You are on page 1of 26

1.

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI Polyp = tumor jinak yang tumbuh menonjol dan bertangkai dari selaput lendir dibagian tubuh
manusia, seperti hidung, telinga, usus dan selaput lendir lainnya. Cervix = leher rahim. (http:// konsultasi-
spesialis-obsgin.blogspot.com). Polip serviks adalah polip berukuran kecil, tumbuh di permukaan mukosa
serviks, atau pada saluran endoserviks dan menonjol pada mulut serviks. (http:// www.kesrepro.info). Polip
serviks sering mempunyai tungkai yang pendek, tetapi beberapa dapat mempunyai dasar yang lebar.
Penyebabnya belum jelas, meskipun penampilannya menggambarkan respon epitel endo servik terhadap
proses peradangan. Polip servik dapat menimbulkan perdarahan pervaginam, perdarahan kontak, pasca
coitus atau setelah pencucian merupakan gejala yang tersering dijumpai. Diagnosisnya dibuat dengan
menginspeksi servik. Jika terdapat perdarahan, harus dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan
kelainan, terutama keganasan serviks dan endometrium. Bila polip mempunyai tangkai kurus, tangkainya
digenggam dengan forsep polip dan diputar beberapa kali sampai dasar polipnya terlepas dari jaringan
servik dasarnya. Bila terdapat perdarahan pervaginam abnormal, maka diperlukan curettage di RS untuk
menyingkirkan keganasan servik dan endometrium. Polip servik yang terjadi sebagai akibat stroma local
yang menutupi daerah antara kedua celah pada kanalis servik. Epitellium silinder yang menutupi polip
dapat mengalami ulserasi. Banyak polip servik tidak memberikan gejala-gejala utama adalah perdarahan
intermitten. Diagnosis dibuat dengan melakukan inspeksi pada servik B. GEJALA Banyak polip serviks
tidak memberikan gejala tetapi ada gejala utama adalah dasar diagnosa perdarahan intermitten dan gejala-
gejala umum ke-3 bentuk abnormal tersebut: - Leukorea yang sulit disembuhkan. - Terasa discomfort
dalam vagina. - Kontak berdarah. - Terdapat infeksi. - Berdasarkan keluhan yang dikemukakan. -
Didiagnosa karena kebetulan memeriksakan diri - Mudah Jaringan bertambah  Pada pemeriksaan
inspekulum dijumpai: Trdapat pada vagina bagian atas C. DIAGNOSA Diagnosa secara berdarah
mikroskopis - Asal/patologi : serviks - Asal : - servik - bertangkai - Identitas : - agak padat - tertutup epitel
- Bernanah - Warna merah D. TERAPI - Dilakukan ekstervasi pada tangkainya - Dilakukan curettage
sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan - Hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut

Sumber: http://www.frenszone.com/blogs.php?
action=show_member_post&ownerID=39025&post_id=4358

2.
Polyp = tumor jinak yang tumbuh menonjol dan
bertangkai dari selaput lendir dibagian tubuh manusia, seperti hidung, telinga, usus dan
selaput lendir lainnya. Cervix = leher rahim. Polyp Cervix tinggal digabung aja
pengertiannya. Nggak bisa juga kelewatan...

Gejala utamanya adalah terjadinya perdarahan diluar haid yang warnanya lebih terang
dari darah haid. Terutama timbul setelah melakukan senggama (perdarahan paska
senggama=post coital bleeding=PCB). Perlu dipertimbangkn juga adanya kanker leher
rahim jika ditemukan PCB.

Diagnosis biasanya tidak sulit. Dengan pemeriksaan spekulum polip leher rahim dapat
dengan mudah dideteksi.

Untuk penatalaksanaannya, polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya di


kuret. Tindakan dilakukan dalam pembiusan umum (general anasthesia). Selanjutnya
jaringan polip dikirim ke laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologis-nya
jinak/sesuai dengan gambaran jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil...

Jadi jika PCB (bukan karena robeknya "cherry") segeralah periksakan dirimu...

Read more: http://www.drdidispog.com/2008/07/polyp-cervix-polip-


serviks.html#ixzz0oFg4Nbmz
3.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

1. POLIP SERVIK
Umumnya bertangkai, berasal dari mucosa intracervikal tapi kadang-kadang dapat pula
tumbuh dari daerah portio.

Makroskopis
Dapat tunggal atau multipel dengan ukuran beberapa sentimeter, warna kemerah-merahan
dan rapuh. Kadang-kadang tangkainya jadi panjang sampai menonjol dari introitus. Kalau
asalnya dari portio konsistensinya lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.

Tanda dan Gejala


Sering tidak memberikan gejala apa-apa dan baru diketahui pada pemeriksaan rutin
lainnya. Kalu besar dapat menyebabkan fluor dan perdarahan intermenstrual atau
perdarahan kontak setelah koitus. Mengejan terlalu kuat seperti waktu defekasi dapat pula
menyebabkan perdarahan. Seringkali gejala-gejalanya mirip dengan carsinoma pada
stadium awal.

Terapi :
- Ekstirpasi (+ curetase)
- Cauterisasi

2. MIOMA UTERI
Pengertian
Mioma Uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpanginya. Mioma uteri juga dikenal dengan istilah fibromioma karsinoma
atau pun fibroid.
Miometrium merupakan berkas-berkas otot polos yang tersusun saling beranyaman, yang
diantaranya terdapat pembuluh darah. Keadaan patologik yang sering ditemukan pada
miometrium ialah tumor jinak jenis mioma uteri dan terdapatnya di endometrium diantara
serabut miometrium (adenomiosis). Sedang yang ganas (leiomiosarkoma), jarang
ditemukan.

Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hany 1-3% sisanya adalah dari
korpus uteri. Besar tumor dapat bermacam-macam, dapat kecil (< 1 cm) atau besar sekali
sampai beberapa kilogram. Bila kecil seringkali ditemukan secara kebetulan pada hasil
histerektomi. Mioma uteri dapat ditemukan didaerah korpus uteri ataupun di serviks uteri.
Mioma uteri yang servikal, bila terletak disebelah anterior akan menyebabkan desakan
pada vesika urinaria. Vesika urinaria berubah letaknya terhadap uretra, sehingga
mengakibatkan retensi urine. Bila didiamkan, maka dapat berakibat terjadinya sistitis
(infeksi vesika urinaria) sampai hidronefrosis.
Menurut letaknya, mioma dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Mioma uteri Subserosum
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma
intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal, sebagai suatu
massa. Perlekatan dengan omentum disekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah
diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus,
sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
Apabila terjadi putaran pada tangkai yang diikuti dengan bangunan di sekitarnya, maka
akan timbul rasa sakit yang sangat dan mendadak (abdomen akut) sehingga penderita
dapat syok. Putaran yang terjadi tidak lengkap, bisa menyebabkan obstruksi pembuluh
darah sehingga terjadi asites.

2. Mioma Uteri Intramural


Disebut juga mioma intrepitelial. Biasanya multipel. Apabila masih kecil, tidak merubah
bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol. Uterus
bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis
yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah. Kadangkala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa, dan kadang-kadang sebagai
mioma submukosa.

3. Mioma Uteri Submukosa


Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural
walaupun ditemukan cukup besar tetapi seringkali memberi keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan, sehingga terapinya
dilakukan histerektomi. Keadaan ini berbeda dengan jenis lainnya.
Mioma tumbuh menonjol kedalam kavum uteri, yang kemudian mengisi seluruh kavum
uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila
tumor tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk kedalam vagina.
Tangkai bisa menjadi sangat tipis dan akhirnya putus, sehingga tumor dilahirkan secara
spontan. Macam mioma yang mengisi vagina tersebut mudah mengalami infeksi dan
ulserasi.

Gejala Klinik
Gejala klinik tergantung besar dan letaknya tumor. Bila masih kecil letaknya intramural
atau subserosa, tidak memberi keluhan apa-apa. Bila besar maka keluhan seringkali
berupa rasa berat pada daerah perut diatas pubis. Bila tumor mengadakan penekanan pada
rektum maka akan terjadi obstipasi. Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan
kencing yang kurang puas, karena urin masih tersisa. Adanya torsi akan menyebabkan
rasa sakit yang sangat sehingga penderita dapat sampai syok. Perdarahan melalui vagina
dikeluhkan para penderita dengan mioma uteri submukosa, yang kadang-kadang disertai
anemia.
Tanda dan gejala yang dikeluhkan juga sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini
berada (servik, intramural, submukosum, subserosum), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.

Gejala tersebut dapat digolongkan :


Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menorragia dan dapat
juga terjadi metrorrhagia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara
lain :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah “hiperplasia endometrium” sampai
adenokarsinoma endometrium
- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa
- Atrofi endometrium diatas mioma submukosum
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.

Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosum yang akan dilahirkan pula pertumbuhannya yang penyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenore.
Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma yang menekan pada kandung
kemih mengakibatkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan
obstipasi dan tekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

Histogenesis dan Penyebab


Belum ada persesuaian pendapat mengenai hal ini. Berdasarkan beberapa penelitian,
diasumsikan bahwa tumor berasal dari pertumbuhan sel-sel miometrium yang imatur.
Dikatakan pula bahwa estrogen memegang peran penting untuk terjadinya mioma uteri.
Hal ini dikaitkan dengan :
- Mioma banyak ditemukan pada masa reproduksi
- Mioma mengecil pada waktu menopause dan pengangkatan ovarium
- Mioma banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Karenanya pada endometriumnya biasanya ditemukan suatu hiperplasia
glandularis endometrium.

Makroskopik
Pada hasil histerektomi, terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada
potongan tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan.
Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor
mudah dilepaskan. Konsistensi tumor kenyal keras. Bila terjadi degenerasi kistik,
konsistensinya luinak. Bila terjadi kalsifikasi, konsistensi menjadi keras.

Mikroskopik
Terdiri atas serabut otot polos, yang tersusun padat saling beranyaman. Sel berbentuk
lonjong, serta sama dengan inti lonjong.
Pada potongan melintang, sel berbentuk bulat dan polihedral, dengan inti bulat.
Degenerasi hialin yang ditemukan berupa massa homogen, berwarna jambon tanpa
mengandung inti. Degenerasi ini sering ditemukan.
Kadangkala mioma mempunyai susunan sel sangat padat (hiperseluler) sehingga sulit
dibedakan dengan tumor ganas miometrium yaitu leimiosarkoma.
Disamping mioma uteri, dikenal pula beberapa tumor jinak lainnya, akan tetapi sangat
jarang ditemukan, yaitu limfangioma, hemangioma dan hemangioperisitoma.

Pathways
Sel-sel otot tidak matang Idiopatik Peningkatan estrogen
( belum jelas)

Mioma Uteri

Psikologis Fisik

Cemas Torsi pada tangkai Perbesaran uteri Meluasnya permukaan


Endometrium& kontraksi uterus

Sirkulasi Penekanan VU - Hipermenorhea


- Perdarahan b’kepanjangan
Nekrosis Poliuri
Gangguan eliminasi
Peradangan Anemia

Nyeri

Komplikasi
- Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma hanya 0,32 – 0,6% dari seluruh mioma, serta
merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan
pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan
uterus bila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma
dalam menopause.
- Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilan sindroma abdomen akut. Jika
torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan
dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan
sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan
berupa metrorhagia atau menorrhagia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang
disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

Pemeriksaan Diagnosis
- Pemeriksaan bimanual : Mengungkapakan tumor padat uterus yang umumnya terletak
di garis tengah atau pun agak kesamping seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma
subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus.
- USG Abdominal dan transvaginal.

Terapi :
Tidak semua mioma uteri memerlukan pembedahan. Pengobatan mioma uteri antara
lain ;
GnRH agonist (GnRHa) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi
hialin di miometrium sehingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil.
Pengobatan operatif yaitu :
- Miomektomi : pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uteri
- Histerektomi
Radioterapi
Bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause.
Radioterapi dikerjakan jika terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif dan jika ada
keganasan uteri.

Pengkajian
Keluhan utama
Ada massa di perut bawah, Menorrahgi, Rasa berat pada perut, Dysmenorhe, Perdarahan,
Nyeri perut bagian bawah, Gangguan eliminasi.
Riwayat perkawinan
Riwayat haid, menarche
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum, TTV, TB/BB, Px Fisik.

Diagnosa Keperawatan
Cemas berhubungan dengan ketidakpastian diagnosa dan ketakutan kemungkinan
menjadi ganas
Nyeri berhubungan dengan tekanan pada urat saraf
Resiko tinggi terjadi gangguan seksual berhubungan dengan adanya dispareunia
Gangguan eliminasi urine : sering berkemih berhubungan dengan penekanan pada
kandung kemih

Intervensi :
Cemas berhubungan dengan ketidakpastian diagnosa dan ketakutan kemungkinan
menjadi ganas
- Kaji kemampuan pasien dan atau orang terdekat untuk mengkomunikasikan perasaan
- Bantu dalam menangani reaksi emosional terhadap penyakit
- Dorong untuk memberikan waktu untuk mengungkapkan masalah
- Berikan informasi tentang penyakit dan perbaiki kesalahan konsep
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan / support
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi ketrampilan koping yang positif
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mengekspresikan pemahaman tentang penyakitnya
- Pasien mampu menggunakan ketrampilan koping positif dalam mengatasi masalah
- Cemas berkurang

Nyeri berhubungan dengan tekanan pada urat saraf


- Kaji nyeri, karakteristik, lokasi nyeri
- Kaji faktor yang menyebabkan nyeri
- Ajarkan dan kaji dengan berbagai teknik pengurangan nyeri
- Pertahankan tirah baring dalam posisi nyaman dan lingkungan tenang
- Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mengungkapkan nyeri berkurang
- Pasien terlihat relaks dan nyaman

Resiko tinggi terjadi gangguan seksual berhubungan dengan adanya dispareunia


- Anjurkan klien untuk melaksanakan fungsi seksual dengan metode yang lain
- Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya kepada pasangannya
Hasil yang diharapkan :
- Klien dan pasangan menyadari dan bisa menerima keadaannya
Gangguan eliminasi urine : sering berkemih berhubungan dengan penekanan pada
kandung kemih
- Beri penjelasan tentang penyebab perubahan pola berkemih klien
- Berikan dan ajarkan perawatanperineal
- Pertahankan privasi klien
Hasil yang diharapkan :
- Klien dapat mengungkapkan faktor-faktor penyebab gangguan pola buang air kecil
- Klien mengungkapkan dan mendemonstrasikan kebersihan setelah BAK

3. KISTA OVARII
Kista Ovarium dalam kehamilan dapat menyebabkan nyeri perut oleh karena putaran
tangkai, pecah atau perdarahan.

Penilaian Klinik
§ Kista ovarium putaran tungkai atau perdarahan biasanya terjadi :
§ Kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksaan fisik, tanpa ada gejala
(asimptomatik)
Pathways
Ada masa di abdomen

Nyeri perut tapi tidak dijumpai perdarahan


Kista Ovarium
Ansietas
Laparatomi
Penanganan
§ Pada kista ovarium dengan keluhan nyeri perut dilakukan laparatomi
§ Pada kista ovarium asimptomatik, besarnya > 10 cm dilakukan laparotomi pada
trimester kedua kehamilan
§ Kista yang kecil (15 cm) umumnya tidak memerlukan tindakan operatif
§ Kista 5-10 cm memerlukan observasi, jika menetap atau membesar lakukan laparotomi
§ Jika pada laparotomi ada kemungkinan keganasan, pasien perlu dirujuk ke rumah sakit
yang lebih lengkap untuk evaluasi dan penanganan selanjutnya

NCP
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan pada status kesehatan
§ Berikan informasi yang aktual dan akurat tentang prosedur
§ Beritahukan klien kemungkinan dilakukannya anestesi lokal atau spinal
§ Diskusikan hal-hal yang harus diantisipasi yang dapat menakutkan pasien
§ Identifikasi tingkat rasa takut klien
§ Berikan obat sesuai petunjuk misalnya obat sedatif, hipnotis

Persiapan Pasien Pulang


Beritahukan pada pasien :
§ Luka tidak boleh kena air sampai jahitan diambil
§ Jaga kebersihan sekitar luka
§ Minum obat secara teratur sampai habis
§ Cukup istirahat
§ Diit bebas
§ Olahraga ringan setelah satu bulan
§ Hubungan seksual setelah satu bulan
§ Kontrol kembali setelah 1 minggu

4. KANKER SERVIKS
Pengertian
Kanker serviks adalah gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit
yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel
pada jaringan serviks.

Etiologi
Sebab langsung dari kanker rahim belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya
mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya yang penting
jarang ditemukan pada perawan (virgo), insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin
daripada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang cotus pertama (coitarcheI) dialami
pada usia amat muda (< 16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apa lagi
bila jarak persalinan terlampau dekat, mereka dari golongan sosial ekonomi rendah
(higiene seksual yang jelek), aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan
(promiskuitas), jarang dijumpai pada masyarakat yang bersuami disunat (sirkumsisi),
sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HIV tipe 16 atau 18, dan
mempunyai kebiasaan merokok.

Manifestasi klinik
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera sehabis senggama
(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%)
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama lebih sering
terjadi, juga di luar senggama (perdarahan spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi
pada tingkat klinik yang lebih lanjut (II dan III), terutama pada tumor yang bersifat
eksofitik. Pada wanita usia lanjut yang sudah tidak melayani suami secara seksual, atau
janda yang sudah menopause bilamana mengidap kanker serviks sering terlambat datang
meminta pertolongan. Perdarahan spontan saat defekasi akibat tergesernya tumor
eksofitik dari serviks oleh skibala, memaksa mereka datang ke dokter. Adanya
perdarahan spontan pervaginam saat berdefekasi, perlu dicurigai kemungkinan adanya
karsinoma serviks tingkat lanjut. Adanya bau busuk yang khas memperkuat dugaan
adanya karsinoma. Anemia akan menyertai sebagai akibat perdarahan pervaginam yang
berulang. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan general
anestesi untuk dapat melakukan pemeriksaan dalam cermat, khususnya pada lumen
vagina yang sempit dan dinding yang sklerotik dan meradang. Gejala lain yang timbul
ialah gejala-gejala yang disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum stadium akhir,
penderita meninggal akibat perdarahan eksesif, kegagalan faal ginjal (CRF), akibat
infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan
obstruksi total.

Klasifikasi Klinis
Ada beberapa Klasifikasi klinis menurut IFGO yaitu :
Stadium O : Carsinoma in situ = Ca intraepitelial = Ca Preinvasif
Stadium I : Ca terbatas pada serviks
Stadium Ia : Disertai invasi dari stroma (preclinical Ca) yang hanya diketahui secara
histologis.
Stadium Ib : Semua kasus-kasus lainnya dari Stadium I
Stadium II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul, telah mengenai
dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal
Stadium III : Sudah sampai dinding panggul dan 1/3 bagian bawah vagina
Stadium IV : Sudah mengenai organ-organ lain.

Diagnosa stadium O s/d Ia hanya dapat ditentukan secara mikroskopis maka disebut
mikrocarsinoma.

Pemeriksaan Diagnostik
Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis dan indeks kecurigaan untuk kanker
tertentu.
1. Scan ( misal : MRI, CT Scan,Gallium) dan Ultrasound: Dilakukan untuk tujuan
diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan.
2. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi) : dilakukan untuk diagnosis banding dan
menggambarkan pengobatan. Dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.
3. Penanda tumor (zat yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan dalam
serum, misal : CEA, Antigen spesifik prostat, alfa-fetoprotein, HCG, asam fosfat prostat,
kalsitonin, antigen onkofetal pankreas, CA 15-3, CA 19-9, CA 125, dsb)
4. Tes Kimia skrining : Elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium), tes ginjal (BUN,
Creatinin), tes hepar (Bilirubin, AST/ SGOT, alkalin fosfat, LDH), Tes tulang (alkalin
fosfat, kalsium), perubahan sel darah merah dan sel darah putih, Trombosit berkurang
atau meningkat.
5. Sinar X dada : untuk menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

Terapi
* Ca In situ *
1. Histerektomi totalis + pengangkatan vagina secukupnya. Pada wanita muda
ditinggalkan 1 atau 2 ovarium. Tidak dilakukan radioterapi karena :
a. Dapat menyebabkan menopause pada wanita muda
b. Ada beberapa kasus yang resisten terhadap radioterapi
2. Amputasi serviks atau konisasi. Dilakukan pada wanita muda yang masih ingin punya
anak dengan syarat : bila lesinya kecil sekali, dapat dilakukan pemeriksaan smear secara
teratur, penderita cukup intelegensinya untuk mengerti arti penyakitnya.
Setelah konisasi kemungkinan untuk hamil lebih kecil karena ada perubahan pada
serviks.
Terapi bagi stadium Ib keatas : makro carsinoma yaitu dengan terapi radiasi.

Diagnosa Keperawatan
Ansietas (tingkatan) berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancama kematian.
Ditandai dengan : peningkatan ketegangan, gemetar, ketakutan, gelisah
Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (kompresi/ destruksi jaringan saraf,
infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi efek samping
berbagai agen terapi saraf.
Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan fungsi / struktur tubuh.

Catatan : Intervensi dan rasionalnya dapat dilihat di buku Rencana perawatan maternal
dan bayi oleh Marilynn E Doenges, Jakarta : EGC.

5. KANKER MAMAE
A. Pengertian
Kanker payudara adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ dalam tubuh ditandai
dengan oleh proliferasi sel abnormal jaringan epitel pada duktus lafiferis atau lobulus
pada payudara, membentuk massa yang padat, terbentuk tumor yang sering disebut
neoplasma. Neoplasma kemudian menyebar ke jaringan sekitar dan akhirnya
mempengaruhi fungsi normal.
B. Etiologi
- Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaiknya serangkaian
faktor genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker.
Bukti yang bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan
kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan belum diketahui.
- Perubahan genetik ini termasuk perubahan/mutasi dalam gen normal dan pengaruh
protein baik yang menekan/meningkatkan perkembangan kanker payudara.
- Hormon yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal hormon steroid
yang dihasilkan ovarium (hormon estrodiol dan hormon progesteron).
- Meskipun belum ada penyebab spesifik dari kanker payudara, para peneliti
mengidentifikasi sekelompok faktor resiko sebagai berikut :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% tiap
tahun.
2. Anak perempuan/saudara perempuan (hubungan langsung keluarga) dari wanita
dengan kanker payudara.
Resikonya meningkat 2x lipat. Jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun.
Resiko meningkat 4-6 x. Jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
3. Menarche dini, resiko meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum 12
tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama wanita yang hanya anak
pertama, setelah usia 30 tahun mempunyai resiko 2 x lipat dibanding dengan mereka
yang punya anak sebelum 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut (>50 tahun).
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara di sekitar
perubahan epitel prliferasi mempunyai resiko 2 x lipat untuk mengalami kanker
payudara.
7. Pemajanan terhadap wanita setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun.
8. Obesitas, resiko terendah diantara wanita pasca menopause.
9. Kontrasepsi oral.
10. Therapi pengganti hormon.
Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi
pengganti hormon. Wanita yang menggunakan estrogen suplemen dalam jangka panjang
mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan progesteron terhadap pengganti
estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium. Hal ini tidak menurunkan resiko
kanker payudara.
11. Masukan alkohol
Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol, bahkan
hanya dengan sekali minum dalam sehari. Resiko 2 x lipat diantara wanita yang minum
alkohol 3 x /sehari. Temuan riset menunjukkan wanita muda minum alkohol lebih rentan
mengalami kanker payudara (Brunner & Suddarth, Danielle Gale).

C. Tahapan Kanker Payudara


Tahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem
klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, nodus limfe yang terkena dan bukti
adanya metastasis yang jauh. Sistem TNM diadaptasi oleh The America Joint Committee
on Cancer Staging and Resuid Reformating. Pertahapan ini didasarkan pada fisiologi
memberikan prognosis yang lebih akurat, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :
Tahap I : tumor kurang dari 2 cm, tidak mengalami nodus
Tahap II : tumor yang lebih besar dari 2 cm, kurang dari 5 cm, dengan nodus limfe
terfiksasi negatif/positif. Tidak terdeteksi metastasis
Tahap III : tumor > 5 cm atau tumor dengan sembarang tempat yang menginvasi
kulit/dinding, nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular, tanpa bukti metastasit
Tahap IV : terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe
normal/kankerlosa dan metastase janin

D. Tipe Kanker Payudara


1. Karsinoma duktal, menginfiltrasi.
Tipe paling umum (75%) bermetastasis di nodus axila, perognosa buruk.
2. Karsinoma lobuler menginfiltrasi (5-10%)
Terjadi penebalan pada salah satu/2 payudara bisa menyebar ke tulang, paru, hepar, otak.
3. Karsinoma medular (60%)
Tumor dalam capsul, dalam duktus, dapat jadi besar, tapi meluasnya lambat.
4. Kanker musinus (3%), menghasilkan lendir, tumbuh lambat, prognosis lebih baik.
5. Kanker duktus tubulen (2%)
6. Karsinoma inflamatom (1-2%) : jarang terjadi, gejala berbeda nyeri tekan dan sangat
nyeri, payudara membesar dan keras, edema, retraksi puting susu, cepat berkembang
(Brunner & Suddart).

E. Tanda dan Gejala Kanker Payudara


1. Fase awal : asimtomatik
2. Tanda umum : benjolan/penebalan pada payudara
3. Tanda dan gejala lanjut : kulit cekung
- Retraksi/deviasi puting susu
- Nyeri tekan/raba
- Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
- Ulserasi pada payudara.
4. Tanda metastase : nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
- Batuk menetap
- Anoreksia
- BB turun
- Gangguan pencernaan
- Kabur
- Sakit kepala

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Mammografi
Menemukan kanker insito yang kecil yang tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan
fisik.
2. SCAN (CT, MRI, galfum), ultra sound.
Untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, respon pengobatan
3. Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan
4. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein, HCG asam fosfat).
- Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai
prognosis/monitor terapeutik.
- Reseptor estrogen/progesteron assay yang dilakukan pada jaringan payudara untuk
memberikan informasi tentang manipulasi hormonal.
5. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah.
6. Foto toraks
7. USG

G. Pathways Kanker Payudara


Faktor genetik
Hormonal
Lingkungan
Faktor resiko
Area sensorik/
motorik
Nyeri
Hiperplasia sel
Perkembangan sel atipik
Carsinoma sel insitu
Massa
Non -Operatif
Sinostatika
Radiasi
Kerusakan jaringan
Post radioterapi
Kekeringan muka
Gangguan integritas kulit
Menekan bor morrow
Kekeringan klj. rambut
Sist. hemopoltik terganggu
Anemia
trombositupeni
Lekopenia
Resti infeksi
Ggn citra tubuh
< cairan
Gangguan sistem gastro intestinal
Mual/muntah
BB ¯ nafsu makan ¯
Gangguan nutrisi
Alopesia
Operatif
Jaringan terputus
< perawatan diri karena imobil

H. Penatalaksanaan
Ada 3 kombinasi
- Pembedahan
- Kemoterapi
- Radiasi
1. Pembedahan
Biopsi biasanya jenis pemebedahan pertama bagi seorang wanita dengan kanker
payudara.
Tujuannya adalah menentukan bila ada masa malignasi dan untuk mengetahui jenis
kanker payudara, ada 2 prosedur :
a. Prosedur satu tahap
Anestesi umum dengan potongan beku cepat, bila potongan memperlihatkan malignasi,
ahli bedah melakukan mastektomi.
b. Prosedur 2 tahap : - biopsi dengan anestesi lokal
- klien dipulangkan

2. Terapi Radiasi
Untuk pengobatan tahap 1 & 2
Keuntungan : kontrol tumor lokal/pemeliharaan payudara
Efek : Reaksi kulit
Fraktur tulang kosta
Pneumonitis
Limfodema

3. Kemoterapi
a. Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :
1) Per Oral (PO)
2) Sub Cutan (SC)
3) Intra Muskuler (IM)
4) Intra Arteri (IA)
5) Intra Vena (IV)
6) Intra Thecal (lewat fs. lumbal)
7) Intra peritongal (pleural)
b. Pemilihan vena dan tempat penusukan
1) Kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jaringan lunak
2) Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam (3 hari)
3) Vena yang cocok untuk penusukan terasa halus, lembut, cukup besar (jangan vena
yang menonjol dan keras)
4) Vena yang baik dan sering digunakan : basilic, chepalic, metacarpal.

c. Persiapan kemoterapi
1) Ukur BB, TB, luas badan, darah lengkap, FS. Ginjal, Fs. Liver, gula darah urine
lengkap, EKG, Thorax Ap/lat, ECSW, BMP.
2) Periksa program terapi yang digunakan, waktu pemberian obat sebelumnya.
3) Periksa nama klien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
4) Periksa informed concent (klien dan keluarga)
5) Siapkan obat sitostatika.
6) Siapkan cairan Na (L 0,9%, MA 5% atau intralit)
7) Pengalas plastik, kain
8) Gaun lengan dengan panjang, masker, topi, kacamata, sarung tangan, sepatu.
9) Spuit dispossible 5cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc.
10) Set infus dan cateter kecil (ababat)
11) Alkohol 70% + kapasitas steril (suatu alkohol).
12) Bak spuit besar
13) Lebel obat
14) Pastik (pembuang bekas)
15) Kardex (catatan khusus)

d. Cara kerja :
1) Semua obat dicampur oleh staf farmasi (ahli), kemudian ke bangsal perawatan dalam
tempat khusus tertutup. Perawat menerima dengan catatan : (nama klien, jenis obat, dosis
obat dan jam pencampuran).
2) Atau pencampuran dilakukan di ruang khusus tertutup.
- Meja dialasi pengalas plastik dan kain.
- Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata dan sepatu
- Ambil obat sitostatika SSI program, larutkan dengan NaCl 0,9%, Dextrose 5% atau
intralit dan pastikan obat cukup.
- Masukkan obat ke dalam flabot NaCl 0,9% atau dextrose 5%.
- Jaga jangan sampai tumpah.
- Buat label (nama klien, jenis obat, tanggal, jam pemberian, akhir pemberian).
- Masukkan dalam kontrinen yang telah disediakan
- Masukkan sampai pada kantong khusus (plastik).

e. Cara pemberian :
1) Periksa : nama klien, jenis obat, dosis, banyaknya cairan, cara pemberian, waktu
pemberian.
2) Pakai proteksi
3) Lakukan teknik aseptik dan antiseptik
4) Pasang pengalas dan kain.
5) Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian kemoterapi
6) Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%
7) Berikan obat kanker pelan-pelan.
8) Bila selesai bilas dengan NaCl 0,9%.
9) Semua alat habis pakai masuk kantong plastik.
10) Buka kain proteksi, masukkan plastik.
11) Catat semua prosedur.
12) Awasi keadaan kline per ½ jam.
(Simposium keperawatan kemoterapi, 2003).
(Barbara E, Reevens, Bronen & Sudden)

f. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pembedahan
Tanda : S : Trauma pembedahan
O : nadi, respirasi, akpasi wajah tegang, kesakitan.
Tujuan : Meredakan nyeri.
Intervensi : - Kaji skala nyeri
- Tinggikan lengan yang sakit dari siku (bahu)
- Hindari pengukuran TD, infeksi, pengambilan darah di daerah yang sakit.
- Anjurkan latihan aktif dan pasif pada lengan sakit.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan dan efek radiasi.
Tanda : S :
O : - Pengangkatan jaringan
- Perubahan elastisitas kulit
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit
Intervensi : Observasi daerah operasi
- Inspeksi jumlah perdarahan, warna kulit
- Lakukan ganti balut tiap hari
- Jelaskan pada klien sensasi menurun pada area operatif
- Jelaskan pada klien tanda-tanda infeksi.
3. Gangguan cairan tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek samping radiasi dan
kemoterapi.
Terapi : S : Klien mengekspresikan perasaan malu/minder
O : Kehilangan payudara
- Bentuk tubuh yang tidak bagus.
Intervensi : Berikan support pada klien untuk melihat insisi pembedahan
- Fasilitas sistem pendukung keluarga (pasangan/keluarga) klien.
- Jawab pertanyaan klien dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup.
- Evaluasi perasaan klien mengenal hilangnya payudara identitas seksual, hubungan citra
tubuh.
- Berikan kesempatan pada klien rasa berduka cita atas kehilangan payudara.
- Izinkan klien untuk mengungkapkan emusi negatif (marah).
- Anjurkan pada klien untuk komunikasi terbuka klien dengan keluarga.
- Anjurkan klien untuk mengunjungi klien lain yang mempunyai penyakit yang sama,
dengan kemampuan koping yang baik.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi.


Tanda : S :
O : Mual, muntah
- Adanya stomatitis, diare
- Anoreksia, BB ¯
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi : Kaji riwayat BB dulu dan pemasukan makan
- Diskusikan antara pemasukan dan penurunan BB
- Berikan teknik untuk mengatasi mual
- Observasi adanya distensi abdomen
- Sajikan makanan sesuai selera klien.
- Kolaborasi antiemetik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gale, Danielle, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta.


2. Brunner & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, volume
2, Jakarta, EGC.
3. Doenges, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.
4. Price, Anderson (1995), Patofisiologi Proses Penyakit, Edisi 4, Buku Kedua, Jakarta,
EGC.
5. Simposium Keperawatan, (2003), Kemoterapi, Semarang.
6. Bobak, Irene M, Margareth Duncan Jensen, Maternity & Gynecologic Care: The Nurse
and The Family fifth edition, Phildelphia : Mosby Year Book, 1993.
7. Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC, 1998.
8. Hanifa Wiknjosastro, Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1997.
9. Sarjadi, Patologi Ginekologik, Jakarta : Hipokrates, 1995.
10. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, Ginekologi, Bandung, 1999.
11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal edisi I cetakan 2, Jakarta, 2001.
12. Tucker, Susan Martin, Marry M Canobbio, Standar Perawatan Pasien : Proses
Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi edisi V Volume 4alih bahasa Yasmin Asih, Jakarta
: EGC, 1998.
Diposkan oleh Komunitas Ners di 18:26

You might also like