Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENGAWASAN
Pasal 1
Pejabat yang diserahi tugas untuk menjalankan keputusan hakim dengan hukuman bersyarat, dalam
menjalankan keputusan itu yang menyangkut perintah pengawasan untuk pemenuhan syarat-syarat
itu
berdasarkan pasal 14d ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dapat memohon bantuan dari
Kepala Pemerintahan Daerah setempat/asisten residen di mana terdakwa dengan hukuman bersyarat
Pasal 2.
(1) Dari setiap keputusan hukuman bersyarat yang mutlak harus dilaksanakan, pejabat yang diserahi
menjalankan pelaksanaan itu dengan segera memberitahukan hal itu kepada Directeur van Justitie
(kini dapat disamakan dengan Menteri Kehakiman, dan untuk seterusnya disebut Menteri
Kehakiman) dengan melampirkan formulir tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam ordonansi
ini
dan telah dilakukan pengisiannya oleh pejabat yang bersangkutan. Bila belum ada kepastian
mengenai permulaan dan berakhimya jangka waktu percobaan, sehingga mengenai hal itu tidak
dapat dengan seketika diisikan dalam formulir yang bersangkutan, maka pemberitahuan mengenai
dimasukkan dalam daftar umum (algemene register) yang dikelola oleh departemennya.
(3) Menteri Kehakiman mengadakan peraturan khusus tentang susunan dan pemakaian daftar umum
(4) Isi daftar umum itu bersifat rahasia, kecuali bila bahan-bahan yang didapatkan darinya
digunakan
Pasal 3.
(1) Pejabat yang diserahi tugas melaksanakai keputusan hukuman bersyarat itu secepat mungkin
1. saat berakhirnya waktu percobaan yang dikenakan berdasarkan pasal 14b ayat terakhir Kitab
2. kalimat terakhir yang dijadikan dasar dari tiap keputusan yang disesuaikan dengan pasal 14e
dengan hukuman bersyarat itu, bila pengakhiran jangka waktu itu tidak jatuh bersamaan
(2) Menteri Kehakiman memerintahkan agar bahan masukan itu didaftarkan dalam daftar umum
(algemene register). Selain itu diadakan pula catatan mengenai grasi yang telah diberikan kepada
Pasal 4
(1) Pada setiap keputusan pengadilan sipil atau militer yang telah menjadi mutlak dan harus dijalani
hukumannya dan kemudian terhadap terdakwa dengan hukuman bersyarat diadakan keputusan
baru lagi karena terdakwa tersebut melakukan tindak pidana, maka pejabat yang diserahi tugas
untuk mengawasi pelaksanaan keputusan segera memberitahukan hal itu kepada Menteri
Kehakiman dan juga kepada pejabat yang dibebani tugas untuk melaksanakan eksekusi keputusan
(2) Setiap pejabat dari openbaar ministerie (kejaksaan) atau pejabat lainnya yang diserahi tugas
untuk
menjalankan keputusan, begitu pula setiap panitera pengadilan yang kepadanya telah
diberitahukan keadaan terdakwa dengan hukuman bersyarat dan yang telah dibebani syarat-syarat
khusus, memberitahukan hal itu dengan segera kepada Menteri Kehakiman dan kepada pejabat
seperti yang dimaksud dalam pasal 14d ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana, bila
pengetahuan tentang keadaan itu ada gunanya dan kaitannya dengan kepentingan tugas
pengawasan.
(3) Pemberitahuan seperti yang dimaksud dalam pasal ini dianggap tidak perlu lagi, bila jangka
waktu
untuk melakukan pengawasan telah lewat, atau adanya kepastian sebelum lewat jangka waktu itu
Pasal 5
(1) Dalam menjalankan perintah agar terdakwa dengan hukuman bersyarat memenuhi kewajibannya
untuk memenuhi syarat-syarat umum yang diberikan kepadanya, tidak perlu diadakan pengawasan
lebih lanjut lagi selain tindakan tindakan yang berkaitan dengan ketentuan dalam pasal 2 sampai
dengan pasal 4.
(2) Dalam mengadakan pengawasan tentang pelaksanaan syarat-syarat khusus yang diwajibkan
kepada terdakwa dengan hukuman bersyarat, harus dihindari semua hal yang tidak perlu mengenai
pembatasan kebebasan atau hal-hal yang merugikan kepentingan terdakwa dengan hukuman
(3) Sebelum menangani perkara yang berkaitan dengan hal-hal seperti yang disebutkan dalam pasal
14e dan 14f Kitab Undang-undang Hukum Pidana, pejabat yang dimaksud dalam pasal 14d ayat (1)
harus terlebih dahulu memohon nasihat dari lembaga (instelling) atau pejabat khusus yang
berwenang untuk memberikan bantuan kepada terdakwa dengan hukuman bersyarat itu.
BAB II
Pemberian Bantuan.
Pasal 6
(1) Lembaga yang berkedudukan di Indonesia, yang berbentuk badan hukum yang mempunyai
anggaran dasar, akta pendirian dan peraturan-peraturan yang bertujuan mengusahakan reklasering
dari para terdakwa dengan hukuman bersyarat, begitu pula bentuk organisasi lainnya yang
mempunyai tujuan yang sama seperti yang tersebut di atas dan yang berkedudukan di Indonesia,
tentang kesediaaan dari lembaga yang bersangkutan untuk dapat diberikan perintah dari
pengadilan negeri guna memberiikan bantuan atau subsidi dalam melaksanakan syarat-syarat
khusus yang dipenuhi oleh para terdakwa dengan hukuman bersyarat dan menerima
perintahperintah
(2) Kesediaan seperti tersebut di atas dari lembaga atau pengurusnya dapat diberikan secara terbatas
pada kategori (kelas) tertentu atau terbatas pada jumlah tertentu dari jumlah terdakwa dengan
hukuman bersyarat. Dalam hal ini lembaga atau pengurusnya dapat mengadakan ikatan hukum
untuk mengadakan perubahan dalam kategori atau jumlah terdakwa dengan hukuman bersyarat,
dengan memberitahukan tentang maksudnya itu kepada Menteri Kehakiman dalam jangka waktu
(3) (s. d. u. dg. S. 1939-77.) Menteri Kehakiman, setelah mendapat nasihat dari Dewan Reklasering
Pusat, dapat menerima atau menolak dengan memberikan alasan-alasannya tentang permohonan
(4) Permohonanan pengesahan kesediaan ini dapat dianggap tidak ada setelah dalam jangka waktu
(5) (s.d.u. dg. S. 1939-77.) Menteri Kehakiman, setelah mendengarkan pendapat Dewan
Reklasering
Pusat, berwenang menarik kembali pengesahan kesediaan yang telah diberikan itu.
(6) Alasan-alasan yang menyebabkan ditariknya kembali pengesahan kesediaan itu diberikan secara
Pasal 7
(1) Lembaga dan pengurus yang telah mendapat pengesahan kesediaan dari Menteri Kehakiman
diwajibkan mengadakan daftar dan mengelolanya dengan baik. Dalam daftar tersebut disebutkan
(3) Lembaga dan pengurus seperti yang disebutkan dalam daftar yang bersangkutan dalam
ketentuanketentuan
Pasal 8.
(1) (s.d.u. dg. S. 1939-77.) Lembaga ini sedapat mungkin menyampaikan kepada Menteri
Kehakiman
dan Dewan Reklasering Pusat, semua keterangan dan surat yang bertalian dengan itu mengenai
bantuan yang diberikan dan jumlah para terdakwa dengan hukuman bersyarat itu, penggunaan
bantuan (subsidi), dan wajib, bila diminta, memberikan nasihat dan keterangan-keterangan yang
(2) Lembaga ini wajib melaporkan kepada Menteri Kehakiman bantuan-bantuan yang diberikan
kepadanya dengan menggunakan cara dan dalam waktu seperti yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kehakiman.
Pasal 9.
Kepada lembaga ini oleh Gubernur Jenderal (kini: Pemerintah) dapat diberikan subsidi, sebagai
bantuan
untuk digunakan sebagai biaya umum untuk pekerjaan yang ditentukan dalam memberikan subsidi.
Pasal 10.
(1) Lembaga yang mendapat perintah untuk memberikan bantuan kepada para terdakwa dengan
hukuman bersyarat, berwenang atas tanggungannya untuk menyerahkan pekerjaan itu kepada para
(2) Untuk menunjuk wakil tetap tersebut, lembaga ini terlebih dahulu memberitahukan hal tersebut
kepada Menteri Kehakiman dan pejabat seperti yang dimaksud dalam pasal 14d ayat (1) Kitab
Undang-undang Hukum Pidana.
(3) Menteri Kehakiman dapat mengambil keputusan bahwa penunjukan yang dimaksud itu tidak
akan
Pasal 11
(1) Untuk setiap wilayah kekuasaan raad van justitie (kini : pengadilan negeri), oleh Gubernur
Jenderal
(kini: Pemerintah) dapat dipekerjakan satu atau lebih pejabat khusus seperti yang dimaksud dalam
(2) Mereka ini mendapat pangkat/jabatan sebagai pejabat reklasering (ambtenaar der reclasering)
atau
(3) Mereka ini dapat dipekerjakan dalam lebih dari satu wilayah kekuasaan raad van justitie.
(5) Bila dalam ketentuan-ketentuan dalam ordonansi ini disebutkan pejabat reklasering, maka untuk
itu
Pasal 12
(1) Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Menteri Kehakiman, pejabat
reklasering wajib menjalankan perintah-perintah pengawasan dari pejabat seperti yang dimaksud
(2) Dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Menteri Kehakiman,
para
pejabat reklasering wajib menalankan perintah-perintah dari pejabat kejaksaan, begitu pula dari
(3) Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Menteri Kehakiman, para
pejabat
reklasering dapat diperintah oleh pejabat seperti yang dimaksud dalam ayat (2) untuk menghadiri
sidang pengadilan untuk memberikan keterangan-keterangan tentang terdakwa atau tersangka bila
Pasal 13
(2) Menteri Kehakiman berwenang untuk mengadakan skorsing terhadap para pejabat reklasering.
Pasal 14
(1) Oleh Menteri Kehakiman, bila orang-orang yang khusus yang mendapatkan pengesahan
kesediaan, maupun orang-orang lain yang berada di bawah pimpinan kepala departemen, dapat
ditunjuk pegawai negeri untuk menjalankan tugas pejabat reklasering, bila pejabat reklasering atau
(2) Bila tidak mendapat persetujuan dari departemen yang bersangkutan, keputusan penunjukan itu
(3) Pegawai negeri yang telah ditunjuk untuk kepentingan tersebut di atas, diwajibkan menerima
pengangkatannya itu.
(4) Untuk dapat membedakan satu sama lainnya, mereka ini menyandang pangkat/jabatan sebagai
(5) Ketentuan-ketentuan dalam pasal 12, 13, dan 15, berlaku untuk masing-masing dengan
perbedaan
masing-masing pula.
TITEL II. Pemberian Bantuan.
Pasal 15.
(1) Lembaga atau pejabat khusus, yang mendapat kewajiban menyerahkan bantuan (subsidi),
sedapat
mungkin dan diharapkan sekali, dapat menerima tugas ini jauh sebelum keputusan hakim yang
mutlak harus dijalankan itu belum tiba dan hal demikian itu dapat diurus melalui pejabat seperti
(2) Segera setelah keputusan hakim menjadi mutlak untuk dijalankan, pejabat seperti yang disebut
dalam pasal 1 memberitahukan kepada lembaga atau pejabat khusus tentang hukuman yang
diberikan kepada terdakwa dan segala perintah yang diberikan dalam keputusan yang berkaitan
dengan pasal 14a Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Pemberitahuan ini sekaligus memuat
permulaan dan berakhirnya waktu percobaan itu dan bila jangka waktu itu pada waktu itu belum
dapat diberitahukan, pemberitahuan tentang hal ini harus disusulkan secepat mungkin.
Pasal 16
(1) Orang yang memberikan bantuan itu mengusahakan tercapainya hubungan pribadi yang baik
dengan terdakwa dengan hukuman bersyarat tersebut, dan meyakinkan kepadanya untuk
melaksanakan sebaik-baiknya syarat-syarat yang olehnya harus dipenuhi dalam hukuman bersyarat
(2) Orang yang memberikan bantuan itu mengadakan hubungan yang cukup baik dengan terdakwa
dengan hukuman bersyarat itu dan memberitahukan keadaan mengenai dirinya di lingkungan
masyarakat dan selalu memberitakan keadaan keluarganya, sedapat mungkin dengan cara
Pasal 17
Lembaga atau pejabat khusus, yang diserahi tugas untuk memberikan bantuan seperti yang
dimaksud
itu, selalu harus menaga agar ketentuan-ketentuan yang diadakan untuk reklasering terdakwa
dengan
hukuman bersyarat itu dilaksanakan sebagaimana mestinya dan kalau memang dianggap perlu
dengan
BAB III
Bab ini, yang terdiri dari pasal 17-21, tidak dimuat di sini karena menyangkut Kitab Undang-
undang
Hukum Pidana Militer dan bersangkutan dengan Legercommandant dan Commandant Kesatuan
yang
bersangkutan.
KETENTUAN PENUTUP
(s.d.t. dg. S. 1928-445 dan mb. surut dari tgl, 1 Jan. 1927.) Surat-surat yang diadakan untuk
memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam ordonansi ini, dibebaskan dari segel, pemungutan bea leges dan bea
legalisasi serta bea hukum lain-lainnya seperti yang dimaksud dalam ketentuan-ketentuan mengenai
Ordonansi ini dapat disebut "Ordonansi Pelaksanaan Hukuman Bersyarat" dan mulai berlaku sejak