You are on page 1of 23

Indra F.

Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadinya sehingga


kadang kala kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut. Perubahan tersebut
terjadi karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian canggihnya dan kian
cepatnya sehingga mau tidak mau kita juga terkena imbasnya. Dalam segala bidang, manusia
terus menerus mengalami perubahan karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang
sehingga cakrawala berpikir kita kian hari kian maju. Namun sebaliknya, imbas dari
perkembangan jaman itu sendiri tidak hanya bergerak kearah positif, tetapi juga menawarkan sisi
negatifnya kepada umat manusia karena sebenarnya perkembangan teknologi tersebut
seperti pedang bermata dua. Hanya tinggal kita yang diberi akal oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa ini memilih, mau ke arah yang benar atau salah demi mewujudkan keinginan kita.
Dalam tulisan ini penulis ingin membahas tentang prilaku aborsi, bayi tabung dan
keluarga berencana, dimana hal tersebut akan kami kaji dalam ruang pandangan Hukum Islam.
Seperti yang kita ketahui bahwa hal ini dapat saja terjadi dan dilakukan oleh wanita usia subur,
dimana kita tahu bahwa wanita usia subur (WUS) terdiri dari remaja, dan wanita dewasa baik
yang menikah maupun belum menikah.

Islam sangat menutamakan dan menghargai eksistensi manusia. Oleh karena itu, Allah
sangat murka apabila manusia bersikap menghancurkan manusia lain tanpa dasar aturan-Nya.
Perilaku manusia seperti aborsi, membunuh, asusila, dan pelanggaran hak asasi manusia
merupakan tindakan yang melecehkan eksistensi manusia yang sesungguhnya telah dimuliakan
oleh Allah. Begitu pula halnya dengan bayi tabung dan keluarga berencana yang kerap terjadi
dalam suatu permasalahan keluarga. Untuk mengenali hal tersebut sehingga kita mampu
membentengi diri, marilah kita bersama-sama menganalisisnya dalam pembahasan kali ini.

1
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah kami paprkan maka dapat kami peroleh rumusan
sebagai brikut :

1. Bagaimana Pandangan Islam tentang hukum aborsi

2. Bagaimana Pandangan Islam tentang hukum Bayi tabung

3. Bagaimana Pandangan Islam tentang hukum Keluarga berencana ( KB)

C. Maksud dan Tujuan

1. Memberikan Informasi tentang hukum islam terhadap Aborsi, Bayi Tabung dan
Keluarga Berencana (KB).

2. Memdidik mahasiswa untuk mampu berpikir dan bekerja secara ilmiah.

2
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Aborsi

Aborsi oleh banyak peneliti dan insitut di bidang kesehatan serta lembaga hukum
memiliki pengertian yang berbeda-beda. Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s
Health oleh Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi
didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi
dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu. Di Indonesia, belum ada
batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu
dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan
sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan
sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi
diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik
itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum
bulan ke empat masa kehamilan).

Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam
keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan
medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu. Dengan
demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk menyelamatkan
ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan
membingungkan masyarakat dan kalangan medis.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi


dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 - 349. Bahkan
pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang
yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.

3
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi Spontan / Alamiah


2. Aborsi Buatan / Sengaja
3. Aborsi Terapeutik / Medis

Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan


karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan
Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana
aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Aborsi terapeutik / medis adalah
pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu
yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang
parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini
semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. Sedangkan tindakan aborsi
itu sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Aborsi dilakukan sendiri


2. Aborsi dilakukan orang lain
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang
membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin
menggugurkan janin.

Aborsi dilakukan orang lain, orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak.
Cara-cara yang digunakan juga beragam.
Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam
5 tahapan, yaitu:
1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan
2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
4
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di
tanah kosong, atau dibakar di tungku

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan
obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam
kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang
diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan
apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi.Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik


2. Resiko gangguan psikologis

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan
dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh
Brian Clowes, Phd yaitu:

1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat


2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

5
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap
keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion
Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

B. Bayi Tabung ( Inseminasi )


Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation) adalah
sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung
adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak
berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel
telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Istilah ini tidak
berarti bayi yang terbentuk di dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk
membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang” pembuahan “ sel telur wanita
oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan
alat yang disebut "laparoscop" ( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itu
kemudian diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan dipertemukan dengan sperma dari
suami wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut, kemudian
hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk kemudian mengalami masa
kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa. Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise

6
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan
Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini
telah menjadi metode yang membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat
kelainan pada organ reproduksi anak pada wanita. Sedangkan di Indonesia, bayi tabung pertama
bernama Nugroho Karyanto lahir pada tanggal 2 Mei 1988 di Rumah Sakit Anak dan Bersalin
Harapan Kita Jakarta oleh tim dokter yang dipimpin oleh Prof Dr dr Sudraji Sumapraja SpOG.
Secara umum proses pembentukan bayi tabung dapat dilakukandengan berbagai cara
yaitu :
• Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami – istri dari pembuahan bakal anak.
Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan
perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi. Dengan
demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam
tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini,
maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran
di bidang pro-kreasi manusia.
• Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.
Bila ada kemungkinan bahwa benih dari suami – istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim
sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan – alasan lain. Dalam kasus ini, maka
diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam
perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua
pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat
besar. Suami – istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan
hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga
kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang
pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.
• Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Biasanya masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa
sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa
benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.
7
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain.
Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain
sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu
orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga,
apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak
masalah lain lagi yang bisa muncul.
• Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank – bank sperma. Pasangan
yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank – bank tersebut. Bahkan orang bisa
menjual – belikan benih – benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari
seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma
adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan
memperdagangkannya seolah – olah benih manusia itu suatu benda ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non – komersial. Sementara itu bank –
bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan
artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data
mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak
diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.

C. Keluarga Berencana

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran." Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah
keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya. Jumlah anak dalam
sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun
akhir 1970'an.

8
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01

BAB III
PEMBAHASAN

A. Aborsi Dalam Sudut Pandang Agama Islam

Menurut Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) dalam komisi fatwa yang ditetapkan pada
tanggal 21 Mei 2005. Dewan pimpinan majelis ulama memfatwakan sebagai berikut:

1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu
(nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.
a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilah yang membolehkan aborsi
adalah:
1. Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut,
TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus
ditetapkan oleh Tim Dokter.
2. Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.
b. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi
adalah:
1. Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir
kelak sulit disembuhkan.
2. Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang
yang didalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.
c. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum janin
berusia 40 hari.
3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.

Selain itu kami juga akan membahas hal ini dari segi dan sudut pandang yang berbeda
untuk menggambarkan pemahaman lebih lanjut mengenai aborsi dan agama. Umat Islam
percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama bagi kehidupan manusia.
9
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
Allah berfirman: “Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala
sesuatu.” (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran
mengajarkan semua umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh
dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin
dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi
orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan,berikut diantaranya.
• Pertama: Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam
Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya
Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70).
• Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak
yang sangat besar. Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang
memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32).
• Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang
cukup atau takut akan kekurangan uang.Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa
karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia
merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-
Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan
kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31).
• Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah
Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan tujuan
menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah
10
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
“abortus provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal – tindakan yang melawan
Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat
keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah:
dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau
diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk
mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36).
• Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita masih
sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-Quran menyatakan:”Dia
lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih
dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang
dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.
• Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap janin
yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan manusia dari tanah,
kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara
kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam
rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu
dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya
janin dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk
mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa.
• Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus
hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan. Hamil diluar nikah
berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan
tetapi Nabi Muhammad SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak
memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya:
Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan
Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya
dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku
seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika
kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika wanita itu melahirkan datang
bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi,

11
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap
janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.

Ada berbagai pendapat ulama Islam mengenai masalah aborsi ini. Sebagian berpendapat
bahwa aborsi yang dilakukan sebelum 120 hari hukumnya haram dan sebagian lagi berpendapat
boleh. Batasan 120 hari dipakai sebagai tolok ukur boleh-tidaknya aborsi dilakukan mengingat
sebelum 120 hari janin belum ditiupkan ruhnya yang berarti belum bernyawa. Dari ulama yang
berpendapat boleh beralasan jika setelah didiagnosis oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan
ternyata apabila kehamilan diteruskan maka akan membahayakan keselamatan ibu, maka aborsi
diperbolehkan. Bahkan bisa menjadi wajib jika memang tidak ada alternatif lain selain aborsi.
Dengan demikian, apabila dari sudut pandang agama saja aborsi diperbolehkan dengan alasan
kuat seperti indikasi medis, maka kami berpendapat bahwa sudah sepatutnyalah apabila landasan
hukum yang menjelaskan tentang aborsi diperkuat sehingga tidak ada keraguan dan kecemasan
pada tenaga kesehatan yang berkompeten melakukannya.

B. Bayi Tabung Dalam Sudut Pandang Islam

Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan Pimpinan Majelis
Ulama Indonesia memfatwakan sbb :

1. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidahkaidah agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya
dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd
az-zari’ah ( ), sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya
dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang
mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah ( ), sebab hal ini akan
menimbulkan masala~ yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun
dalam kaitannya dengan hal kewarisan.

12
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri yang sah
hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis
di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah ( ), yaitu
untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

Menurut salah satu putusan fatwa ulama Saudi Arabia, disebutkan bahwa Alim ulama di lembaga
riset pembahasan ilmiyah, fatwa, dakwah dan bimbingan Islam di Kerajaan Saudi Arabia telah
mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi tabung. Karena praktek tersebut akan menyebabkan
terbukanya aurat, tersentuhnya kemaluan dan terjamahnya rahim. Kendatipun mani yang
disuntikkan ke rahim wanita tersebut adalah mani suaminya. Menurut pendapat saya, hendaknya
seseorang ridha dengan keputusan Allah Ta’ala, sebab Dia-lah yang berfirman dalam kitab-Nya:

Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. (QS. 42:50)

Namun demikian ada fatwa lain yang dikeluarkan oleh majelis Mujamma’ Fiqih Islami.
Majelis ini menetapkan sebagai berikut:

Pertama: Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat
mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta perkara-perkara lain yang
dikecam oleh syariat.

1. Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang
bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari
pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
3. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung
persemaian benih mereka tersebut.
4. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
5. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan
istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
13
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
Kedua: Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan dan setelah
memastikan keamanan dan keselamatan yang harus dilakukan, sebagai berikut:

2. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian
disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
3. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau
langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.

Secara umum beberapa perkara yang sangat perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah
aurat vital si wanita harus tetap terjaga (tertutup) demikian juga kemungkinan kegagalan proses
operasi persemaian sperma dan indung telur itu sangat perlu diperhitungkan. Demikian pula perlu
diantisipasi kemungkinan terjadinya pelanggaran amanah dari orang-orang yang lemah iman di
rumah-rumah sakit yang dengan sengaja mengganti sperma ataupun indung telur supaya operasi
tersebut berhasil demi mendapatkan materi dunia. Oleh sebab itu dalam melakukannya perlu
kewaspadaan yang ekstra ketat. Wallahu a’lam. Silakan lihat Mujamma’ Fiqih hal 34. Sementara
itu Syaikh Nashiruddin Al-Albani berpendapat lain, beliau berpendapat sbb : “Tidak boleh,
karena proses pengambilan mani (sel telur wanita) tersebut berkonsekuensi minimalnya sang
dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain (bukan istri
sendiri) hukumnya adalah haram menurut pandangan syariat, sehingga tidak boleh dilakukan
kecuali dalam keadaan darurat. Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang
mengharuskan seorang lelaki memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini.
Bahkan terkadang berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut, dan ini pun
tidak boleh.

Lebih dari itu, menempuh cara ini merupakan sikap taklid terhadap peradaban orang-
orang Barat (kaum kuffar) dalam perkara yang mereka minati atau (sebaliknya) mereka hindari.
Seseorang yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki
oleh Allah berupa anak dengan cara alami (yang dianjurkan syariat), berarti dia tidak ridha
dengan takdir dan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Jikalau saja Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing kaum muslimin untuk mencari
rizki berupa usaha dan harta dengan cara yang halal, maka lebih-lebih lagi tentunya Rasulullah

14
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing mereka untuk menempuh cara
yang sesuai dengan syariat (halal) dalam mendapatkan anak.” (Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah
hal. 288).

C. Keluarga Berencana Dalam Sudut Pandang Agama Islam

Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), seperti dimuat Harian Republika, sbb:

• KB adalah ikhtiar manusia untuk mengatur kehamilan dalam keluarga secara tidak
melawan hukum agama demi mendapat kesejahteraan keluarga dan bangsa.
• Islam membenarkan KB untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, menciptakan anak yang
sehat, cerdas, dan shaleh.
• KB harus didasarkan atas kesadaran dan sukarela dengan mempertimbangkan faktor
agama dan adat istiadat.
• Penggunaan kontrasepsi tidak dipaksakan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam,
serta harus berdasar kesepakatan suami-istri.
• Kontrasepsi dalam rahim dibenarkan jika pemasangan dilakukan oleh tenaga medis
wanita. Jika tenaga medisnya pria, harus didampingi sang suami.
• Aborsi dengan cara apapun haram karena merupakan pembunuhan terselubung yang
dilarang Islam, kecuali untuk menyelamatkan jiwa ibu. Vasektomi dan tubektomi juga
dilarang.

MUI Pusat Hasil Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia III 1430H/2009M pada
tanggal 24-26 Januari 2009 di Padang Panjang, menfatwa hukum penggunaan vasektomi sebagai
alat kontrasepsi kb (keluarga berencana) :

Vasektomi sebagai alat kontrasepsi KB sekarang ini dilakukan dengan memotong saluran
sperma. Hal itu berakibat terjadinya kemandulan tetap.
Upaya rekanalisasi (penyambungan kembali) tidak menjamin pulihnya tingkat kesuburan
kembali yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia memutuskan praktek vasektomi
hukumnya haram.
15
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
Sedangkan ulama lainnya seperti Muktamar Majlis Tarjih Muhammadiyah dengan
berdasar kepada kajian berikut ini:

1. Firman Allah

QS. An-Nahl : 72 :
walla-hu ja'ala lakum min anfusikum azwa-jan wa ja'ala lakum min azwa-jikum bani-
na wa khafadzatan warazaqakum minaththayyiba-ti afabil ba-thili yu'minu-na
wabini'matilla-hi hum yakfuru-n

"Dan Allah telah menjadikan bagimu beberapa jodoh darikamu dan telah menjadikan
bagimu anak-anak dan cucu-cucu dari perjodohanmu serta memberikan kamu rizki yang
baik-baik. Ap[akah mereka percaya (menggunakan) kepada barang-barang yang batal
sedang dengan keni'matan Allah mereka sama inkar ?" QS. an-Nahl : 72

2. Sabda Rasulullah s.a.w.


Al-hadi-tsu 'an Anas : tazawwajul walu-da alwadu-da inni- muka-tsiru bikumul
anbiya-a yaumal qiya-mati (rawa-hu Ahmad wa sahhahahu Ibnu Hibban wa lahu sya-
hidun inda Abi Da-wuda wan Nasai, wa Ibnu Hibban aidzan min hadi-tsi Ma'qilibni
Yasar

"Dari Anas r.a. Nabi s.a.w. bersabda : Nikahlahkamu kepada wanita yang berbakat
banyak anak dan yang penyayang; sesungguhnya aku merasa bangga akan banyaknya
jumlahmu terhadap para nabi kelak di Hari Qiyamat." (HR. Ahmad dan dishahihkan Ibnu
Hibban. Dan kesaksian hadits ini ada pada Abu Dawud. Nasai dan Ibnu Hibban juga dari
Ma'qil bin Yasar).

Alhadi-ts : innaka an tadzara waratsataka aghniya-a khairun min antadzarahum 'a-


latan yatakaffafu-nan-na-s (muttafaqun 'alaihi)

16
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
"Dan Hadits bahwasanya lebih baik kamju tinggalkan ahli waritsmu dalam keadaan kaya
dari pada kamu tinggalkan mereka yang menjadi beban yang meminta-minta kepada
orang banyak" (HR. Bukhari dan Muslim)

Al-Hadits : 'an Abi- Hurairata qa-la : qa-la Rasu-lulla-hi s.a.w. almu'minul qawiyyu
khairun wa ahabbu ila Alla-hi minal mu'minidz-dza'i-f (akhrajahu Muslim)

"Hadits dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : Orang mukmin
yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin yang lemah"
(dikeluarkan oleh Muslim).

Bahwa menurut ajaran Islam, maksud perkawinan itu antara lain untuk
memperoleh keturunan, Islam mengajarkan untuk memperbanyak keturunan bahkan
Islam menganjurkan agar kehidupan anak jangan sampai terlantar sehingga menjadi
beban tanggungan orang lain. Sehingga Ia menfatwakan bahwa:
1. Mencegah kehamilan adalah berlawanan dengan ajaran agama Islam.
Demikianlah pula keluarga berencana yang dilaksanakan dengan pencegahan
kehamilan.
2. Dalam keadaan darurat dibolehkan sekedar perlu dengan syarat persetujuan
suami-isteri dan tidak mendatangkan mudzarat jasmani dan rohani.

BAB IV
PENUTUP

Simpulan
17
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01

Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa :

1. Aborsi

Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (sebelum usia 28 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan jiwa
ibu hamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena sang ibu tidak menghendaki
kehamilan itu.

Saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat Indonesia,


namun terlepas dari kontorversi tersebut, aborsi diindikasikan merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia.

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi Spontan / Alamiah, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi


secara alami, tanpa intervensi tindakan medis.

2. Aborsi Buatan / Sengaja, yaitu pengakhiran kehamilan sebelum usia


kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari
oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun
beranak).

3. Aborsi Terapeutik / Medis, yaitu pengguguran kandungan buatan yang


dilakukan atas indikasi medik.

Aborsi dalam sudut pandang agama islam :

18
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
Menurut Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) dalam komisi fatwa yang ditetapkan
pada tanggal 21 Mei 2005. Dewan pimpinan majelis ulama memfatwakan sebagai
berikut:

1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding


rahim ibu (nidasi) Dan aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang
terjadi akibat zina.
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun
hajat.

a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilah yang membolehkan


aborsi adalah:

• Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut,
TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus
ditetapkan oleh Tim Dokter.
• Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.

b. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan


aborsi adalah:

• Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir
kelak sulit disembuhkan.
• Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang
yang didalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.

c. Kelegalan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum


janin berusia 40 hari.

2. Bayi Tabung

19
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation) adalah
sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi
tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya
tidak berhasil.

Secara umum proses pembentukan bayi tabung dapat dilakukan


dengan berbagai cara, yaitu :
• Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.
• Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.
• Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
• Bank Sperma

Bayi Tabung Dalam Sudut Pandang Islam:

Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan Pimpinan
Majelis Ulama Indonesia memfatwakan sbb :

1. Bayi Tabung diharamkan jika :

• Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri


yang lain (misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama).
• Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah
meninggal dunia.
• Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain
pasangna suami isteri yang sah hukumnya haram,
2. Bayi Tabung dibolehkan jika Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari
pasangan suami isteri yang sah hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk
ikhiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.

20
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01

Keluarga Berencana (KB)

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran." Dengan kata lain KB adalah perencanaan
jumlah keluarga.

Perencanaan Keluarga Berencana dapat di lakukan dengan


beberapa cara, yaitu:
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti
menggunakan kondom, spiral, suntikan dan lain sebagainya.
Tubektomi untuk perempuan dan Vasektomi untuk laki-laki

Keluarga Berencana (KB) Dalam Sudut Pandang Islam:

1. Keluarga Berencana (KB) diharamkan atau dilarang jika di


antara suami dan isteri salah satunya merubah keadaan yang sudah ada.Contohnya
Tubektomi untuk perempuan dan Vasektomi untuk laki-laki.

2. Keluarga Berencana (KB) dibolehkan jika :

• KB adalah ikhtiar manusia untuk mengatur kehamilan dalam keluarga secara tidak
melawan hukum agama demi mendapat kesejahteraan keluarga dan bangsa.
• Islam membenarkan KB untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, menciptakan
anak yang sehat, cerdas, dan shaleh.

21
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01
• KB harus didasarkan atas kesadaran dan sukarela dengan mempertimbangkan
faktor agama dan adat istiadat.
• Penggunaan kontrasepsi tidak dipaksakan dan tidak bertentangan dengan syariat
Islam, serta harus berdasar kesepakatan suami-istri.
• Kontrasepsi dalam rahim dibenarkan jika pemasangan dilakukan oleh tenaga
medis wanita. Jika tenaga medisnya pria, harus didampingi sang suami.
Saran

Kita sebagai umat manusia yang beragama pada umumnya dan kaum muslim khususnya harus
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Mensyukuri segala nikmat dan karunia-Nya yang telah di limpahkan kepada kita.
Menghindari segala kemungkinan yang dapat membawa kita untuk melakukan tindakan tercela
seperti berzina.
Mampu mempertimbangkan dan mengevaluasi kemajuan perkembangan teknologi dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

22
Indra F. Soaleh
Ifs_indra@yahoo.com
Arsip/09-IFS-AI01

DAFTAR PUSTAKA

Abrasyi, A, 1974. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Cet.II. Jakarta : Bulan


Bintang.

Hanafiah, M. Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 3,


Jakarta: EGC

Majalah Hidayah

www.bayi-tabung.com

www.wikipedia.com

www.mui.or.id

www.google.com

www.geocities.com

http://www.bkkbn.go.id

23

You might also like