Professional Documents
Culture Documents
1.1 Definisi
Bronkitis digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi
menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan
menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat
memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.
1
1.2 Prevalensi
Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara
populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu
penyebab kematian dan ketidakmampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi
itu ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai
antibiotik.
– Bronkitis Kronik : Bronchitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih
tinggi daripada normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji
padi-padian, pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain yang terus
menerus terpapar pada debu. Namun penyebab utama adalah merokok sigaret
yang berat dan berjangka panjang, yang mengiritasi tabung-tabung bronchial dan
menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan
– Bronkitis Akut : Resiko terkena bronkitis akut meningkat seiring dengan :
○ Merokok
○ Dingin, musim dingin
○ Area yang banyak polusi
○ COPD
○ Umur tertentu : bronkitis akut lebih sering terjadi pada anak umur 0-4
tahun dan orang tua lebih dari 65 tahun..
1.1 Penyebab
Bronkus Akut
Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi
Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain
merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak.
– Seringkali disebabkan infeksi virus yang menyebabkan permukaan dalam
pembuluh bronkus menjadi inflamasi. Virus yang biasa menyerang adalah
rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), dan influenza virus.
– Bakteri juga dapat menyebvabkan bronkitis seperti Mycoplasma, Pneumococcus,
Klebsiella, Haemophilus.
– Iritan kima seperti asap rokok gastric refluks yang dapat mengenai jalan nafas
atas, gasoline.
2
Bronkus Kronik
– Asma
– Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
– Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,
hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
– Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
– Sindrom aspirasi.
– Penekanan pada saluran napas
– Benda asing
– Kelainan jantung bawaan
– Kelainan sillia primer
– Defisiensi imunologis
– Kekurangan anfa-1-antitripsin
– Fibrosis kistik
– Psikis, Asap rokok dan polusi
3
– Anoreksia sehingga berat badan anak sukar naik.
– Kesenangan anak untuk bermain terganggu.
– Konsentrasi belajar anak menurun.
1.1 Patofisiologi
Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entre mulut dan hidung “dropplet
infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakterimia dan gejala atau
reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.
(Mutaqin, 2008)
4
1.2 Prognosis
Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik.
Pada bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka
dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa.
1.3 Komplikasi
– Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
– Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
– Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
– Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis.
1.1 Penatalaksanaan
Pada bronkitis akut, tidak ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh
tanpa banyak masalah. Pada bayi kecil, drainase paru dipermudah dengan cara
perubahan posisi. Anak yang lebih tua lebih enak dengan kelembapan tinggi. Anak
dengan serangan bronkitis akut berulang perlu dievaluasi dengan cermat untuk
kemungkinan anomali saluran pernafasan, benda asing, bronkiektasia, defisiensi
imun, TBC, alergi sinusitis.
a. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan
lendir :
– Sering mengubah posisi
– Banyak minum
– Inhalasi
– Nebulizer
– Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain
a. Tindakan Medis :
– Jangan beri obat antihistamin berlebih
– Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
– Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
– Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
a. Pencegahan
5
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan
agar batuk tidak bertambah parah.
– Membatasi aktivitas anak
– Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup
lehernya
– Hindari makanan yang merangsang
– Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan
air hangat
– Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
– Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
6
Keluhan utama pada klien dengan bronkitis meliputi batuk kering dan produktif dengan
sputum purulen, demam dengan suhu tubuh dapat mencapai >40°C dan sesak nafas.
1. Riwayat penyakit masa lalu
Pada pengkajian ini sering kali klien mengeluh pernah mengalami infeksi saluran nafas
bagian atas dan adanya riwayat alergi pada pernafasan atas. Perawat harus
memperhatikan dan mencatatnya baik-baik.
2. Riwayat Penyakit saat ini
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkitis bervariasi tingkat keparahan dan
lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit akut dengan
manifestasi klinis yang berat. Sebagai tanda terjadinya toksemia klien dengan bronkitis
sering mengeluh malaise, demam, badan terasa lemah, banyak berkeringat, takikardia
dan takipnea. Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan terdiri atas
batuk, ekspektorasi dan rasa sakit dibawah sternum. Penting ditanyakan oleh perawat
tentang obat-obatan yang telah atau biasa diminum oleh klien untuk mengurangi
keluhannya dan mengkaji kembali apakah obat-obatan tersebut masih relevan untuk
dipakai.
3. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pada pengkajian klien dengan bronkitis didapatkan klien sering mengalami kecemasan
sesuai dengan keluhan yang dialaminya dimana adanya keluhan batuk, sesak nafas, dan
demam merupakan stresor untuk terjadinya cemas. Kaji pengetahuan klien dan keluarga
tentang pengobatan yang diberikan. Pengobatan nonfarmakologi seperti olahraga secara
teratur serta mencegah kontak dengan alergen dan iritan.
4. Pemeriksaan fisik
– Keadaan umum dan TTV
Hasil pemeriksaan TTV pada klien biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu
lebih dari 40°C, frekuensi nafas meningkat, nadi meningkat. Biasanya tidak ada
peninmgkatan tekanan darah.
– Pernafasan
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi bernafas ditemukan
penggunaan otot bantu pernafasan. Pada bronkitis kronis sering didapatkan bentuk
dada barrel/tong. Gerakan masih simetris, didapatkan batuk produktif dengan
sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena
bercampur darah. Taktil fremitus biasanya normal, didapatkan bunyi resonan pada
lapang paru. Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk,
maka suara nafas melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah
7
dengan adanya konsolidasi disekitar abses maka akan terdengar suara nafas
bronkial dan ronki basah.
– Sirkulasi
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi.
Tekanan darah normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas
jantung tidak mengalami pergeseran.
– Neurosensori
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi
penyakit serius.
– Eliminasi
Pengukuran intake dan output, monitor adanya oligouria yang merupakan salah
satu tanda awal syok.
– Makanan, cairan
Klien biasanya mengalami muntah dan mual, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan.
– Aktivitas,istirahat.
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi ADL.
8
– Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif dan dibuktikan dengan status
pernafasan : Pertukaran gas dan ventilasi tidak berbahaya, perilaku mengontrol
gejala-gejala secara konsisten.
– Klien mempunyai Jalan nafas yang paten
– Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal.
Intervensi
– Kaji dan dokumentasikan : Keefektifan pemberian oksigen dan pengobatan,
kecenderungan pada gas darah arteri.
– Auskultasi dada bagian anterior dan posterior untuk mengetahui adanya
penurunan atau tidaknya ventilasi dan bunyi tambahan.
– Lakukan pengisapan Jalan nafas bila diperlukan.
– Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan eksresi.
– Pindahkan posisi pasien setiap 2 jam sekali apabila pasien tidak bisa ambulasi.
– Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.
– Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknis nafas dalam untuk
memudahkan keluarnya sekresi
– Jelaskan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk turunkan kecemasan.
Aktivitas kolaborasi :
– Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan kebutuhan.
– Bantu dalam pemberian aerosol, nebulizer.
– Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi dan alat
pendukung.
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, demam
Tujuan :
– Kekurangan volume cairan akan teratasi
– Keseimbangan Elektrolit asam-basa akan dicapai
– Dibuktikan dengan indikator : Frekuensi nadi dan irama dalam rentang yang
diharapkan, Elektrolit serum dalam batas normal, serum dan pH urine dalam batas
normal
Intervensi :
– Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan
– Observasi terhadap kehilangan cairan dan elektrolit yang tinggi.
– Identifikasi faktor yang dapat memperburuk status dehidrasi klien.
– Pemberian dan pemantauan cairan dan obat intravena
– Tinjau ulang elektrolit, terutama natrium, kalium, klorida dan kreatinin.
9
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penyempitan jalan nafas, kelelahan
Tujuan :
– Pasien akan menunjukkan pola pernafasan yang optimal
– Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal
Intervensi :
– Pantau adanya pucat dan sianois
– Kaji kebutuhan inserse jalan naas
– Observasi dan dokumentasi pola pernafasan klien.
– Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi
– Perhatikanpergerakan dada amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu serta
retraksi otot supraklavikular dan interkostal
– Pantau peningkatan kegelisahan klien, ansietas dan tersengal-sengal
– Catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, GDA dengan tepat.
– Ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan pola pernafasan
– Ajarkan cara batuk efektif
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan kejadian batuk produktif,
penggunaan otot bantu pernafasan.
Tujuan :
– Pasien akan menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
– Mempertahankan atau mengurangi tingkat nyeri
– Pasien melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
– Mengenali faktor penyebab nyeri dan tindakan untuk menguranginya
Intervensi :
– Minta pasien untuk menilai nyeri pada skala 0-10
– Gunakan lembar alur nyeri untuk memantau pengurangan nyeri
– Kaji dampak agaam, budaya dan lingkungan terhadap nyeri dan respon klien
– Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, luas,
awtian/durasi, frekuensi, kualitas.
– Instruksikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat mengurangi nyeri dan
tawarkan saran koping
– Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab dan antisipasi
ketidaknyamanan.
– Gunakan tindakan pengendalian nyeri.
– Kolaborasikan pemberian analgesik
10
1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan :
– Pasien akan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan
– Berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkan dengan TTv dalam rentang normal
– Menungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan
dan atauperalatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
Intervensi ;
– Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas.
– Tentukan penyebab keletihan klien
– Pantau respon kardiovaskuler pasien terhadap aktivitas
– Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi (distraksi,
visualisasi)
– Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat pasien.
– Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala.
– Rencanakan kegiatan aktivitas dengan pasien dan keluarga yang meningkatkan
kemandirian dan daya tahan.
– Batasi rangsangan lingkungan seperti cahaya dan kebisingan
– Berikan istirahat yang adekuat
– Kolaborasi dalam pengobatan nyeri sebelum aktivitas.
– Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi.
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu
makan
Tujuan :
– Pasian akan mempertahankan berat badannya.
– Pasien akan menjelaskan keadekuatan diet bergizi dan keinginan untuk berdiet.
– Mempertahankan massa tubuh dalam batas normal.
Intervensi
– Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
– Ketahui makanan kesukaan pasien
– Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
– Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
– Tinjau selalu berat badan pasien
– Ajarkan metode untuk perencanaan makanan dan makanan yang bergizi.
11
– Buat perencanaan makan dengan pasien yaitu jadwal, kesukaan dan suhu
makanan.
– Dukung keluarga untuk support pasien dan membawa makanan kesukaan dari
rumah.
– Tawarkan makanan porsi besar saat nafsu makan pasien tinggi
– Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk makan
– Hindari prosedur invasif sebelum makan
– Bantu makan sesuai kebutuhan
12
Intervensi :
– Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan klien
– Kaji teknik atasikecemasan yang dimiliki
– Sediakan informasi aktual tentang diagnosis, perawatan dan prognosis penyakit.
– Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
– Jelaskan prosedur dari setiap kerja yang akan dilakukan.
– Beri dorongan pasien untuk mengungkapkanpikiran dan perasaan.
– Bantu pasien untuk memfokuskan diri pada situasi saat ini.
– Sediakan pengalihan melalui televis, radio, permainan
– Sediakan penguatan yang positif
– Kurangi rangsangan yang berlebihan
– Sarankan terapi alternatif untuk atasi kecemasan.
1. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
1. Jalan nafas klien bersih dan patent setelah mendapat tindakan keperawatan.
2. Volume cairan tubuh klien adekuat.
3. Pola nafas klien adekuat
4. Nyeri berkurang atau menghilang
13
5. Klien dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan keletihan yang minimum
6. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
7. Suhu tubuh klien dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi dan
respirasi dalam batas normal
8. Klien menyatakan kecemasan berkurang atau terkontrol
Daftar Pustaka
Wilkinson, Judith M.2002. Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC. Alih bahasa :
Widyawati dkk. Jakarta:EGC
Soegito. Pengobatan Bronkitis Kronik Eksaserbasi Akut Dengan Ciprofloxacin
Dibandingkan Dengan Co Amoxyclav. Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Anonim.2008. Bronkitis. http://www.klikdokter.com. Diakses tanggal 15 mei 2010 pukul
19.00 WIB.
14
Anonim.2010. Bronkitis. http:// www.id.wikipedia.com. Diakses tanggal 15 mei 2010
pukul 19.00 WIB.
Gunawan, Iriyan.2006. Bronkitis pada anak. http://www.asuhankeperawatan.blogspot.com
Diakses tanggal 15 mei 2010 pukul 19.00 WIB.
Anonim.2009. Bronkitis (akut and kronik). http://www.MayoClinic.com. Diakses tanggal
15 mei 2010 pukul 19.00 WIB.
15