You are on page 1of 5

Pemimpin Gereja yang Efektif

(Mengenali Konteks Dengan Baik)


Oleh : Joseph H Sianipar, MMin

Seorang pemimpin memiliki peran dalam mempengaruhi


cara berfikir masyarakat dimana dia berada. Namun arti
kepemimpinan sering disalah mengerti dewasa ini. Jika itu
didasarkan hanya kepada jumlah dan kekuasaan serta
banyaknya pendukung –hal itu tidak memenuhi harapan yang
Kristus miliki atas pemimpin gereja. Hal itu tidaklah
jauh berbeda dengan Babel, yang hanya ingin menampilkan
kemegahannya sendiri.

Pada bulan November 1987, majalah Time bertanya di


sampul depannya, “Siapa yang bertanggungjawab?” dan
jawaban yang diberikan dibawahnya adalah sebagai berikut,
“Negara membutuhkan seorang pemimpin, namun tidak
seorangpun yang bersedia.” Dengan demikian tantangan
yang terbesar bagi sebuah organisasi adalah tidak adanya
pemimpin yang tersedia untuk memimpin organisasi tersebut
dengan benar dan efektif. Warren Bennis (2008)
menyebutkan bahwa “Krisis yang timbul merupakan sebuah
panggilan untuk tampilnya seorang pemimpin yang kompeten
dan handal”

Organisasi yang tidak memiliki pemimpin sama seperti


ratusan orang yang duduk di dalam pesawat tanpa seorang
pilot yang dapat menerbangkan pesawat itu. Itulah
sebabnya sangat diperlukan pelatihan kepemimpinan untuk
mempersiapkan generasi berikut agar benar benar siap
menghadapi tugas dan tanggungjawab yang akan diberikan
kepada mereka dalam situasi yang penuh krisis dan
berbagai tantangan hidup.

Profesor Harvard, Abraham Zaleznik (1977) menyatakan


ada dua jenis pemimpin: pemimpin yang lahir sekali dan
yang lahir dua kali. Pemimpin yang lahir satu kali adalah
pemimpin yang lahir di dalam keluarga pemimpin dengan
segala kemudahan yang dia dapatkan dia dipersiapkan
menjadi seorang pemimpin. Pemimpin yang lahir dua kali,
tidak dipersiapkan oleh orang lain namun mempersiapkan
dirinya sendiri, ketika beranjak dewasa dan mandiri dia
mulai bersandar pada keyakinan dan pendapatnya sendiri
dan dengan segala tantangan dan kesulitan yang dia hadapi
dia bertumbuh menjadi seorang pemimpin yang berkarisma.

Peter Drucker (2009) menyatakan ada tiga alasan


utama mengapa seorang pemimpin sangat dibutuhkan.
Pertama, untuk menjamin berjalannya roda organisasi
dengan efektif. Kedua, untuk memulihkan semangat yang
hilang pada masa lalu. Ketiga, menjaga integritas sebuah
organisasi agar tidak melenceng dari tujuannya.

Sekarang kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin


sangat terbuka lebar, namun tantangannya juga sangat
besar. Tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin apalagi
untuk bertahan menjadi seorang pemimpin. Posisi seorang
pemimpin sangat licin bahkan lebih licin dari puncak
gunung everest.

Itulah sebabnya tugas pertama bagi seorang yang


ingin menjadi pemimpin yang efektif adalah mengatur
kembali konteks yang sudah ada sesuai dengan tantangan
zaman. Seorang pemimpin yang tidak memiliki visi bukanlah
seorang pemimpin yang efektif, sama seperti seorang pilot
yang tidak mengetahui kemana tujuan pesawatnya. Pemimpin
dapat memiliki postur tubuh yang beraneka ragam, ada yang
tinggi, pendek, kurus, gemuk, namun mereka memiliki
kesamaan yaitu pandangan atau visi yang jelas tentang apa
yang mereka akan lakukan dan kekuatan dan ketetapan hati
untuk bergerak berdasarkan visi itu sekalipun menghadapi
tantangan.

Apakah yang dapat membuat seorang pemimpin dapat


menjadi pemimpin yang efektif ? Ada pemimpin yang
menggantungkan efektiftasnya kepada peralatan yang
canggih. Ada banyak peralatan canggih yang dapat menolong
agar seorang pemimpin dapat bekerja dengan efektif namun
yang paling penting untuk dimiliki seorang pemimpin agar
dapat bekerja dengan efektif adalah beberapa hal berikut:

(1) Seorang pemimpin harus dapat membuat keputusan pada


saat yang tepat dan semua opsi haruslah diketahui oleh
anggota kelompoknya. Adalah suatu malapetaka bilamana
pemimpin lambat dalam membuat keputusan. Diperlukan
keberanian untuk membuat keputusan. Napoleon Bonaparte
pernah berkata:”Nothing is more difficult, and therefore
more precious, than to be able to decide.” Tidak ada yang
lebih sukar namun sangat bernilai dari pada kesanggupan
untuk membuat keputusan.

James Madison (1787) menuliskan bahwa “Pemimpin yang


efektif akan membuat keputusannya berdasarkan kepentingan
orang banyak . . . inilah prioritas utama yang dia selalu
usahakan dalam setiap keputusannya.” Namun sebaliknya
Robert Bellah (1985) menyatakan dalam bukunya habits of
the Heart bahwa manusia yang memiliki sifat alami yang
cenderung berdosa “cenderung untuk bersifat memaafkan
ketika mendapati dirinya berjuang untuk kepentingan diri
sendiri maupun kelompoknya saja dan hidup dalam dunianya
yang “sempit/kecil”. Inilah ujian kepemimpinan itu, dan
seringkali hanya sedikit yang dapat melewatinya dengan
baik.

(2) Menetapkan tujuan, setiap hari, minggu, bulan dan


tahun memiliki sasaran untuk diraih, inilah tantangan
yang harus dihadapi. Tolstoy pernah berkata bahwa harapan
adalah impian orang yang terbangun. Tanpa harapan kita
akan kehilangan semangat. Harapan dibangun atas tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Itulah sebabnya sangat
penting untuk membuat tujuan.

(3) Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk


membangun kerjasama tim dan dialah yang terdepan untuk
mempromosikan hal ini. Dia harus mengenali anggotanya dan
memberi tugas yang cocok dengan kesanggupan masing-masing
sambil menciptakan lingkungan yang kondusif. Seorang
pemimpin diharapkan melatih anggotanya agar dapat
meningkatkan keahlian mereka dan tidak lupa mengunjungi
anggotanya sambil memberikan apresiasi. Seorang pemimpin
yang mau mendengarkan isi hati anggotanya akan dapat
menginspirasikan anggotanya untuk bekerja secara sukarela
diluar dari apa yang telah menjadi tugas mereka.

(4) Dengan memimpin diskusi akan berbagai masalah seorang


pemimpin akan meningkatkan efektifitasnya. Pemimpin
adalah orang yang ingin mengetahui dan belajar tentang
berbagai hal namun bukanlah orang yang “sok” tahu. Itulah
sebabnya seorang pemimpin dibentuk oleh pengalaman
kehidupannya karena karunia memimpin bukanlah sesuatu
yang diperoleh pada saat dia lahir. Pemimpin juga tidak
lahir dari seminar kepemimpinan, karena seminar hanya
dapat memberikan ketrampilan memimpin dan bukan
mengajarkan sesuatu tentang karakter dan visi.

(5) Pemimpin yang efektif juga harus mengambil waktu


untuk menganalisa data agar dapat memperoleh gambaran
yang jelas tentang suatu masalah yang dihadapi, khususnya
masalah keuangan. Seorang pemimpin akan menerapkan sistem
yang transparant agar kredibilitas dan integritasnya
tidak dipertanyakan. Integritas dibangun atas pengalaman
hidup pada masa lalu. Seorang pemimpin tidak akan menipu
dirinya sendiri. Dia mengenal masa lalunya dan
menerimanya sebagaikenyataan hidup, dan dia belajar dari
pengalamannya bagaimana mempertahankan integritasnya.
Dengan kata lain integritas adalah suatu produk yang
ditawarkan oleh seorang pemimpin.
(6) Kesanggupan untuk memberikan bantuan dan dukungan.
Karyawan akan mendukung seorang pemimpin yang interest
bukan hanya kepada kesuksesan karyawannya. Seorang
pemimpin yang baik memberikan dukungan kepada karyawannya
pada saat mereka menghadapi masalah. Disinlah pengaruh
dari seorang pemimpin dapat dirasakan bawahannya. Henry
Kissinger (1988) pernah berkata “Seorang pemimpin lebih
memerlukan hati yang suka menolong dari pada intelektual
yang tinggi.”

Sebagai rangkuman kita dapat simpulkan bahwa pemimpin


yang efektif adalah seorang yang:

1. Memiliki visi
2. Memiliki persepsi yang lengkap terhadap situasi yang
dihadapinya.
3. Perencana yang luar biasa
4. Kreatif dan mau menerima pendapat oran lain.
5. Mempercayai orang lain
6. Suka bekerjasama dalam sebuah kelompok/tim.
7. Berempati.
8. Menghargai orang lain
9. Memiliki pendirian
10. Menggunakan waktu dengan effektif.
11. Disiplin dalam mengutamakan hal yang menjadi
prioritas utama.
12. Sistematis
13. Mendelegasikan tugas
14. Menetapkan tujuan yang tinggi
15. Memilik berbagai pengetahuan yang luas
16. Suka belajar
17. Suka bekerja.
18. Memberi motivasi dan inspirasi
19. Mudah bergaul
20. Berpengaruh
21. Proaktiv
22. Melahirkan pemimpin baru.
23. Bekerja dengan penuh hikmat dan pengetahuan
24. Memiliki jiwa besar untuk mengampuni.

Semoga lewat artikel yang sederhana ini dapat


menolong kita untuk bercermin, sudah sejauh manakah kita
mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang baik dan efektif
dalam rumahtangga, gereja atau masyarakat. Kita semua
sedang dalam proses untuk mengalami perubahan kepada
pribadi dan karakter yang lebih baik lagi, dan hanya
didalam Kristus proses ini dapat berlangsung dengan baik.
Rasul Paulus menuliskan dalam 2 Korintus 5:17 “ Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang.” Tuhan memberkati.
BIBLIOGRAPHY

Drucker Peter, On becaming a leader, (Perseus Books


Group: Philadelphia, PA) 2009.

Time, November 9, 1987.

Warren Bennis, Daniel Coleman, and James O’Toole with


Patricia Ward Biederman, Transparency, Jossey-Bass
(2008).

Madison James, The Federalist, #10 (1787).

Robert N. Bellah, Richard Madsen, William Sullivan, Ann


Swidler, and Steven Tipton, Habits of the Heart,
Harper & Row (1985).

Henry Kissinger, in an interview broadcast on KCET, Los


Angeles, November 14, 1988.

Abraham Zaleznik, “Managers and Leaders: Are They


Different?” Harvard Business Review, May–June 1977.

You might also like