Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan bagian terpenting dari organisasi lembaga pendidikan. Hal ini
dapat dilihat pada kenyataannya ketika seorang pemimpin telah menjalankan tugasnya
memanej organisasinya dengan baik maka organisasi tersebut akan menjadi baik pula.
Bagitu pulan halnya dengan kepemimpinan kepala sekolah, ia merupakan faktor
penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan
sekolah dan pendidikan pada umumnya yang direalisasikan dengan MPMBS. Kepala
sekolah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu, MPMBS
sebagai paradigma baru pendidikan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Kinerja kepala sekolah dalam kaitannya dengan MPMBS adalah segala upaya yang
dilakuakan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam
mengimplementasikan MPMBS disekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
Melihat penting dan strategisnya posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan
sekolah, maka seharusnya kepala sekolah harus mempunyai nilai kemampuan relation
yang baik dengan segenap warga di sekolah, sehingga tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan berhasil dengan optimal. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal
mengarungi samudra, kepala sekolah mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah.
Dalam Islam sendiri, kepemimpinan mendapatkan porsi bahasan yang tidak sedikit.
Tidak sedikit ayat al-Qur’an dan Hadits yang membincang akan pentingnya
kepemimpinan dalam sebuah komunitas. Beberapa istilah al-Quran yang terkait dengan
kepemimpinan antara lain, khalifah (khilafah), imam (imamah) dan uli al-Amri.
Disamping itu disebutkan juga prinsip-prinsip kepemimpinan, yang mana prinsip tersebut
harus dimilki oleh seorang pemimpin walaupun tidak secara totalitasUntuk itulah, penulis
merasa penting untuk mengaplikasikan teroi-teori kepemimpinan yang terdapat di dalam
al-Qur’an tersebut dalam kaitannya dengan kepemimpinan kepala sekolah di lembaga
pendidikan yang dipimpinnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian kepemimpinan?
2. Bagaimana konsep kepemimpinan kepala sekolah?
3. Bagaimana teori kepemimpinan kepala sekolah dalam perspektif al-Qur’an?
C. Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan untuk menjelskan kembali konsep kepemimpinan kepala sekolah
dan mengaitkannya dengan teori-teori kepemimpinan dalam ayat-ayat suci al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
1. Definisi Kepemimpinan
Mengenai definisi kepemimpinan, banyak perbedaan pendapat mengenai definisinya. Hal
ini disebabkan berbedanya sudut pendang dari masing-masing peneliti, mereka
mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif-perspektif individual dan aspek
dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka.
Jacobs & Jacques mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses memberi arti
(pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan
untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.[1]
Sedangkan menurut Tannenbaum, Weschler & Massarik kepemimpinan adalah pengaruh
antarpribadi, yang dijalankan dalam suatu sistem situasi tertentu, serta diarahkan melalui
proses komunikasi, ke arah pencapain satu tujuan atau bebrapa tujuan tertentu.[2]
Dari pengertian di atas ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan suatu
hubungan proses mempengaruhi yang terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkan
untuk tercapainya tujuan bersama. Disamping itu jika melihat rumus kepemimpinan yang
diajukan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, maka hubungan natara pemimpin
dan yang dipimpin tidak harus selalu berada dalam hubungan yang hirarkis.
2. Syarat-Syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai persaratan kepamimpinan itu harus selalu di kaitkan dengan tiga hal
pokok yaitu,
a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, shingga orang mampu
“mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pimpinan dan
bersedia melakukakan perbuatan-perbuatan tertentu.
c. Kemampuan ialah segala daya, kemampuan, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/
ketrampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota
biasa.[3]
3. Sifat-Sifat Pemimpin
Penilaian sukses atau atau gagalnya pemimpin antara lain dilakukan dengan mengamati
dan mencatat sifat-sifat dan kualitas perilakunya. Diantara para penganut teori sifat/
kesifatan dari kepemimpinan (the traitist theory of leadership) adalah Ordway Tead.
Menurut Ordway, ada sepuluh sifat-sifat kepemimpinan, yaitu ;
a) Energi jasmaniah dan mental (Psysical and nervous energy)
b) Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction)
c) Antusiame (enthusiasm)
d) Keramahan dan kecintaan (Friendliness and affection)
e) Integritas (integrity)
f) Penguasaan teknis (technical mastery)
g) Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness)
h) Kecerdasan (intelligence)
i) Kepercayaan (faith).[4]
أوعجبتم أن جاءكم ذكر من ربكم على رجل منكم لينذركم واذكروا إذ جعلكم خلفاء من بعد قوم نوح وزادكم في الخلق
69 :)بصطة فاذكروا آلء ال لعلكم تفلحون )العراف
Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari
Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan
kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah
melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah
nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
إن ربك سريع العقاب وإنه، وهو الذي جعلكم خلئف الرض ورفع بعضكم فوق بعض درجات ليبلوكم في ما ءاتا كم
165 :)لغفور الرحيم )النعام
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang
apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
إن الذين يضلون، يا داود إنا جعلناك خليفة في الرض فاحكم بين الناس بالحق ول تتبع الهوى فيضلك عن سبيل ال
26 :)عن سبيل ال لهم عذاب شديد العقاب )ص
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan.
ول يزيد، فمن كفر فعليه كفره ول يزيد الكافرين كفرهم عند ربهم إل مقتا، هو الذي جعلكم خلئف في الرض
39 :)الكافرين كفرهم إل خسارا )فاطر
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir,
maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian
mereka belaka.
Dari beberapa ayat tersebut di atas menjadi jelas, bahwa konsep khalifah dimulai sejak
nabi Adam secara personil yaitu memimpin dirinya sendiri, dan ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan dalam Islam juga mencakup memimpin dirinya sendiri yakni
mengarahkan diri sendiri ke arah kebaikan.
Disamping memimpin diri sendiri, konsep khalifah juga berlaku dalam memimpin umat,
hal ini dapat dilihat dari diangkatnya nabi Daud sebagai khalifah.
Konsep khalifah di sini mempunyai syarat antara lain, tidak membuat kerusakan di muka
bumi, memutuskan suatu perkara secara adil dan tidak menuruti hawa nafsunya. Allah
memberi ancaman bagi khalifah yang tidak melaksanakan perintah Allah tersebut.
b. Imam
Dalam Al-Qur’an kata imam di terulang sebanyak 7 kali atau kata aimmah terulang 5
kali. Kata imam dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa arti yaitu, nabi, pedoman,
kitab/buku/teks, jalan lurus, dan pemimpin.[13]
Adapun ayat-ayat yang menunjukkan istilah imam antara lain:
74 :)والذين يقولون ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما )الفرقان
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.
:وإذ ابتلى إبراهيم ربه بكلمات فأتمهن قال إني جاعلك للناس إماما قال ومن ذريتي قال ل ينال عهد الظالمين )البقرة
124)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga)
dari keturunanku Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
73 :)وجعلناهم أئمة يهدون بأمرنا وأوحينا عليهم فعل الخيرات وإقام الصلة وإيتاء الزكاة وكانوا لنا عابدين )النبياء
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu
menyembah,
4 :)ونريد أن نمن على الذين استضعفوا في الرض ونجعلهم أئمة ونجعلهم الوارثون )القصص
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir)
itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang
mewarisi (bumi)
Konsep imam dari bebrapa ayat di atas menunjukkan suami sebagai pemimpin rujmah
tangga dan juga nabi Ibrahim sebagai pemimpin umatnya.
Konsep imam di sini, mempunyai syarat memerintahkan kepada kebajikan sekaligus
melaksanakannya. Dan juga aspek menolong yang lemah sebagaimana yang diajarkan
Allah, juga dianjurkan.
c. Uli al- Amri
Istilah Ulu al-Amri oleh ahli Al-Qur’an, Nazwar Syamsu, diterjemahkan sebagai
functionaries, orang yang mengemban tugas, atau diserahi menjalankan fungsi tertentu
dalam suatu organisasi.[14]
Hal yang menarik memahami uli al-Amri ini adalah keragaman pengertian yang
terkandung dalam kata amr. Istilah yang mempunyai akar kata yang sama dengan amr
yang berinduk kepada kata a-m-r, dalm Al-Qur’an berulang sebanyak 257 kali. Sedang
kata amr sendiri disebut sebanyak 176 kali dengan berbagai arti, menurut konteks
ayatnya. [15]
Kata amr bisa diterjemahkan dengan perintah (sebagai perintah Tuhan), urusan (manusia
atau Tuhan), perkara, sesuatu, keputusan (oleh Tuhan atau manusia), kepastian (yang
ditentukan oleh Tuhan), bahkan juga bisa diartikan sebagaia tugas, misi, kewajiban dan
kepemimpinan.[16]
Berbeda dengan ayat-ayat yang menunjukkan istilah amr, ayat-ayat yang yang
menunjukkan istilah uli-al-Amri dalam Al-Qur’an hanya disebut 2 kali.
فإن تنازعتم في شيئ فردوه إلى ال والرسول إن، ياأيها الذين أمنوا أطيعوا ال وأطيعوا الرسول وأولى المر منكم
59 : ذلك خير وأحسن تأويل )النساء، )كنتم تؤمنون بال واليوم الخر
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.
ولو ردوه إلى الرسول وإلى أولى المر منهم لعلمه الذين يستنبطونه، وإذا جاءكم أمر من المن أو الخوف أذاعوا به
83: ولول فضل ال عليكم ورحمته لتبعتم الشيطان إل قليل )النساء، )منهم
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil
Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri) Kalau tidaklah karena karunia
dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian
kecil saja (di antaramu).
Adapun maksud dari dua ayat di atas jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan
uli al-Amri adalah mereka yang mengurusi segala urusan umum, sehingga mereka
termasuk orang-orang yang harus ditaati setelah taat terhadap perintah Rasul.
Apabila terjadi persilangan pendapat maka yang diutamakan adalah Allah dan Rasul-
Nya.
2. Prinsip-prinsip Kepemimpinan
Dalam Al-Qur’an juga menyebutkan prinsip-prinsip kepemimpinan antara lain, amanah,
adil, syura(musyawarah), dan amr bi al-ma’ruf wa nahy ‘an al- munkar.
a. Amanah
Dalam Kamus Kontemporer (al-Ashr) Amanah diartikan dengan kejujuran, kepercayaan
(hal dapat dipercaya).[17] Amanah ini merupakan salah satu sifat wajib bagi Rasul.
Ada sebuah ungkapan “kekuasan adalah amanah, karena itu harus dilaksanakan dengan
penuh amanah”. Ungkapan ini menurut Said Agil Husin Al-Munawwar, menyiratkan dua
hal.
Pertama, apabila manusia berkuasa di muka bumi, menjadi khalifah, maka kekuasaan
yang diperoleh sebagai suatu pendelegasian kewenangan dari Allah SWT. (delegation of
authority) karena Allah sebagai sumber segala kekuasaan. Dengan demikian, kekuasaan
yang dimiliki hanyalah sekedar amanah dari Allah yang bersifat relative, yang kelak
harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Kedua,karena kekuasaan itu pada dasarnya amanah, maka pelaksanaannya pun
memerlukan amanah. Amanah dalam hal ini adalah sikap penuh pertanggungjawaban,
jujur dan memegang teguh prinsip. Amanah dalam arti ini sebagai prinsip atau nilai.[18]
Mengenai Amanah ini Allah berfirman:
إنه كان ظلوما، إنا عرضنا المانة على السماوات والرض والجبال فأبين أن يحملنها وأشفقن منها وحملها النسان
72 :)جهول )الحزاب
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh
Menurut Hamka, ayat tersebut bermaksud menggambarkan secara majaz atau dengan
ungkapan, betapa berat amanah itu, sehingga gunung-gunung, bumi dan langitpun tidak
bersedia memikulnya. Dalam tafsir ini dikatakan bahwa hanya manusia yang mampu
mengemban amanah, karena manusia diberi kemampuan itu oleh Allah, walaupun
mereka ternyata kemudian berbuat dzalim, terhadap dirinya sendiri, maupun orang lain
serta bertindak bodoh, dengan mengkhianati amanah itu. [19]
إن ال كان، إن ال نعّما يعظكم به،إن ال يأمركم أن تؤدوا المانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل
58 :)سميعا بصيرا )النساء
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.
Dua ayat di atas jelas menunjukkan perintah Allah mengenai harus dilaksanakannya
sebuah amanah. Manusia dalam melaksanakan amanah yang dikaitkan dengan tugas
kepemimpinannya memerlukan dukungan dari ilmu pengetahuan dan hidayah dari Allah.
Hal ini dapat dilihat firman Allah “Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu”, pengajarannya bisa lewat hidayah yang merupakan anugrah
dari Allah, juga bisa melalui ilmu pengetahuan.
b. Adil
Kata Adil ini merupakan serapan dari bahsa arab ‘adl. Dalam Al-Qur’an istilah adil
menggunakan tiga term yaitu ‘adl, qisth dan haqq. Dari akar kata ‘a-d-l sebagai kata
benda, kata ini disebut sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an. Sedangkan kata qisth berasal
dari akar kata q-s-th, diulang sebanyak 15 kali sebagai kata benda.[20] Sedangkan kata
haqq dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 251 kali.[21] Adapun ayat-ayat yang berbicara
mengenai keadilan antara lain:
29 : كما بدأكم تعودون )العراف، وأقيموا وجوهكم عند كل مسجد وادعوه مخلصين له الدين،)قل أمر ربي بالقسط
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah):
"Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada
permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)".
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menyuruh orang menjalankan keadailan. Secara
konkret, yang disebut keadilan (qisth) itu adalah: (a) mengkonsentrasikan perhatian
dalam shalat kepada Allah dan (b) mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.[22]
Dari uraian tersebut dapat ditarik kepada aspek kepemimpinan, yaitu seorang pemimpin
harus benar-benar ikhlas dalam menjalankan tugasnya dan juga orientasinya semata-mata
karena Allah. Sehingga ketika dua hal tersebut sudah tertanam maka akan melahirkan
suatu tingkah laku yang baik.
إن ال كان،إن ال يأمركم أن تؤدوا المانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل إن ال نعّما يعظكم به
58 :)سميعا بصيرا )النساء
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.
Ayat di atas juga telah disinggung pada pembahasan amanah, karena ayat tersebut
mengajarkan manusia tentang dasar-dasar pemerintahan yang baik dan benar yaitu
menjalankan amanah dan menetapkan suatu hukum dengan adil.
وما كان لرسول أن يأتي بأية إل بإذن،ولقد أرسلنا رسل من قبلك منهم من قصصنا عليك ومنهم من لم نقصص عليك
78 : فإذا جاء أمر ال قضي بالحق وخسر هنالك المبطلون )المؤمن،)ال
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka
ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami
ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan
dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua
perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang
batil
Ayat ini juga berisi tentang perintah berbuat adil, yang didalmnya digambarkan tentang
keadilan yang dijalnkan oleh utusan Allah yang juga berfungsi sebagai pemimpin bagi
umatnya.
c. Musyawarah
Musyawarah, apabila diambil dari kata kerja syawara-yusyawiru, atau syura, yang berasal
dari kata syawara-yasyuru, adalah kata-kata yang terdapat dalam Al-Qur’an. Yang
pertama merujuk merujuk pada ayat 159 surat Alu Imran, sedangkan istilah syura
merujuk kepada Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 38.[23] Selain dua istilah di atas ada
juga kata yang maknanya menunjukkan musyawarah yaitu kata i’tamir dalam surat ath-
Thalaq ayat 6. Adapun ayat-ayat tersebut di atas yaitu:
فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في،ظا غليظ القلب لنفضوا من حولك
ّ ولو كنت ف،فبما رحمة من ال لنت لهم
159 : إن ال يحب المتوكلين )ال عمران، فإذا عزمت فتوكل على ال،)المر
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Dari kata “wa syawir hum” yang terdapat pada ayat ini mengandung konotasi “saling”
atau “berinteraksi”, antara yang di atas dan yang di bawah.[24] Dari pemahaman tersebut
dapat ditarik kesimpulan behwa pemimpin yang baik adalah yang mengakomodir
pendapat bawahannya artinya tidak otoriter.
38 :)والذين استجابوا لربهم وأقاموا الصلة وأمرهم شورى بينهم ومما رزقناهم ينفقون )الشورى
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Jika pada ayat sebelumya menunjukkan adanya interaksi, maka pada ayat ini yakni istilah
syura terkandung konotasi “berasal dari pihak tertentu”. Dari sini juga dapat ditarik
pemahaman bahwa tidak selamanya pemimpin harus mendengarkan bawahannya, artinya
pemimpin harus bisa memilih situasi dan kondisi kapan dia harus mendengarkan
bawahannya dan kapan pula dia harus memutuskan secara mandiri. Jadi pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang situasional.
يأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويقيمون الصلة ويؤتون الزكاة،والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أوليآء بعض
71 : إن ال عزيز حكيم )التوبة، أولئك سيرحمهم ال،)ويطيعون ال والرسول
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka
taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
ول عاقبة المور،الذين إن مكناهم في الرض أقاموا الصلة وأتوا الزكاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر
41 :))الحج
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Ketiga ayat di atas menunjukkan perintah amr ma’ruf dan nahy munkar. Dalam Al-
Qur’an dan Terjemahnya yang disusun oleh Hasbi Ashshiddiqi dkk., ma'ruf diartikan
sebagai segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah
segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.[27] Dengan demikian dapat
dipahami bahwa prinsip kepemimpinan amr ma’ruf dan nahy munkar sangat ditekankan
oleh Allah karena dari prinsip ini akan melahirkan hal-hal yang akan membawa kebaikan
pada suatu kepemimpinan.
D. Analisis
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa antara konsep kepemimpinan secara umum dan
konsep kepemimpinan dalam Al-Qur’an ada perbedaaanya. Hal ini dapat dilihat dari
pengertian kepemimpinan secara umum yang merupakan suatu hubungan proses
mempengaruhi yang terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkan untuk tercapainya
tujuan bersama. Sedangkan konsep kepemimpinan dalam Al-Qur’an yaitu khalifah,
imam, dan uli al-Amri dengan segala nsyarat-syaratnya dinilai lebih komprehensif dalam
memaknai sebuah kepemimpinan yang akhirnya akan melahirkan pemimpin-pemimpin
yang handal dan dapat membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
Selain itu, kedua konsep tersebut dalam mengemukakan sifat-sifat pemimpin yang ideal,
sama-sama menyentuh sisi materialisme dan sisi idealisme. Misalnya dalam konsep
kepemimpinan umum, sifat pemimpin antara lain, mempunyai energi jasmaniah dan
mental, mempunyai kesadaran akan tujuan dan arah, mempunyai antusiame dan lain
sebagainya. Sedangkan konsep pemimpin dalm Al-Qur’an antara lain memiliki sifat-sifat
yaitu, Islam, bertaqwa, memahami situasi dan kondisi masyarakatnya, mempunyai
karisma dan wibawa dihadapan manusia, konsekuen dengan kebenaran, ikhlas, dan
bertingkah laku yang baik.
Dari dua konsep tentang pemimpin ideal di atas, dapat dilihat bahwa, walaupun kedua
konsep tersebut sama-sama menyentuh sisi materialisme dan sisi idealisme, namun
konsep yang ditawarkan oleh Al-Qur’an lebih ditekankan pada aspek idealisme. Karena
aspek idealisme merupakan kunci dari semua tingkah laku yang ada. Misalnya ikhlas,
dari orang yang ikhlas tidak akan pernah ada penyelewengan karena orang yang ikhlas
hanya berniat mencari ridla Allah semata. Lain halnya dengan konsep kepemimpinan
umum, dalam konsep ini aspek materialisme lebih dikedepankan. Misalnya mempunyai
energi jasmaniah dan mental serta mempunyai kesadaran akan tujuan dan arah. Sifat ini
sangat jelas orientasinya lebih pada materialisme.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa konsep kepemimpinan dalam Al-Qur’an lebih
komprehensif jika dibandingkan dengan konsep kepemimpinan secara umum. Karena Al-
Qur’an merupakan firman Allah yang tentu saja sangat jauh dari kekurangan. Disamping
itu, Allah adalah pencipta manusia yang lebih tahu terhadap hal-hali yang dibutuhkan
oleh manusia.
BAB III
PENUTUP
Kepala sekolah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan
menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya. Kepala sekolah
dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Melihat penting dan strategisnya
posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah, maka seharusnya kepala
sekolah harus mempunyai nilai kemampuan relation yang baik dengan segenap warga di
sekolah, sehingga tujuan sekolah dan tujuan pendidikan berhasil dengan optimal. Ibarat
nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengarungi samudra, kepala sekolah mengatur
segala sesuatu yang ada di sekolah.Dalam al-Quran telah terdapat nilai-nilai agung
tentang arti pentingnya kepemimpinan. Di samping itu, konsep-konsep bagaimana
seharusnya seorang pemimpin berbuat telah terdapat dalam banyak penulis jelaskan
dalam makalah ini. Akhirnya penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat menjadi
pencerahan baru bagi para kepala sekolah dan calon-calon manajer lembaga pendidikan
di masa yang akan datang.
[1] Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, terj. Jusuf Udaya, Prenhallindo,
Jakarta, 1994, hlm: 2
[2] Ibid
[3] Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan; Apakah Pemimpin Abnormal itu?,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hlm.: 28-31
[4] Ibid, hlm: 37-43
[5] Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo Persada: cetakan
ke3, hlm. 83.
[6] Sudarwan. Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 56.
[7] Daryanto, Administarsi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 81.
[8] Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, ( Bandung: Cipta
Cekas Grafika, 2004), hlm. 112.
[9] Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 57.
[10]Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
hlm. 86.
[11] M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
konsep Kunci, Paramadina, Jakarta, 2002, Cet. II, hlm: 349
[12] Ibid, hlm: 357
[13] Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm: 197-199
[14] M. Dawam Raharjo, Op.Cit., hlm: 466
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yayasan
Ali Maksum, Yogyakarta, tt, hlm: 215
[18] Said Agil Husin Al-Munawar, Op.Cit., hlm: 200
[19] M. Dawam Raharjo, Op.Cit., hlm: 195
[20] Ibid., hlm: 369
[21] Jumlah dari kalimat haqq penulis temukan di dalam program Holy Qur’an.
[22] M. Dawam Raharjo, Op.Cit., hlm: 370
[23] Ibid..,hlm: 441-442
[24] Ibid., hlm: 443
[25] Ibid., hlm: 619
[26] Ibid., hlm: 624
[27] Hasbi Ashshiddiqi et.al., Al-Qur’an Dan Terjemahnya,, Departemen Agama RI,
Jakarta, tt, hlm: 93
[28] M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Mizan, Bandung,
1999, Cet. XV, hlm: 383
[29] Ali Muhammad Taufiq, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie
al-Kattani & Sabaruddin, Gema Insani Press, Jakarta, 2004, hlm: 37-41
http://alumnigontor.blogspot.com/2008/04/teori-kepemimpinan-dalam-perspektif-al.html
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH
DASAR NEGERI CEPOKO 01 KECAMATAN
GUNUNGPATI.
• View
• clicks
• Proposal Skripsi
I. JUDUL
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU
DI SEKOLAH DASAR NEGERI CEPOKO 01 KECAMATAN GUNUNGPATI.
Hasibuan, H. Malayu S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Kartono, Kartini. 1992. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. Pasal 20 (a) Tentang Guru dan
Dosen.
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Hasibuan, H. Malayu S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Kartono, Kartini. 1992. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. Pasal 20 (a) Tentang Guru dan
Dosen.
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Dari kedua pendapat diatas maka pengertian kualitas kepemimpinan Kepala Sekolah
adalah suatu kemampuan atau teknik Kepala Sekolah untuk mempengaruhi orang-orang
agar mau melakukan kerjasama dengan berbagai pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang dimilikinya.
Bertolak dari pengertian tersebut, ada tiga unsur yang berkaitan yaitu unsur manusia,
unsur sarana dan unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara
seimbang, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan
yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara teori ataupun dari
pengetahuan di dalam praktek selama menjadi pemimpin.
Pendekatan Kepemimpinan
1. Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat ini, seorang pemimpin sejak lahir telah memiliki sifat-sifat atau garis
keturunan yang dimilikinya sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan atau
kegagalan dalam memimpin.
1. Pendekatan perilaku
1. Pendekatan Situasional
Syarat yang dimaksud disini adalah sifat-sifat atau sikap-sikap yang seyogyanya dimiliki
oleh seorang pemimpin agar dapat menjalankan kepemimpinan dengan sukses.
Adapu syarat-syarat khusus yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Kepala Sekolah)
adalah :
Salam …
Dilihat dari pernyataan di atas, guru merupakan sosok kepemimpinan di kelas yang
bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan kelas, sehingga proses belajar mengajar
berlangsung lebih baik, serta tercapai tujuan pembelajaran khusus. Oleh itu guru
hendaklah memiliki dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mulianya.
Pendangan penulis di atas menggambarkan bahwa sekolah mempunyai peranan dan tugas
yang beragam dan kompleks dalam masyarakat. Seluruh kemampuan kepemimpinan
kepala sekolah perlu di manfaatkan seoptimal mungkin untuk menggerakkan semua
kegiatan pendidikan.
Sekolah harus banyak berkomunikasi, berinteraksi dengan masyarakat, baik melalui
instansi resmi maupun tidak resmi, sehingga kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi dan
dapat memberi kesadaran kepada mereka tentang pentingnya meningkatkan kualitas
pendidikan. YB Menteri Pendidikan Encik Anwar Ibrahim menjelaskan tentang
pentingnya meningkatkan kualitas pendidikan di dalam Berita Harian 12 September
1986, yang dikutip oleh Tajul Ariffin Noordin, bukunya Pendidikan Suatu Pemikiran
Semula, mengemukakan :
“Kita perlu ingat bahwa pendidikan itu bukan hanya untuk menimba ilmu pengetahuan
tetapi untuk membentuk INSAN yang baik, penuh dengan adab sopan dan berahlak tinggi
karena ilmu pengetahuan tanpa disiplin dan moral bukanlah ilmu dalam ertetika yang
sebenarnya. Apa artinya pendidikan kalau kita tidak dapat membentuk manusia”.
Berdasarkan pernyataan di atas jelas bahwa tugas kepala sekolah sebagai pemimpin
harus mempunyai kepandaian menganalisa apa yang baik dan dapat diterima oleh guru-
guru atau masyarakat sekolah. Apa yang dilaksanakan mestinya memberi penjelasan,
kekuatan bertuan, saran, hubungan, motivasi dan sebagainya. Menurut R. Iyeng
Wiraputra menyatakan :
“ Sekolah hendaknya merupakan lokakarya dimana demokrasi dibangun. Titik berat
terletak pada tugas-tugas kepemimpinan pendidikan yang di teruskan kepada orang-orang
demokratis, karena kebebasannya dan kewajiban untuk melakukan kegiatan yang
bertanggungjawab, yang lahir dari kebebasan itu. perhatian terhadap kesulitan-kesulitan,
gagasan baru untuk organisasi dan struktur situasi sekolah dan akhirnya beberapa aspek
problem dengan keperluan-keperluan mendesak untuk penyelidikan selanjutnya”.
Kepala sekolah sebagai pemimpin, hendaklah memperhatikan motivasi karyawannya
termasuk motivasi guru. Dalam hal ini kualitas kepemimpinan mestilah dimanfaatkan
sepenuhnya. Bantuan tenaga dan pemikiran dari guru sangatlah dibutuhkan oleh kepala
sekolah di dalam tugas dan fungsinya sebagai pemimpin. Menurut Koontz, dikutip oleh
Wahjosumidjo, tentang fungsi kepemimpinan :
“Fungsi kepemimpinan adalah mengajak atau menghimbau semua bawahan atau
pengikut agar dengan penuh kemauan untuk memberikan sumbangan dalam mencapai
tujuan organisasi sesuai dengan kemampuan para bawahan itu secara maksimal”.
Sedangkan Tajul Ariffin Noordin, mengemukakan bahwa pemberian motivasi hendaklah
diikuti dengan disiplin yang kuat :
“ Motivasi dan disiplin adalah dua sifat yang perlu ada dalam setiap diri ahli masyarakat
yang sedang membangun khususnya. Motivasi dan disiplin bolehlah diibaratkan sebagai
irama dan lagu yang tidak mungkin dapat dipisahkan. Motivasi tanpa disiplin hanya akan
menghasilkan manusia-manusia buas, bernafsu binatang. Manakala disiplin sahaja tanpa
motivasi akan melahirkan generasi robot, pasif, kaku, lemah dan senantiasa akan
ditindas.”
Berdasarkan pendapat di atas, ada tiga perkara pokok yang memberikan ciri
kepemimpinan dalam hubungannya dengan motivasi, yaitu :
1. Kecakapan untuk memahami bahwa dalam manusia itu pada hakikatnya memiliki
kekuatan motivasi
dalam waktu yang bervariasi dan situasi yang berbeda-beda.
2. Memiliki kecakapan dan disiplin untuk membangkitkan atau menimbulkan kemangat
kerja yang tinggi.
3. Memiliki kecakapan untuk berbuat dengan cara tertentu, sehingga menimbulkan
suasana yang
merangsang lahirnya suatu respond an motivasi.
Mengingat pentingnya motivasi dan pelaksanaannya secara penuh disiplin, maka disiplin
ilmu seperti manajemen sumber daya manusia, mempelajari bagaimana penyediaan
sumberdaya manusia yang dibutuhkan serta bagaimana mendayagunakan sumberdaya
manusia tersebut sehingga dapat mencapai produktivitas kerja kerja guru yang optimal.
Kualitas kepemimpinan yang efektif adalah sesuatu yang perlu dimiliki oleh kepala
sekolah diakui oleh semua guru, memungkinkan guru dengan kesadaran yang tinggi akan
melaksanakan instruksi yang berkenaan pada tugasnya dengan baik, ikhlas dan perasaan
senang serta penuh rasa tanggung jawab. Oleh yang demikian kepala sekolah harus
mampu menciptakan suasana kerja, iklim organisasi serta kepemimpinan yang
menyenangkan sehingga dapat memberi dorongan kerja guru, mewujudkan motivasi
kerja guru yang tinggi kea rah pencapaian tujuan belajar mengajar atau tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Supaya kita lebih memahami pengertian sebenar mengenai kepemimpinan di bawah ini
diberikan beberapa definisi kepemimpinan. Menurut Paul Heresy dan Ken Blan Chard
mengemukakan definisi kepemimpinan yang dikutip dari pendapat Robert Tannenbaum,
Irving Weschler, Fred Messarik dan George Terry :
“Kepemimpinan merupakan pengaruh antar pribadi yang dikalukan dalam suatu situasi
dan diarahkan melalui proses komunikasi pada pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah
aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara
sukarela dan kpemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”
Menurut dr. Buchari Zainun : pengertian kepemimpinan ini lebih dipertegaskan lagi,
dimana seseorang pemimpin itu harus mempunyai kemampuan, keberanian mengambil
resiko untuk mencapai tujuan.
“Leadership atau kepemimpinan dapat diartikan sebagai satu kekuatan atau ketangguhan
yang bersumber dari kemampuan untuk mencapai cita-cita dengan keberanian mengambil
resiko yang bakal terjadi.”
Dari pengertian di atas terlihat bahwa pengertian kepemimpinan mudah diberikan, tetapi
sukar untuk benar-benar didalami. Seorang dapat disebut pemimpin jika ia dapat
mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu, meskipun tidak ada
ikatan-ikatan yang formal dalam organisasi. Dengan demikian pengertian kepemimpinan
akan timbul di manapun, asalkan unsur-unsur di bawah ini ada :
a. Adanya orang yang dipengaruhi.
b. Adanya orang yang mempengaruhi.
c. Orang yang mempengaruhi mengerahkan kepada tercapainya sesuatu tujuan.
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan atau memaksa orang lain untuk berbuat sesuatu terlihat di dalam proses
memimpin, adanya hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain, antara
individu satu dengan kelompok individu yang berorganisir secara temporer atau tetap
dalam suatu wadah tertentu.
Dari berbagai definisi kepemimpinan di atas terdapat beberapa unsur yang bersamaan
yang terdapat dalam proses kepemimpinan, yaitu :
1. Kepemimpinan merupakan suatu proses
2. Adanya tujuan
3. Adanya orang yang mempengaruhi dan dipengaruhi
4. Kepemimpinan berlangsung dalam situasi yang tertentu
5. Kepemimpinan berlangsung dengan menggunakan teknik tertentu
6. Fungsi kepemimpinan adalah untuk mempengaruhi atau menggiatkan orang lain.
7. Dalam merealisasikan tujuan terdapat proses interaksi antara pemimpin dan yang
dipimpin
Burhanuddin mengemukakan :
Dari beberapa difinisi kepemimpinan pendidikan diatas, dapat dirumuskan bahwa setiap
usaha untuk mempengaruhi orang-orang, yang bersifat positif ada hubungannya dengan
pekerjaan mendidik dan mengajar, sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran dapat
dicapai dengan lebih berkesan, maka dapat dikatakan bahwa usaha itu melakukan
perbaikan kualitas kepemimpinan pendidikan atau meningkatkan Sumber Daya
Manusianya.
B. Tipe-tipe Kepemimpinan
Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kesuksesan Kepala Sekolah ialah
dengan mempelajari pendekatan kepemimpinan yang digunakan dan tipe atau gaya
kepemimpinan yang diterapkan di sekolah. Sepanjang pengamatan para ahli, maka cara
seseorang pemimpin melakukan kepemimpinan itu dapat digolongkan atas beberapa
golongan antara lain :
a. Secara otokratis
b. Secara militeristis
c. Secara Paternalistis
d. Secara Kharismatis
e. Secara ‘laisses Faire’ atau secara bebas
f. Secara Demokrasi
a. Secara Otokratis
1. Kepemimpinan secara otokratis artinya pemimpin menganggap organisasi sebagai
milik sendiri.
2. Ia bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap
mereka itu
sebagai bawahan dan merupakan alat, bukan manusia. Cara menggerakkan para
anggota organisasi
dengan unsur-unsur paksaan dan ancaman-ancaman pidana.
3. Bawahan adalah hanya menurut dan menjalankan perintah-perintah atasan serta tidak
boleh
membantah, karena pemimpin secara ini tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat.
4. Rapat-rapat atau musyawarah tidak dikehendaki. Berkumpul atau berapat hanya
untuk
menyampaikan instruksi-instruksi atau perintah-perintah.
5. Kepemimpinan yang bersifat otokratis dikendalikan oleh seorang pemimpin yang
mempunyai
perasaan harga diri yang besar sekali. Bawahannya dianggap bodoh, tidak
berpengalaman dan
selayaknya dituntun dengan sebaik-baiknya. Pemimpin merasa dirinya orang
yang terpandai dalam
bagiannya.
b. Secara Militeristis
Seorang pemimpin yang bersifat militeristis, yaitu pemimpin yang memiliki sifat-sifat
antara lain seperti dibawah ini :
1. Untuk menggerakkan bawahannya ia menggunakan system perintah yang biasa
digunakan dalam
ketentaraan.
2. Gerak-geriknya senantiasa tergantung kepada pangkat dan jabatannya
3. Senang akan formalitas yang berlebih-lebihan
4. Menuntut disiplin keras dan kaku dari bawahannya
5. Tidak menerima kritik dari bawahannya
6. Senang akan upacara-upacara untuk berbagai-bagai keadaan
7. Dan lain sebagainya
c. Secara Paternalistis
1. Cara ini boleh dikatakan untuk seorang pemimpin yang bersifat ‘Kebapakan’, ia
menganggap anak
buahnya sebagai ‘anak’ atau manusia yang belum dewasa yang dalam segala
hal masih
membutuhkan bantuan dan perlindungan, yang kadang-kadang perlindungan
yang berlebih-lebihan.
2. Dengan demikian maka pemimpin macam ini jarang atau tidak memberikan sama
sekali kepada
anak buahnya untuk bertindak sendiri, untuk mengambil inisiatif atau
mengambil keputusan. Anak-
anak buahnya jarang sekali diberi kesempatan untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasinya.
3. Pemimpin semacam ini tidak ada sifat keras atau kejam terhadap mereka yang
dipimpin, bahkan
hampir dalam segala hal sikapnya baik dan ramah, walaupun ada sifat yang
negative padanya yang
bersifat sok maha tahu.
4. Seorang pemimpin seperti ini dalam hal-hal yang tertentu amat diperlukan, akan
tetapi sebagai
pemimpin pada umumnya kurang baik.
d. Secara Kharismatis
f. Secara Demokrasi
1. Cara ini lazimnya dipandang sebagai kebalikan daripada cara kepemimpinan yang
otokratis.
2. Cara demokratis perlakuannya bersifat kerakyatan atau persaudaraan, mengharapkan
kerjasama
dengan anak buahnya yang tidak dipandang sebagai alat, tetapi dianggap
sebagai manusia.
3. Mau menerima saran-saran dari anak buah dan bahkan kritik-kritik dimintanya dari
mereka demi
suksesnya pekerjaan bersama.
4. Ia memberi kebebasan yang cukup kepada anak buahnya, karena menaruh
kepercayaan yang cukup
bahwa mereka itu akan berusaha sendiri menyelesaikan pekerjaannya dengan
sebaik-baiknya.
Segala usaha ditujukan untuk membuat bawahannya senantiasa mencapai hasil
yang lebih baik dari
ia sendiri
5. Cara untuk mencapai hasil baik ini seorang pemimpin demokrasi senantiasa berusaha
memupuk
kekeluargaan dan persatuan, membangun semangat dan kegairahan bekerja
pada anak buahnya.
Sesungguhnya kepemimpinan adalah suatu proses alamiah dan harus dipenuhi. Dapat
kita katakana bahwa untuk mengembangkan atau memelihara kerjasama secara sukarela,
diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang bijaksana memperlengkapi diri dengan
ilmu manajemen dan administrasi serta kepemimpinan yang berkualitas.
1. Faktor legal, seseorang yang menduduki jabatan pemimpin akan berhadapan dengan
peraturan-
peraturan formal dari instansi struktur yang berada di atasnya.
2. Kondisi social ekonomi dan konsep-konsep kependidikan
3. Hakikat dan atau ciri sekolah. Hal ini berkaitan dengan ciri dan atau hakikat para
staf, para murid dan
jenis sekolah
4. Kepribadian pemimpin dan latihan-latihan, factor ini berkaitan dengan aspek
pendidikan dan
pengalaman
5. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan, tugas-tugas
kepemimpinan dipengaruhi
oleh berbagai perubahan teori dan metode aktivitas belajar.
Garis-garis dalam aspek menjalankan peranan, tugas, fungsi serta tanggung jawab
kepala sekolah akan mempengaruhi corak komunikasi atau public relations yang berbagai
cara. Dalam hal ini konsep interpersonal competence yang bermaksud berhubung dengan
keupayaan kita menerima tanggung jawab, segala saran dan tindakan yang kita lakukan,
senantiasa mempunyai sikap terbuka untuk ‘mendengar’ masalah orang-orang dibawah
kita serta bersedia dan terbuka kepada sentiment orang lain.
Sondang P. Siagiar, mengemukakan lima fungsi kepemimpinan, yaitu :
1. Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan.
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak luar organisasi
3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif
4. Mediator yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam terutama dalam
menangani situasi
konflik
5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral
Ahmad Rohani H.M dan H. Abu Ahmadi mengemukakan fungsi utama pemimpin
adalah:
Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, administrasi, dan ‘pendamai’ atau pemberi
motivasi bukan sata terbatas di sekitar kawasan sekolah, tetapi juga luar dari sekolah. Ini
disebabkan ruang lingkup sekolah itu sendiri sebagai komuniti kecil telah diwujudkan
dalam sebuah masyarakat yang lebih besar dengan system organisasinya yang unit dan
kompleks. Kepala sekolah perlu mengantisipasi elemen luar sekolah yang turut
mengganggu kelancaran dan kestabilan perjalanan organisasi sekolah. Kepala sekolah
harus memiliki kepribadian, pengetahuan dan kecakapan yang memadai agar mereka
dapat berfungsi dan menjalankan tugas dengan baik yang memungkinkan mereka dapat
memberikan sumbangan yang besar bagi pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran
disekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah harus sensitive kepada perubahan keadaan sekeliling serta sanggup
melengkapkan diri dari semasa ke semasa untuk sama-sama mengikuti arus perubahan
zaman yang sangat pesat. Para kepala sekolah harus berkemampuan untuk berfikir secara
rasional dalam setiap tindakannya.
Persyaratan lain yang diiktisarkan dan digolongkan oleh dirawat dan kawan-kawan,
yaitu:
1. Karakter dan moral yang tinggi
2. Semangat dan kemampuan intelek
3. Kematangan dan keseimbangan emosi
4. Kemampuan kepemimpinan
5. Kematangan dan penyesuaian social
6. Kemampuan mendidik-mengajar
7. Kesehatan dan penampakan jasmaniah
Sifat kepemimpinan dan pengetahuan dan pengalaman seorang pemimpin harus dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya dalam
kepemimpinan di sekolah. Kepala sekolah harus memiliki keterampilan, dapat memilih
dan bertindak sesuai tata kerja, atau prosedur kerja, sikap, kondisi yang sebenarnya, serta
mampu berkomunikasi dengan cepat dan baik.
http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/forum/viewtopic.php?id=89