Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah rokok
Sejarah rokok dimulai saat warga asli benua Amerika (Maya, Aztec dan
Indian) mengisap tembakau pipa atau mengunyah tembakau sejak 1000 sebelum
masehi. Tradisi membakar tembakau kemudian dimulai untuk menunjukkan
persahabatan dan persaudaraan saat beberapa suku yang berbeda berkumpul, serta
sebagai ritual pengobatan. Kru Columbus membawa tembakau beserta tradisi
mengunyak dan membakar lewat pipa ini ke “peradaban” di Inggris. Namun
demikian, seorang diplomat dan petualang perancis-lah yang justru paling berperan
dalam menyebarkan popularitas rokok di seantero Eropa, orang ini adalah Jean Nicot,
darimana istilah Nikotin (dari Nicot) berasal. Versi sejarah lain mengatakan, tradisi
rokok dan merokok yang lebih tua berasal dari Turki semenjak periode dinasti
Ottoman.
Setelah permintaan tembakau meningkat di Eropa, budidaya tembakau mulai
dipelajari dengan serius terutama tembakau Virginia yang ditanam di Amerika. John
Rolfe adalah orang pertama yang berhasil menanam tembakau dalam skala besar,
yang kemudian diikuti oleh perdagangan dan pengiriman tembakau dari AS ke Eropa.
Secara ilmiah, buku petunjuk bertanam tembakau pertama kali diterbitkan di Inggris
pada tahun 1855.
Di Indonesia, Haji Jamahri dari Kudus adalah orang yang pertama kali
meramu tembakau dengan cengkeh pada tahun 1880. Tujuan awal Jamahri adalah
mencari obat penyakit asma yang dideritanya, namun pada akhirnya rokok racikan
Jamahri menjadi terkenal. Istilah Kretek adalah sebutan khas untuk menamai rokok
asal Indonesia, istilah ini berasal dari bunyi rokok saat disedot yang diakibatkan oleh
letupan cengkeh (kretek..kretek..)
2
Dari anggapan sebagai obat penyembuh, lambang persahabatan dan
persaudaraan, rokok kemudian berkembang menjadi simobol kejantanan pria. Hal ini
ditandai sejak dijadikannya rokok sebagai ransum wajib setiap prajurit saat Perang
Dunia Pertama.Karena fakta bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan belum
terbukti, rokok pada jamannya pernah diiklankan dengan menggunakan beragam
model, dari bayi hingga dokter.
Cerita roller coaster bernama rokok dalam gambar, sebuah industri yang
makin kontroversial didunia dan juga menjadi dilema bagi pemerintah Indonesia.
Pernah berjaya dan sebentar lagi mungkin akan semakin tertekan karena efek yang
ditimbulkannya. Simbol rokok sebagai kejantanan lelaki makin menguat sejak iklan
Marlboro Man. Iklan ini juga menjadi simbol kebangkitan Philip Morris sebagai
produsen rokok terbesar didunia dengan bendera Marlboro. Dengan iklan ini,
Marlboro mengubah image dari rokoknya perempuan menjadi rokok laki-laki sejati
Industri rokok mulai redup sejak 1964, persatuan dokter bedah Amerika
mengeluarkan pernyataan rokok mengakibatkan kanker paru-paru. Iklan rokok di
televisi mulai dilarang sejak 1965 (Inggris) dan 1970 (Amerika). Peringatan
kesehatan dikemasan rokok mulai muncul sejak 1970, dan makin diperkuat dengan
peringatan melalui gambar. Merokok ditempat umum mulai dilarang: 1987 – larangan
merokok di penerbangan, 1993 – larangan merokok ditempat publik mulai dikenal di
Amerika dan Iggris, 1994 – McDonald untuk seluruh jaringan restorannya, 2003 –
new york, london & irlandia mulai memberlakukan larangan merokok disemua
tempat tertutup. Tahun 1998 eksekutif perusahaan rokok terbesar di Amerika
mengeluarkan pengakuan bahwa nikotin adalah candu, tuntutan legal terhadap
perusahaan rokok mengakibatkan ganti rugi yang mencapai 250 triliun dollar
amerika. Pada tahun 2003 larangan iklan rokok di televisi Indonesia berlaku sejak
pukul 17.00 – 21.30. Tahun 2005 larangan merokok ditempat umum disahkan di
jakarta.
B. Jenis-jenis rokok
3
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas
bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan
penggunaan filter pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
• Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
• Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
• Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
• Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
4
Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena
terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM,
lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
• Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
• Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.
Rokok secara Iuas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di
dunia. Diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai
10 juta orang pertahunnya. Sejauh ini, wabah merokok telah terjadi di negara-negara
maju. Dan pada tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari 70 persen kematian yang
disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara berkembang. Indonesia merupakan
salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi
rokok yang tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia teIah menyebabkan
Indonesia menjadi salah satu produsen sekaiigus konsumen rokok terbesar di dunia.
Menurut Bank Dunia, konsumsi rokok Indonesia sekitar 6,6 % dari seluruh konsumsi
dunia. Hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2001 menyebutkan bahwa:
• 27 % penduduk berusia di atas 10 tahun menyatakan merokok dalam satu bulan
terakhir.
• 54,5% penduduk Iaki-laki merupakun perokok dan hanya 1,2% perempuan yang
merokok.
• Terdapat peningkatan sebesar 4% penduduk, umur diatas 10 tahun yang merokok
dalam kurun waktu 6 tahun.
5
• 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah, ketika
bersama anggota rumah tangga lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota
rumah tangga merupakan perokok pasif.
• 68,5% penduduk mulai merokok pada usia 20 tahun meningkat 8% dari Susenas
1995 yaitu 60,0%.
• Peningkatan usia muda yang merokok, kelompok umur 25-29 tahun (75%) dan
kelompok umur 20-24 tahun (84,0%)
Factor yang mempengaruhi pengguana rokok anak usia dini
1. Pengaruh 0rangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih
mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar
psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja
tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri
dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat
kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas
sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki
skor yang rendah (Atkinson, 1999).
6
4. Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu
untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti,
Buletin RSKO, tahun IX,1991).
7
2. Menikmati rokok dengan orang lain sebagai aktivitas sosialisasi bersama.
3. Menggunakan rokok untuk memulai percakapan dan bertemu orang baru.
4. Merokok tak membuat bosan atau kesepian.
5. Merokok ketika butuh rehat atau ingin sendiri.
1. Zat kimia
Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau.
Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk
dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok
linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco
atau tembakau kunyah).
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat,
nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol,
dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).
2. Nikotin
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan
menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg
yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan.
Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg
nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.
3. Timah Hitam (Pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok
(isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug.
Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20
ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2
bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!
4. Gas Karbonmonoksida (CO)
8
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan
hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan
oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih
kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin.
Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan
perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15
persen. Berlipat-lipat!
5. TAR
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap
rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga
mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan
berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar
dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
9
Reaksi ini disebut reaksi pembakaran yang terjadi pada temperatur tinggi yaitu diatas
800oC. Reaksi ini terjadi pada bagian ujung atau permukaan rokok yang kontak
dengan udara.
CvHwOtNySzSi + O2 -> CO2+ NOx+ H2O + SOx + SiO2 (abu) (pada suhu 800oC)
Walaupun reaksi pirolisa tidak dominan dalam proses merokok, tetapi banyak
senyawa yang dihasilkan tergolong pada senyawa kimia yang beracun yang
mempunyai kemampuan berdifusi dalam darah. Proses difusi akan berlangsung terus
selagi terdapat perbedaan konsentrasi. Tidak perlu disangkal lagi bahwa titik bahaya
merokok ada pada pirolisa rokok. Sebenarnya produk pirolisa ini bisa terbakar bila
produk melewati temperatur yang tinggi dan cukup akan Oksigen. Hal ini tidak
terjadi dalam proses merokok karena proses hirup dan gas produk pada area
temperatur 400-800oC langsung mengalir kearah mulut yang bertemperatur sekitar
37oC.
10
Pada temperatur dibawah 100oC nikotin sudah mengkondensasi, jadi
sebenarnya sebelum gas memasuki mulut, kondensasi nikotin telah terjadi.
Berdasarkan keseimbangan, tidak semua nikotin dalam gas terkondensasi sebelum
memasuki mulut sehingga nantinya gas yang masuk dalam paru-paru masih
mengandung nikotin. Sesampai di paru-paru, nikotin akan mengalami keseimbangan
baru, dan akan terjadi kondensasi lagi.
Jadi, ditinjau secara proses pembakaran, proses merokok tidak ada bedanya
dengan proses pembakaran kayu di dapur, proses pembakaran minyak tanah di
kompor, proses pembakakaran batubara di industri semen, proses pembakaran gas
alam di industri pemanas baja dan segala proses pembakaran yang melibatkan bahan
bakar dan oksigen. Sangat ironis memang bahwa manusia sangat memperhatikan
keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan bakar oleh industri yang
mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak orang-orang dengan sengaja mengalirkan gas
produksi pembakaran rokok ke paru- paru mereka.
Jumlah kematian dan klaim perokok Menurut penelitian Organisasi Kesehatan
dunia (WHO), setiap satu jam, tembakau rokok membunuh 560 orang diseluruh
dunia. Kalau dihitung satu tahun terdapat 4,9 juta kematian didunia yang disebabkan
oleh tembakau rokok. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia, yang
sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker), selain itu juga
asap dari rokok memiliki benzopyrene yaitu partikel-partikel karbon yang halus yang
dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna arang, minyak, kayu atau bahan bakar
lainnya yang merupakan penyebab langsung mutasi gen. Hal ini berbanding terbalik
dengan sifat output rokok sendiri terhadap manusia yang bersifat abstrak serta
berbeda dengan makanan dan minuman yang bersifat nyata dalam tubuh dan dapat
diukur secara kuantitatif.
Selain mengklaim mendapatkan kenikmatan dari output rokok, perokok juga
mengklaim bahwa rokok dapat meningkatan ketekunan bekerja, meningkatkan
produktivitas dan lain-lain. Tetapi klaim ini sulit untuk dibuktikan karena adanya
nilai abstrak yang terlibat dalam output merokok. Para ahli malah memperkirakan
bahwa rokok tidak ada hubunganya dengan klaim-klaim di atas. Malah terjadi
11
sebaliknya, menurunnya produktiviats seseorang karena merokok akibat terbaginya
waktu bekerja dan merokok. Selain itu berdasarkan penelitian terbaru menyatakan
bahwa merokok dapat menurunkan IQ.
G. Bahaya Merokok
12
Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk
merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam
ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja
merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang
lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.
5. Spiritual
Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat
dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi
sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki
persepsi yang berbeda dalam hal ini.
6. Jantung Koroner
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko
terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan
dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah
rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja
sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah
yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat
penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah
rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis)
dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. PPDP
yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering
ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.
7. Strook
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak
dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada
perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Dalam penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar
kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS
timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul
setelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih
13
mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah
pertahanan melawan AIDS. Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh
buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk
pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi
kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya
yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara. Penyakit-
penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja,
terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau
kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.
Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan
perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga.
Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun
pemerintah.
8. Kanker
Karsinogen
Zat-zat karsinogen (pemicu kanker) yang terkandung pada rokok adalah:
• vinyl chloride
• benzo (a) pyrenes
• nitroso-nor-nicotine
Satu-satunya zat yang lebih berbahaya daripada asap rokok dalam memicu kanker
paru-paru adalah zat-zat radioaktif. Itu pun jika dimakan atau dihidap dalam kadar
yang cukup.
14
Gambar II. paru-paru yang dirusak oleh kanker
15
Gambar III. alveoli yang terkena kanker.
16
Gambar IV. Bahaya Rokok Bagi Tubuh
H. Kebijakan Pemerintah Mengenai Rokok
Menurut Menkessos, pertumbuhan yang sangat cepat ini membuat Indonesia
diperkirakan akan mencapai rekor, terutama dengan berbagai masalah kesehatan
yang cukup berat, di antaranya berkaitan dengan rokok. Sementara itu diakui
Menkessos, larangan membatasi aktivitas merokok di tempat umum masih belum
bisa dilakukan lebih tegas. Meski PP nomor 81/1999 yang diperbarui dengan PP
38/2000 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan sudah diberlakukan, tetapi
diakui pula, law enforcement-nya belum ada sehingga belum memiliki kekuatan.
Tingginya target penerimaan negara dari cukai rokok yang mencapai Rp 17
triliun pada anggaran 2001 dinilai telah menyebabkan pemerintah tidak konsisten
menegakkan PP No.38/2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Komisi VII
DPR mendesak untuk mengatur masalah rokok itu dibuat dalam bentuk UU, sehingga
masyarakat akan mempunyai posisi tawar yang cukup kuat. Disamping itu, DPR akan
dapat melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemerintah maupun industri rokok.
17
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan menindak tegas perusahaan
rokok yang menayangkan iklan rokok di media elektronik di bawah pukul 21:30
waktu setempat. “Bila teguran ini tidak diindahkan, BPOM akan melakukan upaya
hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tegasnya. Iklan
rokok yang melanggar ketentuan PP No.81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok
Bagi Kesehatan dan PP No.38 tahun 2000 tentang Perubahan Atas PP no 81 tahun
1999 akan dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun dan atau pidana denda
paling banyak Rp100 juta. Penerimaan cukai rokok pada tahun 2000 mencapai Rp
10,27 triliun, sedangkan belanja kesehatan akibat merokok sesuai data dari Ditjen
POM Depkes pada tahun yang sama mencapai Rp 11 triliun.
18
1990 172.006 5.147.018
1991 150.123 5.081.566
1992 156.400 6.634.392
1993 171.967 7.552.242
1994 195.038 9.509.571
1995 216.236 11.344.870
1996 232.663 13.279.731
1997 220.033 14.908.541
1998 269.848 22.087.077
1999 254.168 30.321.613
2000 241.920 33.019.811
2001 224.965 54.768.481
2002 *) 207.621 51.901.026
Sumber : Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
2. Penyerapan tenaga kerja
Berdasarkan data Statistik Industri Besar dan Sedang (BPS), pada tahun 1981
industri rokok hanya dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu industri rokok
kretek (31420) dan industri rokok putih (31430). Mulai tahun 1990, industri rokok
kretek dirinci lebih spesifik lagi menjadi 2 bagian, yaitu industri rokok kretek (31420)
yang terdiri dari Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM),
serta industri rokok lainnya (31440) yang terdiri dari rokok lembag menyan, rokok
klobot, dan cerutu. Dari total industri rokok tersebut, sebesar 84,6 persen terdiri dari
industri rokok kretek (31420), sebesar 4,1 persen merupakan industri rokok putih
(31430), dan sebesar 11,3 persen dari industri rokok lainnya (31440). Dilihat dari
pertumbuhan, secara total industri rokok tumbuh rata-rata 3,2 persen per tahun.
Perusahaan rokok kretek (31420) tumbuh sebesar 4,64 persen per tahun, industri
rokok putih (31430) tumbuh sebesar – 1,01 persen per tahun, serta industri rokok
lainnya (31440) tumbuh sebesar – 1,98 per tahun.
19
1982 17.895 40.911 24.996 990 276 85.068
1983 18.443 45.136 26.454 1.119 311 91.463
1984 27.774 47.715 26.154 977 277 102.897
1985 37.076 57.011 23.971 786 392 119.236
1986 50.817 40.760 21.461 886 388 114.312
1987 61.384 42.555 19.621 576 296 124.432
1988 66.523 37.683 20.811 425 280 125.722
1989 103.577 57.217 22.067 504 366 183.731
1990 98.008 44.919 28.237 638 204 172.006
1991 80.678 37.990 30.647 677 131 150.123
1992 80.269 40.029 34.382 1.560 160 156.400
1993 85.958 50.659 34.757 453 140 171.967
1994 97.410 60.646 36.421 417 144 195.038
1995 109.529 67.313 38.768 491 136 216.236
1996 117.734 68.690 45.597 540 102 232.663
1997 133.917 58.273 27.204 528 112 220.033
1998 135.488 68.960 64.922 362 116 269.848
1999 128.823 65.106 59.602 491 146 254.168
2000 116.597 77.880 46.727 582 133 241.920
2001 111.224 65.024 48.103 488 127 224.965
2002 *) 102.649 60.010 44.394 450 117 207.621
Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
Tenaga kerja industri rokok sebagian besar merupakan tenaga kerja industri
rokok kretek (31420) yang terdiri dari SKM dan SKT. Dilihat dari penyerapan tenaga
kerja, industri rokok kretek menyerap 96,45 persen dari total tenaga kerja industri
rokok. Urutan kedua adalah industri rokok putih (31430) yang merupakan penghasil
rokok putih (SPM) sebesar 2,09 persen, dan industri rokok lainnya sebesar 1,46
persen.
Dilihat dari pertumbuhan penyerapan tenaga kerja, secara keseluruhan
penyerapan tenaga kerja industri rokok tumbuh sebesar 2,69 persen per tahun. Untuk
industri rokok kretek, rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 2,77
persen per tahun. Industri rokok putih rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar -
1,03 persen per tahun, dan industri rokok lainnya rata-rata pertumbuhan tenaga kerja
per tahun sebesar 0,54 persen.
20
Tabel III. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Industri Rokok
Jumlah
Penyerapan
Tenaga Kerja
Industri Rokok
Tahun 31420 31430 31440 Total
1990 133.391 4.183 4.788 142.362
1991 137.474 4.256 5.315 147.045
1992 141.831 4.261 5.885 151.977
1993 143.944 3.760 2.445 150.149
1994 159.246 5.135 2.286 166.667
1995 166.747 5.254 3.263 175.264
1996 174.660 5.169 3.255 183.084
1997 171.977 5.132 4.196 181.305
1998 188.711 5.021 3.088 196.820
1999 197.569 4.765 3.126 205.460
2000 200.821 4.352 3.034 208.207
2001 210.285 5.072 3.327 218.683
2002 *) 213.216 4.621 3.221 221.058
Rata-rata penyerapan tenaga kerja industri rokok per perusahaan secara
keseluruhan adalah sebesar 765 orang per perusahaan. Industri rokok kretek (31420)
yang terdiri dari SKM dan SKT mampu menyerap rata-rata sebesar 851 orang per
perusahaan. Industri rokok putih (31430) yang merupakan penghasil rokok putih
(SPM) rata-rata per perusahaan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 437 orang,
dan industri rokok lainnya rata-rata per perusahaan mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 126 orang.
Apabila dilihat dari penyerapan tenaga kerja, pada kurun waktu 1997 sampai
2002 jumlah pekerja yang bergerak dalam industri ini menujukkan peningkatan yang
cukup berarti. Rata-rata pertumbuhan pekerja industri rokok meningkat sebesar 4,08
persen per tahun. Dalam kurun waktu tersebut, pertumbuhan terbesar terjadi pada
tahun 1998. Dari perkerja sebanyak 181,3 ribu orang pada tahun 1997, meningkat
21
menjadi 196,8 ribu orang pada tahun 1997, atau meningkat sebesar 8,56 persen. Hal
ini membuktikan bahwa industri rokok tahan tidak rentan diterpa badai krisis
moneter.
Metode baru untuk menghilangkan kecanduan rokok ini adalah Terapi SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique). Dalam waktu 5 x 25 menit kecanduan
rokok bisa hilang dengan cara mengetuk ringan dengan 2 ujung jari (tapping) di
22
bagian tubuh tertentu, dan cara ini bisa kita lakukan sendiri. Pertama para pecandu
rokok diminta untuk mencium bau rokok yang dihisapnya. Langkah ini dilakukan
untuk menetralisir pikiran negative dari mencium bau rokok itu. Kemudian terapi
dilanjutkan dengan menekan dada bagian atas. Terapi dilanjutkan dengan melakukan
tapping di bagian tubuh yang merupakan aliran energi kita untuk menetralisir
gangguan emosi dan rasa sakit.
Titik-titik tersebut adalah pada bagian atas kepala, titik permulaan alis mata,
di atas tulang samping mata, 2 cm di bawah kelopak mata, tepat di bawah hidung,
diantara dagu dan bagian bawah bibir, di ujung tempat bertemunya ulang dada, di
bawah ketiak, di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara, dan di
bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan. Setelah tapping selesai,
perokok diminta untuk mencium bau rokok kembali, lalu menghisapnya. Ternyata
banyak yang bilang pusing, pahit, getir dan tidak mau mengisap lagi. Penemu metode
SEFT Ahmad Faiz Zainuddin mengatakan bahwa SEFT tidak hanya mampu
menghilangkan kecanduan merokok, tapi bisa juga menghilangkan stres, phobia,
alergi, trauma, dan lain-lain.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. merokok merupakan suatu kegiatan yang tidak memiliki manfaat positif. Rokok
mengandung zat-zat yang berbahaya yang dapat mematikan manusia itu sendiri
karena rokok dapat mengakibatkan kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan,
serangan jantung, hipertensi dan penyakit lain yang ditimbulkan oleh rokok itu
sendiri serta dan mempunyai efek yang buruk pula bagi perokok pasif.
2. Solusi kontroversi mengenai merokok adalah dengan mengawali dari diri sendiri
dengan berhenti merokok.
B. SARAN
Setelah anda membaca makalah ini, diharapkan anda memiliki pemikiran yang
objektif akan rokok. Anda tahu efek samping dan bahaya merokok bagi diri anda dan
orang yang berada disekitar perokok. Jika anda memiliki kesadaran yang tinggi akan
hal itu, bagi perokok mulai sekaranglah anda berusaha sedikit demi sedikit
mengurangi kebiasan itu demi kehidupan anda yang lebih baik. Dengan motivasi
yang tinggi dan dukungan dari orang-orang terdekat anda sangat diperlukan untuk
keberhasilan anda.
24
DAFTAR PUSTAKA
Rahman.2009. Efek Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan Tubuh Manusia - Akibat
Sebatang Rokok Racun, Ketagihan, Candu, Buang Uang Dan
Dosa.www.organisasi.org (diakses pada: 8 Januari 2010)
WHO. 2000. The world conference On tobacco or health tobacco fact sheet: SCBP
http://tobaccofreekids.org/campaign/global/docs/programs.pdf (diakses
pada : 13 Januari 2010)
Widianti, Efri.2008. Bahaya Merokok, Penyimpangan Seks Pada Remaja, Dan
Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras/Narkoba. Bandung:Bandungpress
25