You are on page 1of 10

Reaksi Fotokimia

Suatu reaksi kimia dapat terjadi akibat dari radiasi elektromatik, dapat pula terjadi
akibat reaksi termal, dimana energi yang diperlukan untuk melampaui rintangan
pengaktifan sebagai akibat dari gerakan termal molekul-molekul atau radikal-radikal.
Selain terdapat radiasi elektromagnetik, terdapat pula radiasi partikel. Radiasi
elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa sedangkan radiasi partikel
adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa Berikut contoh kedua radiasi
tersebut:
Radiasi elektromagnetik Radiasi partikel
Radiasi infra merah Partikel α (inti He)
Cahaya tampak Partikel β (electron)
Radiasi ultraviolet Sinar katode (electron)
Sinar-X Berkas electron, proton, deuterium dsb yang
Sinar-γ
dihasilkan dalam suatu accelerator

Reaksi kimia akibat dari kedua jenis radiasi tersebut dikenal sebagai reaksi radiasi
kimia atau reaksi fotokimia. Perbedaan jenis reaksi akibat radiasi tersebut tidak begitu
tajam. Radiasi dengan frekuensi tinggi dapat mengakibatkan ionisasi, dan bila ini terjadi
maka reaksi yang terjadi masuk ke dalam kategori reaksi radiasi kimia. Di pihak lain, bila
radiasi tersebut sampai mengakibatkan ionisasi, maka reaksi yang terjadi masuk dalm
kategori reaksi fotokimia.
Sering diperoleh suatu transisi yang cukup jelas dari suatu wilayah spektral di
mana tidak ada absorpsi dan tidak ada reaksi kimia terhadap wilayah spektral dimana
reaksi kimia terjadi. Frekuensi atau panjang gelombang pada transisi tersebut disebut
sebagai photochemical thresold.
Dipercaya bahwa reaksi antara foton dengan pereaksi adalah reaksi satu-satu,
artinya satu partikel bereaksi dengan satu foton. Hal ini berdasar pada logika bahwa
lifetime spesi terpengaktifan elektronis adalah sangat pendek sehingga dipandang tidak
memungkinkan partikel yang terekstasi tersebut menyerap lagi foton.

Kinetika beberapa jenis reaksi kimia


Karakteristik dari suatu reaksi fotokimia adalah eksitasi atom atau molekul akibat
penyerapan energi cahaya, reaksinya adalah
A + hv → A*
Menunjukkan bahwa proses tersebut primer, quantum efficiency(rasio jumlah
molekul yang melakukan reaksi pada suatu waktu terhadap jumlah foton yang diserap
pada waktu yang sama, diberi symbol Φ/phi besar) dari proses yang demikian adalah
sama dengan satu, maka
Jumlah molekul yang bereaksi atau terbe ntuk persatuan waktu
Φ= Jumlah kuantum yang terserap persatuan waktu

Jumlah molekul yang bereaksi atau terbe ntuk persatuan waktu


Φ=
Iabs

Jumlah molekul yang bereaksi atau terbe ntuk persatuan waktu


Φ=
Iabs

- d[A]/dt
Φ=
Iabs

Karena Φ = 1, maka akan kita peroleh


- d[A]
= Iabs
dt
Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa laju fotolisis pada panjang gelombang λ
adalah sama dengan intetitas cahaya.
Deviasi quantum yield dari satu tidak berarti deviasi dari hukum ekuivalensi
fotokimia Einstein. Hal tersebut hanya berlaku untuk proses primer, dan bahwa umumnya
proses sekunder terjadi yang membawa kepada pembentukan molekul stabil, atom-atom
yang sangat reaktif atau radikal. Efisiensi pada proses sekunder ini dinyatakan sebagai
secondary quantum yield, yaitu:
Φ
ρ=
0
Φ = jumlah molekul yang berdekomposisi atau terbentuk persatuan waktu
0 = junlah molekul yang berdisosiasi pada proses primer
Jadi Φ = ρ0
Jika produk primer adalah suatu molekul stabil, tak mungkin terjadi proses
lanjutan. Dalam hal ini ρ = 1. Tetapi, jika produk disosiasi primer adalah radikal, maka
proses sekunder dapat terjadi. Oleh karena itu, pada kasus tersebut ρ tidak akan tetap atau
dan mungkin lebih besar atau lebih kecil.

Pendekatan Keadaan Mantap atau Stasioner/tunak

Dalam proses rantai linier, kondisi keadaan mantap bisa segera berlaku. Setelah
waktu induksi yang sebentar saat konsentrasi radikal bebas meningkat, konsentrasinya
menjadi mantap atau tidak berubah dan tidak mengalami perubahan sejalan dengan waktu
hingga reaktan habis bereaksi. Ini berarti laju saat radikal bebas terbentuk sama dengan
laju saat zat t ersebut menghilang; yaitu

d [ radikal ]
=0
dt

Adalah hal yang biasa untuk mengasumsikan bahwa semua radikal bebas dalam sistem
reaksi mencapai keadaan mantap dengan sangat cepat. Pendekatan ini amat membantu
dalam penurunan persamaan laju untuk proses rantai. Tanpa ini akan diperlukan
penyelesaian sejumlah persamaan diferensial. Hal tersbeut akan menjadi pekerjaan yang
membosankan tanpa bantuan komputer.

Untuk lebih jelasnya kita terapkan prinsipnya

Dekomposisi HI
Dapat berlangsung dengan adanya radiasi UV dengan panjang gelombang 2, 7, 253, dan
282 nm. Mekanismenya sebagai berikut;
HI + hv   → H + I
IA N S

H + HI  k → H2
2

I + I  k → I2
2

2 HI + HV  → H2 + I2
d [ HI ]
− = Iabs+ k2 [H] [HI]
dt
d [ HI ]
= Iabs+ k2 [H] [HI]
dt
d[H ]
= Iabs- k2 [H] [HI]
dt
Karena [H] merupakan spesi antara, maka:
d[H ]
=0
dt
d[H ]
= 0 = Iabs- k2 [H] [HI]
dt
d [ HI ]
− = 2 Iabs
dt
Laju dekomposis i HI
Φ=
Jumlah kuanta terasorbs i

d [ HI ] / dt
Φ=
Iabs
Φ=2
Artinya bahwa absorpsi satu kuantum radiasi mengakibatkan dekomposisi dua molekul
HI.
Harga kuantum yield turun seiring dengan berjalannya reaksi menurut reaksi
H + I2  k → HI + I2
2

Dengan menggunakan pendekatan steady state untuk atom H diperoleh


d[H ]
= 0 = Iabs- k2 [H] [HI] – k4 [H] [I2]
dt
Atau
d[H ] Iabs
=0=
dt k2[HI] + k4[I2]

Substitusikan harga [H] tersebut ke dalam persamaan di atas menghasilkan


d[H ] Iabs
- dt = I abs + k2[HI] k2[HI] + k4[I2]

d[H ] k2[HI]
- = I (1 + )
dt abs k2[HI] + k4[I2]
1
d[H ]
(1 + k 4 [ I ]
)
- dt = Iabs 1+ + k 4[ I 2]
k 2 HI

k 4I 2
Φ = (1 + K 2[ HI ] )

Reaksi Hidrogen-Bromine

Reaksi antara gas hidrogen dan bromine pada temperatur antara 200 dan 300oC telah
dipelajari oleh Bodenstein dan Lind pada 1906. Hasil riset ini kemudian menunjukkan
reaksi rantai linier. Kontras dengan reaksi H2 + I2 yang diduga sebagai reaksi sederhana
bimolekuler. Reaksi H2 + Br2 adalah contoh yang baik reaksi rantai dan ia adalah contoh
klasik yang biasa dikutip dalam kebanyakan buku kimia fisik. Hal ini dapat ditunjukkan
tidak hanya bahwa mekanisme yang diusulkan konsisten dengan data eksperimental,
tetapi langkah elementer lain yang mungkin tidak penting dalam reaksi ini.

Hasil eksperimen Bodenstein dan Lind memberikan persamaan laju:

d [ HBr] k [ H 2 ][ Br2 ]
1/ 2

= i
dt 1 + k ′[ HBr] /[ Br2 ]

dimana k′ bernilai sekitar 10 dan ditemukan tak tergantung pada temperatur.

Mekanisme lima langkah berikut belakangan diusulkan untuk menjelaskan hasil


eksperimen mereka.

k1
Br2 → Br⋅ + Br⋅ inisiasi rantai (1)
k2

k3
Br⋅ + H2 → HBr + H⋅ propagasi rantai (2)
k-2

k-1
H⋅ + Br2 → HBr + Br⋅ propagasi rantai (3)
H⋅ + HBr → H2 + Br⋅ inhibisi rantai (-2)

Br⋅ + Br⋅ → Br2 terminasi rantai (-1)

Ini semua memiliki karakteristik proses rantai linier. Langkah (1) adalah reaksi inisiasi,
langkah (2) dan (3) memperbanyak rantai, dan langkah (-1) adalah reaksi terminasi.
Langkah tak lazim reaksi (-2) dimana produk diserang oleh radikal bebas. Hasilnya
adalah contoh reaksi yang agak jarang dimana laju dipengaruhi konsentrasi produk.
Intermediet reaktif atau pembawa rantai adalah atom hidrogen dan bromine. Yang secara
kontinyu terbentuk oleh langkah propagasi.

Agar terlihat bahwa mekanisme yang diusulkan konsisten dengan hasil


eksperimen, diperlukan penurunan persamaan laju. Prosedur berikut adalah petunjuk
yang baik sebagai pendekatan umum untuk sembarang turunan.

(1) Nyatakan persamaan yang dibutuhkan dalam term laju langkah-langkah


elementer yang terlibat.
(2) Terapkan pendekatan keadaan mantap ke semua radikal bebas dalam reaksi.
(3) Dengan manipulasi persamaan aljabar, nyatakan konsentrasi radikal bebas hanya
dalam term konsentrasi reaktan saja.
(4) Selanjutnya hilangkan konsentrasi radikal bebas dari persamaan laju, yang
kemudian nyatakan dalam bentuk matematis yang paling sederhana yang mungkin.

d[ H ] B r
(1) Laju yang dibutuhkan adalah laju pembentukan hidrogen-bromide; yaitu:

= k2[ ] HB 2 k3[H ] 2 −⋅+⋅ r −2[HkB ⋅] H ] r B r


ii

d t
(2) Aplikasikan pendekatan keadaan mantap pada [Br] dan [H] menghasilkan
d[ B ⋅ ] r
=2k1[B2]− ⋅[H2+k ⋅]B23 r r
d t iii

+ k − 2 [ H ⋅ ] − 2k − 1 [ B ⋅ ] = 0 B r r
2

d[ H ⋅ ]
dan

= k2[ B ⋅ ] H − 3 B 2 k− [ H ⋅ ] = 0 r B r
iv

d t
(3) Penambahan persamaan 7.4 dan 7.5 menghasilkan:
2k1[ B 2 ] − 2kr− 1[ B ⋅ ] = 0r
2

sehingga

1/ 2
 k1  1 / 2
[ B ⋅ ] r=   [ B 2 ] r v

 k− 1 
Dari persamaan iv

k2 [ H 2 ] [ B ⋅ ] r
[ H ] =⋅
k3[ B 2 ] + k−r2[ H ] B r
vi

Substitusi persamaan v dalam persamaan vi menghasilkan

k 2 ( k1 k − 1 ) [ H 2 ] [ B 2 ] r
1/ 2 1/ 2

[ H ⋅] =
k3 [ B 2 ] r+ k− 2 [ H ] B r
vii

(4) Persamaan vii dapat disederhanakan dengan menambahkannya ke persamaan iv


d[ H ] B r
= 2k 3 [ H ⋅ ] [ B 2 ] r viii

dt
Substitusi persamaan vii ke persamaan viii menghasilkan:

d [ HBr ] 2k 2 ( k1 k −1 ) [ H 2 ][ Br2 ]
1/ 2 3/ 2

=
dt k 3 [ Br2 ] + k − 2 [ HBr ]

Dibagi dengan k3[Br2] memberikan:

d [ HBr ] 2k 2 ( k1 k −1 ) [ H 2 ][ Br2 ]
1/ 2 1/ 2

= ix
dt 1 + k − 2 [ HBr ] k 3 [ Br2 ]

Terlihat bahwa persamaan ix ekivalen dengan persamaan i saat:

k = 2k2(k1/k-1)1/2

dan

k′ = k-2/k3

Juga dapat terlihat bahwa langkah lain yang mungkin tidak begitu penting dalam reaksi
ini.

Langkah inisiasi:

H2 → H⋅ + H⋅

Dan langkah inhibisi alternatifnya:

Br⋅ + HBr → H⋅ + Br2

Terlalu lambat untuk terlibat. Konsentrasi atom-atom H sekitar 10-6 kali dibanding
konsentrasi atom bromine, sehingga langkah terminasi yang melibatkan atom H dapat
diabaikan. Kesesuaian yang baik antara persamaan ix dan persamaan laju eksperimen
juga mengindikasikan bahwa proses yang lain relatif lambat dibanding (1), (2), (3), (-2)
dan (-1).

You might also like