You are on page 1of 51

PERSANDINGAN UU KUP

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


UNDANG-UNDANG MENGENAI KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN NOMOR 28 TAHUN 2007
Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007
BAB I
KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Pasal 1
Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan :


Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) yang telah
beberapa kali diubah dengan Undang-Undang :

diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan 2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. ( UU No 9 perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Tahun 1994 ) perpajakan.
2. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik 3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
tetap, dan bentuk badan lainnya. ( UU No 16 Tahun 2000 ) organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam 4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang

PRIMA TARGET TRAINING 1


PERSANDINGAN UU KUP

kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. ( UU No 16 Tahun 2000 ) memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
4. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud pada angka 3 5. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Barang Kena Pajak dan/atua penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
Nilai 1984 dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya perubahannya.
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang
memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. ( UU No 16 Tahun
2000)
5. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak 6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
perpajakannya. ( UU No 16 Tahun 2000 ) kewajiban perpajakannya.
6. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan 7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu
Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwim. ( UU No 16 Tahun 2000 ) jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.
7. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim kecuali bila Wajib Pajak 8. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim. ( UU No 16 Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Tahun 2000 )
8. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak. ( UU 9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
No 16 Tahun 2000 )
10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
9. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak menurut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. ( UU No 6 Tahun 1983 )
11. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
10. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
perundang-undangan perpajakan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
11. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa 12. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa
Pajak. (UU No 16 Tahun 2000) Pajak.

12. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun 13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Pajak atau Bagian Tahun Pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 ) Tahunn Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

13. Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk 14. Surat Setoran pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan

PRIMA TARGET TRAINING 2


PERSANDINGAN UU KUP

melalui Kantor Pos dan atau bank badan usaha milik Negara atau bank badan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh
usaha milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Menteri Keuangan.
Keuangan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
14. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan 15. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Nihil. ( UU No 16 Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
Tahun 2000 )
15. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang 16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
yang masih harus dibayar. ( UU No 16 Tahun 2000 ) jumlah pajak yang masih harus dibayar.

16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak 17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. ( UU No yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
16 Tahun 2000 ) 18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
17. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. ( UU 19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
No 16 Tahun 2000 ) menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 )
20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau
19. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. ( UU No 16 Tahun 2000 )
20. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan 21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 ) penagihan pajak.
21. Kredit pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat 22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh
dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat
pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahunn berjalan tidak atau
dikurangkan dari pajak yang terutang. ( UU No 16 Tahun 2000 ) kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut,
22. Kredit pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang
Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dikurangkan dari pajak yang terutang.
ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak 23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang
atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah
terutang. ( UU No 16 Tahun 2000 ) dikompensasikan, ang dikurangkan dari pajak yang terutang.

PRIMA TARGET TRAINING 3


PERSANDINGAN UU KUP

23. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang 24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan
tidak terikat oleh suatu hubungan kerja. ( UU No 9 Tahun 1994 ) yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
24. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, 25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. ( UU No kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
16 Tahun 2000 ) dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya
dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadisuatu tindak pidana di bidang
perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.
27. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana di bidang perpajakan.

25. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab 28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perpajakan. ( UU No 9 Tahun 1994 ) perundang-undangan perpajakan.

26. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk 29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir. ( UU No 16 keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
Tahun 2000 ) tersebut.

27. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai 30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya
termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya. ( UU No termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
9 Tahun 1994 )
28. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan 31. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang
terjadi serta menemukan tersangkanya. ( UU No 9 Tahun 1994 ) terjadi serta menemukan tersangkanya.
32. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik

PRIMA TARGET TRAINING 4


PERSANDINGAN UU KUP

untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
29. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan 33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan
tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat
surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan
Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar, Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi,
atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. ( UU No 16 Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Pembatalan Ketetapan
Tahun 2000 ) Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.

30. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap 34. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh
ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. ( UU No 9 Tahun 1994 ) pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

31. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap 35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding
Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. ( UU No 9 Tahun terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
1994)
36. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan
terhadap hal-hal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dapat diajukan gugatan.
37. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas
permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh
Direktur Jenderal Pajak terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari
badan peradilan pajak.
32. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat 38. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak untuk Wajib Pajak tertentu. (UU No 16 Tahun 2000) pajak untuk Wajib Pajak Tertentu.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal fasimili,
atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat,
keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung.
41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili,
atau dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat,
BAB II
keputusan, atau putusan diterima secara langsung.
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, SURAT PEMBERITAHUAN, DAN TATA CARA PEMBAYARAN
PAJAK 2. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

PRIMA TARGET TRAINING 5


PERSANDINGAN UU KUP

Pasal 2 Pasal 2

(1) Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal (1) Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. ( UU No 9 mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
Tahun 1994 ) meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
(2) Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan
(2) Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(3) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan :
(3) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan :
a. tempat pendaftaran dan/atau tempat pelaporan usaha selain yang
a. tempat pendaftaran dan atau tempat pelaporan usaha selain yang
ditetapkan pada ayat (1) dan ayat (2); dan/atau
ditetapkan dalam ayat (1) dan ayat (2); ( UU No 16 Tahun 2000 )
b. tempat pendaftaran pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
b. tempat pendaftaran pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal dan kantor Direktorat Jenderal Pajak
kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan, di samping tempat
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan, bagi
mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), bagi Wajib Pajak
Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu.
orang pribadi pengusaha tertentu. ( UU No 16 Tahun 2000 )

(4) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau (4) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, apabila Wajib Pajak atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan apabila Wajib Pajak atau
Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan atau ayat (2). ( UU No 16 Tahun 2000 ) dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (2).
(4a) Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib
Pajak dan/atau yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara
jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dimulai sejak saat Wajib Pajak
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif seusai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun
sebelumnya diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkannya
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
(5) Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata cara pendaftaran dan
pengukuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan (5) Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata cara pendaftaran dan
ayat (4) termasuk penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan Keputusan ayat (4) termausk penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
Direktur Jenderal Pajak ( UU No 16 Tahun 2000 ) pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan atau

PRIMA TARGET TRAINING 6


PERSANDINGAN UU KUP

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

(6) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak
apabila :
a. diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajib
Pajak dan/atau ahli warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan;
b. Wajib Pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan
usaha;
c. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia; atau
d. dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor
Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

(7) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan


keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 (dua
belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan diterima
secara lengkap.
(8) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak
dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
(9) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan
keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima
secara lengkap.
3. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 2A yang
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 2A
Masa Pajak sama dengan 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan kalender.
4. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

PRIMA TARGET TRAINING 7


PERSANDINGAN UU KUP

Pasal 3 Pasal 3
(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa (1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap,
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya
Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan. ( UU No 16 ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
Tahun 2000) dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
(1a) Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk (1a) Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa
Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
(1b) Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau
digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata
cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
(2) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (1a) harus (2) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a) mengambil
mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Direktur Jenderal Pajak. (UU No 16 Tahun 2000 ) Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(3) Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :
(3) Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :
a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lambat 20 (dua puluh) hari
akhir Masa Pajak;
setelah akhir Masa Pajak; ( UU No 16 Tahun 2000 )
b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunnan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
akhir Tahun Pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 )
c. untuk Surat Pemberitahuan Tahunnan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

(3a) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak
dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa.
(3b) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dan tata cara pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3a) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

PRIMA TARGET TRAINING 8


PERSANDINGAN UU KUP

(3c) Batas waktu dan tata cara pelaporan atas permohonan dan pemungutan pajak
yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan badan tertentu diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(4) Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memperpanjang (4) Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat
jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana Pemberitahuan Tahunnan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
dimaksud dalam ayat (3) huruf b untuk paling lama 6 (enam) bulan. ( UU No 16 (3) untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan
Tahun 2000 ) pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal
Pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
(5) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diajukan secara tertulis
(5) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus disertai dengan
disertai Surat Pernyataan mengenai penghitungan sementara pajak terutang
penghitungan sementara pajak yang terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan
dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak
Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak
yang terutang. ( UU No 6 Tahun 1983 )
yang terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasrkan Peraturan
Menteri Keuangan.
(5a) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu
(5a) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) atau batas waktu perpanjangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau batas waktu perpanjangan
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), diterbitkan Surat Teguran. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(4), dapat diterbitkan Surat Teguran.
(6) Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta keterangan dan atau dokumen yang
(6) Bentuk dan isi Surat Pemberitauan serta keterangan dan/atau dokumen yang
harus dilampirkan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
harus dilampirkan, dan cara yang digunakan untuk menyampaikan Surat
( UU No 16 Tahun 2000 ) Pemberitahuan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

(7) Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani (7) Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila :
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau tidak sepenuhnya dilampiri
a. Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani sebagaimana dimaksud pada
keterangan dan atau dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (6). ( UU No
ayat (1);
16 Tahun 2000 )
b. Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6);
c. Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3
(tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa pajak, bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah diutegur secara tertulis; atau
d. Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.

(7a) Apabila Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan sebagaimana


dimaksud pada ayat (7), Direktur Jenderal Pajak wajib memberitahukan
kepada Wajib Pajak.

PRIMA TARGET TRAINING 9


PERSANDINGAN UU KUP

(8) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah (8) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Wajib Pajak Pajak Penghasilan tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Wajib Pajak Penghasilan tertentu yang diatur dengan atau berdasarkan
Menteri Keuangan ( UU No 16 Tahun 2000 ) Peraturan Menteri Keuangan.

5. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


Pasal 4
Pasal 4
(1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan
(1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.
benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya. ( UU No 6 Tahun 1983 )
(2) Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh pengurus
(2) Dalam hal Wajib Pajak adalah badan, Surat Pemberitahuan harus atau direksi.
ditandatangani oleh pengurus atau direksi. (UU No 6 Tahun 1983)
(3) Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus
(3) Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan untuk mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa khusus
Wajib Pajak, harus dilampiri surat kuasa khusus. ( UU No 6 Tahun 1983 ) tersebut harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan.
(4) Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak (4) Surat Pemberitahuan Tahunnan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib
yang wajib melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan-keterangan lain yang berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan
diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. ( UU No 16 untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Tahun 2000 )
(4a) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud apda ayat (4) adalah laporan
keuangan dari masing-masing Wajib Pajak.
(4b) Dalam hal laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diaudit oleh
Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada Surat Pemberitahuan, Surat
Pemberitahuan dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga Surat
Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (7) huruf b.
(5) Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan diatur dengan (5) Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan diatur dengan
Keputusan Menteri Keuangan ( UU No 16 Tahun 2000 ) atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 5
Untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan, Direktur Jenderal Pajak dalam hal-hal
tertentu dapat menentukan tempat lain bukan tempat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1). ( UU No 6 Tahun 1983 )

6. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

PRIMA TARGET TRAINING 10


PERSANDINGAN UU KUP

Pasal 6 Pasal 6
(1) Surat Pemberitahuan yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke kantor (1) Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak ke kantor Direktorat
Direktorat Jenderal Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang Jenderal Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang ditunjuk dan
ditunjuk untuk itu, sedangkan untuk Surat Pemberitahuan Tahunan harus diberikan kepada Wajib pajak diberikan bukti penerimaan.
juga bukti penerimaan. ( UU No 6 Tahun 1983 )
(2) Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dikirimkan melalui pos dengan tanda
(2) Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dikirimkan melalui Kantor Pos secara bukti pengiriman surat atau dengan cara lain yang diatur dengan atau
tercatat atau dengan cara lain yang diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(3) Tanda bukti dan tanggal pengiriman surat untuk penyampaian Surat
(3) Tanda bukti dan tanggal pengiriman untuk penyampaian Surat Pemberitahuan Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggap sebagai tanda
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sepanjang Surat Pemberitahuan tersebut bukti dan tanggal penerimaan sepanjang Surat Pemberitahuan tersebut telah
telah lengkap dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan. ( UU No 16 lengkap.
Tahun 2000 )
7. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 7 Pasal 7

(1) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana (1) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan
Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenakan penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) (4), dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00 (lima
untuk Surat Pemberitahuan Masa dan sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya,
dan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan serta sebesar Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi.
(2) Pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (2) Pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada
tidak dilakukan terhadap Wajib Pajak tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan ayat (1) tidak dilakukan terhadap :
Menteri Keuangan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas.
c. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. Wajib pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum
dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

PRIMA TARGET TRAINING 11


PERSANDINGAN UU KUP

f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;


g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan; atau
h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

8. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


Pasal 8
Pasal 8
(1) Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan
(1) Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan
telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
(dua) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. ( UU (1a) Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
No 16 Tahun 2000 ) (1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan harus
disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunnan
(2) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan yang yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka kepadanya dikenakan sanksi sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas jumlah pajak yang jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran
kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan Surat Pemberitahuan itu. ( (satu) bulan.
UU No 6 Tahun 1983 )
(2a) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Masa yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah
pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan.

(3) Sekalipun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi sepanjang belum dilakukan (3) Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan
tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran
Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib
kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya
disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak
beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 (dua) kali jumlah pajak yang yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar
kurang dibayar. ( UU No 16 Tahun 2000 ) 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
(4) Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan

PRIMA TARGET TRAINING 12


PERSANDINGAN UU KUP

(4) Sekalipun jangka waktu pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak,
dalam ayat (1) telah berakhir, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan
menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan :
Pemberitahuan yang telah disampaikan, yang mengakibatkan :
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar; atau kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil; atau b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih
besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar; atau
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar. ( UU No 16 Tahun 2000 )
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil.

(5) Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan (5) Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
(4) beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) ayat (4) beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh
dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum persen) dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak
laporan tersendiri dimaksud disampaikan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan.

(6) Sekalipun jangka waktu pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud (6) Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah
dalam ayat (1) telah berakhir, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima ketetapan pajak, Surat
melakukan tindakan pemeriksaan, Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun
Pajak menerima Keputusan Keberatan atau Putusan Banding mengenai surat Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi
ketetapan pajak tahun pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda fiskal yang telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang
dari ketetapan pajak yang diajukan keberatan atau Keputusan Keberatan yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima
diajukan banding, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima Keputusan surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Keberatan atau Putusan Banding tersebut. ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali, dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
9. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 9 Pasal 9
(1) Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan (1) Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan
penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing- penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi
masing jenis pajak, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat
pajak atau Masa Pajak berakhir. ( UU No 16 Tahun 2000 ) terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.
(2) Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan (2) Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat
Tahunan harus dibayar lunas paling lambat tanggal dua puluh lima bulan ketiga Pemberitahuan Tahunnan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum

PRIMA TARGET TRAINING 13


PERSANDINGAN UU KUP

setelah Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak berakhir, sebelum Surat Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.
Pemberitahuan itu disampaikan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(2a) Apabila pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2a) Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(1), atau ayat (2) dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
penyetoran pajak, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per
persen) sebulan yang dihitung dari jatuh tempo pembayaran sampai dengan bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. ( UU tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
No 16 Tahun 2000 )
(2b) Atas pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunnan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunnan sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan penuh 1 (satu) bulan.
(3) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
(3) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan,
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,
bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
diterbitkan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(3a) Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu
pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang paling
lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(4) Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan
persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk
kekurangan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 12
(dua belas) bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

(4) Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan 10. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk
kekurangan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) paling lama 12
(dua belas) bulan, yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 )

Pasal 10 Pasal 10
(1) Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang di kas negara (1) Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan

PRIMA TARGET TRAINING 14


PERSANDINGAN UU KUP

melalui Kantor Pos dan atau bank badan usaha milik Negara atau bank badan menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran
usaha milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Keuangan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(1a) Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai
(2) Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporannya serta tata cara bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima
mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur dengan Keputusan Menteri pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi, yang
Keuangan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(2) Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporannya serta tata cara
mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
11. Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 11 Pasal 11

(1) Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud (1) Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dalam Pasal 17, Pasal 17B, atau Pasal 17C dikembalikan, namun apabila ternyata dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 17B, Pasal 17C, atau Pasal 17D dikembalikan,
Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langsung diperhitungkan untuk melunasi dengan ketentuan bahwa apabila ternyata Wajib Pajak mempunyai utang
terlebih dahulu utang pajak tersebut. ( UU No 16 Tahun 2000 ) pajak, langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak
tersebut.
(1a) Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat adanya Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan
Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan
Ketetapan Pajak, dan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, serta
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga dikembalikan kepada Wajib Pajak
dengan ketentuan jika ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.

(2) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (2) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian (1) dan ayat (1a) dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan
kelebihan pembayaran pajak sehubungan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak pengembalian kelebihan pembayaran pajak diterima sehubungan dengan
Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, atau sejak diterbitkannya Surat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud
Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B, atau sejak dalam Pasal 17 ayat (1), atau sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dan Pasal 17B,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C. ( UU No 16 Tahun 2000 ) atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C atau Pasal 17D, atau
sejak diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atau Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, atau sejak diterimanya Putusan Banding
atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan kelebihan pembayaran

PRIMA TARGET TRAINING 15


PERSANDINGAN UU KUP

pajak.
(3) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka
(3) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu
waktu 1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga sebesar 2%
1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan
(dua persen) per bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan
atas kelambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak, dihitung dari saat
pembayaran pajak, dihitung sejak batas waktu sebagaimana dimaksud pada
berlakunya batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sampai dengan saat
ayat (2) berakhir sampai dengan saat dilakukan pengembalian kelebihan.
dilakukan pembayaran kelebihan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(4) Tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur
(4) Tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
dengan Keputusan Menteri Keuangan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
BAB III
PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK 12. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 12 Pasal 12

(1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan (1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
adanya surat ketetapan pajak ( UU No 6 Tahun 1983 ) menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

(2) Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh (2) Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan
Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) peraturan perundang-undangan.

(3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti bahwa jumlah pajak yang (3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang
terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
benar, maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak terutang yang tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.
semestinya. ( UU No 16 Tahun 2000 ) 13. Ketentuan Pasal 13 diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (6)
sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 13 ( UU No 9 Tahun 1994 ) Pasal 13

(1) Dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat terutangnya pajak, atau (1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang dalam hal-hal sebagai Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam
berikut : hal-hal sebagai berikut :

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar; terutang tidak atau kurang dibayar;

b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
Surat Teguran; Surat Teguran;

PRIMA TARGET TRAINING 16


PERSANDINGAN UU KUP

c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 % ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
(nol persen); seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 tidak d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29
dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang. tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang
terutang; atau
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi administrasi Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah
berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk selama-lamanya dua puluh dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
empat bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
Ketetapan Pajak Kurang Bayar. sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(3) Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud (3) Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
berupa kenaikan sebesar : administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dibayar dalam satu Tahun Pajak; dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan; dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
d.
(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat (4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam
Pemberitahuan menjadi pasti menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan peraturan
perpajakan yang berlaku, apabila dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat perundang-undangan perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah saat terutangnya pajak atau
Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan pajak. berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak tidak
diterbitkan surat ketetapan pajak
(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

PRIMA TARGET TRAINING 17


PERSANDINGAN UU KUP

telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh
(5) Apabila jangka waktu sepuluh tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, apabila
lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak
administrasi berupa bunga sebesar 48 % (empat puluh delapan persen) dari jumlah pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan
sepuluh tahun tersebut dipidana, karena melakukan tindak pidana di bidang pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. (6) Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
14. Di antara Pasal 13 dan Pasal 14 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 13A yang
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 13A
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan atau menyampaikan Surat emberitahuan, tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak
dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh
Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran
jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang
ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
15. Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 14
Pasal 14
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; ( UU No a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
9 Tahun 1994 ) b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan akibat salah tulis dan/atau salah hitung;
pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung; ( UU
No 16 Tahun 2000 ) c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga; ( d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi
UU No 16 Tahun 2000 ) tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat
d. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak waktu;
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya tetapi tidak melaporkan
kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; ( UU

PRIMA TARGET TRAINING 18


PERSANDINGAN UU KUP

No 16 Tahun 2000 ) e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang
tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam
e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
membuat Faktur Pajak; ( UU No 16 Tahun 2000 ) perubahannya, selain :
f. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
membuat atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak huruf b Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
mengisi selengkapnya Faktur Pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 ) perubahannya; atau
2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau
g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(6a) Undang-Undang Pajak Pertabahan Nilai 1984 dan perubahannya.

(2) Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan (2) Surat Tagihan Pajak sebagaiana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kekuatan
hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 ) hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak.
(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak sebagaimana (3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak
dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk
empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau Bagian Tahun Pajak atau paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya
Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak. ( UU No 16 Tahun pajjak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
2000 ) sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak
(4) Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam (4) Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, huruf e, dan huruf f, masing-masing dikenakan sanksi administrasi ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f masing-masing, selain wajib menyetor
berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. ( UU No 16 pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2%
Tahun 2000 ) (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
(5) Terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat
Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran pajak sampai dengan tanggal
penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan.

PRIMA TARGET TRAINING 19


PERSANDINGAN UU KUP

(6) Tata cara penerbitan Surat Tagihan Pajak diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

16. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 15 Pasal 15

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Tambahan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sesudah saat pajak terutang, Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila ditemukan pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak
penambahan jumlah pajak yang terutang. ( UU No 16 Tahun 2000 ) yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
Tambahan, ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. ( UU No 9 Tahun 1994 )
(3) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan apabila Surat
(3) Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan berdasarkan
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan berdasarkan keterangan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat
tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam
Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
(4) Apabila jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (4) Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat
persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar,
setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun tersebut dipidana karena melakukan dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dipidana
tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana
memperoleh kekuatan hukum tetap. ( UU No 16 Tahun 2000 ) lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
(5) Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
17. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 16 ( UU No 16 Tahun 2000 )
Pasal 16
(1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
membetulkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan (1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jenderal Pajak
Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dapat membetulkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar, Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan

PRIMA TARGET TRAINING 20


PERSANDINGAN UU KUP

atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, yang dalam Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan
penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. ( Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
UU No 16 Tahun 2000 ) Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan
penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.

(2) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal (2) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
permohonan diterima, harus memberi keputusan atas permohonan pembetulan surat permohonan pembetulan diterima, harus memberi keputusan atas
yang diajukan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) telah lewat, Direktur
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka permohonan pembetulan (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat, tetapi
yang diajukan tersebut dianggap diterima. ( UU No 16 Tahun 2000 ) Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pembetulan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
(4) Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan
keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk
menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

Pasal 17 ( UU No 9 Tahun 1994 ) 18. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan menerbitkan Surat Ketetapan Pasal 17
Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar (1) Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat
daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak Ketetapan Pajak lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
seharusnya terutang. yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
(2) Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah
meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
(3) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih
dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak yang
telah ditetapkan.
19. Ketentuan Pasal 17A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 17 A ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 17A

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan (1) Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat

PRIMA TARGET TRAINING 21


PERSANDINGAN UU KUP

Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang
tidak ada pembayaran pajak. dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.
(2) Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Nihil diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
20. Ketentuan Pasal 17B diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 17B
Pasal 17B ( UU No 16 Tahun 2000 )
(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, selain permohonan pengembalian
pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana Pasal 17C dan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D, harus
dimaksud dalam Pasal 17C harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan surat permohonan diterima secara lengkap.
tertentu ditetapkan lain dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
(1a) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap Wajib
Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di
bidang perpajakan, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasrakan
Peraturan Menteri Keuangan.
(2) Apabila setelah melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar harus diterbitkan paling lama 1 (satu) bulan
setelah jangka waktu tersebut berakhir.
(3) Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan sebagaimana
(2) Apabila setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Direktur dimaksud pada ayat (2), kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengembalian 2% (dua persen) per bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu
kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan saat diterbitkan Surat
Bayar harus diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
waktu tersebut berakhir.
(4) Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan
(3) Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan dalam jangka sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) tidak dilanjutkan dengan penyidikan;
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka kepada Wajib Pajak diberikan dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan dengan penuntutan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung sejak berakhirnya jangka tindak pidana di bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan penyidikan dan
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sampai dengan saat diterbitkan Surat penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus bebas atau
Ketetapan Pajak Lebih Bayar. lepas dari segala tuntutan hukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, kepada Wajib Pajak yang
diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama
24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua

PRIMA TARGET TRAINING 22


PERSANDINGAN UU KUP

belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan saat
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
21. Ketentuan Pasal 17C diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 17C
Pasal 17C ( UU No 16 Tahun 2000 )
(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan
(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap
paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima untuk Pajak Penghasilan
untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan
dan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima untuk Pajak
diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.
Pertambahan Nilai.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan. a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali


tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama
3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

(3) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) (3) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

(4) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak (4) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan menerbitkan surat ketetapan pajak, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan menerbitkan surat ketetapan pajak
setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

(5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), (5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa
100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pembayaran pajak. kenaikan sebesar 100% (seratur persen) dari jumlah kekurangan pembayaran
pajak.

PRIMA TARGET TRAINING 23


PERSANDINGAN UU KUP

(6) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila :
a. terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
b. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis
pajak tertentu 2 (dua) Masa Pajak berturut-turut;
c. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis
pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau
d. terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunnan.

(7) Tata cara penetapan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
22. Di antara Pasal 17C dan Pasal 18 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 17D dan
Pasal 17E yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 17D
(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak yang memenuhi
persyaratan tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan
diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 (satu)
bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan
Nilai.
(2) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dapat diberikan
pengembalian
a. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan
jumlah tertentu;
c. Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih
bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau
d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih

PRIMA TARGET TRAINING 24


PERSANDINGAN UU KUP

bayar sampai dengan jumlah tertentu.

(3) Batasan jumlah peredaran usaha, jumlah penyerahan, dan jumlah lebih bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
(4) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menerbitkan surat ketetapan pajak
setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.
(5) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
jumlah pajak yang kurang dibayar ditambah dengan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen).
Pasal 17E
Orang pribadi yang bukan subjek dalam negeri yang melakukan pengembalian
Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang tidak dikonsumsi di daerah
pabean dapat diberikan pengembalian Pajak Pertambahan Nilai yang telah
BAB IV
dibayar, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
PENAGIHAN PAJAK
Keuangan.
23. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 18
Pasal 18
(1) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
(1) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan,
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah, merupakan dasar penagihan pajak. ( UU No 9 Tahun 1994 )
bertambah, merupakan dasar penagihan pajak.
(2) dihapus. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(2) Dihapus.

24. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


Pasal 19
Pasal 19 ( UU No 16 Tahun 2000 )
(1) Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak
(1) Apabila atas pajak yang terutang menurut Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan tambahan jumlah pajak
Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang
yang harus dibayar berdasarkan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat
Keberatan, atau Putusan Banding, pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau
jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang
kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu,
tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar

PRIMA TARGET TRAINING 25


PERSANDINGAN UU KUP

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal
untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya
pembayaran atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran
(2) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, dan bagian dari per bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(3) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan (3) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat
dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang sebagaimana dimaksud Pemberitahuan Tahunnan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang
dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, maka terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah
atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenakan bunga sebesar 2% (dua pajak yang sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut,
persen) sebulan yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan dikenai bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari saat
Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b sampai berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunnan
dengan tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut, dan bagian dari bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dan huruf c sampai
dihitung penuh 1 (satu) bulan. dengan tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
25. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 20
Pasal 20 ( UU No 16 Tahun 2000 )
(1) Atas jumlah pajak yang masih harus dibayar, yang berdasarkan Surat Tagihan
(1) Jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak
Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagaimana
9 ayat (3), ditagih dengan Surat Paksa. dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) dilaksanakan penagihan pajak
dengan Surat Paksa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penagihan (2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penagihan
seketika dan sekaligus dilakukan dalam hal : seketika dan sekaligus dilakukan apabila :
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
atau berniat untuk itu; atau berniat untuk itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia; perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, badan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha, atau
atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya,

PRIMA TARGET TRAINING 26


PERSANDINGAN UU KUP

atau melakukan perubahan bentuk lainnya; atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
d. badan usaha akan dibubarkan oleh Negara; atau d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan. terdapat tanda-tanda kepailitan.

(3) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan (3) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. peraturan perundang-undangan perpajakan.
26. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 21 Pasal 21

(1) Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak atas barang-barang milik (1) Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang
Penanggung Pajak. ( UU No 9 Tahun 1994 ) milik Penanggung Pajak.

(2) Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi (2) Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan
penagihan pajak. (UU No 16 Tahun 2000) biaya penagihan pajak.

(3) Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali (3) Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya,
terhadap : kecuali terhadap :

a. biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk
melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak bergerak; ( UU No 16 melelang suatu barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak;
Tahun 2000 ) b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; ( UU No dan/atau
16 Tahun 2000 ) c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan
c. biaya perkara, yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian penyelesaian suatu warisan.
suatu warisan. ( UU No 16 Tahun 2000 )

(3a) Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator,
likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan
dilarang membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit, pembubaran atau
likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum
menggunakan harta tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak
tersebut.

(4) Hak mendahulu itu hilang setelah lampau waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal (4) Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal
diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat

PRIMA TARGET TRAINING 27


PERSANDINGAN UU KUP

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, SUrat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali
harus dibayar bertambah, kecuali apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
tersebut, Surat Paksa untuk membayar itu diberitahukan secara resmi, atau
diberikan penundaan pembayaran. ( UU No 16 Tahun 2000 ) (5) Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut :

(5) Dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi, jangka waktu a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi
2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), dihitung sejak tanggal maka jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
pemberitahuan Surat Paksa, atau dalam hal diberikan penundaan pembayaran (4) dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau
jangka waktu 2 (dua) tahun tersebut ditambah dengan jangka waktu penundaan b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran
pembayaran.( UU No 16 Tahun 2000 ) pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dihitung sejak
batas akhir penundaan diberikan.

27. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 22 Pasal 22

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan (1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan,
biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima)
terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
Pajak atau Tahun Pajak yang bersangkutan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
(2) Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tertangguh serta Putusan Peninjauan Kembali.
apabila:
(2) Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh
a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa; ( UU No 9 Tahun 1994 ) apabila:
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak a. diterbitkan Surat Paksa;
langsung; ( UU No 9 Tahun 1994 )
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun
c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam tidak langsung;
Pasal 13 ayat (5) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4). ( UU No 16 Tahun 2000 ) c. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4); atau
d. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

28. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 23 ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 23

PRIMA TARGET TRAINING 28


PERSANDINGAN UU KUP

(1) dihapus. (1) Dihapus.


(2) Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap : (2) Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung pajak terhadap :
a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang; Pengumuman Lelang;
b. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;
c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan,
c. Keputusan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 yang selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak;
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keberatan yang dalam
d. Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 yang berkaitan dengan penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah
Surat Tagihan Pajak;hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya
(3) Dihapus dapat diajukan kepada badan peradilan pajak.

(3) Dihapus.

29. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 24 ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 24

Tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan besarnya penghapusan diatur Tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan besarnya penghapusan
dengan Keputusan Menteri Keuangan. diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
30. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

BAB V
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 25 Pasal 25
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak (1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal
atas suatu : ( UU No 9 Tahun 1994 ) Pajak atas suatu :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar; a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

PRIMA TARGET TRAINING 29


PERSANDINGAN UU KUP

e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh ketiga berdasarkan ketentuan


peraturan perundang-undangan perpajakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan


(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan
mengemukakan jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau
jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau
dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai
jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang
alasan yang menjadi dasar penghitungan.
jelas. ( UU No 9 Tahun 1994 )
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau
kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat pemungutan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila Wajib
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasannya

(3a) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.
(4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
(1), ayat (2), dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (3a) bukan merupakan surat keberatan
dipertimbangkan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) sehingga tidak dipertimbangkan.
(5) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh pejabat Direktorat Jenderal (5) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh pegawai Direktorat
Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman surat keberatan melalui pos Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk menerima surat keberatan atau tanda
tercatat menjadi tanda bukti penerimaan surat keberatan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) pengiriman surat keberatan melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau
melalui cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan menjadi tanda bukti penerimaan surat keberatan.
(6) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur
Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi (6) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan,
dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, pemotongan atau pemungutan pajak. ( Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal
UU No 9 Tahun 1994 ) yang menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan
atau pemungutan pajak..
(7) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak. ( UU No 9 Tahun 1994 ) (7) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah
pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai
dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan.
(8) Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak termasuk sebagai utang pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak termasuk sebagai utang pajak

PRIMA TARGET TRAINING 30


PERSANDINGAN UU KUP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (1a).

(9) Dalam hal Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari
jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang
telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
(10) Dalam Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi
berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) tidak dikenakan.
31. Ketentuan Pasal 26 sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 26 ( UU No 6 Tahun 1983 ) Pasal 26
(1) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak (1) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas
diajukan. keberatan yang diajukan.
(2) Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan (2) Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan
tambahan atau penjelasan tertulis. tambahan atau penjelasan tertuilis.
(3) Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan
(3) Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang yang masih harus dibayar.
terhutang. (4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak
(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajak yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b dan huruf d, Wajib
dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b dan huruf d, Wajib Pajak yang bersangkutan harus Pajak yang bersangkutan harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan
dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut. pajak tersebut.

(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lewat dan
Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang (5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud apda ayat (1) telah terlampaui
diajukan tersebut dianggap diterima. dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

32. Di antara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 26A yang
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 26A
(1) Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(2) Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), antara lain, mengatur tentang pemberian hak kepada Wajib Pajak
untuk hadir memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai

PRIMA TARGET TRAINING 31


PERSANDINGAN UU KUP

keberatannya.

(3) Apabila Wajib Pajak tidak menggunakan hak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), proses keberatan tetap dapat diselesaikan.
(4) Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi, atau
keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak diberikan pada saat
pemeriksaan, selain data dan informasi yang pada saat pemeriksaan belum
diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi,
atau keterangan lain dimaksud tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian
keberatannya.
33. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 27 Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan (1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam
Jenderal Pajak. ( UU No 9 Tahun 1994) Pasal 26 ayat (1).
(2) Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan tata usaha negara. ( (2) Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di
UU No 16 Tahun 2000 ) lingkungan peradilan tata usaha negara.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara tertulis dalam (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis
bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan
keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan tersebut. ( UU No 16 sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan Salinan Surat
Tahun 2000 ) Keputusan Keberatan tersebut.
(4) dihapus. ( UU No 16 Tahun 2000 ) (4) Dihapus.

(4a) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan permohonan
banding, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis
hal-hal menjadi dasar Surat Keputusan Keberatan yang diterbitkan.
(5) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan (5) Dihapus.
pelaksanaan penagihan pajak. ( UU No 9 Tahun 1994 )

(5b) Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5a) tidak termasuk sebagai utang pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (1a).
(5c) Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding
belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan Putusan Banding
diterbitkan.
(5d) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak

PRIMA TARGET TRAINING 32


PERSANDINGAN UU KUP

dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

(6) Badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan Pasal 23 ayat (2) (6) Badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dalam Pasal
diatur dengan undang-undang. ( UU No 16 Tahun 2000 ) 23 ayat (2) diatur dengan undang-undang.
34. Ketentuan Pasal 27A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 27A ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 27A
(1) Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau (1) Apabila pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan
seluruhnya, sepanjang utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama pajak
Pajak Kurang Bayar dan atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan telah yang masih harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Surat
dibayar yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihan Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat Ketetapan Pajak
persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak Lebih Bayar yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran
tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai pajak, kelebihan pembayaran dimaksud dikembalikan dengan ditambah
dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding. imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24
(dua puluh empat) bulan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran
yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali; atau
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.

(1a) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga diberikan atas
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan
Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak yang
dikabulkan sebagian atau seluruhnya menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak dengan ketentuan sebagai berikut :
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran
yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan

PRIMA TARGET TRAINING 33


PERSANDINGAN UU KUP

Ketetapan Pajak;

b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan, Surat
keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan
Pembatalan Ketetapan Pajak atau
c. untuk Surat Tagihan Pajak dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan
Ketetapan Pajak.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberikan atas
pembayaran lebih sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud dalam (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga diberikan atas
Pasal 14 ayat (4) dan atau bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) pembayaran lebih sanksi administrasi berupa denda sebagaimana
berdasarkan Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) dan/atau bunga sebagaimana
sebagai akibat diterbitkan Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) berdasarkan Surat Keputusan
menerima sebagian atau seluruh permohonan Wajib Pajak. Pengurangan Sanksi Adminsitrasi atau Surat Keputusan Penghapusan
Sanksi Administrasi sebagai akibat diterbitkan Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang
mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan Wajib Pajak.
(3) Tata cara penghitungan pengembalian kelebihan bayar dan pemberian imbalan
bunga diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. (3) Tata cara penghitungan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan
pemberian imbalan bunga diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
BAB VI
Menteri Keuangan.
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
35. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 28
Pasal 28
(1) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
dan Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan. ( UU No (1) Wajib Pajak orang pribadi yang melakuan kegiatan usaha atau pekerjaan
9 Tahun 1994 ) bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan.
(2) Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) tetapi wajib melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi (2) Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib melakukan pencatatan,
peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. ( UU No undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
16 Tahun 2000 ) menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang
pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

PRIMA TARGET TRAINING 34


PERSANDINGAN UU KUP

(3) Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan (3) Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan
memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
sebenarnya. ( UU No 6 Tahun 1983 ) yang sebenarnya.
(4) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan (4) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun menggunakan huruf Latin, angka Arag, satuan mata uang Rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) Keuangan.
(5) Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual (5) Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel
atau stelsel kas. ( UU No 16 Tahun 2000 ) akrual atau stelsel kas.
(6) Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat (6) Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 ) persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
(7) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang. ( UU No 16 Tahun 2000 ) (7) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian
(8) Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan. ( UU No
16 Tahun 2000 ) (8) Pembukan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri
(9) Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari data yang Keuangan.
dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, (9) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas yang
termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto
bersifat final. ( UU No 16 Tahun 2000 ) dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang
(10) Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan melakukan dikenai pajak yang bersifat final.
pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang tidak wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. ( UU No 16 Tahun 2000 ) (10) Dihapus.

(11) Buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan (11) Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
atau pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di tempat tinggal bagi Wajib Pajak orang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan
pribadi, atau di tempat kedudukan bagi Wajib Pajak badan. ( UU No 16 Tahun 2000 selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat
) tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak
badan.
(12) Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. ( UU No 16 Tahun 2000 ) (12) Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
36. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 29
Pasal 29

PRIMA TARGET TRAINING 35


PERSANDINGAN UU KUP

(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji (1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk mengujui
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. ( UU No 9 lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
Tahun 1994 ) perpajakan.
(2) Untuk keperluan pemeriksaan petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal (2) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda
pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta
memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa. ( UU No 16 Tahun 2000 ) memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
(3) Wajib Pajak yang diperiksa wajib : ( UU No 9 Tahun 1994 ) (3) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
yang terutang pajak; Pajak, atau objek pajak;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
c. memberikan keterangan yang diperlukan. dan/atau
c. memberikan keterangan lain yang diperlukan.

(3a) Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan keterangan lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak paling
lama 1 (satu) bulan sejak permintaan disampaikan.
(3b) Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) sehingga tidak dapat dihitung besarnya penghasilan kena pajak,
penghasilan kena pajak tersebut dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(4) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk (4) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk
untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). ( UU No 16 merahasiakannya, maka kewahiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh
Tahun 2000 ) permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
37. Di antara Pasal 29 dan Pasal 30 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 29A yang
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 29A
Terhadap Wajib Pajak badan yang pernyataan pendaftaran emisi sahamnya

PRIMA TARGET TRAINING 36


PERSANDINGAN UU KUP

telah dinyatakan efektif oleh badan pengawas pasar modal dan menyampaikan
Surat Pemberitahuan dengan dilampiri Laporan Keuangan yang telah diaudit
oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian yang :
a. Surat Pemberitahuan Wajib Pajak menyatakan lebih bayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17B; atau
b. terpilih untuk diperiksa berdasarkan analisis risiko
dapat dilakukan pemeriksaan melalui Pemeriksaan Kantor.
38. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 30 ( UU No 6 Tahun 1983 ) Pasal 30

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu, (1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau
bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak apabila Wajib
(3) huruf b. Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat
(3) huruf b.
(2) Tata cara penyegelan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.
39. Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 31 ( UU No 16 Tahun 2000 )
Pasal 31
Tata cara pemeriksaan diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
(1) Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

(2) Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di antaranya
mengatur tentang pemeriksaan ulang jangka waktu pemeriksaan, kewajiban
menyampaikan surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak,
dan hak Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
dalam batas waktu yang ditentukan.
(3) Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan Wajib Pajak tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) sehingga
penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan secara jabatan, Direktur
Jenderal Pajak wajib menyampaikan surat pemberitahuan hasil pemeriksaan
kepada Wajib Pajak dan memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk hadir
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang
ditentukan.
BAB VII
40. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
KETENTUAN KHUSUS

PRIMA TARGET TRAINING 37


PERSANDINGAN UU KUP

Pasal 32 Pasal 32
(1) Dalam menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menurut ketentuan peraturan (1) Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili, dalam hal : ( UU No 9 Tahun perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal :
1994 )
a. badan oleh pengurus; a. badan oleh pengurus;
b. badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang atau badan yang dibebani b. badan dan dinyatakan pailit oleh kurator;
untuk melakukan pemberesan;
c. badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk
c. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana
melakukan pemberesan;
wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya;
d. badan dalam likuidasi oleh likuidator;
d. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali
atau pengampunya. e. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya,
pelaksana wasiatnya atau yang mengurus peninggalannya; atau

f. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan
oleh wali atau pengampunya.

(2) Wakil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertanggungjawab secara pribadi dan
(2) Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertangagungjawab secara pribadi
atau secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat dan/atau renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat
membuktikan dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak, bahwa mereka dalam membuktikan dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam
kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab
pajak yang terutang tersebut. ( UU No 16 Tahun 2000 ) atas pajak yang terutang tersebut.
(3) Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa (3) Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa
khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menurut ketentuan khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan. ( UU No 9 Tahun 1994 ) ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(3a) Kuasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(3a) Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa sebagaimana
(4) Termasuk dalam pengertian pengurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
a adalah orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan Keuangan.
kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan. (
UU No 16 Tahun 2000 ) (4) Termasuk dalam pengertian pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a adalah orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut
menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam
menjalankan perusahaan.
41. Ketentuan Pasal 33 dihapus.

PRIMA TARGET TRAINING 38


PERSANDINGAN UU KUP

Pasal 33 ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 33


Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud Dihapus.
dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya
bertanggungjawab secara renteng atas pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat
menunjukkan bukti bahwa pajak telah dibayar 42. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 34
Pasal 34
(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu
(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan
atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perundang-undangan perpajakan.
perpajakan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga tenaga ahli yang
(2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu dalam pelaksanaan
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. ( UU No 16 Tahun 2000 )
(2a) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
(2a) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) adalah :
adalah : ( UU No 16 Tahun 2000 )
a. pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli
a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam dalam sidang pengadilan; atau
sidang pengadilan.
b. pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan Menteri Keuangan untuk
b. Pejabat dan tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada pihak lain memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang
keuangan negara.

(3) Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan berwenang memberi izin tertulis (3) Untuk kepentingan negara, Menteri Keuangan berwenang memberi izin tertulis
kepada pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan tenaga-tenaga ahli kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) supaya memberikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) supaya memberikan keterangan, keterangan dan memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak
memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang kepada pihak yang ditunjuk..
ditunjuknya. ( UU No 16 Tahun 2000 ) (4) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau
(4) Untuk kepentingan pemeriksaan di Pengadilan dalam perkara pidana atau perdata perdata, atas permintaan Hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan
atas permintaan Hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Hukum Acara Perdata, Menteri Keuangan dapat memberi izin tertulis kepada
Perdata, Menteri Keuangan dapat memberi izin tertulis untuk meminta kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana
pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis
dimaksud dalam ayat (2), bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya.
padanya. ( UU No 16 Tahun 2000 ) (5) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus menyebutkan
(5) Permintaan Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan
nama tersangka atau nama tergugat, keterangan-keterangan yang diminta serta antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan

PRIMA TARGET TRAINING 39


PERSANDINGAN UU KUP

kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.
yang diminta tersebut. ( UU No 9 Tahun 1994 )
43. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 35 ( UU No 9 Tahun 1994 ) Pasal 35

(1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan
diperlukan keterangan, atau bukti dari bank, akuntan publik, notaris, konsultan perpajakan diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan publik,
pajak, kantor administrasi, dan pihak ketiga lainnya, yang mempunyai hubungan notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan/atau pihak ketiga lainnya,
dengan Wajib Pajak yang diperiksa atau disidik, atas permintaan tertulis dari yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan
Direktur Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut wajib memberikan keterangan atau pajak, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan,
bukti yang diminta. atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut
wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta.
(2) Dalam hal pihak-pihak sebagaimana pada ayat (1) terikat oleh kewajiban
merahasiakan, untuk keperluan pemeriksaan atau penyidikan pajak, kewajiban (2) Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terikat oleh
merahasiakan tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank kewajiban merahasiakan kewajiban merahasiakan, untuk keperluan pemeriksaan, penagihan pajak,
ditiadakan atas perintah tertulis dari Menteri Keuangan. atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan
tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank, kewajiban merahasiakan ditiadakan
atas permintaan tertulis dari Menteri Keuangan.
(3) Tata cara permintaan keterangan atau bukti dari pihak-pihak yang terikat oleh
kewajiban merahasiakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
44. Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 35A yang
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 35A
(1) Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib
memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada
Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (2).
(2) Dalam hal data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mencukupi, Direktur Jenderal Pajak berwenang menghimpun data dan
informasi untuk kepentingan penerimaan negara yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
45. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 36
Pasal 36
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat : ( UU No 6 Tahun 1983 )
(1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak

PRIMA TARGET TRAINING 40


PERSANDINGAN UU KUP

a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, dapat :


denda, dan kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga,
karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut
b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar. dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak
benar;
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 14 yang tidak benar; atau
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak
dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa :
1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau
2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.

(1a) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan
huruf c hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali.
(1b) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d hanya dapat
diajukan oleh Wajib Pajak 1 (satu) kali.
(1c) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima,
harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan.
(1d) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1c) telah lewat
tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,
permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1c) telah
lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,
permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap
dikabulkan.
(1e) Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib
memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk
menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1c).
(2) Tata cara pengurangan, penghapusan, atau pembatalan utang pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.( UU No 16 (2) Ketentuan pelaksanaan ayat (1), ayat (1a), ayat (1b), ayat (1c), ayat (1d),
dan ayat (1e) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

PRIMA TARGET TRAINING 41


PERSANDINGAN UU KUP

Tahun 2000 ) Keuangan.


46. Ketentuan Pasal 36A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 36A ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 36A

Apabila petugas pajak dalam menghitung atau menetapkan pajak tidak sesuai dengan (1) Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau dengan sengaja menghitung
Undang-undang perpajakan yang berlaku sehingga merugikan negara, maka petugas atau menetapkan pajak tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang
pajak yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
perundang-undangan yang berlaku. undangan.
(2) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di
luar kewenangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, dapat diadukan ke unit internal Departemen Keuangan
yang berwenang melakukan pemeriksaan dan investigasi dan apabila terbukti
melakukannya dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan..
(3) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan
pemerasan dan pengancaman kepada Wajib Pajak untuk menguntungkan diri
sendiri secara melawan hukum diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
(4) Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara
melawan hukum dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, diancam dengan pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan perubahannya.
(5) Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana,
apabila dalam melaksanakan tugasnya didasarkan pada iktikad baik dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
47. Di antara Pasal 36A dan Pasal 37 disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal 36B,
Pasal 36C, dan Pasal 36D yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 36B
(1) Menteri Keuangan berkewajiban untuk membuat kode etik pegawai Direktorat
Jenderal Pajak.
(2) Pegawai Direktorat Jenderal Pajak wajib mematuhi kode etik pegawai
Direktorat Jenderal Pajak.
(3) Pengawasan pelaksanaan dan penampungan pengaduan pelanggaran kode etik
pegawai Direktorat Jenderal Pajak dilaksanakan oleh Komite Kode Etik yang

PRIMA TARGET TRAINING 42


PERSANDINGAN UU KUP

ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

Pasal 36C
Menteri Keuangan membentuk komite pengawas perpajakan, yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 36D
(1) Direktorat Jenderal Pajak dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja
tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara..
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
48. Di antara Pasal 37 dan Pasal 38 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 37A yang
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 37 ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 37A
Perubahan besarnya imbalan bunga dan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan (1) Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunnan
kenaikan, diatur dengan Peraturan Pemerintah Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak
yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini,
dapat diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa
bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(2) Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi administrasi atas
pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali
terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan
BAB VIII yang disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan lebih bayar.
KETENTUAN PIDANA
49. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 38 ( UU No 16 Tahun 2000 )
Pasal 38
Setiap orang yang karena kealpaannya :
Setiap orang yang karena kealpaannya :
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak

PRIMA TARGET TRAINING 43


PERSANDINGAN UU KUP

lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
50. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 39 ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 39
(1) Setiap orang yang dengan sengaja : (1) Setiap orang yang dengan sengaja :
a. tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau
hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; atau Pajak;
b. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib
c. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
tidak benar atau tidak lengkap; atau c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29; atau d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap;
e. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar; atau e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29;
f. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
lainnya; atau
atau dipalsukan seolah-olah benar, atua tidak menggambarkan keadaan
g. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,sehingga yang sebenarnya;
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen
lain;

h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar


pembukuan atau pencatatan ddan dokumen lain termausk hasil
pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau

PRIMA TARGET TRAINING 44


PERSANDINGAN UU KUP

i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana


dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilipatkan 2 (dua) apabila seseorang
melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, (2) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali
terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan. menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tinda
pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
(3) Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, (3) Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya tidak menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak
benar atau tidak lengkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dalam
atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling tinggi huruf b, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang
4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau kompensasi yang dilakukan isinya tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
oleh Wajib Pajak. huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan
kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi
atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah
restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan.
51. Di antara Pasal 39 dan Pasal 40 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 39A yang
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 39A
Setiap orang yang dengan sengaja :
a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan
pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak
berdasarkan transaksi yang sebenarnya; atau
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak

PRIMA TARGET TRAINING 45


PERSANDINGAN UU KUP

Pasal 40 ( UU No 6 Tahun 1983 ) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6
(enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur
Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu sepuluh pajak, bukti pemungutan pajak, baik pemotongan pajak, dan/atau bukti
tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur
Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak.
52. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 41 ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 41

(1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal (1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipidana dengan pidana kurungan paling hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah). paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah).
(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam (2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang
Pasal 34, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana
paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. (3) Penuntutan terhadap tinda pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiannya dilanggar.
53. Ketentuan Pasal 41A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 41A
Pasal 41A ( UU No 16 Tahun 2000 )
Setiap orang yang wajib memberikan keternagan atau bukti yang diminta
Setiap orang yang menurut Pasal 35 Undang-undang ini wajib memberi keterangan atau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberi
bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar
memberi keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).# banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
54. Ketentuan Pasal 41B diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 41B ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 41B

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulti penyidikan
pidana di bidang perpajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun tinda pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama
dan denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).# 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima
juta rupiah).
55. Di antara Pasal 41B dan Pasal 42 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 41C
yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 41C

PRIMA TARGET TRAINING 46


PERSANDINGAN UU KUP

(1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya
kewajiban pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat
(1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau
denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi yang
diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A
ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan
atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
(4) Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi
perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada negara dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 42 dihapus. ( UU No 9 Tahun 1994 )
56. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 43 ( UU No 9 Tahun 1994 )
Pasal 43
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan Pasal 39, berlaku juga bagi
wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak, yang menyeluruh melakukan, yang (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 39A, berlaku juga
turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak bagi wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh
pidana di bidang perpajakan. melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang
membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A dan Pasal 41B berlaku juga bagi
yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A dan Pasal 41B berlaku juga
tindak pidana di bidang perpajakan. bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
57. Sebelum Pasal 44 dalam BAB IX disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 43A yang
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 43A
(1) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan
berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
(2) Dalam hal terdapat indikasi tinda pidana di bidang perpajakan yang
menyangkut petugas Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan dapat
menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan Departemen Keuangan untuk
melakukan pemeriksaan bukti permulaan.

PRIMA TARGET TRAINING 47


PERSANDINGAN UU KUP

(3) Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur tindak pidana korupsi, pegawai
Direktorat Jenderal pajak yang tersangkut wajib diproses menurut ketentuan
hukum Tindak Pidana Korupsi.
(4) Tata cara pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
BAB IX
PENYIDIKAN 58. Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 44 ( UU No 16 Tahun 2000 ) Pasal 44

1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak diberi (1) Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dapat dilakukan oleh
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
bidang perpajakan, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang
Pidana yang berlaku. perpajakan.

2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar
atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan; sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atua badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan; sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan; pidana di bidang perpajakan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
terhadap bahan bukti tersebut;
bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
pada huruf e; identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang

PRIMA TARGET TRAINING 48


PERSANDINGAN UU KUP

perpajakan; perpajakan;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan menurut hukum yang bertanggungjawab. k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya


penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum
diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pasal 44A ( UU No 9 Tahun 1994 ) (4) Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), penyidik dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain.
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) menghentikan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf j dalam hal tidak terdapat cukup
bukti, atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan, atau
penyidikan dihentikan karena peristiwanya telah daluwarsa, atau tersangka meninggal 59. Ketentuan Pasal 44B diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
dunia. Pasal 44B
Pasal 44B ( UU No 16 Tahun 2000 ) (1) Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan,
(1) Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang
Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal
surat permintaan.
(2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi pajak yang tidak atau (2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana
kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan, ditambah dengan sanksi dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi utang
administrasi berupa denda sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya
dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan. dikembalikan dan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar
4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak
BAB X seharusnya dikembalikan.
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 45 ( UU No 6 Tahun 1983 )
Terhadap pajak-pajak yang terhutang pada suatu saat, untuk Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak yang berakhir sebelum saat berlakunya undang-undang ini,
tetap berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang lama, sampai

PRIMA TARGET TRAINING 49


PERSANDINGAN UU KUP

dengan tanggal 31 Desember 1988.


Pasal 46 ( UU No 6 Tahun 1983 )
Dengan berlakunya undang-undang ini semua peraturan pelaksanaan di bidang
perpajakan yang lama tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan undang-
undang ini.
Pasal 47 dihapus. ( UU No 9 Tahun 1994 )

Pasal 47A ( UU No 16 Tahun 2000 )


Terhadap semua hak dan kewajiban perpajakan yang belum diselesaikan, diberlakukan
ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 48 ( UU No 6 Tahun 1983 )
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang ini, diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 49 ( UU No 6 Tahun 1983 )
Ketentuan dalam undang-undang ini berlaku pula bagi undang-undang perpajakan
lainnya kecuali apabila ditentukan lain.

Pasal II
1. Terhadap semua hak dan kewajiban perpajakan Tahun Pajak 2001 sampai
dengan Tahun Pajak 2007 yang belum diselesaikan, diberlakukan ketentuan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagiamana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2000.
2. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, daluwarsa
penetapan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2007 dan
sebelumnya, selain penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
atau Pasal 15 ayat (4), berakhir paling lama pada akhir Tahun Pajak 2013.
3. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

PRIMA TARGET TRAINING 50


PERSANDINGAN UU KUP

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 17 Juli 2007
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG
Diundangkan di Jakarta YUDHOYONO
pada tanggal 17 Juli 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ANDI MATALATTA, SH, MH.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 85

PRIMA TARGET TRAINING 51

You might also like