You are on page 1of 13

POLUSI UDARA AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN

BERMOTOR DI JALAN PERKOTAAN


PULAU JAWA DAN BALI
Nanny Kusminingrum, G. Gunawan
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution 264 Bandung 40294
Nanny_kusminingrum@yahoo.com; gunyat_123@yahoo.com
*) Diterima : 18 September 2008;  Disetujui : 19 Nopember 2008           

RINGKASAN
Perkembangan volume lalu lintas di perkotaan Indonesia mencapai 15%
pertahun. Transportasi di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran
udara yang terbesar, dimana 70% pencemaran udara diperkotaan
disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor. Parameter polusi udara dari
kendaraan bermotor seperti karbonmonoksida (CO), Nitrogen oksida
(NOx), Methane (CH4), nonmethane (NonCH4), Sulful dioksida (SOx) dan
Partikel (SPM10) dapat menimbulkan efek terhadap pemanasan global.
Hasil monitoring tingkat pencemaran udara di ruas-ruas jalan kota besar
seperti : Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar (Bali), dan
Serang (Banten), serta kota-kota yang dilalui Jalur Pantura tingkat
pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas
udara ambient khususnya untuk parameter oksida nitrogen (NOx), partikel
(SPM10) dan hidrokarbon (HC). Rentang tingkat pencemaran udara
ambient untuk CH4: 1,0 – 1,97 ppm; NonCH4: 1,5 -3,78 ppm, NOx: 0,06 –
0,490 ppm; Sox: 0,001 – 0,276 ppm; CO: 0,01 -11,53 ppm dan partikel
(SPM10): 6,0-260 ug/m3. Bila dilakukan evaluasi dengan Indek Standar
Pencemaran Udara (ISPU) sesuai Kepmen Lingkungan Hidup No. 45 tahun
1997, kondisinya sudah termasuk kategori ”sedang” dengan penjelasan
bahwa tingkat kualitas udara tersebut tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan sensitif dan
nilai estetika. Beberapa strategi pengelolaan kualitas udara di lingkungan
jalan yang mungkin diterapkan dalam upaya-upaya pengelolaan lingkungan
jalan adalah :
a. Pertimbangan dan penerapan kebijakan serta aturan dibidang
lingkungan menjadi satu hal yang penting untuk dilaksanakan dalam
seluruh siklus tahap pembangunan/peningkatan jalan.
b. Penyertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, baik pemilik
kendaraan, dan pengguna jalan serta masyarakat sekitar lingkungan
jalan.
c. Penggunaan bahan bakar dan kendaraan yang ramah lingkungan.
d. Penataan dan penerapan teknologi pereduksi polusi udara diantaranya:
penataan land-scape diruas-ruas jalan dengan tanaman pereduksi
polusi udara.

Kata kunci : polusi udara, kendaraan bermotor, perkotaan

SUMMARY
Development of urban traffic volume has reached 15% per year.
Transportation is a mayor cause of air pollution, 70% of air pollution is
generated from vehicle exhausts. Air pollution parameters from motor
vehicles such as carbon monoxide (CO), Nitrogen oxide (NOX), Methane
(CH4), Non Methane (NonCH4), Sulfur dioxide (SOx) and Paticulate
(SPM10) contribute heavily to global warming. Monitoring result of air
pollution in urban roads such as Surakarta, Yogyakarta, Semarang,
Surabaya, Denpasar (Bali), and Serang (Banten), and other cities passed by
North Coast Road links showed that the air quality in this area nearly the
limit line or standard air quality ambient especially Nitrogen oxide (NOx),
suspended particulate matter (SPM10) and hydrocarbon (HC). The range of
air quality ambient for CH4 : 1,0 – 1,97 ppm, NonCH4: 1,5 – 3,78 ppm,
NOx: 0,06 – 0,490 ppm, SOx: 0,001 – 0,276 ppm, CO : 0,01 -11,53 ppm and
particulate (SPM10): 6,0 – 260 ug/m3. According to Ministerial decree of
Environment no. 45/1997. monitoring result with air pollution index (ISPU)
showed that the condition was categorized “moderate” which mean the air
quality will not affect on human health or animals, but can damage plants
and aesthetics-value. Some correctives and measures to minimize air
pollution are as follow :
a. Consideration and application policy with environment regulations
become important steps to the whole cycle road-projects.
b. Social participation in environmental management as vehicle owners,
road user and community of road environment.
c. utilization of and environmental fuel and vehicles.
d. The application of air pollution reduction technology such as landscape
arrangement by restoration of vegetation.

Key words : air pollution, vehicle, urban


PENDAHULUAN Hasil uji emisi gas buang
kendaraan bermotor tahun 2001
Aktivitas transportasi khususnya yang dilakukan di kota Bandung
kendaraan bermotor merupakan oleh Badan Pengelola Lingkungan
sumber utama pencemaran udara Hidup Daerah (BPLHD) dari jumlah
di daerah perkotaan. Menurut kendaraan sebanyak 1468 buah
Soedomo,dkk, 1990, transportasi yang berbahan bakar bensin dan
darat memberikan kontribusi yang solar, adalah sebagai berikut :
signifikan terhadap setengah dari • Yang berbahan bakar bensin
total emisi SPM10, untuk sebagian sekitar 56% melampaui Baku
besar timbal, CO, HC, dan NOx di Mutu yang ditetapkan
daerah perkotaan, dengan • Yang berbahan bakar solar
konsentrasi utama terdapat di sekitar 90% tidak memenuhi
daerah lalu lintas yang padat, Baku Mutu yang ditetapkan
dimana tingkat pencemaran udara Perkiraan hasil studi Bank
sudah dan/atau hampir melampaui Dunia tahun 1994 (Indonesia
standar kualitas udara ambient. Environment and Development)
Sejalan dengan itu menunjukkan bahwa kendaraan di
pertumbuhan pada sektor Jakarta (diperkirakan kondisi yang
transportasi, yang diproyeksikan sama terjadi pada kota-kota besar
sekitar 6% sampai 8% per tahun, lainnya) memberikan kontribusi
pada kenyataannya tahun 1999 timbal 100%, SPM10 42%,
pertumbuhan jumlah kendaraan di hidrokarbon 89%, nitrogen oksida
kota besar hampir mencapai 15% 64% dan hampir seluruh karbon
per tahun. Dengan menggunakan monoksida.
proyeksi 6-8% maka penggunaan Hasil kajian yang dilakukan
bahan bakar di Indonesia
oleh Bank Dunia tahun 1996,
diperkirakan sebesar 2,1 kali
tentang kerugian akibat
konsumsi tahun 1990 pada tahun
pencemaran udara di kota Jakarta,
1998, sebesar 4,6 kali pada tahun
2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018 mencapai sekitar $ 200 juta
(World Bank, 1993 cit KLH, 1997). US/tahun untuk seluruh jumlah
Pada tahun 2020 setengah dari penduduk Jakarta, sementara hasil
jumlah penduduk Indonesia akan kajian yang dilakukan oleh
menghadapi permasalahan Puslitbang Jalan dan Jembatan
pencemaran udara perkotaan, (Gunawan, dkk 1997), dengan
yang didominasi oleh emisi dari metoda wawancara dilakukan di
kendaraan bermotor. kota Bandung dan Surabaya,
menyimpulkan bahwa setiap orang 10 mikron, dan total hidrokarbon
mengeluarkan biaya kesehatan (HC) serta kondisi lalu lintas.
rata-rata Rp. 30.000/orang/tahun
akibat pencemaran udara.
Memperhatikan kondisi di atas METODA PENGUKURAN
maka perlu dilakukan program Dalam pengukuran polusi
pengelolaan dan pengendalian udara, Pusat Litbang Jalan dan
pencemaran udara di daerah Jembatan, melakukan pengukuran
perkotaan. Sebagai langkah awal langsung dibeberapa ruas jalan
dapat dilakukan kegiatan kota-kota besar dengan harapan
monitoring untuk mengetahui tingkat polusi udara yang terjadi
sejauh mana tingkat pencemaran benar-benar berasal dari
udara diperkotaan sehingga dapat kendaraan. Adapun frekuensi
menentukan prioritas pengelolaan pengamatan adalah sebagai
dan pengendalian yang harus berikut :
dilakukan. Oleh karena itu sejak Pengamatan dilakukan secara
tahun 1997 sampai dengan 2005 kontinyu selama 24 jam, dengan
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
menggunakan mobil unit
telah bekerjasama dengan BPLHD-
Laboratorium Polusi Udara seperti
Kota Bandung dalam kegiatan
yang diperlihatkan pada Gambar
monitoring dan pengendalian
pencemaran udara di kota-kota 1, dan untuk beberapa lokasi
besar Indonesia. Kegiatan ini lebih dilakukan semi kontinyu dengan
diutamakan kepada pencemaran menggunakan larutan kimia
udara akibat kendaraan bermotor, (Absorbant). Metoda pengukuran
terhadap parameter-parameter : yang dilakukan diperlihatkan
nitrogen oksida (Sox), ozon (O3), secara jelas pada Tabel 1. sebagai
partikulat (SPM10) dengan ukuran berikut :
Tabel 1.
Metoda Pengukuran Polusi Udara
No Pengukuran Metoda
1 SO2 Ultraviolet Fluorescene
2 NOx Chemiluminescent
3 O3 Ultraviolet absorption
4 Dust < 10 µm β-absorption
5 CO Non-dispersive infrared
6 HC Gas chromatography
7 Partikulat HVS
kegiatan monitoring pencemaran
udara ambien yang secara rutin
dilakukan setiap tahun.
Pengamatan dilakukan mewakili
hari kerja dan hari libur dimana
sebagian hasilnya terlihat pada
Tabel 3. Bila memperhatikan data
lokasi ”background” (lokasi Dago
Gambar 1. Mobil Polusi Udara dan Pakar), yang merupakan lahan
Kebisingan wisata hutan dengan permukiman
penduduk yang relatif tidak padat,
Sedangkan untuk standar kualitas tampak bahwa tingkat pencemaran
udara, mengacu pada peraturan udara masih sangat rendah atau
Pemerintah Republik Indonesia masih jauh di bawah nilai ambang
No. 41 tahun 1999 tentang batas udara ambien.
standar kualitas udara ambien Sedangkan untuk data kualitas
adalah seperti ditunjukkan pada udara di sekitar ruas jalan, terlihat
Tabel 2. adanya perbedaan yang mencolok
khususnya untuk parameter NOx,
Tabel 2. CO, SPM10 dan hidrokarbon. Hal ini
Standar Baku Mutu Udara Ambient dapat dipastikan bahwa kendaraan
Baku mutu yang
bermotor merupakan sumber
Parameter utama untuk parameter NOx, CO,
diperkenankan
NOx 0,05 ppm/24 jam dan hidrokarbon, sedangkan untuk
CO 20 ppm/8 jam
SOx 0,10 ppm/24 jam
parameter partikel (SPM)
O3 0,10 ppm/24 jam disamping dari emisi kendaraan,
SPM10 100 ppm/24 jam juga dipengaruhi oleh faktor
HC 0,24 ppm/3 jam
lingkungan yang kotor dan
kecepatan angin.
HASIL PENGUKURAN Bila dilakukan evaluasi secara
PENCEMARAN UDARA umum, bahwa tingkat pencemaran
udara disekitar ruas jalan masih
1) Karakteristik Pencemaran dibawah baku mutu yang
Udara di Ruas Jalan Kota diperkenankan, kecuali untuk
Bandung parameter hidrokarbon yang rata-
BPLH kota Bandung, telah rata setiap tahun sudah melebihi
bekerja sama dengan Puslitbang nilai ambang baku mutu yang
Jalan dan Jembatan dalam diperkenankan.
2) Karakteristik Pencemaran partikel debu terhadap kesehatan
Udara Kota-Kota Besar (hasil uji toksikologi) menunjukan
bahwa partikel debu dengan
Sementara itu hasil
ukuran di bawah 10 µm akan
pengukuran di tujuh kota besar
terisap langsung ke dalam paru-
Pulau Jawa dan Bali terlihat pada
paru dan mengendap di alveoli,
Tabel 4. Dari tabel tersebut
sehingga dapat membahayakan
terlihat bahwa konsentrasi
sistem pernapasan.Sementara
maksimum untuk polutan HC, NOx,
partikel debu yang mengandung
dan SPM10 sudah melebihi standar
Pb akan merusak otak, dan pada
kualitas udara ambien. Dari ketiga
tanaman dapat menyebabkan
polutan tersebut diatas yang perlu
kekeringan pada daun yang pada
mendapat perhatian dari semua
akhirnya akan menyebabkan
pihak, baik pemerintah, pemilik
tanaman tersebut mati.
kendaraan dan masyarakat adalah
polutan SPM10 karena dampak

Tabel 3.
Rata-rata Tingkat Pencemaran Udara di Ruas Jalan Kota Bandung
Tahun
No Parameter Background
1996* 1997** 2001** 2002** 2003** 2005**
Dago Golf
1 Oksida Nitrogen 0.0060 0.270 0,132 0,0593 0,072 0,065 0,0563
(NOx) ppm
2 Ozon (O3) ppm 0.0371 0.044 0,056 0,048 0,057 0,05 0,036
3 Sulfur oksida 0.0278 0.015 - 0,033 0,056 0,04 0,02
(SOx) ppm
4 Karbon monoksida 1.21 5.11 4,616 3,1102 3,953 3,366 2,557
(CO) ppm
5 Partikel/SPM10 69 104 87,64 69,945 100,46 84,76 113,2
µg/m3
6 Methan (CH4) ppm 1.0 1.90 1,97 1,674 1,37 1,99 1,41
7 Non-methan 1.5 2.50 3,00 1,833 2,52 3,78 1,63
hidrokarbon ppm

Catatan : * Lokasi Cicaheum


** di lokasi jalan kota Bandung (Diponegoro, Cicaheum, Leuwipanjang, Balai Kota,
Cibiru, Sarijadi, Margahayu, Cibeureum, Ujung Berung, Ledeng dan Pasir impun
Data pada Tabel ini merupakan nilai rata-rata dari pengamatan pada lokasi-lokasi tersebut di atas,
yang mewakili hari kerja dan hari libur dari jam 07.00 s/d 17.00.
Tabel 4
Interval Tingkat Pencemaran Udara di Ruas Jalan Kota Kota Besar
HC NOx CO O3 SPM10 SOx
No Lokasi/Kota
ppm ppm ppm ppm µg/m3 ppm
1 Bandung 0,1 –5,0 0,016-0,123 0,01-6,67 0,002-0,081 6,0-212 0,001-050

2 Surakarta 0,10-2,85 0,006-0,050 0,06-4,87 0,008-0,040 10,0-114,0 0,003-0,020

3 Yogyakarta 0,10-6,80 0,019-0,094 1,31-7,86 0,005-0,025 34,0-131,0 0,001-0,010

4 Semarang 2,50-5,12 0,003-0,490 0,64-5,68 0,020-0,040 41,0-189,0 0,003-0,040

5 Surabaya 2,50-6,70 0,016-0,123 0,01-6,67 0,002-0,081 6,0-212,0 0,001-0,050

6 Denpasar (Bali) 2,60-8,30 0,023-0,189 0,48-11,53 0,005-0,035 15,0-239,0 0,001-0,010

7 Serang (Banten) 0,80-8,00 0,001-0,111 0,061-4,206 0,003-0,076 9,0-260,0 0,049-0,276

Untuk parameter pencemaran sudut volume lalu lintas rata-rata


udara HC (methan dan non- sebenarnya lebih kecil dari pada di
methan), NOx dan CO konsentrasi 6 kota lainnya. Melihat kondisi ini
tertinggi terjadi di kota Denpasar dapat dipastikan ada faktor lain
yaitu berturut-turut 8,30 ppm yang mempengaruhi tingkat
(HC); 0,189 ppm (NOx); 11,53 polusi udara dari polutan SPM10
ppm (CO). Sementara untuk dan SOx, antara lain banyaknya
polutan ozon konsentrasi tertinggi aktivitas industri di kota tersebut.
terjadi di kota Surabaya dan Pada Gambar 2 dibawah ini
Bandung dengan konsentrasi disajikan besarnya tingkat polusi
0,081 ppm, sedangkan untuk udara ambien rata-rata untuk
polutan SPM10 dan SOx
beberapa kota besar di Indonesia.
konsentrasi tertinggi terjadi di kota
Serang, sementara jika dilihat dari
Tingkat Polusi Udara

0.6

0.49
Konsentrasi (ppm) 0.5

0.4

0.3

0.189
0.2
0.123

0.123

0.111
0.094
0.081

0.081

0.076
0.05

0.035
0.1

0.04

0.025

0.04

0.023
0.019
0.016

0.016
0.008

0.006

0.005

0.005
0.002

0.02

0.003

0.002

0.003

0.001
0 Surakarta

Semarang
Bandung

Yogyakarta

Surabaya

Serang
Denpasar
Kota
O3 (ppm ) m in O3 (ppm ) m ax NOx (ppm ) m in Nox (ppm ) m ax

Gambar 2. Tingkat Polusi Udara Ambient Rata-Rata di Beberapa Kota Besar

Adapun untuk hasil pengukuran rata-rata tingkat pencemaran udara NOx,


CO di kota-kota sepanjang jalan jalur Pantura dapat terlihat pada Gambar 3
di bawah ini.
Diagram Tingkat Polusi Udara
di Kota-kota Sepanjang Pantura

100.00

10.00
Tingkat Polutan

1.00

0.10

0.01
Kota Pemantauan

NOx CO

Gambar 3. Tingkat Polusi Udara NOx, CO (Kota Jalur Pantura)


Fluktuasi tingkat polusi udara Fenomena ini dapat dijelaskan
di ruas jalan perkotaan selama 24 bahwa pada pagi hari bersamaan
jam menggambarkan kecenderungan dengan radiasi matahari mulai
secara umum akan naik dimulai terjadi, yang diakibatkan oleh
dari aktivitas kendaraan sampai reaksi-reaksi zat primer diantara
dengan menjelang malam hari NOx, HC, Udara, dan energi
sekitar jam 19.00 dan puncak matahari. Konsentrasi ozon
konsentrasi terjadi pada siang hari tertinggi relatif terjadi pada siang
sejalan dengan meningkatnya hari berkisar jam 12.00 dimana
radiasi matahari yang dipancarkan. energi matahari yang dipancarkan
Adapun peningkatan konsentrasi memiliki intensitas yang paling
NOx sampai malam hari atau besar. Fluktuasi SOx dan CO
berkisar jam 22.00, lebih terjadi mulai jam 07.00 s/d 22.00,
disebabkan adanya perbedaan keadaan ini dimungkinkan karena
tekanan udara dan kestabilan emisi SOx dan CO di ruas jalan
udara pada malam hari dan siang perkotaan terjadi akibat faktor
hari. Pada malam hari terjadi emisi dari kendaraan, hal ini
pemancaran radiasi matahari yang ditunjukkan dari hasil uji secara
diserap oleh bumi, sehingga statistik regresi linier hubungan
temperatur permukaan bumi lebih antara peningkatan konsentrasi
tinggi dari pada di udara, keadaan CO dan SOx dengan volume
ini mengakibatkan tekanan di kendaraan sangat signifikan,
permukaan bumi rendah sehingga dimana nilai R square > 0,5. Faktor
udara akan bergerak ke lain yang mempengaruhi fluktuasi
permukaan bumi sampai dengan tingkat pencemaran CO dan SOx
kondisi udara cukup stabil sekitar adalah faktor meteorologi yaitu
jam 22.00 sehingga kondisi udara kestabilan udara dipermukaan
sampai dengan pagi hari relatif bumi.
tidak berfluktuasi secara tajam. Adapun untuk fluktuasi Hidro-
Sementara untuk karakteristik karbon karakteristiknya relatif
fluktuasi ozon terlihat bahwa konstan pada setiap saat, hal ini
peningkatan ozon terjadi dimulai dapat dijelaskan bahwa kondisi
pada pagi hari jam 06.00 sampai konsentrasi HC di udara relatif
dengan jam 07.00 dan puncaknya tidak berfluktuasi dimungkinkan
terjadi pada siang hari dan karena kestabilan unsur HC di
menurun sampai dengan sore hari, udara. Sementara itu fluktuasi dari
serta kemudian relatif konstan SPM10 terlihat bahwa tingkat
pada malam hari. pencemaran udara SPM10 cukup
tinggi terjadi pada selang waktu sumber bergerak (kendaraan
pagi dan sore hari hingga malam bermotor). Salah satu strategi
hari, hal ini salah satunya yang diterapkan untuk
disebabkan pencemaran partikel pengendalian pencemaran udara
(SPM10) memiliki berat jenis yang dari sumber bergerak adalah
cukup besar dibanding dengan penetapan kebijakan dan aturan
pencemar gas lain. Sementara itu serta program pengendalian
pada pagi hari dan sore hari lingkungan yang meliputi :
hingga malam hari kecepatan • Standar emisi kendaraan serta
angin relatif besar sehingga persyaratan pemeriksaan dan
mampu untuk membawa partikel pemeliharaan kendaraan
melayang di udara. • Menghentikan pemakaian atau
retrofitting kendaraan yang
boros bahan bakar dan
STRATEGI PENGENDALIAN menimbulkan pencemaran
tinggi;
Dari hasil evaluasi tingkat • Teknologi dan kualitas bahan
pencemaran udara dari kota-kota bakar
besar, selain bahan bakar dan • Manajemen efisiensi lalu lintas
jenis kendaraan dan volume • Investasi transportasi massal
kendaraan yang mempengaruhi yang lebih baik, seperti bus
tingkat pencemaran udara, faktor dan kereta api;
lain adalah keadaan topografi • Program penghijauan dengan
daerah, faktor meteorologi dan memanfaatkan lahan sekitar
reaktifitas kimia setiap parameter. lingkungan jalan dan sekitar
Sehingga didalam melakukan lingkungan rumah;
pengelolaan dan pengendalian • Program pemeriksaan dan
pencemaran udara, faktor tersebut perawatan kendaraan bermotor
diatas harus dipertimbangkan. dengan melibatkan peran serta
masyarakat.
1) Penerapan Kebijakan
2) Pengendalian Lingkungan
Dalam melakukan pengendalian
pada Siklus Proyek Jalan
pencemaran udara di kota-kota
(Biaya Lingkungan)
besar pemerintah melakukan
pengelolaan terhadap dua sumber Selain penerapan kebijakan,
yaitu sumber tidak bergerak peraturan dan program
(industri dan rumah tangga) dan pengendalian kualitas udara yang
dilakukan oleh pemerintah, dalam pengembangan konsep kota
pengalaman dilapangan menunjukkan berkelanjutan dan pengelolaan
bahwa kegiatan pengendalian lingkungan adalah mengubah atau
kualitas udara masih mengalami mempengaruhi kebiasaan pola
beberapa kendala diantaranya konsumsi atau pola pikir
pada pendanaan proyek, dimana masyarakat.
umumnya proyek tidak Untuk itu perlu dikembangkan
menyediakan dana yang memadai program atau strategi penyuluhan
untuk pengendalian kualitas udara
dan pendidikan yang melibatkan
tersebut dan juga proses kegiatan
peran serta masyarakat, melakukan
pengendalian kualitas udara pada
kampanye melalui mass-media
proyek pembangunan/peningkatan
jalan belum terintegrasi dengan mengenai keuntungan- keuntungan
baik. Untuk itu perlu dipertimbangkan dalam penerapan program
adanya strategi manajemen pengelolaan lingkungan
kualitas udara (biaya lingkungan) berkelanjutan di masa yang akan
pada proyek pembangunan/ datang.
peningkatan jalan, yaitu dengan Beberapa kegiatan yang dapat
mengintegrasikan kegiatan melibatkan peran serta masyarakat
pengendalian kualitas udara ini ke dalam pengelolaan dan pengendalian
dalam siklus proyek jalan pada kualitas udara diantaranya adalah :
tahapan-tahapan sebagai berikut :
• Penghijauan sekitar lingkungan
pra studi kelayakan, studi
kelayakan, perencanaan teknis, tempat tinggal dan jalan
pra konstruksi, konstruksi, dan • Pemeliharaan dan pengujian
pasca konstruksi yang dalam emisi kendaraan secara teratur
pelaksanaannya dapat melibatkan • Penggunaan dan cara
peran masyarakat. mengendarai kendaraan yang
efektif dan efisien
3) Penyertaan Masyarakat • Pemeliharaan lingkungan
sekitar jalan dengan menjaga
Dalam kondisi negara yang
kebersihan
masih berkembang maka strategi
• Kesadaran masyarakat pengguna
penyertaan masyarakat dalam
jalan untuk menjaga
melakukan pengelolaan dan
kelancaran lalu lintas dan
pengendalian kualitas udara
kebersihan lingkungan.
merupakan alternatif yang sangat
penting. Bagian yang sangat kritis
4) Aplikasi Teknologi • sedapat mungkin menghindari
Pereduksi Pencemaran lereng curam dan belokan
Udara tajam yang akan mendorong
penurunan atau peningkatan
Dampak-dampak pencemaran
kecepatan serta shifting;
udara kendaraan bermotor dapat
• Laburi jalan-jalan yang
dicegah dengan cara pemilihan
berdebu, terutama di daerah-
rute lalu lintas yang cukup jauh
daerah padat penduduk
dari areal berpenduduk dan
• penanaman vegetasi yang
mengurangi kemacetan lalu lintas,
tinggi, berdaun lebat dan rapat
misalnya pembuatan jalan bypass
diantara jalan dan pemukiman
tidak memasuki areal permukiman,
untuk menyaring pencemaran.
mempertahankan integritas
Hasil studi dari Puslitbang
komersial dan sosial jalan, tapi
Jalan dan Jembatan (Nanny K,
masih membolehkan akses ke
dkk, 1998),pengendalian polusi
jalan raya.
udara untuk polutan NOx dan
Selain itu dapat dilakukan
SO2 dengan pemanfaatan
mitigasi perbaikan desain untuk
tanaman jenis pohon dapat
meminimalkan pencemaran udara
mereduksi 16,70 – 67,39%,
akibat kendaraan bermotor
jenis perdu 6,56 – 80,0% dan
meliputi:
jenis semak 18,13 – 67,33%.
• pemilihan alinyemen jalan
Besarnya reduksi tersebut,
tidak melalui daerah dekat
antara lain tergantung dari :
permukiman, sekolah dan
macam tanaman, kerapatan
perkantoran; daun, konsentrasi polutan
• menyediakan kapasitas jalan eksisting pada lokasi yang
yang memadai untuk bersangkutan.
menghindari kemacetan lalu
lintas, dengan proyeksi PENUTUP
peningkatan arus lalu lintas di
masa yang akan datang; Berdasarkan data-data diatas,
• menghindari penempatan maka empat pendekatan strategi
perpotongan jalan yang sibuk; yang mungkin diterapkan dalam
• memperhitungkan pengaruh upaya-upaya pengendalian di ruas
arah angin dalam penentuan jalan adalah:
lokasi jalan dan bangunan a. Penurunan laju emisi
pelengkapnya, seperti pompa pencemaran udara dari setiap
bensin di dekat permukiman; kendaraan untuk kilometer
jalan yang ditempuh, DAFTAR PUSTAKA
diantaranya : penerapan baku
mutu emisi kendaraan Gunawan, dkk, 1997, Analisis
bermotor, dan pemeliharaan, Kerugian Akibat Polusi Udara
konversi bahan bakar gas, dan kebisingan lalu lintas,
perbaikan aliran arus lalu Puslitbang Jalan, p 30-31,
lintas, jalan searah dan waktu Bandung.
kerja. Kantor Menteri Negara Lingkungan
Hidup, 1997, Agenda 21
b. Penurunan jumlah dan
Indonesia, Strategi Nasional
kerapatan total kendaraan di
untuk Pembangunan
dalam suatu daerah tertentu,
Berkelanjutan, Jakarta.
diantaranya : pembatasan dan Kusminingrum, Nanny,dkk., 1997,
pengaturan lalu lintas, Pengaruh Tanaman Jalan
pengaturan parkir dengan tarif terhadap Baku Mutu
tinggi dan perbaikan angkutan Lingkungan Jalan, Puslitbang
umum. Jalan, hal 11 – 26, Bandung.
c. Penyertaan Mayarakat dalam Peraturan Pemerintah Republik
program-program pengelolaan Indonesia nomor 41, 1999,
lingkungan jalan tentang Standar Kualitas
d. Penataan dan penerapan Udara Ambien, Jakarta.
teknologi pereduksi polusi Soedomo M., Usman K,
udara diantaranya : penataan Djajadiningrat S T., Darwin,
land-scape diruas-ruas jalan 1990, Model Pendekatan
dengan tanaman pereduksi dalam Analisis Kebijakan
polusi udara. Pengendalian Pencemaran
Udara, Studi Kasus di
Jakarta, Bandung dan
Surabaya, Penelitian KLH –
Jurusan Teknik Lingkungan
ITB, Bandung.
The World Bank Country Studi,
1994, Indonesia Environment
and Development,
Washinton DC, p 67-93

You might also like