You are on page 1of 17

Perkembangan Program Antariksa Cina

Pasca Perang Dingin

oleh : Denis L. Toruan

Antariksa dalam pandangan dunia moderen merupakan bentuk


pertahanan strategis yang sangat efektif dan akurat. Keberadaan akan teknologi
dan akses terhadap hal ini terbukti dapat meningkatkan kekuatan suatu negara
secara signifikan, terutama jika kita berbicara tentang suatu kontrol global.
Negara-negara maju telah sadar akan hal serupa, yang kemudian berlomba-
lomba untuk mengeksplorasinya. Uniknya, setiap negara yang tampil di
panggung ini memiliki latar belakang dan pemikirannya sendiri-sendiri, sehingga
kebutuhan atas garansi keamanan (hingga hegemoni) merupakan fenomena
yang dapat kita analisis dalam perkembangan perimbangan kekuatan dunia.
Berikut sebuah ilustrasi mengenai konsep antariksa yang dikeluarkan pada era
Perang Dingin :

Astronomically, space is a part of the space-time continuum by which all


events are uniquely located. Physically, space is that property of the
universe associated with extention in three mutually perpendicular
directions.1

Sindrom Perang Dingin

Perang Dunia II (1939-1945) yang menimbulkan kerugian dan kehilangan


dalam jumlah masif di berbagai belahan dunia, mengantarkan banyak negara

1
McGraw-Hill Encyclopedia of Science and Technology: USA, 1960,vol 12.

1
terlibat ke dalam suatu kondisi nasional dan internasional, di mana pemenuhan
kebutuhan pembangunan negara maupun pembangunan kembali negara yang
rusak atau hancur, hingga tingkat keamanan negara adalah mutlak. Dua negara
besar yang kemudian muncul sebagai superpower setelah PD II, yaitu Amerika
Serikat dan Uni Soviet, dihadapkan pada kebutuhan serupa. Amerika berpikir
lebih agresif dari sebelumnya terutama menyangkut kebutuhan keamanan
negara (Melvyn P. Leffler:1994). Di lain pihak, Uni Soviet yang keluar sebagai
pemenang perang menderita kerusakan parah dan ingin memperkuat
pertahanan negaranya dari kemungkinan agresi negara lain di masa mendatang;
dalam hal ini Jerman (Michael MccGwire:1994). Untuk kemudian situasi yang
kita kenal sebagai Perang Dingin ini, melahirkan berbagai program dan konsep-
konsep dasar pertahanan aliansi negara-negara moderen (Pakta).
Pemenuhan kebutuhan keamanan dan perkembangan ekonomi negara-
negara superpower tercermin dalam kebijakan luar negeri masing-masing
negara, seperti pada Amerika Serikat yang pertama kali merumuskan rencana
peningkatan pertahanan militernya pada awal 1944. Konsep dasar dari rencana
ini tidak lain adalah dengan meningkatkan pos militer luar negerinya, terutama
pada wilayah Atlantik dan Pasifik yang diyakininya sebagai jaminan keamanan
dari kemungkinan agresi negara lain di masa mendatang. Inilah yang kemudian
mendorong AS untuk membentuk NATO. Di lain pihak, Uni Soviet pun tidak mau
ketinggalan dengan membentuk aliansinya sendiri ,yaitu Pakta Warsawa.
Dalam bidang ekonomi, rumusan program pengembangan ekonomi yang
dicanangkan AS dan Uni Soviet dalam menjalankan ekspansi ideologinya,
tercermin dari program-program seperti Marshall Plan atau Doktrin Breshnev.
Masing-masing menginginkan adanya suatu garansi di masa mendatang,
sehingga kegetiran akibat bahaya laten yang dirasakan pada saat dan setelah
Perang Dunia, dapat diminimalisir bahkan dieliminiir, yaitu dengan cara
peningkatan pertahanan negara dan kerjasama antara-antara (minimal dengan)
negara-negara yang saling berkepentingan. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika ambisi kedua superpower menimbulkan aroma persaingan
(Perang Dingin) yang sangat kental di bidang-bidang yang telah disebutkan tadi.

2
Tetapi, ambisi dan persaingan antara keduanya tidak berhenti sampai di
situ, masih terdapat ruang batas lain yang lebih potensial dalam meningkatkan
keamanan negara. Pada tingkat eskalasi yang lebih jauh lagi, persaingan kedua
superpower berlanjut ke ruang angkasa. Inilah yang kemudian tercermin dari
peluncuran Sputnik oleh Uni Soviet dan Telstar-1 oleh Amerika Serikat (1962),
yang kemudian disusul dengan satelit-satelit dan pesawat antariksa lainnya.
Pada era itu, peluncuran pesawat-pesawat luar angkasa seperti Soyuz dan
Discovery merupakan hal fenomenal yang dapat terlihat dari persaingan saat itu.
Keduanya merupakan pesawat luar angkasa berawak dan tidak tertutup
kemungkinan di masa mendatang eksplorasi manusia ke luar angkasa akan
mendatangkan banyak sekali manfaat. Hal ini tidaklah berlebih-lebihan ketika
persaingan yang timbul justru menimbulkan kemajuan baru bagi umat manusia,
mengingat hingga saat ini belum pernah terjadi ‘perang bintang’ antara negara-
negara maju, seperti yang sering kita saksikan di karya-karya fiksi.
Perang dingin yang melibatkan Amerika Serikat dan Uni Soviet
berlangsung selama kurang lebih empat puluh lima tahun (1945-1990) dan telah
menimbulkan banyak perkembangan dalam bidang teknologi, militer, ekonomi,
Tentunya segala hal yang dicapai oleh kedua superpower selalu merupakan hal
yang menarik untuk dibahas, apalagi jika menyangkut tentang hubungan kausal.
Pada jaman moderen pasca perang dingin bermunculan beberapa negara
yang diperkirakan tampil sebagai “the rising star” dan tidak menutup
kemungkinan bahwa suatu saat nanti akan menjadi kekuatan utama dunia.
Mereka adalah Cina dan Uni Eropa.
Cina moderen tampil sebagai kekuatan baru yang berkembang pesat
dalam dua dekade terakhir. Negara dengan populasi penduduk sekitar seperlima
populasi dunia (1,3 milyar orang) justru malah berbalik mematahkan semua
prediksi-prediksi negatif terhadapnya yang timbul pasca runtuhnya Uni Soviet
(1991), yang dianggap sebagai kiblatnya komunisme. Pertanyaan yang paling
dulu muncul ketika mendengar kata Cina saat itu adalah : “Bagaimana mereka
bisa melakukan itu? Apa lagi yang sedang mereka rencanakan sekarang?”
Dalam dua dekade terakhir, terutama sejak Gaige Kaifang (Reformasi

3
Keterbukaan pada tahun 1978), Cina memang telah meraih cukup banyak
keberhasilan dalam bidang ekonomi, sosial-budaya, maupun politik. Inilah yang
kemudian tercermin dari sikap negara-negara Barat (terutama Amerika) yang
belakangan merasa gerah terhadap ‘ekspansi’ Cina di mana-mana, mulai dari
penyebaran penduduk dan isu diaspora, ekspor-ekspor barang Cina yang cukup
baik kualitasnya dan murah, hingga peluncuran pesawat-pesawat luar
angkasanya. Dari segi kewajaran, orang awam bisa saja berkata bahwa
pencapaian itu biasa-biasa saja: “memangnya negara mana yang tidak ingin
negaranya maju?” Tapi, tunggu dulu. Saya sangat tergelitik ketika kata
‘peluncuran pesawat luar angkasa berawak Cina’ muncul.dalam sebuah headline
di sebuah surat kabar di Indonesia belum lama ini. Bagaimana mungkin sebuah
negara tertutup yang belum lama merdeka ini (1949), yang baru melakukan
reformasi ekonomi-keterbukaannya (1978), dan mengalami banyak badai politik-
sosial-kebudayaan (Revolusi Kebudayaan, tragedi Tian’anmen, regenerasi
kepemimpinan di tubuh Partai Komunis Cina (dari Mao-Deng-Jiang-hingga Hu),
meledaknya populasi penduduk, privatisasi BUMN, dll), tiba-tiba saja berhasil
meluncurkan pesawat antariksa berawaknya? Apalagi saat kita menengok tradisi
berpolitik di Cina yang sejak dulu menekankan pada pengetahuan filsafat dan
sastra, pencapaian yang cepat ini terbilang di luar dugaan.2 Saya kemudian jadi
bertanya-tanya tentang motif maupun ambisi Cina di balik program antariksanya.
Pertanyaan kemudian menjadi semakin menarik dan menantang ketika saya
mendengar berita tentang reaksi Pentagon atas pencapaian Cina tersebut, AS
khawatir Cina yang baru saja meluncurkan kedua pesawat antariksa berawaknya
akan mempunyai opsi-opsi baru dalam meningkatkan kemampuan militernya dan
pada akhirnya menentang dominasi AS di luar angkasa.
Perang Dingin sudah lama berakhir, Cina pun juga tidak pernah terlibat
secara frontal dalam kondisi itu, namun timbul pertanyaan apa yang
menyebabkan ambisi antariksa Cina begitu menggebu-gebu? Apakah setelah
era Perang Dingin, mereka sadar bahwa ruang angkasa merupakan bentuk
pertahanan strategis lainnya? Apakah Cina juga ingin menjadi superpower?
2
Untuk penjelasan yang lebih dalam, lihat I. Wibowo, Belajar Dari Cina, (Jakarta:Penerbit Buku
Kompas, 2004), terutama Bab IX.

4
Apakah Cina ingin sekedar show-off saja, terlebih jika mengingat penghinaan
penjajahan bangsa Barat dan Jepang atas Cina di masa lampau? Atau ada
tujuan lainnya? Hal tersebut menarik untuk dibahas lebih lanjut.

Sejarah Program Antariksa Cina

Cina merupakan tempat asal-muasal roket yang ada di dunia, karena di


sinilah bubuk hitam / mesiu yang merupakan cikal bakal terciptanya roket
ditemukan.
Riwayat perkembangan peroketan Cina secara nyata baru dimulai dengan
kembalinya Prof. Qian Xuesen pada 1955 yang menimba ilmu di Amerika. .
Program pesawat antariksa berawak Cina yang disebut Project 921, secara
resmi diluncurkan pada 1992, tetapi penelitian untuk program ini sudah dimulai
pada tahun 1968 oleh Prof. Qian Xuesen (sekarang Ketua Komite Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi). Menyusul peluncuran satelit buatan Cina pertama,
DFH-1, para ilmuwan Cina mulai mempelajari konsep desain prototipe pesawat
luar angkasa yang mampu memuat dua astronot ke luar angkasa. Tetapi,
program ini ditunda pada tahun 1975 berhubung alasan politik selain mengalami
kesulitan dalam hal teknis dan pendanaan. Para pemimpin Cina saat itu
menentukan bahwa perkembangan ekonomi nasional harus menjadi prioritas
utama.
Sementara program perkembangan luar angkasa ditunda, penelitian akan
bidang ini tidak pernah berhenti. Selama periode 1970-1980 Cina telah membuat
kemajuan yang signifikan dalam kendaraan peluncur pesawat ruang angkasa,
satelit, dan teknologi luar angkasa lainnya. Pada saat yang sama, aktivitas
penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Pesawat Luar Angkasa Cina untuk
membantu para ilmuwan Cina dalam memahami reaksi manusia terhadap
lingkungan pesawat luar angkasa. Setelah satu dekade pengembangan dalam
ekonomi nasional dan teknologi pesawat luar angkasa, program pesawat

5
antariksa berawak sudah menjadi agenda utama para pemimpin Cina di akhir
tahun 1980.
Pada awal tahun 1990 para pemimpin Cina menggalakkan program
pesawat antariksa berawaknya untuk menaikkan semangat/kebanggaan
nasional, di samping peningkatan kemampuan teknologi itu sendiri. Pada tahun
1992 Project 921 secara resmi disetujui pemerintah Cina. Rusia saat itu
bertindak sebagai partner sebagai hasil dari hubungan baik Cina dengannya
sejak 1990. Pesawat luar angkasa berawak yang dikerjakan sudah mencapai
tahap perancangan pada 1996, dan pada saat yang sama dua astronot Cina
mulai dilatih di Pusat Pelatihan Kosmonot Yuri Gagarin di Rusia. Pada tahun
1998 pengembangan kendaraan peluncur pesawat luar angkasa model baru CZ-
2F yang didesain secara khusus untuk pesawat luar angkasa ShenZhou dan
pembangunan Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan sudah diselesaikan.
Tepat setelah perayaan kemerdekaan negara yang kelima puluh, pada
November 1999 Cina berhasil meluncurkan pesawat ujicoba luar angkasa tidak
berawaknya, ShenZhou, menandakan suatu pencapaian baru dalam
perkembangan teknologi ruang angkasa Cina dan signifikansi dalam pencapaian
teknologi pesawat ruang angkasa berawak. Pesawat luar angkasa tidak berawak
kedua ShenZhou II berhasil diluncurkan pada Januari 2001, yang kemudian
diikuti oleh peluncuran pesawat-pesawat tidak berawak berikutnya ShenZhou III
dan ShenZhou IV, berturut-turut pada Maret dan Desember 2002.
Pada 15 Oktober 2003 pesawat luar angkasa berawak pertama
ShenZhou-5 yang memuat astronot pertama Cina Letkol. Yang Liwei, berhasil
diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan. Setelah berkeliling selama 21
jam 23 menit di orbit bumi ShenZhou V mendarat di wilayah Mongolia Dalam
dengan aman; menjadikan Cina sebagai negara ketiga di dunia yang mampu
mengirim manusia ke luar angkasa. Tidak lama berselang setelah itu, Cina
meluncurkan lagi pesawat antariksa berawaknya ShenZhou VI pada 12 Oktober
2005 kemarin. Wahana tersebut telah mengorbit selama lima hari di ruang
angkasa dan kembali mendarat dengan selamat ke Bumi pada 17 Oktober 2005,
yang sudah memuat dua orang astronot, yakni Fei Junlong dan Nie Haisheng.

6
Keberhasilan ini semakin mempertinggi semangat kebanggaan nasional dan
memantapkan ambisi Cina dalam pengembangan program antariksanya
Untuk ke depannya, pemerintah Cina berharap bisa membangun stasiun
ruang angkasa sendiri dan akan mengirimkan astronotnya ke Bulan. Saat ini
Cina tengah mengembangkan pesawat antariksa tanpa awaknya untuk
mengorbit bulan. Tahap ini merupakan tahap pertama dari tiga tahap program
eksplorasi bulan, yang disebut Chang’e. Tahap pertama direncanakan akan
berakhir tahun 2010 dan dilanjutkan dengan tahap kedua, yang mengirimkan
kendaraan penjelajah ke bulan, dan misi ketiga yang merupakan misi pengiriman
pesawat luar angkasa untuk mengambil contoh-contoh material demi keperluan
penelitian di bumi. Tetapi, misi dan pendanaan tahap pertama (serta seluruh
proyek) itu hingga kini masih belum disetujui oleh pemerintah. Hu Shixiang, wakil
komandan tertinggi untuk program pesawat antariksa berawak Cina,
mengkonfirmasi kebenaran tersebut saat dilakukan sesi tanya jawab pada 18
Oktober 2005 lalu mengenai kesuksesan operasi Shenzhou VI. Pada
kesempatan yang sama terkuak pula ambisi Cina untuk dapat menguasai
teknologi docking dan spacewalk sebelum tahun 2012.

Program pesawat antariksa berawak Cina terdiri atas tiga tahap pengembangan,
yang antara lain adalah :

1. Tahap Pertama
Termasuk di dalamnya peluncuran sejumlah pesawat tanpa awak antara
kisaran tahun 1999 – 2002, yang diikuti peluncuran dua pesawat antariksa
berawak pada 2005
2. Tahap Ketiga
Space docking dan space walking merupakan tujuan dari fase ini yang
direncanakan sudah akan tercapai pada 2010. Pembangunan
laboratorium angkasa sementara kelas 8 ton juga termasuk dalam
rencana di fase ini
3. Tahap Ketiga

7
Pada 2020 Cina merencanakan sudah akan mendirikan stasiun ruang
angkasa permanen kelas 20 ton

Berikut beberapa aset dan catatan penting (track record) yang dimiliki Cina
dalam pengembangan program pesawat ruang angkasanya :

o Cina mempunyai tiga tempat fasilitas peluncuran terpisah, yang antara


lain adalah Jiquan, Taiyuan, dan Xichang
o Pada tahun 1960-an RRC mendidik dan melatih para insinyur wahana
antariksanya, setelah sebelumnya dididik oleh Uni Soviet. Baru setelah
1980 RRC mengirim ribuan pelajarnya ke Amerika dan negara Barat
lainnya untuk meneliti lebih dalam tentang teknologi antariksa, dan
mengadakan program pertukaran pelajar
o Mitra kerja Cina dalam program antariksanya antara lain adalah Brazil,
Perancis, dan Swedia. Kerjasama yang dilangsungkan dalam bentuk alih
teknologi, pembagian tracking station (stasiun pencari jejak pesawat luar
angkasa) bersama, dan lain lain. Terhadap Rusia, Cina bermitra dengan
pertimbangan kesamaan kepentingan strategis kedua negara vis-à-vis
Amerika. Rusia mendapat uang segar, Cina mendapat senjata dan
teknologi. Kerjasama semacam ini sendiri baru banyak meningkat
semenjak berakhirnya Perang Dingin 3
o Cina menghabiskan 900 juta yuan atau 111 juta US$ untuk misi Shenzhou
VI; Bandingkan dengan alokasi dana pemerintah Cina untuk program
pengurangan polusinya tahun 2004 yang sebesar 190 milyar yuan atau
23,5 milyar US$
o Para elite program antariksa Cina saat ini masih menunggu persetujuan
pemerintah pusat untuk membuat roket seberat 25 ton, yang tiga kali lebih
besar dari kapasitas roket terdahulu. Roket ini rencananya akan
digunakan untuk pesawat antariksa Cina menuju bulan, yang dikatakan
untuk tujuan eksplorasi-observasi dan keperluan misi damai

3
Lihat diskusi mendalam soal ini dalam, China’s Missile Imports and Other Assistance From
Russia, NTI/Center for Nonproliferation Studies, 2003.

8
o Dalam bidang peroketan, Cina kini telah menguasai teknik pengambilan
kembali satelit (satellite recovery), peluncuran banyak satelit dengan satu
roket tunggal, propulsi kriogenik, roket pendorong yang ditempelkan
(strap-on booster), satelit geostasioner, pengendalian dan penjejakan
satelit (satellite tracking). Di bidang satelit penginderaan jauh dan
telekomunikasi, Cina mencapai kemajuan yang berarti dalam eksperimen
mikro-gravitasi dan pengembangan wahana antariksa berawak

Cina dan Superpower

Konsep Superpower adalah :


“Sebuah keadaan yang ditujukan bagi negara dengan kemampuan
mempengaruhi kejadian-kejadian dunia dan memproyeksikan power
(kekuatan/kekuasaan) dalam skala yang ‘super’…” 4

Kata ini digunakan untuk merujuk pada dua kekuatan utama dunia (Uni
Soviet dan AS) selama era Perang Dingin.

Kriteria dari negara superpower :

1. dari segi kebudayaan


• Memiliki pengaruh kebudayaan yg kuat bagi negara-negara
lainnya, atau dengan kata lain memiliki soft power.
2. dari segi ekonomi dan keuangan
• Memiliki kekuatan ekonomi yang sangat menonjol, yang dapat
diindasikan dari akses atas bahan-bahan baku, jumlah pasar dan
tingkat produktivitas pasar domestik, pemain utama dalam
perdagangan dunia dan atau dalam pasar keuangan global, tingkat
inovasi, dan kemampuan untuk mengakumulasi modal/aset-aset

4
Http://en.wikipedia.org/wiki/Superpower

9
3. dari segi demografis
• Memiliki jumlah penduduk yang besar, dengan tingkat pendidikan
yang sudah maju, tersedianya sarana infrastruktur yang sangat
memadai, kemampuan ekonomi dan kebudayaan yang nyata untuk
mengembangkan daerah-daerah sekitarnya sebaik pengembangan
daerahnya sendiri di bawah kontrol langsung
4. dari segi militer
• Memiliki kemampuan militer yang sangat menonjol, yang dapat
diindikasikan dari keadaan tak terkalahkan relatif, kemampuan
untuk dapat menghasilkan kehancuran masif bagi negara lain, dan
kapasitas proyek-proyek militer global
5. dari segi politis atau ideologi
• Memiliki sistem politik yang berjalan efektif, yang mampu
memobilisasi bahan-bahan baku untuk suatu tujuan politis tertentu,
dan pengaruh ideologi yang besar sekali

Cina, terkhusus dalam pembahasan mengenai superpower, dalam kajian dunia


modern dapat dijabarkan secara garis besar sebagai berikut :

1. Cina memiliki jumlah populasi yang terbesar di dunia dengan total


sebanyak 1,3 milyar penduduk. Dengan perkiraan jumlah total penduduk
dunia sebanyak 6,4 milyar orang, Cina memiliki 1/5 penduduk dunia. Pada
tahun 2004 7% dari total penduduk Cina berumur di atas 65 tahun, dan
hingga pada tahun 2050 sekitar 25% penduduknya akan berumur serupa.
Karena di kebanyakan negara evolusi populasi penduduk non-produktif
terjadi setelah evolusi kesejahteraan ekonomi, diestimasikan bahwa
pertumbuhan kesejahteraan ekonomi Cina akan dihambat oleh penuaan
populasinya yang besar
2. GDP Cina diperkirakan tumbuh sekitar 9% setiap tahunnya selama lebih
dari 25 tahun terakhir, yang merupakan tempo tercepat untuk
perekonomian suatu negara dalam sejarah dunia. Tingkat perekonomian

10
Cina merupakan yang kedua terbesar dunia saat ini dihitung dari
kesetaraan daya beli masyarakatnya dengan GDP sebesar 7,124
milyarUS $ pada tahun 2004. Pada periode yang sama Cina telah berhasil
mengangkat 300 juta penduduknya keluar dari jurang kemiskinan dan
meningkatkan pendapatan rata-rata penduduknya sebanyak empat kali
lipat – Akan tetapi di satu sisi, pendapatan perkapita Cina masih di bawah
negara berkembang seperti Meksiko dan Turki. Selain itu,
3. Cina memiliki kekuatan nuklir yang signifikan dan jumlah tentara yang
terbesar di dunia. Anggaran militernya pun meningkat dua kali lipat antara
1997-2003, pada 2004 sudah sebesar 48,4 milyar US$ dan masih terus
meningkat dalam tempo yang cepat. Cina merupakan negara ketiga di
dunia yang mampu mengirim manusia ke luar angkasa (setelah Uni Soviet
dan AS)
4. Cina merupakan negara yang memiliki pengaruh yang kuat dalam bidang
kebudayaan maupun ekonomi di negara-negara sekitarnya, khususnya di
Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, dan lain-lain

Bandingkan keadaan Cina tersebut dengan keadaan Amerika Serikat saat ini,
sebagai satu-satunya superpower yang masih eksis :

1. AS mempunyai populasi sebesar hampir 300 juta jiwa (2004) dengan


pertumbuhan penduduk yang lamban
2. Dari segi hukum dan politik, AS sudah memiliki tingkat peradilan yang
sangat baik dan menjunjung tinggi HAM / kesetaraan perlakuan
3. AS masih merupakan kekuatan ekonomi terbesar di dunia saat ini. Lebih
jauh lagi, AS memimpin dalam bidang teknologi dan inovasi
4. Dalam bidang militer, AS mengalokasikan anggaran militernya jauh lebih
banyak dari anggaran militer negara-negara maju lainnya (392,6 milyar
US$ pada 2004). Akan tetapi, dikarenakan skala ekonominya yang besar
dan alokasi dana kemiliterannya, Gross National Product (GNP) AS

11
memiliki jumlah persentase yang lebih kecil dibandingkan negara-negara
maju lainnya. AS juga memiliki aliansi bentukannya yang direalisasikan
dalam bentuk pakta seperti NATO dan ANZUS, selain itu AS memilki
basis-basis militer yang tersebar di berbagai belahan dunia (Eropa, Asia,
dan Oceania), di samping kemampuannya sebagai pemilik gudang nuklir
terbesar dunia kedua setelah Rusia. Selain itu, AS mengembangkan
barikade misil anti balistik yang tentu saja meningkatkan kemampuan
militernya di atas kemampuan rata-rata negara lainnya
5. Dari segi kebudayaan, AS merupakan pemain yang paling dominan di
dunia. Pengaruhnya sangat luas dan masif, hal ini tidaklah berlebihan jika
kita menengok pemakaian mata uang US$ di berbagai penjuru dunia,
pengaruh film-film Hollywood, ‘invasi’ musik-musik Amerika di mana-
mana, dan sebagainya
6. AS merupakan pemain lama di bidang antariksa dengan teknologi yang
sangat maju dan masih merupakan satu-satunya negara di dunia yang
mampu mengirim manusia ke bulan (Cina baru mampu mengirimkan
astronotnya ke orbit bumi)

Sebenarnya, dalam beberapa bidang seperti demografi, ekonomi, dan


kebudayaan, Cina tidak kalah jauh dari AS bahkan sanggup menggunggulinya.
Dalam bidang antariksa sekalipun, jika kita menarik berapa rentang waktu
kemerdekaan Cina dan kemerdekaan AS dengan kemajuan program
antariksanya, dapat dikatakan Cina menang mutlak atas AS. Program antariksa
di RRC yang baru merdeka sejak tahun 1949, dan pencanangan program pada
1950-an, jauh lebih cepat maju dari AS yang merdeka sejak 4 Juli 1776 dan
mencanangkan program antariksanya pada era perang dingin.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa transisi tradisi politik-
pemerintahan feodal sejak era Mao Zedong (dimulainya industrialisasi Cina) dan
yang ‘dipamungkasi’ oleh evaluasi Deng Xiaoping pada September 1982 dengan
kesimpulannya yang sangat fundamental : “Kemisikinan bukan sosialisme.

12
Sosialisme berarti melenyapkan kemisikinan.”, telah membawa Cina pada
perubahan yang sangat signifikan dalam berbagai bidang. Teori Deng Xiaoping
yang sangat ampuh ini masih dianut dan diteruskan para pemimpin Cina hingga
saat ini.
Cina sadar bahwa mengejar ketertinggalan dan menyamakan langkah
dengan para negara maju (hingga superpower) pasti mengantar mereka ke
tingkat yang lebih tinggi lagi di pentas dunia. Inilah yang ingin dicapainya sejak
“Gerakan Lompatan Jauh ke Depan”’ yang ingin mengejar kemajuan AS dan
Inggris dalam waktu lima belas tahun saja, atau prioritas pengembangan
ekonomi pada masa awal Gaige kaifang (1978) dan kelanjutan program
antariksanya pada dua dasawarsa terakhir. Ambisi ini tentunya tidak lepas dari
campur tangan para kaum teknokrat yang mendominasi jajaran elite pimpinan
tinggi RRC saat ini, seperti Hu Jintao (Presiden RRC dan Ketua Partai Komunis
Cina), Wu Bangguo (Ketua Konggres Rakyat Cina), Wen Jiabao (Perdana
Menteri), Jia Qingling, Zeng Qinghong (wakil presiden RRC), Huang Ju, Wu
Guanzheng, Li Changchun, dan Luo Gan (kepala biro intelejen Cina). 5

Gelombang Kebanggaan Nasional dan Problematika Program


Antariksa Cina

Kita tak dapat memungkiri bahwa pencapaian fenomenal Cina moderen


mengundang decak kagum banyak negara dunia, khususnya di kawasan Asia
yang notabene masih terdapat banyak ketertinggalan dibandingkan dengan
kawasan-kawasan maju seperti di Eropa. Cina seperti yang kita tahu, bahkan

5
Kualitas keilmuan mempengaruhi kepribadian kepemimpinan dalam menentukan pemilihan
strategi. Lihat khususnya Harold D. Lasswell, Psychopathology and Politics (Chicago: University
of Chicago Press, 1930) dan Power and Personality (New York: Norton, 1948).

13
semakin mempertebal semangat kebanggaan nasionalnya dengan peluncuran
realisasi program antariksanya di penghujung abad kedua puluh. Kekuatan
militernya pun semakin meningkat, dengan anggaran militer sebanyak 48,4
milyar US$, atau sedikit lebih banyak 40 juta US$ dari anggaran militer Rusia di
2004. Hal ini menciptakan perimbangan kekuatan dunia dan perimbangan teror
secara nyata bagi para rivalnya, terutama Eropa dan Jepang yang berturut-turut
menjajahnya selama hampir dua abad.
Cina adalah salah satu bangsa tertua dunia yang penuh harga diri. Tema
ini selalu menjadi patokan standar dalam menopang budaya bisnis hingga politik
pemerintahan Cina. Seperti yang telah disebutkan tentang rasa sakit dan
penghinaan kolonialisme yang merendahkan martabatnya, kebanggaan nasional
bagi Cina merupakan suatu katalis atas martabat bangsanya. Program antariksa
Cina adalah salah satu jawaban atas ambisinya yang belakangan semakin
mencuatkan gelombang kebangaan nasional, yang praktis memudarkan ideologi
negara sebagai motor masyarakat Cina. Pengertian akan hal ini menanamkan
pemahaman yang mendalam terhadap fenomena yang terjadi pada Cina
moderen. 6
Pandangan terhadap gelombang kebanggaan nasional serupa juga
makin diperkuat dari beberapa pernyataan yang keluar dari pihak elite Cina
sendiri, seperti antara lain :

o Direktur Kantor Pesawat Ruang Angkasa Berawak Cina, Xie MingBao,


yang berujar tentang keberhasilan misi Shenzhou V, “Hari ini, tanggal 16
Oktober 2003, adalah hari yang akan diingat oleh rakyat Cina, dan
merupakan harta karun. Karena, ini adalah untuk pertama kali kami
berhasil menempatkan manusia di ruang angkasa.” Tambahnya lagi,
“Perkembangan teknologi ruang angkasa Cina telah meningkatkan
kekuatan nasional dan pengaruh internasional Cina secara signifikan,
khususnya dalam hal kebanggaan nasional.”

6
Yuan Wang dan Rob Goodfellow dan Xin Shengzhang, Menembus Pasar Cina, (Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2000), khususnya bagian pendahuluan.

14
o Hu Shixiang, wakil tertinggi untuk urusan wahana antariksa berawak Cina
, mengatakan hal demikian pada kesempatan tanya-jawab dengan
wartawan di Oktober 2005, “Cina mengembangkan program antariksanya
dengan caranya sendiri, bukan untuk bersaing dengan AS. Ini bukan
persaingan seperti pada era Perang Dingin,”

Akan tetapi, pada sisi yang lain ‘kemenangan’ dan kemajuan Cina diganjal
oleh sebuah paradoks kompleks yang tidak mungkin lepas dari pokok
pembicaraan. Tahun 2004 mungkin merupakan tahun kenangan yang tidak akan
dilupakan oleh Cina sebagai momentum untuk mengumumkan kepada dunia
bahwa pemerintahnya berhasil mengangkat 300 juta jiwa peduduknya dari jurang
kemiskinan. Namun, fakta (menurut observasi Bank Dunia pada 2004) bahwa
dari sekitar 20 % total penduduk Cina hanya berpenghasilan kurang dari 2 US$
sehari menodai pencapaian Cina selama ini. Cina masih merupakan negara
yang bergelut dengan masalah struktural dan institusional, yang membuatnya
belum bisa memenuhi lima kriteria dasar superpower sepenuhnya.
Cina yang sekarang dianggap sebagai bengkel manufaktur dunia
(meskipun saham nilai tambah manufaktur Cina secara global di bawah 9%,
kurang dari setengah yang dimliki Jepang dan Amerika), dihadapkan pada
kenyataan bahwa hanya kurang dari 1/5 tenaga buruhnya yang dapat
dipekerjakan di bidang manufaktur, pertambangan, dan konstruksi. Pada
kenyataannya, Cina telah kehilangan puluhan juta lapangan pekerjaan di bidang
manufaktur sejak pertengahan 1990. Hampir setengah dari tenaga buruh yang
tersedia menetap pada pekerjaannya di bidang pertanian. Seiring dengan
pertumbuhan produktivitas tanah per ha yang masih stagnan, dan pada saat
yang sama menyerap ratusan juta petani. Ini masih merupakan hal fundamental
yang masih harus diselesaikan di masa mendatang.
Perusahaan swasta domestik di Cina, meskipun terus aktif dan
berkembang, tapi masih relatif lemah. Perbankan Cina juga masih terbebani oleh
“pinjaman jahat”.7 Pada lain bidang, masalah demokrasi dan penegakan HAM

7
Gordon G. Chang, The Coming Collapse of China, (Random House, 2001)

15
terbilang hal yang sangat kritis dan esensial dalam pembicaraan ini. Masih
banyak kasus-kasus seperti Tragedi Tian’anmen (1989) yang belum
terselesaikan. Dan faksionisme partai pada pemerintahan pusat Cina mungkin
saja akan menjadi suatu ketergantungan utama dalam kestabilan ekonomi
jangka panjang. Bagaimana nantinya jika suatu saat pasar Cina bergerak pada
tren lain yang mungkin saja akan menentang keabsahan pemerintah Cina?
Apakah sistem ekonomi terpusat sekali lagi harus menyelamatkan negara?
Bagaimanapun juga, menurut survei Bank Dunia modal digunakan secara
lebih efisien di Cina dan prosedur pembukaan usaha/bisnis relatif lebih cepat.
Pertumbuhan ekonomi di Cina sudah cukup baik, di samping penyediaan sarana
infrastruktur, pendidikan, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat
memadai.
Keadaan-keadaan tersebut mengindikasikan akan masih adanya
tantangan serius dalam pengembangan program antariksa Cina. Belum
meratanya pembangunan di seluruh daratan Cina hingga masalah polusi
sekalipun terus memaksa pemerintah Cina untuk mencurahkan fokus (dan
alokasi anggaran), yang untuk sementara belum bisa secara optimal berfokus
pada program antariksanya. Segala perkembangan yang terjadi di bidang ini
dalam beberapa tahun ke depan selalu menarik untuk disimak; dan tentu saja,
segala pencapaian Cina merupakan keberhasilan atas milestone berikutnya.
Perkembangan program pesawat antariksa Cina menegaskan bahwa
Cina tidak dapat dipandang sebelah mata. Oleh karena selama ini Cina hanya
dikenal melalui pertumbuhan ekonominya yang menakjubkan, maka dengan
Shenzhou V dan ShenZhou VI-nya Cina memantapkan dirinya sebagai negara
yang unggul. “Cina tidak lagi mempropagandakan kemenangan komunisme,
ataupun melecehkan agama. Cina benar-benar cuma ingin memperlihatkan
kepada dunia bahwa Cina jangan dianggap enteng. Kalau seandainya ada
bendera besar, barangkali tulisan itu akan berbunyi: Jangan anggap enteng
kami! Seruan seperti ini kiranya sangat dapat diterima. Lambat atau cepat, Cina
akan menjadi superpower.” 8

8
I Wibowo, op.cit, halaman 208.

16
Daftar Pustaka

1. Alexander, Eckstein. China’s Economic Revolution. New York: Cambridge


University Press,1977.
2. Chang, Gordon G. The Coming Collapse of China. Random House, 2001.
3. Development Bank, Asia. Key Indicator of Developing Asian and Pacific
Countries. Manila: Economics and Development Resources Center, 1993.
4. http://detik.com
5. http://en.wikipedia.org./wiki/Superpower
6. http://kompascybermedia.com
7. http://sinodefense.org
8. Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi-
Politik Internasional, dan Tatanan Dunia – 2. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1993.
9. Lasswell, Harold D. Psychopathology and Politics. Chicago: University of
Chicago Press, 1930. dan Power and Personality. New York: Norton,
1948.
10. McGraw-Hill Encyclopedia of Science and Technology: USA, 1960,vol 12.
11. Wang, Yuan dan Rob Goodfellow dan Xin Sheng Zhang. Menembus
Pasar Cina. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, Agustus 2000.
12. Wawancara dengan Sekretaris Pertama Kedutaan Besar Cina di
Indonesia, Mr. Zhao Xucai, Jakarta, 27 September 2005.
13. Wibowo, I. Belajar Dari Cina. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Januari
2004.

17

You might also like