You are on page 1of 32

TEKNOLOGI REPRODUKSI

Fenomena In Vitro Vertilization (IVF) dalam Realitas Kehidupan


Diajukan sebagai persyaratan kenaikan kelas

Karya Tulis Ilmiah

Oleh :
Eko Pamungkas
XI IPA 4 / 10

SMA NEGERI 3 JOMBANG


Tahun Pelajaran 2009 / 2010
TEKNOLOGI REPRODUKSI

Fenomena In Vitro Vertilization (IVF) dalam Realitas Kehidupan


Diajukan sebagai persyaratan kenaikan kelas

Karya Tulis Ilmiah

Oleh :
Eko Pamungkas
XI IPA 4 / 10

SMA NEGERI 3 JOMBANG


Tahun Pelajaran 2009 / 2010
ABSTRAKSI

Judul : Teknologi Reproduksi


Fenomena In Vitro Vertilization (IVF) dalam Realitas Kehidupan

Tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
tentang In Vitro Vertilizaion yang lebih dikenal dengan nama bayi tabung dalam
kehidupan masyarakat khususnya dimata hukum dan agama. Selama penelitian ini
berlangsung menggunakan teknik “Deskriptif Kualitatif “ dimana pengambilan
data didalamnya dilakukan dengan studi pustaka.
Berdasarkan telaah pustaka yang kami dapatkan ternyata bayi tabung atau
In Vitro Vertilizaion bisa menjadi alternatif terakhir yang dilakukan pasangan
suami istri yang kesulitan mempunyai keturunan akibatnya adanya kelainan
system reproduksi keduanya/salah satu.
Proses In Vitro Vertilizaion juga cukup lama dan mengeluarkan biaya
yang besar. Namun hal ini tidak masalah jika pasangan suami istri tersebut benar-
benar menginginkan keturunan yang memiliki sifat seperti pasutri tersebut.
Melihat kenyataaan diatas, maka kami sebagai penulis ingin lebih
mengupas secara rinci apa itu bayi tabung, dengan harapan, hal ini bisa dijadikan
informsai tambahan bagi suami istri yang belum memiliki keturunan untuk
mencobanya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk


sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis kami yang berjudul
“Fenomena In Vitro vertilization” (IVF) Dalam Realitas Kehidupan”
Penyusunan karya tulis ini dibuat untuk syarat kenaikan kelas siswa.
Sebagai penyusun, tidah lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
• Kepala sekolah SMA Negeri 3 Jombang yang telah memfasilitasi kami
dalam penyusunan karya tulis ini.
• Guru pmbimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam peyusunan karya tulis ini.
• Orang tua kami atas doa restunya.
• Teman-teman yang telah mendukung kami dalam pembuatan karya tulis
ini.
• Dan semua pihak yang telah membantu kami namun tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.

Kami menyadari keterbatasan kami sebagai penulis yang mana masih jauh
dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan karya tulis selanjutnya.

Jombang, 1 Juni 2010

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


.........................................................................................................................i
ABSTRAKSI ..................................................................................................
........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
.......................................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................
.......................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................
..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................
..........................................................................................1
1.3 Batasan Masalah.................................................................
..........................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan ...............................................................
..........................................................................................2
1.5 Manfaat Penulisan..............................................................
..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Bayi Tabung..........................................................
..........................................................................................3
2.2 Alasan Untuk Melakukan Bayi Tabung.............................
..........................................................................................4
2.3 Proses Pelaksanaan Bayi Tabung.......................................
..........................................................................................5
2.4 Akibat Melakukan Bayi Tabung.........................................
..........................................................................................5
2.5 Penelitian Risiko Bayi Tabung ..........................................
..........................................................................................6
2.6 Masalah Orang Tua Anak Hasil Bayi Tabung atau
Legaltas Bayi Tabung ........................................................
..........................................................................................6
2.7 Bayi Tabung Dilihat dari Kacamata Syariat Islam............
..........................................................................................7
2.8 Status Hukum Anak Hasil Bayi Tabung.............................
..........................................................................................9

BAB III KERANGKA TEORI......................................................................


12

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Bayi Tabung.....................................................
........................................................................................14
4.2 Alasan Pasangan Suami Istri Melakukan Proses Bayi
Tabung................................................................................
........................................................................................14
4.3 Teknik Teknik Bayi Tabung...............................................
........................................................................................15
4.4 Resiko melakukan bayi tabung ..........................................
........................................................................................17
4.5 Hukum Islam Tentang Bayi Tabung...................................
........................................................................................18
4.6 Kedudukan Bayi Tabung Secara hukum Negara................
........................................................................................20

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................
........................................................................................22
5.2 Saran...................................................................................
........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di zaman yang semakin modern ini, banyak teknologi yang ditemukan
oleh para manusia. Teknologi ini digunakan untuk mempermudah manusia
memenuhi kebutuhannya. Seperti halnya teknologi in Vitro Vertilizaion atau
dikenal dengan nama bayi tabung, yang mana bisa dijadikan alternatif terakhir
para pasangan suami istri yang menginginkan keturunan. Dengan teknik ini,
pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Teknik bayi tabung ini telah
menjadi metode yang membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak
akibat kelainan pada organ reproduksi. Namun terdapat beberapa kelemahan
dalam teknologi ini misalnya jika tidak ada sperma yang menembus sel telur
sang istri maka mau tidak mau, harus dilakukan sperma donor. Hal diatas
aknirnya menimbulkan kontroversi dan masalah medatang seperti nasib/status
sang anak. Melihat kenyataan diatas, kami mengangkat tema diatas untuk bisa
menjelaskan dan dan memberi informasi sedikit tentang bayi tabung. Agar
para suami istri bisa menilai baik buruknya sebelum merreka memutuskan
untuk melakukan bayi tabung selain itu sebagai bahan diskusi tentang
bagaimana kedudukan bayi tabung dikalangan masyarakat saat ini. ditinjau
dari sisi hukum negara dan agama.

1.2 Rumusan Masalah


• Apakah pengertian bayi tabung?
• Apakah alasan Pasutri melakukan bayi tabung?
• Bagaimana proses bayi tabung?
• Bagaimana resiko melakukan bayi tabung?
• Bagaimana hukum agama terutama Islam tentang bayi tabung?
• Bagaimana status hukum Negara untuk anak hasil bayi tabug?

1.3 Batasan masalah


Dalam hal ini kami hanya menjelaskan tentang bayi tabung dan
kedudukan secara hukum negara dan syariat islam.

1.4 Tujuan penulisan


• Untuk mengetahui pengertian bayi tabung.
• Untuk mengetahui apa alasan suami istri melakukan bayi tabung.
• Untuk mengetahui proses bayi tabung.
• Untuk mengetahui resiko melakukan bayi tabung.
• Untuk mengetahui hukum islam mengenai bayi tabung.
• Untuk mengetahui status hukum negara untuk anak hasil bayi tabung.

1.5 Manfaat penulisan


• Agar kita bisa mengetahui pengertian bayi tabung
• Agar kita bisa mengatahui alasan pasangan suami istri melakukan bayi
tabung
• Agar kita bisa mengetahui proses bayi tabung
• Agar kita bisa mengetahui hukum islam tentang bayi tabung.
• Agar kita bisa mengetahui status hukum untuk anak hasil bayi tabung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bayi Tabung


Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro
fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi
diluar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi
masalah kesuburan ketika metode lainya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
Jenis-jenis Bayi Tabung
Berdasarkan sperma, ovum dan tempat embrio ditransplantasikan, bayi
tabung dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya adalah:
• Bayi tabung menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri,
kemudian embrionya ditransplantasikan kedalam rahim istri.
• Bayi tabung menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri lalu
embrionya ditransplantasikan kedalam rahim ibu penganti (surrogate
mother).
• Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami, ovum dari donor lalu
embrionya ditransplantasikan kedalam rahim ibu.
• Bayi tabug yang menggunakan sperma dari donor, sedang ovumya dari
istri, embrionya ditransplantasikan kedalam rahim istri.
• Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, ovumnya dari istri
embrionya ditransplantasikan kedalam rahim surrogate mother.
• Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami, ovumnya dari donor,
embrionya ditransplantasikan kedalam rahim istri.
• Bayi tabung yang menggunakan sperma dari ovum dari donor, lalu
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri.
• Bayi tabung yang menggunakan sperma dari ovum dari donor, kemudian
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother.
2.2 Alasan Untuk Melakukan Bayi Tabung
Terdapat beberapa alasan mengapa orang mengikuti program bayi
tabung. Beberapa di antaranya karena terjadi berbagai indikasi. Indikasi
tersebut menurut Drs. Harris Harlianto, embriologis Klinik Fertilitas Aster
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, antara lain karena saluran tuba
falopi istri tersumbat. Akibatnya, meskipun pasangan suami istri (pasutri) itu
melakukan hubungan intim, sel telur tidak bertemu dengan sperma sehingga
tidak terjadi pembuahan.
Indikasi lain karena kualitas sperma menurun. Indikasi ini bisa terjadi
karena adanya infeksi saluran sperma sehingga sperma tersumbat dan sulit
untuk bertemu dengan sel telur. Kehamilan pun tidak pernah terjadi. Indikasi
berikutnya unexplained indication (indikasi yang tidak terjelaskan). Disebut
unexplained karena bisa saja kualitas spermanya normal, tuba falopi juga tidak
tersumbat, tetapi tetap tidak terjadi pembuahan. Salah satu faktor indikasi ini
adalah adanya imunologi yang berupa reaksi antibodi dari istri yang
menyerang kepala sperma sehingga tidak pernah bisa bertemu sel telur.
Semua indikasi tersebut dapat diketahui apabila pasutri memeriksakan
diri kepada dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis andrologi.
Sehingga, diperoleh sebuah rekam medik untuk mengambil langkah program
bayi tabung atau tidak.
Menjalani proses bayi tabung, kata Harris, pada umumnya merupakan
langkah terakhir dari setiap cara yang dilakukan dalam memperoleh
keturunan. Sehingga, banyak pasutri yang datang tidak didukung faktor usia
yang tepat. Padahal, semakin tua usia si pemohon kian memperkecil peluang
keberhasilan proses bayi tabung.Persentase usia dengan peluang keberhasilan
memperoleh keturunan lewat program bayi tabung adalah, usia di bawah 30
tahun peluang keberhasilannya mencapai 40-50%, usia di atas 30-35 tahun
peluang keberhasilannya 30-40%, usia di atas 35-39 tahun peluang
keberhasilannya hanya 20-30%, dan usia 39-40 tahun peluang
keberhasilannya hanya mencapai 15%.

2.3 Proses Pelaksanaan Bayi Tabung


Proses mendapatkan bayi tabung dijalani melalui beberapa tahap.
Tahap pertama pasutri melakukan pemeriksaan lengkap. Bila pasutri itu
dinyatakan dapat menjalani proses bayi tabung, istri akan mendapat suntikan
FSH (folikel stimulating hormon) atau suntikan hormon perangsang sel telur.
Suntikan ini diberikan selama 12 hari berturut-turut sampai sel telur tumbuh
sebanyak lebih kurang 8-10 sel telur. Sel telur ini kemudian dipanen. Cara
memanennya dilakukan di kamar operasi dengan menggunakan jarum khusus
yang dapat menyedot sel telur dari ovarium.
Hasil panen ini dimasukkan ke tabung dan segera dibawa ke
laboratorium embriologi lalu diperiksa di bawah mikroskop. Usai itu, sel telur
dicuci dan dipisahkan dari darah-darah yang menyertainya. Lalu disimpan
dalam tetesan (drop) medium. Drop ini dilapisi oil (minyak) khusus yang tidak
toksik terhadap embrio.
Sel telur yang sudah dibersihkan kemudian disimpan dalam
inkubator.Sedangkan untuk memperoleh sperma yang akan membuahi sel
telur yang kini sudah dalam inkubator, suami melakukan masturbasi. Sperma
yang dihasilkan dari suami tersebut kemudian disimpan dalam kontainer
sperma, dicuci, dan dipisahkan dengan cara seleksi.
Usai transfer zygot ke rahim, pasien diberi suntikan penguat rahim
pada hari keempat, delapan, dan dua belas. Bila proses ini bagus, porses
selanjutnya masuk pada proses implantasi zygot ke dalam dinding rahim. Bila
proses ini berhasil dilakukan dan zygot sudah menempel pada dinding rahim,
dokter ataupun embriolog dapat melihat apakah bayinya kembar atau tidak.
"Jadi, sejak awal pemilihan sperma dan sel telur sampai semua tahap yang kita
lakukan, kita dapat memilih calon-calon janin yang terbaik menurut kriteria
kedokteran.

2.4 Akibat Melakukan Bayi Tabung


Selain terjadi efek samping akibat induksi, dengan makin banyaknya
jenis obat baru pemacu hormon untuk induksi ovulasi seperti produk mutakhir
rancangan teknologi rekombinan, dan jenis bahan habis pakai, menyebabkan
biaya penanganan bayi tabung menjadi makin mahal. Komponen terbesar
biaya tersebut adalah terutama untuk pengadaan obat pemacu hormon dan
bahan habis pakai untuk induksi ovulasi, yang diperkirakan dapat mencapai
hingga 70 persen dari biaya keseluruhan untuk setiap bayi tabung. Biaya
tersebut akan bertambah apabila penanganan bayi tabung gagal dan harus
diulang pada siklus haid berikutnya.

2.5 Penelitian Risiko Bayi Tabung


Bayi tabung pertama Louis Brown dari Inggris lahir 30 tahun lalu. Kini
program bayi tabung merupakan hal rutin, terutama di negara-negara maju.
Akan tetapi tidak banyak diketahui dampak jangka panjang dari program ini.
Pembuahan buatan sudah merupakan prosedur standar kedokteran,
untuk menolong pasangan yang sulit punya anak secara alami. Jumlah
pasangan suami-istri yang melaksanakan program bayi tabung dari tahun ke
tahun juga meningkat. Sebuah pemecahan praktis yang juga harus disadari
mengandung risiko. Prosedurnya saja sudah amat menegangkan, melelahkan
dan bahkan sering memicu rasa frustrasi. Belum lagi mengintai bahaya
kecacatan pada bayi dan dampak lainnya. Seberapa besar risiko program bayi
tabung itu, kini menjadi tema penelitian sejumlah dokter dan ilmuwan Jerman.

2.6 Masalah Orang Tua Anak Hasil Bayi Tabung atau Legaltas Bayi Tabung
Bayi yang benihnya berasal dari pasangan suami – istri namun
dikandung dan dilahirkan oleh wanita sewaan dapat menimbulkan persoalan
siapakah orang tua dari bayi itu. Bisa dikatakan bahwa bayi orang tua itu
adalah pasangan yang memiliki benih tadi. Tetapi wanita sewaan juga telah
menyumbangkan darah dan dagingnya selama mengandung bayi tersebut.
Sudah pernah terjadi bahwa seorang wanita sewaan tidak mau mengembalikan
bayi yang telah dikandung dan dilahirkannya. Orang tua bayi tersebut
menuntut di pengadilan, namun hukum yang dipakai untuk menyelesaikan
masalah tersebut belum dibuat.
Kalau benih diambil dari seorang donor, maka timbul persoalan juga
tentang siapakah orang tua bayi itu. Secara biologis orang tua bayi itu adalah
donor yang telah memberikan benihnya, tetapi secara legal, orang tua anak itu
adalah orang tua yang menerima dan membesarkannya dalam keluarga. Mana
yang disebut orang tua? Orangtua biologis atau orang tua legal. Sebelum ada
teknik bayi tabung, maka orang tua biologis adalah orang tua legal.
[qondio.com]

2.7 Bayi Tabung di lihat dari kacamata syariat islam


Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara
yang alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah
ditetapkan Allah untuk manusia. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang
sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur
(tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak dapat diatasi
dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami
lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel
telur, serta tidak dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut,
atau mengupayakan sampainya sel sperma ke rahim isteri agar bertemu
dengan sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan
menghambat suami isteri untuk berbanyak anak. Padahal Islam telah
menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum muslimin pun telah
disunnahkan melakukannya.
Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan suatu upaya medis agar
pembuahan –antara sel sperma suami dengan sel telur isteri– dapat terjadi di
luar tempatnya yang alami. Setelah sel sperma suami dapat sampai dan
membuahi sel telur isteri dalam suatu wadah yang mempunyai kondisi mirip
dengan kondisi alami rahim, maka sel telur yang telah terbuahi itu lalu
diletakkan pada tempatnya yang alami, yakni rahim isteri. Dengan demikian
kehamilan alami diharapkan dapat terjadi dan selanjutnya akan dapat
dilahirkan bayi secara normal.
Proses seperti ini merupakan upaya medis untuk mengatasi kesulitan
yang ada, dan hukumnya boleh (ja’iz) menurut syara’. Sebab upaya tersebut
adalah upaya untuk mewujudkan apa yang disunnahkan oleh Islam, yaitu
kelahiran dan berbanyak anak, yang merupakan salah satu tujuan dasar dari
suatu pernikahan.
Diriwayatkan dari Anas RA bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“Menikahlah kalian dengan perempuan yang penyayang dan subur
(peranak), sebab sesungguhnya aku akan berbangga di hadapan para nabi
dengan banyaknya jumlah kalian pada Hari Kiamat nanti.” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA bahwa Rasulullah saw telah
bersabda :
“Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur (peranak) karena
sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya) kalian pada Hari
Kiamat nanti.”(HR. Ahmad)
Dalam proses pembuahan buatan dalam cawan untuk menghasilkan
kelahiran tersebut, disyaratkan sel sperma harus milik suami dan sel telur
harus milik isteri. Dan sel telur isteri yang telah terbuahi oleh sel sperma
suami dalam cawan, harus diletakkan pada rahim isteri.
Hukumnya haram bila sel telur isteri yang telah terbuahi diletakkan
dalam rahim perempuan lain yang bukan isteri, atau apa yang disebut sebagai
“ibu pengganti” (surrogate mother). Begitu pula haram hukumnya bila proses
dalam pembuahan buatan tersebut terjadi antara sel sperma suami dengan sel
telur bukan isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya diletakkan
dalam rahim isteri. Demikian pula haram hukumnya bila proses pembuahan
tersebut terjadi antara sel sperma bukan suami dengan sel telur isteri,
meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya diletakkan dalam rahim isteri.
Ketiga bentuk proses di atas tidak dibenarkan oleh hukum Islam, sebab
akan menimbulkan pencampuradukan dan penghilangan nasab, yang telah
diharamkan oleh ajaran Islam.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa dia telah mendengar Rasulullah
SAW bersabda ketika turun ayat li’an :
“Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab
(seseorang) yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan
mendapat apa pun dari Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya ke
dalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang mengingkari anaknya sendiri
padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah akan tertutup darinya dan
Allah akan membeberkan perbuatannya itu di hadapan orang-orang yang
terdahulu dan kemudian (pada Hari Kiamat nanti).” (HR. Ad Darimi).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW
telah bersabda :
“Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya,
atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia
akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR.
Ibnu Majah)
Ketiga bentuk proses di atas mirip dengan kehamilan dan kelahiran
melalui perzinaan, hanya saja di dalam prosesnya tidak terjadi penetrasi penis
ke dalam vagina. Oleh karena itu laki-laki dan perempuan yang menjalani
proses tersebut tidak dijatuhi sanksi bagi pezina (hadduz zina), akan tetapi
dijatuhi sanksi berupa ta’zir*, yang besarnya diserahkan kepada kebijaksaan
hakim (qadli).

Rangkuman :
• Bila ingin melakukan bayi tabung secara halal lakukanlah dengan
pasangan anda sendiri (suami- isteri).
• Bila dilakukan secara beda pasangan / bukan suami – isteri maka
hukumnya haram.

2.8 Status Hukum Anak Hasil Bayi Tabung


Dan menurut UU No.39 Tahun 99 pasal 10 ayat 1, Tentang HAM
“Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
pernikahan yang sah”. Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses
fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim istri
maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status
sebagai anak sah (keturunan genetik)dari pasangan tersebut. Akibatnya
memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainya. Jika ketika
embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya disaat ibunya telah bercerai
dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian
mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika
dilahirkan setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami
ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami
ibunya. Dasar hukum ps. 255 KUHPer. Jika embrio diimplantasikan ke dalam
rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah
anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih.
Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini
Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-
nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA. (Biasanya
dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian semacam
itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan ps. 1320 dan 1338
KUHPer.)
Jika salah satu benihnya berasal dari donor maka aturannya adalah:
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan
fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel
telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan
setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang
dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan
hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya
dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250
KUHPer. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang
bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan
penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
Jika semua benihnya dari donor maka aturannya adalah:
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak
terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang
wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai
status anak sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh
seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah. Jika
diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki
status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan
secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara
biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka
anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai anaknya.
Menurut kode etik kedokteran:
Menurut FIGO beberapa ketentuan etik tentang teknik reproduksi
buatan antar lain : (1) Preconceptional sex selection untuk maksud
diskriminasi seks tidak dibenarkan namun untuk menghindari penyakit
tertentu, seperti seks linked genetik disorder, penelitiannya dapat dilajutkan ,
(2) Reproductive cloning atau duplikasi manusia dilarang , (3) Therapeutic
Cloning dapat disetujui ,Penelitian pada embrio manusia, sampai dengan 14
hari pasca fertilisasi (preembrio) tidak termasuk periode simpan beku, (4)
Dapat diterima apabila tujuannya bermanfaat untuk kesehatan manusia, (5)
Harus mendapat izin khusus pada pemilik pra embrio tersebut, (6) Harus
disyahkan oleh sebuah komisi khusus atau badan tertentu yang mengatur
untuk hal-hal tersebut, (7) Tidak boleh ditransfer kedalam uterus, kecuali
apabila penelitian tersebut untuk mendapatkan out come kehamiloan yang
baik, (8)Tidak untuk tujuan komersial.

BAB III
KERANGKA TEORI
Kita pasti pernah mendengar tentang bayi tabung. Walaupun secara jelas
masalah bayi tabung belum banyak muncul. Namun dengan kemajuan teknologi
saat ini semua hal bisa dilakukan oleh manusia. Seperti halnya bayi tabung. Bayi
tabung bisa menjadi alternative bagi pasutri yang tidak bisa memiliki keturunan
karena beberapa faktor. Bayi tabung juga cukup jarang dilakukan oleh masyarakat
karena dimata mereka pelaksaannya membutuhkan banyak biaya. Itupun tidak
100% akan berhasil. Lalu apa sebenarnya bayi tabung itu.
Bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh
wanita dengan cara pengambilan ovum dan sperma dari pasangan suami istri yang
menginginkan keturunan namun tidak bisa mewujudkan karena kelainan pada
organ reproduksi.
Kami mengangkat tema bayi tabung karena sampai saat ini proses
pelaksanaan bayi tabung belum menyebar ke semua lapissan masyarakat. Hanya
kalangan tertentu yang bisa melaksanakannya karena biaya pelaksanaan yang
tinggi. Apakah yang membuat bayi tabung setinggi langit, akan kami bahas dalam
bab pembahasan. Selain itu bagaimana nanti status anak yang dilahirkan jika
ternyata ovum/sperma tidak berasal dari pasangan yang legal artinya tidak terikat
perkawinan.
Adanya proses bayi tabung banyak disebabkan karena terdapat pasangan
suami istri yang tidak bisa menghasilkan keturunan. Mereka telah berusaha untuk
mengatasi problem tesebut namun banyak mengalami kegagalan sehingga pilihan
terakhir adalah melakukan bayi tabung dengan biaya yang tinggi. Apakah biaya
tersebut bisa ditekan sehingga tidak hanya kalangan atas yang bisa menikmati
bayi tabung. Tetapi semua kalangan terutama menengah kebawah. Itulah yang
menjadi tugas peneliti bidang kedokteran untuk bisa menciptakan teknlogi baru
dibidang reproduksi yang hemat biaya, tidak mengandung banyak resiko
kegagalan dan menghasilkan keturunan yang sehat (tidak mengalami cacat)
Para peneliti bisa berupaya untuk mencari jalan keluar tentang biaya bayi
tabung. Dengan tetap berdasarkan nilai-nilai hukum dan agama yang berlaku
dalam masyarakat. Meskipun bayi tabung masih menjadi kontroversi atas
bagaimana status anak jika sperma dan ovum berasal dari pasangan yang tidak
legal manfaatnya telah bisa dirasakan oleh pasutri yang melakukannya
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Bayi Tabung


Bayi tabung atau pembuahan in vitro(bahasa inggris : in vitro
fertilization) adalah sebuah teknik pembuatan dimana sel telur (ovum) dibuahi
diluar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi
masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.
Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovariom dan pembuahan
oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
Menurut kami
Bayi tabung adalah pembuatan ovum dan sperma diluar tubuh wanita
dan pemasukan hasil pembuahan tersebut kedalam endometrium agar rerjadi
kehamilan.
4.2 Alasan pasangan suami istri melakukan proses bayi tabung
• Pasangan suami isteri melakukan proses bayi tabung karena adanya
kerusakan alat reproduksi pada wanita yaitu tersumbatnya tuba falopi
sehingga meskipun pasangan suami istri itu melakukan hubungan intim,
sel telur tidak bertemu dengan sperma sehingga tidak terjadi pembuahan.
• Selain itu bisa juga kualitas sperma yang menurun karena tersumbatnya
saluran sperma,sehingga sperma tersumbat dan sulit untuk bertemu dengan
sel telur.
• Adanya imunologi yang berupa reaksi antibody dari istri yang menyerang
kepala sperma sehingga tidak pernah bisa bertemu sel telur.
• Kondisi kandungan wanita yang mempengaruhi kehamilan misalnya
endometrium yang mempunyai kelainan sehingga pembuahan ovum dan
sperma tidak bisa menempel akhirnya tidak terjadi kehamilan.
Keputusan untuk melakukan proses bayi tabung perlu
dipertimbangkan. Secara matang mengingat biaya untuk melakukan bayi
tabung sangat mahal. Itupun tidak menjamin 100% sukses. Usia juga sangat
mempengaruhi kesuksesan bayi tabung. Semakin tua usia si pemohon bayi
tabung maka memperkecil peluang keberhasilan proses bayi tabung.
Berdasarkan tinjauan pustaka kami, usia dibawah 30 tahun peluang
keberhasilan mencapai 40-50%, usia diatas 30-35 tahun peluang
keberhasilannya 30-40%, usia diatas 35-39 tahun peluang keberhasilanya
hanya 20-30%, dan usia 39-40 tahun peluang keberhasilannya hanya mencapai
15%.

4.3 Teknik Teknik Bayi Tabung


Adapun prosedur dari teknik bayi tabung, terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Pengobatan merangsang indung telur.
Dalam tahap ini istri diberi obat yang dapat merangsang indung
telur, sehingga dapat mengeluarkan banyak ovum dan cairan ini berbeda
dengan cara biasa, hanya satu ovum yang berkembang dalam setiap siklus
haid. Obat yang diberikan kepada istri dapat berupa obat makanan atau
obat suntik yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru
dihentikan setelah ternyata sel-selnya matang. Pematangan sel-sel telur
dipantau setiap hari dengan pemeriksaan darahistri dan pemeriksaan
ultrasonografi (USG).
Proses pembuatan bayi tabung bukanlah perkara mudah alias
tergolong cukup sulit. Untuk itu, sebelum melakukan program bayi
tabung, biasanya pasien (suami dan istri) melakukan beberapa rangkayan
prosedur dari dokter atau rumah sakit yang bersangkutan. Sebab, tidak
semua wanita mempunyai sel telur yang subur setiap bulanya. Berikut
tahapan-tahapn yang harus dilakukan:
 Dokter akan melakukan seleksi pasien terlebih dahulu,
apakah masih layak melakukan program bayi tabung atau tidak. Bila
layak, barulah pasien bias ,masuk dan mengikuti program bayi tabung.
 Kemudian, dilakukan stimulasi dengan mmerangsang
indung telur si calon ibu untuk memastikan banyaknya sel telur.
Kemudian secara alami, sel telur hanya satu. Namun untuk bayi
tabung, diperlukan sel telur lebih dari satu untuk memproleh embrio.
 Pemantawan pertumbuhan folikel berupa suatu cairan berisi
sel telur di indung telur yang bias dilihat dengan USG. Pemantawan
tersebut bertujuan untuk melihat apakah sel telur tersebut sudah cukup
matang untuk dipanen.
 Menyuntikkan obat untuk mematangkan sel telut yang
belum dipanen agar siap.
 Setelah itu dokter atau tenaga medis akan melakukan proses
pengambilan sel teluruntuk diproses di laboratorium.
 Pengambulan sperma dari suami pada hari yang sama. Bagi
suami yang tidak memiliki masalah dengam spermanya, maka
pengambilan sperma umumnya dilakukan dari hasil masturbasi. Tapi
jika ternyata ada masalah dengan sperma atau masturbasi, sperma
diambil dengan cara oprasi untuk mengambil sperma langsung dari
buah zakar.
 Baru dilakukan proses pembuahan (fertilisasi) di dalam
media kultur di laboratorium untuk menghasilkan embrio.
 Setelah menghasilkan embrio, baru dokter akan melakukan
transfer embrio kembali kedalam rahim untuk bias terjadi kehamilan.
 Penunjang fase luteal untuk mempertahankan didinding
rahim. Pada tahap ini, biasanya dokter akan memberikan obat untuk
mempertahankan dinding rahim ibu supaya bias terjadi kehamilan.
 Yang terakhir proses simpan beku embrio untuk waktu
tertentu. Hal ini dilakukan jika ada embrio yang lebih sehinga bisa
dimanfaatkan kembali bila diperlukan untuk kehamilan selanjutnya.
2. Pengambilan telur
Apabila sel telur istri suda banyak, maka dilakukan pengambilan
sel telur yang akan dilakukan dengan suntikan lewat vagina dibawah
bimbingan USG.
3. Pembuahan atau fertilisasi sel telur.
Setelah berhasil mengeluarkan beberapa sel telur, suami diminta
untuk mengeluarkan sendiri spermanya. Sperma akan diproses, sehingga
sel-sel sperma suami yang baik saja yang akan dipertemukan dengan sel-
sel telur istri dalam tabung gelas dilaboratorium. Sel-sel telur istri dan sel-
sel sperma suami yang sudah dipertemukan itu kemudian dibiarkan dalam
pengeram. Pemantawan berikutnya dilakukan 18-20 jam kemudian pada
pemantawan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembelahan sel.
4. Pemindahan embrio.
Kalau terjadi fertilisasi sebuah sek telur dengan sebuah sperma,
maka terciptalah hasil pembuahan yang akan membelah menjadi beberapa
sel, yang disebut embrio. Embrio ini akan dipindahkan melalui vagina
kedalam rongga rahim 2-3 hari kemudian.
5. Pengamatan terjadinya kehamilan.
Setelah implitasi embrio, maka tinggal menunggu apakah akan
terjadi kehamilan. Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio tidak terjadi
haid, maka dilakukan pemeriksaan kencing untuk menentukan adanya
kehamilan. Kehamilan baru dipastikan dengan pemeriksaan USG
seminggu kemudian.

4.4 Resiko melakukan bayi tabung


Menurut tinjauan pustaka, dampak dari melakukan bayi tabung adalah
terjadi efek samping akibat induksi, dengan makin banyaknya jenis obat baru
pemacu hormon untuk induksi ovulasi seperti produk mutakhir rancangan
teknologi rekombinan dan jenis bahan habis pakai, menyebabkan biaya
penanganan bayi tabung menjadi makin mahal.
Komponen terbesar biaya tersebut adalah terutama utuk pengadaan
obat pemacu homon dan bahan habis pakai untuk induksi ovelasi yang
diperkirakan dapat mencapai hingga 70% dari biaya keseluruhan untuk setiap
bayi tabung. Biaya tesebut akan bertambah apabila penanganan bayi tersebut
gagal dan haus diulang pada siklus haid berikutnya.sampai saat ini tidak
banyak diketahui dampak jangka panjang dari program ini. Prosedur bayi
tabung yang menegangkan, melelahkan dan bahkan sering memicu rasa
frustasi. Belum lagi megintai kecacatan pada bayi dan dampak lainnya.
Seberapa besar resiko program bayi tabung itu, kini masih masih menjadi
tema penelitian sjumlah dokter dan ilmuan Jerman.
Namun secara teori, program bayi tabung membuat mental sang ibu
down apabila prosesnya gagal dan harus mengulang. Padahal biaya untuk
melakukan sekali bayi tabung sangat tinggi. Hal ini bisa membuat kondisi
pasangan suami istri semakin labil. Untuk itu, para peneliti seharusnya bisa
mengupayakan obat-obatan untuk bayi tabung yang relatif terjangkau. Selain
itu upaya mencapai keberhasilan kehamilan sampai kelahiran harus
ditingkatkan agar usaha yang dilakukan pasangan suami istri tidak sia-sia.

4.5 Hukum Islam Tentang Bayi Tabung


Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, ada beberapa pendapat ulama
berkaitan bayi tabung ini. ada yang memperbolehkan dengan beberapa syarat,
ada juga yang menganggap itu haram karena seolah-olah mengubah takdir
Tuhan.
Ulama yang membenarkan berpendapat bahwa bayi tabung bukan
merubah takdir/ciptaan tuhan sebab manusia atau dokter bukannya membuat
sesuatu yang baru, tetapi hanya megubah sedikit proses daripada yang biasa
dan proses itu tidak keluar dari apa yang disebutkan Allah dalam surat Al-
Mukminun ayat 13, yang artinya:
“kemudian kami jadikan manusia itu daripada air mani dalam tempat yang
kukuh (rahim )lalu air mani tadi kami jadikan segumpal darah, darah itu
kami jadikan sepotong daging, daging itu kami jadikan tulang, tulang itu kami
bungkus dengan daging, kemudian kami ciptakan makhluk yang sempurna
(manusia)”
Proses penciptaan manusia yang dikatakan dalam surah al-Mukminun
ini tidak dapat dibantah oleh pakar-pakar ilmu dan tidak mungkin dapat
mengubah proses ini. Secara khusus, permasalahan bayi tabung uji tidak
disentuh dalam al-Quran maupun hadis. Oleh karena itu, permasalahan ini
adalah medan ijtihad agar umat Islam tidak jumud dalam berfikir dan dapat
menjawab permasalahan manusia moden. Mayoritas ulama berpendapat, bayi
tabung uji dibenarkan dan hukumnya mubah (harus), dengan syarat, ia mesti
dilakukan oleh suami dan isteri yang sah menurut syariah Islam.
Ini berdasarkan hadis Ibnu Abbas, yang bermaksud: Bahawa dosa yang
paling besar di sisi Allah selepas syirik, adalah seorang lelaki yang
meletakkan air maninya di rahim perempuan yang tidak halal baginya.
Pertemuan ulama fikah Islam sedunia di Amman, Jordan pada 11
sehingga 16 Oktober 1986, membincangkan masalah bayi tabung uji ini dan
menghasilkan beberapa keputusan mengenai pembahagian proses pembuatan
bayi tabung uji ini.
1. Apabila kesalahan ada pada pihak isteri, sehingga mereka mengambil
ovum wanita lain untuk dicampurkan dengan air mani suaminya (ke dalam
tabung uji atau langsung). Kemudian dimasukkan ke dalam rahim isteri
lelaki itu.
2. Apabila kesalahan ada pada pihak suami, sehingga keluarga ini terpaksa
mengambil air mani lelaki lain untuk dicampurkan dengan ovum isterinya
(dalam tabung uji atau langsung), lalu kemudian disuntikkan ke dalam
rahim isterinya.
3. Air mani suami dan ovum isteri dalam keadaan baik, akan tetapi mereka
ingin melahirkan bayi melalui rahim perempuan lain, dengan cara
mengambil air mani suami dan ovum isterinya dan disatukan (ke dalam
tabung uji atau langsung), kemudian disuntik ke dalam rahim wanita lain
(sewa rahim).
4. Air mani suami dan isteri tidak baik atau inginkan benih orang lain,
sehingga mereka mengambil air mani dan ovum orang lain untuk disimpan
di (tabung uji atau langsung) disuntikkan ke dalam rahim isterinya
5. Apabila lelaki itu memiliki dua isteri, di mana air mani suami dan ovum
isteri pertama disatukan dalam tabung uji, kemudian disuntikkan ke dalam
rahim isteri yang kedua.
6. Percampuran air mani suami dan ovum isteri ke dalam tabung uji lalu
disuntikkan ke dalam rahim si isteri.
7. Air mani suami disuntikkan secara langsung ke rahim isteri sehingga
berlaku pembenihan langsung di rahim isteri tanpa proses persetubuhan.

Ulama yang bermusyawarah ketika itu, sepakat bahawa proses pertama


hingga keempat adalah haram secara syariah. Proses kelima, keenam dan tujuh
dibolehkan. Bagaimanapun, mereka berkesimpulan proses kelima adalah yang
terbaik. Wallahu a'lam.
Kami setuju dengan keputusan para ulama tersebut karena dengan
mempertemukan sperma dan ovum dari individu yang legal secara hukum dan
agama maka hasil pembuahanya pun tidak dipermsalahkan karena setatus sang
anak akan ikut menjadi legal scara hukum dan agama.

4.6 Kedudukan Bayi Tabung Secara hukum Negara


Secara hukum bayi tabung diperbolehkan namun terdapat aturan-
aturan yang mengatur status bayi tabung tersebut. Hal itu dimaksudkan agar
tidak terjadi kericuan tentang kelegalan sang bayi.
Adanya kasus wanita sewaan untuk mengandung anak menimbulkan
berbagai kontroversi dalam masalah tersebut. Wanita sewaan akan ingin
mempertahankan bayi itu dan menolak untuk menerima uang pembayaran.
Jika merasa sudah terlanjur sayang dengan bayi tersebut, dan hal itu belum
ada ketentuan hukumnya.
Adapun menurut uu no.9 th 1999 pasal 10 ayat 1, tentang HAM “setiap
orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
pernikahan yag sah”. Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses
fertilasi. In vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim istri
maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status
sebagai anak sah (keturunan gentik) dari pasangan tersebut. Namun jiika
diimplantasikan ke dalam rahim ibunya disaat ibunya telah bercerai dari
suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian mempunyai
status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah
masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak
memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar
hukum ps. 255 KUHPer. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita
lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari
pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum
ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini Suami dari Istri
penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nya melalui tes
golongan darah atau dengan jalan tes DNA. (Biasanya dilakukan perjanjian
antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian semacam itu dinilai sah secara
perdata barat, sesuai dengan ps. 1320 dan 1338 KUHPer.)
Jika salah satu benihnya berasal dari donor aturannya adalah
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan
fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel
telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan
setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang
dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan
hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya
dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250
KUHPer. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang
bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan
penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
Aturan-aturan diatas dibuat untuk melindungi dan memperjelas status
anak hasil bayi tabung. Mungkin jika bayi tabung telah hidup dalam
masyarakat,permasalahannya tidak semudah ini atau juga malah tidak
menimbulkan permasalahan apa-apa. Kita sebagai generasi penerus harus bisa
membuat teknologi bayi tabung ini semakin lebih baik.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
• Bayi tabung merupakan pembuahan ovum dan sperma diluar tubuh wanita
dan dimasukkan ke dalam endometrium agar terjadi kehamilan.
• Kebanyakan pasangan suami istri melakukan bayi tabung karena faktor
intern seperti kerusakan pada saluran reproduksi (tubuh falofi’i) pada
wanita. Dan lemahnya sperma sehingga tidak bisa membuahi ovum.
• Teknik-teknik bayi tabung ternyata sangat rumit dan panjang. Selain itu
alat-alat yang digunakan juga terkesan mahal. Hal itu yang membuat biaya
bayi tabung juga melambung tinggi.
• Resiko yang dihadapi adalah ketika terjadi kegagalan dalam pembuahan,
maka biaya yang dikeluarkan akan sia-sia. Selain ini pemasukan induksi
hormon juga mempengaruhi mental sang ibu. Sehingga umur menjadi
tolak ukur dalam keberhasilan bayi tabung.
• Agama memperbolehkan melakukan bayi tabung dengan syarat ovum dan
sperma berasal dari pasangan suami istri yang legal dalam pernikahan.
• Negara menjamin status anak yang berasal dari ovum yang legal dalam
pernikahan juga mengatur status anak yang berasal dari wanita sewaan
atau sperma donor asal prosesnya sesuai dengan ketentuan yang ada.

Saran
• Berbagai usaha bisa dilakukan untuk mendapatkan keturunan, namun jika
semuanya gagal, bayi tabung bisa dijadikan alternatif terakhir.
• Sebelum memutuskan melakukan bayi tabung, perlu dipertimbangkan
kelebihan dan kekurangan agar tidak terjadi penyesalan, mengingat biaya
bayi tabung yang tidak sedikit.
• Perlu dilakukan upaya-upaya baru agar teknik-teknik bayi tabung bisa
sedikit sederhana, tidak membutuhkan alat dan obat-obatan yang biayanya
tinggi namun hasilnya tetap maksimal. Sehingga semua kalangan bisa
mengambil alternatif bayi tabung untuk mendapatkan keturunan.
• Perlu dilakukan penelitian ulang untuk meminimalkan resiko yang terjadi
jika pasangan suami istri melakukan bayi tabung mengingat sampai saat
ini, dampak terhadap bayi hasil bayi tabung belum diketahui misalnya
apakah bayi tersebut terkena cacat bawaan atau tidak.
• Jika telah memutuskan untuk melakukan bayi tabung seharusnya sesuai
dengan syariat agama yaitu ovum dan sperma dari pasangan suami istri
yang terikat pernikahan legal agar status anaknya jelas. Bukan melalui
wanita sewaan atau sperma donor.
• Melakukan bayi tabung sesuai dengan ketentuan hukum dan undang-
undang yang mengatur agar status anak nantinya jelas.
DAFTAR PUSTAKA

(http://www.malajaya.blogspot.com). 2009/09 tugas nepa.html.


(http://www.anisadewinusa.blog.frendster.com). Pengertian Bayi Tabung Menurut
Islam.
(http://www.wikipedia.bayitabung.com).
(http://www.bayi.tabung.org). Bayi Tabung dalam Negara. 2005.
(http://www.suara_karya.online.com/news.html). Apa Sih Bayi Tabung?. 2007.
(http://www.prosesbayitabung.com). 2008.
(http://www.suara_pembaharuan.com/News/2006/08/06/Jabotebe/job_is.htm). \
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eko Pamungkas


TTL : Jombang, 26 Juni 1993
NIS : 084731
Kelas : XI IPA 4
Alamat Rumah : Ds Japanan, Gudo - Jombang
No. Telp : 085231948936
Alamat Sekolah : SMAN 3 Jombang
Jl. Dr. Soetomo 75
Karya Tulis yang pernah di buat :
-

You might also like