You are on page 1of 42

Pentinya Memami Teori-teori Kepemimpinan bagi seorang kepsek

TEORI KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

TEORI KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

(STUDI PERBANDINGAN TENTANG KONSEP KEPEMIMPINAN KEPALA


SEKOLAH DAN TEORI KEPEMIMPINAN DALAM AYAT-AYAT AL-QUR’AN)
Oleh: MUHAMMAD ASRORI ARDIANSYAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan bagian terpenting dari organisasi lembaga pendidikan. Hal ini
dapat dilihat pada kenyataannya ketika seorang pemimpin telah menjalankan tugasnya
memanej organisasinya dengan baik maka organisasi tersebut akan menjadi baik pula.
Bagitu pulan halnya dengan kepemimpinan kepala sekolah, ia merupakan faktor
penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan
sekolah dan pendidikan pada umumnya yang direalisasikan dengan MPMBS. Kepala
sekolah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu, MPMBS
sebagai paradigma baru pendidikan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Kinerja kepala sekolah dalam kaitannya dengan MPMBS adalah segala upaya yang
dilakuakan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam
mengimplementasikan MPMBS disekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
Melihat penting dan strategisnya posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan
sekolah, maka seharusnya kepala sekolah harus mempunyai nilai kemampuan relation
yang baik dengan segenap warga di sekolah, sehingga tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan berhasil dengan optimal. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal
mengarungi samudra, kepala sekolah mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah.
Dalam Islam sendiri, kepemimpinan mendapatkan porsi bahasan yang tidak sedikit.
Tidak sedikit ayat al-Qur’an dan Hadits yang membincang akan pentingnya
kepemimpinan dalam sebuah komunitas. Beberapa istilah al-Quran yang terkait dengan
kepemimpinan antara lain, khalifah (khilafah), imam (imamah) dan uli al-Amri.
Disamping itu disebutkan juga prinsip-prinsip kepemimpinan, yang mana prinsip tersebut
harus dimilki oleh seorang pemimpin walaupun tidak secara totalitasUntuk itulah, penulis
merasa penting untuk mengaplikasikan teroi-teori kepemimpinan yang terdapat di dalam
al-Qur’an tersebut dalam kaitannya dengan kepemimpinan kepala sekolah di lembaga
pendidikan yang dipimpinnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian kepemimpinan?
2. Bagaimana konsep kepemimpinan kepala sekolah?
3. Bagaimana teori kepemimpinan kepala sekolah dalam perspektif al-Qur’an?

C. Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan untuk menjelskan kembali konsep kepemimpinan kepala sekolah
dan mengaitkannya dengan teori-teori kepemimpinan dalam ayat-ayat suci al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
1. Definisi Kepemimpinan
Mengenai definisi kepemimpinan, banyak perbedaan pendapat mengenai definisinya. Hal
ini disebabkan berbedanya sudut pendang dari masing-masing peneliti, mereka
mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif-perspektif individual dan aspek
dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka.
Jacobs & Jacques mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses memberi arti
(pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan
untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.[1]
Sedangkan menurut Tannenbaum, Weschler & Massarik kepemimpinan adalah pengaruh
antarpribadi, yang dijalankan dalam suatu sistem situasi tertentu, serta diarahkan melalui
proses komunikasi, ke arah pencapain satu tujuan atau bebrapa tujuan tertentu.[2]
Dari pengertian di atas ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan suatu
hubungan proses mempengaruhi yang terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkan
untuk tercapainya tujuan bersama. Disamping itu jika melihat rumus kepemimpinan yang
diajukan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, maka hubungan natara pemimpin
dan yang dipimpin tidak harus selalu berada dalam hubungan yang hirarkis.

2. Syarat-Syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai persaratan kepamimpinan itu harus selalu di kaitkan dengan tiga hal
pokok yaitu,
a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, shingga orang mampu
“mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pimpinan dan
bersedia melakukakan perbuatan-perbuatan tertentu.
c. Kemampuan ialah segala daya, kemampuan, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/
ketrampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota
biasa.[3]

3. Sifat-Sifat Pemimpin
Penilaian sukses atau atau gagalnya pemimpin antara lain dilakukan dengan mengamati
dan mencatat sifat-sifat dan kualitas perilakunya. Diantara para penganut teori sifat/
kesifatan dari kepemimpinan (the traitist theory of leadership) adalah Ordway Tead.
Menurut Ordway, ada sepuluh sifat-sifat kepemimpinan, yaitu ;
a) Energi jasmaniah dan mental (Psysical and nervous energy)
b) Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction)
c) Antusiame (enthusiasm)
d) Keramahan dan kecintaan (Friendliness and affection)
e) Integritas (integrity)
f) Penguasaan teknis (technical mastery)
g) Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness)
h) Kecerdasan (intelligence)
i) Kepercayaan (faith).[4]

B. Konsep Kepala Sekolah


1. Pengertian Kepala Sekolah
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala
sekolah. Karena dia sebagai pemimpin dilembaganya, maka dia harus mampu membawa
lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dia harus mampu melihat
adanya berubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang
lebih baik. Kepala sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan
semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya atau
secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya
Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat diamana terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.[5]
Dilembaga persekolahan, kepala sekolah atau yang lebih populer sekarang disebut
sebagai ”guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah”, bukanlah mereka
yang kebetulan mempunyai nasib baik senioritas, apalagi secara kebetulan direkrut untuk
menduduki posisi itu, dengan kinerja yang serba kaku dan mandul. Mereka diharapkan
dapat menjadi sosok pribadi yang tangguh, andal dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi sekolah.
Kepala sekolah adalah sebagai padanan dari shcool principal , yang tugas kesehariannya
menjalankan principalship atau kekepalasekolahan. Istilah kekepalasekolahan
mengandung makna sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsi sebagai kepala sekolah. Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat
beberapa istilah untuk menyebut jabatan kepala sekolah, seperti administrasi sekolah
(shcool administrator), pimpinan sekolah (shcool leader), manajer sekolah(shcool
manajer), dan lain-lain.[6]
Dari penjelasan diatas maka, bisa disimpulkan bahwasanya posisi kepala sekolah akan
menetukan arah suatu suatu lembaga. Kepala sekolah merupakan pengatur dari program
yang ada di sekolah. Karena nantinya diharapkan kepala sekolah akn membawa spirit
kerja guru serta kultur sekolah dalam peningkatan mutu belajar siswa.

2. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah


Kyte (1972) mengatakan bahwa seorang kepala sekolah mempunyai lima fugsi utama.
Pertama bertanggungjawab atas keselamatan, kesejahteraan, dan perkembangan murid-
murid yang ada di lingkungan sekolah. Kedua, bertanggungjawab atas keberhasilan dan
kesejahteraan profesi guru. Ketiga, berkewajiban memberikan layanan sepenuhnya yang
berharga bagi murid-murid dan guru-guru yang mungkin dilakukan melalui pengawasan
resmi yang lain. Keempat, bertanggungjawab mendapatkan bantuan maksimal dari semua
institusi pembantu. Kelima, bertanggungjawab untuk mempromosikan murid-murid
terbaik melalui berbagai cara.
Sebagaimana firman Allah
øŒÎ)ur tA$s% š�•/u‘ Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ’ÎoTÎ) ×@Ïã%y` ’Îû ÇÚö‘F{$# Zpxÿ‹Î=yz (
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Al-Baqarah (2) ayat 30.

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwasnya seorang kepala sekolah merupakan amanah,


yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT dan kepada manusia (warga
sekolah) atas rakyat yang memberi amanah.
Aswarni Sudjud, Moh. Saleh dan Tatang M Amirin dalam bukunya “Administasi
Pendidikan” menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah:
1. Perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy) sekolah.
2. Pengatur tata kerja (mengorganisasi) sekolah, yang mencakup: a, mengatur pembagian
tugas dan wewenang. b, mengatur petugas pelaksana. c, menyelenggarakan kegiatan
(mengkoordinasi).
3. Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi: a. Mengatur kelancaran kegiatan. b.
mengarahkan pelaksanaan kegiatan. c. mengevaluasi pelaksaanaan kegiatan. d.
membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana.[7]
Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah:
1. Perencanaan sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah sebagai lembaga pendidikan
dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pencapaian.
2. Mengorganisasikan sekolah dalam arti mebuat membuat struktur organiasasi
(stucturing), menetapkan staff (staffing) dan menetapkan tugas dan fungsi masing-masing
staff (functionalizinng)
3. Menggerakkan staf dalam arti memotivasi staf melalui internal marketing dan memberi
contoh external marketing.
4. Mangawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan membimbing semua
staf dan warga sekolah.
5. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar peningkatan dan
pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem “solving” baik secara analitis sistematis
maupun pemecahan masalah secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi
konflik[8].

Sebagai adamisnistrator kepala sekolah mengandung makna sebagai kepala sekolah


dengan tugas pokok dan fungsi di bidang administrasian, pimpinan sekolah mengandung
makna sebagai kepala sekolah yang menjalankan tugas pokok dan fungsi menggerakkan
dan mempengaruhi guru-guru dan staf sekolah untuk bekerja. Manajer sekolah
mengandung makna sebagai kepala sekolah dengan tugas pokok dan fungsi proses dan
operatif dari keseluruhan aktivitas instituisinya, sedangkan school principal bermakna
menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai principalship.[9]
Pada dasarnya tugas kepala sekolah itu sangat luas dan kompleks. Rutinitas kepala
sekolah menyangkut serangkaian pertemuan interpersonal secara berkelanjutan dengan
murid, guru dan orang tua, atasan dan pihak-pihak terkait lainnya. Bllimberg (1987)
membagi tugas kepala sekolah sebagai berikut: (1) Menjaga agar segala program sekolah
berjalan sedamai mungkin (as peaceful as possible); (2) Menangani konflik atau
menghindarinya; (3) Memulihkan kerjasama; (4) Membina para staf dan murid; (5)
Mengembangkan organisasi; (6) Mengimplementasi ide-ide pendidikan
Untuk memenuhi tugas-tugas di atas, dalam segala hal hendaknya kepala sekolah
berpegangan kepada teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori ini didasarkan pada
pengalamannya, karakteristik normatif masyarakat dan sekolah, serta iklim instruksional
dan organisasi sekolah.

3. Kualitas Kepala Sekolah Yang Efektif


Kualitas dan kompetensi kepala sekolah secara umum setidaknya mengacu kepada empat
hal pokok, yaitu; (a) sifat dan ketrampilan kepemimpinan, (b) kemampuan pemecahan
masalah, (c) ketrampilan sosial, dan (d) pengetahuan dan kompetensi profesional.
Dalam kaitannya peningkatan kinerja tenaga kependidikan, dan kualitas sekolah, kepala
sekolah profesional seperti disarankan Sellis harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi
lembaganya maupun bagi tenaga kependidikan dan peserta didik yang ada di sekolah.
2. Mempunyai komitmen yang jelas pada program peningkatan kualiatas.
3. Mengkomunikasi pesan yang berkaitan dengan kualitas.
4. Menjaminkan kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan
sekolah.
5. Menyakinakn terhadap para pelanggan (peserta didik, oranng tua, mayarakat,) behwa
terdapat “channel” cocok untuk meyampaiakan harapan dan keinginan
6. Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.
7. Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti
yang kuat.
8. Pemimpin melakukan inovasi.
9. Menjamin stuktur organisasi yang menggambarkan tanggungjawab yang jelas.
10. Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang, baik
bersifar oragnisasional maupun budaya.
11. Membangun tim kerja yang efektif.
Mengembangkan mekanisme yanng cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi.
[10]

C. Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Al-Qur’an


1. Istilah Kepemimpinan dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an banyak membahas masalah kehidupan salah satunya adalah kepemimpinan. Di
dalam Al-Qur’an kepemimpinan diungkapkan dengan berabagai macam istilah antara
lain khalifah, Imam, Uli al-Amri, dan masih banyak lagi yang lainnya.
a. Khalifah
Dalam Al-Qur’an kata yang berasal dari Kh-l-f ini ternyata disebut sebanyak 127 kali,
dalam 12 kata kejadian. Maknanya berkisar diantara kata kerja menggantikan,
meninggalkan, atau kata benda pengganti atau pewaris, tetapi ada juga yang artinya telah
“menyimpang” seperti berselisih, menyalahi janji, atau beraneka ragam.[11]
Sedangkan dari perkataan khalf yang artinya suksesi, pergantian atau generasi penerus,
wakil, pengganti, penguasa – yang terulang sebanyak 22 kali dalam Al-Qur’an – lahir
kata khilafah. Kata ini menurut keterangan Ensiklopedi Islam, adalah istilah yang muncul
dalam sejarah pemerintahan Islam sebagai institusi politik Islam, yang bersinonim
dengan kata imamah yang berarti kepemimpinan.[12]
Adapu ayat-ayat yang menunjukkan istilah khalifah baik dalam bentuk mufrad maupun
jamaknya, antara lain:
‫ قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك‬،‫وإذ قال ربك للملئكة إني جاعل في الرض خليفة‬
30 :‫ قال إني أعلم ما ل تعلمون )البقرة‬،‫)ونقدس لك‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."

‫أوعجبتم أن جاءكم ذكر من ربكم على رجل منكم لينذركم واذكروا إذ جعلكم خلفاء من بعد قوم نوح وزادكم في الخلق‬
69 :‫)بصطة فاذكروا آلء ال لعلكم تفلحون )العراف‬
Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari
Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan
kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah
melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah
nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

‫ إن ربك سريع العقاب وإنه‬، ‫وهو الذي جعلكم خلئف الرض ورفع بعضكم فوق بعض درجات ليبلوكم في ما ءاتا كم‬
165 :‫)لغفور الرحيم )النعام‬
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang
apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

‫ إن الذين يضلون‬، ‫يا داود إنا جعلناك خليفة في الرض فاحكم بين الناس بالحق ول تتبع الهوى فيضلك عن سبيل ال‬
26 :‫)عن سبيل ال لهم عذاب شديد العقاب )ص‬
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan.

‫ ول يزيد‬، ‫ فمن كفر فعليه كفره ول يزيد الكافرين كفرهم عند ربهم إل مقتا‬، ‫هو الذي جعلكم خلئف في الرض‬
39 :‫)الكافرين كفرهم إل خسارا )فاطر‬
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir,
maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian
mereka belaka.
Dari beberapa ayat tersebut di atas menjadi jelas, bahwa konsep khalifah dimulai sejak
nabi Adam secara personil yaitu memimpin dirinya sendiri, dan ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan dalam Islam juga mencakup memimpin dirinya sendiri yakni
mengarahkan diri sendiri ke arah kebaikan.
Disamping memimpin diri sendiri, konsep khalifah juga berlaku dalam memimpin umat,
hal ini dapat dilihat dari diangkatnya nabi Daud sebagai khalifah.
Konsep khalifah di sini mempunyai syarat antara lain, tidak membuat kerusakan di muka
bumi, memutuskan suatu perkara secara adil dan tidak menuruti hawa nafsunya. Allah
memberi ancaman bagi khalifah yang tidak melaksanakan perintah Allah tersebut.
b. Imam
Dalam Al-Qur’an kata imam di terulang sebanyak 7 kali atau kata aimmah terulang 5
kali. Kata imam dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa arti yaitu, nabi, pedoman,
kitab/buku/teks, jalan lurus, dan pemimpin.[13]
Adapun ayat-ayat yang menunjukkan istilah imam antara lain:
74 :‫)والذين يقولون ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما )الفرقان‬
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.
:‫وإذ ابتلى إبراهيم ربه بكلمات فأتمهن قال إني جاعلك للناس إماما قال ومن ذريتي قال ل ينال عهد الظالمين )البقرة‬
124)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga)
dari keturunanku Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".

73 :‫)وجعلناهم أئمة يهدون بأمرنا وأوحينا عليهم فعل الخيرات وإقام الصلة وإيتاء الزكاة وكانوا لنا عابدين )النبياء‬
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu
menyembah,

4 :‫)ونريد أن نمن على الذين استضعفوا في الرض ونجعلهم أئمة ونجعلهم الوارثون )القصص‬
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir)
itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang
mewarisi (bumi)
Konsep imam dari bebrapa ayat di atas menunjukkan suami sebagai pemimpin rujmah
tangga dan juga nabi Ibrahim sebagai pemimpin umatnya.
Konsep imam di sini, mempunyai syarat memerintahkan kepada kebajikan sekaligus
melaksanakannya. Dan juga aspek menolong yang lemah sebagaimana yang diajarkan
Allah, juga dianjurkan.
c. Uli al- Amri
Istilah Ulu al-Amri oleh ahli Al-Qur’an, Nazwar Syamsu, diterjemahkan sebagai
functionaries, orang yang mengemban tugas, atau diserahi menjalankan fungsi tertentu
dalam suatu organisasi.[14]
Hal yang menarik memahami uli al-Amri ini adalah keragaman pengertian yang
terkandung dalam kata amr. Istilah yang mempunyai akar kata yang sama dengan amr
yang berinduk kepada kata a-m-r, dalm Al-Qur’an berulang sebanyak 257 kali. Sedang
kata amr sendiri disebut sebanyak 176 kali dengan berbagai arti, menurut konteks
ayatnya. [15]
Kata amr bisa diterjemahkan dengan perintah (sebagai perintah Tuhan), urusan (manusia
atau Tuhan), perkara, sesuatu, keputusan (oleh Tuhan atau manusia), kepastian (yang
ditentukan oleh Tuhan), bahkan juga bisa diartikan sebagaia tugas, misi, kewajiban dan
kepemimpinan.[16]
Berbeda dengan ayat-ayat yang menunjukkan istilah amr, ayat-ayat yang yang
menunjukkan istilah uli-al-Amri dalam Al-Qur’an hanya disebut 2 kali.
‫ فإن تنازعتم في شيئ فردوه إلى ال والرسول إن‬، ‫ياأيها الذين أمنوا أطيعوا ال وأطيعوا الرسول وأولى المر منكم‬
59 :‫ ذلك خير وأحسن تأويل )النساء‬، ‫)كنتم تؤمنون بال واليوم الخر‬
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.
‫ ولو ردوه إلى الرسول وإلى أولى المر منهم لعلمه الذين يستنبطونه‬، ‫وإذا جاءكم أمر من المن أو الخوف أذاعوا به‬
83:‫ ولول فضل ال عليكم ورحمته لتبعتم الشيطان إل قليل )النساء‬، ‫)منهم‬
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil
Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri) Kalau tidaklah karena karunia
dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian
kecil saja (di antaramu).
Adapun maksud dari dua ayat di atas jelas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan
uli al-Amri adalah mereka yang mengurusi segala urusan umum, sehingga mereka
termasuk orang-orang yang harus ditaati setelah taat terhadap perintah Rasul.
Apabila terjadi persilangan pendapat maka yang diutamakan adalah Allah dan Rasul-
Nya.

2. Prinsip-prinsip Kepemimpinan
Dalam Al-Qur’an juga menyebutkan prinsip-prinsip kepemimpinan antara lain, amanah,
adil, syura(musyawarah), dan amr bi al-ma’ruf wa nahy ‘an al- munkar.
a. Amanah
Dalam Kamus Kontemporer (al-Ashr) Amanah diartikan dengan kejujuran, kepercayaan
(hal dapat dipercaya).[17] Amanah ini merupakan salah satu sifat wajib bagi Rasul.
Ada sebuah ungkapan “kekuasan adalah amanah, karena itu harus dilaksanakan dengan
penuh amanah”. Ungkapan ini menurut Said Agil Husin Al-Munawwar, menyiratkan dua
hal.
Pertama, apabila manusia berkuasa di muka bumi, menjadi khalifah, maka kekuasaan
yang diperoleh sebagai suatu pendelegasian kewenangan dari Allah SWT. (delegation of
authority) karena Allah sebagai sumber segala kekuasaan. Dengan demikian, kekuasaan
yang dimiliki hanyalah sekedar amanah dari Allah yang bersifat relative, yang kelak
harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Kedua,karena kekuasaan itu pada dasarnya amanah, maka pelaksanaannya pun
memerlukan amanah. Amanah dalam hal ini adalah sikap penuh pertanggungjawaban,
jujur dan memegang teguh prinsip. Amanah dalam arti ini sebagai prinsip atau nilai.[18]
Mengenai Amanah ini Allah berfirman:
‫ إنه كان ظلوما‬، ‫إنا عرضنا المانة على السماوات والرض والجبال فأبين أن يحملنها وأشفقن منها وحملها النسان‬
72 :‫)جهول )الحزاب‬
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh
Menurut Hamka, ayat tersebut bermaksud menggambarkan secara majaz atau dengan
ungkapan, betapa berat amanah itu, sehingga gunung-gunung, bumi dan langitpun tidak
bersedia memikulnya. Dalam tafsir ini dikatakan bahwa hanya manusia yang mampu
mengemban amanah, karena manusia diberi kemampuan itu oleh Allah, walaupun
mereka ternyata kemudian berbuat dzalim, terhadap dirinya sendiri, maupun orang lain
serta bertindak bodoh, dengan mengkhianati amanah itu. [19]

‫ إن ال كان‬،‫ إن ال نعّما يعظكم به‬،‫إن ال يأمركم أن تؤدوا المانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل‬
58 :‫)سميعا بصيرا )النساء‬
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.
Dua ayat di atas jelas menunjukkan perintah Allah mengenai harus dilaksanakannya
sebuah amanah. Manusia dalam melaksanakan amanah yang dikaitkan dengan tugas
kepemimpinannya memerlukan dukungan dari ilmu pengetahuan dan hidayah dari Allah.
Hal ini dapat dilihat firman Allah “Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu”, pengajarannya bisa lewat hidayah yang merupakan anugrah
dari Allah, juga bisa melalui ilmu pengetahuan.

Dalam Al-Qur’an istilah Amanah juga diungkapkan dengan kata Risalah.


79 :‫)فتولى عنهم وقال يا قومي لقد أبلغتكم رسالة ربي ونصحت لكم ولكن ل تحبون التاصحين )العراف‬
Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku
telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat
kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat".
Dalam ayat datas, kata risalah yang dimaknai amanat. Maksudnya disini Allah telah
memberikan amanat kepada nabi Shaleh untuk menyampaikan ajaran Tuhan kepada
umatnya dan Nabi disini juga berfungsi sebagai pemimpin bagi umatnya.

b. Adil
Kata Adil ini merupakan serapan dari bahsa arab ‘adl. Dalam Al-Qur’an istilah adil
menggunakan tiga term yaitu ‘adl, qisth dan haqq. Dari akar kata ‘a-d-l sebagai kata
benda, kata ini disebut sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an. Sedangkan kata qisth berasal
dari akar kata q-s-th, diulang sebanyak 15 kali sebagai kata benda.[20] Sedangkan kata
haqq dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 251 kali.[21] Adapun ayat-ayat yang berbicara
mengenai keadilan antara lain:
29 :‫ كما بدأكم تعودون )العراف‬،‫ وأقيموا وجوهكم عند كل مسجد وادعوه مخلصين له الدين‬،‫)قل أمر ربي بالقسط‬
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah):
"Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada
permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)".
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menyuruh orang menjalankan keadailan. Secara
konkret, yang disebut keadilan (qisth) itu adalah: (a) mengkonsentrasikan perhatian
dalam shalat kepada Allah dan (b) mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.[22]
Dari uraian tersebut dapat ditarik kepada aspek kepemimpinan, yaitu seorang pemimpin
harus benar-benar ikhlas dalam menjalankan tugasnya dan juga orientasinya semata-mata
karena Allah. Sehingga ketika dua hal tersebut sudah tertanam maka akan melahirkan
suatu tingkah laku yang baik.

‫ إن ال كان‬،‫إن ال يأمركم أن تؤدوا المانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل إن ال نعّما يعظكم به‬
58 :‫)سميعا بصيرا )النساء‬
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.
Ayat di atas juga telah disinggung pada pembahasan amanah, karena ayat tersebut
mengajarkan manusia tentang dasar-dasar pemerintahan yang baik dan benar yaitu
menjalankan amanah dan menetapkan suatu hukum dengan adil.

‫ وما كان لرسول أن يأتي بأية إل بإذن‬،‫ولقد أرسلنا رسل من قبلك منهم من قصصنا عليك ومنهم من لم نقصص عليك‬
78 :‫ فإذا جاء أمر ال قضي بالحق وخسر هنالك المبطلون )المؤمن‬،‫)ال‬
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka
ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami
ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan
dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua
perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang
batil
Ayat ini juga berisi tentang perintah berbuat adil, yang didalmnya digambarkan tentang
keadilan yang dijalnkan oleh utusan Allah yang juga berfungsi sebagai pemimpin bagi
umatnya.

c. Musyawarah
Musyawarah, apabila diambil dari kata kerja syawara-yusyawiru, atau syura, yang berasal
dari kata syawara-yasyuru, adalah kata-kata yang terdapat dalam Al-Qur’an. Yang
pertama merujuk merujuk pada ayat 159 surat Alu Imran, sedangkan istilah syura
merujuk kepada Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 38.[23] Selain dua istilah di atas ada
juga kata yang maknanya menunjukkan musyawarah yaitu kata i’tamir dalam surat ath-
Thalaq ayat 6. Adapun ayat-ayat tersebut di atas yaitu:
‫ فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في‬،‫ظا غليظ القلب لنفضوا من حولك‬
ّ ‫ ولو كنت ف‬،‫فبما رحمة من ال لنت لهم‬
159 :‫ إن ال يحب المتوكلين )ال عمران‬،‫ فإذا عزمت فتوكل على ال‬،‫)المر‬
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Dari kata “wa syawir hum” yang terdapat pada ayat ini mengandung konotasi “saling”
atau “berinteraksi”, antara yang di atas dan yang di bawah.[24] Dari pemahaman tersebut
dapat ditarik kesimpulan behwa pemimpin yang baik adalah yang mengakomodir
pendapat bawahannya artinya tidak otoriter.

38 :‫)والذين استجابوا لربهم وأقاموا الصلة وأمرهم شورى بينهم ومما رزقناهم ينفقون )الشورى‬
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Jika pada ayat sebelumya menunjukkan adanya interaksi, maka pada ayat ini yakni istilah
syura terkandung konotasi “berasal dari pihak tertentu”. Dari sini juga dapat ditarik
pemahaman bahwa tidak selamanya pemimpin harus mendengarkan bawahannya, artinya
pemimpin harus bisa memilih situasi dan kondisi kapan dia harus mendengarkan
bawahannya dan kapan pula dia harus memutuskan secara mandiri. Jadi pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang situasional.

‫ن حتى يضعن‬ّ ‫ن أولت حمل فأنفقوا عليه‬


ّ ‫ وإن ك‬،‫أسكنوهن من حيث سكنتم من وجدكم ول تضآروهن لتضيقوا عليهن‬
6 :‫ وإن تعاسرتم فسترضع له أخرى )الطلق‬،‫ وأتمروا بينكم بمعروف‬،‫ن‬ ّ ‫ن أجوره‬
ّ ‫ فإن أرضعن لكم فأتوه‬،‫ن‬
ّ ‫)حمله‬
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
Ayat ini menceritakan kepamimpinan suami dalam rumah tangga, yang mana
diperintahkan kepada suami untuk memusyawarahkan segala sesuatu kepada pihak istri.

d. Amr Ma’ruf Nahy Munkar


Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, ada juga entry “amar makruf Nahi Munkar” yang
diartikan sebagai “suruuhan untuk berbuat baik serta mencegah dari perbuatan jahat.”
Istilah itu diperlakukan dal satu kesatuan istilah, dan satu kesatuan arti pula, seolah-olah
keduanya tidak dapat dipisahkan.[25] Istilah amr ma’ruf nahy munkar - seperti
ya’muruna bi al-ma’ruf wa yanhawna ‘an al-munkar - ternyata secara berulang disebut
secara utuh, artinya tidak dipisahkan antara amr ma’ruf dan nahy munkar. Istilah tersebut
berulang cukup banyak, 9 kali, sekalipun hanya dalam 5 surat.[26] Adapun ayat-ayat
tersebut antara lain:
104 :‫ وأولئك هم المفلحون )ال عمران‬،‫)ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.

‫ يأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويقيمون الصلة ويؤتون الزكاة‬،‫والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أوليآء بعض‬
71 :‫ إن ال عزيز حكيم )التوبة‬،‫ أولئك سيرحمهم ال‬،‫)ويطيعون ال والرسول‬
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka
taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

‫ ول عاقبة المور‬،‫الذين إن مكناهم في الرض أقاموا الصلة وأتوا الزكاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر‬
41 :‫))الحج‬
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Ketiga ayat di atas menunjukkan perintah amr ma’ruf dan nahy munkar. Dalam Al-
Qur’an dan Terjemahnya yang disusun oleh Hasbi Ashshiddiqi dkk., ma'ruf diartikan
sebagai segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah
segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.[27] Dengan demikian dapat
dipahami bahwa prinsip kepemimpinan amr ma’ruf dan nahy munkar sangat ditekankan
oleh Allah karena dari prinsip ini akan melahirkan hal-hal yang akan membawa kebaikan
pada suatu kepemimpinan.

3. Sifat-sifat Pemimpin dalam Al-Qur’an


Setelah membahas prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Al-Qur’an secara global, maka
selanjutnya akan dibahas secara lebih rinci sifat dan tugas pemimpin. Agar mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik dan sukses, seorang pemimpin harus memiliki
beberapa sifat, diantaranya adalah:
a. Islam. Islam di sini tentu saja bukan sekedar Islam KTP, namum Muslim yang benar-
benar memahami dan menjalankan ajaran agamanya. Allah melarang hamba-Nya untuk
menjadikan orang kafir sebagai pemimpin.
،‫ ومن يفعل ذلك فليس من ال في شيئ إل أن تتقوا منهم تقاة‬،‫ليتخذ المؤمنون الكافرين أولياء من دون المؤمنين‬
28 :‫ وإلى ال المصير )ال عمران‬،‫)ويحذركم ال نفسه‬
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali] dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia
dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti
dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya
kepada Allah kembali (mu).
b. Ketaqwaan. Dengan ketaqwaan ini akan menjauhkan dari pelanggaran.[28] Allah
berfirman:
.......197 :‫ واتقون يا أولى اللباب )البقرة‬،‫)وتزودوا فإن خير الزاد التقوى‬
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-
Ku hai orang-orang yang berakal.
c. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan
perusahaannya. Semakin besar kemampuan dan pengetahuannya terhadap urusan
perusahaan, pengaruhnya akan semakin kuat. Allah telah memberikan perumpamaan,
1 :‫)تبارك الذي بيده الملك وهو على كل شيء قدير)الملك‬
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
d. Mempunyai keistimewaan lebih dibanding dengan orang lain. Hal ini dijelaskan dalam
kisah pengangkatan raja Thalut.
‫ قالوا أنى يكون له الملك علينا ونحن أحق بالملك منه ولم يؤت سعة من‬،‫وقال لهم نبيهم إن ال قد بعث لكم طالوت ملكا‬
:‫ وال يؤتي ملكه من يشاء وال واسع عليم )البقرة‬،‫ قال إن ال اصطفاه عليكم وزاده بسطة في العلم والجسم‬،‫الماال‬
247)
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut
menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami
lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi
kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah
memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah
memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas
pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
e. Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya.
:‫ وهو العزيز الحكيم )إبراهيم‬،‫ فيضل ال من يشاء ويهدي من يشاء‬،‫وما أرسلنا من رسول إل بلسان قومه ليبين لهم‬
4)
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa
yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-
lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Selain itu, kebiasaan dan bahasanya juga harus jelas sehingga dapat dipahami oleh orang
lain, sebagaimana Musa a.s. memohon kepada Allah
27 :‫)واحلل عقدة من لساني )طه‬
Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, 28. supaya mereka mengerti perkataanku.
f. Mempunyai karisma dan wibawa dihadapan manusia sebagaimana perkataan kaum
Nabi Syu’aib a.s.
:‫ وما أنت علينا بعزيز )هود‬،‫ ولو ل رهطك يرجمناك‬،‫قالوا يا شعيب ما نفقه كثيرا مما تقول وإنا لنراك فينا ضعيفا‬
91)
Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu
katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di
antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu,
sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami."
g. Konsekuen dengan kebenaran dan tidak mengikuti hawa nafsu. Demikianlah yang
diperintahkan Allah kepada Nabi Daud a.s. ketika dia diangkat menjadi khalifah di muka
bumi,
‫ إن الذين يضلون‬، ‫يا داود إنا جعلناك خليفة في الرض فاحكم بين الناس بالحق ول تتبع الهوى فيضلك عن سبيل ال‬
26 :‫)عن سبيل ال لهم عذاب شديد العقاب )ص‬
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan.
h. Bermuamalah dengan (lembut dan kasih sayang, agar orang lain simpatik kepadanya.
Kasih sayang adalah salah satu sifat Rasulullah saw. Sebagaimana firman Allah berikut
ini,
159 :‫ )ال عمران‬،‫ظا غليظ القلب لنفضوا من حولك‬ ّ ‫ ولو كنت ف‬،‫)فبما رحمة من ال لنت لهم‬
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.,
i. Menyukai suasana saling memaafkan antara pemimpin dan pengikutnya, serta
membantu mereka agar segara terlepas dari kesalahan. Allah memerintah Rasulullah
saw.,
....... 159 :‫)ال عمران‬....... ‫)فاعف عنهم واستغفر لهم‬
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka
j. Bermusyawarah dengan para pengikutnya serta mintalah pendapat dan pengalaman
mereka, seperti firman Allah berikut ini,
........ 159 :‫ )ال عمران‬........‫)وشاورهم في المر‬
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu
k. Menertibakan semua urusan dan memebulatkan tekad untuk kemudian bertawakal
(menyerahkan urusan) kepada Allah. Firman Allah,
......... 159 :‫ إن ال يحب المتوكلين )ال عمران‬،‫)فإذا عزمت فتوكل على ال‬
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
l. Membangun kesadaran akan adanya muraqabah (pengawasan dari Allah) hingga
terbina sikap ikhlas di manapun, walaupun tidak ada yang mengawasinya kecuali Allah.
Allah berfirman,
41 :‫)الذين إن مكناهم في الرض أقاموا الصلة )الحج‬
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang.
m. Memberikan takafuul ijtima’ santunan sosial kepada para anggota, sehingga tidak
terjadi kesenjangan sosial yang menimbulkan rasa dengki dan perbedaan strata sosial
yang merusak.
…..41 :‫ )الحج‬.……‫)أقاموا الصلة وأتوا الزكاة‬
…….niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat.
n. Mempunyai power ‘pengaruh’ yang dapat memerintah dan mencegah karena seorang
pemimpin harus melakukan control ‘pengawasan’ atas pekerjaan anggota, meluruskan
kekeliruan, serta mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran.
…..41 :‫ )الحج‬.……‫ ول عاقبة المور‬،‫)وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر‬
……..menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada
Allah-lah kembali segala urusan.
o. Tidak membuat kerusakan di muka bumi, serta tidak merusak ladang, keturunan dan
lingkungan.
205 :‫ وال ل يحب الفساد )البقرة‬،‫)وإذا تولى سعى في الرض ليفسد فيها ويهلك الحرث والنسل‬
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan
p. Mau mendengarkan nasihat dan tidak sombong karena nasihat dari orang yang ikhlas
jarang sekali kita peroleh. Oleh karena itu Allah telah mengancam orang yang sombong
dengan berfirman,
206 :‫ ولبئس المهاد )البقرة‬،‫ فحسبه جهنم‬،‫)وإذا قيل له اتق ال أخذته العزة بالثم‬
Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)
neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-
buruknya. [29]

D. Analisis
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa antara konsep kepemimpinan secara umum dan
konsep kepemimpinan dalam Al-Qur’an ada perbedaaanya. Hal ini dapat dilihat dari
pengertian kepemimpinan secara umum yang merupakan suatu hubungan proses
mempengaruhi yang terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkan untuk tercapainya
tujuan bersama. Sedangkan konsep kepemimpinan dalam Al-Qur’an yaitu khalifah,
imam, dan uli al-Amri dengan segala nsyarat-syaratnya dinilai lebih komprehensif dalam
memaknai sebuah kepemimpinan yang akhirnya akan melahirkan pemimpin-pemimpin
yang handal dan dapat membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
Selain itu, kedua konsep tersebut dalam mengemukakan sifat-sifat pemimpin yang ideal,
sama-sama menyentuh sisi materialisme dan sisi idealisme. Misalnya dalam konsep
kepemimpinan umum, sifat pemimpin antara lain, mempunyai energi jasmaniah dan
mental, mempunyai kesadaran akan tujuan dan arah, mempunyai antusiame dan lain
sebagainya. Sedangkan konsep pemimpin dalm Al-Qur’an antara lain memiliki sifat-sifat
yaitu, Islam, bertaqwa, memahami situasi dan kondisi masyarakatnya, mempunyai
karisma dan wibawa dihadapan manusia, konsekuen dengan kebenaran, ikhlas, dan
bertingkah laku yang baik.
Dari dua konsep tentang pemimpin ideal di atas, dapat dilihat bahwa, walaupun kedua
konsep tersebut sama-sama menyentuh sisi materialisme dan sisi idealisme, namun
konsep yang ditawarkan oleh Al-Qur’an lebih ditekankan pada aspek idealisme. Karena
aspek idealisme merupakan kunci dari semua tingkah laku yang ada. Misalnya ikhlas,
dari orang yang ikhlas tidak akan pernah ada penyelewengan karena orang yang ikhlas
hanya berniat mencari ridla Allah semata. Lain halnya dengan konsep kepemimpinan
umum, dalam konsep ini aspek materialisme lebih dikedepankan. Misalnya mempunyai
energi jasmaniah dan mental serta mempunyai kesadaran akan tujuan dan arah. Sifat ini
sangat jelas orientasinya lebih pada materialisme.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa konsep kepemimpinan dalam Al-Qur’an lebih
komprehensif jika dibandingkan dengan konsep kepemimpinan secara umum. Karena Al-
Qur’an merupakan firman Allah yang tentu saja sangat jauh dari kekurangan. Disamping
itu, Allah adalah pencipta manusia yang lebih tahu terhadap hal-hali yang dibutuhkan
oleh manusia.
BAB III
PENUTUP

Kepala sekolah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan
menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya. Kepala sekolah
dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Melihat penting dan strategisnya
posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah, maka seharusnya kepala
sekolah harus mempunyai nilai kemampuan relation yang baik dengan segenap warga di
sekolah, sehingga tujuan sekolah dan tujuan pendidikan berhasil dengan optimal. Ibarat
nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengarungi samudra, kepala sekolah mengatur
segala sesuatu yang ada di sekolah.Dalam al-Quran telah terdapat nilai-nilai agung
tentang arti pentingnya kepemimpinan. Di samping itu, konsep-konsep bagaimana
seharusnya seorang pemimpin berbuat telah terdapat dalam banyak penulis jelaskan
dalam makalah ini. Akhirnya penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat menjadi
pencerahan baru bagi para kepala sekolah dan calon-calon manajer lembaga pendidikan
di masa yang akan datang.
[1] Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, terj. Jusuf Udaya, Prenhallindo,
Jakarta, 1994, hlm: 2
[2] Ibid
[3] Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan; Apakah Pemimpin Abnormal itu?,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hlm.: 28-31
[4] Ibid, hlm: 37-43
[5] Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo Persada: cetakan
ke3, hlm. 83.
[6] Sudarwan. Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 56.
[7] Daryanto, Administarsi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 81.
[8] Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, ( Bandung: Cipta
Cekas Grafika, 2004), hlm. 112.
[9] Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 57.
[10]Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
hlm. 86.
[11] M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
konsep Kunci, Paramadina, Jakarta, 2002, Cet. II, hlm: 349
[12] Ibid, hlm: 357
[13] Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm: 197-199
[14] M. Dawam Raharjo, Op.Cit., hlm: 466
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yayasan
Ali Maksum, Yogyakarta, tt, hlm: 215
[18] Said Agil Husin Al-Munawar, Op.Cit., hlm: 200
[19] M. Dawam Raharjo, Op.Cit., hlm: 195
[20] Ibid., hlm: 369
[21] Jumlah dari kalimat haqq penulis temukan di dalam program Holy Qur’an.
[22] M. Dawam Raharjo, Op.Cit., hlm: 370
[23] Ibid..,hlm: 441-442
[24] Ibid., hlm: 443
[25] Ibid., hlm: 619
[26] Ibid., hlm: 624
[27] Hasbi Ashshiddiqi et.al., Al-Qur’an Dan Terjemahnya,, Departemen Agama RI,
Jakarta, tt, hlm: 93
[28] M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Mizan, Bandung,
1999, Cet. XV, hlm: 383
[29] Ali Muhammad Taufiq, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur’an, terj. Abdul Hayyie
al-Kattani & Sabaruddin, Gema Insani Press, Jakarta, 2004, hlm: 37-41

http://alumnigontor.blogspot.com/2008/04/teori-kepemimpinan-dalam-perspektif-al.html
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH
DASAR NEGERI CEPOKO 01 KECAMATAN
GUNUNGPATI.
• View
• clicks

Posted July 17th, 2009 by galihjoko

• Proposal Skripsi

I. JUDUL
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU
DI SEKOLAH DASAR NEGERI CEPOKO 01 KECAMATAN GUNUNGPATI.

II. LATAR BELAKANG


Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat
menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional Penataan sumber daya
manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem
pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non
formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004:4).
Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem
pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator
menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan.
Sardiman (2005:125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam
proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan
salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang
melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan
transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan
menuntun siswa dalam belajar.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah
dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah
merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan
kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut
menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala
sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan
kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi,
dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus
dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan
tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau
sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah
lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus
dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja
guru selalu terjaga.
Dalam pelaksanaan tugasn mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada
yang bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru yang dalam melakukan
pekerjaan itu tanpa dilandasi rasa tanggung jawab, selain itu juga ada guru yang sering
membolos, datang tidak tepat pada waktunya dan tidak mematuhi perintah. Kondisi guru
seperti itulah yang menjadi permasalahan di setiap lembaga pendidikan formal. Dengan
adanya guru yang mempunyai kinerja rendah, sekolah akan sulit untuk mencapai hasil
seperti yang diharapkan dan guru.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:
“Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SD Negeri Cepoko
01 Kecamatan Gunungpati”.

III. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah :
1) Adakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri
Cepoko 01 Gunungpati ?
2) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD
Negeri Cepoko 01 Gunungpati ?
IV. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru di SD Negeri Cepoko 01 Gunungpati.
2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru di SD Negeri Cepoko 01 Gunungpati.
V. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan langsung serta
dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selain studi di perguruan tinggi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak
yang berkepentingan dalam mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan
fasilitas kerja terhadap kinerja guru.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam kepemimpinan kepala
sekolah.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan dalam menentukan
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam
kaitannya dengan peningkatan kinerja guru.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna meningkatkan kinerja
guru di SD Negeri Cepoko 01 Gunungpati.

VI. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


6.1 Tinjauan Kinerja Guru
6.1.1 Pengertian Kinerja
Mangkunegara (2004: 67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sulistiyani dan Rosidah (2003: 223) menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi
dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Secara
definitif Bernandin dan Russell dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003) juga
mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil
kerja nyata dari standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.
(Hasibuan, 2005: 87). Menurut Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2005), penilaian
kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh
karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.
Dale Yoder dalam Hasibuan (2005) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai prosedur
yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan
serta kepentingan bagi pegawai. Sedangkan menurut Siswanto (2003: 231) penilaian
kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen atau penyelia. Penilai untuk
menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan
uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun.
Berdasarkan pengertian tentang kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya menurut
kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu terutama atasan pegawai yang
bersangkutan.
6.1.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara
keseluruhan. Melalui penilaian tersebut, maka dapat diketahui bagaimana kondisi riil
pegawai dilihat dari kinerja dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Adapun tujuan penilaian menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003: 224) adalah :
1) Untuk mengetahui tujuan dan sasaran manajemen dan pegawai.
2) Memotivasi pegawai untuk memperbaiki kinerjanya.
3) Mendistribusikan reward dari organisasi atau instansi yang berupa kenaikan pangkat
dan promosi yang adil.
4) Mengadakan penelitian manajemen personalia.
Secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organisasi, masih menurut Sulistiyani
dan Rosidah (2003: 224) adalah :
1) Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
2) Perbaikan kinerja
3) Kebutuhan latihan dan pengembangan
4) Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,
pemberhentian dan perencanaan pegawai.
5) Untuk kepentingan penelitian pegawai
6.1.3 Kinerja Guru
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran
sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus
berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai
guru di sekolah.
Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terdapat
Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran.
Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pda penampilan mereka baik dari penampilan
kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu
mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-
baiknya. Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru
menurut Siswanto (2003: 234) adalah sebagai berikut :
1) Kesetiaan
Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.
2) Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
3) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas
dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta
berani membuat risiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat
merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk melakukan secara layak apa yang
telah diwajibkan padanya. (Westra 1997: 291)
Untuk mengukur adanya tanggung jawab dapat dilihat dari:
a. Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan kerja.
b. Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.
c. Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya.
4) Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seseorang untuk menaati segala ketetapan, peraturan yang
berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang.
5) Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah
diberikan kepadanya.
6) Kerja Sama
Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang
lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
Kriteria adanya kerjasama dalam organisasi adalah:
a. Kesadaran karyawan bekerja dengan sejawat, atasan maupun bawahan.
b. Adanya kemauan untuk membantu dalam melaksanakan tugas.
c. Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik dan saran.
d. Tindakan seseorang bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas.
7) Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan
langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan
tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasan.
8) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain sehingga
dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Kepemimpinan
yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina dan membimbing
guru untuk melaksanakan KBM terutama kegiatan merencanakan, melaksanakan proses
pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran mengarah pada
tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
6.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru
Kinerja Guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah
baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik. Pidarta (1995)
dalam Saerozi (2005: 2) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu :
1) Kepemimpinan kepala sekolah,
2) Fasilitas kerja,
3) Harapan-harapan, dan
4) Kepercayaan personalia sekolah.
Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan fasilitas kerja
akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru.

6.2 Tinjauan Kepemimpinan Kepala Sekolah


6.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Menurut Soetopo & Soemanto (1984: 1) Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam
membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok
itu yaitu tujuan bersama. Kartini Kartono (1992: 49) dalam bukunya “Pemimpin dan
Kepemimpinan” mengemukakan definisi kepemimpinan dari berbagai tokoh, antara lain :
T. Hani Handoko (1995: 294) mendefinisikan kepemimpinan merupakan kemampuan
yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai sasaran.
Sedangkan menurut Stoner dalam Handoko (1995) Kepemimpinan adalah suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota
yang saling berhubungan tugasnya.
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni
mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan
maupun kelompok. (Miftah Thoha 2004: 264)
Dari berbagai pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan seorang pemimpian untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang
lain untuk bekerjasama mencapai suatu tujuan kelompok.
6.2.2 Sifat-Sifat Kepemimpinan
Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan
mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai
sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Teori kesifatan atau sifat dikemukakan
oleh beberapa ahli. Dalam Handoko (1995: 297) Edwin Ghiselli mengemukakan teori
mereka tentang teori kesifatan atau sifat kepemimpinan. Edwin Ghiselli mengemukakan
6 (enam) sifat kepemimpinan yaitu :
1) Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability) atau
pelaksana fungsi-fungsi dasar manajemen.
2) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan
keinginan sukses
3) Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir
4) Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan
masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
5) Kepercayaan diri, atau pandangan pada diri sehingga mampu menghadapi masalah.
6) Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan
serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inofasi.
Berbagai teori kesifatan juga dikemukakan oleh Ordway Tead dan George R. Terry
dalam Kartono (1992: 37). Teori kesifatan menurut Ordway Tead adalah sebagai berikut:
1) Energi jasmaniah dan mental
Yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan baik jasmani maupun mental untuk
mengatasi semua permasalahan.
2) Kesadaran akan tujuan dan arah
Mengetahui arah dan tujuan organisasi, serta yakin akan manfaatnya.
3) Antusiasme
Pekerjaan mempunyai tujuan yang bernilai, menyenangkan, memberikan sukses, dan
dapat membangkitkan antusiasme bagi pimpinan maupun bawahan
4) Keramahan dan kecintaan
Dedikasi pemimpin bisa memotivasi bawahan untuk melakukan perbuatan yang
menyenangkan semua pihak, sehingga dapat diarahkan untuk mencapai tujuan.
5) Integritas
Pemimpin harus bersikap terbuka; merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan
anak buah sehingga bawahan menjadi lebih percaya dan hormat.
6) Penguasaan teknis
Setiap pemimpin harus menguasai satu atau beberapa kemahiran teknis agar ia
mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin.
7) Ketegasan dalam mengambil keputusan
Pemimpin yang berhasil pasti dapat mengambil keputusan secara cepat, tegas dan tepat
sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
8) Kecerdasan
Orang yang cerdas akan mampu mengatasi masalah dalam waktu yang lebih cepat dan
cara yang lebih efektif.
9) Keterampilan mengajar
Pemimpin yang baik adalah yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan,
mendorong, dan menggerakkan anak buahnya untuk berbuat sesuatu.
10) Kepercayaan
Keberhasilan kepemimpinan didukung oleh kepercayaan anak buahnya, yaitu percaya
bahwa pemimpin dengan anggota berjuang untuk mencapai tujuan.
Teori Kesifatan menurut George R. Terry adalah sebagai berikut:
1) Kekuatan
Kekuatan badaniah dan rokhaniah merupakan syarat yang pokok bagi pemimpin sehingga
ia mempunyai daya tahan untuk menghadapi berbagai rintangan.
2) Stabilitas emosi
Pemimpin dengan emosi yang stabil akan menunjang pencapaian lingkungan sosial yang
rukun, damai, dan harmonis.
3) Pengetahuan tentang relasi insani
Pemimpin memiliki pengetahuan tentang sifat, watak, dan perilaku bawahan agar bisa
menilai kelebihan/kelemahan bawahan sesuai dengan tugas yang diberikan.
4) Kejujuran
Pemimpin yang baik harus mempunyai kejujuran yang tinggi baik kepada diri sendiri
maupun kepada bawahan.
5) Obyektif
Pemimpin harus obyektif, mencari bukti-bukti yang nyata dan sebab musabab dari suatu
kejadian dan memberikan alasan yang rasional atas penolakannya.
6) Dorongan pribadi
Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin harus muncul dari dalam hati agar
ikhlas memberikan pelayanan dan pengabdian kepada kepentingan umum.
7) Keterampilan berkomunikasi
Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang
lain, mahir mengintegrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk
mencapai kerukunan dan keseimbangan.
8) Kemampuan mengajar
Pemimpin diharapkan juga menjadi guru yang baik, yang membawa orang belajar pada
sasaran-sasaran tertentu untuk menambah pengetahuan, keterampilan agar bawahannya
bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya.
9) Keterampilan sosial
Dia bersikap ramah, terbuka, mau menghargai pendapat orang lain, sehingga ia bisa
memupuk kerjasama yang baik.
10) Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial
Penguasaan kecakapan teknis agar tercapai efektifitas kerja dan kesejahteraan.
Berdasarkan teori-teori tentang kesifatan atau sifat-sifat pemimpin diatas, dapat
disimpulkan bahwa sifat-sifat kepemimpinan kepala sekolah adalah :
1) Kemampuan sebagai pengawas (supervisory ability)
2) Kecerdasan
3) Inisiatif
4) Energi jasmaniah dan mental
5) Kesadaran akan tujuan dan arah
6) Stabilitas emosi
7) Obyektif
8) Ketegasan dalam mengambil keputusan
9) Keterampilan berkomunikasi
10) Keterampilan mengajar
11) Keterampilan sosial
12) Pengetahuan tentang relasi insani
6.2.3 Tugas-tugas Kepemimpinan
1) Berdasarkan pengertian bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi tingkah
laku yang mengandung indikasi serangkaian tugas penting seorang pemimpin yaitu
(Wahjosumidjo 2002: 40) :
1) Mendefinisikan misi dan peranan organisasi
Misi dan peranan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila seorang pemimpin
lebih dulu memahami asumsi struktural sebuah organisasi.
2) Pemimpin merupakan pengejawantahan tujuan organisasi
Dalam tugas ini pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan ke dalam tatanan atau
keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
3) Mempertahankan keutuhan organisasi
Pemimpin bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi dengan melakukan
koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu melalui otoritas, peraturan, literally,
melalui pertemuan, dan koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan.
4) Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi
6.2.4 Kepemimpinan yang Efektif
Agar proses pengembangan para personalia pendidikan berjalan dengan baik, antara lain
dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Ialah suatu kepemimpinan yang menghargai
usaha para bawahan, yang memperlakukan mereka sesuai dengan bakat, kemampuan, dan
minat masing-masing individu, yang memberi dorongan untuk berkembang dan
mengarahkan diri ke arah tercapainya tujuan lembaga pendidikan.
Pemimpin yang efektif menurut Made Pidarta (1988: 173) ialah pemimpin yang tinggi
dalam kedua dimensi kepemimpinan. Begitu pula pemimpin yang memiliki performan
tinggi dalam perencanaan dan funngsi-fungsi manajemen adalah tinggi pula dalam kedua
dimensi kepemimpinan. Dua dimensi kepemimpinan tersebut adalah :
1) Kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas
Ialah kepemimpinan yang hanya menekankan penyelesaian tugas-tugas kepada para
bawahannya dengan tidak mempedulikan perkembangan bakat, kompetensi, motivasi,
minat, komunikasi, dan kesejahteraan bawahan. Para personalia akan bekerja secara rutin,
rajin, taat dan tunduk dalam penampilannya. Pemimpin ini tidak mengikuti
perkembangan dan kemajuan lingkungan sehingga organisasi menjadi usang dan
ketinggalan jaman.
2) Kepemimpinan yang berorientasi kepada antar hubungan manusia
Kepemimpinan ini hanya menekankan perkembangan para personalianya, kepuasan
mereka, motivasi, kerja sama, pergaulan dan kesejahteraan mereka. Pemimpin ini
berasumsi bila para personalia diperlakukan dengan baik, maka tujuan organisasi
kependidikan akan tercapai. Tetapi pada kenyataannya manusia tidak selalu beritikad
baik, walaupun ia diperlakukan dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan kemunduran
suatu organisasi.
Oleh sebab itu kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mengintegrasikan
orientasi tugas dengan orientasi antar hubungan manusia. Dengan mengintegrasikan dan
meningkatkan keduanya kepemimpinan akan menjadi efektif, yaitu mampu mencapai
tujuan organisasi tepat pada waktunya. Sebab kepemimpinan yang efektif dapat
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik termasuk malaksanakan
perencanaan dengan baik pula.
Kepemimpinan yang efektif selalu memanfaatkan kerja sama dengan bawahan untuk
mencapai cita-cita organisasi. Dengan cara seperti itu pemimpin akan banyak mendapat
bantuan pikiran, semangat, dan tenaga dari bawahan yang akan menimbulkan semangat
bersama dan rasa persatuan, sehingga akan memudahkan proses pendelegasian dan
pemecahan masalah yang semuanya memajukan perencanaan pendidikan.

6.3 Kerangka Berpikir


Guru memiliki tugas sebagai pengajar yang melakukan transfer pengetahuan. Selain itu,
guru juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Untuk itu
guru harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
yang bekerja dengan kinerja yang tinggi.
Kinerja guru akan menjadi optimal, bila diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik
kepala sekolah maupun sarana prasarana kerja yang memadai. Kepemimpinan yang
efektif dapat tercipta apabila kepala sekolah memiliki sifat, perilaku dan keterampilan
yang baik untuk memimpin sebuah organisasi sekolah. Dalam perannya sebagai
pemimpin, kepala sekolah harus mampu untuk mempengaruhi semua orang yang terlibat
dalam proses pendidikan yaitu guru dan fasilitas kerja yang akhirnya mencapai tujuan
dan kualitas sekolah.

6.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul setelah menentapkan anggapan dasar maka
lalu membuat teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji . (Arikunto, 1998: 67)
Dalam penelitian ini yang menjadi hipotesis kerja (Ha) yaitu “ada pengaruh positif
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri Cepoko 01
Gunungpati”.

VII. METODE PENELITIAN


7.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto 1998: 115). Populasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah semua guru SMP Negeri 8 Semarang. Berdasarkan
data sekolah, diketahui jumlah guru SD Negeri Cepoko 01 Gunungpati keseluruhan
berjumlah 12 orang. Karena populasi jumlahnya sedikit, maka seluruh guru SD Negeri
Cepoko 01 Gunungpati dijadikan sampel penelitian.
7.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian.
(Arikunto 1998: 99).
7.2.1 Variabel Bebas (Independent Variable) (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kepemimpinan Kepala sekolah (X), indikator
Kepemimpinan Kepala Sekolah ialah: a) Kemampuan sebagai pengawas, b) Stabilitas
emosi, c) Ketegasan dalam mengambil keputusan, d) Keterampilan mengajar, e)
Keterampilan sosial, f) Pengetahuan tentang relasi insani
7.2.2 Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y)
Dalam penelitian ini variabel terikat (Y) adalah variabel kinerja guru, yaitu kemampuan
dan usaha guru untuk melaksanakan tugas-tugas yang diembannya, baik pembelajaran
maupun tugas kelembagaan lainnya. Indikator kinerja guru ialah: a) prestasi kerja, b)
tanggung jawab, c) ketaatan, d) kejujuran, dan e) kerjasama.
7.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang
dilaksanakan secara sistematis dengan prosedur yang standar (Arikunto 1998: 225).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
7.3.1 Metode Dokumentasi
Dalam hal ini metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah guru, presensi
guru, serta data tentang fasilitas sekolah.
7.3.2 Kuesioner
Dalam penelitian ini mengungkap aspek psikologi yaitu sikap responden. Kuesioner
berwujud kumpulan pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun dan dianalisis
sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diskor
angka dan dapat diinterprestasikan (Azwar, 2000:105).

XI. DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin. 1990. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan.


Jakarta: PT. Bumi Aksara

Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Hasibuan, H. Malayu S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara

Kartono, Kartini. 1992. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. Pasal 20 (a) Tentang Guru dan
Dosen.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan


MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan


Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi


Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara

Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Burhanudin. 1990. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan.


Jakarta: PT. Bumi Aksara

Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Hasibuan, H. Malayu S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara

Kartono, Kartini. 1992. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. Pasal 20 (a) Tentang Guru dan
Dosen.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan


MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan


Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi


Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara

Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan


Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah


Posted by: Abied on: 24 Desember 2009

• In: Pengembangan Diri| Pengetahuan Umum


• Comment!

Pengertian Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah


Konsep kepemimpinan Kepala Sekolah selaku pemimpin pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari konsep kepemimpinan secara umum. Istilah kepemimpinan yang
diterjemahkan dari kata leadership sesungguhnya merupakan istilah yang kita jumpai.
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk
memahami mengenai pengertian kepemimpinan.

Menurut Nawawi (1996 : 24) pengertian kepemimpinan adalah :

Kemampuan menggerakkan dan memberikan motivasi untuk mempengaruhi orang-orang


agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan
melalui keberanian mengambi keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.

Sedangkan menurut Winardi (1996 : 286), pengertian kepemimpinan adalah : seni


mengkoordinaksikan dan memotivasi individu dan kelompok-kelompok untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

Dari kedua pendapat diatas maka pengertian kualitas kepemimpinan Kepala Sekolah
adalah suatu kemampuan atau teknik Kepala Sekolah untuk mempengaruhi orang-orang
agar mau melakukan kerjasama dengan berbagai pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang dimilikinya.

Bertolak dari pengertian tersebut, ada tiga unsur yang berkaitan yaitu unsur manusia,
unsur sarana dan unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara
seimbang, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan
yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara teori ataupun dari
pengetahuan di dalam praktek selama menjadi pemimpin.

Pendekatan Kepemimpinan

Pola perilaku pemimpin dapat berbeda-beda tergantung dari persoalan-persoalan yang


dihadapi. Carrol dan Tosi dalam (Purwanto 1992 : 31) merangkum pendapat dari
beberapa ahli menjadi tiga pendekatan atau teori kepemimpinan yaitu : pendekatan sifat,
pendekatan perilaku, pendekatan situasional.

1. Pendekatan Sifat

Pendekatan sifat ini, seorang pemimpin sejak lahir telah memiliki sifat-sifat atau garis
keturunan yang dimilikinya sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan atau
kegagalan dalam memimpin.

1. Pendekatan perilaku

Pendekatan perilaku (behavioral Approach) adalah pendekatan yang mengatakan bahwa


keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya
kepemimpinan yang ditampakkan oleh pemimpin yang bersangkutan dalam kegiatan
sehari-hari, misalnya tentang cara memimpin itu memberi perintah, memberi tugas dan
wewenang, cara berkomunikasi dan sebagainya.

1. Pendekatan Situasional

Pendekatan situasional atau pendekatan kontigensi memiliki asumsi bahwa keberhasilan


pemimpin dari suatu organisasi atau lembaga tidak hanya tergantung atau dipengaruhi
oleh pendekatan kepemimpinan sebelumnya, tetapi pendekatan ini melihat bahwa tiap
organisasi atau lembaga mempunyai ciri khusus dan unik, juga masalah yang dihadapi
berbeda, semangat dan watak juga berbeda.

Syarat-syarat Kepemimpinan Kepala Sekolah

Syarat yang dimaksud disini adalah sifat-sifat atau sikap-sikap yang seyogyanya dimiliki
oleh seorang pemimpin agar dapat menjalankan kepemimpinan dengan sukses.

Untuk menjabat sebagai seorang kepala dalam lingkungan pendidikan, ditetapkan


beberapa persyaratan yaitu : pendidikan yang dimiliki, pengalaman yang sering
dinyatakan dalam bentuk golongan/pangkat, umur.

Adapu syarat-syarat khusus yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Kepala Sekolah)
adalah :

1. Memiliki kecerdasan/intelegensi yang baik


2. Percaya diri sendiri dan membership
3. Memiliki keahlian/keterampilan dalam bidangnya
4. Cakap bergaul dan ramah tamah
5. Disiplin
6. Suka menolong dan memberi petunjuk
7. Memiliki semangat pengabdian yang tinggi
8. Sehat jasmani dan rohani

Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia.

Salam …

Tag: Kepala Sekolah, Konsep Kepemimpinan


http://meetabied.wordpress.com/2009/12/24/kualitas-kepemimpinan-kepala-sekolah/

KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

OLEH SUWARDI AGUSTINUS, S. Pd.

GURU SD MARIA FRANSISKA


BEKASI SELATAN
PANDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Kemajuan dalam dunia Pendidikan selain membawa dampak positif bagi Perkembangan
Sumber Daya Manusia, pertumbuhan ekonomi, serta peningkatan pendidikan politik dan
social budaya masyarakat. Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk
menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Melalui pendidikan kita dapat
mencerdaskan bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional, yang berbunyi :
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya, yaitu menusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Dengan demikian perlu ditingkatkan kemampuan dan ketrampilan para pelaksana


pendidikan. Kepala Sekolah sebagai pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan
hendaknya memiliki pengetahuan yang luas dan ketrampilan kempemimpinan agar
mampu mengendalikan, mempengaruhi dan mendorong bawahannya dalam menjalankan
tugas dengan jujur, tanggung jawab, efektif dan efisien.

Kepincangan system persekolahan di suatu negara dewasa ini adalah disebabkan


pelaksanaan asas pendidikan yang kurang sempurna. Menurut Tajul Ariffin Noordin,
dalam bukunya pendidikan suatu pemikiran semula mengemukakan,
“Di sekolah telah terdapat tanda-tanda kucar-kacir yang berpuncak daripada ramainya
guru-guru yang telah kehilangan minat untuk mengajar. Yang anehnya, walaupun guru-
guru itu mempunyai ilmu dan pengalaman yang lengkap dalam teori-teori pengajaran,
tetapi ramai daripada mereka yang telah lari daripada tenggung jawab pendidikan.
Terdapat ramai guru yang tidak mengindahkan disiplin bekerja. Murid–murid dibiarkan
saja bebas melakukan apa saja yang mereka mau. Di setengah-setengah sekolah, keadaan
ini berlaku sepanjang hari. Akibatnya ramai murid lemah dalam masalah berfikir,
membaca, mengira, dan menulis. Guru-guru ini biasanya sibuk dengan aktivitas mereka
sendiri”.

Dilihat dari pernyataan di atas, guru merupakan sosok kepemimpinan di kelas yang
bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan kelas, sehingga proses belajar mengajar
berlangsung lebih baik, serta tercapai tujuan pembelajaran khusus. Oleh itu guru
hendaklah memiliki dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mulianya.

Dalam pada itu pemerintah hendaklah menyelenggarakan suatu pendidikan formal,


yangmana bertujuan mencerdaskan bangsa dan menunjang kemajuan Negara. Drs. Ismet
Syarif mengemukakan peran dan tugas sekolah :
“ Sekolah merupakan alat untuk menciptakan ketrampilan social, sebagai wiyata
mandala, lembaga antisipasi, pusat pengembangan budaya professional, sebagai lembaga
penyiapan sumber daya manusia dalam kerangka pembangunan”.

Pendangan penulis di atas menggambarkan bahwa sekolah mempunyai peranan dan tugas
yang beragam dan kompleks dalam masyarakat. Seluruh kemampuan kepemimpinan
kepala sekolah perlu di manfaatkan seoptimal mungkin untuk menggerakkan semua
kegiatan pendidikan.
Sekolah harus banyak berkomunikasi, berinteraksi dengan masyarakat, baik melalui
instansi resmi maupun tidak resmi, sehingga kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi dan
dapat memberi kesadaran kepada mereka tentang pentingnya meningkatkan kualitas
pendidikan. YB Menteri Pendidikan Encik Anwar Ibrahim menjelaskan tentang
pentingnya meningkatkan kualitas pendidikan di dalam Berita Harian 12 September
1986, yang dikutip oleh Tajul Ariffin Noordin, bukunya Pendidikan Suatu Pemikiran
Semula, mengemukakan :
“Kita perlu ingat bahwa pendidikan itu bukan hanya untuk menimba ilmu pengetahuan
tetapi untuk membentuk INSAN yang baik, penuh dengan adab sopan dan berahlak tinggi
karena ilmu pengetahuan tanpa disiplin dan moral bukanlah ilmu dalam ertetika yang
sebenarnya. Apa artinya pendidikan kalau kita tidak dapat membentuk manusia”.

Berdasarkan pernyataan di atas jelas bahwa tugas kepala sekolah sebagai pemimpin
harus mempunyai kepandaian menganalisa apa yang baik dan dapat diterima oleh guru-
guru atau masyarakat sekolah. Apa yang dilaksanakan mestinya memberi penjelasan,
kekuatan bertuan, saran, hubungan, motivasi dan sebagainya. Menurut R. Iyeng
Wiraputra menyatakan :
“ Sekolah hendaknya merupakan lokakarya dimana demokrasi dibangun. Titik berat
terletak pada tugas-tugas kepemimpinan pendidikan yang di teruskan kepada orang-orang
demokratis, karena kebebasannya dan kewajiban untuk melakukan kegiatan yang
bertanggungjawab, yang lahir dari kebebasan itu. perhatian terhadap kesulitan-kesulitan,
gagasan baru untuk organisasi dan struktur situasi sekolah dan akhirnya beberapa aspek
problem dengan keperluan-keperluan mendesak untuk penyelidikan selanjutnya”.
Kepala sekolah sebagai pemimpin, hendaklah memperhatikan motivasi karyawannya
termasuk motivasi guru. Dalam hal ini kualitas kepemimpinan mestilah dimanfaatkan
sepenuhnya. Bantuan tenaga dan pemikiran dari guru sangatlah dibutuhkan oleh kepala
sekolah di dalam tugas dan fungsinya sebagai pemimpin. Menurut Koontz, dikutip oleh
Wahjosumidjo, tentang fungsi kepemimpinan :
“Fungsi kepemimpinan adalah mengajak atau menghimbau semua bawahan atau
pengikut agar dengan penuh kemauan untuk memberikan sumbangan dalam mencapai
tujuan organisasi sesuai dengan kemampuan para bawahan itu secara maksimal”.
Sedangkan Tajul Ariffin Noordin, mengemukakan bahwa pemberian motivasi hendaklah
diikuti dengan disiplin yang kuat :
“ Motivasi dan disiplin adalah dua sifat yang perlu ada dalam setiap diri ahli masyarakat
yang sedang membangun khususnya. Motivasi dan disiplin bolehlah diibaratkan sebagai
irama dan lagu yang tidak mungkin dapat dipisahkan. Motivasi tanpa disiplin hanya akan
menghasilkan manusia-manusia buas, bernafsu binatang. Manakala disiplin sahaja tanpa
motivasi akan melahirkan generasi robot, pasif, kaku, lemah dan senantiasa akan
ditindas.”
Berdasarkan pendapat di atas, ada tiga perkara pokok yang memberikan ciri
kepemimpinan dalam hubungannya dengan motivasi, yaitu :
1. Kecakapan untuk memahami bahwa dalam manusia itu pada hakikatnya memiliki
kekuatan motivasi
dalam waktu yang bervariasi dan situasi yang berbeda-beda.
2. Memiliki kecakapan dan disiplin untuk membangkitkan atau menimbulkan kemangat
kerja yang tinggi.
3. Memiliki kecakapan untuk berbuat dengan cara tertentu, sehingga menimbulkan
suasana yang
merangsang lahirnya suatu respond an motivasi.

Mengingat pentingnya motivasi dan pelaksanaannya secara penuh disiplin, maka disiplin
ilmu seperti manajemen sumber daya manusia, mempelajari bagaimana penyediaan
sumberdaya manusia yang dibutuhkan serta bagaimana mendayagunakan sumberdaya
manusia tersebut sehingga dapat mencapai produktivitas kerja kerja guru yang optimal.

Kualitas kepemimpinan yang efektif adalah sesuatu yang perlu dimiliki oleh kepala
sekolah diakui oleh semua guru, memungkinkan guru dengan kesadaran yang tinggi akan
melaksanakan instruksi yang berkenaan pada tugasnya dengan baik, ikhlas dan perasaan
senang serta penuh rasa tanggung jawab. Oleh yang demikian kepala sekolah harus
mampu menciptakan suasana kerja, iklim organisasi serta kepemimpinan yang
menyenangkan sehingga dapat memberi dorongan kerja guru, mewujudkan motivasi
kerja guru yang tinggi kea rah pencapaian tujuan belajar mengajar atau tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan sebelumnya.

KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

A. Pengertian Kualitas Kepemimpinan

Pandangan mengenai kualitas kepemimpinan ini tidak terbatas, melainkan mencakup


seluruh kehidupan masyarakat, situasi, alokasi dan dilaksanakan menurut tujuan
seseorang maupun suatu organisasi tertentu, baik pemerintah atau swasta menginginkan
kualitas. Oleh yang demikian perlulah kita memahami maksud kualitas itu. Dalam kamus
dewan, terbitan dewan bahasa dan pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia,
“Kualiti/kualitas diartikan dengan mutu yang baik, baik buruk mengenai sesuatu benda,
ukuran kadar, atau derajat.”

Sedangkan pengertian kepemimpinan menurut wahjosumidjo mengatakan:


“Kepemimpinan adalah proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau
kelompok dalam usahanya mencapai tujuan yang sudah ditetapkan “. Pengertian tersebut
menggambarkan bahwa kepemimpinan sebagai tindakan yang membuat seseorang atau
kelompok bekerja untuk mencapai tujuan.

James J. Scribbin mengungkapkan pengertian kepemimpinan sebagai berikut :


“Kepemimpinan adalah kemampuan memperoleh consensus dan keikatan pada sasaran
bersama, melampaui syarat-syarat organisasi yang dicapai dengan pengalaman
sumbangan dan kepuasan di pihak kelompok kerja”.

Dari definisi kepemimpinan di atas dapat terlihat bahwa kepemimpinan mengandung


istilah pokok tertentu, antara lain:
1. Kemampuan memperoleh. Kepemimpinan merupakan proses pengaruh yang
memungkinkan manajer
membuat orang-orangnya bersedia mengerjakan apa yang seharusnya
dikerjakan.
2. Konsensus dan keikatan. Kepemimpinan merupakan proses untuk mendapatkan
konsensus dan
keikatan pada sasaran bersama dari anggota kelompok untuk secara antusias
merealisasikan tujuan
atau sasaran tersebut.
3. Syarat-syarat organisasi. Di dalam pencapaian sasaran bersama perlu didukung
wewenang, kaidah,
peraturan dan syarat-syarat.
4. Pengalaman sumbangan dan kepuasan. Anggota harus dirangsang oleh mutu
kepemimpinan untuk
memberikan pengalaman dan sumbangan terhadap organisasi. Pemimpin harus
memperlihatkan
pemuasan kebutuhan-kebutuhan penting mereka. Jadi pemimpin adalah orang
yang memungkinkan
atau mempermudah sesuatu.

Supaya kita lebih memahami pengertian sebenar mengenai kepemimpinan di bawah ini
diberikan beberapa definisi kepemimpinan. Menurut Paul Heresy dan Ken Blan Chard
mengemukakan definisi kepemimpinan yang dikutip dari pendapat Robert Tannenbaum,
Irving Weschler, Fred Messarik dan George Terry :
“Kepemimpinan merupakan pengaruh antar pribadi yang dikalukan dalam suatu situasi
dan diarahkan melalui proses komunikasi pada pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah
aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara
sukarela dan kpemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”

Menurut dr. Buchari Zainun : pengertian kepemimpinan ini lebih dipertegaskan lagi,
dimana seseorang pemimpin itu harus mempunyai kemampuan, keberanian mengambil
resiko untuk mencapai tujuan.
“Leadership atau kepemimpinan dapat diartikan sebagai satu kekuatan atau ketangguhan
yang bersumber dari kemampuan untuk mencapai cita-cita dengan keberanian mengambil
resiko yang bakal terjadi.”

Dari pengertian di atas terlihat bahwa pengertian kepemimpinan mudah diberikan, tetapi
sukar untuk benar-benar didalami. Seorang dapat disebut pemimpin jika ia dapat
mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu, meskipun tidak ada
ikatan-ikatan yang formal dalam organisasi. Dengan demikian pengertian kepemimpinan
akan timbul di manapun, asalkan unsur-unsur di bawah ini ada :
a. Adanya orang yang dipengaruhi.
b. Adanya orang yang mempengaruhi.
c. Orang yang mempengaruhi mengerahkan kepada tercapainya sesuatu tujuan.
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan atau memaksa orang lain untuk berbuat sesuatu terlihat di dalam proses
memimpin, adanya hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain, antara
individu satu dengan kelompok individu yang berorganisir secara temporer atau tetap
dalam suatu wadah tertentu.

Dari berbagai definisi kepemimpinan di atas terdapat beberapa unsur yang bersamaan
yang terdapat dalam proses kepemimpinan, yaitu :
1. Kepemimpinan merupakan suatu proses
2. Adanya tujuan
3. Adanya orang yang mempengaruhi dan dipengaruhi
4. Kepemimpinan berlangsung dalam situasi yang tertentu
5. Kepemimpinan berlangsung dengan menggunakan teknik tertentu
6. Fungsi kepemimpinan adalah untuk mempengaruhi atau menggiatkan orang lain.
7. Dalam merealisasikan tujuan terdapat proses interaksi antara pemimpin dan yang
dipimpin

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi tindakan-


tindakan orang-orang tertentu dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dan dalam
situasi tertentu untuk mencapai tujuan matlamat atau sasaran yang telah dirancang
sebelumnya secara sukarela.
Kegiatan-kegiatan kepemimpinan ini boleh dilaksanakan diberbagai bidang kehidupan
manusia termasuklah di bidang Pendidikan. Dalam hal ini, Hadari Nawawi
mengemukakan pengertian kepemimpinan pendidikan dan kepemimpinan sekolah
sebagai berikut :
“Kepemimpinan sekolah adalah proses mempersatukan buah pikiran dan pendapat untuk
mewujudkan menjadi kesatuan gerak yang terarah pada pencapaian tujuan lingkungan,
personel sekolah, yang didalamnya terkandung makna menggerakkan, memotivasi orang
lain dan kelompok agar bersedia melakukan tugas-tugas sebagai rekan kerja di sekolah”

Ahmad Rohani H.M dan H. Abu Ahmadi mendefinisikan kepemimpinan Pendidikan


sebagai berikut :
“Kepemimpinan Pendidikan yaitu proses kegiatan mempengaruhi, menggerakkan dan
mengkoordinasikan individu-individu organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan”.

Burhanuddin mengemukakan :

“Kepemimpinan pendidikan adalah merupakan suatu kesiapan, kemampuan yang dimiliki


oleh seseorang dalam proses mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan
dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan
pengembangan pendidikan dan pengajaran, agar segenap kegiatan dapat berjalan secara
efektif dan efisien, yang pada gilirannya dapat mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran yang telah ditetapkan”.

Bagi memperjelaskan pengertian kepemimpinan pendidikan, dirawat dan kawan-kawan


merumuskan definisi kepemimpinan pendidikan sebagai berikut :
“Kepemimpinan pendidikan merupakan satu kemampuan dan proses mempengaruhi,
mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan dengan
pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar
kegiatan-kegiatan dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-
tujuan pendidikan dan pengajaran”.

Dari beberapa difinisi kepemimpinan pendidikan diatas, dapat dirumuskan bahwa setiap
usaha untuk mempengaruhi orang-orang, yang bersifat positif ada hubungannya dengan
pekerjaan mendidik dan mengajar, sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran dapat
dicapai dengan lebih berkesan, maka dapat dikatakan bahwa usaha itu melakukan
perbaikan kualitas kepemimpinan pendidikan atau meningkatkan Sumber Daya
Manusianya.

Berdasarkan uraian di atas, kualitas kepemimpinan Kepala Sekolah dapat diartikan


sebagai kecakapan atau kemampuan yang dimiliki seseorang di dalam mempengaruhi
sekelompok orang atau kecakapan mengkoordinir, menggerakkan dan membimbing
personel sekolah mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.

B. Tipe-tipe Kepemimpinan

Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kesuksesan Kepala Sekolah ialah
dengan mempelajari pendekatan kepemimpinan yang digunakan dan tipe atau gaya
kepemimpinan yang diterapkan di sekolah. Sepanjang pengamatan para ahli, maka cara
seseorang pemimpin melakukan kepemimpinan itu dapat digolongkan atas beberapa
golongan antara lain :

a. Secara otokratis
b. Secara militeristis
c. Secara Paternalistis
d. Secara Kharismatis
e. Secara ‘laisses Faire’ atau secara bebas
f. Secara Demokrasi

a. Secara Otokratis
1. Kepemimpinan secara otokratis artinya pemimpin menganggap organisasi sebagai
milik sendiri.
2. Ia bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap
mereka itu
sebagai bawahan dan merupakan alat, bukan manusia. Cara menggerakkan para
anggota organisasi
dengan unsur-unsur paksaan dan ancaman-ancaman pidana.
3. Bawahan adalah hanya menurut dan menjalankan perintah-perintah atasan serta tidak
boleh
membantah, karena pemimpin secara ini tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat.
4. Rapat-rapat atau musyawarah tidak dikehendaki. Berkumpul atau berapat hanya
untuk
menyampaikan instruksi-instruksi atau perintah-perintah.
5. Kepemimpinan yang bersifat otokratis dikendalikan oleh seorang pemimpin yang
mempunyai
perasaan harga diri yang besar sekali. Bawahannya dianggap bodoh, tidak
berpengalaman dan
selayaknya dituntun dengan sebaik-baiknya. Pemimpin merasa dirinya orang
yang terpandai dalam
bagiannya.

b. Secara Militeristis

Seorang pemimpin yang bersifat militeristis, yaitu pemimpin yang memiliki sifat-sifat
antara lain seperti dibawah ini :
1. Untuk menggerakkan bawahannya ia menggunakan system perintah yang biasa
digunakan dalam
ketentaraan.
2. Gerak-geriknya senantiasa tergantung kepada pangkat dan jabatannya
3. Senang akan formalitas yang berlebih-lebihan
4. Menuntut disiplin keras dan kaku dari bawahannya
5. Tidak menerima kritik dari bawahannya
6. Senang akan upacara-upacara untuk berbagai-bagai keadaan
7. Dan lain sebagainya

c. Secara Paternalistis

1. Cara ini boleh dikatakan untuk seorang pemimpin yang bersifat ‘Kebapakan’, ia
menganggap anak
buahnya sebagai ‘anak’ atau manusia yang belum dewasa yang dalam segala
hal masih
membutuhkan bantuan dan perlindungan, yang kadang-kadang perlindungan
yang berlebih-lebihan.
2. Dengan demikian maka pemimpin macam ini jarang atau tidak memberikan sama
sekali kepada
anak buahnya untuk bertindak sendiri, untuk mengambil inisiatif atau
mengambil keputusan. Anak-
anak buahnya jarang sekali diberi kesempatan untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasinya.
3. Pemimpin semacam ini tidak ada sifat keras atau kejam terhadap mereka yang
dipimpin, bahkan
hampir dalam segala hal sikapnya baik dan ramah, walaupun ada sifat yang
negative padanya yang
bersifat sok maha tahu.
4. Seorang pemimpin seperti ini dalam hal-hal yang tertentu amat diperlukan, akan
tetapi sebagai
pemimpin pada umumnya kurang baik.

d. Secara Kharismatis

“Sebenarnya kurang tepat kalau dikatakan ‘menjalankan kepemimpinan secara


kharismatis’, atau pemimpin yang kharismatis.
Sulit untuk menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki charisma,
yang jelas adalah bahwa pemimpin itu mempunyai ‘daya tarik’ yang amat besar,
sehingga pengikutnya amat besar pula jumlahnya, akan tetapi susah dijelaskan mengapa
mereka itu menjadi pengikut pemimpin tersebut. Kepatuhan dan kesetiaan para pengikut
rupa-rupanya timbul dari kepercayaan yang penuh kepada pemimpin yang dicintai,
dihormati, disegani dan dikagumi, bukan semata-mata benar tidaknya tindakan-tindakan
yang dilakukan pemimpin.

e. Secara ‘laisses Faire’ atau secara bebas.

1. Melaksanakan pimpinan secara ini dapat diartikan “membiarkan anak-anak buahnya


untuk berbuat
sekehendak sendiri-sendiri”
2. Petunjuk-petunjuk, pengawasan dan control kegiatan dan pekerjaan anak buahnya
tidak diadakan.
Pembagian tugas, cara bekerjasama saran-saran dari pimpinan tidak ada,
sedangkan kekuasaan dan
tanggung jawab jalannya simpangsiur, sehingga keadaannya tidak mudah
dikendalikan dan akibatnya
terjadi kekacauan.
3. Melakukan kepemimpinan secara ini biasanya tidak kelihatan ada organisasi dan
segala sesuatu
dilakukan tanpa rencana dari pimpinan.
4. Pada hakikatnya disini pemimpin itu tidak memimpin tetapi membiarkan bawahan
bekerja sesuka-
sukanya. Pemimpin hanya mempunyai tugas representative : untuk dunia luar
ia adalah kepala
bagian, tetapi pada umumnya ia tidak memberi sesuatu bentuk kepala bagian
yang dipimpinnya itu.
Pemimpin tidak mempunyai kepribadian yang kokoh. Ia kurang cakap
memimpin bahkan dapat
dipengaruhi.
5. Para anggota diberikan kebebasan sepenuhnya, maka proses pengembalian keputusan
menjadi
lambat bahkan sering tidak berkeputusan.

f. Secara Demokrasi

1. Cara ini lazimnya dipandang sebagai kebalikan daripada cara kepemimpinan yang
otokratis.
2. Cara demokratis perlakuannya bersifat kerakyatan atau persaudaraan, mengharapkan
kerjasama
dengan anak buahnya yang tidak dipandang sebagai alat, tetapi dianggap
sebagai manusia.
3. Mau menerima saran-saran dari anak buah dan bahkan kritik-kritik dimintanya dari
mereka demi
suksesnya pekerjaan bersama.
4. Ia memberi kebebasan yang cukup kepada anak buahnya, karena menaruh
kepercayaan yang cukup
bahwa mereka itu akan berusaha sendiri menyelesaikan pekerjaannya dengan
sebaik-baiknya.
Segala usaha ditujukan untuk membuat bawahannya senantiasa mencapai hasil
yang lebih baik dari
ia sendiri
5. Cara untuk mencapai hasil baik ini seorang pemimpin demokrasi senantiasa berusaha
memupuk
kekeluargaan dan persatuan, membangun semangat dan kegairahan bekerja
pada anak buahnya.

Pada dasarnya seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugas atau


kepemimpinannya, pemilihan tipe kepemimpinan tidak terbatas, seorang boleh
menggunakan tipe-tipe kepemimpinan yang sesuai kebutuhan motivasi kerja guru, sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan maupun sesuai dengan pemecahan masalah yang hendak
diatasi. Biasanya terdapat kesatuan corak kepemimpinan yang diantanya dapat dipilih
masih-masing dengan kombinasi perubahan otoritas pemimpin dan bahawan.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Sesungguhnya kepemimpinan adalah suatu proses alamiah dan harus dipenuhi. Dapat
kita katakana bahwa untuk mengembangkan atau memelihara kerjasama secara sukarela,
diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang bijaksana memperlengkapi diri dengan
ilmu manajemen dan administrasi serta kepemimpinan yang berkualitas.

Seorang pemimpin pendidikan seperti kepala sekolah mestilah banyak fleksibilitas


dalam menjalankan fungsinya sebagai administrator pemimpin dan pengurus yang baik
Herbert G. Hicks dan Gray Gullet mengemukakan factor-faktor yang mempengaruhi
kualitas kepemimpinan yang dikutip dari pendapat Tannenbaum dan Scmidt, yaitu :
1. Motivasi internal pemimpin dan kekuatan lainnya yang ada padanya. Hal ini meliputi
system penilaian,
kepercayaan, terhadap para bawahan, kecenderungan kepemimpinan dan
perasaan aman dalam
suatu situasi yang tidak menentu
2. Motivasi eksternal yang disalurkan oleh pimpinan dan kekuatan lain yang terdapat
pada diri bawahan
3. Kekuatan dalam situasi.
Hendiyat S. dan Wasty S. berpendapat bahwa kepemimpinan kepala sekolah dipengaruhi
oleh :

1. Faktor legal, seseorang yang menduduki jabatan pemimpin akan berhadapan dengan
peraturan-
peraturan formal dari instansi struktur yang berada di atasnya.
2. Kondisi social ekonomi dan konsep-konsep kependidikan
3. Hakikat dan atau ciri sekolah. Hal ini berkaitan dengan ciri dan atau hakikat para
staf, para murid dan
jenis sekolah
4. Kepribadian pemimpin dan latihan-latihan, factor ini berkaitan dengan aspek
pendidikan dan
pengalaman
5. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan, tugas-tugas
kepemimpinan dipengaruhi
oleh berbagai perubahan teori dan metode aktivitas belajar.

D. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan

Kepala Sekolah sebagai pemimpin di bidang pendidikan haruslah mengetahui dan


memahami serta mengaplikasikan fungsi dan tugasnya dengan baik. Apa yang saya
maksudkan disini ialah agar ia dapat lebih mampu mencipta suatu kondisi dimana segala
sumber daya yang ada di lingkungan yang dipimpinnya dapat berfungsi dalam mencapai
tujuan pendidikan dan pengajaran.

Garis-garis dalam aspek menjalankan peranan, tugas, fungsi serta tanggung jawab
kepala sekolah akan mempengaruhi corak komunikasi atau public relations yang berbagai
cara. Dalam hal ini konsep interpersonal competence yang bermaksud berhubung dengan
keupayaan kita menerima tanggung jawab, segala saran dan tindakan yang kita lakukan,
senantiasa mempunyai sikap terbuka untuk ‘mendengar’ masalah orang-orang dibawah
kita serta bersedia dan terbuka kepada sentiment orang lain.
Sondang P. Siagiar, mengemukakan lima fungsi kepemimpinan, yaitu :

1. Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan.
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak luar organisasi
3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif
4. Mediator yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam terutama dalam
menangani situasi
konflik
5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral

Ahmad Rohani H.M dan H. Abu Ahmadi mengemukakan fungsi utama pemimpin
adalah:

1. Memenuhi kegiatan sebagai pengambil inisiatif


2. Mengatur kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Memberitahu (informing) kepada pihak yang berkepentingan
4. Mengendalikan seluruh kegiatan
5. Menilai keberhasilan pemimpin

Meningkatkan dan mewujudkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah efektif, tidaklah


mudah. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sangat luas dan berat sekali. Ia
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelancaran administratif dan pengurusan
pendidikan di sekolah.

Dirawat dan kawan-kawan menggolongkan keseluruhan tugas dan tanggung jawab


kepala sekolah dua bidang, yaitu :
1. Tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi tugas ini berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan menyediakan, memelihara, mengatur dan melengkapi fasilitas material
dan tenaga-tenaga personal sekolah
2. Tugas kepala sekolah dalam bidang supervise. Tugas ini berhubungan dengan
peranan kepala sekolah sebagai supervisor.

R. Iyeng Wiraputra mengatakan bahwa kegiatan kepemimpinan pendidikan mempunyai


tugas sebagai berikut :

1. Membantu masyarakat menetapkan tujuan pendidikan


2. Memperlancar proses belajar dan mengajar sehingga lebih efektif
3. Menyusun kesatuan organisasi yang produktif
4. Mengkreasikan iklim perkembangan dan kesempatan tumbuhnya
kepemimpinan.
5. Menyediakan sumber-sumber yang baik untuk mengajar dengan efektif.

Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, administrasi, dan ‘pendamai’ atau pemberi
motivasi bukan sata terbatas di sekitar kawasan sekolah, tetapi juga luar dari sekolah. Ini
disebabkan ruang lingkup sekolah itu sendiri sebagai komuniti kecil telah diwujudkan
dalam sebuah masyarakat yang lebih besar dengan system organisasinya yang unit dan
kompleks. Kepala sekolah perlu mengantisipasi elemen luar sekolah yang turut
mengganggu kelancaran dan kestabilan perjalanan organisasi sekolah. Kepala sekolah
harus memiliki kepribadian, pengetahuan dan kecakapan yang memadai agar mereka
dapat berfungsi dan menjalankan tugas dengan baik yang memungkinkan mereka dapat
memberikan sumbangan yang besar bagi pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran
disekolah yang dipimpinnya.

Kepala sekolah harus sensitive kepada perubahan keadaan sekeliling serta sanggup
melengkapkan diri dari semasa ke semasa untuk sama-sama mengikuti arus perubahan
zaman yang sangat pesat. Para kepala sekolah harus berkemampuan untuk berfikir secara
rasional dalam setiap tindakannya.

E. Syarat-syarat dan sifat Kepemimpinan Kepala Sekolah

Seseorang yang bertugas di bidang pendidikan atau sedang memangku jabatan


pemimpin seperti kepala sekolah, dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya
dituntut pemenuhan persyaratan-persyaratan baik jasmani maupun rohani. Dirawat dan
kawan-kawan mengemukakan syarat-syarat pemimpin pendidikan yang berdasarkan
Pancasila, yaitu :

1. Persyaratan kepemimpinan yang berdasarkan Pancasila. Pendidikan di Indonesia


adalah pribadi yang mampu mengamalkan ke 32 nilai-nilai luhur di dalam Pancasila.
2. Persyaratan kualitas kemampuan pribadi, yaitu berwibawa (terutama karena
integritas pribadinya yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila), jujur, terpercaya,
bijaksana, mengayomi, berani, mawas diri, mampu melihat jauh ke depan, berani dan
mampu mengatasi kesulitan, bersikap wajar, tegas dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambil, sederhana penuh pengabdian pada tugas, berjiwa besar dan mempunyai
sifat ingin tahu (suatu pendorong untuk kemajuan).

Persyaratan lain yang diiktisarkan dan digolongkan oleh dirawat dan kawan-kawan,
yaitu:
1. Karakter dan moral yang tinggi
2. Semangat dan kemampuan intelek
3. Kematangan dan keseimbangan emosi
4. Kemampuan kepemimpinan
5. Kematangan dan penyesuaian social
6. Kemampuan mendidik-mengajar
7. Kesehatan dan penampakan jasmaniah

Sifat kepemimpinan dan pengetahuan dan pengalaman seorang pemimpin harus dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya dalam
kepemimpinan di sekolah. Kepala sekolah harus memiliki keterampilan, dapat memilih
dan bertindak sesuai tata kerja, atau prosedur kerja, sikap, kondisi yang sebenarnya, serta
mampu berkomunikasi dengan cepat dan baik.

Burhanuddin menyebutkan empat kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang penting


dan berhubungan satu sama lain, yaitu :
1. Personality (kepribadian)
2. Purposes (pemahaman terhadap tujuan pendidikan)
3. Knowledge
4. Profesional skill.

Willard S. Usbree dalam bukunya Elementary School Administration and Supervision


yang diterjemahkan oleh Dirawat dan kawan-kawan mengatakan bahwa kepala sekolah
dituntut lima keterampilan atau skill pokok, yaitu :
1. Kecakapan di dalam mengatur atau mengadministrasikan tenaga-tenaga personil
sekolah, baik guru-
guru maupun tenaga-tenaga personil sekolah lainnya.
2. Kecakapan didalam mengatur atau mengadministrasi alat-alat perlengkapan sekolah
dan kecakapan
di dalam menggunakan dan memelihara school plant secara efisien dan efektif
3. Kecakapan di dalam mengadministrasi keuangan atau pembiayaan sekolah
berdasarkan prinsip
praktek administrasi keuangan modern.
4. Kemampuan untuk bekerja sama dan menjalin kerja sama untuk sekolah dengan
masyarakat
5. Kemampuan untuk memimpin dan memplopori perbaikan dan pelaksanaan
kurikulum sekolah atau
perbaikan pengajaran bersama dengan staf yang dipimpinnya.

Menurut Ordway Tead y


Terakhir di-edit oleh suwardi agustinus (2009-10-08 03:00:08)

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/forum/viewtopic.php?id=89

You might also like