You are on page 1of 21

KARYA TULIS

TWO STAY - TWO STRAY


SEBAGAI TEKNIK ALTERNATIF DALAM PENGAJARAN TATA BAHASA
INGGRIS: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X
SMA NEGERI 6 DEPOK TAHUN AJARAN 2007/2008

Diajukan dalam rangka mengikuti Guru Berprestasi Tingkat Kota Depok

Disusun oleh

Setyowati, S.Pd.

SMA NEGERI 6 DEPOK


JAWA BARAT
2008

1
TWO STAY – TWO STRAY
SEBAGAI TEKNIK ALTERNATIF DALAM PENGAJARAN TATA BAHASA
INGGRIS: SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X
SMA NEGERI 6 DEPOK TAHUN AJARAN 2007/2008
oleh Setyowati, S.Pd

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran tata bahasa merupakan salah satu komponen penting dalam
pemelajaran bahasa Inggris di sekolah. Teori-teori dan metode pengajaran
bahasa telah mengembangkan berbagai teknik pengajaran bahasa Inggris.
Ketepatan dalam pemilihan teknik pengajaran akan mendukung keberhasilan
pemelajaran bahasa. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, masih banyak
pemelajar bahasa Inggris yang mengalami kesulitan dalam menguasai sistem
tata bahasa yang sedang dipelajari.
Kesulitan itu berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi dan
mengingat pola kalimat (sentence pattern) bahasa Inggris. Pola kalimat yang
berbeda dengan bahasa ibu membuat pemelajar seringkali melakukan kesalahan,
karena lupa dengan susunan pola kalimatnya. Ketika pemelajar menghadapi
bentuk tes tata bahasa (structure/grammar) yang berupa kalimat tidak lengkap
(incomplete sentence), mereka mengalami kesulitan untuk mengenali unsur
kalimat mana yang hilang dan harus mereka lengkapi. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa teknik pengajaran tata bahasa Inggris yang selama ini
digunakan belum efektif.
Berdasarkan pengalaman pribadi saya dan kenyataan di lapangan, masih
banyak guru bahasa Inggris yang menggunakan teknik ceramah ketika mengajar
materi tata bahasa. Pada teknik ceramah, guru menerangkan pola kalimat dan
menuliskannya di papan tulis. Sedangkan siswa hanya duduk, diam dan

2
mendengarkan penjelasan guru. Kemudian guru memberikan contoh kalimat
dari tiap pola dan memberikan latihan. Kelemahan teknik ceramah adalah teknik
ini tidak efektif untuk mengoptimalkan daya ingat. Hanya 50% materi yang
akan diserap dan diingat oleh pemelajar yang melakukan proses pemelajaran
dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan saja (Idawati, 2007:3).
Kelemahan lain adalah pemelajar cenderung pasif, sehingga kurang
mendapatkan pengalaman belajar yang dapat mengendap dalam memori
otaknya.
Permasalahan yang saya temukan di lapangan adalah siswa sulit untuk
mengidentifikasi pola kalimat tertentu dalam bahasa Inggris di luar tenses. Hal
ini didukung oleh hasil nilai ulangan harian yang rendah untuk materi tata
bahasa. Selain itu, motivasi belajar siswa yang rendah sering menjadi hambatan
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang muncul adalah
bagaimanakah teknik pengajaran tata bahasa Inggris yang efektif ? Sehingga,
hal itu menjadi solusi bagi permasalahan pengajaran kelas bahasa Inggris yang
dihadapi. Dalam makalah ini saya tertarik untuk mencari teknik pengajaran
yang efektif dalam mengajarkan materi tata bahasa. Teknik yang dimaksud
adalah sebuah teknik pengajaran yang mampu meningkatkan daya serap siswa
pada materi tata bahasa Inggris khususnya kalimat pasif.

B. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian tindakan kelas adalah “subjek pelaku tindakan –
bukan subjek yang dikenai tindakan-“ (Arikunto et.al, 2008: 36). Sehingga
sasaran dari penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru ingin mencobakan teknik pemelajaran kolaboratif untuk pengajaran
tata bahasa Inggris dalam bentuk kalimat pasif (passive voice).
2. Peningkatan motivasi belajar bahasa Inggris siswa kelas X-2.

3
3. Peningkatan daya serap siswa kelas X-2 dalam materi kalimat pasif (passive
voice).

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
“Jika saya menggunakan teknik pemelajaran kolaboratif (collaborative
learning) dalam pengajaran kalimat pasif (passive voice), sejauh mana hal ini
dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam menguasai materi
tersebut ?”

D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
“Pemelajaran kolaboratif dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa
dalam menguasai materi kalimat pasif (passive voice).”

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran
bahasa Inggris dengan teknik pemelajaran kolaboratif.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan siswa terhadap
materi kalimat pasif (passive voice) dengan teknik pemelajaran kolaboratif.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Siswa, yaitu memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan
mampu meningkatkan motivasi belajar serta prestasi.
2. Guru, yaitu memberikan tawaran teknik alternatif dalam pengajaran tata
bahasa Inggris yang efektif dan mudah diaplikasikan.

4
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Seorang pengajar atau guru di kelas memiliki banyak tanggungjawab.
Selain bertanggungjawab terhadap penyampaian materi pelajaran, guru juga
bertanggungjawab atas perkembangan akademik siswanya. Ketika menghadapi
permasalahan yang terkait dengan prestasi akademik, tentu banyak faktor yang
menjadi penyebabnya. Sebagai tanggungjawab profesi, maka guru harus mecari
akar permasalahan dan memecahkannya.
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk memecahkan
permasalahan di kelas sehari-hari, yaitu dengan mengadakan penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini tidak saja bertujuan untuk mencari solusi atas masalah yang
dihadapi saja, tetapi merupakan salah satu pengembangan professional guru.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Wallace (2004: 14) “salah satu
pengembangan profesional guru adalah dengan melakukan penelitian tindakan
kelas (action research)”.
Terdapat banyak definisi tentang penelitian tindakan kelas. Menurut
Suharsimi Arikunto et.al (2008: 3) “penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.” Sedangkan
menurut Wallace (2004: 1) penelitian tindakan kelas adalah “teaching reflection
done by systematically collecting data on your everyday practice and analyzing
it in order to come to some decision about what your future practice should
be”.
Sementara itu, Aqib merinci definisi istilah penelitan tindakan kelas
secara sendiri-sendiri terlebih dahulu, kemudian menyimpulkannya sebagai
definisi tindakan kelas yang senada dengan Arikunto. Secara garis besar ada
tiga hal pokok dari definisi penelitian tindakan kelas, yaitu pengamatan, sengaja
dimunculkan, dan terjadi di kelas (Aqib, 2007: 13). Apapun definisi yang
dipakai, hal penting yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas

5
adalah data dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis berhubungan dengan
perbaikan beberapa aspek dari praktik profesional (Wallace, 2004: 1).
Penelitian tindakan kelas yang dipaparkan dalam makalah ini adalah
jenis penelitian tindakan kelas eksperimental. Artinya, penelitian tindakan kelas
yang diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau
strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-mengajar
(Aqib, 2007: 20).
Siklus yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model Kurt
Lewin, yang terdiri dari empat langkah utama (Lewin, 1990 dalam Aqib, 2007:
21), yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
2. Aksi atau tindakan (Acting)
3. Observasi (Observing)
4. Refleksi (Reflecting)
Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi
Observasi
B. Teori Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan seseorang
dalam belajar apa pun. Motivasi internal memiliki peran yang sangat penting
dibanding dengan motivasi eksternal, meskipun keduanya saling mendukung.
Motivasi itu sendiri merupakan suatu jenis dorongan dari dalam yang mampu
menggerakkan seseorang, sebagaimana Harmer menyatakan bahwa “motivation
is some kind of internal drive which pushes someone to do things in order to

6
achieve something” (1999: 51). Motivasi bisa juga diartikan sebagai dorongan
atau keinginan yang kuat terhadap sesuatu sehingga seseorang memutuskan
untuk melakukan sesuatu untuk mencapai keinginannya itu.
Motivasi mutlak diperlukan dalam proses belajar mengajar di kelas.
Motivasi guru dan siswa merupakan satu sinergi yang mampu menciptakan
keberhasilan belajar di kelas. Menurut Harmer (1999: 51-52) ada beberapa
sumber motivasi yang dapat diperoleh oleh siswa, yaitu:
1. Lingkungan sosial tempat manusia itu tinggal, dalam hal ini adalah
lingkungan di luar kelas
2. Hal lain yang signifikan dengan kehidupan siswa, antara lain budaya dan
dunia sekitar kehidupan siswa.
3. Guru, karena guru merupakan faktor utama dari keberlangsungan motivasi
siswa dalam belajar.
4. Metode, hal ini merupakan faktor vital atas keberhasilan proses belajar
mengajar.
Kenyataan di lapangan, sering ditemui adanya motivasi yang rendah dari
siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Maka, guru perlu mengetahui
cara-cara menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ada berbagai macam cara yang
bisa dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Harmer
memaparkan tiga cara untuk meningkatkan motivasi siswa (1999: 53-54), yaitu:
1. Membuat tujuan dan setting tujuan.
Tujuan diklasifikasi dalam tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Misalnya, ketika belajar tata bahasa Inggris, tujuan jangka pendeknya adalah
menguasai kalimat pasif (passive voice) dan tujuan jangka panjangnya
menguasai bahasa Inggris dengan baik dan lancar.
2. Lingkungan belajar.
Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, termasuk keadaan
fisik kelas yang menyenangkan maupun atmosfer emosional yang
menyenangkan dari pengajar.

7
3. Aktivitas kelas yang menarik.
Topik dan aktivitas kelas kedua-duanya harus menarik.
Berdasarkan teori motivasi dari Harmer di atas, maka salah satu tujuan
dari penelitian ini adalah dalam rangka meningkatkan motivasi siswa. Penelitian
tindakan kelas tentang pemelajaran kolaboratif dalam pengajaran tata bahasa
Inggris dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, penelitian ini
dilakukan oleh guru kelas karena guru merupakan salah satu sumber motivasi
siswa. Kedua, penelitian dilakukan dengan mencobakan teknik pengajaran yang
merupakan bagian dari metode yang menjadi salah satu sumber motivasi.
Ketiga, teknik yang diuji cobakan adalah teknik pemelajaran kolaboratif dengan
asumsi bahwa teknik ini menarik bagi siswa sehingga mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris.

C. Pemelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning)


Pemelajaran kolaboratif bukanlah sebuah hal yang baru dalam dunia
pengajaran. Istilah ini cukup dikenal di kalangan pengajar dan peneliti di bidang
pengajaran. Akan tetapi, masih terdapat kerancuan pemahaman tentang definisi
pemelajaran kolaboratif. Para pengajar seringkali memahami pemelajaran
kolaboratif sebagai pemelajaran kooperatif, padahal keduanya berbeda.
Sehingga Panitz membuat sebuah studi kontrastif analisis mengenai definisi
pemelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan pemelajaran kooperaitf
(cooperative learning) dalam tulisannya yang berjudul ”A Definition of
Collaborative vs Cooperative Learning”.
Dalam tulisannya, Panitz menyatakan bahwa,

Collaborative learning (CL) is a personal philosophy, not just a


classroom technique. In all situations where people come together in
groups, it suggests a way of dealing with people which respects and
highlights individual group members' abilities and contributions. There
is a sharing of authority and acceptance of responsibility among group
members for the groups actions. The underlying premise of
collaborative learning is based upon consensus building through

8
cooperation by group members, in contrast to competition in which
individuals best other group members. CL practitioners apply this
philosophy in the classroom, at committee meetings, with community
groups, within their families and generally as a way of living with and
dealing with other people. (Panitz, 1996: 1)

Sedangkan pemelajaran kooperatif menurut Panitz adalah:

Cooperative learning is defined by a set of processes which help people


interact together in order to accomplish a specific goal or develop an
end product which is usually content specific. It is more directive than a
collaboratve system of governance and closely controlled by the
teacher. While there are many mechanisms for group analysis and
introspection the fundamental approach is teacher centered whereas
collaborative learning is more student centered (Panitz, 1996: 1)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemelajaran kolaboratif


adalah filosofi personal, bukan hanya sebuah teknik mengajar di kelas.
Sedangkan pemelajaran kooperatif adalah serangkaian proses yang membantu
seseorang untuk berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan. Pemelajaran
kolaboratif berbeda dengan pemelajaran kooperatif. Perbedaan utamanya yaitu
pemelajaran kolaboratif itu berpusat pada siswa, sedangkan pemelajaran
kooperatif berpusat pada guru. Di dalam pelaksanaan pemelajaran kolaboratif
terdapat proses kerja sama atau kooperatif, sehingga pemelajaran kooperatif
menjadi salah satu bagian dari pemelajaran kolaboratif. Adapun prinsip-prinsip
yang ada dalam pemelajaran kolaboratif, antara lain :
1. Filosofi personal
2. Bekerjasama dalam kelompok atau kooperatif
3. Berbagi, bukan kompetisi
4. Masing-masing anggota memberikan kontribusi
5. Keputusan dibangun berdasarkan konsensus bersama.
Penelitian tindakan kelas dalam area pemelajaran kolaboratif sudah
banyak dilakukan, salah satunya oleh Anuradha A. Gokhale pada tahun 1995.
Gokhale meneliti pemelajaran kolaboratif dalam meningkatkan kemampuan

9
siswa dalam berpikir kritis (critical thinking). Penelitian Gokhale ini merupakan
sebuah studi komparatif antara belajar secara individu dan belajar secara
kolaboratif. Dia meneliti perbedaan yang signifikan dalam perolehan nilai tes
antara siswa yang belajar secara individu dan siswa yang belajar secara
kolaboratif. Tes yang diberikan ada dua bentuk yaitu tes yang berupa drill-
practice dan tes yang berupa critical thinking. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa siswa yang belajar secara kolaboratif memeroleh nilai lebih tinggi dalam
kedua bentuk tes dibanding dengan siswa yang belajar secara individu.
Penelitian ini menjadi salah satu bukti empiris bahwa pemelajaran kolaboratif
merupakan teknik yang efektif. Sehingga hal ini dapat menjadi pendukung
penelitian yang saya lakukan.

III. METODE PENELITIAN


A. Profil Kelas Penelitian
Kelas yang menjadi objek penelitian adalah kelas X-2 SMA Negeri 6
Depok tahun ajaran 2007/2008. Dasar pemilihan objek penelitian adalah kelas
X-2 merupakan kelas yang nilai rata-rata ulangan umum semester satu paling
rendah dari tiga kelas yang saya ajar (kelas X-1, X-2, dan X-3). Kelas X
(sepuluh) merupakan sebutan kelas untuk tingkat pertama di Sekolah Menengah
Atas. Sedangkan kelas X-2 merupakan kelas urutan ke dua dari tujuh kelas yang
ada pada tingkat pertama di SMA Negeri 6 Depok.
Siswa kelas X-2 berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 21 laki-laki dan 13
perempuan dengan rentang usia antara 15-16 tahun. Komposisi yang tidak
imbang antara laki-laki dan perempuan menjadikan kelas ini cenderung gaduh
dan didominasi oleh laki-laki. Sebagian besar siswa berlatar belakang ekonomi
menengah ke bawah. Motivasi belajar siswa kelas X-2 rendah, karena jarang
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, sebagian siswa tidak memiliki
buku pelajaran, tidak serius mengikuti pelajaran/bercanda yang tak terkendali,
dan daya serapnya rendah. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian dan umum

10
yang hampir 50% dari siswa kelas X-2 mendapatkan nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Inggris kelas X yang
ditentukan sekolah sebesar 66.
Berdasarkan kenyataan ini, maka saya memutuskan untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas X-2 khususnya pada materi tata bahasa kalimat pasif sehingga hal ini akan
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka.

B. Populasi dan Sample


Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-2 baik laki-laki
maupun perempuan yang berjumlah 34 orang. Sedangkan sample penelitian
adalah siswa kelas X-2 yang nilainya di bawah KKM, berjumlah 20 orang
terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Teknik pengambilan
sample berdasarkan tujuan khusus, yaitu siswa yang mendapatkan nilai di
bawah KKM pada ulangan harian terakhir sebelum penelitian.

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data


Data penelitian dikumpulkan melalui klasifikasi objek penelitian,
observasi, catatan lapangan, dan review. Siswa penelitian dibagi dalam
kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang, sehingga ada 5 kelompok
yang menjadi fokus penelitian, yaitu : “Help Me”, “Crazy Club”, “My Name
Is”, “I don’t know” dan “Do It yourself”. Sedangkan kelompok siswa di luar
fokus penelitian terdiri dari 3 kelompok, hanya sebagai partisipan dalam
pemelajaran kolaboratif yang diteliti.
Selama pelaksanaan penelitian, saya membuat catatan observasi yang
dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan keterampilan
kooperatif siswa. Sedangkan di akhir penelitian, saya melakukan evaluasi
berupa tes untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa. Teknik analisis

11
data yang digunakan adalah model alur, yaitu “reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan”. (Milless & Huberman, 1989 dalam Aqib, 2007: 106)

D. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Siswa diberikan kuesioner untuk mengetahui motivasi siswa terhadap
pelajaran bahasa Inggris serta teknik pengajaran yang disukai oleh siswa.
2. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang.
Fokus penelitian pada 5 kelompok yaitu “Help Me”, “Crazy Club”,” My
Name Is”, “I don’t know”, dan “Do It Yourself”.
3. Siswa diberikan pre-test untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan
mereka dalam materi kalimat pasif (passive voice).
4. Siswa diberi tugas dalam kelompok:
a. Penemuan (Discovering), yaitu siswa diminta untuk menemukan kata
kerja bentuk pasif dalam teks.
b. Kalimat terpandu (Guided Sentence), yaitu siswa mengidentifikasi
kalimat pasif dan menuliskannya dalam 6 tenses dari satu kalimat aktif
dari guru.
c. Kalimat tak terpandu (Unguided Sentence), yaitu siswa menulis kalimat
bebas dalam bentuk pasif.
5. Siswa diberikan post-test untuk mengetahui pengaruh dari tindakan kelas
yang dilakukan oleh guru.

IV. HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan sesuai dengan siklus yang terdiri dari empat
langkah, yaitu: perencanaan (planning), aksi (acting), observasi (observing),
dan refleksi (reflecting).

12
A. 1. Perencanaan Penelitian
a. Teknik pengajaran akan menggunakan teknik Two Stay-Two Stray,
yaitu: 2 orang siswa tetap berada di kelompoknya untuk menerima
tamu dari kelompok lain yang berkunjung, sedangkan 2 orang siswa
berkeliaran ke kelompok lain untuk mencari informasi ke kelompok
yang lain.
b. Fokus penelitian pada 20 orang siswa.
c. Tahapan penelitian:
1. Pengisian Kuesioner dan pembagian kelompok. Kuesioner
diberikan dengan tujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran bahasa Inggris dan sikap mereka terhadap
bahasa Inggris serta teknik pengajaran yang disukai siswa.
2. Pre-Test: Passive Voice. Tes awal ini diberikan dengan asumsi
bahwa siswa kelas X-2 telah belajar materi kalimat pasif di bangku
SMP.
3. Penugasan: Penemuan melalui teks (Discovering through a text),
Kalimat terpandu (Guided Sentence) dan Kalimat tak terpandu
(Unguided Sentence)
4. Post-Test: Passive Voice. Tes akhir ini diberikan untuk mengetahui
peningkatan nilai siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan
penelitian.
d. Pelaksanaan penelitian : 31 Maret 2008 s/d 09 Mei 2008.

A.2. Aksi Penelitian


Penelitian dilakukan dengan alokasi waktu 90 menit per tindakan.
Rincian alokasi waktu itu adalah 15 menit untuk persiapan, 30 menit untuk
diskusi di dalam kelompok, 30 menit untuk saling bertukar informasi antar
kelompok dan membuat kesimpulan kelompok, dan 15 menit terakhir guru

13
memberikan kesimpulan dari pemelajaran hari itu. Waktu dan gambaran
pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner dan Pre-test (31 Maret 2008)
Kuesioner diberikan untuk mengetahui profil siswa, motivasi dan
sikap mereka terhadap bahasa Inggris. Hasil kuesioner menunjukkan
bahwa profil siswa kelas X-2 rata-rata telah belajar bahasa Inggris
selama 6 tahun. Materi yang paling sulit mereka pahami adalah tata
bahasa karena 50% dari 30 orang yang mengisi kuesioner menyatakan
bahwa materi yang paling sulit adalah tata bahasa. Motivasi belajar
dan sikap mereka terhadap bahasa Inggris rendah, karena 66,67%
siswa menyatakan bahwa sikap mereka biasa saja. Kemudian, teknik
pengajaran yang disukai siswa adalah game dan diskusi kelompok.
Pre-test diberikan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan
siswa dalam materi kalimat pasif. Asumsinya mereka telah
mempelajari materi itu di bangku SMP. Tes ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam materi kalimat pasif
sebelum diberikan tindakan. Nilai tes tertinggi adalah 88 dan terendah
0,8 dengan nilai rata-rata hasil tes awal adalah 32. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam materi kalimat pasif
masih sangat rendah.
2. Tindakan I: Penemuan (Discovering) (04 April 2008)
Siswa diberi 2 buah teks pendek sepanjang 15 baris yang berjudul
“Quick Work” dan “A Wet Night”. Teks diambil dari buku Practice
and Progress by L.G Alexander terbitan Longman. Kemudian, siswa
diminta untuk menggarisbawahi semua kata kerja dalam teks.
Selanjutnya siswa diminta untuk mengidentifikasi kata kerja dalam
bentuk pasif dan menghitung jumlah kata kerja pasif yang ada dalam
kedua teks itu. Terakhir, siswa diminta untuk menentukan teks yang
mana yang memiliki jumlah kata kerja pasif yang paling banyak.

14
3. Tindakan II: Penemuan (Discovering) (07 April 2008)
Siswa diberi 2 buah teks yang sedikit lebih panjng yang berjudul
“After the Elections” dan “A Noble Gift”. Teks diambil dari buku
Practice and Progress by L.G Alexander terbitan Longman.
Kemudian, siswa diminta untuk menggarisbawahi semua kata kerja
dalam teks yang berbentuk pasif saja. Selanjutnya siswa diminta
menghitung jumlah kata kerja pasif yang ada dalam kedua teks itu.
Terakhir, siswa diminta untuk menganalisis secara sintaksis kalimat
yang memiliki kata kerja pasif dalam teks itu.
4. Tindakan III: Kalimat terpandu (Guided Sentence) (11/4/08)
Siswa diberikan 12 buah kalimat pasif yang dibagi dalam dua bagian.
Bagian pertama adalah 6 kalimat pasif dengan subjek tunggal dalam
present tense (simple present, present continuous, dan present
perfect). Bagian kedua adalah 6 kalimat pasif dengan subjek jamak
dalam past tense (simple past, past continuous, dan past perfect).
Kemudian siswa diminta menganalisis struktur kalimat tersebut lalu
mengidentifikasi jenis tense dari tiap kalimat. Terakhir, siswa diminta
menyimpulkan perbedaan kalimat-kalimat yang ada dalam bagian I
dan II.
5. Tindakan IV : Kalimat terpandu (Guided Sentence) (14/4/08)
Ada 2 tugas yang diberikan oleh guru. Tugas pertama, siswa diberi 2
kalimat aktif dengan subjek tunggal dan jamak, lalu diminta untuk
mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat pasif dalam 6 tenses
(simple present, simple past, present continuous, past continuous,
present perfect, dan past perfect tense). Kemudian, siswa diminta
menganalisis perbedaan to be untuk kalimat yang bersubjek tunggal
dan jamak. Tugas kedua, siswa diberi 5 kalimat aktif dalam simple
present, simple past, present continuous, present perfect dan past
perfect tense. Subjek kalimat adalah orang pertama tunggal, orang

15
ketiga tunggal dan personal pronoun. Kemudian, siswa diminta untuk
mengubah kelima kalimat tersebut dalam kalimat pasif.
6. Tindakan V: Kalimat tak terpandu (Unguided Sentence) (18/4/08)
Siswa diberi 15 gambar tentang suatu aktifitas kemudian diminta
untuk membuat kalimat pasif berdasarkan situasi/kegiatan dalam
gambar.
7. Tindakan VI: Kalimat tak terpandu (Unguided Sentence) (9/4/08)
Siswa diberi 9 gambar proses pembuatan kue, kemudian diminta untuk
menceritakan proses tersebut dalam kalimat pasif seperti contoh yang
diberikan oleh guru.
8. Post-test : 09 April 2008
Bentuk tes sama dengan pre-test, tetapi dengan kalimat soal yang
berbeda.

A.3. Observasi
Selama pelaksanaan penelitian, saya membuat catatan lapangan
yang merupakan hasil observasi dari setiap tindakan kelas yang telah
dilakukan. Catatan-catatan itu dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Catatan I: Tindakan I & II
1) Siswa tidak mengalami kesulitan untuk menemukan kata kerja
bentuk pasif.
Hal ini karena siswa diperbolehkan melihat buku paket Look
Ahead terbitan Erlangga halaman 190-191 atau kamus tentang pola
kalimat pasif.
2) Pada tindakan I dan II, hampir semua siswa aktif melakukan
instruksi karena teks menarik untuk mereka, yaitu ada ilustrasi
gambar, ceritanya lucu dan baru untuk mereka.

16
b. Catatan II: Tindakan III dan IV
1) Siswa mampu mengidentifikasi perbedaan to be untuk subjek
tunggal dan jamak.
2) Siswa cukup mengalami kesulitan mengubah kalimat aktif ke
pasif, khususnya ketika menentukan to be.
3) Siswa diperbolehkan melihat buku paket halaman 190-191 atau
kamus untuk membantu mereka menemukan kata kerja bentuk
ketiga (past participle).
4) Antusiasme siswa masih terlihat baik.
c. Catatan III: Tindakan V dan VI
1) Pada tindakan V, motivasi siswa mulai menurun karena bosan
dengan situasi kerja kelompok. Sehingga, guru berinisiatif untuk
melakukan game di awal pembelajaran.
2) Game menyusun kata dari kata “Environmental”
3) Pemberian game di awal pembelajaran efektif, karena kelas
menjadi antusias dan salah satu pemenangnya adalah kelompok
yang menjadi fokus penelitian yaitu “Do It yourself”.
4) Kesulitan siswa dalam penguasaan kotakata khususnya kata kerja
bentuk ketiga (past participle) terutama kata kerja tak beraturan
(irregular verb).
d. Catatan akhir :
1) Setiap akhir sesi pengajaran, guru memberikan simpulan atas
jawaban siswa.
2) Dari hasil pengamatan, ada tiga orang siswa yang tidak serius
mengikuti pemelajaran kolaboratif.
3) Pemelajaran kolaboratif dilakukan dengan posisi siswa duduk di
lantai, sehingga ada efek positif dan negatif dari kegiatan belajar
yang dilakukan di lantai. Efek positifnya, siswa dalam kondisi
santai, tidak tertekan, leluasa bergerak. Efek negatifnya, siswa

17
yang tidak serius mengikuti kegiatan pemelajaran cenderung
bermain smack-down.
Suasana kelas penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gb. 1 Gb. 2

Gb. 3 Gb. 4

B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam tabel dan dipaparkan dalam refleksi.
Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil tes awal dan tes akhir,
kemudian digunakan sebagai dasar dalam membuat simpulan.

B.1. Hasil Pre-test dan Post-test


Setelah melalui serangkaian proses tindakan kelas yang telah
dilakukan oleh guru dalam pengajaran tata bahasa Inggris khususnya

18
kalimat pasif, maka siswa diberi tes akhir (post-test). Tes ini bertujuan
untuk mengukur peningkatan kemampuan siswa dalam materi kalimat
pasif setelah menerima tindakan khusus dari guru, yaitu teknik
pemelajaran kolaboratif. Hasil pre-test dan post-test disajikan dalam tabel
berikut:

HASIL TES PASSIVE VOICE


PRE- POST-
NO. NAMA SISWA TEST TEST PENINGKATAN NILAI PROSENTASE
1 Alfi Wildan 32 60 28 47
2 Cindy Octavia        
3 Debra Gemilang 40 36 -4 -11
4 Edwin Nurimansyah 68 52 -16 -31
5 M. Solihul Hadi 20 64 44 69
6 Dimas Pamungkas 16 56 40 71
7 Fanny Alfiana 28 64 36 56
8 Erick Rahmat 8 40 32 80
9 Surya Margiyanto 16 36 20 56
10 Bagus Bagja 32 72 40 56
11 Jonris Martuah 12 32 20 63
12 Gama Gemilang 64 72 8 11
13 Muh. Husein Karlief 64 56 -8 -14
14 Yudhistira Adi 36 72 36 50
15 Yohanes Kevin 12 80 68 85
16 Yulian 12 36 24 67
17 Rizki Rende        
18 Rizko Ahmad 16 56 40 71
19 Satriyo Noor 68 68 0 0
20 Siti Meita Sari 32 76 44 58
  NILAI RATA-RATA 32 57 25 43
Catatan : Ada dua orang siswa yang tidak dimasukkan datanya ke dalam tabel ini karena mereka tidak
mengikuti pre-test.

B.2. Refleksi
Dari tabel di atas, maka dapat dilihat peningkatan nilai rata-rata
siswa yang semula 32 menjadi 57. Artinya, ada peningkatan nilai sebesar
25 poin setelah siswa melakukan pemelajaran kolaboratif. Nilai tertinggi
post-test adalah 80 dan terendah 32, sedangkan dalam pre-test, nilai
tertinggi adalah 68 dan terendah 0,8. Hal ini terlihat jelas adanya

19
peningkatan nilai yang cukup signifikan setelah guru menggunakan teknik
pemelajaran kolaboratif dalam pengajaran tata bahasa Inggris. Prosentase
kenaikan nilai tersebut sebesar 43% sehingga hampir semua siswa
mengalami peningkatan nilai. Hanya ada satu orang yang nilainya stabil,
dan tiga orang yang nilainya turun. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa, penelitian ini berhasil dan terbukti bahwa teknik pemelajaran
kolaboratif efektif untuk pengajaran tata bahasa Inggris.
Setelah semua rangkaian proses penelitian dilakukan, terakhir
siswa diberi kuesioner untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap
teknik yang diuji cobakan oleh guru. Hasil kuesioner akhir tersebut
menunjukkan bahwa motivasi belajar mereka meningkat karena 90%
siswa menyatakan senang dengan teknik yang dilakukan oleh guru dan
lebih memahami materi. Suasana belajar yang serius tetapi santai
menjadikan siswa menikmati proses pemelajaran, sehingga mereka
menyarankan pada guru untuk lebih sering menggunaan teknik
pemelajaran kolaboratif dibanding teknik yang lain.

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan data yang dianalisis dan diuraikan di atas, maka simpulan
dari penelitian ini adalah: Teknik pemelajaran kolaboratif terbukti efektif untuk
meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam menguasai materi tata
bahasa Inggris.

B. Saran
1) Guru sebaiknya menggunakan teknik pemelajaran kolaboratif dalam
mengajarkan materi tata bahasa Inggris dan game untuk meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi siswa.
2) Guru harus membuat catatan hasil pengamatan selama proses penelitian.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Suhardjono et.al. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Gokhale, Anuradha A. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. Journal of


Technology Education Volume 7 Number 1. Online,
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/jte-v7n1/gokhale.jte-v7n1.html.

Idawati, Dwi. 2007. ”Fun Learning”. Makalah Pelatihan di Labschool. Jakarta: Sekolah
Tinggi Manajemen PPM.

Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of English Language Teaching. London: Longman.

Panitz, Ted. 1996. A Definition of Collaborative vs Cooperative Learning. Online,


http://www.city.londonmet.ac.uk/deliberations/collab.learning/panitz2.htm.

Wallace, Michael J. 2004. Action Research for Language Teachers. Cambridge:


Cambridge University Press.

-----------. -----------. Comparing Traditional and Student Centered, Collaborative


Learning. Online, http://www.enhancelearning.ca.

21

You might also like