You are on page 1of 3

MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA

A. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya.
Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai
bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang
dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia
perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.

Rasa takut adalah salah satu pendorong utama tumbuh suburnya rasa
keberagaman. Tetapi itu merupakan benih- benih yang ditolak oleh sebagian pakar lain.
Freud ahli jiwa berpendapat bahwa benih agama dari kompleks oedipus. Mula-mula
seorang anak merasakan dorongan seksual terhadap ibunya kemudian membunuh
ayahnya sendiri. Namun pembunuhan ini menghasilkan penyesalan diri dalam jiwa sang
anak sehingga lahirlah penyembahan terhadap ruh sang ayah. Di sinilah bermula rasa
agama dalam jiwa manusia. Jadi agama muncul dari rasa penyesalan seseorang. Namun
bukan berarti benih agama kemudian menjadi satu-satunya alasan bahwa manusia
membutuhkan agama. Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan
karena masalah prinsip dasar kebutuhan manusia. Untuk menjelaskan perlunya manusia
terhadap agama sebagai kebutuhan. Ada empat faktor yang menyebabkan manusia
memerlukan agama. Yaitu:

1. Faktor Kondisi Manusia

2. Faktor Status Manusia

3. Faktor Struktur Dasar Kepribadian

Selain faktor yang dimiliki manusia dalam memerlukan agama ada juga alasan mengapa
manusia perlu beragama. Dalam buku yang ditulis Yatimin juga Abudin Nata bahwa ada
tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Yaitu:
1. Fitrah Manusia

2. Adanya An Nafs

3. Tantangan Manusia

B. Fungsi agama dalam kehidupan

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian, karena ada sekian
banyak kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya sendiri. Hidup manusia bagaikan lalu
lintas, masing-masing ingin selamat dan cepat sampai tujuan. Akan tetapi karena
kebutuhan mereka berlainan, maka apabila tidak ada peraturan lalu lintas kehidupan,
pasti akan terjadi benturan dan tabrakan. Dengan demikian manusia membutuhkan
peraturan lalu lintas kehidupan, tapi siapakah yang mampu mengatur lalu lintas
kehidupan itu?. Jika hanya sekelompok manusia maka ada dua kelemahan yang dimiliki
manusia, yang pertama keterbatasan pengetahuan dan yang kedua adalah sifat egoisme
manusia yang ingin memenuhi kepentingannya sendiri.

Dengan demikian yang seharusnya mengatur kehidupan lalu lintas adalah Dia
yang paling mengetahui sekaligus tidak mempunyai kepentingan sedikit pun. Allah yang
menetapkan peraturan –peraturan tersebut baik secara umum yang berupa nilai-nilai,
maupun secara spesifik khususnya spesifikasi itu tidak dapat dijangkau oleh penalaran
manusia. Aturan-aturan itulah yang kemudian disebut dengan agama.

Fungsi agama juga sebagai pencapai tujuan luhur manusia di dunia ini. Yaitu cita-
cita manusia untuk mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin.

Kemudian jika dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah
disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga
kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang
lain seperti :

a. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.


b. Menjawab pelbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.

c. Memainkan fungsi peranan sosial.

d. Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.

C. Rasa Ingin Tahu Manusia

Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika itu yang diketahuinya hanya ”
saya tidak tahu”. Tapi kemudian dengan pancaindra, akal, dan jiwanya sedikit demi
sedikit pengetahuannya bertambah, dengan coba-coba (trial and error), pengamatan,
pemikiran yang logis dan pengalamannya ia menemukan pengetahuan. Namun demikian
keterbatasan pancaindra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul
dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya
dan semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah ia apabila tak
terjawab. Hal inilah yang disebut dengan rasa ingin tahu manusia. Manusia
membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya.

D. Doktrin kepercayaan agama

Dalam pemikiran kaum Marxis doktrin agama dianggap sebagai candu


masyarakat yang melalaikan manusia terhadap berbagai penindasan kaum borjuis.
Pernyataan Karl Mark dilatarbelakangi oleh konteks yang demikian. Namun perlu
diketahui bahwa agama terutama agama islam sama sekali tidak menganjurkan manusia
lalai dengan tindakan ketidak adilan yang ada di depan matanya.

Kemudian yang istimewa pada doktrin agama ialah wawasannya lebih luas. Ada hal-hal
yang kadang tak terjangkau oleh rasio dikemukakan oleh agama. Akan tetapi pada
hakikatnya tidak ada ajaran agama (yang benar) bertentangan dengan akal, oleh karena
agama itu sendiri diturunkan hanya pada orang-orang yang berakal. Maka jelas bahwa
manusia tidak akan mampu menanggalkan doktrin agama dalam diri mereka. Jika ada
yang merasa diri mereka bertentangan dengan agama maka akalnya lah yang tidak mau
berpikir secara lebih luas.

You might also like