You are on page 1of 14

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN STRESS

DALAM TINGKAT PRODUKTIFITAS DAN

PRESTASI KERJA SUATU ORGANISASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya

Manusia

Yang Dibimbing oleh Ibu Titin Hartini, SE, M.Si

Disusun Oleh

Nama Anggota Kelompok :

1. Ebi Mesak (2009250075)

2. Lyza Mentary (20092500 )

3. Martini (2009250017)

4. Rezi Berli Dariska (2009250097)

Kelas : TI 2B

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

DAN KOMPUTER MULTI DATA PALEMBANG

KATA PENGANTAR

1
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan hidayah dan inayah, sehingga proses penulisan makalah
ini dapat berjalan tanpa kendala yang berarti. Hanya dengan karunia dan petunjuk
Allah semata, kami mampu menuangkan sejumlah ide melalui untaian-untaian
kalimat untuk membangun dan mengembangkan pokok pikiran yang selanjutnya
terakumulasi ke dalam sebuah penuturan yang lebih sistematis. Dengan demikian
letupan keinginan menulis tersebut akhirnya terealisasi.
Dengan tersusunnya makalah ini, kami sampaikan terimakasih kepada dosen
kami Titin Hartini, SE, M.Si yang senantiasa memberi motivasi untuk menulis.
Kami tiada dapat membalas budi baik dan perhatian yang diberikan kepada kami.
Terimakasih selanjutnya kami sampaikan kepada sesama anggota kelompok yang
telah menunjukkan sikap kooperatif yang akhirnya mampu bersama-sama
menyelesaikan makalah ini.
Meskipun makalah ini amat sederhana, akan tetapi tidak lepas harapan kami
semoga mendatangkan kemanfaatan bagi para pembaca. Tiada gading yang tak
retak, tentu saja banyak tersebar kekurangan dan kelemahan dalam karya ini yang
disebabkan oleh keterbatasan dan ketidakmampuan kami. Satu kebahagiaan
tersendiri bagi kami, jika para pembaca berkenan memberikan kritik dan saran
demi penyempurnaan tulisan ini.

Hormat kami

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
******************************************************************
PENDAHULUAN...................................................................................................1
PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN STRESS DALAM TINGKAT
PRODUKTIFITAS DAN PRESTASI KERJA SUATU ORGANISASI..........3
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PRODUKTIFITAS DAN PRESTASI KERJA.............................................3
B. KEPUASAN KERJA.......................................................................................3
Faktor-Faktor Kepuasan Kerja...........................................................................4
1. Faktor Sistem Kompensasi Kerja...................................................................4
2. Faktor Usia.....................................................................................................4
3. Faktor Jenjang Pekerjaan................................................................................5
4. Faktor Ukuran Organisasi..............................................................................6
C. STRESS.............................................................................................................6
Faktor-Faktor Pemicu Stress..............................................................................7
1. On The Job.....................................................................................................7
2. Off The Job.....................................................................................................7
D. REAKSI TERHADAP STRESS.....................................................................8
1. Reaksi Berupa Daya Tahan Atau Toleransi Terhadap Stress.........................8
2. Reaksi Terhadap Stress Yang Didasarkan Atas Tipe Kepribadian
Seseorang......................................................................................................8
3. Reaksi Pemulihan Dari Stress........................................................................8
KESIMPULAN....................................................................................................10
******************************************************************
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11

3
PENDAHULUAN

Sesuai dengan kodratnya, kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, baik


jenis maupun tingkatnya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang cenderung
tak terbatas. Untuk itu manusia terdorong untuk melakukan aktivitas yang disebut
dengan kerja, meskipun tidak semua aktivitas dikatakan kerja. Kepuasan kerja
pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan
dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya
terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang
menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas
atau tidak puas dalam bekerja. Sebaliknya bila suatu pekerjaan dianggap
tidak/kurang menyenangkan akan muncul pula dua kemungkinan yakni karyawan
tersebut bersikap stagnan dengan cara berusaha bertahan semampunya untuk
melawan perasaan tidak menyenangkan itu atau bersikap apatis atau ekstrim serta
mengakibatkan stress sehingga tidak perduli dengan produktifitas atau prestasi
kerjanya lagi pada sustu organisasi.
Organisasi adalah bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan
individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam
suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Agar
tujuan organisasi dan tujuan individu dapat tercapai secara selaras dan harmonis
maka diperlukan kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh dari kedua belah
pihak (pengurus organisasi dan anggota organisasi) untuk bersama-sama berusaha
saling memenuhi kewajiban masing-masing secara bertanggung jawab, sehingga
pada saat masing-masing mendapatkan haknya dapat memenuhi rasa keadilan
baik bagi anggota organisasi/pegawai maupun bagi pengurus organisasi/pejabat
yang berwenang.

4
Dalam suatu organisasi terdiri dari berbagai sub organisasi atau bagian-bagian
yang saling terkait satu dengan lainnya yang akan membentuk suatu kesatuan
(sistem dari organisasi tersebut), sehingga tidak ada satu bagian yang lebih
penting dari bagian lainnya (misalnya bagian keuangan tidak lebih penting dari
bagian personalia atau bagian pengendalian sama pentingnya dengan bagian
perencanaan) sebab semua bagian tersebut harus bersifat saling menunjang dan
saling melengkapi untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Bagian dari
organisasi tersebut dijalankan oleh individu-individu yang mengawakinya yang
merupakan salah satu sumber daya utama sebuah organisasi atau perusahaan dari
enam sumber daya yang ada (man, money, machine, methode, material, market).
Tujuan organisasi ada yang bersifat jangka panjang, menengah dan pendek.
Ada yang bersifat menyeluruh atau umum dan ada yang bersifat khusus, ada pula
tujuan yang bersifat formal dan informal. Dalam rangka mewujudkan seluruh
tujuan organisasi yang bersifat kompleks tersebut maka seluruh bagian yang ada
dikerahkan dan didayagunakan untuk berpartisipasi melalui tugas pokok dan
fungsi masing-masing. Pada organisasi pemerintahan, pengurus organisasi biasa
disebut pejabat sedangkan anggota organisasi disebut sebagai pegawai selanjutnya
agar tiap bagian dapat menunaikan tugas pokok dan fungsinya secara optimal
maka SDM yang dibutuhkan adalah pejabat yang berani, bertanggung jawab, dan
berwawasan luas serta memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dengan didukung
oleh pegawai-pegawai yang memiliki tingkat produktifitas/prestasi kerja yang
tinggi.

5
PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN STRESS DALAM
TINGKAT PRODUKTIFITAS DAN PRESTASI KERJA SUATU
ORGANISASI

A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT


PRODUKTIFITAS DAN PRESTASI KERJA
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat produktifitas dan prestasi
kerja para pegawai dalam suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut antara lain,
keahlian/ketrampilan, motivasi, kepuasan kerja, stress, lingkungan fisik/psikis
pekerjaan, sistem kompensasi, sistem disiplin, dll. Selanjutnya berdasarkan
pengamatan sehari-hari dalam kehidupan kerja pegawai disekitar ternyata
diketahui bahwa dua kondisi utama yang sangat berperan dalam tingkat
produktifitas dan prestasi kerja adalah masalah kepuasan kerja dan stress, bila
kepuasan kerja dan stress tidak dapat dikendalikan lagi maka tidak akan efektif
untuk meningkatkan motivasi, kepuasan kerja, maupun reaksi positif terhadap
stress. Oleh karena itu pada umumnya selalu dibarengi dengan program
pendisiplinan dalam bentuk tindakan pendisiplinan preventif maupun korektif
yang bersifat konsisten dan kontinyu bagi seluruh pegawai yang ada dalam
organisasi tersebut.

B. KEPUASAN KERJA
Sesuai dengan kodratnya, kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, baik
jenis maupun tingkatnya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang cenderung
tak terbatas. Artinya, kebutuhan selalu bertambah dari waktu ke waktu dan
manusia selalu berusaha dengan segala kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan tersebut. Kebutuhan manusia diartikan sebagai segala sesuatu yang
ingin dimilikinya, dicapai, dan dinikmati. Untuk itu manusia terdorong untuk
melakukan aktivitas yang disebut dengan kerja, meskipun tidak semua aktivitas
dikatakan kerja.

6
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan
dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya
terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang
menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas
atau tidak puas dalam bekerja. Sebaliknya bila suatu pekerjaan dianggap
tidak/kurang menyenangkan akan muncul pula dua kemungkinan yakni karyawan
tersebut bersikap stagnan dengan cara berusaha bertahan semampunya untuk
melawan perasaan tidak menyenangkan itu atau bersikap apatis atau ekstrim serta
mengakibatkan stress sehingga tidak perduli dengan produktifitas dan prestasi
kerjanya lagi.

Faktor-Faktor Kepuasan Kerja


1. Faktor Sistem Kompensasi Kerja
Kompensasi kerja adalah segala sesuatu yang diterima pegawai sebagai
balas jasa untuk hasil kerja mereka. Kompensasi kerja merupakan bagian dari
fungsi manajemen personalia yang paling sulit dan membingungkan karena
bersifat sangat kompleks dan sangat berarti baik bagi pegawai maupun
organisasi. Dalam rancangan sistem kompensasi harus didasarkan pada logika
dan rasio yang dapat dipertahankan. Kompensasi penting bagi pegawai
sebagai individu karena jumlahnya mencerminkan nilai karya mereka bila
dihadapkan dengan sesama pegawai, keluarga, dan dalam masyarakat.
Sedangkan kepentingan bagi organisasi, sistem kompensasi yang berlaku
dapat mencerminkan upaya organisasi tersebut dalam mempertahankan
sumber daya manusianya (caring & protecting), disamping merupakan
komponen biaya yang paling besar dan strategis.

2. Faktor Usia
Secara logika semakin tua usia pegawai semakin banyak asam garam
kehidupan yang telah mereka rasakan sehingga semakin banyak pula

7
kesabaran dan pengertian yang dimiliki, hal ini tampak dari pengharapan-
pengharapan yang tidak terlalu tinggi serta penyesuaian-penyesuaian yang
lebih baik terhadap berbagai situasi yang terjadi di lingkungan kerja mereka,
akibatnya mereka cenderung lebih mudah terpuaskan (mensyukuri) dengan
pekerjaan-pekerjaan yang mereka dapatkan dan telah mereka lakukan.
Bertolak belakang dari hal tersebut di atas maka pegawai yang lebih muda
usia karena belum banyak pengalaman maka pada umumnya mereka
cenderung kurang mudah terpuaskan disebabkan oleh berbagai pengharapan
yang lebih tinggi, lebih sulit untuk menyesuaikan diri, serta penyebab-
penyebab lainnya. Kedua hal tersebut diatas sudah tentu tidak dapat serta
merta digeneralisir namun sepatutnya menjadi salah satu pertimbangan bagi
manajemen personalia dalam hal penempatan pegawai disamping
pertimbangan-pertimbangan lain yang bersifat profesional.

3. Faktor Jenjang Pekerjaan


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pegawai yang bekerja dengan
jenjang/level pekerjaan yang lebih tinggi cenderung akan lebih mudah
mendapatkan kepuasan kerja, karena walaupun mempunyai tanggung jawab
lebih besar dan lebih berat namun biasanya memperoleh kompensasi kerja
yang lebih baik, kondisi kerja yang lebih nyaman, kewenangan yang lebih
banyak, dan lain-lain. Dengan demikian dapat dimengerti bila semakin rendah
level pekerjaan akan semakin rendah pula tingkat kepuasan kerja yang akan
didapatkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam suatu organisasi adalah
keharmonisan dan keselarasan hubungan antar seluruh level yang terdapat di
dalam organisasi tersebut mulai dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi, sehingga dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya masing-masing
akan terjadi kerja sama yang saling mendukung dengan dilandasi rasa saling
menghargai.

8
4. Faktor Ukuran Organisasi
Hubungan antara kepuasan kerja dengan besar kecil suatu organisasi
cenderung berlawanan artinya semakin besar organisasi maka kepuasan kerja
akan semakin mengecil. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa semakin
besar organisasi maka akan semakin banyak individu-individu didalamnya,
akibatnya berbagai proses partisipasi, komunikasi, dan koordinasi menjadi
lebih sulit dan kompleks karena terciptanya jarak yang semakin jauh antara
kekuasaan pengambil keputusan dengan pegawai-pegawai dibawahnya, hal ini
sering menimbulkan perasaan kehilangan peranan atau dengan perkataan lain
organisasi besar akan/dapat “menenggelamkan” orang-orangnya sendiri.
Akibat lain dari organisasi yang semakin besar adalah berkurangnya atau
menghilangnya berbagai elemen kedekatan pribadi, persahabatan, dan
“kehangatan” yang biasa didapati dalam kelompok kerja kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut di atas maka hal yang umum dilakukan oleh suatu
organisasi adalah mengambil berbagai tindakan/kebijakan korektif seperti
kegiatan briefing, jam komandan, gathering, dan kegiatan-kegiatan sosial
lainnya yang diusahakan untuk diselenggarakan secara berkala.

C. STRESS
Stress sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik,
keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, anxieti, kemurungan dan hilang
daya. Stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,
dan kondisi seorang karyawan. Stress yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri
para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka. Orang-orang yang mengalami stress bisa menjadi
nervous dan merasakan kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi mudah
marah dan agresif, tidak dapat rileks, atau menunjukkan sikap yang tidak
kooperatif.

9
Faktor-Faktor Pemicu Stress
Faktor pemicu stress ada yang berasal dari dalam organisasi/lingkungan
pekerjaan (stressor on the job), ada yang berasal dari luar organisasi/keluarga &
masyarakat (stressor off the job). Dalam bahasan ini yang ingin ditekankan adalah
apapun stressornya bila telah mengganggu kinerja seorang pegawai, maka
sebaiknya stressor harus diatasi atau dibatasi sampai dengan tingkat yang dapat
ditolerir. Adapun kondisi-kondisi yang dapat menjadi pemicu stress adalah
sebagai berikut :
1. On The Job :
a. Beban kerja berlebih/overload
b. Desakan waktu/deadline
c. Kualitas pembimbingan rendah/low supervisi
d. Iklim politis tidak aman/low comfort
e. Umpan balik kerja rendah/low feedback
f. Wewenang tidak memadai/low authority
g. Ketidakjelasan peranan/role ambiguty
h. Frustasi/putus asa
i. Konflik antar pribadi/kelompok
j. Perbedaan nilai individu dan organisasi
k. Perubahan situasi kantor yang mengejutkan

2. Off The Job :


a. Krisis keuangan pribadi/keluarga
b. Permasalahan-permasalahan tentang anak
c. Permasalahan-permasalahan tentang fisik
d. Permasalahan-permasalahan dalam perkawinan
e. Perubahan situasi rumah/lingkungan
f. Permasalahan-permasalahan lainnya

10
D. REAKSI TERHADAP STRESS
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapi stress,
secara umum reaksi tersebut dapat dikelompokan kedalam tiga jenis reaksi
sebagai berikut :
1. Reaksi Berupa Daya Tahan Atau Toleransi Terhadap Stress
Setiap orang memiliki toleransi yang berbeda-beda. Ada orang yang
mudah sedih atau panik hanya karena suatu tekanan yang bagi orang lain
merupakan hal ringan, sebaliknya ada pula orang yang tetap dapat bersikap
tenang/calm terhadap gangguan/tekanan yang bagi kebanyakan orang dinilai
cukup berat, hal ini karena mereka memiliki rasa percaya diri yang cukup
tinggi untuk mengatasi gangguan yang menghadang.

2. Reaksi Terhadap Stress Yang Didasarkan Atas Tipe Kepribadian


Seseorang
Tipe A adalah kepribadian agresif dan kompetitif merupakan individu-
individu yang cenderung menetapkan standar-standar tinggi dalam kehidupan
serta meletakan diri mereka sendiri dibawah tekanan waktu yang konstan
(selalu berusaha berlomba dengan waktu). Walau dalam tekanan tinggi
mereka bahkan tetap berusaha aktif dalam berbagai kegiatan kreatif dan sosial
kemasyarakatan. Akibatnya, mereka sering tidak menyadari bahwa banyak
tekanan/stress yang mereka rasakan salah, lebih disebabkan oleh perbuatan
sendiri dari pada lingkungan mereka. Selanjutnya tipe B adalah kepribadian
relaks dan “easy going” merupakan individu-individu yang cenderung
menerima situasi dan kondisi di lingkungan pekerjaan dengan apa adanya
serta tidak terlalu suka untuk “bersaing”. Akibatnya mereka cenderung
terhindar dari tekanan-tekanan yang dapat menimbulkan stress atau kecil
kemungkinannya untuk mendapatkan stress yang berat.

3. Reaksi Pemulihan Dari Stress


Ada individu-individu yang mudah melupakan stress yang telah/pernah
dialaminya dan dapat segera melanjutkan kehidupan normalnya kembali tanpa

11
bantuan orang lain. Namun ada pula individu-individu yang tidak mudah
melupakan dan sulit melepaskan diri dari situasi stress yang baru saja dihadapi
sehingga diperlukan bantuan orang lain untuk mengatasinya. Dalam
kehidupan berorganisasi (lingkungan kerja) individu-individu tipe terakhir
tersebut sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari bagian
personalia.

12
KESIMPULAN

Berdasarkan seluruh uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat


disimpulkan bahwa keberhasilan dari pengelolaan faktor-faktor kepuasan kerja
dan stress dapat mempengaruhi tingkat produktifitas maupun prestasi kerja dari
individu-individu dan bagi organisasi yang dimaksud.
Anggota organisasi merupakan aset yang menentukan dalam rangka
mencapai visi dan misi dari organisasi, karena itu sangat diperlukan suatu
perlakuan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang semestinya agar
tingkat kepuasan kerja dan stress dapat terjaga dan berfungsi secara optimal bagi
kesinambungan produktifitas maupun prestasi kerja organisasi secara keseluruhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Teguh Sulistiyani, Ambar dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rivai, Veithzal dan Jauvani Sagala, Ella. 2009. Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Perusahaan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber daya Manusia. Bumi Aksara.
Jakarta.

14

You might also like