You are on page 1of 33

-1-

MATA KULIAH : PERENCANAAN PERKERASAN JALAN


DOSEN PENGASUH : IR. H. ISKANDAR RENTA, MT.

I. METODA PERENCANAAN PERKERASAN JALAN


banyak cara (metoda), antara lain :
 AASTO dan The Asphalt Institute (AS)
 Road Note (Inggris)
 NAASRA (Australia)
 Dan Bina Marga (Indonesia)
Namun Di negara Indonesia digunakan Metoda perencanaan sebagai berikut :
 Untuk perkerasan Lentur digunakan cara Bina Marga, dengan “metoda
analisis komponen” SKBI :2.3.26.1987 /SNI 03-1732-1989.
 Untuk perkerasan Kaku digunakan cara NAASRA (National Association of
Australian State Road Authorities), Interim Guide to Pavement Design” (1979),
yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia oleh Bina Marga dalam
SKBI: 2.3.28.1988 dan “Pavement Design” (A Guide to the Structural Design
of Road Pavements) NAASRA, 1987.

EVALUASI LALU-LINTAS
DAYA DUKUNG RENCANA
TANAH DASAR
PERTIMBANGAN (SUBGRADE)
KONSTRUKSI DAN
PERENCANAAN STRUKTUR
PEMELIHARAAN
1. PERKERASAN LENTUR
2. PERKERASAN KAKU

LINGKUNGAN 3. PELAPISAN TAMBAHAN


(OVERLAY UTK JALAN LAMA)
MATERIAL
PERKERASAN
PERBANDINGAN IMPLEMENTASI
PERENCANAAN PERENCANAAN

Gambar.Bagan Alir Sistem Perencanaan Perkerasan untuk Jalan Baru

.PERTIMBANGAN PERENCANAAN PERKERASAN JALAN


1. Konstruksi dan Pemeliharaan, faktor yang perlu dipertimbangkan :
 Perluasan dan jenis drainase
 Penggunaan konstruksi berkotak-kotak
 Ketersediaan peralatan khususnya peralatan : pencampur material,
penghamparan dan pemadatan
 Penggunaan konstruksi bertahap
 Penggunaan Stabilisasi
 Kebutuhan dari segi lingkungan dan keamanan pemakai/pngguna jalan
-2-
 Sosial dan Strategi pemeliharaan
 Resiko-resiko yang mungkin terjadi.
2. Pertimbangan Lingkungan
♣. Kelembaban :
 Pola hujan dan penguapan
 Permeabilitas lapisan aus
 Kedalaman MAT (muka air tanah)
 Permeabilitas relatif dari lapisan perkerasan
 Bahu jalan tertutup atau tidak
 Jenis perkerasan
PENGUAPAN
RESAPAN KE PERKERASAN

RESAPAN KEBAHU

LAPISAN PERKERASAN
TRANSFER DARI REMBESAN
BAHU JALAN PERGERAKAN UAP AIR DARI MAT DARI TEMPAT
DARI LAPISAN TINGGI
TANAH BAWAH
MAT
FLUKTUASI MAT
Gamb Pergerakan Air pd konstruksi perkerasan
♣. Suhu Lingkungan:
Suhu lingkungan pengaruhnya cukup besar pada penampilan permukaan perkerasan
jika digunakan pelapisan permukaan dengan aspal, karena karakteristik dan sifat aspal
yang kaku dan regas pada temperatur rendah dan sebaliknya akan lunak dan visko
elastis pada suhu tinggi, sedangkan dengan perkerasan dengan beton temperatur yang
tinggi juga akan berpengaruh besar, terutama pada saat pelaksanaan konstruksi.
3. Evaluasi Lapisan Tanah Dasar (subgrade)
♣. Faktor pertimbangan estimasi daya dukung
 Urutan pekerjaan tanah
 Penggunaan kadar air (W) pada saat pemadatan dan kepadatan lapangan
(γd) yang dicapai
 Perubahan kadar air selama usia pelayanan
 Variabilitas tanah dasar
 Ketebalan lapisan perkerasan total yang dapat diterima lapisan lunak
(subdrade).
♣. Pengukuran daya dukung subgrade
 California Bearing Ratio (CBR)
 Parameter elastis
 Modulus Reaksi tanah dasar (k)
-3-
4. Material Perkerasan
 Material berbutir lepas
 Material terikat
 Aspal
 Beton semen
5. Lau-Lintas Rencana
 Jumlah sumbu yang lewat
 Beban sumbu
 Konfigurasi sumbu
♣.Konfigurasi sumbu dan ekivalensi
 Jarak sumbu
 Jumlah roda/sumbu
 Dan beban sumbu
♣.Kebutuhan perencanaan ada empat jenis :
 Sumbu tunggal roda tunggal
 Sumbu tandem roda ganda
 Sumbu tunggal roda ganda
 Sumbu triple roda ganda
♣.Lajur Rencana
Lajur rencana yang diperhitungkan yaitu lajur rencana yang menerima beban terbesar.
♣.Usia Rencana, Beberapa tipikal usia rencana:
 Lapisan perkerasan aspal baru, 20 – 25 thn
 Lapisan perkerasan kaku baru, 20 – 40 thn
 Lapisan tambahan (aspal, 10-15), (batu pasir, 10 – 20) thn.
♣.Angka pertumbuhan lalu-lintas
Jumlah lalu-lintas akan bertambah baik pada keseluruhan usia rencana atau pada
sebagian masa tersebut. Angka pertumbuhan lalu-lintas dapat ditentukan dari hasil
survei utk setiap proyek.
♣.Metoda perhitungan Lalu-lintas Rencana
Metoda yang akan digunakan tergantung dari data lalu-lintas yang ada dan prosedur
perencanaan yang digunakan. Secara ideal data lalu-lintas harus mencakup jumlah dan
berat setiap jenis sumbu dalam arus lalu-lintas.
6. Lapisan Perkerasan Lentur
♣. Karakteristik Perkerasan Lentur
 Bersifat elastis juka menerima beban, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi
pengguna jalan
 Pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal
 Seluruh lapisan ikut menanggung beban
-4-
 Penyebaran tegangan kelapisan tanah dasar sedemikian sehingga tidak merusak
lapisan tanah dasar (subgrade)
 Usia rencana maks. 20 thn (MKJI=23 thn)
 Selama Usia rencana diperlukan pemeliharaan secara berkala (rutin
maintenance)
LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE)

▪▪▪▪▪▪▪▪ LAPISAN PONDASI ATAS (BASE COURSE)

LAPISAN PONDASI BAWAH (SUBBASE COURSE)

LAPISAN TANAH DASAR

Gambar Susunan Lapisan Perkerasan Lentur


♣. Lalu-Lintas Rencana utk Perkerasan Lentur
1. Persentase Kendaraan pada Lajur Rencana
Tabel: Jumlah Lajur berdasarkan lebar perkerasan
LEBAR PERKERASAN (L) JUMLAH LAJUR (n)
L < 5,50 M 1 LAJUR
5,50 M ≤ L < 8,25 M 2 LAJUR
8,25 M ≤ L < 11,25 M 3 LAJUR
11,25 M ≤ L < 15,00 M 4 LAJUR
15,00 M ≤ L < 18,75 M 5 LAJUR
18,75 M ≤ L < 22,00 M 6 LAJUR
Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur ditentukan dari lebar
perkerasan, lihat tabel berikut:
Tabel: Koef. Distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur
rencana
JUMLAH KENDARAAN RINGAN * KENDARAAN BERAT **
LAJUR 1 ARAH 2 ARAH 1 ARAH 2 ARAH
1 LAJUR 1,00 1,00 1,00 1,00

2 LAJUR 0,60 0,50 0,70 0,50


3 LAJUR 0,40 0,40 0,50 0,475
4 LAJUR --- 0,30 --- 0,45
5 LAJUR --- 0,25 --- 0,425
6 LAJUR --- 0,20 --- 0,40
* Berat total < 5 ton, mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**Berat total ≥ 5 ton, Bus, Truck, Traktor, semi trailer, dan trailer
2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
a) Angka Ekivalen Sumbu Tunggal :
(bebansatusumbutunggaldalamkg ) 4
E=
8160
b) Angka Ekivalen Sumbu Ganda
(bebansatusumbugandadalamkg ) 4
E = 0,086
8160
Tabel: Angka Ekivalen (E) beban sumbu Kend.
BEBAN SATU SUMBU ANGKA EKIVALEN
KG LBS SUMBU TUNGGAL SUMBU GANDA
1000 2205 0,0002 ----------------
-5-
2000 4409 0,0036 0,0003
3000 6614 0,0183 0,0016
4000 8818 0,0577 0,0050
5000 11023 0,1410 0,0121
6000 13228 0,2923 0,0251
7000 15432 0,5415 0,0466
8000 17637 0,9238 0,0794
8160 18000 1,0000 0,0860
9000 19841 1,4798 0,1273
10000 22046 2,2555 0,1940
11000 24251 3,3022 0,2840
12000 26455 4,6770 0,4022
13000 28660 6,4419 0,5540
14000 30864 8,6647 0,7452
15000 33069 11,4148 0,9820
16000 35276 14,7815 1,2712

3. Perhitungan Lalu-Lintas
a) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP).
n

LEP =  LHRjxCjxEj
j 1

b) Lintas Ekivalen Akhir (LEA).


n

LEA =  LHRJ 1  i 
j 1
UR
xCjxEj

c) Lintas Ekivalen Tengah (LET).


LEP  LEA
LET =
2
d) Lintas Ekivalen Rencana (LER).
LER = LET x FP
UR
FP =
10
Dimana : i : perkembangan lalu-lintas
J : Jenis kendaraan
LHR : lalu-lintas harian rata-rata
UR : usia rencana (tahun)
FP : faktor penyesuaian
4. Perhitungan Daya Dukung Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi. Daya
dukung tanah dasar diperoleh dari nilai CBR atau Plate Bearing test, DCP, dll. (lihat
gambar korelasi DDT dan CBR SNI 03-1732-1989).

5. Faktor Regional
Faktor Regional ini (FR) adalah faktor korelasi sehubungan dengan adanya
perbedaan kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan disesuaikan
-6-
dengan keadaan di Indonesia. FR ini dipengaruhi oleh bentuk alinemen, persentase
kendaraan berat yang berhenti serta iklim (lihat tabel faktor regional (FR)).
6. Indeks Permukaan.
Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan
yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat. (dapat dilihat
dalam tabel indeks permukaan pada akhir usia rencana (IP) ).
7. Indeks Tebal Perkerasan (ITP).
ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3. D3
Dimana : ITP : Indeks tebal perkerasan
a : Koefisien lapisan
D : Tebal lapisan (cm)
Nilai a dapat diambil dari tabel Koefisien kekuatan relatip (a) ).

Contoh Perhitungan tebal perkerasan :


Diketahui :
Akan direncanakan tebal perkerasan untuk jalan baru dengan ketentuan :
 Peranan jalan : Jalan arteri
 Tipe Jalan : 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 B)
 Usia rencana : 20 tahun
 Rencana jenis perkerasan : lentur (flexible)
Data-Data yang tersedia :
 Tanah dasar : harga CBR Rencana pada beberapa titik yang mewakili : 2,5 – 2,5
– 2 – 3 – 3 – 4 – 3 – 5 – 4 – 3 – 2 – 3,5 -
4 – 4 – 5.
 Kondisi/ Iklim setempat : Curah hujan rata-rata 750 mm/thn
 Kelandaian rata-rata : 6 %
 Jumlah LHR pada awal (LHRo):
Volume Beban Sumbu (ton)
Jenis kendaraan (Bh. Kend.) Depan Belakang
Mobil Penumpang 1400 1 1
Bus 450 3 5
Truk 10 ton 90 4 6
Truk 20 ton 45 6 2x7

a) Angka pertumbuhan lalu-lintas : 6 %.

PENYELESAIAN :
1) LALU-LINTAS RENCANA :
a) Menghitung angka ekivalen (E) masing-masing Kend.:
 Mobil Penumpang = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
-7-
 Bus = 0,0183 + 0,1410 = 0,1593
 Truk 10 ton = 0,0577 + 0,2923 = 0,3500
 Truk 20 ton = 0,2923 + 0,7452 = 1,0375
b) Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP).
n

Dari Rumus : LEP =  LHRjxCjxEj


j 1

 Mobil penumpang : 0,2 x 0,0004 x 1400 = 0,112


 Bus : 0,4 x 0,1593 x 450 = 28,656
 Truk 10 ton : 0,4 x 0,3500 x 90 = 12,600
 Truk 20 ton : 0,4 x 1,0375 x 45 = 18,675
LEP = 60,043
c) Menghitung Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
n

Dari Rumus : LEA =  LHRJ 1  i 


j 1
UR
xCjxEj

Atau Rumus : LEA = LEP (1 + i)UR


Jadi LEA = 60.043 (1 + 0,06)20
LEA = 192,566.
d) Menghitung Lintas Ekivalen tengah (LET)
LEP  LEA
Dari Rumus : LET =
2
60,043  192,566
LET =  126,305
2
e) Menghitung Lintas Ekivalaen Rencana (LER) :
Dari Rumus : LER = LET + FT
FT = UR/10
Jadi LER = 126,305 x (20/10) = 252,610
2) DAYA DUKUNG TANAH :

a. Mencari harga CBR yang mewakili


CBR Jumlah yang sama atau yang lebih Persen (%) yang sama atau yang lebih
besar besar
2 15 15/15 x 100 100,00
2,5 13 13/15 x 100 86,67
3 11 11/15 x 100 73,33
3,5 7 7/15 x 100 46,67
4 6 6/15 x 100 40,00
5 2 2/15 x 100 13,33

100
90
80
-8-
70
60
50
40
30
20
10

0 1 2 2,40 3 4 5
CBR (%)
Dari data tanah diperoleh nilai CBR yang mewakili = 2,40 %
2) Mencari Nilai Daya Dukung Tanah Dasar
Dari grafik di atas diperoleh nilai CBR yang mewakili adalah = 2,40 %, maka
dari gambar 7.7 Korelasi DDT dan CBR diperoleh nilai Daya Dukung Tanah
Dasar (DDT) = 3,5.
3) TEBAL LAPISAN PERKERASAN :
a) Faktor Regional, Dari data : Jalan Arteri dengan jurah hujan rata-rata/tahun =
750 mm, kelandaian rata-rata = 6% Jadi % kendaraan berat =

450  90  45
x100% = 29,5 %
1400  450  45
Dari Tabel 7-8 → FR = 1,0
b) Indeks Permukaan :
 Indeks permukaan awal, direncanakan lapisan permukaan laston dengan
Roughness ≤ 1000 mm/km maka dari tabel 7-10 → Ipo ≥ 4
 Indeks permukaan akhir :
 Jalan arteri
 LER = 252,610 (hasil perhitungan )
 Dari tabel 7-9 untuk jalan arteri, Ipt = 2,0 – 2,5, diambail 2,5
c) Mencari Harga Indeks Tebal Perkerasan (ITP) :
 Ipo = ≥ 4, Ipt = 2,5, → (Digunakan Nomogram 1)
Dengan : LER = 252,6; DDT = 3,5; FR = 1,0, maka, diperoleh ITP = 9,20,
Cara penggunaan nomogram, lihat gambar 7-8.
5. Direncanakan Susunan Lapisan Perkerasan berikut ini :
Dari tabel 7-11, diambil data :
 Lapisan permukaan : Laston (a1) = 0,40
 Lapisan pondasi atas : Laston atas (a2) = 0,28
 Lapisan pondasi bawah : Batu pecah kelas A (a3)= 0,13
Maka ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3→dari tabel 7-12 diperoleh :
D1 minimum = 7,5 cm
D2 minimum = 10 cm,
Maka : 9,2 = 0,4 x 7,5 + 0,28 x 10 + 0,13.D3, jadi
-9-
Diperoleh D3 = 26,15 cm ∞ diambil D3 = 26,50 cm

7,5 cm LASTON
10,0 cm LASTON ATAS

26,50 cm SIRTU KELAS A


(CBR 70)

CBR = 2,40 %
Gambar. Lapisan perkerasan jalan
♠. ANALISIS DAYA DUKUNG
Analisis daya dukung untuk keperluan perencanaan teknik jalan raya, yaitu daya
dukung pada subgrade, baik natural subgrade maupun embankment subgrade.
Daya dukung ini didasarkan pada nilai CBR hasil pengujian lapangan maupun
laboratorium:
 Lapisan tanah dasar asli, yaitu natural subgrade hasil pekerjaan galian. Nilai
CBR untuk lapisan ini diperoleh dari uji lapangan dengan alat DCP (Dynamic
Cone Penetrometer) atau alat sondir , atau dilakukan pengambilan contoh tanah
dengan selinder (Mold), untuk uji CBR asli dilaboratorium
 Lapisan tanah dasar bentukan, yaitu lapisan tanah dasar pada permukaan
timbunan (embankment subgrade) hasil pekerjaan urugan. Nilai CBR pada
lapisan ini diperoleh dari uji CBR di laboratorium terhadap contoh tanah tidak asli
(hasil uji kompaksi).
Pada konstruksi badan jalan yang berupa struktur timbunan perlu dipertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
 Jika timbunan terletak pada tanah lunak, harus dilakukan perhitungan daya
dukung dan besarnya penurunan tanah asli (dibawah timbunan) yang menopang
struktur timbunan

 Kemiringan lereng timbunan harus dianalisis agar aman terhadap bahaya


kelongsoran sehubungan dengan tinggi timbunan dan jenis material urugan.
♠. MATERIAL JALAN
Material yang diperlukan untuk konstruksi jalan terdiri dari :
 Tanah
 Agregat
 Aspal / Beton
♠♠. Tanah pada konstruksi jalan diperlukan untuk membentuk badan jalan berupa
urugan.
 Urugan biasa tidak boleh digunakan apabila mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
 Tanah yang termasuk kelompok CH(USCS)
 Tanah ekspansif yaitu tanah yang potensi ekspansif tinggi dengan LL>60 dan IP >35.
- 10 -
 Urugan pilihan hanya digunakan pada lokasi tertentu yang mempunyai nilai CBR
rendaman berdasarkan AASHTO T 193-81 minimal 10% dan IP maks. 6%.
♠♠. Agregat, adalah material perkerasan berbutir yang digunakan untuk lapisan
perkerasan jalan, terdiri dari tiga kelompok berdasarkan mutu yaitu :
 Agregat kelas A
 Agregat kelas B
 Dan agregat kelas C
Agregate dilihat dari jenisnya adalah :
 Asli (natural), kerikil, pasir, batu pecah/belah
 Buatan pabrik, letusan dari bara api, batu sabak
♠♠. Aspal, adalha material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur (flexible
pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai bahan pengikat agregat, karena
mempunyai daya lekat yang kuat, sifat adhesif, kedap air dan mudah dikerjakan.
Aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri dari :
 Aspal alam, di Indonesia ditemukan di pulau Buton sulawesi tenggara dan dikenal
dengan sebutan Asbuton (aspal buton). Aspal ini dapat ditemukan dalam bentuk
padat, plastis, dan cair, ditemukan juga di USA, prancis,dan Swiss.
 Aspal buatan, adalah bitumen yang merupakan jenis aspal hasil penyulingan minyak
bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah dan disebut : paraffin base crude
oil. Aspal buatan ini terdiri dari berbagai bentuk yaitu :
 Aspal padat, sifatnya adalah :
o Mempunyai daya ikat yang kuat
o Dapat menjadi cair
o Dapat menjadi cukup keras kembali setelah sudah dilakukan pencampuran
dengan agregat disebut aspal beton.
o Titik lembek aspal harus diperhitungkan berdasarkan hasil laboratorium
o Bitumen yang digunakan tidak boleh terlalu peka terhadap suhu karena waktu
penetrasi sangat tergantung pada suhu.
o Digunakan hampir seluruh pekerjaan pelaksanaan lapisan perkerasan jalan
aspal dan aspal beton.
 Aspal cair, adalah aspal yang dicampur dengan pelarut :
o Aspal RC (Rapid Curing), aspal yang dicampur dengan kerosin (bensin) agar
cepat mengeras.
o Aspal MC (Medium Curing), aspal yang dicampur dengan minyak disel,
sedang.
 Aspal SC 9Slow Curing), aspal yang dicampur dengan residu.
o Sifat Aspal Cair, mudah dan mempersingkat waktu dalam pelaksanaan.
o Aspal Emulsi, merupakan aspal cair yang lebih cair dari yang lainnya,
jenisnya adalah
- 11 -
 Aspal emulsi anionik adalah aspal emulsi yang diberikan muatan listrik
negatif dan umumnya dapat digunakan untuk melapisi batuan yang
basa dan netral dengan baik. Aspal ini terdiri dari : MC (labil), MS (agak
stabil), dan MC (stabil).
 Aspal emulsi kationik adalah aspal emulsi yang bermuatan listri positif
sehingga baik untuk digunakan melapisi batuan netral dan alam. Aspal
ini terdiri dari : MCK (bekerja cepat), MSK (bekerja kurang cepat), dan
MLK (bekerja lamban).
 Aspal emulsi nonionik adalah aspal emulsi yang tidak bermuatan listrik,
karena tidak mengalami proses ionisasi.
o Sifat bahan aspal emulsi, faktor yang dapat mempengaruhi aspal emulsi
dalam pelaksanaan adalah :
 Sifat kimia aspal padat
 Kekerasan dan jumlah aspal semen
 Ukuran partikel aspal dalam emulsi
 Jenis dan konsentrasi zat emulsi
 Keadaan pencampuran, suhu / tekanan
 Muatan ion pada partikel emulsi
 Tingkat penambahan bahan
 Jenis peralatan membuat emulsi
 Sifat zat emulsi
 Penambahan zat kimia.
o Penggunaan bahan aspal emulsi
Penggunaan aspal emulsi sama dengan aspal padat.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih aspal emulsi
adalah :
 Keadaan cuaca, (pencampuran/peralatan)
 Jenis dan ketersediaan agregat
 Ketersediaan peralatan pelaksanaan
 Lokasi geografis: jarak angkut/kualitas air
 Pengawasan lalu-lintas
 Pertimbangan lingkungan
o Aspal emulsi RS (Rapid Setting)
o Aspal emulsi MS (Medium Stting)
o Aspal emulsi SS (Slow Setting)
 T e r , adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis seperti
kayu atau batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi pada suhu tinggi tanpa
zat asam.
CAMPURAN ASPAL DAN AGREGATE
- 12 -
o Jenis campuran, Konstruksi perkerasan lentur merupakan campuran antara
aspal dan aggregate. (Beton aspal) fungsinya :
 Lapisan pondasi ( struktur )
 Lapisan permukaan ( Struktur )
 Lapisan aus (Non struktur)
 Lapisan penutup ( Non struktur )
o Metode Segregasi dan Metode Pracampur :
 Campuran panas (HotMix)
 Campuran hangat ( Warm Mix)
 Campuran dingin ( Cold Mix )
BEBERAPA CAMPURAN ASPAL DAN AGREGATE YG DIKENAL :
o LAPEN (Lapis Penetrasi Makadam)
o LATASIR (Lapis Tipis Aspal Pasir)
o BURAS ( Laburan Aspal)
o BURTU ( Laburan Aspal Satu Lapis )
o BURDA ( Laburan Aspal Dua Lapi )
o LASBUTAG ( Lapis A spal Buton Campuran Dingin )
o LATASBUM ( Lapis Tipis Aspal Buton Murni )
o LASTON ( Lapis Aspal Beton) atau Asphaltic Concrete, AC
o LASTON ATAS (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas )
o LASTON BAWAH ( Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah )
o LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton ) atau Hot Rolled Sheet (HRS)
o H R A ( Hot Rolled Asphalt )
o S M A ( Stone Mastic Asphalt ).
SIFAT-SIFAT PENTING YG HARUS DIMILIKI OLEH SUATU CAMPURAN ASPAL :
o Stabilitas
o Fleksibilitas
o Durabilitas
o Workabilitas
o Ekonomis

 Beton, atau beton-semen baik betoan bertulang maupun beton tidak bertulang,
banyak digunakan konstruksi jalan raya yaitu :
o Bangunan pelengkap jalan
o Bangunan drainase jalan
o Bangunan jembatan
o Dan lapis perkerasan kaku (rigid pavement)

 Sifat-sifat beton
o Menghasilkan permukaan yang keras, tahan terhadap gerusan
- 13 -
o Mempunyai kuat tekan yang tinggi
o Tahan terhadap cuaca dan bebas korosi

 Semen, atau portland cement (PC) adalah material yang akan bereaksi secara
kimiawi jika dicampur dengan air dalam suatu proses yang disebut hydrasi untuk
membentuk benda (membatu)

 Agregat :
o Agregate Halus adalah yang digunakan untuk campuran beton adalah pasir
dengan mutu yang baik.

Tabel : Gradasi Agregate Halus


Ayakan % Lolos dalam berat
3/8” (9,5 mm) 100
No. 4 (4,75 mm) 95 - 100
No. 16 (1,18 mm) 45 - 80
No. 50 (0,30 mm) 10 - 30
No. 100 (0,15 mm) 2 - 10

o Agregat Kasar, agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton adalah
kerikil/split.
o A I r, semua air yang boleh diminum layak digunakan untuk campauran beton,
kecuali mengandung alkali atau aksid, minyak dan bahan organik.
♣. LAPISAN PERKERASAN KAKU
Perencanaan perkerasan kaku didasarkan atas perencanaan yang dikembangkan
oleh NAASRA (nasional Association of Australia State Road Authorities).

Susunan lapisan pada perkerasan kaku umumnya seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar Lapisan Plat Beton
Perkerasan Kaku (Concreta Slab)
Lap. Pondasi Bawah
(Sub. Base Coarse)
Lap. Tanah Dasar
(Sub. Grade)

Metoda perencanaan yang diambil untuk menentukan tebal lapisan perkerasan


adalah :
o Kekuatan lapisan tanah dasar yang dinamakan nilai CBR atau modulus Reaksi tanah
dasar (k).
o Kekuatan beton yang digunakan untuk lapisan perkerasan
o Prediksi volume dan komposisi lalu-lintas selama usia rencana
o Ketebalan dan kondisi lapisan pondasi bawah (sub base), yang diperlukan untuk
menopang konstruksi, lalu-lintas, penurunan akibat air dan perubahan volume lapisan
tanah dasar serta sarana perlengkapan daya dukung permukaan yang seragam
dibawah dasar beton.
- 14 -
♣♣. Jenis Lapisan Kaku
1. Perkerasan Beton Semen, didefinisikan sebagai perkerasan yang mempunyai
lapisan dasar beton dari Portland Cement (PC). Menurut NAASRA ada lima jenis
perkerasan kaku yaitu :
o Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
o Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
o Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
o Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja (fiber)
o Perkerasan beton semen pratekan.
2. Perkerasan Kaku dengan Permukaan Aspal, didefinisikan sebagai salah satu dari
jenis komposit.

♣♣. Faktor Untuk Menentukan Ketebalan


1. Kekuatan Lapisan Tanah Dasar
Untuk perencanaan tebal perkerasan kaku dibutuhkan daya dukung tanah yaitu :
CBR dan modulus reaksi tanah dasar (k).
Untuk menentukan modulus Reaksi Tanah Dasar (k) Rencana yang mewakili
suatu seksi jalan, dipergunakan rumus:
K0 = Ќ – 2 S Untuk jalan Tol

K0 = Ќ – 1,64 S Untuk Jalan Arteri

K0 = Ќ – 1,28 S Untuk Jalan Kolektor / Lokal

Faktor keseragaman (Fk) :

S
Fk = x100%  25% (dianjurkan).
K
Dimana :
K0 ; modulus reaksi tanah dasar yang mewakili suatu seksi
Ќ : modulus reaksi tanah dasar rata-rata dalam suatu seksi
Jalan
n : Jumlah data K
Standar Deviasi :

n  K 2     K 
2

S=
n n  1

2. Kekuatan beton
Beton semen adalah agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah.
Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah pada
perkerasan lentur dan kaku.
- 15 -
1) Beton Pondasi Bawah untuk perkerasan lentur beton mempunyai kelebihan
kemampuan untuk ditempatkan dengan dituangkan begitu saja pada kondisi
tanah dasar jelek (poor subgrade) tanpa digilas.
2) Beton pondasi Atas untuk perkerasan kaku dapat didefinisikan sebagai
perkerasan yang mempunyai alas / dasar atau landasan beton semen,
penentuan tebal perkerasan kaku beton didasarkan pada kuat lentur 90 hari
Tipikal hubungan untuk mengubah kuat tekan beton 28 hari ke kuat lentur 90 hari
yang menggunakan agregat pecah, menurut NAASRA adalah :
F28 = 0,75 C28

F90 = 1,1 F28 = 0,83 C28

Dimana : F90 : kuat lentur beton 90 hari (Mpa)


F28 : Kuat lentur beton 28 hari (Mpa)
C28 : Kuat tekan rencana beton 28 hari (Mpa)
Tipikal hubungan untuk mengubah kuat belah ke kuat lentur menurut NAASRA
adalah :
F28 = 1,3 S28
Dimana : S28 : kuat belah beton 28 hari (Mpa)
Kuat tekan karakteristik beton pada usia 28 hari untuk perkerasan jalan dengan
beton bertulang harus tidak kurang dari 30 Mpa.
Menurut SNI T-15-1991-03 :
Besarnya Modulus Keruntuhan Lentur Beton (fr), yaitu :
fr = 0,7 f !c , (Mpa) untuk beton normal
 Jika fct sudah ditentukan, maka f !c diganti 1,8. fct

Dengan ketentuan

1,8. fct < f !c → fr = 1,26 fct (Mpa)

 Jika fct tidak ditentukan, maka fr harus dikalikan dengan angka sebagai
berikut :
o Untuk beton ringan Total :

fr = (0,75) 0,7 f !c → fr = 0,525 f !c (Mpa)

o Untuk Beton Ringan berpasir :

fr = (0,85) 0,7 f !c → fr = 0,595 f !c (Mpa)

Dimana :
fc : kuat tekan karakteristik beton pada usia 28 hari
fct : Kuat tarik belah rata-rata beton ringan.
( fc dan fct dalam Mpa).
 Pengujian yang Dilakukan :
- 16 -
3. Untuk menentukan Modulus Keruntuhan Lentur Beton (Modulus of
Rupture) dilakukan dengan standar ASTM C78-75 atau AASHTO T97-
76(1982) “ Flexural Strength of Concrete “ menggunakan balok (simple
beam) beton dengan pembebanan tiga titik.
4. Untuk menentukan Kuat Tarik Belah Beton, dilakukan dengan standar
ASTM C496-71 atau AASHTO T198-74(1982) “ Splitting Tensile Strength “
menggunakan contoh selinder beton.
3. Lalu-lintas Rencana untuk Perkerasan Kaku
Tahapan Yang dilakukan sebagai berikut :
1) Karakteristik Kendaraan :
a. Jenis kendaraan yang diperhitungkan hanya kendaraan niaga dengan
berat total minimum 5 ton.
b. Konfigurasi sumbu yang diperhitungkan ada 3 macam yaitu :
i. Sumbu tunggal roda tunggal ( STRT )
ii. Sumbu tunggal roda ganda ( STRG )
iii. Sumbu tandem/ganda roda ganda ( SGRG ).
2) Tatacara Perhitungan Lalu-Lintas Rencana :
a. Hitung volume lalu-lintas (LHR) yang diperkirakan pada akhir usia
rencana, sesuaikan dengan kapasitas jalan
b. Untuk masing-masing jenis kelompok sumbu kendaraan niaga,
diestimasi angka LHR awal dari kelompok sumbu dengan beban
masing-masing kelipatan 0,5 ton ( 5 – 5,5 ), (5,5 – 6), (6- 6,5) dst.
c. Mengubah beban trisumbu ke beban sumbu tandem didasarkan
bahwa trisumbu setara dengan dua sumbu tandem.
d. Hitung jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama usia rencana :
JSKN = 365 x JSKNH x R
Dimana :
JSKN : Jumlah sumbu kend. Maksimum
JSKNH :Jumlah sumbu kend. Maksimum Harian
Pada saat tahun ke 0

R : Faktor pertumbuhan lalu-lintas yang besar-


Nya berdasarkan faktor pertumbuhan lalu-
Lintas tahunan (i) dan usia rencana (n).

Untuk ( i ≠ 0 )

1  i  n  1
R= e
log1  i 

Untuk ( i ≠ 0 ), Jika setelah m tahun pertumbuhan


Lalu-lintas tidak terjadi lagi :
- 17 -
1  i   1
m

R= + (n – m)(1 + i)m-1
e
log1  i 

Untuk ( i ≠ 0 ), Jika setelah n tahun pertumbuhan


Lalu-lintas berbeda sebelumnya
( i’ / tahun )
1  i  m  1 1  i  m  1  i '  n  m  1
R = e
log1  i  + e
log1  i '

e. Hitung persentase masing-masing kombinasi konfigurasi beban


sumbu terhadap jumlah sumbu kendaraan niaga harianHitung
persentase masing-masing kombinasi konfigurasi beban sumbu
terhadap jumlah sumbu kendaraan niaga harian
f. Hitung jumlah repetisi kumulatif tiap kombinasi konfigurasi / beban
sumbu pada lajur rencana :
JSKN x % kombinasi terhadap JSKNH x Cd
Dimana : Cd : koefisien distribusi (lihat tabel).
Tabel : Koefisien distribusi kend. Niaga pada Lajur Rencana
Jumlah Lajur Kendaraan Niaga
1 Arah 2 Arah
1 Lajur 1,00 1,00
2 Lajur 0,70 0,50
3 Lajur 0,50 0,475
4 Lajur -- 0,45
5 Lajur -- 0,425
6 Lajur -- 0,40

Tabel : Faktor keamanan


Peranan Jalan Faktor Keamanan
Jalan Tol 1,2
Jalan Arteri 1,1
Jalan Kolektor / Lokal 1,0

4. LAPISAN PONDASI BAWAH (Sub Base)


Alasan dan keuntungan digunakannya lapisan pondasi bawah (sub base) dibawah
perkerasan kaku adalah :
 Menambah daya dukung lapisan tanah dasar
 Menyediakan lantai kerja yang stabil utk peralatan kerja
 Utk mendapatkan permukaan daya dukung yg seragam
 Utk mengurangi lendutan pada sambungan-sambungan sehingga menjamin
penyaluran beban melalui sambungan muai dalam jangka waktu lama
 Utk membantu menjaga perubahan volume lapisan tanah dasar
yang besar akibat pemuaian atau penyusutan
 Utk menjegah keluarnya air pada sambungan atau tepi-tepi pelat (Pumping)
- 18 -
Pada perkerasan kaku lapis pondasi bawah tidak dianggap sebagai lapis yang
menopang (mendukung), akan tetapi jika lapis pondasi bawah dibuat dengan konstruksi
lapis pengikat (bound Sub base) dan akan diperhitungkan daya dukung, maka nilai K
yang digunakan adalah nilai “K-gabungan “ yang dapat ditentukan dengan perkiraan
( tabel tipikal Nilai Kekakuan lapis pondasi).
a. Lapisan pondasi bawah agregat lepas.
Utk mencegah “pamping “ dengan syarat agregat tersebut bergaradasi baik
dan dari bahan berplastisitas rendah/stabil.
Tabel : Tipikal Nilai Kekakuan Lapis Pondasi
Jenis Material Kisaran kekakuan
Psi Mpa / Gpa
Granular 8.000-20.000 (55-138 Mpa)
Lapis pondasi stabilisasi semen 500.000-1.000.000 (3.5-6.9 Gpa)
Tanah stabilisasi semen 400.000-900.000 (2.8-6.2 Gpa)
Lapis pond. diperbaiki dg. aspal 350.000-1.000.000 (2.4-6.9 Gpa)
Lapis pond. Diperbaiki dengan aspal emulsi 40.000-300.000 (0.28-2.1 Gpa)

b. Lapis Pondasi Bawah Terikat


Bahan pengikat yang digunakan adalah semen, kapur atau aspal, digunakan
pada jalan dengan beban lalu-lintas tinggi.
Keuntungannya adalah :
1) Penyaluran beban keagregat dapat lebih bertahan lama jika lendutan
dibatasi
2) Jika terjadi retak akibat beban lalu-lintas, maka tingkat kerusakan
perkerasan relatif lambat jika terdapat daya dukung lapisan pondasi dasar
yang tinggi
3) Keruntuhan pd. sambungan dapat dijaga secara efektif.

c. Lapisan Pondasi Bawah Beton


Digunakan pada lapisan tanah lunak dan beban lalu-lintas tinggi, untuk
meningkatkan daya dukung dan menambah ketahanan terhadap erosi, lapisan
pondasi beton dengan campuran abu batu atau sejenisnya, mempunyai kuat
tekan minimum utk 28 hari sebesar 5 Mpa.

Beberapa alternatif lapisan pondasi beton yang dapat digunakan adalah :


o Beton giling
o Beton aspal
o Bahan yang distabilisasi dengan semen, kapur, abu batu.
5. Tatacara Perencanaan Ketebalan
- 19 -
Kebutuhan tebal perkerasan ditentukan dari jumlah kendaraan niaga selama usia
rencana. Perencanaan tebal pelat beton didasarkan pada total fatigue mendekati
atau sama dengan 100 %.
Tahapan perencanaan adalah sebagai berikut :

A. Tebal Pelat
Prosedure perencanaan :
1) Pilih suatu tebal pelat tertentu
2) Untuk setiap kombinasi konfigurasi dan beban sumbu serta harga K tertentu
maka :
a. Tegangan lentur yang terjadi pada pelat beton ditentukan dari grafik
terlampir.
b. Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi tegangan lentur yang
terjadi pada pelat dengan modulus keruntuhan lentur beton (fr).
c. Jumlah pengulangan beban yang diijinkan ditentukan berdasarkan harga
perbandingan tegangan pada tabel perbandingan tegangan dan jumlah
pengulangan beban yang diijinkan.
3) Persentase fatigue untuk tiap kombinasi ditentukan dengan membagi jumlah
pengulangan beban rencana dengan jumlah pengulangan beban ijin
4) Cari total fatigue dengan menjumlahkan persentase fatigue dari seluruh
kombinasi konfigurasi / beban sumbu
5) Langkah-langkah diatas (a→d) diulangi hingga didapatkan tebal pelat
terkecil dengan total fatigue lebih kecil atau sama dengan 100%
B. Dasar Penentuan Ketebalan
a. Perkerasan bersambung, perencanaan ketebalan pada perkerasan
bersambung merupakan dasar dari penentuan ketebalan. Pada setiap
sambungan dipasang tulangan besi beton, fungsi utamanya adalah
menyambung permukaan pelat pada phase terjadi peretakan, dengan
adanya tulangan yang dapat mendukung beban perkerasan maka akan
mengurangi pemeliharaan yang mungkin diperlukan jika timbul retak.
b. Perkerasan Bertulang Menerus, data-data berdasarkan penelitian dan
teoritis serta hasil beberapa pengujian pembebanan, seiring dengan
pengalaman dalam pelayanan perkerasan, menurut NAASRA
menunjukkan bahwa dengan kapasitas struktur yang sama, ketebalan
perkerasan beton bertulang menerus hanya membutuhkan 85 % dari
ketebalan perkerasan beton bertulang bersambung.
C. Tebal Perkerasan Minimum
Dengan mengabaikan tebal perkerasan yang ditentukan dengan berdasarkan
tatacara uraian diatas, ketebalan minimum semua jenis perkerasan kaku yang akan
dilalaui kendaraan niaga tidak boleh kurang dari :
- 20 -
 Tebal perkerasan kaku tidak boleh kurang dari 150 mm.
 Kecuali perkerasan bersambung tidak bertulang tanpa ruji (dowel), tebal
minimum harus 200 mm.
 Ketebalan minimum juga berlaku utk perkerasan kaku dengan lapisan
permukaan aspal dengan mengabaikan tebal lapisan aspal yang ada.

CONTOH PERHITUNGAN (KAKU).(I).


Diketahui : Akan direncanakan tebal perkerasan kaku utk jalan baru dengan ketentuan :
 Peranan jalan : Jalan Arteri
 Tipe jalan : 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 B)
 Usia rencana : 20 thn
 Rencanakan jenis perkerasan : Kaku (rigid)
Data Yang tersedia :
 Tanah dasar : harga CBR rencana pada beberapa ttk yang mewakili : 2,5-2,5-2-3-
3-4-3-5-4-3-2-3,5-4-4-5.
 Kondisi iklim setempat :curah hujan rata-rata 750 mm/thn
 Kelandaian rata-rata : 6 %
 Jumlah LHR pada awal (LHR0):
Jenis kendaraan Volume Beban sumbu
(bh.kend.) Depan Belakang
Mobil penumpang 1400 1 1
Bus 450 3 5
Truk 10 ton 90 4 6
Truk 20 ton 45 6 2x7
 Angka pertumbuhan lalu-lintas : 6 %.

Penyelesaian :
1) Mutu Beton rencana : digunakan mutu beton kuat tekan 28 hari sebesar 350 kg/cm 2
f ‘ = 350 / 10,2 = 34 Mpa > 30 Mpa (minimum disarankan), dari rumus :
fr = 0,62 √ f ‘c (Mpa)
= 0,62 . √ 34 = 3,6 Mpa > 3,5 Mpa (ok)
2) Beban Lalu-Lintas Rencana :
a. Jumlah sumbu kendaraan Niaga :
Jenis Jumlah Beban sumbu (ton) Konfigurasi sumbu
Kendaraan Kendaraan Sumbu Depan Belakang Depan Belakang
Bus 450 900 3 5 STRT STRG
Truk 10 ton 90 180 4 6 STRT STRG
Truk 20 ton 45 90 6 14 STRT SGRG
Jumlah 585 1170
 Dari Rumus : Jumlah sumbu kendaraan Niaga :
JSKN = 365 x JSKNH x R
 Dari Rumus : dicari harga R :
1  i  n  1  1  0,06  20  1  37,876
R= e
log1  i  e
log1  0,06 

Maka : JSKN = 365 x 1170 x 37,876 = 16.174.945, 8 buah.


- 21 -
 Dari rumus : JSKN x % kombinasi terhadap JSKNH x Cd, dimana Cd : koef.
Distribusi (tabel), Cd = 0,4, diperoleh harga repetisi kumulatif dari tiap kombinasi
konfigurasi / beban sumbu pada lajur rencana (lihat tabel dibawah :).
b. Jumlah Repetisi Beban :
Konfigurasi Beban Persentase konfigurasi Jumlah repetisi
Sumbu Sumbu sumbu (%) selama usia
(ton) rencana
STRT 3 450 : 1170 = 38,46 24,88 x 105
STRT 4 90 : 1170 = 7,69 4,98 x 105
STRG 5 450 : 1170 = 38,64 24,88 x 105
STRT 6 45 : 1170 = 3,85 2,49 x 105
STRG 6 90 : 1170 = 7,69 4,98 x 105
SGRG 14 45 : 1170 = 3,85 2,49 x 105
3) Kekuatan Tanah Dasar ; mencari harga CBR yang mewakili :
CBR Jumlah yg sama atau lebih Persen (%) yg sama atau lebih besar
besar
2 15 15/15 x 100 100,00
2,5 13 13/15 x 100 86,67
3 11 11/15 x 100 73,33
3,5 7 7/15 x 100 46,67
4 6 6/15 x 100 40,00
5 2 2/15 x 100 13,33

100
90

80

70

60

50

40

30

20

10

0 2 2,4 3 4 5
Dari data tanah diperoleh nilai CBR yang mewakili = 2,40 %
Dari grafik Modulus reaksi tanah dasar K (kPa/mm) dimana korelasi hubungan antara
nilai K dan CBR diperoleh K = 22 kPa/mm untuk CBR = 2,40 %.
4) KEKUATAN PELAT BETON (TEBAL = 18 CM).
Sebagai langkah awal diperkirakan tebal pelat beton (rencana dengan dowel) = 180 mm
> 150 mm (minimum yg disyaratkan).
Bantuan grafik: 10, 11, dan 12 (pada lampiran perkerasan) diperiksa estimasi tebal pelat
cukup atau tidak, dari jumlah persentase fatigue yang terjadi (disyaratkan ≤ 100 %)
- 22 -
Konfigurasi Beban Beban Repetisi Tegangan Perbandingan Jumlah Persentase
Sumbu Sumbu Rencana Beban Yg terjadi Tegangan Repetisi Fatigue
(ton) FK= 1,1 (105) (Mpa) Beban (%)
yg
Diijinkan
1 2 3 4 5 6 7 8
STRT 3 3,3 24,88-- -- -- --
STRT 4 4,4 4,98
1,65 -- -- --
STRG 5 5,5 24,88
1,45 -- -- --
STRT 6 6,6 2,49
2,25 0,625 16.000 1.556
STRG 6 6,6 4,98
1,80 -- -- --
SGRG 14 15,4 2,49
2,30 0,640 11.000 2.264
Jumlah 3.820.
Dengan tebal pelat = 18 cm, ternyata jumlah fatigue yang terjadi :
> 100 %, maka perhitungan harus diulang dengan menambah tebal pelat menjadi = 20
cm (dicoba).
Keterangan tabel perhitungan :
Kolom 3 : kolom 2 dikali Fk (diambil dari tabel faktor keamanan) jalan arteri.
Kolom 5 : dari grafik NAASRA (pada lampiran perkerasan) dengan nilai K = 22 kPa/mm
Kolom 6 : kolom 5 dibagi dengan fr
Kolom 7 : dari tabel perbandingan tegangan (tabel 7.16)
Kolom 8 : kolom 4 dibagi dengan kolom 7 dikalikan 100.
5. KEKUATAN PELAT BETON (TEBAL = 20 CM)
Koef. Beban Beban Repetisi Tegangan Perbandingan Jumlah Persentase
Sumbu Sumbu Rencana Beban Yg terjadi Tegangan Repetisi Fatigue
(ton) FK= 1,1 (105) (Mpa) Beban yg (%)
Diijinkan
1 2 3 4 5 6 7 8
STRT 3 3,3 24,88 -- -- -- --
STRT 4 4,4 4,98 1,40 -- -- --
STRG 5 5,5 24,88 1,40 -- -- --
STRT 6 6,6 2,49 1,88 0,520 300.000 83
STRG 6 6,6 4,98 1,54 -- -- --
SGRG 14 15,4 2,49 1,65 -- -- --
Jumlah 83

Dengan tebal pelat = 20 cm, ternyata jumlah fatigue yang terjadi adalah : 83 < 100 %,
maka tebal pelat minimal = 20 cm (ok).
6. TATACARA PERENCANAAN PENULANGAN
Tujuan dasar distribusi penulangan baja adalah bukan untuk mencegah terjadinya
retak pada pelat beton tetapi untuk membatasi lebar retakan yang timbul pada
daerah dimana beban terkonsentrasi agar tidak terjadi pembelahan pelat pada
daerah retak tersebut sehingga kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan.
Banyaknya tulangan baja yang didistribusikan sesuai dengan kebutuhan untuk
keperluan ini yang ditentukan oleh jarak sambungan susut, dalam hal ini
dimungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah
sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan.
1) Kebutuhan Penulangan pd perkerasan bersambung tanpa tulangan :
- 23 -
Pada perkerasan bersambung tanpa tulangan, penulangan tetap dibutuhkan
untuk mengantisipasi atau meminimalkan retak pada tempat-tempat dimana
dimungkinkan terjadi konsentrasi tegangan yang tidak dapat dihindari .
Tipikal penggunaan penulangan khusus ini antara lain :
 Tambahan pelat tipis
 Sambungan yang tidak tepat
 Dan pelat kulah atau struktur lain
2) Penulangan, pada perkerasan bersambung dengan tulangan, luas tulangan pada
perkerasan ini dihitung dari persamaan sebagai berikut :
11,76 F .L.h 
As = fs

Dimana : As : luas tulangan yang diperlukan, (mm 2/m lebar)


F : Koef. Gesekan antara pelat beton dengan lapisan
Dibawahnya (tabel 7.17) tak berdimensi
L : jarak antara sambungan , (m)
h : tebal pelat, (mm).
fs : tegangan tarik baja ijin, (Mpa) ± 230 Mpa.
Catatan : As minimum menurut SNI’91, untuk segala keadaan dapat diambil As = 0,14%
dari luas penampang beton.
Tabel 7.17: Koef. Gesekan antara pelat beton dengan lapisan pondasi dibawahnya.
Jenis pondasi Faktor gesekan (F)
Burtu, Lapen dan konst. Sejenis 2,2
Aspal beton, LATASTON 1,8
Stabilisasi kapur 1,8
Stabilisasi Aspal 1,8
Stabilisasi semen 1,8
Koral Sungai 1,5
Batu pecah 1,5
Sirtu 1,2
Tanah 0,9

CONTOH PERHITUNGAN .(II)


Dari perhitungan soal didepan diperoleh tebal pelat = 20 cm
Akan direncanakan penulangan pelat beton untuk jenis perkerasan bersambung dengan
tulangan :
Data-data :
 Tebal pelat beton = 200 mm
 Lebar pelat = 10 m (untuk 3 lajur)
 Panjang pelat = 20 m (jarak antar sambungan).
Penyelesaian :
1. Tulangan memanjang :
11,76. F .L.h 
Dari rumus : As = fs
dari tabel → F = 1,2 (sirtu)
- 24 -
fs = 230 Mpa
11,76.1,2  20 200  
As =  245mm 2 / m lebar → As = 245 mm2/m lebar
230
Luas tulangan minimum As = 0,14 % (SNI’91)
As min. = 0,004 (200) (1.000) = 280 mm2 / m lebar
Digunakan tulangan ø 12 – 250 mm
As = 453 mm2/m lebar > 280 mm2/m lebar.
2. Tulangan melintang :
11,76.(1,2)(10)( 200)
As =  123 mm2 / m pias
230
Digunakan tulangan ø 16 – 600 mm
As = 335 mm2/m lebar.
3. Penulangan
Pada perkerasan Menerus Dengan Tulangan:
a. Penulangan Memanjang :
100. ft
Ps = ( fy  n. ft ) (1,3  0,2.F )

Dimana :
Ps ; persentase tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap penampang
beton, (%).
ft : Kuat tarik lentur beton yang digunakan = 0,4-0,5.fr (Mpa)
fy : tegangan leleh rencana baja (berdasarkan SNI’91, dimana fy < 400 Mpa –
BJTD40)
Es
n : angka ekivalen antara baja dan beton = tak berdimensi (lihat tabel
Ec
dibawah).
F : Koef. Gesekan antara pelat beton dengan lapisan dibawahnya, tak
berdimensi.
Es : modulus elastis baja (SNI”91, Es = 200.000 Mpa.)
Ec : modulus elastis beton (SNI”91, Ec = 4700 f 'c , (Mpa)
Tabel. Hub. antara Kuat Tekan beton dan angka ekivalen baja & beton (N) serta (fr).
f’c F’c N fr (rata-rata)
(kg/cm2) (Mpa) (Mpa)
115 11,3 13 2,2
120 – 135 11,8-13,2 12 2,2
140 - 165 13,7-16,2 11 2,4
170 - 200 16,7-19,6 10 2,6
205 - 250 20,1-24,5 9 2,9
260 - 320 25,5-31,4 8 3,3
330 - 425 32,4-41,7 7 3,7
450 44,1 6 4,1

Persentase minimum tulangan memanjang pada perkerasan beton menerus adalah 0,60
% dari luas penampang beton.
- 25 -
Jarak antara retakan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dapat dihitung
dengan persamaan :
ft 2
Ler =
n. p 2 .u. fb.( SEc  ft )

Dimana :
Ler = jarak teoritis antara retakan, dalam meter, jarak optimum antara 1 – 2 meter.
p = luas tulangan memanjang per satuan luas beban
fb = tegangan lekat antara tulangan dengan beton yang dikenal sebagai “lekat lentur”
dalam Mpa.
9,5
Tegangan lekat dasar = f ' c ≤ 800 Psi
d
Atau dalam SI unit :
0,79
Tegangan lekat dasar = f ' c ≤ 5,5 Mpa.
d
D = adalah diameter tulangan dalam cm.
Dimana :
S = koef. Susut beton, umumnya digunakan antara (0,0005-0,0006) untuk pelat
perkerasan jalan.
ft = kuat tarik lentur beton yang digunakan = 0,4 – 0,5 fr, Mpa.
n = angka ekivalen antara baja dan beton
u = keliling penampang tulangan per satuan luas tulangan
4
, dalam (m-1)
d
Ec = Modulus elastis beton
b. Penulangan Melintang
Luas tulangan melintang yang diperlukan pada perkerasan beton menerus, dihitung
dengan persamaan yang sama seperti pada perhitungan penulangan perkerasan
beton bersambung dengan tulangan.

CONTOH PERHITUNGAN (III)


Soal sama dengan contoh (II) diatas, akan direncanakan pelat beton untuk jenis
perkerasan menerus dengan tulangan.
Data-data :
 Tebal pelat beton = 20 cm
 Panjang pelat = 100 m
 Lebar pelat = 10 m (untuk 3 lajur).
 N = 7 , F = 1,2 , S = 0,0005
 fc’ = 34 Mpa, fr = 3,6 Mpa, dan fy = 340 Mpa.

Penyelesaian :
1) PERSENTASE TULANGAN MEMANJANG :
- 26 -
100. ft
Dari persamaan : Ps = ( fy  n. ft ) (1,3  0,2.F ) dimanan :

ft = 0,5 fr = 0,5 (3,6) = 1,80 Mpa


100(1,8)
Ps = 1,3  0,2.(1,2) = 0,580 % < 0,60 %
 340  7(1,8)
Luas tulangan minimum As = 0,6 % x luas penampang beton:
As min. = 0,006. (200).(1.000) = 1200 mm2/m lebar.
2) PEMERIKSAAN JARAK TEORITIS ANTARA RETAKAN:
Dicoba dengan tulangan ø 19 – 200 mm →As = 1418 mm 2
Pemeriksaan jarak teoritis antara retakan, dengan persamaan:
ft 2
Ler = , (diantara 1 – 2 m)
n. p 2 .u. fb.( SEc  ft )

ft = 0,5.fr = 0,5 (3,6) = 1,8 Mpa


0,79 0,97
fb = 1,9 fc '  34 = 2,42 Mpa,
1,9

Ec = 4700 fc '  4700 34 = 27,405 Mpa


1418
p = ( 200).(1.000)  0,0071

4
u = 0,019 = 210

(1,8) 2
Ler = = 1,52 m < 2 m (ok)
(7).(0,0071) 2 (210).( 2,42).  0,0005 27.405  1,8 
Jadi tulangan digunakan cukup ø 19 – 200 mm.
3) TULANGAN MELINTANG :
Tulangan melintang yang digunakan, dengan persamaan :
11,76.(1,2)(10)( 200)
As =  123 mm2 / m pias
230
Digunakan tulangan ø 16 – 600 mm
As = 335 mm2/m lebar.

7. SAMBUNGAN :
1) Jenis sambungan :
Sambungan dibuat atau ditempatkan pada perkerasan beton dimaksudkan
untuk menyiapkan tempat muai dan susut beton akibat terjadinya tegangan
yang disebabkan : perubahan lingkungan (suhu dan kelembaban), gesekan.
Sambungan pada perkerasan beton umumnya terdiri dari 3 jenis menurut
fungsinya :
 Sambungan susut, untuk mengalihkan tegangan tarik beton akibat :
suhu, kelembaban, gesekan, dan mencegah terjadinya keretakan acak
pada pelat beton.
- 27 -
 Sambungan muai, fungsinya untuk menyiapkan ruang muai pada
perkerasan, ini mencegah tegangan tekan yang menyebabkan
perkerasan tertekuk.
 Sambungan konstruksi (pelaksanaan), diperlukan untuk kebutuhan
konstruksi (berhenti dan mulai pengecoran).
2) Geometrik Sambungan :
 Jarak sambungan, berdasarkan SI unit jarak sambungan = 24 – 25 kali
tebal pelat
 Tata letak sambungan: sambungan serong atau acak (random)
akanmeminimalkan dampak kekasaran sambungan sehingga dapat
memperbaiki mutu pengendalian, keuntungan sambungan serong :
 Mengurangi lendutan dan tegangan pada sambungan, sehingga
menembah daya dukung beban pelat dan menambah usia pelat.
 Mengurangi dampak reaksi kendaraan pada saat melintasi
sambungan dan memberikan kenyamanan yang lebih baik.

SAMB. SERONG
TEPI LUAR 1-1,5 M
BAHU

LAJUR 1

TIE BAR LAJUR 2 TIE BAR


DOWEL SAMB. MEMANJANG
LAJUR 3
JARAK SAMB. MELINTANG TEPI DALAM

DOWEL TIE BAR

GAMBAR : TATA LETAK SAMBUNGAN PERKERASAN KAKU


 Dimensi Sambungan :
Biasanya kedalaman takikan sambungan susut melintang ¼ tebal pelat dan
sambungan memanjang 1/3 ketebalan pelat.

3) Dimensi Bahan Penutup Sambungan :


 Sambungan susut :
- 28 -
Pada umumnya dalam nya berbanding lebar berkisar antara 1 – 1,5, dengan
kedalaman minimum 9,5 mm (3/8 inci) untuk sambungan memanjang dan 12,5
mm (1/2 inci) untuk sambungan melintang.
Menurut AASHTO’86 : disyaratkan lebar bukaan ≤0,04 inci untuk sambungan
tanpa ruji (dowel)
Menurut Yoder & Witczak : lebar bukaan ≤ 0,04 inci untuk sambungan tanpa
dowel, lebar bukaan ≤ 0,25 inci untuk sambungan dengan dowel.
Menurut SKBI 2.3.28.1988 : lebar retakan minimum (mm) = 0,45 x panjang pelat
(m) umumnya lebar retakan yang diijinkan berkisar antara 1 – 3 mm, tetapi untuk
mempermudah pengisian bahan penutup, lebar bukaan pada bagian atas
diperlebar maks. 6 – 10 mm dengan kedalaman tidak lebih dari 20 mm, dan
semua sambungan susut melintang harus dipasang ruji (dowel). Untuk bahan
penutup “ Premoded “.
 Sambungan Muai, sambungan ini berdasarkan pengalaman, ini juga tergantung
bahan pengisi, pada umumnya dimensi nya akan lebih besar dari sambungan
susut.

 Sambungan Pelaksanaan, menurut AASHTO’86,

10 mm

¼h
Takikan h
Sambungan Susut Melintang tanpa Dowel

4) DOWEL (RUJI):

Dowel berupa batang baja tulangan polos maupun profil, yang digunakan sarana
penyambung/pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan
jalan:
Tabel : Ukuran dan Jarak batang dowel (ruji) disarankan :
TEBAL PELAT D O W E L
DIAMETER PANJANG JARAK
PERKERASAN
INCI MM INCI MM INCI MM INCI MM
6 150 ¾ 19 18 450 12 300
7 175 1 25 18 450 12 300
8 200 1 25 18 450 12 300
9 225 1¼ 32 18 450 12 300
10 250 1¼ 32 18 450 12 300
11 275 1¼ 32 18 450 12 300
12 300 1½ 38 18 450 12 300
13 325 1½ 38 18 450 12 300
14 350 1½ 38 18 450 12 300
- 29 -
Dowel berfungsi sebagai penyalur beban pada sambungan, yang dipasang
dengan separoh panjang terikat dan separoh diberikan pelumas agar bebas
bergeser.

Maks. = 20 mm 6 – 10 mm bahan penutup

¼h h/2

h d ½ Ld ½ Ld
h/2

Btg polos diminyaki/dicat


d = diameter batang dowel, Ld = panjang batang dowel
h = tebal pelat beton perkerasan
Gambar : Sambungan Susut Melintang dengan dowel.

Bahan Penutup 19 mm 50 mm 25 mm

¼h

½h
h
d ½h
Bahan pengisi/filler Btg polos diminyaki

½ Ld ½ Ld
d = diameter batang dowel, Ld = panjang batang dowel
h = tebal pelat beton perkerasan
Gambar : Sambungan Muai dengan dowel.

5. Batang Pengikat (Tie Bar)

Btg pengikat baja profil 6-10 mm


Bahan penutup
h/4
12 mm
d
- 30 -
h h/3
12 mm
50 mm

Lt/4 Lt/4

Lt = panjang batang pengikat (tie bar) dari baja tulangan


yang diprofilkan dapat dibengkokan dan diluruskan
kembali tanpa rusak, d = diameter tie bar, h = tebal
pelat perkerasan.

Gambar : Sambungan Pelaksanaan Memanjang dengan


lidah Alur dan Tie Bar (batang pengikat).

KEMAMPUAN YANG DIPEROLEH MAHASISWA

MODEL YANG DILAKUKAN KEMAMPUAN APA YANG BISA


No
BELAJAR MAHASISWA DIPEROLEH MAHASISWA

1 Small Group • membentuk kelompok (5-10)


Discussion • memilih bahan diskusi
• mepresentasikan paper dan
mendiskusikan di kelas

2 Simulasi • mempelajari dan menjalankan


suatu peran yang ditugaskan
kepadanya.
• atau mempraktekan/mencoba
berbagai model (komputer)
yang telah disiapkan.

3 Discovery • mencari, mengumpulkan, dan


Learning menyusun informasi yang ada
untuk mendeskripsikan suatu
pengetahuan.
- 31 -

KEMAMPUAN YANG DIPEROLEH MAHASISWA

MODEL YANG DILAKUKAN KEMAMPUAN APA YANG BISA


No
BELAJAR MAHASISWA DIPEROLEH MAHASISWA

4 Self-Directed • merencanakan kegiatan


Learning belajar, melaksanakan, dan
menilai pengalaman
belajarnya sendiri.

5 Cooperative • Membahas dan


Learning menyimpulkan masalah/
tugas yang diberikan dosen
secara berkelompok.

6 Collaborative • Bekerja sama dengan


Learning anggota kelompoknya dalam
mengerjakan tugas
• Membuat rancangan proses
dan bentuk penilaian
berdasarkan konsensus
kelompoknya sendiri.

KEMAMPUAN YANG DIPEROLEH MAHASISWA

MODEL YANG DILAKUKAN KEMAMPUAN APA YANG BISA


No
BELAJAR MAHASISWA DIPEROLEH MAHASISWA
7 Contextual • Membahas konsep (teori)
Instruction kaitannya dengan situasi nyata
• Melakukan studi lapang/ terjun di
dunia nyata untuk mempelajari
kesesuaian teori.

8 Project • Mengerjakan tugas ( berupa


Based proyek) yang telah dirancang
Learning secara sistematis.
• Menunjukan kinerja dan
mempertanggung jawabkan hasil
kerjanya di forum.
9 Problem • Belajar dengan menggali/
Based mencari informasi (inquiry) serta
Learning memanfaatkan informasi
tersebut untuk memecahkan
masalah faktual/ yang dirancang
oleh dosen .
- 32 -
MK : ………….......................................................... Sem: …… sks : ….
KOMPETENSI :………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………

(2) (3) (4) (5) (6)


(1) KEMAMPUAN KRITERIA BAHAN/ BENTUK BOBOT
MINGGU AKHIR YANG PENILAIAN SUBSTAN PEMBELA NILAI
KE DIHARAPKAN (INDIKATOR) SI KAJIAN JARAN (%)
(KOMPETENSI) (ATRIBUT Soft Skill)

FOCUS GRUP DISCUSSION


• Identifikasi semua kemanpuan yang akan
didapatkan mahasiswa/peserta pada 9 metode
pembelajaran SCL yang diberikan.
• Kemukakan alasan yang mendukung kenapa
kemanpuan tersebut bisa dicapai.
• Check kemanpuan yang sudah diberikan penila-
ian oleh Bapak/Ibu dan kira-kira berapa prosen-
tasinya menentukan kelulusan mahasiswa?
• Metode yang mana yang sering Anda aplikasikan
di dalam proses pembelajaran pada matakuliah
Anda. Apa kekurangan yang Anda identifikasi
(diwakili oleh presenter).
- 33 -

You might also like