You are on page 1of 31

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI

FUNGSI LINIER

OLEH :

SUPRIYANTO

G651090191

Dosen :

Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Sc

MEI 2010
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan)
Allah Maha meliputi segala sesuatu. (QS 4 : 126)

Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa
(QS 44 : 32)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan Rahmat dan Karunianya, maka penulis dapat
menyelesaikan tugas Algoritma Genetika. Topik yang diangkat pada tulisan ini adalah
tentang optimasi fungsi linier dengan menggunakan Algoritma Genetika.

Patut disadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan.
Penulis mengharapkan masukan dan kritikan demi perbaikan di kemudian hari.

Bogor, Mei 2010

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................................ 2

C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II. TINJUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3

A. Terminologi Knowledge ......................................................................................... 3

B. Komponen-Komponen Utama Algoritme Genetika ............................................... 5

1. Teknik Pengkodean ............................................................................................ 5

2. Membangkitkan Populasi Awal ......................................................................... 5

3. Seleksi ................................................................................................................ 6

4. Crossover ............................................................................................................ 7

5. Mutasi ................................................................................................................. 8

2. Persamaan Linier................................................................................................... 10

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 11

A. Perancangan Aplikasi............................................................................................ 11

B. Perangkat Lunak ................................................................................................... 12

C. Mekanisme Algoritma Genetika Untuk Optimasi Fungsi Linier .......................... 12

1. Pembentukan Kromosom ................................................................................. 12

2. Inisiasi Masalah dan Pembantukan Kromosom ............................................... 13

3. Seleksi Kromosom ........................................................................................... 14

4. Proses Penyilangan ........................................................................................... 15

5. Proses Mutasi ................................................................................................... 16

6. Proses Seleksi ................................................................................................... 17

ii
D. Hasil Running Program......................................................................................... 17

BAB IV. KESIMPULAN ........................................................................................................ 18

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Inisiasi Populasi Awal ............................................................................................ 13

Tabel 3.2. Kromosom Hasil Penyilangan Pada Generasi ke-200 ............................................ 16

Tabel 3.3. Kromosom Hasil Mutasi Pada Generasi ke-200 ..................................................... 16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram alir proses crossover................................................................................ 8

Gambar 2.2. Diagram alir proses mutasi .................................................................................... 9

Gambar 2.3. Proses dan hasil mutasi ........................................................................................ 10

Gambar 2.1. Diagram Alir Rancangan Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Optimisasi
Persamaan Linier ................................................................................................. 11

v
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Algoritma Genetika adalah salah satu pendekatan untuk menentukan global


optimum yang didasari oleh Teori Darwin. Secara garis besar langkah dalam
prosedur ini dimulai dengan menetapkan suatu set solusi potensial dan
melakukan perubahan dengan beberapa iterasi dengan algoritma genetika
untuk mencapat solusi terbaik. Set solusi potensial ini ditetapkan diawal dan
disebut dengan kromosom. Kromosom ini dibentuk secara random berupa
susunan angka binary yang di-generate dan dipilih. Keseluruhan set dari
kromosom yang diobservasi mewakili suatu populasi.

Kemudian, kromosom-kromosom tersebut akan berevolusi dalam beberapa


tahap iterasi yang disebut dengan generasi. Generasi baru (offsprings) di-
generate dengan teknik kawin silang (crossover) dan mutasi (mutation). Cross
over meliputi pemecahan (splitting) dua kromosom dan kemudian
mengkombinasikan setengah bagian dari masing-masing kromosom dengan
pasangan-pasangan lainnya. Sedangkan mutasi meliputi penggantian
(flipping) satu bit (bagian) dari kromosom dengan satu bagian lain dari
kromo-som lain yang menjadi pasangannya. Kromosom-kromosom ini
selanjutnya berevolusi dengan suatu kriteria kesesuaian (fitness) yang
ditetapkan dan hasil terbaik akan dipilih sementara yang lainnya diabaikan.

Selanjutnya, proses dilakukan berulang-ulang sampai dengan suatu


kromosom yang mempunyai kesesuaian terbaik (best fitness) akan diambil
sebagai solusi terbaik dari permasalahan. Keunggulan dari algoritma genetika
adalah berproses sangat baik untuk global optimization khususnya bilamana
fungsi objektif adalah diskontinu atau mempunyai beberapa local minima.

1
B. Perumusan Masalah

Optimasi fungsi linier umumnya diselesaikan dengan menggunakan


penyelesaian metode linier. Akan dicoba penyelesaian program linier dengan
menggunakan aplikasi algoritma genetika. Persamaan linier yang akan dicari
nilai optimumnya adalah sebagai berikut :

x1-x2-x3 x2>5
Fungsi f(x1,x2,x3) =
x1-2x2-x3 x2<=5

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah Mengaplikasikan Algoritma genetika pada


permasalahan optimasi fungsi linier.

2
BAB II. TINJUAN PUSTAKA

A. Terminologi Knowledge

Sejak algortima genetika (AG) pertama kali dirintis oleh John Holland dari Universitas
Michigan pada tahun 1960-an, AG telah diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang.
AG banyak digunakan untuk memecahkan masalah optimasi, walaupun pada
kenyataannya juga memiliki kemampuan yang baik untuk masalah- masalah selain
optimasi. John Holland menyatakan bahwa setiap masalah yang berbentuk adaptasi
(alami maupun buatan) dapat diformulasikan dalam terminologi genetika. Algoritma
genetika adalah simulasi dari proses evolusi Darwin dan operasi genetika atas
kromosom.

Pada algoritma genetika, teknik pencarian dilakukan sekaligus atas sejumlah solusi yang
mungkin dikenal dengan istilah populasi. Individu yang terdapat dalam satu populasi
disebut dengan istilah kromosom. Kromosom ini merupakan suatu solusi yang masih
berbentuk simbol. Populasi awal dibangun secara acak, sedangkan populasi berikutnya
merupakan hasil evolusi kromosom-kromosom melalui iterasi yang disebut dengan
generasi.

Pada setiap generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat
ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan
menunjukkan kualitas dari kromosom dalam populasi tersebut. Generasi berikutnya
dikenal dengan istilah anak (offspring) terbentuk dari gabungan dua kromosom generasi
sekarang yang bertindak sebagai induk (parent) dengan menggunakan operator
penyilangan (crossover). Selain operator penyilangan, suatu kromosom dapat juga
dimodifikasi dengan menggunakan operator mutasi. Populasi generasi yang baru dibentuk
dengan cara menyeleksi nilai fitness dari kromosom induk (parent) dan nilai fitness dari
kromosom anak (offspring), serta menolak kromosom-kromosom yang lainnya sehingga
ukuran populasi (jumlah kromosom dalam suatu populasi) konstan. Setelah melalui
beberapa generasi, maka algoritma ini akan konvergen ke kromosom terbaik.

3
Ada tiga keunggulan dari aplikasi Algoritma Genetika dalam proses optimasi, yaitu: (a)
Algoritma Genetika tidak terlalu banyak memerlukan persyaratan matematika dalam
penyelesaian proses optimasi. Algoritma Genetika dapat diaplikasikan pada beberapa
jenis fungsi obyektif dengan beberapa fungsi pembatas baik berbentuk linier maupun
non-linier; (b) Operasi evolusi dari Algoritma Genetika sangat efektif untuk
mengobservasi posisi global secara acak; dan (c) Algoritma Genetika mempunyai
fleksibilitas untuk diimplementasikan secara efisien pada problematika tertentu.

Algoritma genetika sangat tepat jika digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi
yang kompleks dan sukar diselesaikan dengan menggunakan metode konvensional.
Sebagaimana halnya proses evolusi di alam, suatu algoritma genetika yang sederhana
umumnya terdiri dari tiga operasi, yaitu: operasi reproduksi, operasi crossover
(persilangan), dan operasi mutasi. Struktur umum dari suatu algoritma genetika terdiri
dari langkah-langkah:

a. Membangkitkan populasi awal secara acak.


b. Membentuk generasi baru dengan menggunakan tiga operasi di atas secara berulang-
ulang sehingga diperoleh kromosom yang cukup untuk membentuk generasi baru
sebagai representasi dari solusi baru.
c. Evolusi solusi yang akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai
fitness setiap kromosom hingga kriteria berhenti terpenuhi. Bila kriteria berhenti
belum terpenuhi, maka akan dibentuk lagi generasi baru dengan mengulangi langkah
d. Beberapa kriteria berhenti yang umum digunakan ialah:
 Berhenti pada generasi tertentu.
 Berhenti setelah dalam beberapa generasi berturut-turut didapatkan nilai fitness
tertinggi/terendah (tergantung persoalah) tidak berubah.
 Berhenti bila dalam n generasi berikutnya tidak diperoleh nilai fitness yang lebih
tinggi/rendah.

4
B. Komponen-Komponen Utama Algoritme Genetika

1. Teknik Pengkodean

Teknik pengkodean adalah bagaimana mengkodekan gen dari kromosom. Satu gen
biasanya merepresentasikan satu variabel. Gen dapat diwakili dalam bentuk : bilangan
real, bit, daftar aturan, elemen permutasi, elemen program, atau representasi lainya
yang dapat diimplementasikan untuk operator genetika. Teknik pengkodean ini
tergantung pada pemecahan masalah yang dihadapi. Misalnya, pengkodean secara
langsung bilangan real atau integer.
Oleh karena itu, kromosom dapat direpresentasikan sebagai :
 String bit : 11001, 10111
 Array bilangan real : 7.9, 9.7, -70
 Elemen permutasi : E5, E8, E11
 Daftar aturan : R1, R2, R3
 Elemen program : pemrograman genetika

2. Membangkitkan Populasi Awal

Pembentukan inisialisasi populasi adalah proses pembentukkan sejumlah individu


secara acak atau melalui prosedur tertentu. Ukuran suatu populasi tergantung pada
masalah yang akan dan diselesaikan serta jenis operator genetika yang akan
diterapkan di dalam algoritme genetika. Jika ukuran populasi telah ditentukan, maka
dilakukan generate inisialisasi populasi. Persyaratan dalam pemenuhan solusi harus
diperhatikan dalam generate setiap individu.

Teknik untuk pembangkitan populasi awal ada beberapa metode, yaitu:


a. Random Generator
Random generator adalah suatu proses pembangkitan bilangan acak untuk nilai
setiap gen sesuai dengan representasi kromosom yang digunakan. Jika
menggunakan bilangan biner, maka salah satu contoh penggunaan random
generator adalah menggunakan rumus berikut ini untuk pembangkitan populasi
awal :
( )

5
dengan IPOP merupakan gen yang nantinya berisi pembulatan dari bilangan acak
yang dibangkitkan sebanyak (jumlah populasi) dan (jumlah gen
dalam tiap kromosom).

b. Pendekatan Tertentu
Teknik ini adalah memasukan nilai tertentu ke dalam gen dari populasi awal yang
dibentuk.

c. Permutasi Gen
Salah satu teknik permutasi gen dalam pembangkitan populasi awal adalah
penggunaan permutasi Josephus dalam permasalahan kombinatorial.

3. Seleksi

Seleksi digunakan untuk memilih individu-individu mana saja yang akan dipilih untuk
proses crossover dan mutasi. Selain itu, untuk mendapatkan calon induk yang baik.
“Induk yang baik akan menghasilkan keturunan yang baik”. Semakin tinggi nilai
fitness suatu individu semakin besar kemungkinannya untuk dipilih.
Langkah pertama yang dilakukan dalam seleksi ini adalah pencarian nilai fitness.
Nilai fitness ini nantinya akan digunakan pada tahap-tahap seleksi berikutnya.
Masing-masing individu dalam wadah seleksi akan menerima probabiltas reproduksi
yang tergantung pada nilai objektif dirinya sendiri terhadap nilai objektif dari semua
individu dalam wadah seleksi tersebut.
Ada beberapa metode seleksi, yaitu :
a. Seleksi dengan mesin Roulette
Metode seleksi dengan mesin roulette adalah metode sederhana dan sering dikenal
dengan nama stochatic sampling with replacement. Cara kerja metode ini sebagai
berikut :
1) Hitung nilai fitness dari masing-masing individu
2) Hitung nilai total nilai fitness semua individu
3) Hitung probabilitas masing-masing individu
4) Dari probabilitas tersebut, hitung jatah masing-masing individu pada angka 1
sampai 200
5) Lakukan pembangkitan bilangan acak antara 1 sampai 200

6
6) Bila langkah 5 selesai, tentukan individu mana yang terpilih dalam proses
diseleksi

b. Seleksi dengan Turnamen


Pada metode seleksi dengan turnamen, ditentukan suatu nilai tour untuk individu-
individu yang dipilih secara acak dari suatu populasi. Individu yang terbaik dalam
kelompok ini akan diseleksi sebagai induk. Sedangkan parameter yang digunakan
pada metode ini adalah ukuran tour yang bernilai antara 2 sampai N (jumlah
individu dalam suatu populasi).

Berikut ini ilustrasi seleksi dengan mesin Roulete :

Individu 1 : fitness = 25% Jatah untuk individu 1 : 1 - 40


Individu 2 : fitness = 10% Jatah untuk individu 2 : 41 - 80
Individu 3 : fitness = 35% Jatah untuk individu 3 : 81 - 120
Individu 4 : fitness = 20% Jatah untuk individu 4 : 121 - 160
Individu 5 : fitness = 40% Jatah untuk individu 5 : 161 - 200

Individu yang terpilih

Bilangan acak 170 Individu 5


Bilangan acak 117 Individu 3 Dibangkitkan bilangan acak antara 1
Bilangan acak 93 Individu 3 sampai 200 sebanyak 5 kali
Bilangan acak 193 Individu 5
Bilangan acak 40 Individu 1

4. Crossover

Kawin silang (Crossover) adalah operator dari algoritme genetika yang melibatkan
dua induk untuk membentuk kromosom baru. Crossover menghasilkan titik baru
dalam ruang pencarian yang siap diuji. Operasi ini tidak selalu dilakukan pada semua
individu yang ada. Individu dipilih secara acak untuk dilakukan penyilangan dengan

7
antara 0,6 sampai 0,95. Jika crossover tidak dilakukan, maka nilai dari induk akan
diturunkan kepada anak (keturunan).
Prinsip dari crossover adalah melakukan operasi genetika (pertukaran, aritmatika)
pada gen-gen yang bersesuaian dari dua induk untuk menghasilkan individu baru.
Para crossover dilakukan pada setiap individu dengan probabilitas crossover yang
telah ditentukan. Pada Gambar 2.1, diilustrasikan diagram alir penggunaan
probabilitas crossover pada proses crossover.

Induk 1
Induk 2

P = random[0,1]

P < probCO
tidak
ya

Crossover

Gambar 2.1. Diagram alir proses crossover

5. Mutasi

Operator ini berperan untuk menggantikan gen yang hilang dari populasi akibat
proses seleksi yang memungkinkan munculnya kembali gen yang tidak muncul pada
inisialisasi populasi. Kromosom anak dimulai dengan menambahkan nilai random
yang sangat kecil dengan probabilitas yang rendah. Peluang mutasi ( didefinisikan
sebagai persentase dari jumlah total gen pada populasi yang mengalami mutasi.
Peluang mutasi mengendalikan banyaknya gen baru yang akan dimunculkan untuk
dievaluasi. Jika peluang mutasi terlalu kecil, banyak gen yang mungkin berguna tidak

8
pernah dievaluasi. Tetapi jika peluang mutasi terlalu besar, maka akan terlalu banyak
gangguan acak, sehingga anak akan kehilangan kemiripan dari induknya dan
algoritme kehilangan kemampuan untuk belajar dan melakukan pencarian. Ada yang
berpendapat bahwa laju mutasi sebesar akan memberikan hasil cukup baik. Ada

juga yang berpendapat bahwa laju mutasi tidak tergantung pada ukuran populasi.
Kromosom hasil mutasi harus diperiksa, apakah masih berada pada domain solusi,
dan bila perlu dapat dilakukan perbaikan.
Pada Gambar 2.2, diilustrasikan diagram alir penggunaan mutasi pada proses mutasi.
Proses yang diilustrasikan tersebut adalah cara mudah untuk melakukan mutasi.
Proses mutasi yang dilakukan tidak harus seperti pada tersebut, tapi bisa dengan
melakukan mutasi pada gen sebanyak (probabilitas mutasi * jumlah gen), dimana
posisi gen yang akan dilakukan mutasi dipilih secara acak.

Induk 1
Induk 2

P = random[0,1]

P < probMut

tidak
ya

r = random

Gen (r)
dimutasi

Gambar 1 Diagram alir proses mutasi

Mutasi biner merupakan salah satu cara sederhana untuk mengganti satu atau
beberapa nilai gen dari kromosom. Contoh mutasi biner pada Gambar 2.3.

9
1 0 0 1 1 r=3 1 0 1 1 1

Gambar 2.3. Proses dan hasil mutasi


1. Hal-hal yang harus dilakukan dalam Algoritme Genetika

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam Algoritme Genetika adalah :


a. Mendefinisikan individu, individu dinyatakan sebagai salah satu solusi atau
penyelesaian yang mungkin dari permasalahan yang diangkat.
b. Mendefinisikan nilai fitness, yang merupakan ukuran baik-tidaknya sebuah individu
atau solusi yang didapatkan.
c. Menentukan proses generate populasi awal. Proses ini umumnya dilakukan dengan
menggunakan pembangkitan acak.
d. Menentukan proses seleksi yang akan digunakan
e. Menentukan proses operasi genetika yaitu crossover dan mutation

2. Persamaan Linier

Persamaan linier digunakan untuk merepresentasikan suatu masalah yang akan dilakukan
optimisasi (minimisasi dan maksimisasi) dengan beberapa fungsi tujuan dan fungsi
kendala. Penyelesaian program linier digunakan untuk mencari nilai optimal dari
variabel-variabel pembentuk fungsi tersebut. Tujuan dari penyelesaian program linier
adalah untuk mencari solusi optimal yang memenuhi semua kendala. Akan didapatkan
berbagai macam solusi yang fisible yang memenuhi persamaan yang diberikan.

Program linier dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya adalah optimasi
sumberdaya yang ada di suatu organisasi. Misalnya dalam alokasi alat dan mesin, kita
memiliki alat dan mesin X1, X2 dan X3. Maka bagaimana kita bisa mengoptimalkan
pengguanaan mesin tersebut sementara terdapat batasan-batasan fungsi.

10
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perancangan Aplikasi
Pembanguanan aplikasi yang dilakukan menggunakan tahapan-tahapan sesuai dengan
metode pemecahan masalah optimasi dengan menggunakan algoritma genetika. Berikut
adalah urut-urutan (diagram alir) pemecahan masalah yang dilakukan.

Gambar 3.1. Diagram Alir Rancangan Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Optimisasi
Persamaan Linier

11
B. Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan aplikasi ini adalah dengan menggunakan
VBA macro Microsoft Excel.

C. Mekanisme Algoritma Genetika Untuk Optimasi Fungsi Linier

Untuk dapat mengaplikasikan algoritma genetika, ada beberapa langkah yang harus
dilakukuan antara lain mengenerate fungsi awal dalam bentuk representasi kromosom,
mengukur optimasi untuk semua calon solusi dari suatu masalah menggunakan fungsi fitness,
seleksi kromosom, penggunaan operator genetika seperti crossover dan mutasi agar
sekumpulan calon solusi (representasi kromosom) yang dibangkitkan pada populasi awal
dapat berkembang biak dengan sendirinya (melalui beberapa generasi) sehingga konvergen
memberikan nilai fitness yang terbaik (solusi tunggal dengan nilai paling optimum diantara
solusi) (Davids, 1991).

1. Pembentukan Kromosom

Untuk memecahkan masalah optimasi fungsi dengan persamaan :


x1-x2-x3 x2>5
Fungsi f(x1,x2,x3) =
x1-2x2-x3 x2<=5
Maka fungsi tersebut direpresentasikan dalam bentuk kromosom-kromosom. Karena kita
akan mencari nilai optimal dari x1, x2 dan x3 maka x1, x2, dan x3 dijadikan sebagai gen
pembentuk kromosom. Berikut adalah batasan nilai-nilai x1, x2, dan x3 yang
diperbolehkan :

x1 = 0 s.d. 10

x2 = 0 s.d. 10

x3 = 0 s.d. 10

12
2. Inisiasi Masalah dan Pembantukan Kromosom

Proses inisiasi masalah dilakukan dengan membentuk generasi awal gen-gen dengan nilai
acak sesuai dengan batasan yang ditentukan. Dalam hal ini ditentukan jumalh populasi
yang digunakan adalah sebanyak 10 seperti tampak pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1. Inisiasi Populasi Awal


Kromosom Gen-1 Gen-2 Gen-3 f(X)
1 8,2980 8,2460 5,8916 5,8396
2 9,8609 9,1096 2,2687 1,5174
3 6,9512 9,8000 2,4393 5,2882
4 5,3387 1,0637 9,9941 6,7828
5 6,7618 0,1570 5,7518 0,6958
6 1,0005 1,0302 7,9888 9,0488
7 2,8448 0,4565 2,9577 1,0259
8 3,8201 3,0097 9,4857 11,6850
9 9,7983 4,0137 2,7828 1,0120
10 1,6044 1,6282 6,4659 8,1179
Setelah kromosom awal terbentuk maka dicari fungsi obyektif awal dari fungsi yang akan
dimaksimisasi. Tabel 3.1. diatas memperlihatkan representasi fungsi obyektif f(X) dari
kromosom awal yang dibentuk.

Berikut adalah kode program dengan VBA Excel untuk melakukan pembantukan
generasi pertama :

For i = 1 To 10
x(i, 1) = Cells(2, 5) + Rnd() * (Cells(2, 6) - Cells(2, 5))
x(i, 2) = Cells(3, 5) + Rnd() * (Cells(3, 6) - Cells(3, 5))
x(i, 3) = Cells(4, 5) + Rnd() * (Cells(4, 6) - Cells(4, 5))

Cells(i + 9, 3) = x(i, 1)
Cells(i + 9, 4) = x(i, 2)
Cells(i + 9, 5) = x(i, 3)
If x(i, 2) > 5 Then
f(i) = Abs(x(i, 1) - x(i, 2) - x(i, 3))
Else
f(i) = Abs(x(i, 1) - 2 * x(i, 2) - x(i, 3))
End If
Cells(i + 9, 6) = f(i)
13
Next i
n=0
br = 0
jum = Cells(1, 2)
For k = 1 To jum

3. Seleksi Kromosom

Proses seleksi kromoson bertujuan untuk memilih kromosom yang akan menghasilkan
solusi dari persamaan linier yang optimal. Berikut adalah kode program yang digunakan
untuk proses seleksi :

tbs = f(i)
For i = 1 To 10
If f(i) > tbs Then
tbs = f(i)
x1tbs = x(i, 1)
x2tbs = x(i, 2)
x3tbs = x(i, 3)
End If
Next i
n=n+1
DoEvents
cacah.Text = "Generasi ke -" & Str(n)
Cells(n + 55, 2) = n
Cells(n + 55, 3) = x1tbs
Cells(n + 55, 4) = x2tbs
Cells(n + 55, 5) = x3tbs
Cells(n + 55, 6) = tbs
If Cells(n + 55, 6) > Cells(n + 55 - 1, 7) Then
Cells(n + 55, 7) = Cells(n + 55, 6)
Else
Cells(n + 55, 7) = Cells(n + 55 - 1, 7)
End If
Cells(56, 7) = Cells(56, 6)
DoEvents
hasil.Text = "Nilai terbaik : " & Str(Cells(n + 55, 7))

14
4. Proses Penyilangan

Metode crossover yang digunakan pada eksperimen ini adalah one-cut-point yaitu
memilih secara acak satu posisi dalam kromosom induk kemudian saling menukar gen.
Kromosom dipilih secara acak sesuai dengan parameter cross over rate, yang dalam
eksperimen ini digunakan 0,3 yang artinya rata-rata 0,3 x 10 = 3,3 kromosom yang
mengalami cross over pada setiap populasi.

Berikut adalah kode program yang digunakan untuk melakukan cross over :

ulang:
nc = 0
For i = 1 To 10
mc = Rnd()
If mc <= Cells(4, 2) Then
nc = nc + 1
co(nc) = i 'no kromosom yg cross over
End If
Next i
If nc Mod 2 <> 0 Then GoTo ulang

Cells(55 + n, 9) = nc

For i = 1 To nc Step 2
If pot >= 0.5 Then
buff = x(co(i), 2)
x(co(i), 2) = x(co(i + 1), 2)
x(co(i + 1), 2) = buf
Else
buff = x(co(i), 3)
x(co(i), 3) = x(co(i + 1), 3)
x(co(i + 1), 3) = buff
End If
Next i

15
Berikut adalah kromosom hasil penyilangan pada generasi ke 200 yang dirunning :
Tabel 3.2. Kromosom Hasil Penyilangan Pada Generasi ke-200
Kromosom Gen-1 Gen-2 Gen-3 f(X)
1 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
2 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
3 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
4 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
5 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
6 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
7 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
8 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
9 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
10 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334

5. Proses Mutasi

Jumlah kromosom yang mengalami mutasi dalam satu populasi ditentukan oleh
parameter mutatation ration. Mutasi sendiri dilakukan untuk melakukan penggantian satu
gen yang terpilih secara acak dengan satu nilai baru yang didapat secara acak pula.
Prosesnya adalah dengan menghitung terlebih dahulu panjang gen yang ada dalam
populasi. Mutation ratio yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebesar 0,1.

Berikut adalah kromosom hasil mutasi :

Tabel 3.3. Kromosom Hasil Mutasi Pada Generasi ke-200


Kromosom Gen-1 Gen-2 Gen-3 f(X)
1 0,8868 5,2633 8,3267 12,7032
2 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
3 7,8027 5,2633 6,8569 4,3175
4 0,8868 2,3631 6,8569 10,6963
5 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
6 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
7 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
8 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
9 0,8868 5,2633 6,8569 11,2334
10 0,8868 2,8907 6,8569 11,7515

16
6. Proses Seleksi

Proses seleksi adalah proses pengurutan solusi-solusi yang terbaik. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan nilai-nilai terbaik dari kromosom-kromosom yang telah dimutasi dan
cross over.

D. Hasil Running Program

Setelah dilakukan proses-proses diatas maka program di running dengan menggunakan


macro VBA Excel. Dari hasil running program yang didapatkan grafik fungsi fitnes. Program
sendiri di running dengan jumlah generasi sebanyak 200, dan jumlah populasi 10, mutation
ratio 0,1 dan cross over ratio 0,3. Gambar 2.2. memperlihatkan grafik fungsi fitness yang
dihasilkan dari running program dengan 200 generasi.

20.000
18.000
16.000
14.000
12.000
Nilai f( )

f(x)
10.000
f(x)*
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000
0 50 100 150 200

Generasi

Gambar 2.2. Grafik Fungsi Fitness dengan 200 Generasi

Dari hasil running tersebut kita dapatkan nilai optimum global diperoleh pada iterasi
sebanyak 200 generasi adalah sebesar 17.8417807817459. Nilai tersebut merupakan nilai
optimal dari fungsi yang diselesaikan.

17
BAB IV. KESIMPULAN

Penyelesaian program linier dapat diselesaikan diselesaikan dengan menggunakan algoritma


genetika. Prinsip utama algoritma genetika adalah melakukan operasi-operasi gentika pada
penyelesaian solusi. Dari hasil running program dengan 200 generasi didapatkan nilai terbaik
sebesar 17.8417807817459.

18
DAFTAR PUSTAKA

Davids, L. (Ed). 1991. Handbook of Genetic Algorithm. Van Nonstrand Reinhold, New York

Gen M and Cheng R. 1997. Genetic Algorithms and Engineering Design. John Willey and Sons,
Inc, USA.

Suyanto. 2005. Algoritma Genetika dalam MATLAB. ANDI : Yogyakarta.

19
Lampiran 1. Kode Program dengan VBA Excel

Dim i, j As Integer
Dim x(20, 4), f(20), co(10) As Single
Sub populasi()

'Hapus tampilan
Call hapus
' Menggenerate generasi Pertama
For i = 1 To 10
x(i, 1) = Cells(2, 5) + Rnd() * (Cells(2, 6) - Cells(2, 5))
x(i, 2) = Cells(3, 5) + Rnd() * (Cells(3, 6) - Cells(3, 5))
x(i, 3) = Cells(4, 5) + Rnd() * (Cells(4, 6) - Cells(4, 5))

Cells(i + 9, 3) = x(i, 1)
Cells(i + 9, 4) = x(i, 2)
Cells(i + 9, 5) = x(i, 3)
If x(i, 2) > 5 Then
f(i) = Abs(x(i, 1) - x(i, 2) - x(i, 3))
Else
f(i) = Abs(x(i, 1) - 2 * x(i, 2) - x(i, 3))
End If
Cells(i + 9, 6) = f(i)
Next i
n=0
br = 0
jum = Cells(1, 2)
For k = 1 To jum

' Nilai fungsi terbaik


tbs = f(i)
For i = 1 To 10
If f(i) > tbs Then
tbs = f(i)
x1tbs = x(i, 1)
x2tbs = x(i, 2)
x3tbs = x(i, 3)
End If
Next i
n=n+1
DoEvents
cacah.Text = "Generasi ke -" & Str(n)
Cells(n + 55, 2) = n
Cells(n + 55, 3) = x1tbs
Cells(n + 55, 4) = x2tbs
20
Cells(n + 55, 5) = x3tbs
Cells(n + 55, 6) = tbs
If Cells(n + 55, 6) > Cells(n + 55 - 1, 7) Then
Cells(n + 55, 7) = Cells(n + 55, 6)
Else
Cells(n + 55, 7) = Cells(n + 55 - 1, 7)
End If
Cells(56, 7) = Cells(56, 6)
DoEvents
hasil.Text = "Nilai terbaik : " & Str(Cells(n + 55, 7))

'Pengecekan cross over


ulang:
nc = 0
For i = 1 To 10
mc = Rnd()
If mc <= Cells(4, 2) Then
nc = nc + 1
co(nc) = i 'no kromosom yg cross over
End If
Next i
If nc Mod 2 <> 0 Then GoTo ulang

Cells(55 + n, 9) = nc

For i = 1 To nc Step 2
If pot >= 0.5 Then
buff = x(co(i), 2)
x(co(i), 2) = x(co(i + 1), 2)
x(co(i + 1), 2) = buf
Else
buff = x(co(i), 3)
x(co(i), 3) = x(co(i + 1), 3)
x(co(i + 1), 3) = buff
End If
Next i

'Generasi setelah cross over


Cells(14, 10) = n
Call cetak(15, 10)
' Pengecekan
mut = 0
For i = 1 To 10

21
For j = 1 To 3
If Rnd() < Cells(3, 2) Then
mut = mut + 1
If j = 1 Then x(i, 1) = Cells(2, 5) + Rnd() * (Cells(2, 6) - Cells(2, 5))
If j = 2 Then x(i, 2) = Cells(3, 5) + Rnd() * (Cells(3, 6) - Cells(3, 5))
If j = 3 Then x(i, 3) = Cells(4, 5) + Rnd() * (Cells(4, 6) - Cells(4, 5))
End If
Next j
Next i
Cells(n + 55, 10) = mut ' Jumlah kejadian mutasi
' pencetakan mutasi
Cells(28, 10) = n
Call cetak(29, 10)
Cells(41, 10) = n
' Proses pengurutan
For i = 1 To 10
For j = 1 To 10
If f(i) > f(j) Then
buf1 = x(i, 1)
buf2 = x(i, 2)
buf3 = x(i, 3)
buf4 = f(i)
x(i, 1) = x(j, 1)
x(i, 2) = x(j, 2)
x(i, 3) = x(j, 3)
f(i) = f(j)
x(j, 1) = buf1
x(j, 2) = buf2
x(j, 3) = buf3
f(j) = buf4
End If
Next j
Next i
'Pencetakan hasil pengurutan
Call cetak(42, 10)
Cells(23, 3) = n + 1
' Seleksi
b=0
For i = 1 To 10
br = (Rnd() * 1000) / 1000
If br <= 0.182 Then x(i, 1) = x(1, 1): x(i, 2) = x(1, 2): x(i, 3) = x(1, 3): f(i) = f(1)
If br <= 0.345 And br > 0.182 Then x(i, 1) = x(2, 1): x(i, 2) = x(2, 2): x(i, 3) = x(2, 3):
f(i) = f(2)
If br <= 0.491 And br > 0.345 Then x(i, 1) = x(3, 1): x(i, 2) = x(3, 2): x(i, 3) = x(3, 3):
f(i) = f(3)

22
If br <= 0.618 And br > 0.491 Then x(i, 1) = x(4, 1): x(i, 2) = x(4, 2): x(i, 3) = x(4, 3):
f(i) = f(4)
If br <= 0.727 And br > 0.618 Then x(i, 1) = x(5, 1): x(i, 2) = x(5, 2): x(i, 3) = x(5, 3):
f(i) = f(5)
If br <= 0.818 And br > 0.727 Then x(i, 1) = x(6, 1): x(i, 2) = x(6, 2): x(i, 3) = x(6, 3):
f(i) = f(6)
If br <= 0.891 And br > 0.818 Then x(i, 1) = x(7, 1): x(i, 2) = x(7, 2): x(i, 3) = x(7, 3):
f(i) = f(7)
If br <= 0.945 And br > 0.891 Then x(i, 1) = x(8, 1): x(i, 2) = x(8, 2): x(i, 3) = x(8, 3):
f(i) = f(8)
If br <= 0.982 And br > 0.945 Then x(i, 1) = x(9, 1): x(i, 2) = x(9, 2): x(i, 3) = x(9, 3):
f(i) = f(9)
If br <= 1 And br > 0.982 Then x(i, 1) = x(10, 1): x(i, 2) = x(10, 2): x(i, 3) = x(10, 3):
f(i) = f(10)
Next i
Call cetak(24, 3)
Next k
End Sub
Sub cetak(bar, kol)
For i = 1 To 10
Cells(bar + i, kol) = x(i, 1)
Cells(bar + i, kol + 1) = x(i, 2)
Cells(bar + i, kol + 2) = x(i, 3)
If x(i, 2) > 5 Then
f(i) = Abs(x(i, 1) - x(i, 2) - x(i, 3))
Else
f(i) = Abs(x(i, 1) - 2 * x(i, 2) - x(i, 3))
End If
Cells(bar + i, kol + 3) = f(i)
Next i
End Sub

Sub hapus()
For i = 1 To 300
Cells(i + 55, 2) = ""
Cells(i + 55, 3) = ""
Cells(i + 55, 4) = ""
Cells(i + 55, 5) = ""
Cells(i + 55, 6) = ""
Cells(i + 55, 7) = ""
Cells(i + 55, 9) = ""
Cells(i + 55, 10) = ""
Next i
End Sub

23
Private Sub CommandButton1_Click()
Call populasi
End Sub

24

You might also like