Professional Documents
Culture Documents
1
merespon baik tuntutan-tuntutan otonomi daerah maupun tuntutan- 2.4 Bagaimana evaluasi keberhasilan program?
tuntutan kehidupan yang lebih luas. Dalam konteks ini, mutu MTsN di 3. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat keberhasilan
Kabupaten Jember berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN?
digolongkan sbb: Baik, Sedang dan Kurang. 4. Bagaimana prospek program peningkatan mutu pendidikan berbasis
madrasah di MTsN?
B. Identifikasi Masalah
Upaya peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah sebagaimana D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
disinggung dalam bagian latar belakang tulisan ini, mutu pendidikan
(dalam hal ini, yang diselenggarakan madrasah) berhubungan langsung 1. Tujuan Penelitian
dengan mutu instrumental inputs, raw inputs, dan environmental inputs 1.1 Untuk memperoleh informasi tentang kebijakan yang mendasari
yang secara keseluruhan mempengaruhi proses-proses pendidikan dan program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, dan
pembelajaran, dan pada gilirannya mempengaruhi mutu keluaran bagaimana gambaran pemahaman ‘stakeholders’ madrasah
(outputs) berupa mutu pendidikan dan mutu pelayanan. Secara terhadap kebijakan tersebut.
keseluruhan interelasi antarkomponen tersebut membentuk suatu sistem. 1.2 Untuk menganalisis informasi tentang strategi-strategi alternatif
peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, baik yang
C. Fokus Telaahan dan Pertanyaan Penelitian menyangkut program unggulan, dukungan sumber-sumber daya,
Sebagaimana diuraikan di atas, masalah penelitian ini adalah: Strategi indikator-indikator keberhasilan, maupun evaluasi keberhasilan
apa yang perlu diterapkan untuk peningkatan mutu pendidikan berbasis program.
madrasah di MTsN Kabupaten Jember? Mengingat permasalahan ini 1.3 Untuk menganalisis informasi tentang faktor-faktor yang
masih relatif luas, dan dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan mendukung dan menghambat keberhasilan program peningkatan
yang dialami penulis, maka permasalahan tersebut perlu dibatasi pada mutu pendidikan tersebut.
aspek-aspek kondisi aktual, mutu pendidikan, faktor-faktor pendukung 1.4 Untuk menganalisis informasi tentang prospek program
peningkatan mutu, dan strategi peningkatan mutu pendidikan. Sesuai peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN.
dengan pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan-
pertanyaan penelitian sebagai berikut: 2. Manfaat Penelitian
1. Kebijakan-kebijakan apakah yang mendasari program peningkatan Manfaat teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
mutu pendidikan berbasis madrasah, dan bagaimana pemahaman yang berarti bagi pengembangan ilmu administrasi pendidikan pada
‘stakeholders’ madrasah terhadap kebijakan di MTsN Kabupaten umumnya, dan khususnya perencanaan program untuk peningkatan mutu
Jember? pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember. Manfaat
2. Strategi-strategi alternatif apa yang lebih tepat diaplikasikan untuk teoretis lainnya dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN sumbangan sebagai dasar kajian tentang keberhasilan implementasi
Kabupaten Jember? Permasalahan ini akan dijawab berdasarkan manajemen pendidikan pada umumnya, dan khususnya yang terkait
analisis terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: dengan peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah.
2.1 Program unggulan apa yang dapat diaplikasikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN
Kabupaten Jember? E. Definisi Operasional Penelitian
2.2 Bagaimana dukungan sumber-sumber daya terhadap
pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan berbasis 1. Perencanaan Strategis Peningkatan Mutu Pendidikan
madrasah tersebut? Strategi juga didefinisikan sebagai “keterampilan atau taktik dalam
2.3 Apa indikator-indikator keberhasilan program? mengelola kegiatan”. Definisi yang terakhir ini mendasari pengertian
strategi yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam konteks organisasi
(Harvey,1982: 9), strategi dirancang sebagai arah untuk mewujudkan Tujuan Pend. Aspirasi
tujuan dan misi organisasi, langkah-langkah untuk mencapai sasaran- ‘Stake-
sasaran organisasi (madrasah).
Berbasis
Madrasah Holders’
2. Mutu Pendidikan
Istilah “mutu” merupakan padanan dari istilah dalam bahasa Inggris,
yakni quality, artinya, goodness or worth. Dengan demikian, secara
definitif istilah mutu dapat diartikan sebagai kebaikan atau nilai. Pada
Struktur
Struktur Substansi
mulanya istilah mutu banyak digunakan dalam bidang ekonomi,
khususnya dalam organisasi industri, dimana mutu diartikan sebagai
Teori yang yang
karakteristik produk/jasa yang ditentukan oleh pihak pelanggan, dan Mendasari Dipelajari:
diperoleh melalui pengukuran proses serta perbaikan secara - Tantangan Peningkatan
berkesinambungan. Dalam konteks penelitian ini, mutu pendidikan dapat - Kebijakan
diartikan sebagai kemampuan MTsN memberikan layanan kependidikan
Mutu Pend.
Peningkatan Berbasis
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,
mutu pendidikan MTsN adalah kemampuan MTsN memenuhi harapan
Mutu Madrasah
pihak customers atau stakeholders (masyarakat Islam pada umumnya).
4) Dalam penyelenggaraan pendidikan yang dikelola madrasah, kepala Kutipan di atas menggambarkan tantangan dalam
madrasah, tenaga guru dan tenaga administratif merupakan pengembangan pendidikan Islam di masa depan dalam konteks sosial,
seperangkat sumber daya manusia, dimana kemampuannya perlu politik, dan budaya bangsa dan negara Indonesia. Sebagaimana telah
dibina secara kontinu untuk meningkatkan mutu pendidikan berbasis diketahui, bahwa dalam sejarah Indonesia pendidikan maupun dalam
madrasah (Abu-Duhou, 1999). studi kependidikan, sebutan “pendidikan Islam” umumnya dipahami
hanya sebatas sebagai “ciri khas” jenis pendidikan yang berlatar
5) Untuk meningkatkan mutu MTs sebagai salah satu satuan belakang keagamaan. Demikian pula batasan yang ditetapkan dalam
pendidikan berbasis madrasah, sekolah/madrasah hendaknya undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
dikelola dengan menerapkan pendekatan manajemen berbasis Nasional.
madrasah melalui penerapan prinsip-prinsip perencanaan strategik Frase ‘Pendidikan Islam’ memiliki paling sedikit tiga macam
dalam manajemen pendidikan berbasis madrasah (Abu-Duhou, pengertian (Zarkowi Soejoeti, 1986). Pertama, pendidikan Islam adalah
1999; Dess & Miller, 1993; dan Harvey, 1982). jenis pendidikan yang pendirian dan penyelengaraannya didorong oleh
hasrat dan semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam
II. KAJIAN TEORETIS baik yang tercermin dalam nama lembaganya maupun dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakannya. Dalam konteks ini kata Islam
A. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Globalisasi ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh
Perkembangan masyarakat industri dan pascaindustri membuat banyak kegiatan pendidikannya.
negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, menjadi sekaligus Kedua, pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang
berada di bawah empat proses perkembangan sosial-ekonomi yang memberikan perhatian dan sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai
mendasar. Keempat proses perkembangan yang dimaksud adalah pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan. Dalam hal ini,
globalisasi, industrialisasi, asianisasi dan sistem informasi canggih. kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai ilmu dan
Keempat proses ini sama-sama menimbulkan dampak yang demikian diperlakukan seperti ilmu lain.
Ketiga, pendidikan Islam jenis pendidikan yang mencakup D. Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu
kedua pengertian itu. Dalam hal ini, Islam ditempatkan sebagai sumber Pendidikan Berbasis Madrasah
nilai dan sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui program studi
yang diselenggarakannya. 1. Kebijakan Pendidikan
Sesuai dengan pengertian pendidikan Islam yang dikemukakan Bukti-bukti empirik tentang lemahnya pola lama manajemen pendidikan
Zarkowi tersebut, dapat dipahami bahwa keberadaan pendidikan Islam nasional dan digulirkannya otonomi daerah, maka konsekuensi logis
tidak sekedar menyangkut persoalan cirikhas, melainkan lebih mendasar bagi manajemen pendidikan di Indonesia termasuk manajemen
lagi, yaitu tujuan yang diidamkan dan diyakini sebagai yang paling ideal. pendidikan berbasis madrasah yang diselenggarakan lembaga-lembaga
Atau dalam pembahasan filsafatnya diistilahkan sebagai “insan kami” madrasah adalah perlunya penyesuaian diri dari pola lama menuju pola
atau “muslim paripurna”. Tujuan itu sekaligus mempertegas bahwa misi baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi
dan tanggung jawab yang diemban pendidikan Islam lebih berat lagi. dan demokratis. Kebijakan ini sekaligus mendasari implementasi
Dalam pembicaraan ini jenis dan pengertian pendidikan Islam mencakup program peningkatan mutu berbasis sekolah, atau berbasis madrasah
ketiga-tiganya. Karena memang ketiga-tiganya itu, yang selama ini untuk sekolah-sekolah yang diselenggarakan lembaga madrasah.
tumbuh serta berkembang di Indonesia dan sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari sejarah maupun kebijakan pendidikan secara nasional. 2. Konsep Mutu Pendidikan
Secara umum mutu dapat didefenisikan sebagai “karakteristik produk
C. Dinamika Madrasah atau jasa yang ditentukan oleh customer dan diperoleh melalui
Pendidikan yang diselenggarakan lembaga madrasah secara filosofis pengukuran proses serta perbaikan yang berkelanjutan”(Soewarso, 1996:
adalah pendidikan Islam, yakni yang diarahkan pada dua harapan/tujuan, 7). Pendapat ini lebih menekankan kepada pelanggan yaitu, apabila suara
yakni, untuk mencapai kehidupan dunia dan akhirat secara berimbang. pelanggan mengatakan sesuatu itu bermutu baik, maka barang/jasa
Hal itu dapat di tinjau dari prinsip Al-Qur’anul Karim dalam Surat Al- tersebut dapat dianggap bermutu.
Qashash (Syafiie, 2004): 77 yag isinya, “Tuntutlah kehidupan akhirat
denan apa yang telah di karuniakan kepadamu tetapi jangan lupa 3. Manajemen Mutu Pendidikan
kebahagianmu di dunia”. Prinsip ini menjadi landasan filosofis mengapa Hoy et al. (2000) dalam “Improving Quality in Education” menjelaskan
pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis untuk mencapai bahwa mutu pendidikan adalah hasil penilaian terhadap proses
kebahagian dunia dan akhirat (Syafiie, 2004). Hal itu diperkuat oleh pendidikan dengan harapan yang tinggi untuk dicapai dari upaya
Hadits Muslim yang artinya:“Perbuatlah untuk duniamu seolah-olah pengembangan bakat-bakat para pelanggan pendidikan melalui proses
kamu akan hidup selama-lamanya, dan berbuatlah unutk akhiratmu pendidikan. Dengan demikian mutu pendidikan merupakan suatu hal
seolah-olah kamu akan mati besok”. yang esensial dalam proses pendidikan.
Pencapaian tujuan yang dikemukakan, menunjukkan dasar
pengembangan pendidikan bertolak dari media perilaku untuk mencapai 4. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan
kebahagian dunia dan akhirat. Media ini berlandasan akhlak, seperti Kajian mengenai manajemen mutu pendidikan dapat
dalam Al-Qur’an terdapat 1504 ayat yang berhubungan dengan akhlak, didasarkan pada pertanyaan: Bagaimana perbedaan antara
atau sekitar seperempat ayat yang tersurat. Dasar keyakinan tersebut,
berkaitan dengan masalah perilaku kehidupan dunia, bahwa
pendidikan tradisional dan pendidikan mutu terpadu dalam
sesungguhnya setiap insan adalah pemimpin yang artinya mengandung konteks kehidupan global? Sudadio (2004) mengutip
dimensi luas, baik ditinjau dari kepentingan dirinya sendiri maupun pendapat Field dalam “Total Quality for School” (1994)
untuk kemaslahatan umat. tentang perbandingan mutu antara pendidikan tradisional
dengan pendidikan mutu terpadu, khususnya dalam hal: (1)
pandangan, pemikiran, tanggung jawab terhadap mutu,
sumber pengetahuan, dan (2) peranan-peranan orang tua, Pengertian mutu dalam konteks ini mengacu pada proses
murid, guru, kepala sekolah, administrator, komite pendidikan dan hasil pendidikan (Depdiknas, 2002). Dalam ‘proses
pendidikan’ yang bermutu terlibat berbagai input seperti bahan ajar,
madrasah, dan masyarakat. metodologi, sarana dan prasarana madrasah, dukungan administrasi dan
penciptaan suasana lingkungan yang kondusif.
5. Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah
Manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah pada 2.1 Visi dan Misi MTsN
dasarnya dijiwai oleh pola baru manajemen pendidikan masa depan Rumusan Visi MTsN dalam rangka peningkatan mutu berbasis madrasah
sebagaimana diilustrasikan pada tabel di atas. Lebih rinci lagi, konsep dalam penelitian ini adalah: (1) Mewujudkan pribadi muslim yang
dasar karakteristik manajemen dapat diuraikan di bawah topik konsep taqwailah, disiplin, mandiri sesuai ajaran Islam; (2) Menghasilkan
dasar, karakteristik-karakteristik, dan fungsi-fungsinya. pribadi muslim yang menguasai Iptek dan Imtaq yang kreatif yang
Manajemen pendidikan berbasis madrasah dapat didefenisikan berwawasan keagamaan; dan (3) Mewujudkan pribadi muslim yang
sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada memiliki keunggulan dalam mutu, berbudaya, dan berbudi pekerti.
sekolah-madrasah dan mendorong untuk melakukan pengambilan Indikator-indikaror perwujudan visi tersebut, antara lain, sebagai berikut:
keputusan secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah a. Unggul dalam perolehan NEM
atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan b. Unggul dalam wawasan wiyatamandala
nasioanal. c. Unggul dalam aktivitas keagamaan
d. Unggul dalam disiplin
E. Strategi Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah
Untuk mencapai visi tersebut, MTsN di Kabupaten Jember
1. Strategi dalam Manajemen Mutu Pendidikan dituntut untuk memberdayakan seluruh warga sekolah dengan
Strategi adalah tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi menetapkan misi sebagai berikut:
organisasi melalui pencapaian misi dan tujuan organiasi (Mulyadi, 2001: a. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif dan
72). Istilah “strategi” (strategy) berasal dari bahasa Latin “strategos” semangat kolaborasi kepada seluruh warga madrasah;
yang mula-mulanya merujuk pada kegiatan seorang jendral militer yang b. Meningkatkan pengembangan SDM, khususnya tenaga
mengkombinasikan “stratos” (militer) dengan “ago” (memimpin). Dalam kependidikan;
konteks penelitian ini, strategi merupakan pola pengambilan keputusan c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif;
dalam mewujudkan visi organisasi. Dengan kata lain, strategi dalam d. Menumbuhkan minat membaca secara intensif pada
organisasi pendidikan adalah tindakan berpola dalam menggerakkan dan seluruh siswa dan guru;
mengarahkan seluruh sumber data organisasinya secara efektif ke arah e. Menumbuhkan budi pekerti yang baik dan budaya bangsa
perwujudan visi dan misi pendidikan. dengan penghayatan terhadap ajaran agama Islam.
2. Program Unggulan Peningkatan Mutu 2.3 Tujuan Program Peningkatan Mutu MTsN
Program peningkatan mutu berbasis madrasah merupakan alternatif baru a. Meningkatkan NEM rata-rata lulusan;
dalam pengelolaan pendidikan yang diselenggarakan lembaga madrasah b. Memiliki sarana perpustakaan (koleksi buku-buku pelajaran)
yang lebih menekankan pada kemandirian dan kreatifitas madrasah. yang memadai;
Tujuan akhir dari implementasi program ini adalah untuk mencapai c. Memiliki tim olahraga/kesenian yang andal;
keberhasilan madrasah dalam menyiapkan pendidikan yang bermutu d. Meningkatkan kedisiplinan bagi seluruh warga madrasah
bagi masyarakat. guna mendukung terwujudkan Wawasan Wiyatamandala.
3. Dukungan Sumber-Sumber Daya G. Prospek Program Peningkatan Mutu
Sesuai dengan hakikat dari strategik sebagai cara berpikir manusia yang Program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah, apabila
sistematis, akhir-akhir ini cara berpikir tersebut telah berkembang dilaksanakan secara konsekwen dan konsisten, maka dapat diharapkan
menjadi suatu landasan konseptual manajemen. Agustinus (1996: 4) bahwa program tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, tidak
menjelaskan bahwa karakteristik masalah strategik menyangkut, hanya dalam satu periode tahun pelajaran, tetapi dapat terus
orientasi ke masa depan; berhubungan dengan unit-unit kegiatan yang dilaksanakan dan dikembangkan pada periode-periode tahun pelajaran
kompleks; perhatian manajemen puncak; pengaruh jangka panjang; dan berikutnya. Oleh karena itu, daya tahan program peningkatan mutu
alokasi sumber-sumber daya. pendidikan berbasis madrasah tersebut dapat dijamin apabila
pelaksanaannya sesuai dengan rancangannya, dan didukung dengan
4. Indikator-indikator Keberhasilan manajemen madrasah yang transparan.
Pelaksanaan penilaian terhadap kegiatan peningkatan mutu pendidikan
berbasis madrasah hendaknya didasarkan pada rancangannya yang H. Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan
dipersiapkan secara matang. 1. Penelitian Yusuf Bachtiar (2001) dengan judul: “Kesiapan
Implementasi Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MPBS) di
F. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Kota dan Kabupaten Bandung,” berdasarkan data empiris/lapangan,
Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah menarik beberapa kesimpulkan:
a. Manajemen pendidikan berbasis sekolah (MPBS), baik berupa
Keberhasilan program peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah pandangan para ahli pendidikan maupun berupa pandangan
tidak bisa dilepaskan dari dukungan faktor-faktor yang para praktisi pendidikan, sampai saat ini belum dapat dibantah
mempengaruhinya. Di antara faktor-faktor tersebut ada yang memiliki tentang kebaikan dan keuntungannya.
daya dukung tinggi, dan ada yang memiliki daya dukung sedang dan b. Kesiapan pelaksanaan MPBS pada Dinas dan cabang Dinas
rendah terhadap keberhasilan peningkatan mutu. Faktor-faktor Pendidikan dan Partisipasi Masyarakat (orang tua siswa dan
pendukung peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah sekolah dari jenjang SD, SLTP dan SMU) di Kota dan
(Depdikbud, 2002) adalah kurikulum dan pembelajaran, administrasi dan Kabupaten Bandung, dilihat dari aspek organisasi, kurikulum,
manajemen sekolah, organisasi kelembagaan sekolah, sarana dan SDM, kesiswaan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan
prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peranserta partisipasi masyarakat, secara keseluruhan termasuk pada
masyarakat, dan lingkungan dan budaya sekolah kategori cukup siap.
2. Penelitian Imam Santoso (2002) dengan judul: “Pengawasan Internal
1. Kurikulum dan Pembelajaran dengan Model ‘Patok Duga’ di SMU Puragabaya Bandung, beberapa
2. Administrasi/Manajemen temuannya adalah::
3. Organisasi Kelembagaan Madrasah a. Aspek-aspek determinan dalam dukungan terhadap pelaksanaan
4. Sarana dan Prasarana pengawasan internal adalah: (1) komitmen personil sekolah, (2)
5. Ketenagaan (Guru dan Staf Tata Usaha) dukungan badan penyelenggara dan masyarakat sekolah, dan
6. Pembiayaan (3) apresiasi siswa dan orang tua.
7. Peserta Didik c. Kelemahan yang dapat diidentifikasi selama pelaksanaan
8. Peranserta Masyarakat pengawasan internal, terutama adalah lingkungan luar sekolah
9. Lingkungan Budaya Madrasah khususnya pihak orang tua siswa belum cukup berhasil
membangun budaya belajar siswa di rumah, sehingga budaya
belajar belum menjadi kekuatan utama bagi peserta didik.
3. Penelitian Dadi Permadi (1997) dalam disertasi yang berjudul: tersentuh adalah perbaikan implementasi kurikulum (PBM),
“Kepemimpinan Mandiri Kepala SD Desa Tertinggal di Kabupaten fasilitas/media PBM di kelas, laboratorium dan perpustakaan.
Bandung,” menyimpulkan: c. Kepemimpinan kepala MTsN pada umumnya belum sesuai
a. Kepemimpinan mandiri dengan visi yang utuh dalam membina dengan tuntutan konseptual kepemimpinan pendidikan masa
kepercayaan dan tanggung jawab kepada bawahan dapat depan.
meningkatkan kinerja sekolah secara optimal sesuai dengan
potensi dan wilayahnya. III. Metode Penelitin
b. Pembinaan berdasarkan rasa persatuan di lingkungan sekolah
dengan penuh kekeluargaan dapat meningkatkan pelayanan A. Pendekatan Penelitian
kepada siswa. Penelitian tentang “Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis
d. Manajemen yang mengutamakan praktek, memberikan rasa Madrasah di MTsN Kabupaten Jember” ini dilakukan dengan
percaya para guru kepada kepala sekolah. menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Untuk mengetahui
e. Gaya kepemimpinan mandiri melalui pengarahan, konsultasi, kondisi yang objektif dan mendalam tentang fokus penelitian ini dapat
partisipasi dan pelimpahan wewenang sangat efektif dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai
dilaksanakan di SD desa tertinggal. dengan pendapat Bogdan dan Biklen (1992: 31) yang menyatakan
bahwa: Qualitative researchers are concerned with process rather than
4. Ahmad Syafiie (2003) dalam disertasi yang berjudul: “Strategi simply with outcomes or product. Proses dalam hal ini merupakan
Pengembangan Model Madrasah Aliyah Keagamaan Unggulan,” kegiatan penyelidikan dengan fokus pada upaya-upaya peningkatan
menyimpulkan sebagai berikut: mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember.
a. Untuk penyelenggaraan pendidikan madrasah yang mengarah Pendekatan penelitian kualitatif disebut juga pendekatan
pada perbaikan mutu secara berkesinambungan, diperlukan naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau
seperangkat sistem yang terintegrasi dan sinerjik antara alamiah, apa adanya, dan tidak dimanipulasi (Nasution, 1992: 18).
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam suatu Menurut Bogdan dan Biklen (1982: 27), pengumpulan data dalam
kesputusan yang berorientasi masa depan. penelitian kualitatif hendaknya dilakukan sendiri oleh peneliti dan
b.Dalam rangka pemenuhan kebutuhan calon ulama yang mampu mendatangi sumbernya secara langsung.
melayani umat, maka Madrasah Aliyah Keagamaan harus Sesuai dengan hakekat pendekatan penelitian kulaitatif, peneliti
dibangun berdasarkan visi dan misi serta strategi yang sesuai ingin memperoleh pemahaman terhadap upaya-upaya peningkatan mutu
dengan yang selaras dengan kebutuhan masyarakat. pendidikanberbasis madrasah di Kabupaten Jember. Aspek-aspek yang
akan dikaji melalui penelitian ini adalah yang berhubungan dengan
5. Penelitian Djaswidi Al-Hamdani (2003) dalam disertasi yang keadaan aktual MTsN Kabupaten Jember, manajemen pendidikan
berjudul: “Strategi Pengembangan Model Kepemimpinan berbasis madrasah, dan upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan
Transformasional Kepala MTs (Penelitian dan Pengembangan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten Jember.
Kepemimpinan Kepala MTsN di Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa
Barat), antara lain menyimpulkan: B. Sumber Data
a. Kepemimpinan kepala madrasah, jika dipandang dari konsep Informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam penelititian kualitatif
kepemimpinan transformasional, baru sebagian kecil atau pada berturut-turut menjadi data primer dan sekunder penelitian. Data primer
hal-hal tertentu yang mengarah pada perilaku transformasional. yang dikumpulkan mencakup persepsi dan pemahaman person serta
b. Kesiapan untuk melakukan perbaikan kinerja MTsN belum deskripsi lainnya yang berkaitan dengan fokus penelitian. Data sekunder
sepenuhnya sesuai dengan harapan, beberapa yang belum meliputi data jumlah person dan kualifikasinya dan berkas kertas kerja
yang mendukung peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah.
C. Sampling Penelitian 1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, maka subjek dalam Dasar;
penelitian ini ditentukan secara snow ball sampling, artinya, subjek 2) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
penelitian relatif sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian; namun Menengah;
subjek penelitian dapat terus bertambah sesuai keperluannya. 3) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta
Masyarakat dalam Pendidikan Nasional;
D. Teknik-teknik Pengumpulan Data 4) Keputusan Menteri Agama RI No. 368/1993 tentang Madrasah
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan Ibtidaiyah;
instrumen utama (key instrument) dalam pengumpulan data. Karena itu, 5) Keputusan Menteri Agama RI No. 369/1993 tentang Madrasah
peneliti memiliki peranan yang fleksibel dan adaptif. Artinya, peneliti Tsanawiyah;
dapat menggunakan seluruh alat indera yang dimilikinya untuk 6) Keputusan Menteri Agama RI No. 370/1993 tentang Madrasah
memahami fenomen sesuai dengan fokus penelitian (Lincoln dan Guba, Aliyah.
1985: 4; Bogdan dan Biklen, 1992: 28). Sehubungan dengan hal itu,
maka dalam penelitian ini peneliti sendiri terjun langsung ke lapangan Pemahaman pihak-pihak madrasah terhadap program peningkatan
untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan fokus penelitian.. mutu pendidikan berbasis madrasah pada dasarnya tidak bisa dipisahkan
dari pemahaman mereka terhadap kebijakan pendidikan nasional,
E. Pendekatan Analisis Data Penelitian termasuk standar nasional kurikulum. Sebagai suatu sistem kurikulum
1. Reduksi Data nasional, KBK mengakomodasikan berbagai perbedaan secara tanggap
2. Display Data budaya dengan memadukan beragam kepentingan dan kemampuan
3. Kesimpulan dan Verifikasi daerah.
Struktur kurikulum MTs memuat jumlah dan jenis mata pelajaran
F. Keabsahan Temuan Penelitian yang ditempuh dalam satu periode belajar selama 3 tahun mulai kelas
Untuk memeriksa keabsahaan data dalam penelitian kualitatif (Lincoln VII-IX. Struktur kurikulumnya dapat dirinci seperti dalam tabel di
& Guba, 1985: 290), peneliti menggunakan kriteria truth value, bawah ini.
applicability, consistency, dan netrality yang sering juga disebut dengan
istilah-istilah credibility, transferability, dependability dan confirmbility. Tabel IV-3
Keempat kriteria ini merupakan atribut-atribut yang membedakan Struktur Kurikulum MTs
penelitian kualitatif berturut-turut dengan validitas internal, validitas
eksternal, reliabilitas, dan objektivitas dalam tradisi atau paradigma Alokasi Waktu
penelitian positivistik (Moleong, 1996: 176; Sudjana & Ibrahim, 1989; No. Mata Pelajaran VII VIII IX
dan Nasution, 1992). Selain itu, peneliti juga melakukan triangulasi 1. PPKn 2 2 2
dengan cara melakukan cross-check yang bertujuan untuk pemeriksaan 2. Pendidikan Agama Islam (9) (9) (9)
keabsahaan data. a. Qur’an-Hadits 1 1 1
b. Aqidah-Akhlak 2 2 2
IV. Deskripsi Hasil Penelitian c. F i q i h 2 2 2
1. Kebijakan dan Pemahaman Pihak Madrasah d. Sejarah Kebudayaan Islam 1 1 1
terhadap Program Peningkatan Mutu e. Bahasa Arab 3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
Dasar hukum yang mendasari kebijakan-kebijakan dalam
penyelenggaraan madrasah adalah:
4. Matematika 6 6 6 Meyakini, memahami, dan menjalankan ajaran agama dalam
5. Ilmu Pengetahuan Alam 6 6 6 kehidupan
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6 Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk berkarya
7. Kerajinan Tangan dan 2 2 2 dan memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
8. Kesenian 2 2 2 Berpikir secara logis, kritis, kreatif, inovatif, memecahkan
9. Pendidikan Jasmani dan 4 4 4 masalah, serta berkomunikasi melalui berbagai media.
10. Kesehatan 2 2 2 Menyenangi dan menghargai seni
Bahasa Inggris Menjalankan pola hidup bersih, bugar dan sehat
Muatan Lokal Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan
JUMLAH 45 45 45 bangga terhadap bangsa dan tanah air.
Alternatif Strategi I:
Internal (I) Implementasi secara sinergis daya dukung tiga faktor utama terhadap
Kekuatan (S) Rekomendasi Rekomendasi peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah di MTsN Kabupaten
Fungsional (SO): Fungsional (ST): Jember, yaitu peningkatan mutu tenaga kependidikan (guru dan staf),
Pembuatan kebijakan Pembuatan kebijakan peningkatan mutu layanan administrasi/manajemen madrasah dan
fungsional pendidikan fungsional pendidikan peningkatan jumlah dan mutu sarana-prasarana pembelajaran termasuk
yang berbasis pada pe- yang berbasis pada pe- buku-buku sumber yang vital untuk pembelajaran.
ningkatan akses ningkatan akses dengan
melalui pemanfaatan cara mengurangi dampak Alternatif Strategi II:
peluang- peluang yang dari tantangan yang ada Implementasi secara sinergis dan integral berdasarkan perbaikan daya
ada. dukung enam faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan mutu
pendidikan berbasis madrasah di Kabupaten Jember, yaitu (1)
Rekomendasi peningkatan mutu tenaga kependidikan (guru dan staf), (2) mutu
Kelemahan Strategis: pelayanan administrasi/manajemen madrasah, (3) jumlah dan mutu
(W) sarana dan prasarana, (4) jumlah pembiayaan, (5) mutu implementasi
Divestment/ kurikulum dan (6) mutu partisipasi masyarakat.
Investment
Berdasarkan alternatif strategi tersebut di atas, model alternatif sebagai
Rekomendasi Rekomendasi model strategis peningkatan mutu berbasis madrasah yang dapat
Fungsional (WO): Fungsional (WT): diimplementasikan di Kabupaten Jember, sebagai berikut:
Pembuatan kebijakan Pembuatan kebijakan
fungsional pendidikan fungsional pendidikan
melalui pemanfaatan melalui pengurangan
peluang yang ada dampak dari tantangan,
sambil membenahi dan membenahi
kelemahan- kelemah-an-kelemahan.
kelemahan.
Al-Gazali, S. M. (1996). Berdialog dengan Al-Quran: Memahami Bray, M. dan Murray, T. R. (1996). Financing of Education in
Pesan Kitab Suci dalam Kehidupan Masa Kini. Bandung: Indonesia. Hong Kong: ADB.
Mizan.
Burhan, N. (1994). Perencanaan Strategik. Jakarta: LPPM dan
Pustaka Binaman.
Castetter,W.B. (1996) The Human Resource Function in ________ (2003). Panduan Penyusunan Naskah Ujian Akhir
Educational Administration. Englewood Cliffs, New Nasional. Surabaya: Depdikbud Wilayah Propinsi Jawa
Jersey: Merril, an imprint of Prentice-Hall. Timur.
Cohen, L. dan Lawrence, M. (1997). Research Methods in _______ (2003). Pedoman Komite Madrasah. Jakarta: Depag,
Education. London dan New York: Routledge. Ditjen Kelembagaan Agama Islam.
Combs, P. H. (1968). The World Education Crisis: A System _______ (2003). Kumpulan Data Lembaga/Siswa pada Seksi
Analysis. New York: Oxford University Press. Mapenda (RA, MI, MTs, MA) Tahun 2003/2004. Jember:
Kantor Depag Kabupaten Jember.
Cresswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design:
Choosing among Five Traditions. London: Sage Depdiknas (2000). Perencanaan Pembangunan Pendidikan.
Publications. Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.
Depag R.I. (1999). Pendidikan, Agama, dan Seni. Mimbar ________ (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Pembangunan Agama (MPA). Surabaya: Kanwil Depag. Sekolah: Sebuah Pendekatan Baru dalam Pengelolaan
Propinsi Jawa Timur. Sekolah untuk Peningkatan Mutu. Jakarta: Depdiknas,
Ditjen Dikdasmen Direktorat PMU.
_________ (1998). Buku Pedoman Akreditasi Madrasah. Jakarta:
Depag, Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. _________ (2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah. Buku 1: Konsep Pelaksanaan. Jakarta:
_________ (2003). Pedoman Akreditasi Madrasah. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen Direktorat PMU.
Depag, Ditjen Kelembagaan Agama Islam.
_________ (2001). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: _________ (2003). UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Ditjem Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Pendidikan Nasional. Jakarta: Restindo Mediatama.
Depag RI (2003). Instrumen Akreditasi Madrasah Tahun 2003. _________ (2003). Pedoman Pelaksanaan Pemberian “Block
Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Direktorat Grant” Pendidikan Menengah Umum Tahun Anggaran
Madrasah PAI pada Sekolah Umum. 2003. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PMU.
Depag Kantor Kabupaten Jember (2003). Laporan Pelaksanaan _________ (2004). Kurikulum 2004: Pedoman Umum
Akreditasi MTs di Kabupaten Jember. Jember: Dewan Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Akreditasi Madrasah Kabupaten Jember. Ditjen Dikdasmen Deppdiknas.
Depdikbud (1993). Empat Strategi Dasar Kebijakan Pendidikan
Nasional. Jakarta: Depdikbud. _________ (2004). Kurikulum 2004: Kerangka Dasar untuk
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.
________ (1994). Indonesia Educational Statistic in Brief Jakarta: Depdiknas.
1992/1993. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas Kabupaten Jember (2003/2004). Data Jumlah Siswa Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta:
Sekolah SMP/MTs/SM. Jember: Depdiknas Kabupaten Gramedia Pustaka Utama.
Jember.
Haller, E. J. dan Strike, K. E. (1986). An Introduction to
Dunn, W. M. (1994). Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi Educational Administration: Social, Legal, and Ethical
Kedua). Terjemahan oleh Samodra Wibawa, dkk. (Fisipol Perspectives. New York & London: Longman.
UGM). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Effendi S., T. (2004). Implementasi Perencanaan Stratejik Hersey, P. dan Blanchard, K. H. (1982). Management of
Penyelenggaraan Pendidikan Dasar (Kontribusi Relatif Organizational Behavior. Utilizing Human Resources
Beberapa Faktor Determinan terhadap Pencapaian (Fourth Edition). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-
Kebutuhan Pendidikan Dasar di Kabupaten Subang). Hall, Inc.
Disertasi PPs UPI Bandung.
Hornby, A.S. (1983). Oxford Advanced Learner’s Dictionary of
Fadjar, A. M. (1998). Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: Current English. London: Oxford University Press.
LP3NI.
Hoy et al. (2000). Improving Quality in Education. Englewood
Fanani, Zainal (2002). Profil SLTP Plus Darus Sholah. Jember: Cliffs, N. J.: Prentice Hall International, Inc.
SLTP Plus Darus Sholah.
Hoy, W. K. dan Miskel, C. G. (1982). Educational Administration:
Fattah, N. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Theory, Research and Practice (Second Edition). New
Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu York: Random House.
dan Kemandirian Sekolah. Bandung: Andira.
Jalal, F. dan Supriadi, D.(Ed.) (2001). Reformasi Pendidikan
Field, J. C. (1994). Total Quality for School. Ontario: Prentice Hall dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Kerja sama
Canada Inc. Bappenas, Depdiknas, Adicita Karya Nusa.
Fullan, M. G. & Stiegelbauer, S. (1991). The New Meaning of LAN RI (1998). Administrasi, Manajemen dan Organisasi. Bahan
Educational Change. New York: Teacher College Diklat Prajabatan. Jakata: LAN.
Columbia University.
_______ (1998). Manajemen Pelayanan Masyarakat. Bahan
Gaffar, M. F. (1995). Perencanaan Strategis Penuntasan Wajib Diklat Prajabatan Golongan III. Jakarta: LAN.
Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun di Indonesia. Bandung:
IKIP. _______ (1988). Kepemimpinan Abad XXI. Bahan Diklat
Prajabatan Golongan III. Jakarta: LAN.
___________. (1987). Perencanaan Pendidikan: Teori dan
Metodologi. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Lewis, F dan Smith, J. (1996). Total Quality in Higher Education.
New York: McGraw-Hill Book Company.
Gaspersz Vincent.(2003).Sistem Manajemen Kenerja
Terintegrasi: “Balanced Scorecard” dengan Six Sigma MacRae, Jr., D. dan Wilde, J. A. (1985). Policy Analysis for Public
Decisions. California: University Press of America.
BIOGRAFI PENULIS
Nasution, S. (1998). Metodologi Penelitian Naturalistik-Kualitatif.
Bandung: Tarsito.
Zamroni (Ed.) (2003). Paradigma Pendidikan Masa Depan. II. Pekerjaan dan Jabatan
Jakarta: Bigraf Publishing. 1. Tahun 1986 – 1989: Guru tidak tetap (GTT) di beberapa
SMA dan Madrasah Aliyah.
Zeitham, V. A. dan Bitner, M. J. (1996). Service Marketing. New
2. Tahun 1989 – 1993 : Direktur Lembaga Pendidikan
York: McGraw-Hill Book Company.
“Banyuwangi Scientist Club”.
3. Tahun 1990 – Sekarang : Dosen Universitas Moch
Sroeji Jember.
4. Tahun 1994 – 1997 : Dosen pada jurusan Manajemen RANGKUMAN DISERTASI
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi “Mandala” Jember.
5. Tahun 1998 – 2002 : PNS sebagai Guru MTsN STRATEGI PENINGKATAN MUTU
Bangsalsari Kabupaten Jember. MADRRASAH TSANAWIYAH
6. Tahun 1993 – 1999 : Dosen FKIP Universitas Bondowoso (Penelitian Kualitatif pada Strategi Peningkatan Mutu
di Bondowoso. MTsN di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur)
7. Tahun 1999 – 1993 : Rektor Universitas Bondowoso
di Bondowoso.
8. Tahun 2002 – Sekarang : Kepala Definitif (DPK) di DISERTASI
Madrasah Aliyah “Drus Sholah” Jember. Diajukan kepada Panitia UjianDisertasi
9. Tahun 2003 – Sekarang : Kepala SMA Unggulan Universitas Pendidikan Indonesia
BPPT “Darus Sholah” Jember. untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
untuk Mengikuti Promosi Doktor Ilmu Pendidikan
III.Kegiatan Profesional dalam Bidang Administrasi Pendidikan
1. Ketua Tim Pembina SMA Al – Hikmah Banyuwangi
tahun 1990 – 1992.
2. Ketua Tim Pembina Madrasah Aliyah Miftahul Huda
Banyuwangi tahun 1990 – 1991.
3. Ketua Tim Pembina Madrasah Aliyah Darul Ulum
Banyuwangi tahun 1990 – 1991.
4. Ketua Tim Penatar Guru-guru Madrasah Ibtidaiyah se-
Kabupaten Bondowoso tahun 1994.
5. Anggota Tim Penatar Guru-guru Madrasah Aliyah
Swasta se-Kabupaten Jember, tahun 2001.
6. Anggota Tim Penatar para Kepala Madrasah Ibtidaiyah Promovendus:
se-Kecamatan Balung, Jember, tahun 2002. M. HADI PURNOMO
7. Anggota Seminar Nasional tentang “Profesionalisme NIM: 959811
Tenaga Kependidikan” di IKIP Yogyakarta tahun 1992.
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONSIA
BANDUNG
2005