Professional Documents
Culture Documents
EVALUASI LALU-LINTAS
DAYA DUKUNG RENCANA
TANAH DASAR
PERTIMBANGAN (SUBGRADE)
KONSTRUKSI DAN
PERENCANAAN STRUKTUR
PEMELIHARAAN
1. PERKERASAN LENTUR
2. PERKERASAN KAKU
RESAPAN KEBAHU
LAPISAN PERKERASAN
TRANSFER DARI REMBESAN
BAHU JALAN PERGERAKAN UAP AIR DARI MAT DARI TEMPAT
DARI LAPISAN TINGGI
TANAH BAWAH
MAT
FLUKTUASI MAT
Gamb Pergerakan Air pd konstruksi perkerasan
♣. Suhu Lingkungan:
Suhu lingkungan pengaruhnya cukup besar pada penampilan permukaan perkerasan
jika digunakan pelapisan permukaan dengan aspal, karena karakteristik dan sifat aspal
yang kaku dan regas pada temperatur rendah dan sebaliknya akan lunak dan visko
elastis pada suhu tinggi, sedangkan dengan perkerasan dengan beton temperatur yang
tinggi juga akan berpengaruh besar, terutama pada saat pelaksanaan konstruksi.
3. Evaluasi Lapisan Tanah Dasar (subgrade)
♣. Faktor pertimbangan estimasi daya dukung
Urutan pekerjaan tanah
Penggunaan kadar air (W) pada saat pemadatan dan kepadatan lapangan
(γd) yang dicapai
Perubahan kadar air selama usia pelayanan
Variabilitas tanah dasar
Ketebalan lapisan perkerasan total yang dapat diterima lapisan lunak
(subdrade).
♣. Pengukuran daya dukung subgrade
California Bearing Ratio (CBR)
Parameter elastis
Modulus Reaksi tanah dasar (k)
-3-
4. Material Perkerasan
Material berbutir lepas
Material terikat
Aspal
Beton semen
5. Lau-Lintas Rencana
Jumlah sumbu yang lewat
Beban sumbu
Konfigurasi sumbu
♣.Konfigurasi sumbu dan ekivalensi
Jarak sumbu
Jumlah roda/sumbu
Dan beban sumbu
♣.Kebutuhan perencanaan ada empat jenis :
Sumbu tunggal roda tunggal
Sumbu tandem roda ganda
Sumbu tunggal roda ganda
Sumbu triple roda ganda
♣.Lajur Rencana
Lajur rencana yang diperhitungkan yaitu lajur rencana yang menerima beban terbesar.
♣.Usia Rencana, Beberapa tipikal usia rencana:
Lapisan perkerasan aspal baru, 20 – 25 thn
Lapisan perkerasan kaku baru, 20 – 40 thn
Lapisan tambahan (aspal, 10-15), (batu pasir, 10 – 20) thn.
♣.Angka pertumbuhan lalu-lintas
Jumlah lalu-lintas akan bertambah baik pada keseluruhan usia rencana atau pada
sebagian masa tersebut. Angka pertumbuhan lalu-lintas dapat ditentukan dari hasil
survei utk setiap proyek.
♣.Metoda perhitungan Lalu-lintas Rencana
Metoda yang akan digunakan tergantung dari data lalu-lintas yang ada dan prosedur
perencanaan yang digunakan. Secara ideal data lalu-lintas harus mencakup jumlah dan
berat setiap jenis sumbu dalam arus lalu-lintas.
6. Lapisan Perkerasan Lentur
♣. Karakteristik Perkerasan Lentur
Bersifat elastis juka menerima beban, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi
pengguna jalan
Pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal
Seluruh lapisan ikut menanggung beban
-4-
Penyebaran tegangan kelapisan tanah dasar sedemikian sehingga tidak merusak
lapisan tanah dasar (subgrade)
Usia rencana maks. 20 thn (MKJI=23 thn)
Selama Usia rencana diperlukan pemeliharaan secara berkala (rutin
maintenance)
LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE)
3. Perhitungan Lalu-Lintas
a) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP).
n
LEP = LHRjxCjxEj
j 1
LEA = LHRJ 1 i
j 1
UR
xCjxEj
5. Faktor Regional
Faktor Regional ini (FR) adalah faktor korelasi sehubungan dengan adanya
perbedaan kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan disesuaikan
-6-
dengan keadaan di Indonesia. FR ini dipengaruhi oleh bentuk alinemen, persentase
kendaraan berat yang berhenti serta iklim (lihat tabel faktor regional (FR)).
6. Indeks Permukaan.
Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan
yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat. (dapat dilihat
dalam tabel indeks permukaan pada akhir usia rencana (IP) ).
7. Indeks Tebal Perkerasan (ITP).
ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3. D3
Dimana : ITP : Indeks tebal perkerasan
a : Koefisien lapisan
D : Tebal lapisan (cm)
Nilai a dapat diambil dari tabel Koefisien kekuatan relatip (a) ).
PENYELESAIAN :
1) LALU-LINTAS RENCANA :
a) Menghitung angka ekivalen (E) masing-masing Kend.:
Mobil Penumpang = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
-7-
Bus = 0,0183 + 0,1410 = 0,1593
Truk 10 ton = 0,0577 + 0,2923 = 0,3500
Truk 20 ton = 0,2923 + 0,7452 = 1,0375
b) Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP).
n
100
90
80
-8-
70
60
50
40
30
20
10
0 1 2 2,40 3 4 5
CBR (%)
Dari data tanah diperoleh nilai CBR yang mewakili = 2,40 %
2) Mencari Nilai Daya Dukung Tanah Dasar
Dari grafik di atas diperoleh nilai CBR yang mewakili adalah = 2,40 %, maka
dari gambar 7.7 Korelasi DDT dan CBR diperoleh nilai Daya Dukung Tanah
Dasar (DDT) = 3,5.
3) TEBAL LAPISAN PERKERASAN :
a) Faktor Regional, Dari data : Jalan Arteri dengan jurah hujan rata-rata/tahun =
750 mm, kelandaian rata-rata = 6% Jadi % kendaraan berat =
450 90 45
x100% = 29,5 %
1400 450 45
Dari Tabel 7-8 → FR = 1,0
b) Indeks Permukaan :
Indeks permukaan awal, direncanakan lapisan permukaan laston dengan
Roughness ≤ 1000 mm/km maka dari tabel 7-10 → Ipo ≥ 4
Indeks permukaan akhir :
Jalan arteri
LER = 252,610 (hasil perhitungan )
Dari tabel 7-9 untuk jalan arteri, Ipt = 2,0 – 2,5, diambail 2,5
c) Mencari Harga Indeks Tebal Perkerasan (ITP) :
Ipo = ≥ 4, Ipt = 2,5, → (Digunakan Nomogram 1)
Dengan : LER = 252,6; DDT = 3,5; FR = 1,0, maka, diperoleh ITP = 9,20,
Cara penggunaan nomogram, lihat gambar 7-8.
5. Direncanakan Susunan Lapisan Perkerasan berikut ini :
Dari tabel 7-11, diambil data :
Lapisan permukaan : Laston (a1) = 0,40
Lapisan pondasi atas : Laston atas (a2) = 0,28
Lapisan pondasi bawah : Batu pecah kelas A (a3)= 0,13
Maka ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3→dari tabel 7-12 diperoleh :
D1 minimum = 7,5 cm
D2 minimum = 10 cm,
Maka : 9,2 = 0,4 x 7,5 + 0,28 x 10 + 0,13.D3, jadi
-9-
Diperoleh D3 = 26,15 cm ∞ diambil D3 = 26,50 cm
7,5 cm LASTON
10,0 cm LASTON ATAS
CBR = 2,40 %
Gambar. Lapisan perkerasan jalan
♠. ANALISIS DAYA DUKUNG
Analisis daya dukung untuk keperluan perencanaan teknik jalan raya, yaitu daya
dukung pada subgrade, baik natural subgrade maupun embankment subgrade.
Daya dukung ini didasarkan pada nilai CBR hasil pengujian lapangan maupun
laboratorium:
Lapisan tanah dasar asli, yaitu natural subgrade hasil pekerjaan galian. Nilai
CBR untuk lapisan ini diperoleh dari uji lapangan dengan alat DCP (Dynamic
Cone Penetrometer) atau alat sondir , atau dilakukan pengambilan contoh tanah
dengan selinder (Mold), untuk uji CBR asli dilaboratorium
Lapisan tanah dasar bentukan, yaitu lapisan tanah dasar pada permukaan
timbunan (embankment subgrade) hasil pekerjaan urugan. Nilai CBR pada
lapisan ini diperoleh dari uji CBR di laboratorium terhadap contoh tanah tidak asli
(hasil uji kompaksi).
Pada konstruksi badan jalan yang berupa struktur timbunan perlu dipertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
Jika timbunan terletak pada tanah lunak, harus dilakukan perhitungan daya
dukung dan besarnya penurunan tanah asli (dibawah timbunan) yang menopang
struktur timbunan
Beton, atau beton-semen baik betoan bertulang maupun beton tidak bertulang,
banyak digunakan konstruksi jalan raya yaitu :
o Bangunan pelengkap jalan
o Bangunan drainase jalan
o Bangunan jembatan
o Dan lapis perkerasan kaku (rigid pavement)
Sifat-sifat beton
o Menghasilkan permukaan yang keras, tahan terhadap gerusan
- 13 -
o Mempunyai kuat tekan yang tinggi
o Tahan terhadap cuaca dan bebas korosi
Semen, atau portland cement (PC) adalah material yang akan bereaksi secara
kimiawi jika dicampur dengan air dalam suatu proses yang disebut hydrasi untuk
membentuk benda (membatu)
Agregat :
o Agregate Halus adalah yang digunakan untuk campuran beton adalah pasir
dengan mutu yang baik.
o Agregat Kasar, agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton adalah
kerikil/split.
o A I r, semua air yang boleh diminum layak digunakan untuk campauran beton,
kecuali mengandung alkali atau aksid, minyak dan bahan organik.
♣. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Perencanaan perkerasan kaku didasarkan atas perencanaan yang dikembangkan
oleh NAASRA (nasional Association of Australia State Road Authorities).
Susunan lapisan pada perkerasan kaku umumnya seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar Lapisan Plat Beton
Perkerasan Kaku (Concreta Slab)
Lap. Pondasi Bawah
(Sub. Base Coarse)
Lap. Tanah Dasar
(Sub. Grade)
S
Fk = x100% 25% (dianjurkan).
K
Dimana :
K0 ; modulus reaksi tanah dasar yang mewakili suatu seksi
Ќ : modulus reaksi tanah dasar rata-rata dalam suatu seksi
Jalan
n : Jumlah data K
Standar Deviasi :
n K 2 K
2
S=
n n 1
2. Kekuatan beton
Beton semen adalah agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah.
Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah pada
perkerasan lentur dan kaku.
- 15 -
1) Beton Pondasi Bawah untuk perkerasan lentur beton mempunyai kelebihan
kemampuan untuk ditempatkan dengan dituangkan begitu saja pada kondisi
tanah dasar jelek (poor subgrade) tanpa digilas.
2) Beton pondasi Atas untuk perkerasan kaku dapat didefinisikan sebagai
perkerasan yang mempunyai alas / dasar atau landasan beton semen,
penentuan tebal perkerasan kaku beton didasarkan pada kuat lentur 90 hari
Tipikal hubungan untuk mengubah kuat tekan beton 28 hari ke kuat lentur 90 hari
yang menggunakan agregat pecah, menurut NAASRA adalah :
F28 = 0,75 C28
Dengan ketentuan
Jika fct tidak ditentukan, maka fr harus dikalikan dengan angka sebagai
berikut :
o Untuk beton ringan Total :
Dimana :
fc : kuat tekan karakteristik beton pada usia 28 hari
fct : Kuat tarik belah rata-rata beton ringan.
( fc dan fct dalam Mpa).
Pengujian yang Dilakukan :
- 16 -
3. Untuk menentukan Modulus Keruntuhan Lentur Beton (Modulus of
Rupture) dilakukan dengan standar ASTM C78-75 atau AASHTO T97-
76(1982) “ Flexural Strength of Concrete “ menggunakan balok (simple
beam) beton dengan pembebanan tiga titik.
4. Untuk menentukan Kuat Tarik Belah Beton, dilakukan dengan standar
ASTM C496-71 atau AASHTO T198-74(1982) “ Splitting Tensile Strength “
menggunakan contoh selinder beton.
3. Lalu-lintas Rencana untuk Perkerasan Kaku
Tahapan Yang dilakukan sebagai berikut :
1) Karakteristik Kendaraan :
a. Jenis kendaraan yang diperhitungkan hanya kendaraan niaga dengan
berat total minimum 5 ton.
b. Konfigurasi sumbu yang diperhitungkan ada 3 macam yaitu :
i. Sumbu tunggal roda tunggal ( STRT )
ii. Sumbu tunggal roda ganda ( STRG )
iii. Sumbu tandem/ganda roda ganda ( SGRG ).
2) Tatacara Perhitungan Lalu-Lintas Rencana :
a. Hitung volume lalu-lintas (LHR) yang diperkirakan pada akhir usia
rencana, sesuaikan dengan kapasitas jalan
b. Untuk masing-masing jenis kelompok sumbu kendaraan niaga,
diestimasi angka LHR awal dari kelompok sumbu dengan beban
masing-masing kelipatan 0,5 ton ( 5 – 5,5 ), (5,5 – 6), (6- 6,5) dst.
c. Mengubah beban trisumbu ke beban sumbu tandem didasarkan
bahwa trisumbu setara dengan dua sumbu tandem.
d. Hitung jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama usia rencana :
JSKN = 365 x JSKNH x R
Dimana :
JSKN : Jumlah sumbu kend. Maksimum
JSKNH :Jumlah sumbu kend. Maksimum Harian
Pada saat tahun ke 0
Untuk ( i ≠ 0 )
1 i n 1
R= e
log1 i
R= + (n – m)(1 + i)m-1
e
log1 i
A. Tebal Pelat
Prosedure perencanaan :
1) Pilih suatu tebal pelat tertentu
2) Untuk setiap kombinasi konfigurasi dan beban sumbu serta harga K tertentu
maka :
a. Tegangan lentur yang terjadi pada pelat beton ditentukan dari grafik
terlampir.
b. Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi tegangan lentur yang
terjadi pada pelat dengan modulus keruntuhan lentur beton (fr).
c. Jumlah pengulangan beban yang diijinkan ditentukan berdasarkan harga
perbandingan tegangan pada tabel perbandingan tegangan dan jumlah
pengulangan beban yang diijinkan.
3) Persentase fatigue untuk tiap kombinasi ditentukan dengan membagi jumlah
pengulangan beban rencana dengan jumlah pengulangan beban ijin
4) Cari total fatigue dengan menjumlahkan persentase fatigue dari seluruh
kombinasi konfigurasi / beban sumbu
5) Langkah-langkah diatas (a→d) diulangi hingga didapatkan tebal pelat
terkecil dengan total fatigue lebih kecil atau sama dengan 100%
B. Dasar Penentuan Ketebalan
a. Perkerasan bersambung, perencanaan ketebalan pada perkerasan
bersambung merupakan dasar dari penentuan ketebalan. Pada setiap
sambungan dipasang tulangan besi beton, fungsi utamanya adalah
menyambung permukaan pelat pada phase terjadi peretakan, dengan
adanya tulangan yang dapat mendukung beban perkerasan maka akan
mengurangi pemeliharaan yang mungkin diperlukan jika timbul retak.
b. Perkerasan Bertulang Menerus, data-data berdasarkan penelitian dan
teoritis serta hasil beberapa pengujian pembebanan, seiring dengan
pengalaman dalam pelayanan perkerasan, menurut NAASRA
menunjukkan bahwa dengan kapasitas struktur yang sama, ketebalan
perkerasan beton bertulang menerus hanya membutuhkan 85 % dari
ketebalan perkerasan beton bertulang bersambung.
C. Tebal Perkerasan Minimum
Dengan mengabaikan tebal perkerasan yang ditentukan dengan berdasarkan
tatacara uraian diatas, ketebalan minimum semua jenis perkerasan kaku yang akan
dilalaui kendaraan niaga tidak boleh kurang dari :
- 20 -
Tebal perkerasan kaku tidak boleh kurang dari 150 mm.
Kecuali perkerasan bersambung tidak bertulang tanpa ruji (dowel), tebal
minimum harus 200 mm.
Ketebalan minimum juga berlaku utk perkerasan kaku dengan lapisan
permukaan aspal dengan mengabaikan tebal lapisan aspal yang ada.
Penyelesaian :
1) Mutu Beton rencana : digunakan mutu beton kuat tekan 28 hari sebesar 350 kg/cm 2
f ‘ = 350 / 10,2 = 34 Mpa > 30 Mpa (minimum disarankan), dari rumus :
fr = 0,62 √ f ‘c (Mpa)
= 0,62 . √ 34 = 3,6 Mpa > 3,5 Mpa (ok)
2) Beban Lalu-Lintas Rencana :
a. Jumlah sumbu kendaraan Niaga :
Jenis Jumlah Beban sumbu (ton) Konfigurasi sumbu
Kendaraan Kendaraan Sumbu Depan Belakang Depan Belakang
Bus 450 900 3 5 STRT STRG
Truk 10 ton 90 180 4 6 STRT STRG
Truk 20 ton 45 90 6 14 STRT SGRG
Jumlah 585 1170
Dari Rumus : Jumlah sumbu kendaraan Niaga :
JSKN = 365 x JSKNH x R
Dari Rumus : dicari harga R :
1 i n 1 1 0,06 20 1 37,876
R= e
log1 i e
log1 0,06
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0 2 2,4 3 4 5
Dari data tanah diperoleh nilai CBR yang mewakili = 2,40 %
Dari grafik Modulus reaksi tanah dasar K (kPa/mm) dimana korelasi hubungan antara
nilai K dan CBR diperoleh K = 22 kPa/mm untuk CBR = 2,40 %.
4) KEKUATAN PELAT BETON (TEBAL = 18 CM).
Sebagai langkah awal diperkirakan tebal pelat beton (rencana dengan dowel) = 180 mm
> 150 mm (minimum yg disyaratkan).
Bantuan grafik: 10, 11, dan 12 (pada lampiran perkerasan) diperiksa estimasi tebal pelat
cukup atau tidak, dari jumlah persentase fatigue yang terjadi (disyaratkan ≤ 100 %)
- 22 -
Konfigurasi Beban Beban Repetisi Tegangan Perbandingan Jumlah Persentase
Sumbu Sumbu Rencana Beban Yg terjadi Tegangan Repetisi Fatigue
(ton) FK= 1,1 (105) (Mpa) Beban (%)
yg
Diijinkan
1 2 3 4 5 6 7 8
STRT 3 3,3 24,88-- -- -- --
STRT 4 4,4 4,98
1,65 -- -- --
STRG 5 5,5 24,88
1,45 -- -- --
STRT 6 6,6 2,49
2,25 0,625 16.000 1.556
STRG 6 6,6 4,98
1,80 -- -- --
SGRG 14 15,4 2,49
2,30 0,640 11.000 2.264
Jumlah 3.820.
Dengan tebal pelat = 18 cm, ternyata jumlah fatigue yang terjadi :
> 100 %, maka perhitungan harus diulang dengan menambah tebal pelat menjadi = 20
cm (dicoba).
Keterangan tabel perhitungan :
Kolom 3 : kolom 2 dikali Fk (diambil dari tabel faktor keamanan) jalan arteri.
Kolom 5 : dari grafik NAASRA (pada lampiran perkerasan) dengan nilai K = 22 kPa/mm
Kolom 6 : kolom 5 dibagi dengan fr
Kolom 7 : dari tabel perbandingan tegangan (tabel 7.16)
Kolom 8 : kolom 4 dibagi dengan kolom 7 dikalikan 100.
5. KEKUATAN PELAT BETON (TEBAL = 20 CM)
Koef. Beban Beban Repetisi Tegangan Perbandingan Jumlah Persentase
Sumbu Sumbu Rencana Beban Yg terjadi Tegangan Repetisi Fatigue
(ton) FK= 1,1 (105) (Mpa) Beban yg (%)
Diijinkan
1 2 3 4 5 6 7 8
STRT 3 3,3 24,88 -- -- -- --
STRT 4 4,4 4,98 1,40 -- -- --
STRG 5 5,5 24,88 1,40 -- -- --
STRT 6 6,6 2,49 1,88 0,520 300.000 83
STRG 6 6,6 4,98 1,54 -- -- --
SGRG 14 15,4 2,49 1,65 -- -- --
Jumlah 83
Dengan tebal pelat = 20 cm, ternyata jumlah fatigue yang terjadi adalah : 83 < 100 %,
maka tebal pelat minimal = 20 cm (ok).
6. TATACARA PERENCANAAN PENULANGAN
Tujuan dasar distribusi penulangan baja adalah bukan untuk mencegah terjadinya
retak pada pelat beton tetapi untuk membatasi lebar retakan yang timbul pada
daerah dimana beban terkonsentrasi agar tidak terjadi pembelahan pelat pada
daerah retak tersebut sehingga kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan.
Banyaknya tulangan baja yang didistribusikan sesuai dengan kebutuhan untuk
keperluan ini yang ditentukan oleh jarak sambungan susut, dalam hal ini
dimungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah
sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan.
1) Kebutuhan Penulangan pd perkerasan bersambung tanpa tulangan :
- 23 -
Pada perkerasan bersambung tanpa tulangan, penulangan tetap dibutuhkan
untuk mengantisipasi atau meminimalkan retak pada tempat-tempat dimana
dimungkinkan terjadi konsentrasi tegangan yang tidak dapat dihindari .
Tipikal penggunaan penulangan khusus ini antara lain :
Tambahan pelat tipis
Sambungan yang tidak tepat
Dan pelat kulah atau struktur lain
2) Penulangan, pada perkerasan bersambung dengan tulangan, luas tulangan pada
perkerasan ini dihitung dari persamaan sebagai berikut :
11,76 F .L.h
As = fs
Dimana :
Ps ; persentase tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap penampang
beton, (%).
ft : Kuat tarik lentur beton yang digunakan = 0,4-0,5.fr (Mpa)
fy : tegangan leleh rencana baja (berdasarkan SNI’91, dimana fy < 400 Mpa –
BJTD40)
Es
n : angka ekivalen antara baja dan beton = tak berdimensi (lihat tabel
Ec
dibawah).
F : Koef. Gesekan antara pelat beton dengan lapisan dibawahnya, tak
berdimensi.
Es : modulus elastis baja (SNI”91, Es = 200.000 Mpa.)
Ec : modulus elastis beton (SNI”91, Ec = 4700 f 'c , (Mpa)
Tabel. Hub. antara Kuat Tekan beton dan angka ekivalen baja & beton (N) serta (fr).
f’c F’c N fr (rata-rata)
(kg/cm2) (Mpa) (Mpa)
115 11,3 13 2,2
120 – 135 11,8-13,2 12 2,2
140 - 165 13,7-16,2 11 2,4
170 - 200 16,7-19,6 10 2,6
205 - 250 20,1-24,5 9 2,9
260 - 320 25,5-31,4 8 3,3
330 - 425 32,4-41,7 7 3,7
450 44,1 6 4,1
Persentase minimum tulangan memanjang pada perkerasan beton menerus adalah 0,60
% dari luas penampang beton.
- 25 -
Jarak antara retakan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dapat dihitung
dengan persamaan :
ft 2
Ler =
n. p 2 .u. fb.( SEc ft )
Dimana :
Ler = jarak teoritis antara retakan, dalam meter, jarak optimum antara 1 – 2 meter.
p = luas tulangan memanjang per satuan luas beban
fb = tegangan lekat antara tulangan dengan beton yang dikenal sebagai “lekat lentur”
dalam Mpa.
9,5
Tegangan lekat dasar = f ' c ≤ 800 Psi
d
Atau dalam SI unit :
0,79
Tegangan lekat dasar = f ' c ≤ 5,5 Mpa.
d
D = adalah diameter tulangan dalam cm.
Dimana :
S = koef. Susut beton, umumnya digunakan antara (0,0005-0,0006) untuk pelat
perkerasan jalan.
ft = kuat tarik lentur beton yang digunakan = 0,4 – 0,5 fr, Mpa.
n = angka ekivalen antara baja dan beton
u = keliling penampang tulangan per satuan luas tulangan
4
, dalam (m-1)
d
Ec = Modulus elastis beton
b. Penulangan Melintang
Luas tulangan melintang yang diperlukan pada perkerasan beton menerus, dihitung
dengan persamaan yang sama seperti pada perhitungan penulangan perkerasan
beton bersambung dengan tulangan.
Penyelesaian :
1) PERSENTASE TULANGAN MEMANJANG :
- 26 -
100. ft
Dari persamaan : Ps = ( fy n. ft ) (1,3 0,2.F ) dimanan :
4
u = 0,019 = 210
(1,8) 2
Ler = = 1,52 m < 2 m (ok)
(7).(0,0071) 2 (210).( 2,42). 0,0005 27.405 1,8
Jadi tulangan digunakan cukup ø 19 – 200 mm.
3) TULANGAN MELINTANG :
Tulangan melintang yang digunakan, dengan persamaan :
11,76.(1,2)(10)( 200)
As = 123 mm2 / m pias
230
Digunakan tulangan ø 16 – 600 mm
As = 335 mm2/m lebar.
7. SAMBUNGAN :
1) Jenis sambungan :
Sambungan dibuat atau ditempatkan pada perkerasan beton dimaksudkan
untuk menyiapkan tempat muai dan susut beton akibat terjadinya tegangan
yang disebabkan : perubahan lingkungan (suhu dan kelembaban), gesekan.
Sambungan pada perkerasan beton umumnya terdiri dari 3 jenis menurut
fungsinya :
Sambungan susut, untuk mengalihkan tegangan tarik beton akibat :
suhu, kelembaban, gesekan, dan mencegah terjadinya keretakan acak
pada pelat beton.
- 27 -
Sambungan muai, fungsinya untuk menyiapkan ruang muai pada
perkerasan, ini mencegah tegangan tekan yang menyebabkan
perkerasan tertekuk.
Sambungan konstruksi (pelaksanaan), diperlukan untuk kebutuhan
konstruksi (berhenti dan mulai pengecoran).
2) Geometrik Sambungan :
Jarak sambungan, berdasarkan SI unit jarak sambungan = 24 – 25 kali
tebal pelat
Tata letak sambungan: sambungan serong atau acak (random)
akanmeminimalkan dampak kekasaran sambungan sehingga dapat
memperbaiki mutu pengendalian, keuntungan sambungan serong :
Mengurangi lendutan dan tegangan pada sambungan, sehingga
menembah daya dukung beban pelat dan menambah usia pelat.
Mengurangi dampak reaksi kendaraan pada saat melintasi
sambungan dan memberikan kenyamanan yang lebih baik.
SAMB. SERONG
TEPI LUAR 1-1,5 M
BAHU
LAJUR 1
10 mm
¼h
Takikan h
Sambungan Susut Melintang tanpa Dowel
4) DOWEL (RUJI):
Dowel berupa batang baja tulangan polos maupun profil, yang digunakan sarana
penyambung/pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan
jalan:
Tabel : Ukuran dan Jarak batang dowel (ruji) disarankan :
TEBAL PELAT D O W E L
DIAMETER PANJANG JARAK
PERKERASAN
INCI MM INCI MM INCI MM INCI MM
6 150 ¾ 19 18 450 12 300
7 175 1 25 18 450 12 300
8 200 1 25 18 450 12 300
9 225 1¼ 32 18 450 12 300
10 250 1¼ 32 18 450 12 300
11 275 1¼ 32 18 450 12 300
12 300 1½ 38 18 450 12 300
13 325 1½ 38 18 450 12 300
14 350 1½ 38 18 450 12 300
- 29 -
Dowel berfungsi sebagai penyalur beban pada sambungan, yang dipasang
dengan separoh panjang terikat dan separoh diberikan pelumas agar bebas
bergeser.
¼h h/2
h d ½ Ld ½ Ld
h/2
Bahan Penutup 19 mm 50 mm 25 mm
¼h
½h
h
d ½h
Bahan pengisi/filler Btg polos diminyaki
½ Ld ½ Ld
d = diameter batang dowel, Ld = panjang batang dowel
h = tebal pelat beton perkerasan
Gambar : Sambungan Muai dengan dowel.
Lt/4 Lt/4