bersubsidi atau tidak.
Namun dalam prakteknya, penetapan gas elpiji 12 kg dan 50 kg diputuskan oleh
badan usaha yang terkait dalam hal ini yaitu Pertamina. Pertamina selaku Persero
yang memang berorientasi profit tetap menaikkan harga elpiji 12 kg tanpa
menghiraukan keberatan masyarakat. Pada awalnya elpiji ini disubsidi pula, namun

25
secara perlahan Pertamina akan menghilangkan subsidi dengan menaikkan harganya
secara bertahap agar tercapai harga keekonomiannya.
Secara umum prosedur yang harus dipenuhi dalam penetapan harga gas
elpiji adalah setelah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) melakukan negosiasi
dengan konsumen gas bumi dan memperoleh kesepakatan harga, maka Kontraktor
menyampaikan usulan harga gas bumi tersebut kepada Badan Pelaksana. Badan
Pelaksana bertanggung jawab melakukan evaluasi teknis dan ekonomis terhadap
usulan harga gas bumi yang diajukan oleh KKKS, yang kemudian disampaikan
Kepada Menteri ESDM disertai pertimbangan teknis dan ekonomisnya. Menteri
kemudian meminta pertimbangan Direktur Jenderal mengenai pertimbangan usulan
harga gas bumi dari aspek teknis, ekonomis, dan legal. Setelah semua prosedur
tersebut dipenuhi maka Menteri ESDM dapat memberikan persetujuan harga gas yang
diajukan.
Harga gas akan ditetapkan bila telah ditetapkan dan dirumuskan oleh
Menteri keuangan, Menteri ESDM, menteri BUMN, Menteri-menteri perekonomian,
menko kesra,dan Komisaris Utama Pertamina kemudian dilakukan pembahasan-
pembahasan lalu dilaporkan ke Presiden. Dan dilakukan penetapan harga oleh
pemerintah untuk gas bersubsidi dan oleh Pertamina untuk harga gas non subsidi.
B.3 Pengaruh Harga Gas LPG Yang Ditetapkan Terhadap Masyarakat
Dalam perhitungannya, penggunaan elpiji ini jauh lebih murah ketimbang
minyak tanah. Harga gas LPG 3 kg yang harganya telah disubsidi oleh pemerintah ,
dapat membantu kalangan masyarkat menengah ke bawah karena harganya terjangkau
bagi masyarkat tersebut dalam program konversi dari minyak tanah ke gas. Walaupun
masih ada masyarakat yang belum merasakan dampak positif karena kebijakan
tersebut. Faktanya, masih banyak masyarakat yang mengeluhkan harga karena
ketersediaaan pasokan gas yang masih terbatas sehingga menjadi langka dan harga
tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan pemerintah. Kemudian pada, harga gas LPG
12 kg dan 50 kg yang tidak disubsidi oleh pemerintah selalu mengalami kenaikan
karena penetapan harga diserahkan kepada badan usaha yaitu PT. Pertmina yang
menurutnya pertamina mengalami kerugian sehingga pertamina perlu menaikkan gas
LPG 12 kg dan hal tersebut cukup merugikan masyarakat yang menggunakan gas
LPG 12 kg, walaupun diperkirakan rata – rata pengguna gas LPG 12 kg adalah
kalangan mampu tetapi hal terebut sangat memberatkan masyarakat.

26
B.4 Penyebab perubahan harga LPG
Penyebab harga gas LPG yang 12 kg dan 50 kg adalah karena PT. Pertamina
mengalami kerugian karena tidak adanya subsidi dari pemerintah, karena dalam UU
APBN tidak ada peraturan yang mengatur BUMN dalam memberikan subsidi gas
untuk 12 kg dan 50 kg, sehingga penetapan harga LPG yang di tentukan pemerintah
adalah LPG yang bersubsidi yaitu 3 kg dengan harga yang stabil tidak berubah.
Penetapan harga LPG yang 12 kg dan 50 kg diserahkan kepada badan usaha yang
memproduksi gas yaitu PT. Pertamina, jadi pada gas LPG 12 kg terjadi perubahan
harga juga dikarenakan adanya kelangkaan sehingga mengakibatkan para agen
menaikkan harga gas LPG tersebut. Dan dapat juga biasanya karena faktor dari
distributor ke agent kendala daerah.
B.5 Pengaruh penentuan harga LPG
Karena harga tabung LPG 12 kg semakin mahal, toko yang memasok gas 12
kg dari agen lebih memilih untuk beralih ke tabung 3 kg, karena jika terus memasok
tabung 12 kg maka toko yang menjual LPG 12 kg akan mengalami penurunan omset
seiring dengan kenaikan harga gas selain itu tabung 3 kg yang memiliki harga
cenderung stabil dan juga dapat digunakan untuk kompor gas yang besar .
Kenaikan harga pertamina ikut membantu menaikkan margin para agen LPG.
Harga LPG akan berpengaruh terhadap kebutuhan pokok lainnya. Kenaikan harga
elpiji kemasan 12 kg dan 6 kg diperkirakan hanya akan sedikit berpengaruh terhadap
kenaikan bahan baku lainnya.
B.6 Hubungan penetapan harga gas LPG terhadap program konversi dari
minyak ke gas
mulai tahun 2007 Pemerintah menerapkan kebijakan menarik kompor minyak
tanah milik masyarakat untuk diganti dengan kompor gas elpiji. Kebijakan ini terkait
upaya pemerintah mengalihkan subsidi minyak tanah ke elpiji. Untuk menyukseskan
pemakaian elpiji, pemerintah akan menyiapkan tabung elpiji ukuran kecil yang
harganya terjangkau oleh masyarakat. Jadi masyarakat kecil telah disediakan elpiji
dengan ukuran 3 kg.
UU Nomor 18 Tahun 2006 tentang APBN tahun 2007
Sesuai UU No. 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2007 dianggarkan subsidi LPG yang
merupakan kebijakan Pemerintah dalam mengurangi subsidi Minyak Tanah
Ditjen Migas sebagai pemegang otoritas Pemerintah bidang minyak dan gas

27
bumi bertanggung jawab dalam penetapan harga jual eceran dan harga patokan
LPG tabung 3 kg. Pengusulannya dikoordinasikan dengan Departemen
Keuangan dan Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian. Penetapan
harga jual eceran disesuaikan dengan daya beli masyarakat dan kemampuan
keuangan negara. Penetapan harga patokan didasarkan pada indeks pasar yang
menjadi acuan di region Asia Pasifik. Formula harga patokan
memperhitungkan unsur biaya distribusi serta margin bagi Badan Usaha
pelaksana
PSO LPG tabung 3 kg
Penetapan harga jual LPG tabung 3 kg dituangkan dalam Peraturan
Presiden, sedangkan penetapan harga patokan LPG tabung 3 kg dalam
Peraturan Menteri disesuaikan dengan perkembangan pasar.

C. Apa saja kendala dan hambatan dalam penentuan harga LPG


Masa transisi program konversi, banyak menuai kendala operasional
karena perubahan agen minyak tanah ke LPG menimbulkan perubahan system dan
tata kelola yang ada. Para agen yang semula menjual minyak tanah dalam
pengelolaannya harus mengubah pengelolaan dan penataannya ke LPG mulai dari
margin yang didapatkan oleh agen tersebut sampai cara mendapatkan LPG tersebut.
Masalah ketersediaan infrastruktur penyaluran gas, karena pembangunan
infrastruktur yang baik dapat memenuhi seluruh kebutuhan gas domestik.
Jumlah permintaan gas yang kurang jelas. Umumnya setiap rumah tangga
menggunakan gas. Tetapi saat ini di Indonesia, jumlah pihak – pihak yang
membutuhkan gas belum jelas. Tidak ada kepastian tentang jumlah pemakai gas,
sehingga pihak produsen, tidak dapat menentukan pasokan gas yang sesuai.
Distribusi yang panjang. Di Indonesia, tidak semua tempat memiliki
sumber gas. Oleh karena itu, gas diproduksi di tempat – tempat tertentu. Sehingga
diperlukan proses distribusi ke tempat – tempat yang tidak memilki sumber gas.
Ekspektasi yang berbeda antara konsumen dan produsen. Setiap produsen
menginginkan laba yang tinggi, untuk itu diharapkan harga jual ke konsumen juga
tinggi. Namun hal ini harus sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini
juga berlaku pada Pertamina. Pertamina juga menginginkan harga jual yang tinggi,
kadang pertamina mengusulkan untuk menaikkan harga gas tanpa menambah nilai

28
tambahan bagi konsumen. Di lain pihak, setiap konsumen menginginkan harga yang
rendah.

29
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Seiring dengan dialihkannya bahan baku minyak tanah ke gas, banyak hal
yang terjadi yang berkaitan dengan fluktuasi harga gas di dalam masyarakat,
terkadang terjadi kenaikan dan penurunan. Namun yang sering terjadi adalah
kenaikan, dimana hal itu sangat meresahkan masyarakat terutama masyarakat kelas
bawah dan merekalah yang sering mengaharapkan adanya subsidi gas dari
pemerintah. Banyak faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah dan pertamina
dalam menentukan perubahan harga gas tersebut.
Faktor-faktor Penentu Harga Gas
- Penentuan harga gas termasuk urusan pilihan, urusan pilihan adalah urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi
unggulan daerah yang bersangkutan.
- Kebijakan nasional, harga gas ditentukan menurut peruntukan masing-masing
industri.
- Kenaikan harga tabung dan biaya produksi gas.
- Adanya ketentuan dari pemerintah tidak dibolehkannya BUMN untuk
mensubsidi gas. Sehingga Pertamina menaikkan harga gas untuk
menghilangkan subsidinya.
- Pemerintah akan menetapkan harga gas, listrik, dan bahan bakar minyak
(BBM) sesuai dengan harga keekonomiannya mulai 2014-2015 dengan
mengubah subsidi harga yang diberikan selama ini. Pemerintah akan
mengubah pola subsidi harga energi menjadi subsidi pada golongan yang tidak
mampu saja.
- Pengkomersialisasian semua produk yang dihasilkan oleh pertamina, akan
menyebabkan harga gas terus meningkat.
- Kenaikan harga minyak dunia, memicu naiknya harga gas alam sehingga
ongkos produksi akan terbayar dengan harga gas yang dinaikkan.
- Jumlah pasokan dan kelancaran jalur distribusi menjadi salah satu penentu
harga gas yang terbentuk di suatu daerah.

30
- Pemerintah beserta pertamina merancang kebijakan guna menentukan harga
eceran tertinggi gas elpiji yang akan diterima masyarakat.
- Jarak antara depot pengisian LPG atau SPPBE ke tempat agen-agen penjual
yang menjual LPG juga menjadi faktor yang mempengaruhi dalam penentuan
harga LPG.
Penyebab harga gas LPG yang 12 kg dan 50 kg adalah karena
PT.Pertamina mengalami kerugian karena tidak adanya subsidi dari pemerintah,
karena dalam UU APBN tidak ada peraturan yang mengatur BUMN dalam
memberikan subsidi gas untuk 12 kg dan 50 kg, sehingga penetapan harga LPG yang
di tentukan pemerintah adalah LPG yang bersubsidi yaitu 3 kg dengan harga yang
stabil tidak berubah. Namun, dalam pelaksanakan penentuan perubahan harga gas,
jalan pemerintah tidak begitu saja mulus, banyak kendala atau hambatan yang
dialaminya, terutama dalam masalah ketersediaanya infrastruktur. Dan hal yang
terpenting lagi adalah bahwa pemerintah sudah berupaya sebaik mungkin untuk
mensejahterahkan masyarakatnya, meskipun hanya melalui subsidi gas 3 kg saja.

31
Daftar Pustaka

Mangkoesoebroto, Guritno.2008.Ekonomi Publik.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.


Koentjaraningrat.1983.Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta Pusat: PT
Gramedia.
www.menteriesdm.go.id
www.bpmigas.go.id
www.pertamina.go.id

32

You might also like